Upload
kholifatun-azizah
View
76
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Baru kemarin saya pulang ke rumah. Enaknya di rumah tu bisa males-malesan,
nonton tivi, tiduran sepuasnya dan lain-lain. Kala itu saya ingin sekali menonton tivi
karena ketika saya sedang kuliah, saya tidak bisa menonton tivi. Jam menjelang siang,
kalau tidak salah ingat sekitar jam 10an. Tergugah rasanya ingin menonton film ftv
kesukaan ketika SMA dahulu. Kemudian aku mulai menikmati tayangannya.
Tapi kok lama-lama rasanya risih. Ketika itu, ceritanya cerita anak SMA yang
sedang jatuh cinta. Kemudian patah hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan,
akhirnya selama beberapa hari tidak nafsu makan dan mengurung diri di kamar.
Kemudian ternyata mereka berdua salahpaham dan di akhir cerita mereka kembali
bersama alias pacaran, yang ditutup dengan adegan berpelukan.
Waaah langsung saya mengingat kasus terbaru di negeri ini. anak SMP melakukan
mesum di ruang kelas dan dilihat oleh teman-temannya. Ah, pantas saja.
Apa yang terjadi diantara masyarakat, anak yang mesum, kasus bunuh diri karena
putus cinta, pemerkosaan yang yang terjadi dimana-mana, dan masih banyak lagi. Bukan
hal baru tentunya bagi kita, sudah tak asing lagi. Analisisnya sering saya mendengar
bahwa hal ini karena guru yang kurang menjaga murid-muridnya, pemerintah yang kurang
tegas dalam memberikan sanksi baik untuk guru maupun pelaku, orangtua yang kurang
bisa menjaga putra-putrinya, dan lain-lain. Seolah lupa bahwa ada beberapa peran yang
terlupakan disini.
Hei, darimana mereka tahu hal-hal seperti itu? Kenapa mereka berani melakukan
hal-hal seperti itu? Banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Dan tidak dapat dipungkiri
bahwa salah satu penyebabnya adalah maraknya media yang menyajikan hal-hal seperti
ini dengan gamblang, dan kemudian disajikan dengan santai dalam kehidupan sehari-hari
sehingga seolah menjadi suatu hal yang biasa. Jadi kalau anak-anak berani melakukan hal
demikian karena mereka biasa melihat di media dengan gamblang sehingga dianggapnya
sebagai hal yang sudah biasa. Ini yang bahaya! Padahal jarang anak muda yang bisa
menyaring baik apa yang dilihatnya.
Banyak dalam film-film yang ditampilkan oleh media menyajikan bahwa orang yang
sudah pacaran itu sah-sah saja untuk berpelukan. Hm... kalau ini tetap beredar di
masyarakat, ya jangan salahkan anak-anak juga jika mereka meniru karena mereka sudah
melihat sebuah contoh dan anak-anak itu memang memiliki sifat untuk mencari tahu dan
mencoba-coba. Kemudian cara berpakaian di sekolah yang seperti itu, wajar dong kalau
anak-anak kemudian mengikuti. Karena sudah dicontohkan langsung di tivi. Kemudian
adegan di kelas, bukannya memperlihatkan proses belajar yang menyenangkan dan
membahas beberapa mata pelajaran (misalnya), tetapi diceritakan bahwa di dalam kelas
mereka hanya melamun, ketiduran, dan lain-lain. Ya kalau anak-anak kemudian
mencontoh, jangan sepenuhnya salahkan anak-anak. Kemudian, dikit-dikit nangis, nggak
mau makan karena patah hati, ya maklum kalau anak-anak tiap keliatan loyo selalu
alasannya patah hati.
Kapan media menyajikan film bagi anak-anak, generasi muda, tentang rasa
nasionalisme? Tanpa galau yang lebay dan tanpa memperlihatkan adegan berpelukan
meskipun mereka berpacaran. Kapan media menyajikan film yang membuat mereka lebih
berpikir apa itu demokrasi (misalnya), bagaimana menjadi enterpreneur yang sukses dan
bagaimana menjadi orang yang berhasil mencapai cita-citanya dengan usaha keras?
Memang ada, dan sudah banyak film yang seperti ini. tapi film yang marak di
tayangkan tiap hari di media, belum film yang seperti ini. menceritakan sebuah
perjuangan untuk meraih mimpi, memperjuangkan bangsa, nasionalisme yang terus
dijaga, tapi ini bukan tayangan yang menjadi makanan sehari-hari. Ah, mungkin belum
^_^