40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencernaan merupakan sebuah proses metabolisme dimana suatu makhluk hidup memproses sebuah zat dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat menjadi nutrisi. Namun, jika proses ini terjadi perubahan maka akan terjadi gangguan pencernaan, gangguan tersebut misalnya hernia dan ileus. Insiden hernia pada populasi umum adalah 1%, dan pada bayi prematur 5%. Laki-laki paling sering terkena (85% kasus). Setengah dari kasus-kasus hernia inguinalis selama kanak-kanak terjadi pada bayi di bawah 6 bulan. Hernia pada sisi kanan lebih sering daripada sisi kiri (2: 1).25% klien menderita hernia bilateral. Sedangkan insiden tertinggi adalah pada masa bayi 9 lebih dari 50%, selebihnya terdapat pada anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun. Sedangkan obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta. Angka kematian keseluruhan untuk

Askep Hernia dan Ileus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Keperawatan Medikal Bedah

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPencernaan merupakan sebuah proses metabolisme dimana suatu makhluk hidup memproses sebuah zat dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat menjadi nutrisi. Namun, jika proses ini terjadi perubahan maka akan terjadi gangguan pencernaan, gangguan tersebut misalnya hernia dan ileus. Insiden hernia pada populasi umum adalah 1%, dan pada bayi prematur 5%. Laki-laki paling sering terkena (85% kasus). Setengah dari kasus-kasus hernia inguinalis selama kanak-kanak terjadi pada bayi di bawah 6 bulan. Hernia pada sisi kanan lebih sering daripada sisi kiri (2: 1).25% klien menderita hernia bilateral. Sedangkan insiden tertinggi adalah pada masa bayi 9 lebih dari 50%, selebihnya terdapat pada anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun. Sedangkan obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta. Angka kematian keseluruhan untuk obstruksi ileus kira-kira 10 % Angka kematian untuk obstruksi non strangulata adalah 5-8 %, sedangkan pada obstruksi strangulata telah dilaporkan 20-75 %.

Pada bab selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang definisi obstruksi ileus dan hernia beserta etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis serta asuhan keperawatan pada klien yang mengalami hernia dan ileus sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan benar sehingga dapat meningkatkan derajat kesembuhan klien.B. Rumusan Masalah1. Hernia

a. Apa definisi dari hernia?

b. Apa saja klasifikasi hernia?

c. Bagaimana anatomi fisiologi hernia?

d. Apa etiologi hernia?

e. Bagaimana patofisiologi hernia?

f. Bagaimana manifestasi klinis pada hernia?

g. Bagaimana pemeriksaan diagnostik hernia?

h. Bagaimana asuhan keperawatan hernia?2. Ileus

a. Apa definisi dari ileus?

b. Apa saja klasifikasi ileus?c. Bagaimana anatomi fisiologi ileus?d. Apa etiologi ileus?e. Bagaimana patofisiologi ileus?f. Bagaimana manifestasi klinis pada ileus?g. Bagaimana pemeriksaan diagnostik ileus?h. Bagaimana asuhan keperawatan ileus?

C. Tujuan penulisan1. Untuk mengetahui definisi dari hernia dan ileus.

2. Untuk mengetahui klasifikasi hernia dan ileus.

3. Untuk mengetahui anatomi fisiologi hernia dan ileus.

4. Untuk mengetahui etiologi hernia dan ileus.

5. Untuk mengetahui patofisiologi hernia dan ileus.

6. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada hernia dan ileus.

7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada hernia dan ileus.

8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada hernia dan ileus.D. Manfaat Penulisan1. Menambah ilmu pengetahuan mengenai beberapa penyakit gangguan sistem pencernaaan, yaitu hernia dan ileus.2. Menambah pemahaman bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada penderita hernia dan ileus.BAB II

PEMBAHASAN

A. Hernia

1. Konsep Dasar Hernia

a. Pengertian

Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana rongga tersebut harusnya berada dalam keadaan normal tertutup (Nanda, 2006). Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu celah atau lubang keluar di bawah kulit atau menuju rongga lain, dapat kongenital ataupun aquisita.

b. Klasifikasi

1) Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis adalah hernia yang tampak di daerah sela paha (region inguinalis). Hernia inguinalis dibagi menjadi dua :

a) Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis (Jong 2004). Pada waktu jari masuk berada dalam anulus eksternus, klien diminta mengedan. Jika ujung jari menyentuh hernia berarti hernia inguinalis lateralis.

b) Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu hernia yang melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yangdibatasi segitiga Hesselbach (Arif Mansjoer,2000). Ketika jari masuk berada dalam anulus eksternus, klien diminta mengedan bagian sisi jari yang menyentuhnya adalah hernia inguinalis medial.

