Upload
ayhue-talaa
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ASKEP
DEKUBITUS
DI SUSUN OLEH :
KELAS B TRANSFER
KELOMPOK 11
AYU AGUSTIANI TALA’A
HERU BHAKTIRINI
INNA ROTUL UYYUN
RINI DWI YUNIANDINI
YARLIN MONTES
YUNI WAHYUNI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGKulit merupakan salah satu organ perlindungan bagi tubuh.
Perlindungan yang dimaksud adalah dari mikroorganisme, jamur, paparan zat
kimia, maupun paparan dari sinar UV. Anatomi kulit begitu sempurna untuk
melakukan perlindungan tersebut. Lapisan pertama atau lapisan epidermis
berfungsi menangkal paparan dari luar lingkungan (luar tubuh) sedangkan
lapisan kedua atau dermis berfungsi sebagai tempat syaraf peraba dan tekanan
serta kelenjar subasea dan keringat. Selain kedua lapisan tersebut terdapat
pula lapisan pendukung non-skin yaitu lapisan subcutaneous atau lapisan ikat
atau hypodermis. Ketika lapisan tersebut rusak maka fungsi kulit tidak
maksimal dan perlu penanganan yang tepat. Perawat memiliki tugas untuk
merawat luka tersebut agar dapat beregenerasi dengan normal dan mencegah
terjadinya infeksi dari mokroorganisme.
Salah satu aspek penting dalam pelayananan keperawatan adalah
menjaga dan mempertahankan integritas kulit klien agar senantiasa terjaga
dan utuh. Intervensi dalam perawatan kulit klien akan menjadi salah satu
indikator kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Kerusakan
integriritas kulit dapat berasal dari luka karena trauma dan pembedahan,
namun juga dapat disebabkan karena tertekannya kulit dalm waktu yang lama
yang menyebabkan iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau
dekubitus (Kozier, 1993).
Dekubitus merupakan problem yang serius karena dapat
mengakibatkan meningkatnya biaya, lama perawatan dirumah sakit karena
memperlambat program rehabilitasi bagi penderita (Potter, Perry, 1993).
Selain itu dekubitus juga dapat menyebabkan nyeri yang berkepanjangan, rasa
tidak nyaman, tergangu dan frustasi yang menghinggapi para pasien dan
meningkatkan biaya dalam penaganan. Perawat sebagai kesehatan yang
memiliki tanggung jawab utama dalam mencegah kejadian dekubitus perlu
mnerapkan pengetahuan terbaik yang dimilikinya dalam mencegah
berkembangnya kejadina dekubitus (Moore, et al, 2004).
B. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari dekubitus
2. Mengetahui faktor penyebab terjadinya dekubitus
3. Mengetahui perjalanan timbulnya dekubitus
4. Mengetahui asuhan keperawatan pada dekubitus
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
National pressure Ulcer Advisory panel (NPUAP), 1989 dalam Potter
&perry (2005)mengatakan dekubitus merupakan nekrosis jaringan acto yang
cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan diantara tonjolan tulang
dengan permukaan eksternal dalam jangkawaktu lama
Dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan di
bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya
penekanan pada suatu area secara terus-menerus sehingga mengakibatkan
gangguan sirkulasi darah setempat. (M.Clevo Rendi, 2012)
Dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan
dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya
penekanan pada suatu area secara terus-menerus sehingga mengakibtakan
ganguan sirkulasi darah setempat (Hidayat,2009).
2. ETIOLOGI
Disebabkan oleh tekanan. Kulit dan jaringan dibawahnya tertekan
antara tulang dengan permukaan keras lainnya, seperti tempat tidur dan meja
operasi. Tekanan ringan dalam waktu yang lama sama bahayanya dengan
tekanan besar dalam waktu singkat. Terjadi gangguan mikrosirkulasi acto
kemudian menyebabkan hipoksia dan nekrosis. Tekanan antar muka (interface
pressure). Tekanan antar muka adalah kekuatan per unit area antara tubuh
dengan permukaan matras. Apabila tekanan antar muka lebih besar daripada
tekanan kapiler rata-rata, maka pembuluh darah kapiler akan mudah kolap,
daerah tersebut menjadi lebih mudah untuk terjadinya iskemia dan nekrotik.
