Upload
hansaja
View
1.119
Download
23
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Hernia Scrotalis
Citation preview
ASKEP HERNIA
Rabu, 14 November 2012
ASKEP HERNIA YARSI MATARAM
MAKALAH SISTEM PENCERNAANASUHAN KEPERAWATANHERNIA
DISUSUN OLEH KELOMPOK IX KELAS A2 :
1. MARDIYANA 2. M. KHAIRUL FAHMI3. I WAYAN BUDIARTHA4. PUJI HUMAEDI RUMINDRA5. SALIS AGUS ALFIAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARATSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAMJURUSAN KEPERAWATAN PRODI S12012
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini telah disetujui pada :Hari : Tanggal : Waktu :
Disetujui Oleh :
( Ns. Winda Nurmayani, S.Kep )
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.Berkat karunianya,
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN
HERNIA.
Makalah ini kami susun sesuai dengan kurikulum dan pembahasan perkuliahan sehingga
bisa digunakan sebagai bahan materi untuk membantu kemudahan dalam menerima proses
pembelajaran di dalam kelas.
Dalam penyusunan makalah ini tentu banyak kesalahan – kesalahan yang terkandung di
dalamnya baik dari segi isinya maupun kata-katanya bahkan dalam hal penulisan, maka dari itu
kami mohon kritik dan sarannya dari bapak dosen demi perbaikan makalah-makalah kami di
edisi berikutnya.
Terakhir, ucapan terima kaasih kami sampaikan kepaada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini, dan kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen
atas bimbingan dan dukungannya selama ini, kami pun mengucapkan terima kasih kepaada para
penulis yang tulisannya kami kutip sebagai bahan makalah kami. Kami harap makalah ini dapat
membantu kita semua dalam proses pembelajaran.
Mataram, Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................................iLEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................iiKATA PENGANTAR...................................................................................................iiiDAFTAR ISI..................................................................................................................ivBAB I PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang 11.2.Tujuan 21.3.Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 32.1.Pengertian32.2.Klasifikasi 42.3.Etiologi 52.4.Patofisiologi 62.5.Manifestasi Klinis 72.6.Komplikasi........................................................................................ 92.7.Pencegahan........................................................................................ 102.8.Pemeriksaan Penunjang 102.9.Pathway keperawatan....................................................................... 142.10. Fokus Keperawatan 15
BAB III PENUTUP 233.1 Kesimpulan 233.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia adalah suatu kelemahan pada dinding otot perut di segmen usus atau struktur perut
menonjol. Hernia dapat juga penetreate melalui cacat lainnya di dinding perut, melalui
diafragma, atau melalui struktur lainnya dalam rongga perut. (Donna,2000)
Manifestasi klinik yang sering terjadi pada pasien dengan hernia yaitu obstruksi usus,
seperti muntah-muntah, sakit perut crampy, distensi, nyeri abdomen, panas, adanya tonjolan pada
area inguinal atau abdomen femoral, nausea, dan tachi cardi, disuria disertai hematuria dan sesak
nafas. Masalah keperawatan yang sering muncul pada kasus hernia diantaranya potensial injuri,
knowledge defisid, gengguan rasa nyaman, retaensi urine, dan potensial infeksi.
Bila hernia tidak diatasi secara cepat dan tepat maka akan terjadi komplikasi seperti
incareta, strangulate, perforasi, infeksi postop, scrotal edema, dehinse post operasi, dan
evisceration. Berdasarkan masalah tersebut diatas dan komplikasi yang mungkin terjadi pada
pasien hernia bila tidak dilakukan secara adekuat, maka perlu asuhan keperawatan secara
komprehensif yang mencakup kebutuhan biopsikososial spiritual yang terkait dengan masalah
tersebut.Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menyusun makalah ilmiah dengan judul “Askep
Hernia”.
1.2 Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai tujuan yang terdiri dari tujuan umum dan
tujuan khusus sebagai berikut
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ilmiah ini adalah memberikan gambaran mengenai penerapan
asuhan keperawatan pada pasien hernia.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ilmiah ini adalah agar dapat menggambarkan tentang:
1. Konsep dasar hernia,
2. Pengkajian pada pasien dengan hernia
3. Perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan hernia
4. Rencana asuhan keperawatan dan implementasi pada pasien dengan hernia.
1.3 Manfaat
Makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam pembelajaran maupun dalam penerapan
asuhan keperawatan di masyarakat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, 1997, hal 700).
