34
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN CA OVARIUM OLEH KELOMPOK X 1. FARADILLA ATTAMIMI NIM : 132111014 2. YUDISTHIRA HARI WIJAYA NIM : 132111036 3. MUTIARA INDRIANI NIM : 132111016 FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI KEPERAWATAN UNIVERSITAS MH.THAMRIN JAKARTA TA 2013/2014

Askep CA Ovarium

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MAKALAH

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN CA OVARIUM

OLEH KELOMPOK X

1. FARADILLA ATTAMIMI

NIM : 132111014

2. YUDISTHIRA HARI WIJAYANIM : 1321110363. MUTIARA INDRIANI NIM : 132111016FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MH.THAMRIN JAKARTATA 2013/2014KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WrWb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah KEPERAWATAN MATERNITAS yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN CA OVARIUM .Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepeda

1. Ibu Lena Lusiana,S.kp, M.kes selaku dosen pembimbing kami

2. Ibu Ilah Muhafilah,S.kp,MKes selaku Ketua Prodi

Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, 20 November 2013DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar belakanng

2I.2 Tujuan penulisan

3BAB II TINJAUAN TEORI

II.1 Definisi penyakit

4II.2 Anatomi fisiologi Ovarium

5II.3 Klasifikasi

6II.4 Etiologi

8II.5 Patofisiologi

11II.6 Manifestasi klinis

12II.7 Komplikasi

13II.8 Pemeriksaan Penunjang

13

II.9 Penatalaksanaan

14BAB III ASUHAN KEPERAWATANIII.1 Pengkajian

15III.2 Diagnosa

17

III.3 Intervensi

17

III.4 Evaluasi

19

BAB IV PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

20IV.2 Saran

20DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Kanker ovarium merupakan suatu kanker yang belum diketahui penyebabnya.Kanker Ovarium sering ditemukan wanita yang berumur 40 - 74 tahun. Penyebaran suatu kanker ovarium bisa menyebar kebagian yang lain,seperti daerah panggul dan perut melalui getah bening dan melalui peredaran darah untuk menuju kehati dan paru-paru.

Karsinoma ovarium adalah jenis epitel adalah penyebab utama kematian akibat kanker ginekologi diamerika serikat. Pada tahun 2003 diperkirakan terdapat 25.400 kasus kanker dengan 14.300 kematian yang mencakup kira- kira 5% dari semua kematian wanita karena kanker.

Meskipun mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitelial,kanker ovarium dapat juga berasal dari sel yang terdapat diovarium. Tumor ovarium yang berasal dari sel germinal yang kelasifisikan sebagai disgerminoma dan teratoma sedangkan tumor ovarium yang berasal dari sel folikel di kelasifisaikan sebagai sex cord stromal terutama tumor sel granulosa dan tumor yang berasal dari stroma ovarium adalah sarkoma. Akan tetapi angka kejadian tumor ovarium non epitelial kecil sekali sehingga dianggap angka kejadian seluruh kanker ovarium.

Kanker ovarium jarang ditemukan pada umur dibawah 40 tahun . Angaka kejadian meningkat dengan makin tuanya usia 15 16 per 100.000 pada usia 40 -44 tahun menjadi paling tinggi dengan angka kematain 57 per 100.000 pada usia 70 74 tahun.Usia median saat diagnosis adalah 63 tahun dan 48 % penderita berusia diatas 65 tahun.

Pada tahun 2005, Masyarakat kanker Amerika memperkirakan bahwa 22.220 kasus baru kanker ovarian akan bisa di diagnosa, dan itu kan membunuh 16.200 wanita. Hanya 77% kasus yang mempunyai tingkat nilai survival 1 tahun, 44% kasus yang mempunyai tingkat nilai suvival 5 tahun. Dan hanya 19% kasus saja kasus yang di diagnosa sebelum metastasis terjadi. Hal tersebut disebabkan Oleh karena ketiadaan adanya deteksi dini peyakit dan kemajuan penyakit yang cepat. Sehingga menyebabkan angka kematian yang sebabkan oleh kanker Ovari meningkat.

Karena belum ada metode skrining yang efektif untuk kanker ovarium 70% kasus ditemukan kasus pada keadaan yang sudah usia lanjut yakni tumor yang menyebar jauh dari ovarium.