Tekanan kapiler rata-rata adalah sekitar 32 mmHg (corwin, 2009).
1. Factor actortu : penuaan (regenerasi sel lemah), sejumlah penyakit yang
menyebabkan seperti DM, status gizi, anemia, penyakit-penyakit
neurologic dan penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah, serta
keadaan hidrasi.
2. Factor ekstrinsik : kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan
kotor, atau peralatan acto yang menyebabkan penderita terfiksasi pada
suatu sikap tertentu, duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat, perubahan
posisi yang kurang.
C. TANDA DAN GEJALA SERTA STADIUMNYA
1. Nyeri, anoreksia dan keterbatasan gerak
2. Edema
3. Hiperemis
4. Kerusakan otot.
5. Kerusakan jaringan kulit.
6. Kemerahan.
7. Stadium
Stadium satu
a) Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila
dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu
tanda sebagai berikut : perubahan actorture kulit (lebih dingin atau
lebih hangat).
b) Perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak). Pada orang
yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang
menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan kelihatan
sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu. Dan adanya
perubahan sensasi (gatal dan nyeri).
Stadium dua
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau
keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau
membentuk lubang yang dangkal.
Stadium tiga
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis
dari jaringan subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia.
Luka terlihat seperti lubang yang dalam.
Stadium empat
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas,
nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang
yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV dari luka
tekan.
E. DERAJAT DEKUBITUS
Menurut Tambayong (2000), Ulkus Dekubitus, dapat diklasifikasikan menjadi
beberapastadium atau derajat yaitu :
1. Derajat 1
a) Terbentuknya abrasi yang mengenai epidermis
b) Luka merah, hangat, mengeras2.
2. Derajat 2
a) Mengenai seluruh dermis
b) Ukuran membentuk cekungan dengan area merah disekitar tepian3.
3. Derajat 3
a) Mengenai jaringan epidermis, dermis, dan subkutan
b) Menyebar sepanjang lapisan fasial
c) Luka mengalirkan cairan purulen dan/atau bau tak sedapd
d) Dapat terjadi infeksi sistemik
4. Derajat 4
a) Menembus fasia, tulang, otot, jaringan penyambung
b) Dapat menyebabkan osteomielitis, sepsis, dan dislokasi sendi
F. KOMPLIKASI
1. Infeksi
2. keterlibatan jaringan tulang dan sendi
3. Septikemia
4. Anemia
5. Hiperbilirubin
6. Kematian
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dekubitus didiagnosis dengan bantuan riwayat yang menunjang dan hasil
pemeriksaanfisik. Orang yang beresiko terkena ulkus harus diperiksa untuk
mengetahui derajat ulkus.Derajat awal ditandai dengan kulit yang tetap pucat
(kemerahan) akibat tekanan yang lama.Pengkajian Fisik Kulit.
1. Inspeksi kulit
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit termasuk membrane
mukosa, kulit kepala, rambut dan kuku. Tampilan kulit yang perlu dikaji
yaitu warna, suhu, kelembaban, kekeringan, tekstur kulit (kasar atau
halus), lesi, vaskularitas. Yang harusd iperhatikan oleh perawat yaitu :
a) Warna, dipengaruhi oleh aliran darah, oksigenasi, suhu badan dan
produksi pigmen.
b) Edema, Selama inspeksi kulit, perawat mencatat lokasi, distribusi dan
warna daridaerah edema.
c) Kelembaban, Normalnya, kelembaban meningkat karena peningkatan
aktivita satusuhu lingkungan yang tinggi kulit kering dapat disebabkan
oleh beberapa actor,seperti lingkungan kering atau lembab yang tidak
cocok, intake cairan yanginadekuat, proses menua.
d) Integritas, Yang harus diperhatikan yaitu lokasi, bentuk, warna,
distribusi, apakah adadrainase atau infeksi.
e) Kebersihan kulit
f) Vaskularisasi, Perdarahan dari pembuluh darah menghasilkan petechie
dan echimosis.
2. Palpasi kulit, Yang perlu diperhatikan yaitu lesi pada kulit, kelembaban,
suhu, tekstur atau elastisitas, turgor kulit (kozier, 2009).