2) Hernia Femoralis

Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral pada lipat paha yang merupakan penonjolan kantong di bawah ligamentum inguinal di antara ligamentum lakunare di medial dan vena femoralis dilateral. Hernia ini sering ditemukan pada wanita dibanding laki-laki dengan perbandingan 2:1 dan pada umumnya mengenai remaja dan sangat jarang pada anak-anak. Pintu masuk dari hernia inguinalis adalah anulus femoralis, selanjutnya isi hernia masuk kedalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar dari fosa ovalis di lipat paha.

3) Hernia Umbilicalis Kongenital

Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan kulit akibat penutupan yang inkomplet dan tidak adanya fasia umbilikalis. Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur.

4) Hernia ParaumbilicalusHernia pada orang dewasa yang terjadi lewat dinding abdomen di sebelah sentral tepat di atas umbilikus. Sebagian besar disebabkan karena obesitas, ditambah lagi dengan kelemahan otot abdomen yang terjadi setelah kelahiran anak. Hernia ini dapat menjadi besar sekali dan dapat mengalami strangulasi.

5) Hernia Insisional

Hernia lewat bekas operasi, biasanya luka yang pernah mengalami infeksi.

6) Hernia Epigastrica

Hernia kecil dari tambahan jaringan lemak peritoneum yang terjadi lewat selubung otot pada garis tengah abdomen di bawah processus xiphoideus os sternum. Benjolan hernia ini dapat menimbulkan keluhan nyeri tekan yang sangat karena otot-otot menariknya ketika klien bergerak.

7) Hernia DiaphragmaticaDi sebut juga hiatus hernia. Bagian proksimal lambung bersama oesophagus pers abdominalis dengan spinvter cardiac masuk (herniasi) lewat hiatus oesophagealis ke dalam thorax (sliding hernia), atau hanya bagian fundus lambung yang dapat masuk dan terletak di samping oesophagus (para-oesophageal).

c. Etiologi

Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :

Kongenital

Obesitas

Ibu hamil Mengejan

Mengangkat beban berat

d. Patofisiologi

e. e.Gambaran Klinis

1) Klien datang dengan benjolan di tempat lokasi hernia.

2) Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual.

3) Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.

4) Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela paha.

5) Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.

6) Bila klien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.

2. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Adapun data-data yang menjadi data fokus dari hernia adalah sebagai berikut :

1) Aktivitas atau istirahat

Gejala : Kelemahan, riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.

Tanda : Gangguan dalam berjalan, kelemahan ambulasi.

2) Eliminasi

Gejala: : Konstipasi, tidak dapat flaktus.

Tanda : Adanya retensi urine atau inkontinensia urine.

3) Makanan atau cairan

Gejala : Hilangnya nafsu makan, mual, muntah

Tanda : BB turun, dehidrasi, lemas otot.

4) Nyeri atau kenyamanan

Gejala : Nyeri tekan pada kwadran bawah, semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, mengangkat benda berat, defekasi, nyeri tak ada hentinya atau ada episode nyeri yang lebih berat secara intermiten.

Tanda : Prubahan gara berjalan, nyeri tekan abdomen.

5) Keamanan

Gejala : Peningkatan suhu 39.6o 40o C

b. Diagnosa Keperawatan

Dari teori tentang Post Operasi Hernioraphy, dapat ditarik beberapa diagnose antara lain :

1) Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan ditandai dengan luka pada abdomen.

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada luka bekas post operasi.

3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi ditandai dengan ketidaknyamanan keterbatasan gerak.

4) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diit cairan ditandai dengan penuruna fungsi usus.

5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi atau drainage ditandai dengan keseimbangan cairan.

6) Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman ditandai dengan perawatan luka yang kurang. (NANDA, 2005 ; Doengoes, 2000)

c. Intervensi Keperawatan

1)Mengurangi hernia

Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Klien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.

Menurunkan tegangan otot abdomen.

Posisikan klien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut. Klien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20 terhadap hernia inguinalis.

Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan menimbulkan proses analgesia.

Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu mengembalikan isis hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan menyebabkan isis hernia keluar dari pintu hernia.

Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaanm

Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang adekuat dan posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selam 20-30 menit.