Hernia adalah penonjolan serat atau ruas organ atau jaringan melalui lubang yang
abnormal (Dorlan, 1994,hal 842)
Hernia adalah keluarnya bagian dalam dari tempat biasanya. Hernia scrotal adalah burut
lipat pada laki-laki yang turun sampai ke dalam kantung buah zakar (Laksman, 2002, hal 153).
Hernia scrotalis merupakan hernia inguinalis lateralis yang mencapai scrotum.
( Sjamsuhidajat, 1997, hal 717 )
Post adalah awalan yang menyatakan setelah atau di belakang. (Dorlan, 1994,hal 1477)
Operasi merupakan pembedahan, setiap tindakan yang dikerjakan oleh ahli bedah,
khususnya tindakan yang memakai alat-alat. (Ramali dan Pamoentjak, 2000, hal 244)
Dextra merupakan istilah yang menyatakan sesuatu yang berada disebelah kanan
dari dua struktur yang serupa atau yang berada disebelah kanan tubuh. (Dorlan, 1994,hal
517)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa post operasi hernia scrotalis dextra
adalah hernia inguinalis lateralis dimana penonjolan serat atau ruas organ atau jaringan yang
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan mencapai scrotum
bagian kanan dan telah dilakukan tindakan pembedahan oleh ahli bedah.
2.2 KLASIFIKASI
Menurut Sachdeva ( 1996, hal 232-234) menklasifikasikan hernia sebagai berikut ;
1. Hernia Reponiblis
Hernia yang dapat masuk kembali ketika penderita tidur terlentang atau dapat dimasukkan oleh
penderita atau ahli bedah.
2. Hernia Ireponiblis
Apabila isinya tidak dapat dikembalikan ke dalam abdomen dan tidak tampak adanya
komplikasi.
3. Hernia Obstruksi
Merupakan hernia ireponiblis yang berisi usus dimana lumennya mengalami onstruksi dari luar
atau adanya gangguan suplai darah dari usus.
4. Hernia Strangulasi
Hernia akan mengalami strangulasi bila suplai darah terhadap isinya sangat terganggu yang
dapat mengakibatkan gangren.
Adapun tindakan yang digunakan untuk mengatasi hernia ada 2 macam yaitu;
1. Tindakan konservatif
Yaitu tindakan dengan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia.
2. Tindakan definitive
Tindakan definitive untuk mengatasi hernia berupa operasi yang dilakukan dibawah anestesi
umum atau spinal. Dengan melakukan insisi pada garis linear di atas kanalis inguinalis yaitu 1
inci diatas dan sejajar terhadap 2/3 medial ligamentum inguinalis. Adapun prinsip dasar operasi
hernia terdiri dari Herniotomi dan Herniorapi.
a. Herniotomi
Merupakan operasi pemotongan untuk memperbaiki hernia.
b. Herniorapi
Herniorapi yaitu dengan melakukan perbaikan pada dinding posterior tanpa menggunakan
bahan asesoris. Apabila dalam melakukan perbaikan dinding posterior menggunakan bahan
asesoris maka disebut dengan Hernioplasti.
2.3 ETIOLOGI
Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih banyak terjadi
pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada
anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia,
disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu
yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggian tekanan di
dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia, jika kantung hernia
inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia scrotalis.(Sjamsuhidajat , Jong, 1997, hal
706)
Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:
1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan prosesus vaginalis.
2. Kerja otot yang terlalu kuat.
3. Mengangkat beban yang berat.
4. Batuk kronik.
5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.
6. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA) seperti:
obesitas dan kehamilan.
Indikasi pelaksanaan operasi adalah pada semua jenis hernia, hal ini dikarenakan
penggunaan tindakan konservatif hanya terbatas pada hernia umbilikalis pada anak sebelum
usia dua tahun dan pada hernia ventralis. Tindakan operasi dilakukan pada hernia yang telah
mengalami stadium lanjut yaitu;
1. Mengisi kantong scrotum
2. Dapat menimbulkan nyeri epigastrik karena turunnya mesentrium.
3. Kanalis inguinalis luas pada hernia tipe ireponibilis.
Pada hernia reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah karena ditakutkan
terjadinya komplikasi, sedangkan bila telah terjadi strangulasi tindakan bedah harus
dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis usus.