H. PENATALAKSANAAN
Pencegahan
Pencegahan, menurut Potter & Perry (2005) Tahap pertama
pencegahan adalah mengkaji factor-factor resiko klien. Kemudian perawat
mengurangi factor-factor lingkungan yang mempercepat terjadi decubitus
seperti kelembaban atau linen tempat tidur yang berkerut. 3 area intervensi
keperawatan utama mencegah terjadi decubitus adalah :
1. Hygiene dan perawatan kulit
Perawat harus menjaga kulit klien agar tetap bersih dan kering. Ketika
kulit klien dibersihkan maka sabun dan air panas harus dihindari
pemakaiannya. Sabun dan lotion yang mengandung alcohol dapat
menyebabkan kulit kering dan meninggalkan residu alkalin pada kulit.
Residu alkalin pada kulit akan menghambat pertumbuhan bakteri normal
pada kulit, dan meningkatkan pertumbuhan oportunistik yang berlebihan
yang nantinya dapat masuk kedalam luka terbuka.
2. Pengaturan posisi
Intervensi pengaturan posisi diberikan untuk mengurangi tekanan dan
gaya gesek pada kulit. Dengan menjaga bagian kepala tempat tidur
setinggi 200 atau kurang akan menurunkan peluang terjadi decubitus akibat
gaya gesek. Posisi klien imobilisasi harus diubah sesuai dengan tingkat
aktivitas, kemampuan persepsi dan rutinitas sehari hari.
3. Pendidikan
Penyuluhan klien tentang matras dan tempat tidur terapeutik kepada
pasien dan keluarga pasien
Penatalaksanaan
1. Pencegahan ulkus decubitus sangatlah penting yaitu berupa mengubah
posisi pasien yang bertirah baring paling sedikit 2 jam. Selain itu juga
asupan kalori pasien harus dipertahankan tetap tinggi untuk
merangsang fungsi imun dan mempertahankan kesehatan.
2. Menghilangkan tekanan pada kulit yang memerah, dan penempatan
pembalut yang bersih, rata dan tipis jika telah terbentk ulkus decubitus
(corwin, 2009).
BAB III
ASKEP DEKUBITUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Umur/usia perlu ditanyakan karena adanya hubungan dengan proses
penyembuhan luka atau regenerasi sel.Sedangkan ras dan suku bangsa
perlu dikaji karena kulit yang tampak normal pada ras dan kebangsaan
tertentu kadang tampak abnormal pada klien dengan ras dan kebangsaan
lain (Smeltzer & Brenda, 2001).
Pekerjaan dan hobi klien juga ditanyakan untuk mengetahui apakah klien
banyak duduk atau sedikit beraktivitas sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah yang menyebabkan suplai oksigen berkurang, sel- sel
tidak mendapat cukup zat makanan dan sampah hasil sisa metabolisme
tertumpuk. Akhirnya sel-sel matai, kulit pecah dan terjadilah lubang yang
dangkal dan luka dekubitus pada permukaan
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien sehingga ia mencari
pertolongan. Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu
adanya rasa nyeri. Lokasi luka biasanya terdapat pada daerah- daerah yang
menonjol, misalnya pada daerah belakang kepala, daerah bokong, tumit,
bahu, dan daerah pangkal paha yang mengalami ischemia sehingga terjadi
ulkus decubitus
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi
keluhan, intensitas, lamanya atau frekuensi, faktor yang memperberat atau
memperingan serangan, serta keluhan- keluhan lain yang menyertai dan
upaya- upaya yang telah dilakukan perawat disini harus menghubungkan
masalah kulit dengan gejalanya seperti: gatal, panas, mati rasa,
immobilisasi, nyeri, demam, edema, dan neuropati
4. Riwayat Personal dan Keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan karena penyembuhan luka
dapat dipengaruhi oleh penyakit – penyakit yang diturunkan seperti : DM,
alergi, Hipertensi ( CVA ). Riwayat penyakit kulit dan prosedur medis
yang pernah dialami klien. Hal ini untuk memberikan informasi apakah
perubahan pada kulit merupakan manifestasi dari penyakit sistemik seperti
: infeksi kronis, kanker, DM
5. Riwayat Pengobatan
Apakah klien pernah menggunakan obat- obatan. Yang perlu dikaji
perawat yaitu: Kapan pengobatan dimulai, Dosis dan frekuensi,Waktu
berakhirnya minum obat.