Kebanyakan dari khasus keganasan pada ovarium terdeteksi saat sudah memasuki stadium lanjut sehingga saat diketahui sudah parah. Biasanya orang yang menderit Ca Ovarium tampak kurus dan perut asites. Karena proses perjalanan penyakit yang ditmbulkan dari kanker tersebut, sehingga penderita mengalami anorexia atau tidak nafsu makan karena mual dan muntah. Sedangkan asites itu sendiri ditimbulkan akibat dari cairan tumor dan tumor itu sendiri. Ca Ovarium bisa juga mengakibatkan evusi pleura karena perjalanan tumor itu.

Penatalaksanaan pada klien dengan Ca Ovarium adalah pembedahan, pembedahan bisa pembedahan total dengan mengangkat keseluruhan dari rahim, salping, dan ovarium tapi juga bisa saja hanya pada ovarium atau pada saluran tuba falopii tergantung keparahan dari kanker itu sendiri. Tanda khas dari Ca Ovarium yang paling banyak adalah Meigg Syndrome, yang merupakan tiga gejala khas pada orang dengan Ca Ovarium.1.2 TUJUAN PENULISAN1. Untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas

2. Setelah membuat makalah ini di harapkan mahasiswa dan kelompok dapat memahami tentang Kanker Ovarium dan asuhan keperawatan terhadap klien dengan Kanker Ovarium.BAB II

TINJAUAN TEORITIS II.1 DEFINISI

Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka

ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal,mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam(Smeltzer & Bare, 2002).

Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderlinemalignancy atau carcinoma of low maligna potensial) dan jelas ganas (truemalignant) (Priyanto, 2007).

Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Kanker ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di bagian dalam sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana(Wiknjosastro, 1999).

mempunyai resiko mengidap kanker payudara tiga sampai empat kali lipat dan wanita dengan kanker payudara mempunyai resiko yang meningkat terhadap kanker ovarium. Tidak ada faktor penyebab definitif yang telah ditetapkan, tetapi kontraseptif oral tampak memberikan efek protektif. Hereditas dapat berperan dalam menimbulkan penyakit ini, dan banyak dokter menyarankan pemeriksaan pelvis bimanual bagi wanita yang mempunyai satu atau dua orang saudara dengan kanker ovarium. Meskipun dengan pemeriksaan yangn cermat, tumor ovarium biasanya terdapat jauh di dalam dan sulit untuk dideteksi. Belum ada skrinng dini yang tersedia saat ini, meskipun penanda tumor sedang dalam penelitian. Sonogram transvaginal dan pengujian antigen Ca-125 sangat membantu pada mereka yang beresiko tinggi untuk mengalami kondisi ini. Akhir akhir ini, antigen yang berkaitan dengan tumor membantu dalam perawatn tindak lanjut setelah didiagnosis dan pengobatan, tetapi tidak pada skrining umum dini.

Faktor faktor resiko termasuk diet tinggi lemak, merokok, alkohol, penggunaan bedak talk perineal, riwayat kanker payudara, kanker kolon, kanker endometrium, dan riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium. Nulipara, infertilitas, dan tak-ovulasi adalah faktor faktor resiko. Angka kelangungan hidup tergantung pada tahap mana kanker didiagnosis.Lebih dari 80% kanker ovarium epitelial ditemukan pada wanita pascamenopause. Usia 62 tahun adalah usia di mana kanker ovarium epitelial paling sering ditemui. Kanker ovarium epitelial jarang ditemukan pada usia kurang dari 45 tahun. Pada wanita premenopause hanya 7% tumor ovarium epitelial yang ganas.II.2 ANATOMI FISIOLOGI OVARIUM

Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri dan kanan uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi yaitu pematangan folikel graaf dan mengeluarkan ovum. Bila folikel graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah pada ruang folikel.

Ovarium mempunyai 3 fumgsi, yaitu : Memproduksi ovum,Memproduksi hormone estrogen, Memproduksi hormone progesterone. Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium ini terdapat jaringan bulbus dan tubulus yang menghasilkan telur (ovum) dan ovarium ini hanya terdapat pad wanita, letaknya di dalam pelvis di kiri kanan uterus, membentuk, mengembang serta melepaskan ovum dan menimbulkan sifat-sifat kewanitaan, misalnya : pelvis yang membesar, timbulnya siklus menstruasi.