2) Konsul bedah

Reduksi hernia yang tidak berhasil

Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum klien yang memburuk

Pada klien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan. Operasi yang cito mempunyai resiko yang besar pada klien geriatri.

Jika klien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila dilakukan penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.

Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia maka operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk mengurangi hernia inkerserasi dapat dicoba. Klien di posisikan dengan panggul dielevasikan dan di beri analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan otot-otot.

Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada gejala strangulasi.

Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus masih hidup, ada tanda-tanda leukositosis.

Indikasi operasi

Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata, strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.

Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen, Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery.

3) Fokus Intervensi

a. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.

Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria hasil : Secara verbal klien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang, Klien dapat beristirahat dengan tenang.

Intervensi : Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (Skala 0-10)

Rasional : Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesic atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi. Pantau tanda-tanda vital

Rasional : Respons autoromik meliputi perubahan pada TD, nasi dan pernafasan yang berhubungan dengan keluhan atau penghilangan nyeri. Dorong Ambulasi diri

Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang peristaltik dan kelancaran flaktus.

Ajarkan teknik relaksasi dan Distraksi

Rasional : Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian dapat meningkatkan koping.

Kolaborasi Pemberian Obat Alagetik

Rasional : Memberikan penurunan nyeri hebat

b.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada luka bekas post operasi.

Tujuan : Klien dapat beraktivitas dengan nyaman

Kriteria hasil : Menunjukkan mobilitas yang aman dan Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit. Intervensi :

Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan klienRasional : Imbolitas yang dipaksakan dapat memperberat keadaan.

Anjurkan klien untuk beraktivitas sehari-hari dalam keterbatasan klien.

Rasional : Partisipasi klien akan meningkatkan kemandirian klien.

Anjurkan keluarga dalam melakukan meningkatkan kemandirian klien.

Rasional : Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi.

Kolaborasi dalam pemberian obat.

Rasional : Obat dapat meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama klien selama melakukan aktivitas.

c.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.

Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi.

Kriteria hasil : Menunjukkan penyembuhan luka cepat dan menunjukkan perilaku atau teknik untuk meningkatkan penyembuhan, mencegah komplikasi.

Intervensi :

Lihat semua insisi.Rasional : mencegah komplikasi

Evaluasi proses penyembuhan.Rasional : mengetahui peningkatan penyembuhan.

Kaji ulang penyembuhan terhadap klien.

Rasional : menunjukkan penyembuhan luka.

Catat adanya distensi dan auskultasi peristaltik ususRasional : Distensi dan hilangnya peristaltic usus merupakan tanda bahwa fungsi defekasi hilang.

d.Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diit cairan.

Tujuan : Nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu dan menyiapkan pola diet dengan masukan kalori adekuat, menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi.

Intervensi :

Berikan porsi kecil tapi sering.Rasional : meningkatkan nafsu makan.

Evaluasi status nutrisi, ukur berat badan normal.Rasional : adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi.

Evaluasi status dan ukur berat badan setiap harinya.Rasional : mengetahui adanya perubahan status gizi.

e.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi/ drainage.

Tujuan : Kekurangan cairan tidak terjadi.

Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

Intervensi :

Awasi tanda vital.

Rasional : cairan yang masuk dapat merubah keseimbangan cairan.

Observasi karakter drainase.

Rasional : pemantauan cairan yang masuk

Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral.

Rasional : diberikan agar tidak kekurangan cairan.

f.Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

Kriteria Hasil : Tanda vital dalam batas normal, luka kering tidak ada pus.

Intervensi :

Pantau tanda-tanda vitalRasional : Suhu malam hari memucak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah karakteristik infeksi.

Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi

Rasional : Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan

Pertahankan keperawatan luka aseptic

Rasional : Lindungi klien dari kontaminasi selama pengantian

Pertahankan balutan kering

Rasional : Balutan basah bertindak sebagai sumbu penyerapan kontaminasi.

Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi

Rasional : Diberikan untuk mengatasi nyeri-nyeri.B. Obstruksi Usus1. Konsep Dasar Obstruksi Usus

a. Definisi

Obstruksi usus adalah suatu penyumbatan yang dapat bersifat fungsional atau mekanis yang terjadi pada lintasan isi usus di sepanjang usus. Penymbatan tersebut menghalangi jalannya makanan, cairan dan flatus, sehingga mengakibatkan distensi dan banyak kehilangan cairan di usus. Obstruksi sering disebabkan olehpelengketan, hernia internal, penyakit Crohn, dan enteritis akibat radiasi, serta kadang-kadang disebabkan oleh kanker. Setelah membedakan obstruksi dari ileus paralitik, pembedahan biasanya diindikasikan.

b. Klasifikasi

1) Mekanis (Ileus Obstruktif)

Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oeh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia strangulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkar.