6. Riwayat Diet
Yang dikaji yaitu berat badan, tinggi badan, pertumbuhan badan dan
makanan yang dikonsumsi sehari- hari. Nutrisi yang kurang adekuat
menyebabkan kulit mudah terkena lesi dan proses penyembuhan luka yang
lama.
7. Status Sosial Ekonomi
Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan dan tingkat perekonomian yang
dapat mempengaruhi pola hidup sehari- hari, karena hal ini
memungkinkan dapat menyebabkan penyakit kulit.
8. Riwayat Kesehatan, seperti:
a) Bed-rest yang lama
b) Immobilisasi
c) Inkontinensia
d) Nutrisi atau hidrasi yang inadekuat
9. Pengkajian Psikososial
Kemungkinan hasil pemeriksaan psikososial yang tampak pada klien
yaitu: Perasaan depresi , Frustasi , Ansietas/kecemasan ,Keputusasaan
10. Aktivitas Sehari- Hari
Pasien yang immobilisasi dalam waktu yang lama maka bukan terjadi
ulkus pada daerah yang menonjol karena berat badan bertumpu pada
daerah kecilyang tidak banyak jaringan dibawah kulit untuk menahan
kerusakan kulit. Sehingga diperlukan peningkatan latihan rentang gerak
dan mengangkat berat badan. Tetapi jika terjadi paraplegi maka akan
terjadi kekuatan otot tidak ada (pada ekstremitas bawah), penurunan
peristaltik usus (terjadi konstipasi), nafsu makan menurun dan defisit
sensori pada daerah yang paraplegi.
11. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau
cemas akibat adanya kerusakan integritas kulit yang dialami.
b) Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan respirasi rate
meningkat.
c) Pemeriksaan Kepala Dan Leher
1) Kepala Dan Rambut
Pemeriksaan meliputi bentuk kepala, penyebaran dan perubahan
warna rambut serta pemeriksaan tentang luka. Jika ada luka pada
daerah tersebut, menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan kerusakan
kulit.
2) Mata
Meliputi kesimetrisan, konjungtiva, reflek pupil terhadap cahaya
dan gangguan penglihatan.
3) Hidung
Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak timbul
pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret.
4) Mulut
Catat keadaan adanya sianosis atau bibir kering.
5) Telinga
Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen. Pada penderita yang bet rest dengan
posisi miring maka, kemungkinan akan terjadi ulkus didaerah daun
telinga.
6) Leher
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya
pembesaran vena jugularis dan kelenjar linfe.
d) Pemeriksaan Dada Dan Thorax
1) Inspeksi bentuk thorax dan ekspansi paru, auskultasi irama
pernafasan, vokal premitus, adanya suara tambahan, bunyi jantung,
dan bunyi jantung tambahan, perkusi thorax untuk mencari ketidak
normalan pada daerah thorax.
2) Abdomen
Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami penurunan
karena inmobilisasi, ada masa karena konstipasi, dan perkusi
abdomen hypersonor jika dispensi abdomen atau tegang.
e) Urogenital
Inspeksi adanya kelainan pada perinium. Biasanya klien dengan
ulkus dan paraplegi terpasang kateter untuk buang air kecil.
f) Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bet rest dalam
waktu lama, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.
g) Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistem GCS. Nilainya bisa menurun
bila terjadi nyeri hebat (syok neurogenik) dan panas atau demam
tinggi, mual muntah, dan kaku kuduk.
h) Pengkajian Fisik Kulit
1) Inspeksi kulit
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit termasuk membran
mukosa, kulit kepala, rambut dan kuku. Tampilan kulit yang perlu
dikaji yaitu warna, suhu, kelembaban, kekeringan, tekstur kulit
(kasar atau halus), lesi, vaskularitas. Yang harus diperhatikan oleh
perawat yaitu :
(a) Warna, dipengaruhi oleh aliran darah, oksigenasi, suhu badan
dan produksi pigmen.
(b) Edema, Selama inspeksi kulit, perawat mencatat lokasi,
distribusi dan warna dari daerah edema.