Bentuk ovarium bulat telur beratnya 5-6 kg, bagian dalam ovarium disebut medulla ovary di buat di jaringan ikat, jaringan yang banyak mengandung kapiler darah dan serabut kapiler saraf, bagian luar bernama korteks ovary, terdiri dari folikel-folikel yaitu kantong-kantong kecil yang berdinding epithelium dan berisi ovum.

Kelenjar ovarika terdapat pada ovarium di samping kiri dan kanan uterus, menghasilkan hormon estrogen dan progesterone. Hormon ini dapat mempengaruhi kerja dan mempengaruhi sifat-sifat kewanitaan, misalnya panggul yang besar, panggul sempit dan lain-lain.

Apabila folikel de graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah di dalam rongga folikel dan sel yang berwarna kuning yang berasal dari dinding folikel masuk dalam gumpalan itu dan membentuk korpus luteum tumbuh terus sampai beberapa bulan menjadi besar. Bila ovum tidak di buahi maka korpus luteum bertahan hanya sampai 12-14 hari tepat sebelum masa menstruasi berikutnya, korpus luteum menjadi atropi.

Siklus menstruasi, perubahan yang terjadi di dalam ovarium dan uterus dimana masa menstruasi berlangsung kira-kira 5 hari, selama masa ini epithelium permukaan dinding uterus terlepas dan terjadi sedikit perdarahan.

Masa setelah menstruasi adalah masa perbaikan dan pertumbuhan yang berlangsung 9 hari ketika selaput terlepas untuk diperbaharui, tahap ini dikendalikan olen estrogen, sedangkan pengendalian estrogen dikendallikan oleh FSH (Folikel Stimulating Hormon) terjadi pada hari ke-14, kemudian disusul 14 hari tahap sekretorik yang di kendalikan oleh progesterone.

II.3 KLASIFIKASIJenis kanker ovarium meliputi:

a. Epithelial (65% dari semua kanker ovarium).

Tumor epiteal ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, namun jika terjadi keganasan maka disebut epitelial ovarium carcinomas yang merupakan jenis tumor yang paling sering dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial secara mikrokopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker, dinamakan sebagai tumor borderline atau tumor yang berpotensi ganas. (Ari, 2008)

Berikut adalah beberapa kanker epithelial :

1) Serosa (20%-50%, kebanyakan ganas)

2) Muscinosa (15%-25%, dapat tumbuh hingga ukuran besar, histologinya bervariasi)

3) Endometrioid (5%, sekitar 10% berhubungan dengan endometriosisi)

4) Clear cell (5%, prognosisnya sangat buruk)

5) Brenner (2%-3%, kebanyakan jinak)b. Germ cell (25% dari semua kanker ovarium).

Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum, umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal adalah teratoma, disgermioma dan tumor sinus endodermal (Ari, 2008).

Germ cell terdiri atas :

1) Disgermioma

2) Mixed germ cell tumor

3) Teratoma imatur

4) Koriokarsinoma

5) Endodermal sinus tumor

6) Embrional karsinomac. Sex cord stromal (5% dari semua kanker ovarium) terdiri atas sel granulosa tumor. Tipe lainnya adalah sertoli-leydig.

Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan (Ari, 2008).Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International Federation of Gynecology and ObstetricsStadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium

I AMengenai 1 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)

I BMengenai 2 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)

I CKriteria I A / I B disertai 1 > lebih keadaan sbb :

1. Mengenai permukaan luar ovarium

2. Kapsul rupture

3. Ascites (+)

Stadium II perluasan pada rongga pelvis

II AMengenai uterus / tuba fallopi / keduanya

II BMengenai organ pelvis lainnya

II CKriteria II A / II B disertai 1 / > keadaan sbb :

1. Mengenai permukaan ovarium

2. Kapsul ruptur

3. Ascites (+)

Stadium III kanker meluas mengenai organ pelvis dan intraperitoneal

III AMakroskopis : terbatas 1 / 2 ovarium

Mikroskopis: mengenai intraperitoneal

III BMakroskopis : mengenai intraperitoneal diameter < 2 cm, KGB (-)

III C1.Meluas mengenai KGB

2.Makroskopis mengenai intraperitoneal diameter > 2 cm

Stadium IV pertumbuhan mengenai 1 / 2 ovarium dengan metastasis jauh.

Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.