(Sachdeva, 1996, hal 235 – 236 ; Mansjoer, 2000, hal 315)
2.4 PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke daerah scrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei,
pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali
kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka
dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis congenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun karena
merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra
abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateral akuisita. Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal
adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat
defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk ke
dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga
hernia scrotalis.
Tindakan bedah pada hernia dilakukan dengan anestesi general atau spinal sehingga
akan mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) yang berpengaruh pada tingkat kesadran,
depresi pada SSP juga mengakibatkan reflek batuk menghilang. Selain itu pengaruh anestesi
juga mengakibatkan produksi sekret trakeobronkial meningkat sehingga jalan nafas
terganggu, serta mengakibatkan peristaltik usus menurun yang berakibat pada mual dan
muntah, sehingga beresiko terjadi aspirasi yang akan menyumbat jalan nafas.
Prosedur bedah akan mengakibatkan hilang cairan, hal ini karena kehilangan darah
dan kehilangan cairan yang tidak terasa melalui paru-paru dan kulit. Insisi bedah
mengakibatkan pertahanan primer tubuh tidak adekuat (kulit rusak, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh), luka bedah sendiri juga merupakan jalan masuk
bagi organisme patogen sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi infeksi.
Rasa nyeri timbul hampir pada semua jenis operasi, karena terjadi torehan, tarikan,
manipulasi jaringan dan organ. Dapat juga terjadi karena kompresi / stimulasi ujung syaraf
oleh bahan kimia yang dilepas pada saat operasiatau karena ischemi jaringan akibat gangguan
suplai darah ke salah satu bagian, seperti karena tekanan, spasmus otot atau hematoma.
(Mansjoer, 2000, hal 314 ; Sjamsuhidajat,1997, hal 704 ; Long,1996, hal 55 – 82).
2.5 MANIFESTASI KLINIK
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha, benjolan
tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis, mengejan,
mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila terjadi
komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada inspeksi ditemukan
asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan
berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri palpasi
dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan coba didorong
apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak,
kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang melebar.
Pemeriksaan melalui scrotum, jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari
tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus pada
keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut menyentuh ujung jari maka
itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka itu adalah
hernia inguinalis medialis (Mansjoer, 2000, hal 314 ; Kusala, 2007,
http://www.kalbe.co.id/files)
Pada umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Beberapa
masalah yang sering terjadi pada fase post operasi antara lain; kesadaran menurun, sumbatan
saluran nafas, hipoventilasi, hipotensi , aritmi cardiak, shock, nyeri, distensi kandung
kencing, cemas, aspirasi isi lambung.
Tindakan operatif dilakukan dengan melakukan insisi pada tubuh sehingga tubuh
memerlukan waktu untuk penyembuhan luka. Luka bedah karena dilakukan dengan disertai
teknik asepsis pada umumnya penyembuhannya lancar dan cepat.
Ada empat fase penyembuhan luka; fase I penyembuhan luka, lekosit mencerna
bakteri dan jaringan rusak. Fibrin tertumpuk pada gumpalan yang mengisi luka dan pembuluh
darah tumbuh pada luka dari benang fibrin sebagai kerangka. Luka kekuatannya rendah tapi
luka yang dijahit akan menahan jahitan dengan baik. Pasien akan terlihat dan merasa sakit
pada fase ini yang berlangsung selama 3 (tiga) hari.
Fase II berlangsung 3 – 14 hari setelah pembedahan. Lekosit mulai menghilang,
semua lapisan epitel mulai beregenerasi selengkapnya dalam 1 (satu) minggu. Jaringan baru
memiliki sangat banyak jaringan vaskuler, jaringan ikat berwarna kemerah-merahan karena
banyak pembuluh darah dan mudah terjadi perdarahan, pasien akan terlihat lebih baik.
Tumpukan kolagen serabut protein putih akan menunjang luka dengan baik dalam 6 – 7 hari.