(c) Kelembaban, Normalnya, kelembaban meningkat karena
peningkatan aktivitas atau suhu lingkungan yang tinggi kulit
kering dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
lingkungan kering atau lembab yang tidak cocok, intake cairan
yang inadekuat, proses menua.
(d) ntegritas, Yang harus diperhatikan yaitu lokasi, bentuk, warna,
distribusi, apakah ada drainase atau infeksi.
(e) Kebersihan kulit
(f) Vaskularisasi, Perdarahan dari pembuluh darah menghasilkan
petechie dan echimosis.
2) Palpasi kulit, Yang perlu diperhatikan yaitu lesi pada kulit,
kelembaban, suhu, tekstur atau elastisitas, turgor kulit.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan Integritas Kulit Yang Berhubungan Dengan Kerusakan
Mekanis Dari Jaringan Sekunder Akibat Tekanan, Pencukuran Dan
Gesekan.
2. Nyeri Yang Berhubungan Dengan Trauma Kulit, Infeksi Kulit
Dan Perawatan Luka.
3. Resiko Terhadap Infeksi Yang Berhubungan Pemajangan Ulkus
Decubitus Terhadap Feses/Drainase Urine.
4. Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Yang Berhubungan
Dengan Anoreksia Sekunder Terhadap Ketidak Cukupan Masukan Oral.
5. Kerusakan Mobilitas Fisik Yang Bergubungan Dengan Pembatasan
Gerakan Yang Diharuskan, Status Yang Tak Dikondisikan, Kehilangan
Kontrol Motorik Atau Perubahan Status Mental
6. Koping keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan luka kronis,
perubahan body image.
7. Gangguan body image berhubungan dengan adanya luka dekubitus
C. INTERVENSI
1. Kerusakan Integritas Kulit Yang Berhubungan Dengan Kerusakan
Mekanis Dari Jaringan Sekunder Akibat Tekanan, Pencukuran Dan
Gesekan.
Kriteria hasil :
mengidentifikasi faktor penyebab luka decubitus.
Mengidentifikasi rasional untuk pencegahan dan tindakan.
Berpartisipasi dalam rencana tindakan yang diprogramkan untuk
meningkatkan penyembuhan luka.
Menunjukkan kemajuan penyembuhan decubitus.
Intervensi Keperawatan
Observasi ukuran, warna, kedalaman luka, jaringan nekrotik dan
kondisi sekitar luka.
R/ Untuk mengetahui sirkulasi pada daerah yang luka
Pantau/ evaluasi tanda- tanda vital dan perhatikan adanya demam.
R/Demam mengidentifikasikan adanya infeksi
Identifikasi derajat perkembangan luka tekan (ulkus)
R/ Mengetahui tingkat keparahan pada luka. Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik.
R/ Mencegah terpajan dengan organisme infeksius, mencegah
kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi
Bersihkan jaringan nekrotik.
R/ Mencegah auto kontaminasi
Kolaborasi: Irigasi luka. Beri antibiotik oral,topical, dan intra vena sesuai indikasi. Ambil kultur luka.
2. Nyeri Yang Berhubungan Dengan Trauma Kulit, Infeksi Kulit
Dan Perawatan Luka
Kriteria hasil :
Rasa nyeri berkurang
Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri
Intervensi Keperawatan
Tutup luka sesegera mungkin.
R/ Suhu berubah dan gesekan udara dapat menyebabkan nyeri
hebat pada pemajanan ujung kulit
Tinggikan ekstremitas yang terdapat luka secara periodik.
R/ Untuk menurunkan pembentukan edema, menurunkan
ketidaknyamanan.
Beri tempat tidur yang dapat diubah ketinggiannya.
R/ Peninggian linen dari luka membantu menurunkan nyeri.
Ubah posisi dengan sering dan ROM secara pasif maupun aktif
sesuai indikasi.
R/ Menurunkan kekakuan sendi
Perhatikan lokasi nyeri dan intensitas.
R/ Perubahan lokasi/intensitas nyeri mengindikasikan terjadinya
komplikasi.
Berikan tindakan kenyamanan seperti pijatan pada area yang tidak
sakit, perut, posisi dengan sering.
R/ Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
Dorong penggunaan tehnik manajemen nyeri
R/ Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi dan
meningkatkan rasa kontrol.
Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan.
R/ Kekurangan tidur meningkatkan persepsi nyeri.