Derajat keganasan kanker ovarium

a. Derajat 1 : differensiasi baik

b. Derajat 2 : differensiasi sedang

c. Derajat 3 : differensiasi buruk

Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan lebih baik.II.4 ETIOLOGI

Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan,membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya :1. Hipotesis Incessant Ovulation

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla pada tahun 1972, yang menyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu dan kacau sehingga dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel sel tumor.2. Hipotesis Gonadotropin

Teori ini didasarkan pada pengetahuan hasil percobaan binatang pada data epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium pada beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar hormon esterogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan mengikat.Peningkatan kadar hormon goonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin bertambah bsarnya tumor ovarium pada binatang tersebut.

Kelenjar ovarium yang telah terpapar pada zat karsiogenik dimetil benzzatrene ( DMBA ) akan terjadi tumor ovarium jika ditransplantasikan pada tikus yang telah dioovorektomi, Tetapi tidak menjadi tumor jiak tikus tersebut telah dihipofisektomi.

Jika ovarium yang telah diardiassi ( hormonally inactivated ) ditransplantasikan ke rodentia dengan ovarium yang makin normal, tumor ovarium tidak terbentuk. Akan tetapi, jika ditransplantasikan pada rodentia yang telah dioovorektomi, tumor ovarium akan terbentuk.Berkurangnya resiko ca ovarium pada wanita multipara dan wanita pemakai pil kontrasepsi dapat diterangkan dengan rendahnya kadar gonadotropin pada dua kelompok ini. 3. Hipotesis Androgen

Teori ini pertama kali dikemuukakan oleh Risch pada tahun 1998 yang mengatakan bahwa androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Teori ini didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Epitel ovarium selalu terpapar pada androgenik sterid yang berasal dari ovarium itu sendiri dan kelenjar adrenal seperti androstenedion, dehidroepiandrosteron, dan testosteron. Dalam percobaan invitro androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan juga sel sel kanker ovarium epitel dalam kultur sel.

Dalam penelitian epidemiologi yang ditemukan tingginya kadar androgrn (androstenedion, dehidrosepiandrosteron) dalam darah wanita penderita kanker ovarium. Penderita sindroma polikistik ovarium yang kadar esterogennya tiinggi ternyata pada penelitian kohort mempunyai resiko yang tinggi untuk mengalami kanker ovarium.Jadi, berdasarkan hipotesis ini menurunnya resiko terjadinya kanker ovarium pada wanita yang memakai pil kontrasepsi dapat dijelaskan yaitu dengan terjadinya penekanan kadar androgen.4. Hipotesisi Progesteron

Berbeda dengan efek peningkatan resiko kaanker ovarium oleh androgen, progesteron ternyata memiliki peranan protektif terhadap terjadinya kanker ovarium. Epitel normal ovarium mengandung reseptor progesteron.

Penelitian pada ayam gallus domesticus menemukan 3-year incidence terjadinya kanker ovarium secara spontan pada 24% ayam yang berusia lebih dari dua tahun. Dengan pemberian makanan yang mengandung pil kontrasepsi ternyata menurunkan insiden terjadinya kanker ovarium. Penurunan insiden ini ternyata makin banyak jika ayam tersebut hanya diberikan progesteron.

Percobaan pada kera macaque, progesteron menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel ovarium, sedangkan esterogen menghambatnya. Pemberian pil yang mengandung esterogen saja pada wanita pasca menopause akan meningkatkan terjadinya resiko kanker ovarium, sedangkan pemberian kombinasi dengan progesteron akan menurunkan resikonya. Kehamilan, dimana kadar progesteron tinggi, menurunkan kanker ovarium. Pil kontrasepsi kombinasi menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium. Demikian juga yang hanya mengandung progesteron yang menekan ovulasi juga menurunkan resiko kanker ovarium. Akan tetapi, pemakaian depo medroksiprogesteron asetat ternyata tidak menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium.5. Paritas

Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi memiliki resiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah dari pada nulipara,yaitu dengan resiko relatif 0,7.pada wanita yang mengalami 4 atau lebih kehamilan anterm,resiko terjadinya kanker ovarium berkurang sebesar 40% dibandingkan dengan wanita nulipara.6. Pil Kontrasepsi

Penelitian dari center of disease control menemukan penurunan resiko terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai pil kontrasepsi ,yaitu dengan rsiko relatif 0,6.