Jadi jahitan diangkat pada waktu ini, tergantung pada tempat dan luasnya bedah.
Pada fase III kolagen terus bertumpuk. Hal ini akan menekan pembuluh darah baru
dan arus darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas.
Pada fase ini yang kira-kira berlangsung dari minggu ke dua sampai minggu ke enam post
operasi, pasien harus menjaga agar tidak menggunakan otot yang terkena.
Fase terakhir, fase ke IV berlangsung beberapa bulan post operasi. Pasien akan
mengeluh gatal diseputar luka. Kolagen terus menimbun pada waktu ini, luka menciut dan
menjadi tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur.
(Long,1996, hal 70 – 86)
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain
obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis.
Sedangkan komplikasi operasi hernia dapat berupa cidera vena femoralis, nervus
ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk pada hernia
geser. Nervus ilioinguinalis harus dipertahankan sejak dipisahkan karena jika tidak, maka
dapat timbul nyeri pada jaringan parut setelah jahitan dibuka.
Komplikasi dini setelah operasi dapat pula terjadi, seperti hematoma, infeksi luka,
bendungan vena, fistel urine atau feses, dan residif. Komplikasi lama merupakan atrofi testis
karena lesi arteri spermatika atau bendungan pleksus pampiniformis, dan yang paling
penting, terjadinya residif (kekambuhan). Insiden dari residif begantung pada umur pasien,
letak hernia, teknik yang digunakan dalam pembedahan dan cara melakukannya.
(Sjamsuhidajat, 1997, hal 718-719)
2.7 PENCEGAHAN
Kelemahan otot bawaan tidak dapat dicegah, namun, latihan penguatan otot yang
mungkin dapat membantu. Menjaga berat badan normal, sehat secara fisik, dan menggunakan
teknik mengangkat yang tepat dapat mencegah herniasi. Awal pengakuan dan diagnosis
herniasi sangat membantu dalam pencegahan tercekik. Setelah herniasi terjadi, individu harus
mencari perhatian medis dan menghindari mengangkat dan tegang, yang berkontribusi pada
cekikan.
Hernia inguinalis seringkali dapat didorong kembali ke dalam rongga perut. Tetapi jika
tidak dapat didorong kembali melalui dinding perut, maka usus bisa terperangkap di dalam
kanalis inguinalis (inkarserasi) dan aliran darahnya terputus (strangulasi). Jika tidak
ditangani, bagian usus yang mengalami strangulasi bisa mati karena kekurangan darah.
Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan usus ke tempat asalnya dan untuk
menutup lubang pada dinding perut agar hernia tidak berulang. Obat-obatan biasanya
diberikan untuk mengatasi nyeri setelah penderita menjalani pembedahan. Kadang setelah
menjalani pembedahan penderita dianjurkan untuk memakai korset untuk menyokong otot
yang lemah selama masa pemulihan.
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi daerah inguinal dan femoral
Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian
daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di
daerah inguinal. Biasanya, impuls hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Suruhlah pasien
memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah
inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat
menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan
bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama
batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.
b. Palpasi hernia inguinal
Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan pemeriksa didalam
skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang
cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku
menghadap keluar dan bantalan jari kedalam.
Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan
yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika dilateral masuk
kedalam kanal inguinal sejajar dengan ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas ke arah
cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin
eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal,
mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya
ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa.
Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat
direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan
hernia dilakukan dengan kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahan-
lahan, tindakan ini tidak menimbulkan nyeri. Uraian tentang ciri-ciri hernia akan dibahas
berikutnya.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk
memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk
memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah
kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasa lebih nyaman.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal
indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan
apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan
dignosis hernia inguinal indirek.
- Foto ronsen spinal
- Elektromiografi
- Venogram epidural
- Fungsi lumbal
- Tanda leseque (tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas)
- Scan CT
- MRI
- Mielogram
2. Pemeriksaan darah
a. Lekosit ; peningkatan jumlah lekosit mengindikasikan adanya infeksi.
b. Hemoglobin ; Hemoglobin yang rendah dapat mengarah pada anemia/kehilangan darah.
c. Hematokrit ; peningkatan hematokrit mengindikasikan dehidrasi
d. Waktu koagulasi ; Mungkin diperpanjang, mempengaruhi hemostasis
intraoperasi/pascaoperasi.
