10
TINJAUAN TEORI A. Pengertian Diare didefinisikan sebagai buang air encer tiga kali lebih dalam sehari (WHO, 1992). Menurut Hadi (1999) diare adalah buang air besar melebihi normal karena passage balus makanan terlalu cepat sebagai akibat hiperperistaltik sehingga reabsorbsi air dalam usus besar terganggu, menyebabkan frekuensi buang air besar melebihi normal, tinja yang dikeluarkan biasanya berbentuk cair dengan atau tanpa disertai lendir dan darah. Pendapat senada dikemukakan oleh Sulaiman (1990) diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya. Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya mual dan muntah serta diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi yang tidak toleran terhadap makanan tertentu atau toksin (Tucker SM, 1998). Maka dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah buang air besar encer dengan frekuensi lebih dari tiga kali dalam sehari disertai mual dan muntah. B. Anatomi

ASKEP ANAK DIARE2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asuhan keperawatan

Citation preview

Page 1: ASKEP ANAK DIARE2

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Diare didefinisikan sebagai buang air encer tiga kali lebih dalam sehari

(WHO, 1992). Menurut Hadi (1999) diare adalah buang air besar melebihi

normal karena passage balus makanan terlalu cepat sebagai akibat

hiperperistaltik sehingga reabsorbsi air dalam usus besar terganggu,

menyebabkan frekuensi buang air besar melebihi normal, tinja yang

dikeluarkan biasanya berbentuk cair dengan atau tanpa disertai lendir dan

darah. Pendapat senada dikemukakan oleh Sulaiman (1990) diare diartikan

sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah

cair (setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak

dari biasanya. Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan

adanya mual dan muntah serta diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi yang

tidak toleran terhadap makanan tertentu atau toksin (Tucker SM, 1998). Maka

dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah buang air besar encer dengan

frekuensi lebih dari tiga kali dalam sehari disertai mual dan muntah.

B. Anatomi

Gambar anatomi Cambrige Communication Limited (1999).

Page 2: ASKEP ANAK DIARE2

C. Etiologi

Menurut Suharyono (1999) penyebab diare dibagi menjadi dua golongan.

1. Diare sekresi, disebabkan oleh:

a. Infeksi

1) Infeksi bakteri

Shigella, salmonella, E. coli, Golongan virbio, Bacillus cereus,

clastridium perfreinges, stophylococcus oureus, complyobacter

geromonas.

2) Infeksi virus

Rotavirus, adenovirus

3) Infeksi parasit

Protozoa, entamoeba hytolycia, giardia lamblia, balantidium coli,

cacing perut, ascaris, trichuris, strongyloides, jamur candida.

b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan – bahan

kimia, makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas,

terlalu asam), gangguan psikis, (ketakutan, gugup), gangguan saraf,

hawa dingin alergi.

c. Defisiensi imun SIgA (Secretory, immunoglobulin A) yang

mengakibatkan terjadinya berlipatgandanya bakteri (fibra usus dan

jamur, terutama candida)

2. Diare osmotik disebabkan oleh

a. Malabsorbsi makanan

b. KKP (Kekurangan Kalori Protein).

c. BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir.

D. Pathofisiologi dan Pathways

Pada umumnya timbulnya diare karena passage bolus terlalu cepat dan

terganggunya reabsorbsi air dalam usus besar, sehingga menyebabkan sering

buang air besar (Hadi, 1999). Pendapat senada dikemukakan oleh staf

Page 3: ASKEP ANAK DIARE2

pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (2002) yang menambahkan tentang

mekanisme timbulnya diare:

1. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga

terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus

berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga

timbul diare.

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsang tertentu (misal : oleh tokisn) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke rongga usus dan

selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya

dapat menimbulkan diare.