Penelitian lain melaporkan juga bahwa pemakaian pil kontrasepsi selama 1 tahun menurunkan resiko sampai 11%,sedangkan pemakaian sampai 5 tahun menurunkan resiko sampai 50. Penurunan resiko semakin nyata dengan semakin lama pemakaiannya.7. Talk

Pemakaian talk(bydrous magnesium silicate)pada daerah perinium dilaporkan meningkatkan resiko terjadinya kanker ovarium dengan resiko relatif 1,9%.akan tetapi, penelitian prospektif yang mencangkup kohort 78.000 wanita ternyata tidak mendukung teori diatas . Meskipun 40% kohort melaporkan pernah memakai talk, hanya sekitar 15% yang memakainya setip hari. Resiko relatif terkena kanker ovarium pada yang pernah memakai talk tidak meningkat (RR 1,1). Demikian juga bagi yang selalu memakainya.

8. Ligasi Tuba

Pengikatan tuba ternya menurunkan resiko terjadinya kaanker ovarium dengan resiko relatif 0,3. Mekanisme terjadinya efek protektif ini diduga dengan terputusnya akses talk atau karsinogen lainnya dengan ovarium.

9. Terapi hormon pengganti pada masa menopause

Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause (Menopausal Hormone Therapy = MHT) dengan esterogen saja selama 10 tahun meningkatkan resiko relatif 2,2. Sementara itu, jika masa pemakaian MHT selama 20 tahun atau lebih, resiko relatif meningkat menjadi 3,2. Pemakaian MHT dengan esterogen yang kemudian diikuti dengan pemberian progestin, ternyata masih menunjukkan meningkatnya resiko relatif menjadi 1,5.Oleh karena itu, MHT, khususnya dengan esterogen saja, secara nyata meningkatkan resiko relatif terkena kanker ovarium. Pemakaian MHT dengan kombinasi esterogen dan progestin, meskipun lebih aman dati MHT dengan esterogen saja, untuk jangka panjang tidak dianjurkan lagi sebagai salah satu terapi suportif bagi wanita yang telah menopause.10. Obat obat yang meningkatkan kesuburan

Obat obat yang meningkatkan fertilitas seperti klomifen sitrat, yang diberikan secara oral, dan obat obat gonadotropin yang diberikan dengan suntikan seperti Follicle stimulating hormone (FSH), kombinasi FSH dengan Luteinizing bormone (LH), akan menginduksi terjadinya ovulasi atau multipel ovulasi.Menurut hipotesis incessant ovulation dan hipotesis gonadotropin, pemakaian obat penyubur ini jelas akan meningkatkan resiko relatif terjadinya kanker ovarium. Pemakaian klomifen sitrat yang lebih dari 12 siklus akan meningkatkan resiko relatif menjadi 11. Kanker ovarium yang terjadi adalah kanker ovarium jenis borderline.11. Faktor herediter

a. Riwayat keluarga dengan kanker ovarium

Dari studi metanalisis pada tahun 1988 ditemukan resiko relatif yang meningkat dan berbeda pada anggota keluarga lapis pertama. Ibu dari penderita kanker ovarium resiko relatifnya 1,1, saudara perempuan relatifnya 3,8, anak dari penderita kanker ovarium resiko relatifnya 6.

b. BRCA gen dan kanker ovarium

Antara 5%-10% kanker ovarium dianggap bersifat herediter. Kelompok kanker ovarium ini termasuk dalam sindroma hereditary breast and ovarial cancer (HBOC) dan disebabkan oleh terjadinya mutasi di gen BRCA1 dan BRCA2. Gen BRCA1 adalah suatu gen yang terletak di kromosom 17q12-21, sedangkan BRCA2 terletak di kromosom 13q12. Wanita dengan gen BRCA1 yang telah bermutasi, mempunyai resiko terkena kanker ovarium sebesar 40%-60%, dan resiko terkena kanker payudara sebesarr hampir 90%. Resiko terkena kanker tuba falopii juga meningkat 50-120 kali jika dibandingkan dengan wanita yang bukan carrier/pembawa sifat gen BRCA1. Resiko untuk menderita kanker peritonium primer juga meningkat dengan resiko relatif 45.Gen lain yang berkaitan dengan kanker ovarium adalah gen BRCA2 yang terletak pada kromosom 13q12. Resiko untuk menderita kanker ovarium pada wanita pembawa gen BRCA2 yang telah bermutasi lebih rendah daripada resiko pembawa gen BRCA1 yang bermutasi, yaitu 16%-27%. Kanker ovarium pada pembawa gen BRCA1 dan BRCA2 yang telah bermutasi terjadi pada usia 51,2 tahun dan 57,5 tahun.