2) Neurogenik (Ileus Paralitik)Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik.

c. Etiologi

Penyebabnya dapat berada dalam lumen usus misalnya benda asing, batu empedu.

Dapat di dalam dinding usus misalnya karsinoma yang melingkar.

Dapat di luar usus misal pelekatan, strangulasi kantong hernia.

Peritonitis. Toksin bekerja secara lokal pada usus.

Suplai otonom dapat terkena pada cidera spinal, uremia dan setelah pembedahan abdomen. Perlengketan yaitu lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau apada jaringan parut setelah pembedahan abdomen.

Intusepsi, salah satu bagian dari usus menyusun ke dalam bagian lain yang ada di bawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik ke dalam segmen selanjutnya oleh gerakan peristaltik yang memperkuat segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada anak-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum ke dalam dan terpijat di sepanjang usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum ke dalam usus besar(kolon) dan bahkan sejauh rektum dan anus.

Volvulus, yaitu usus besar yang mempunyai mesokolon terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan dnegan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada mesentrimnya.

Hernia : protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan atau dinding dan otot abdomen.

Tumor : tumor yang ada di dinding usus meluas ke lumen usus atau tumor di luar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.

Kelainan kongenital.

d. Patofisiologi

e.Gambaran Klinis

Muntah, nyeri kolik abdomen, distensi abdomen, konstipasi absolut (baik feses ataupun flatus).

Dehidrasi dan hilangnya turgor kulit.

Hipotensi, takikardia.

Distensi abdomen dan peningkatan bising usus.

Rektum kosong pada pemeriksaan rectal toucher.

Nyeri tekan atau nyeri lepas menandakan peritonitis.

Bising usus tenang atau tidak ada secara klasik dapat ditemukan tetapi temuan yang tidak konsisten.

Pemeriksaan laborat sering kali normal.

2. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Pengkajian Data Kliena) Aktivitas atau istirahatGejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia.

b) SirkulasiTanda :

Takikardi (respon terhadap demam dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri).

Tekanan darah : hipotensi

Kulit : turgor buruk, kering, lidah pecah-pecahc) Integritas egoGejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, faktor stress akut/kronikTanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.d) EliminasiGejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berairPerdarahan per rektalTanda : Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltic atau adanya peristaltic yang dapat dilihat.e) Makanan atau cairanGejala :

Anoreksia, mual atau muntah

Penurunan berat badan Tidak toleran terhadap diet/sensitifTanda :

Penurunan lemak subkutan/mast otot Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk Membran mukosa pucat, luka inflamasi rongga mulut.f) HigieneTanda :

Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri

Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin Bau badan.

g) Nyeri atau kenyamananGejala :

Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadran kanan bawah, nyeri abdomen tengah bawah

Nyeri tekan menyebar ke bagian periumbilikal Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (ansietas)Tanda : nyeri tekan abdome atau distensih) KeamananGejala :

Riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik vaskulitis Artritis Peningkatan suhu 39,6o-40o C Penglihatan kabur Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamin ke dalam usus dan mempunyai efek inflamasi)Tanda : lesi kulit mungkin ada.i) Interaksi sosialGejala : masalah berhubungan/peran sehubungan dengan kondisi ketidakmampuan aktif secara sosial.

2) Pemeriksaan penunjang : Hb, PCV : meningkat akibat dehidrasi.

Leukosit : normal atau sedikit meningkat.

Ureum dan elektrolit : ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah.

Rontgen thoraks : difragma meninggi akibat distensi abdomen.

Rontgen abdomen dalam posisi terlentang.

Enema kontras tunggal pada usus besar.b. Diagnosa Keperawatan

Nyeri berhubungan dengan iritasi intestinal, distensi abdominal.Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan 1x24jam di harapkan gangguan rasa nyaman (nyeri) dapat teratasi.Kriteria hasil :

tidak ada tanda-tanda nyeri

Skala nyeri (0-3).

TTV dalam batas normal (TD: 110/70-120/80 mmHg, N: 80-100x/mnt, RR: 16-20x/mnt, S: 36,5-37,5o C)Intervensi :

Observasi tingkat nyeriRasional : memudahkan perawat dalam menentukan tingkat nyeri. Pantau status abdomen tiap 4 jam.