4. Pathways

Page 4: ASKEP ANAK DIARE2

Faktor makanan : makanan basi, beracun,

alergi terhadap makanan, makanan pedas, asam,

alkohol

Peningkatan isi (rongga) lumen usus

Faktor psikologis : cemas, takut

Faktor infeksi : bakteri, virus, parasit

Masuk kedalam tubuh

Mencapai usus halus

Merangsang/menstimulasi dinding usus halus

Faktor malabsorbsi : karbohidrat,

protein, lemakMakanan tidak

terserap oleh vili usus

Peningkatan tekanan osmotik

dalam lumen usus

Pergeseran air dan elektrolit kedalam

lumen usus

Rangsangan di hipothalamus

Susunan syaraf autonom (serabut

syaraf parasimpatis cabang nervus

vagus

Malabsorbsi makanan dan

cairan

Masuk kedalam tubuh bersama makanan dan

minuman yang tercemar

Mencapai usus halus

Menyebabkan infeksi dan kerusakan jonjot

usus

D. Pathways

Hiperperistaltik

Peningkatan percepatan kontak antara makanan dan air dengan mukosa usus

Penyerapan makanan, air, dan elektrolit terganggu

MK 1 : Diare

Gambar pathways Gastroenteritis, dikembangkan dari Suharyono (1999), Price S.A (1995)

MK.2 Kekurangan

Volume Cairan

MK.5 Hipertermi

MK.2 Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan

MK.6 Kerusakan

Integritas Kulit

Sering defekasi

Pengeluaran asam laktat berlebihan

Iritasi kulit daerah anal

Pengeluaran substansi nutrien bersama faeses

Hipoglikemi dan gangguan zat gizi

Malnutrisi energi dan

protein

Kehilangan cairan dan elektrolit

Dehidrasi

Sirkulasi darah

menurun

Syok hipovolemik

Meninggal

Merangsang hipothalamu

s

Page 5: ASKEP ANAK DIARE2

E. Fokus Intervensi

1. Diare berhubungan dengan infeksi, makanan, psikologis (Carpenito L.J,

2001)

Tujuan : Mencapai BAB normal yang ditunjukkan dengan :

a. Penurunan frekuensi BAB sampai kurang dari 3 kali sehari

b. Faeses mempunyai bentuk

Intervensi:

a. Kaji faktor penyebab yang mempengaruhi diare.

b. Ajarkan pada klien penggunaan yang tepat dari obat – obat anti diare.

c. Dapatkan sediaan faeses untuk pemeriksaan kultur bila diare

bertambah.

d. Pertahankan tirah baring

e. Pantau keefektifan dan efek samping dari obat anti diare

f. Kolaborasi untuk mendapat antibiotik

2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan

sekunder akibat diare (Carpenito L.J, 2000)

Tujuan:

a. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

b. Tidak terjadi dehidrasi

Intervensi:

a. Monitor output cairan

b. Monitor intake cairan

c. Berikan oralit tiap habis BAB

d. Kaji tanda – tanda dehidrasi

e. Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak

adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi (Carpenito, L.J, 2000)

Tujuan:

a. Nutrisi terpenuhi

b. Berat badan sesuai usia

c. Nafsu makan meningkat

Page 6: ASKEP ANAK DIARE2

Intervensi:

a. Beri diit yang tidak merangsang

b. Motivasi keluarga untuk memberikan makanan yang tidak

bertentangan dengan diare dan sesuai waktu

c. Pertahankan kebersihan mulut

d. Timbang berat badan tiap hari

e. Beri diit tinggi kalori, protein, dan mineral serta rendah zat sisa

4. Nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder gastro enteritis

(Carpenitor, L.J, 2001)

Tujuan : nyeri dapat berkurang

Intervensi:

a. Beri kompres hangat di perut

b. Ubah posisi klien bila nyeri, arahkan ke posisi yang paling aman.

c. Kaji nyeri

d. Kolaborasi pemberian obat analgesik

5. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi terhadap dehidrasi

(Carpenito, L.J. 2001)

Tujuan : mempertahankan normotermia

Intervensi:

a. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya mempertahankan masukan

yang adekuat sedikitnya 2000 ml/ hari kecuali terdapat kontra indikasi

penyakit jantung atau ginjal untuk mencegah dehidrasi.

b. Monitor intake dan output dehidrasi

c. Monitor suhu dan tanda vital

6. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan iritan lingkungan sekunder

terhadap kelembapan (Carpenito)

Tujuan : gangguan integritas kulit dapat teratasi dengan ditandai tidak

adanya lecet dan kemerahan di sekitar anal

Intervensi:

Page 7: ASKEP ANAK DIARE2

a. Bersihkan sekitar anal setelah defekasi dengan sabun yang lembut.

Bilas dengan air, keringkan dan taburi talk

b. Beri udara bebas pada daerah anal tiap 10 – 15 menit

c. Beri stik laken di atas perlak klien

d. Gunakan pakaian yang longgar

e. Monitor data laboratorium