c. Gen mismatch DNA repair

Kanker ovarium juga merupakan bagian dari sindroma hereditary nonpolyposis colorectak cancer (HNPCC). HNPCC adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh autosomal dominant disorder yang berkaitan dengan kerusakan gen yang bertanggung jawab atas terjadinya reparasi yang tidak normal dari DNA. Meskipun HNPCC terutama berkaitan dengan terjadinya kanker kolon pada usia yang lebih muda, HNPCC ini ternyata juga ditandai dengan meningkatnya resiko sejumlah kanker ekstrakolon seperti kanker endometrium , kanker ovarium, kanker lambung, kanker usus halus, dan kanker traktus urinarius. Resiko terjadinya kanker ovarium pada usia 70 tahun pada penderita HNPCC adalah 12%, lebih tinggi dari masyarakat umum yang resikonya hanya 1,4%.Meskipun resikonya tidak setinggi resiko penderita dengan mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, resiko terjadinya kanker ovarium pada kelompok ini masih 8-9 kali lebih besar dari resiko pada masyarakat umum.II.5 PATOFISIOLOGI

Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun ke atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites (Brunner dan Suddarth, 2002).

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal dan komplikasi tumor-tumor tersebut.1. Akibat Pertumbuhan

Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan konstipasi, edema, tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit2. Akibat aktivitas hormonal

Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika

tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.3. Akibat Komplikasi

a. Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan menimbulkan nyeri perut.b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan menimbulkan rasa sakit.c. Infeksi pada tumor

Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akutd. Robekan dinding kista

Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus.

e. Perubahan keganasan

Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan (Wiknjosastro,1999).

Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal,endodermal, mesodermal) dengan sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam, kira-kira 60% terdapat pada usia peri menopause 30% dalam masa reproduksi dan 10% usia jauh lebih muda.

Tumor ovarium yang ganas, menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, medistinal dan supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke alat-alat yang jauh terutama paru-paru, hati dan otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai penderita tumor ganas ovarium (Harahap, 2003).

II.6 MANIFESTASI KLINISKanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala

umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.

1. Stadium Awal

a. Gangguan haid

b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)18

c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)

d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)

e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)

f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada

lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan

rambut)

2. Stadium Lanjut

a. Asites

b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)

c. Perut membuncit

d. Kembung dan mual

e. Gangguan nafsu makan

f. Gangguan BAB dan BAK

g. Sesak nafas

h. Dyspepsia

II.7 KOMPLIKASIKomplikasi yang terjadi yaitu :

1. Asites

Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur-struktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.

2. Efusi Pleura

Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe menuju pleura.

Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :1. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause

2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga muncul maaslah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis

Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus, asites fistula dan edema ekstremitas bawah

II.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksan darah lengkap

2. Pemeriksaan kimia darah

3. Serum HCG

4. Alfa fetoprotein

5. Analisa air kemih

6. Pemeriksaan saluran pencernaan

7. Laparatomi

8. CT scan atau MRI perut.

9. Pemeriksaan panggul.

10. USG menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara untuk menghasilkan gambar dari bagian dalam tubuh.

11. Pembedahan untuk mengangkat contoh jaringan untuk pengujian

12. CA 125 tes darah. CA 125 adalah protein yang ditemukan pada permukaan sel kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat. Banyak wanita dengan kanker ovarium memiliki tingkat abnormal tinggi CA 125 dalam darah mereka.II. 9 PENATALAKSANAAN1. Pembedahan

Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan ditentukan oleh insiden dan seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan kecenderungan untuk menginvasi korpus uteri.

2. Biopsi

Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah lambung, untuk mendukung pembedahan.

3. Second look Laparotomi

Untuk memastikan pemasantan secara radioterapi atau kemoterapi lazim dilakukan laparotomi kedua bahkan sampai ketiga.