Kolaborasi:
Berikan analgesik sesuai indikasi.
R/ Untuk mengurangi rasa nyeri yang ada
3. Resiko Terhadap Infeksi Yang Berhubungan Pemajangan Ulkus
Decubitus Terhadap Feses/Drainase Urine.
Kriteria hasil :
Infeksi tidak terjadi.
Tanda- tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan
Pantau terhadap tanda- tanda infeksi( rubor, dolor, kalor,
fungsiolesa)
R/ Respon jaringan terhadap infiltrasi patogen dengan peningkatan aliran darah dan aliran limfe(edema, merah, bengkak)
Observasi tanda- tanda vital ( suhu, respirasi rate, nadi, tensi)
R/ Patogen yang bersirkulasi merangsang hipotalamus untuk menaikkan suhu tubuh
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
R/ Mencegah terjadinya infeksi silang dari lingkungan luka ke dalam luka
Lakukan rawat luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik.
R/ Mencegah terjadinya invasi kuman dan kontaminasi bakteri. Anjurkan klien untuk menghabiskan porsi yang tersedian terutama
tinggi protein dan vitamin.
R/ Nutrisi dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mengganti
jaringan yang rusak dan mempercepat proses penyembuhan.
Jaga personal higiene klien( badan, tempat, pakaian)
R/ Sesuatu yang kotor merupakan media yang baik bagi kuman. Kolaborasi dengan tim medis dalam penentuan antibiotik dan
pemeriksaan leukosit dan LED
R/Peningkatan leukosit dan LED merupakan indikasi terjadinya infeksi.
4. Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Yang BerhubunganDengan Anoreksia Sekunder Terhadap Ketidak Cukupan Masukan Oral.Kriteria hasil :
Nutrisi adekuat (sesuai dengan kebutuhan) Tidak mual dan muntah Tubuh terasa segar Mempertahankan berat badan yang sesuai
Intervensi Keperawatan Jelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh
R/ Nutrisi yang asekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit
Anjurkan klien makan sedikit tapi seringR/ Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik atau menurunnya peristaltik
Berikan klien daftar makanan yang diijinkan dan dorong klien terlibat dalam pemilihan menuR/ Memberikan tindakan kontrol terhadap pembatasan diet klien dan meningkatkan nafsu makan klien
Lakukan oral hygiene sebelum makanR/ Perawatan mulut membantu meningkatkan nafsu makan klien
Timbang berat badanR/ Terjadinya perubahan berat badan menunjukkan ketidak seimbangan cairan
Auskultasi bising ususR/Immobilitas dapat menurunkan bising usus, Menentukan kalori dan kebutuhan nutrisi,Menghilangkan mual dan muntah sehingga masukan oral meningkat, Penurunan jumlah albumin dapat menghambat proses penyembuhan luka
Kolaborasi dengan: Tim gizi, Pemberian antiemetik ,Tim medis untuk pemberian infus albumin behring
5. Kerusakan Mobilitas Fisik Yang Bergubungan Dengan Pembatasan Gerakan Yang Diharuskan, Status Yang Tak Dikondisikan, Kehilangan Kontrol Motorik Atau Perubahan Status Mental.Kriteria hasil :
Klien mampu beraktivitas, miring kanan miring kiri dengan dibantu oleh keluarga
Menunjukkan penurunan pada docrat yang tertekan Keadaan luka membai
Intervensi Keperawatan Anjurkan keluarga membantu klien mobilisasi
R/Menghilangkan tekanan pada daerah yang terdapat ulkus Atur posisi klien tiap 2 jam
R/ Penghilangan tekanan intermiten memungkinkan darah masuk kembali ke kapiler yang tertekan
Perhatikan sirkulasi, gerakan dan sensasi secara seringR/Sirkulasi yang terganggu akan dapat menyebabkan oedema
Bantu klien untuk latihan rentang gerak secara konsisten yang diawalai dengan pasif kemudian aktifR/ Mencegah secara progresif untuk engencangkan jaringan parut dan meningkatkan pemeliharaan fungsi otot atau sendi
Dorong partisipasi klien dalam semua aktivitas sesuai kemampuannyaR/ Meningkatkan kemandirian dan harga diri\
Buat jadwal latihan secara teraturR/ Mengurangi kelelahan dan meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
Kolaborasi dengan fisioterapiR/ Membantu melatih pergerakan
6. Koping keluarga tak efektif yang berhubungan dengan luka kronis, perubahan body image.Kriteria hasil :
Keluarga mampu mengungkapkan perasaannya tentang perubahan penampilan pada klien
Keluarga dapat mengekspresikan perasaan cemasnya, kedukaan dan adanya sesuatu yang hilang pada klien
Keluarga mampu beradaptasi sesuai dengan keadaan klien
Keluarga memberi support yang tinggi pada klien dalam menjalani hidup selanjutnya.