2. Urinalisis
BUN, Creatinin, munculnya SDM atau bakteri mengindikasikan infeksi.
3. GDA
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
4. EKG
Untuk mengetahui kondisi jantung.
Turun ke jaringanlain
Otot dinding
Trigonumhasselbach melemah
Penonjolan ke belakang kanalis inguinalis dan terpisah dari vesikulusspermatikus
2.10FOKUS KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a. Status Respiratori
Kebebasan saluran nafas, kedalaman bernafas, kecepatan, sifatnya. Bunyi nafas : ada dan
sifatnya.
b. Status Sirkulatori
Nadi, tekanan darah, suhu, warna kulit, pengisian kapiler.
c. Status Neurologis
Tingkat kesadaran, penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala shock dan harus segera
dilaporkan kepada ahli bedah dan disertai gejala lain yang jelas.
d. Balutan
Keadaan balutan, terdapat drain, terdapat selang yang harus disambung dengan system
drainase.
e. Kenyamanan
Terdapat nyeri, mual, muntah, sikap tidur yang nyaman dan memperlancar ventilasi.
f. Keamanan
Terdapat pengaman pada tempat tidur, alergi atau sensitive terhadap obat, makanan,
plester, larutan. Munculnya proses infeksi ; demam.
(Long, 1996, hal 60)
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi trakeobronkial
sekunder terhadap efek anestesi; batuk tidak efektif sekunder terhadap depresi SSP atau nyeri
dan splinting otot.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan kompresi syaraf, prosedur bedah.
3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah pembentukan
hematoma.
3) Intervensi
NO DX KEP KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1. Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
berhubungan
Kriteria Hasil :
Jalan napas pasien
bersih, ditandai
dengan bunyi napas
1)Pertahankan
jalan nafas
pasien dengan
meletakkan
1) Mencegah
obstruksi jalan
nafas. Elevasi
kepala dan
dengan
peningkatan
sekresi
trakeobronkial
sekunder
terhadap efek
anestesi; batuk
tidak efektif
sekunder
terhadap
depresi SSP
atau nyeri dan
splinting otot.
normal pada
auskultasi.
b. RR : 12 – 20 X /
menit dengan
kedalaman dan pola
normal.
pasien pada
posisi yang
sesuai.
2)Observasi
frekwensi,
kedalaman
pernafasan dan
pemakaian otot
bantu
pernafasan.
3)Observasi
pengembalian
fungsi otot,
terutama otot-
otot pernafasan
.
posisi miring
akan mencegah
terjadinya
aspirasi dari
muntah, posisi
yang benar akan
mendorong
ventilasi pada
lobus paru
bagian bawah
dan menurunkan
tekanan pada
diafragma.
2) Dliakukan untuk
memastikan
efektivitas
pernafasan
sehingga upaya
memperbaikinya
dapat segera
dilakukan.
3) dilakukan untuk
meningkatkan
pengambilan
oksigen yang
akan diikat oleh
Hb.
4) Obstruksi jalan
nafas dapat
terjadi karena
adanya darah
atau mukus
dalam
tenggorokan
4)Lakukan
penghisapan
lendir jika
diperlukan
5)Kolaborasi
pemberian
tambahan
oksigen sesuai
kebutuhan.
atau trakea.
5) Setelah
pemberian obat
– obat relaksasi
otot selama
masa
intraoperatif,
pengembalian
fungsi otot
pertama kali
terjadi pada
diafragma, otot
interkostal, yang
akan diikuti
dengan relaksasi
kelompok otot–
otot utama
seperti leher,
bahu, dan otot–
otot abdominal,
selanjutnya
diikuti oleh otot
– otot
berukuran
sedang seperti
lidah, faring,
otot – otot
ekstensi dan
fleksi dan
diakhiri oleh
mata, mulut
wajah dan jari –
jari tangan.
1.Membantu
2. Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
sehubungan
dengan
kompresi
syaraf, prosedur
bedah.
Kriteria hasil:
1) Melaporkan nyeri
hilang dan terkontrol.
2) mengungkapkan
metode yang memberi
penghilangan.
3) mendemonstrasikan
penggunaan
intervensi terapeutik.