4. Kemoterapi

Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk penanganan tumor ganas ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah digunakan termasuk agens alkylating seperti itu (cyclophasphamide, chlorambucil) anti metabolic seperti : Mtx / metrotrex xate dan 5 fluorouracit / antibiotikal (admisin).

5. Penanganan lanjut

a. Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan sekali

b. Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4 bulan

c. Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan

d. Seterusnya tiap 1 tahun sekaliBAB III

ASUHAN KEPERAWATANIII.1 Pengkajian Keperawatan

1. Anamnesa meliputi:

1) Identitas Klien

a) Nama

b) Umur

c) Alamat

d) Jenis kelamin

e) Agama

f) Pendidikan

g) Pekerjaan2. Riwayat sakit dan kesehatan:

a) Keluhan utamaNyeri (Jenis, Intensitas, waktu, durasi, daerah yang menyebabkan nyeri bertambah, atau berkurang), hubungan nyeri dengan menstruasi, seksualitas, fungsi urinaria, dan gastrointestinal.Perdarahan (pada saat kehamilan, setelah menopause, karakteristik, faktor pencetus, jumlah, warna, konsistensi) Pengeluaran cairan/secret melalui vagina (iritasi, gatal, nyeri, jumlah, warna, konsistensi) Keluhan fungsi reproduksi

b) Riwayat penyakit saat ini Pengembangan keluhan utama dengan PQRST

P (provokes) : apa sebab yang menimbulkan nyeri ?

Q (quality) seberapa berat keluhan nyeri terasa? bagaimana rasanya? apakah tumpul, tajam, tertekan, dll?

R (region) : lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan/ditemukan? apakah juga menyebar ke daerah lain/area penyebarannya?

S (severity) : jelaskan skala nyeri dan frekuensi?, apakah disertai dengan gejala seperti (mual, muntah, pusing, diaphoresis, pucat, nafas pendek, sesak, tanda vital yang abnormal dll)?

T (timing) : kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan/dirasakan? seberapa sering keluhan nyeri tersebut dirasakan/terjadi? apakah terjadi secara mendadak atau bertahap?

c) Riwayat penyakit dahuluPenyakit yang pernah dialamai seperti penyakit kronis pada masa dewasa, riwayat infertilitas, penyakit gangguan metabolisme/nutrisi, penggunaan obat-obatan radiasi yang lama, peradangan panggul, rupture appendik peritonitis.d) Riwayat Genito ReproduksiRiwayat menstruasi, usia pertama menstruasi, siklus, durasi, jumlah darah yang keluar, dismenore. Jika menopause, mentruasi terakhir, gejala klimaksterium, pemeriksaan papsmear, pemeriksaan payudara, riwayat STDS Jika pernah hamil: waktu persalinan, metoda persalinan, komplikasi saat melahirkan. Aktivitas seksual : kekuatan respon seksual, rasa nyeri.

e) Riwayat Kesehatan KeluargaDM, kardiovaskuler, kehamilan kembar, kanker, gangguan genetik, kongenital.3. Pemeriksaan Fisik

a) Secara umum: tinggi badan berat badan bentuk, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persarafan.b) Secara khusus:Pemerikasaan payudara: ukuran, kesimetrisan, massa, retraksi jaringan parut, kondisi puting susu.

Pemeriksaan abdomen : adanya massa abdominopelvic

c) Genetalia eksterna : inpeksi dan palpasi dengan posisi litotomi bertujuan mengkaji kesesuaian umur dengan perkembangan sistem reproduksi, kondisi rambut pada simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa vulva, tanda-tanda peradangan, bengkak dan pengeluaran cairan vagina.

d) Pelvis : dengan mengunakan spekulum dilakukan inpeksi servik yaitu warna, bentuk, dilatasi servik, erosi, nodul, masa, cairan pervaginam, perdarahan, lesi atau luka. Setelah spekulum dilepas dapat dilakukan pemeriksaan bimanual yaitu : memasukan dua jari kedalam vagina untuk pemeriksaan dinding posterior vagina (adanya masa, ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas uterus, mobilitas ovarium, adneksa).e) Pemeriksaan rectum dan rekto vagina.