Intervensi Keperawatan Bina hubungan saling percaya
R/ Menimbulkan kepercayaan pada perawat sehingga mempermudah melakukan komunikasi untuk tindakan selanjutnya.
Berikan kesempatan kelurga dan klien untuk mengungkapkan perasaannya saat ini dengan memvalidasi dan mengobservasi perasaan keluarga dan klienR/ Membantu mengurangi beban pikiran klien dan keluarga karena perasaanya tersalurkan dan perawat mengetahui penyebab masalahnya
Berikan informasi yang diperlukan klien dan keluarga tentang proses terjadinya ulkusRMembantu mengurangi ketakutan dan kecemasan klien dan keluarga
Libatkan klien dan keluarga dalam rencana perawatan yang lebih lanjutR/ Menjadikan klien dan keluarga bagian dari rencana keperawatan dan membantu klien menerima kenyataan yang ada
Anjurkan keluarga untuk selalu memberi reinforcement positif dan support mental pada klienR/ Dukungan keluarga sangat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri klien
Tunjukkan sikap menerima terhadap perubahanR/ Memberikan rasa percaya diri pada klien dan membantu menghilangkan perasan negatifnya.
BAB IVPENUTUP
A. KESIMPULANDekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan di
bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya
penekanan pada suatu area secara terus-menerus sehingga mengakibatkan
gangguan sirkulasi darah setempat. (M.Clevo Rendi, 2012)
Disebabkan oleh tekanan. Kulit dan jaringan dibawahnya tertekan
antara tulang dengan permukaan keras lainnya. Nyeri, anoreksia dan
keterbatasan gerak, edema, hiperemis, kerusakan otot, kerusakan jaringan
kulit dan kemerahan. Komplikasinya antara lain infeksi, keterlibatan jaringan
tulang dan sendi, septicemia, anemia, hiperbilirubin, kematian.
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan inspeksi kulit dan
palpasi kulit. Dekubitus memiliki 7 diagnosa yaitu :
1. Kerusakan Integritas Kulit Yang Berhubungan Dengan Kerusakan
Mekanis Dari Jaringan Sekunder Akibat Tekanan, Pencukuran Dan
Gesekan.
2. Nyeri Yang Berhubungan Dengan Trauma Kulit, Infeksi Kulit
Dan Perawatan Luka.
3. Resiko Terhadap Infeksi Yang Berhubungan Pemajangan Ulkus
Decubitus Terhadap Feses/Drainase Urine.
4. Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Yang Berhubungan
Dengan Anoreksia Sekunder Terhadap Ketidak Cukupan Masukan Oral.
5. Kerusakan Mobilitas Fisik Yang Bergubungan Dengan Pembatasan
Gerakan Yang Diharuskan, Status Yang Tak Dikondisikan, Kehilangan
Kontrol Motorik Atau Perubahan Status Mental
6. Koping keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan luka kronis,
perubahan body image.
7. Gangguan body image berhubungan dengan adanya luka dekubitus
B. SARAN
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada Dekubitus
ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan
praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk
tindakan proses keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Clevo, M. Rendy. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha
Medika
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC.
Elizabeth j. corwin. (2009). Buku saku patofisiologi. Jakarta: Aditya medika
Jan Tambayong. (2000). Patofisiologi Untuk Perawatan. EGC, Jakarta
Kozier. Erb, Berman. Snyder. (2009). Buku Ajar Fondamental Keperawatan :
Konsep, Proses & Praktik, Volume : 1, Edisi : 7. Jakarta: EGC
Potter, P.A, Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses
dan Praktik. Edisi 4.Volume 2. Jakarta: EGC.
.