4) Instruksikan pada
pasien untuk
melakukan teknik
relaksasi atau
visualisasi
5) Kolaborasi dalam
pemberian therapy
1)Kaji adanya
keluhan nyeri,
catat lokasi
lamanya
serangan,
faktor pencetus
atau yang
memperberat
2) Pertahankan
tirah baring
selama fase
akut letakkan
pasien pada
posisi semi
fowler dengan
tulang spinal,
pinggang dan
lutut dalam
keadaan fleksi
atau posisi
menentukan
pilihan
intervensi dan
memberikan
dasar untuk
perbandingan
dan evaluasi
terhadap terapy.
2.Tirah baring
dalam posisi
yang nyaman
memungkinkan
pasien untuk
menurunkan
spasme otot
menurunkan
penekanan pada
bagian tubuh
3. Menurunkan
gaya gravitasi
dan gerak yang
dapat
menghilangkan
spasme otot dan
menurunkan
terlentang
dengan atau
tanpa
meninggikan
kepala 10-30
derajat.
3) Batasi aktivitas
selama fase
akut sesuai
dengan
kebutuhan
4)Instruksikan
pada pasien
untuk
melakukan
teknik relaksasi
atau visualisasi
5)Kolaborasi
dalam
pemberian
therapy
edema dan
tekanan.
4. Memfokuskan
perhatian klien
membantu
menurunkan
tegangan otot
dan
meningkatkan
proses
penyembuhan.
5.Intervensi cepat
dan
mempercepat
proses
penyembuhan.
1.Penurunan atau
perubahan
mungkin
mencerminkan
resolusi edema,
inflamasi
sekunder.
2. Penekanan
pada daerah
operasi dapat
menurunkan
resiko
hematoma.
3. Perubahan
3. Perubahan
perfusi jaringan
berhubungan
dengan
penurunan
aliran darah
pembentukan
hematoma.
Kriteria hasil:
Melaporkan atau
mendemonstrasikan
situasi normal.
1)Lakukan
penilaian
terhadap fungsi
neurologist
secara periodik
2)Pertahankan
pasien dalam
posisi
terlentang
sempurna
selama
beberapa jam
3) Pantau tanda-
tanda vital,
catat
kehangatan,
pengisian
kapiler
4)Kolaborasi
dalam
pemberian
cairan atau
darah sesuai
indikasi
kecepatan nadi
mencerminkan
hipovolemi
akibat
kehilangan
darah,
pembatasan
pemasukan oral,
mual, muntah.
4. Terapi cairan
pengganti
tergantung pada
derajat
hipovolemi.
(Doengoes, 2000; Swearingen,2001)
ASUUHAN KEPERWATAN PADA Tn. M dengan Hernia Inguinalis Lateral (HIL) di
Ruang Ruangan Operasi (OK) RS BDLUD
Tanggal pengkajian : 10 November 2011
Tanggal Operasi : 10 November 2011
Tempat Praktek : Ruangan OK RS BDLUD
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Suku bangsa : Minahasa / Indonesia
Pekerjaan : Buruh bangunan
Pendidikan : SD
Status : Kawin
Alamat : Mahakeret, kota Manado
Tanggal MRS : 20 November 2011
2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. T
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Suku bangsa : Minahasa / Indonesia
Pekerjaan : Buruh bangunan
Pendidikan : SMP
Status : kawin
Alamat : Mahakeret, kota Manado
Hubungan dengan pasien: anak
3. RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan Utama
Benjolan di lipat paha sebelah kanan.
b. Riwayat penyakit sekarang
Benjolan di lipat paha kanan, dialami penderita sejak kurang lebih 2 tahun sebelum masuk
rumah sakit. Benjolan dirasakan penderita keluar masuk. Benjolan keluar dan membesar bila
penderita mengangkat beban berat atau berjalan jauh dan benjolan akan masuk kembali bila
penderita beristirahat (tiduran). Penderita tidak merasakan nyeri, mual muntah, serta demam.
Frekuensi kencing ± 3 kali sehari, kencing tidak terputus-putus, tidak dirasakan nyeri saat
BAK.
BAB dirasakan biasa normal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat batuk lama (+), sakit jantung (-), darah tinggi (-).