Rasional : diduga inflamasi peritoneal, memerlukan intervensi medis yang cepat.

Dorong ambulasi dini dan hindari duduk yang lamaRasional : menurunkan kekakuan otot dan sendi ambulasi atau perubahan posisi sering menurunkan tekanan perianal. Pertahankan klien pada posisi semi fowlerRasional : menurunkan tekanan diafragma yang terdorong oleh organ visceral. Pertahankan puasa sampai bising usus kembali, distensi abdomen berkurang dan flatus keluarRasional : memungkinkan makanan peroral dengan tidak ada bising usus akan meningkatkan distensi dan ketidak nyamanan. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksiRasional : mengurangi nyeri dengan mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain. Kolaborasi: berikan analgesik sesuai indikasi dan evaluasi keefektifannya.

Rasional : menurunkan ambang nyeri dan meningkatkan kenyamanan. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebihan, mual dan muntah.Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara maksimalKriteria hasil : TTV dalam batas normal, turgor kulit normal, membran mukosa bibir basah dan mata tidak cowongIntervensi :

Observasi TTVRasional : Peningkatan suhu atau lamanya demam meningkatkan laju metabolik, TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan sistemik. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).Rasional : indikator langsung keadekuatan volume cairan. Observasi intake dan output.Rasional : indikator keseimbangan cairan terutama kehilangan cairan Berikan cairan tambahan intravena sesuai indikasi.Rasional : mengurangi sekresi lambung dan mencuci elektrolit. Kolaborasi: pemberian cairan parenteral, transfusi sesuai indikasiRasional : Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko dehidrasi Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrisi.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam nutrisi optimal.

Kriteria hasil : BB meningkat atau normal sesuai umur, nafsu makan meningkat, tidak mengalami mual, muntah.

Intervensi :

Anjurkan pembatasan aktivitas selama fase akutRasional : menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi Anjurkan istirahat sebelum makanRasional : menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi Tingkatkan diet oral baik cairan maupun makanan rendah residuRasional : diet rendah residu dapat dipertahankan 6 8 minggu untuk memberikan waktu yang adekuat untuk penyembuhan usus. Konsultasi dengan ahli giziRasional : mengkaji kebutuhan nutrisi dalam perubahan pencernaan dan fungsi usus.

Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasiRasional : mencegah memburuknya keadaan klien. Defisensi pengetahuan tentang kondisi atau situasi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan atau mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif.Kriteria hasil : klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan. Selain itu klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar. Serta klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat tau tim kesehatan lainnya.

Intervensi :

Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat.

Sediakan informasi pada klien tentang kondisi dengan cara yang tepat. Risiko ketidak seimbangan elektrolit.Kriteria hasil :

Suhu kulit normal (360-370 C)

TTV dalam batas normal

Hidrasi adekuat.

Intervensi :

Pantau TTV.

Tingkatkan keadekuatan masukan cairan dan nutrisi. Risiko syok hipovolemik.Intervensi :

Monitor status sirkulasi tekanan darah, warna kulit, suhu, denyut jantung, heart rate dan ritme, nadi perifer dan kapiler refill. Pantau nilai Hb, Ht, AGD dan elektrolit.

Monitor tanda awal syok. Konstipasi berhubungan dengan hipomotilitas atau kelumpuhan intestinal.Tujuan : dalam waktu 5x24 jam terjadi perbaikan konstipasiKriteria hasil : bising usus terdengar normal, frekuensi 5-25x/menitIntervensi :

1) Kaji faktor predisposisi terjadinya ileus.

Rasional : walaupun predisiposisi ileus biasanya terjadi akibat pascabedah abdomen, tetapi ada faktor predisposisi lain yang mendukung peningkatan risiko terjadinya ileus.

2) Pasang selang nasogastrik.

Rasional : pemasangan selang nasogastrik dilakukan untuk menurunkan keluhan kembung dan distensi abdomen.3) Lakukan teknik ambulasi.

Rasional : pelaksanaan ambulasi tetap bermanfaat dalam mencegah pembentukan atelektasis, obstruksi vena profunda, dan pneumonia.

4) Kolaborasi dengan dokter pemberian opioid antagonis selektif.

Rasional : alvimopan ini ditunjukkan untuk membantu mencegah ileus postoperatif reseksi usus.BAB III

PENUTUPA. Kesimpulan1. Definisi

Istilah hernia berasal dari bahasa latin, yaitu herniae yang berarti penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).

