2
Baru kemarin saya pulang ke rumah. Enaknya di rumah tu bisa males-malesan, nonton tivi, tiduran sepuasnya dan lain-lain. Kala itu saya ingin sekali menonton tivi karena ketika saya sedang kuliah, saya tidak bisa menonton tivi. Jam menjelang siang, kalau tidak salah ingat sekitar jam 10an. Tergugah rasanya ingin menonton film ftv kesukaan ketika SMA dahulu. Kemudian aku mulai menikmati tayangannya. Tapi kok lama-lama rasanya risih. Ketika itu, ceritanya cerita anak SMA yang sedang jatuh cinta. Kemudian patah hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan, akhirnya selama beberapa hari tidak nafsu makan dan mengurung diri di kamar. Kemudian ternyata mereka berdua salahpaham dan di akhir cerita mereka kembali bersama alias pacaran, yang ditutup dengan adegan berpelukan. Waaah langsung saya mengingat kasus terbaru di negeri ini. anak SMP melakukan mesum di ruang kelas dan dilihat oleh teman-temannya. Ah, pantas saja. Apa yang terjadi diantara masyarakat, anak yang mesum, kasus bunuh diri karena putus cinta, pemerkosaan yang yang terjadi dimana-mana, dan masih banyak lagi. Bukan hal baru tentunya bagi kita, sudah tak asing lagi. Analisisnya sering saya mendengar bahwa hal ini karena guru yang kurang menjaga murid-muridnya, pemerintah yang kurang tegas dalam memberikan sanksi baik untuk guru maupun pelaku, orangtua yang kurang bisa menjaga putra-putrinya, dan lain-lain. Seolah lupa bahwa ada beberapa peran yang terlupakan disini. Hei, darimana mereka tahu hal-hal seperti itu? Kenapa mereka berani melakukan hal-hal seperti itu? Banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu penyebabnya adalah maraknya media yang menyajikan hal-hal seperti ini dengan gamblang, dan kemudian disajikan dengan santai dalam kehidupan sehari-hari sehingga seolah menjadi suatu hal yang biasa. Jadi kalau anak-anak berani melakukan hal demikian karena mereka biasa melihat di media dengan gamblang sehingga dianggapnya sebagai hal yang sudah biasa. Ini yang bahaya! Padahal jarang anak muda yang bisa menyaring baik apa yang dilihatnya.

artikel_pendidikan_moral_media

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: artikel_pendidikan_moral_media

Baru kemarin saya pulang ke rumah. Enaknya di rumah tu bisa males-malesan,

nonton tivi, tiduran sepuasnya dan lain-lain. Kala itu saya ingin sekali menonton tivi

karena ketika saya sedang kuliah, saya tidak bisa menonton tivi. Jam menjelang siang,

kalau tidak salah ingat sekitar jam 10an. Tergugah rasanya ingin menonton film ftv

kesukaan ketika SMA dahulu. Kemudian aku mulai menikmati tayangannya.

Tapi kok lama-lama rasanya risih. Ketika itu, ceritanya cerita anak SMA yang

sedang jatuh cinta. Kemudian patah hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan,

akhirnya selama beberapa hari tidak nafsu makan dan mengurung diri di kamar.

Kemudian ternyata mereka berdua salahpaham dan di akhir cerita mereka kembali

bersama alias pacaran, yang ditutup dengan adegan berpelukan.

Waaah langsung saya mengingat kasus terbaru di negeri ini. anak SMP melakukan

mesum di ruang kelas dan dilihat oleh teman-temannya. Ah, pantas saja.

Apa yang terjadi diantara masyarakat, anak yang mesum, kasus bunuh diri karena

putus cinta, pemerkosaan yang yang terjadi dimana-mana, dan masih banyak lagi. Bukan

hal baru tentunya bagi kita, sudah tak asing lagi. Analisisnya sering saya mendengar

bahwa hal ini karena guru yang kurang menjaga murid-muridnya, pemerintah yang kurang

tegas dalam memberikan sanksi baik untuk guru maupun pelaku, orangtua yang kurang

bisa menjaga putra-putrinya, dan lain-lain. Seolah lupa bahwa ada beberapa peran yang

terlupakan disini.

Hei, darimana mereka tahu hal-hal seperti itu? Kenapa mereka berani melakukan

hal-hal seperti itu? Banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Dan tidak dapat dipungkiri

bahwa salah satu penyebabnya adalah maraknya media yang menyajikan hal-hal seperti

ini dengan gamblang, dan kemudian disajikan dengan santai dalam kehidupan sehari-hari

sehingga seolah menjadi suatu hal yang biasa. Jadi kalau anak-anak berani melakukan hal

demikian karena mereka biasa melihat di media dengan gamblang sehingga dianggapnya

sebagai hal yang sudah biasa. Ini yang bahaya! Padahal jarang anak muda yang bisa

menyaring baik apa yang dilihatnya.

Page 2: artikel_pendidikan_moral_media

Banyak dalam film-film yang ditampilkan oleh media menyajikan bahwa orang yang

sudah pacaran itu sah-sah saja untuk berpelukan. Hm... kalau ini tetap beredar di

masyarakat, ya jangan salahkan anak-anak juga jika mereka meniru karena mereka sudah

melihat sebuah contoh dan anak-anak itu memang memiliki sifat untuk mencari tahu dan

mencoba-coba. Kemudian cara berpakaian di sekolah yang seperti itu, wajar dong kalau

anak-anak kemudian mengikuti. Karena sudah dicontohkan langsung di tivi. Kemudian

adegan di kelas, bukannya memperlihatkan proses belajar yang menyenangkan dan

membahas beberapa mata pelajaran (misalnya), tetapi diceritakan bahwa di dalam kelas

mereka hanya melamun, ketiduran, dan lain-lain. Ya kalau anak-anak kemudian

mencontoh, jangan sepenuhnya salahkan anak-anak. Kemudian, dikit-dikit nangis, nggak

mau makan karena patah hati, ya maklum kalau anak-anak tiap keliatan loyo selalu

alasannya patah hati.

Kapan media menyajikan film bagi anak-anak, generasi muda, tentang rasa

nasionalisme? Tanpa galau yang lebay dan tanpa memperlihatkan adegan berpelukan

meskipun mereka berpacaran. Kapan media menyajikan film yang membuat mereka lebih

berpikir apa itu demokrasi (misalnya), bagaimana menjadi enterpreneur yang sukses dan

bagaimana menjadi orang yang berhasil mencapai cita-citanya dengan usaha keras?

Memang ada, dan sudah banyak film yang seperti ini. tapi film yang marak di

tayangkan tiap hari di media, belum film yang seperti ini. menceritakan sebuah

perjuangan untuk meraih mimpi, memperjuangkan bangsa, nasionalisme yang terus

dijaga, tapi ini bukan tayangan yang menjadi makanan sehari-hari. Ah, mungkin belum

^_^