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga. Menikah dan mempunyai 5 orang
anak. Penderita bekerja sebagai buruh bangunan sehingga sering mengangkat beban yang
berat.
4. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : E4V5M6
Tanda Vital : Tekanan darah : 110/70 mmhg.
Nadi : 84 x/menit.
Respirasi : 22 x/menit
Suhu rectal : 36,2 oC.
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil bulat isokor kiri =
kanan, refleks cahaya +/+ normal.
Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar.
Thoraks : Inspeksi : Pergerakan nafas simetris kiri = kanan
Auskultasi : Suara pernapasan kiri = kanan
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor kiri = kanan
Abdomen : Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani, pekak hepar (+)
Inguinalis : Inspeksi : Benjolan (-), warna kulit sama dengan sekitar
Palpasi : Tes invaginasi : impuls pada ujung jari
Tes Ziemenn : teraba pulsasi di anulus inferior
Tulang belakang : Tak ada kelainan
Extremitas : Superior et Inferior : Tak ada kelainan
Neurologi : Refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-
Rectal Toucher : Tonus sfingther ani cekat, ampula kosong, mukosa licin, prostat kesan
normal.
Sarung tangan : Darah (-), lender (-), feses (-)
Genitalia : Tak ada kelainan
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hb : 14,1 gr%
Leukosit : 4800/mm3
Trombosit : 188.000/mm3
Radiologi
X-rays : Foto Thorax : kronik bronkiolitis
EKG : LAHB
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1. DS :
- Klien mengatakan lemas
untuk bergerak
- Klien mengatakan nyeri di
bagian bekas operasi
DO :
Klien tampak lemah
Terdapat luka insisi
Terdapat jahitan di perut
Tindakan Nyeri
Adanya
insisi bedah
Nyeri
Gangguan
nyaman/Nyeri
2. DS :
- Klien mengeluh kesulitan
berkemih
DO :
BAK klien tidak adekuat
Haluaran urine < 1000 ml/24
jam
Tindakan opersi
Nyeri
Perubahan suhu
tubuh
Gangguan
Berkemih
Retensi Urine
3. DS :
Klien / keluarga mengatakan
tidak mengetahui komplikasi,
cara perawatan serta tanda dan
Tingkat Kurang
pengetahuan
gejala dari hernia
DO :
Klien dan keluarga tampak
bingung saat ditanya
komplikasi, cara perawatan
serta tanda dan gejala dan dari
hernia
Klien dan keluarga tampak
tidak bisa menunjukkan cara
penanggulangan pasien hernia
keterbatasan
pengatahuan
Kurang
pengetahuan
mengenai
penyakit hernia
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau
intervensi pembedahan.
2. Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan
penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen.
3. Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya hernia dan
tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka.
D. INTERVENSI
NO Dx Keperawatan NOC NIC RASIONAL
1. 1. Nyeri (khususnya
dengan mengedan)
yang berhubungan
dengan kondisi
hernia atau
intervensi
pembedahan.
Hasil yang
diperkirakan :
dalam 1 jam
intervensi,
-persepsi
subjektif klien
tentang
ketidaknyamanan
a. Kaji dan catat nyeri
b. Beritahu pasien
untuk menghindari
mengejan, meregang,
batuk dan
mengangkat benda
yang berat.
c. Ajarkan bagaimana
a.Untuk
mengetahui
tingkat nyeri
b. Mengejan ,
batuk dan
meregang
dapat
memperbesar
2.
3.
Retensi urine
(resiko terhadap hal
yang sama) yang
berhubungan
dengan nyeri,
trauma dan
penggunaan
anestetik selama
pembedahan
abdomen.
menurun seperti
ditunjukkan skala
nyeri.
- Indikator
objektif seperti
meringis tidak
ada/menurun.
Hasil yang
diharapkan :
dalam 8-10 jam
pembedahan,
pasien berkemih
tanpa kesulitan.