Etiologi illeus dibagi menjadi dua bagian menurut dua jenis obstruksi, yaitu: mekanis dan neurologis.2. Etiologi

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Penyakit penyerta

4. Keturunan

5. Obesitas

6. Kehamilan

7. Pekerjaan

8. Kelahiran prematur3. Klasifikasi

Hernia

1. Berdasarkan terjadinya : hernia kongenital dan hernia dapatan

2. Berdasarkan sifatnya : Hernia reponibel, ireponibel dan strangulata.3. Berdasarkan letaknya : hernia femoralis, umbilikalis, sikatris dan inguinalis.

Illeus

1. Menurut jenis obstruksi: illeus mekanis dan illeus neurologis

4. Manifestasi klinisHernia:

1. Adanya benjolan

2. Nyeri

3. Gangguan pasase usus

Illeus:

1. Nyeri tekan pada abdomen

2. Muntah

3. Konstipasi

4. Distensi abdomen

5. BAB darah dan lendir.5. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala hernia :

1. Umumnya penderita mengeluhkan berok, berut, kelingser.

2. Adanya benjolan di selangkangan/kemaluan.

3. Rasa nyeri pada benjolan atau gejala mual muntah bila telah ada komplikasi.6. Asuhan keperawatan hernia dan illeus

1. Pengkajian

a. Identitas klienb. Riwayat kesehatan: keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dulu dan riwayat penyakit keluarga.

2. Diagnosa

a. Pre Op

b. Post Op

3. Rencana keperawatan

a. Pre Op

b. Post OpB. SARAN1. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yag lebih baik pada makalah selanjutnya.

2. Bagi Pendidikan

Bagi Dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.3. Bagi Kesehatan

Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar mengetahui begaimana asuhan keperawatan pada klien herniaDAFTAR PUSTAKA

Ester, M. (2007). Buku Saku Keperawatan Ed.3. Jakarta: EGC. Hal. 170-174

Grace, P. A; Borley N. R. (2006). At A Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal. 117-119.

Tambayong J. (1999). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Hal. 140-141.

Predisposisi sistemik, meliputi sepsis, obat-obatan, gangguan elektrolit dan metabolik, infark miokard, pneumonia, trauma biler dan ginjal kronik, cidera kepala, dan prosedur bedah syaraf, inflamasi intra-abdomen dan peritonitis, hematoma retroperitoneal.

Predisposisi paska operatif bedah abdominal

ILEUS

Hipomotilitas (kelumpuhan) intestinal

Ketidak mampuan absorbsi

Penurunan intake cairan

Kekurangan volume cairan

Penurunan volume cairan intra sel

Resiko syok hipovolemik

Nyeri

Ansietas

Gangguan gastrointestinal

Mual, muntah, kembung, anoreksi

Hilangnya kemampuan intestinal dalam pasase material fases

Kehilangan cairan dan elektrolit

Resiko ketidakseimbangan elektrolit

Distensi abdomen

Kecemasan pemenuhan kebutuhan informasi

Konstipasi

Asupan nutrisi tidak adekuat

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Respon lokal syaraf terhadap inflamasi

Respon psikologis misintrepretasi perawatan dan pengobatan

Faktor pencetus aktivitas berat, bayi prematur, kelemahan dinding abdominal, inter abdominal tinggi, adanya tekanan.

Kantung hernia memasuki celah bekas insisi

Hernia

Hernia umbilikalis kongenital

Kantong hernia memasuki celah inguinal

Masuknya omentum organ intestinal ke keantong umbilikalis

Gangguan rasa nyaman

Hernia inguinalis

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Prostusi hilang timbul

Peristaltik usus menurun

Mual

pembedahan

Intake makanan inadekuat

Dinding posterior kanalis inguinal yang lemah

Nyeri

Ketidak nyamanan abdominal

Di atas ligamentum inguinal mengecil bila berbaring

Nafsu makan menurun

Asupan gizi kurang

Benjolan pada region inguinal

Nekrosis intestinal

Terputusnya jaringan saraf

Heatus hernia

Gangguan eliminasi

Kantung hernia melewati dinding abdomen

Gangguan suplai darah ke intestinal

Resti perdarahan, resti infeksi

Hernia Insisional

Insisi bedah

Intervensi bedah relatif atau konservatif

Hernia para umbilikalis

Kantong hernia memasuki rongga thoraks