4. Pemeriksaan Diagnostik

a) Papsmear : untuk mengetahui keadaan servik

b) Sistoskopi dan intravena pielogram : untuk mengetahui kandung kemih.

c) MRI / CT Scan abdomen : untuk menilai penyebaran dr. tumo

5. PsikososialMeliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.

III.2 Diagnosa keperawatana. Nyeri berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker metastasis

b. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan gangguan GI akibat adanya kanker metastasis

c. Ansietas berdasarkan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan feminitas dan perubahan bentuk tubuh

d. Gangguan harga diri berdasarkan perubahan seksualitas, fertilitas dan hubungan dengan pasangan dan keluargaIII.3 INTERVENSI KEPERAWATANa. Nyeri berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker metastasisTujuan : Dalam 2 x 24 jam rasa nyeri berkurangKriteria Hasil : Setelah diberi tindakan keperawatan skala nyeri berkurang menjadi 4IntervensiRasional

Kolaborasi tindakan pembedahan untuk pengangkatan kanker.Kolabarasi untuk pemberian terapi analgesik.

Atur posisi senyaman mungkin.

Ajarkan dan lakukan teknik relaksasi.

Kaji tingkat dan intensitas nyeri.Pembedahan bertujuan untuk menghilangkan faktor utama penyebab nyeri.Menghilangkan rasa nyeri

Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri

Merelaksasi otot-otot tubuh

Mengidentifikasi skala dan perkembangan nyeri.

b. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan gangguan GI akibat adanya kanker metastasis.Tujuan : Dalam 2x 24 jam nutrisi pasien terpenuhiKriteria Hasil : mual berkurang, nafsu makan pasien meningkat, berat badan stabil, penambahan berat badan progresif.IntervensiRasional

Pantau masukan makanan setiap hari.Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya protein kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.

Dorong penggunaan suplement dan makan sering atau lebih sedikit yang dibagi-bagi selama sehari

Kontrol faktor lingkungan. Hindari makanan terlalu manis, berlemak, dan pedas.Mengidentisifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi.Kebutuhan jaringan metabolic ditingkatkan begitu juga cairan (untuk menghilangkan produk sisa).

Suplemen dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan kalori dan protein adekuat.

Dapat mencegah respons mual muntah.

c. Ansietas berdasarkan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan feminitas dan perubahan bentuk tubuh.

Tujuan : Rasa cemas klien berkurang

Kriteria Hasil : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takutintervensiRasional

Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannyaMemberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalahan konsep tentang diagnostic

d. Gangguan harga diri berdasarkan perubahan seksualitas, fertilitas dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.Tujuan : meningkatkan harga diri pasienKriteria Hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam situasi.

IntervensiRasional

Dorong diskusi masalah tentang efek kanker / pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orangtua dan sebagainya.Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami,

berikan informasi bahwa konseling perlu dan penting dalam proses adaptasi

Berikan dukungan emosional untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatanDapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakitMemvalidasi realita perasaan klien dan memberikan izin untuk tindakan apapun untuk mengatasi apa yang terjadi.

Meskipun beberapa klien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau efek samping terapi, namun selama periode ini banyak memerlukan dukungan tambahan.

III. 4 EvaluasiHasil yang diharapkan :a. Rasa nyeri berkurangb. Mempertahankan asuhan nutrisi dan hilangnya gangguan GIc. Berkurangnya ansietasd. Hilangnya gangguan harga diri akibat perubahan seksualitas, fertilitas dan hubungan dengan pasangan dan keluarga

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Kanker ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di bagian dalam sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana(Wiknjosastro, 1999).

Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderlinemalignancy atau carcinoma of low maligna potensial) dan jelas ganas (truemalignant) (Priyanto, 2007).Waspadai tanda dan gejala Kanker Ovarium :

Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa:

Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala

umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.

1. Stadium Awal

a. Gangguan haid

b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)18

c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)

d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)

e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)

f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada

lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan

rambut)IV. 2 Saran

Mahasiswa keperawatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuannya tentangCA OVARY dan mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien yang menderita ca ovari dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA1. Suddarth and Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. EGC. Jakarta.2. Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta3. Engram, Barbara. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, Vol.3. Jakarta : EGC.

4. Farrer, Helen. (2001). Maternity Care, Edisi II. Jakarta: EGC.5. NANDA 2005, Nursing diagnoses : Definition and classification 2005-2006, NANDA International, Philadelphia.6. Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC.7. Smeltzer , bare (2002).keperawatan medical bedah.vol 2.ed 8.jakarta:EGCAsuhan Keperawatan Gagal Ginjal AkutPage 3

3