Haluaran urine ³
100 ml selama
setiap berkemih
dan adekuat
(kira-kira 1000-
1500 ml) selama
periode 24 jam.
bila menggunakan
dekker (bila
diprogramkan).
d. Ajarkan pasien
pemasangan
penyokong
skrotum/kompres es
yang sering
diprogramkan untuk
membatasi edema dan
mengendalikan nyeri.
e. Berikan analgesik
sesuai program.
a. Kaji dan catat
distensi suprapubik
atau keluhan pasien
tidak dapat berkemih.
b. Pantau haluaran
urine. Catat dan
laporkan berkemih
yang sering < 100 ml
dalam suatu waktu.
c. Permudah berkemih
dengan
mengimplementasika
n : pada posisi normal
untuk berkemih
rangsang pasien
dengan mendengar air
mengalir/tempatkan
pada baskom hangat.
resiko hernia
c. Dekker adalah
terapi yang
baik untuk
hernia
d. Kompres
dingin dapat
mengendalikan
/ mengurangi
nyeri
e. Analgesik
dapat
mengurangi
nyeri
a. Untuk
mengetahui
perkembangan
kondisi klien
b. Urine adalah
tolak ukur dari
fungsi ginjal
c. Merangsang
berkemih
adalah cara
untuk
memulihkan
fungsi ginjal
1. Kurang
pengetahuan :
potensial
komplikasi GI yang
berkenaan dengan
adanya hernia dan
tindakan yang dapat
mencegah
kekambuhan
mereka.
Hasil yang
diperkirakan :
setelah instruksi,
pasien
mengungkapkan
pengetahuan
tentang tanda dan
gejala komplikasi
GI dan
menjalankan
tindakan yang
diprogramkan
oleh pencegahan.
a. Ajarkan pasien untuk
waspada dan
melaporkan nyeri
berat, menetap, mual
dan muntah, demam
dan distensi abdomen,
yang dapat
memperberat awitan
inkarserasi/strangulasi
usus.
b. Dorong pasien untuk
mengikuti regumen
medis : penggunaan
dekker atau
penyokong lainnya
dan menghindari
mengejan meregang,
konstipasi dan
mengangkat benda
yang berat.
c. Anjurkan pasien
untuk mengkonsumsi
diit tinggi residu atau
menggunakan
suplement diet serat
untuk mencegah
konstipasi, anjurkan
masukan cairan
sedikitnya 2-3 l/hari
untuk meningkatkan
konsistensi feses
lunak.
d. Beritahu pasien
a. Nyeri
merupakan
komplikasi
utama dari
pembedahan
b. Penggunaan
dekker adlah
terpai terbaik
untuk hernia
c. Makanan
berserat dpaat
meminimalisir
mengedan
mekanika tubuh yang
tepat untuk bergerak
dan mengangkat.
d. Latihan gerak
dapat
membantu
untuk
mengindarkan
dari luka
dekubitus
E. IMPLEMENTASI
Tgl/jam Dx keperawatan Tindakan Paraf
10
Novembe
r 2011
09.00
WITA
12
Novembe
2. Nyeri (khususnya dengan
mengedan) yang
berhubungan dengan
kondisi hernia atau
intervensi pembedahan.
a. Mengkaji dan
mencatat nyeri
b. Memberitahu
pasien untuk
menghindari
mengejan,
meregang, batuk
dan mengangkat
benda yang berat.
c. Mengajarkan
bagaimana bila
menggunakan
dekker (bila
diprogramkan).
d. Mengajarkan
TT
r 2011
09.00
WITA
13
Novembe
r 2011
09.00
WITA
14
Novembe
Retensi urine (resiko
terhadap hal yang sama)
yang berhubungan dengan
nyeri, trauma dan
penggunaan anestetik
selama pembedahan
abdomen.
pasien
pemasangan
penyokong
skrotum/kompres
es yang sering
diprogramkan
untuk membatasi
edema dan
mengendalikan
nyeri.
e. Memberikan
analgesik sesuai
program.
a. Mengkaji dan
mencatat distensi
suprapubik atau
keluhan pasien
tidak dapat
berkemih.
b. Memantau
haluaran urine.
Mencatat dan
melaporkan
berkemih yang
sering < 100 ml
dalam suatu
waktu.
c. Mempermudah
berkemih dengan
mengimplementas
ikan : pada posisi
normal untuk
r 2011
09.00
WITA
15
Novembe
r 2011
09.00
WITA
2. Kurang pengetahuan :
potensial komplikasi GI
yang berkenaan dengan
adanya hernia dan tindakan
yang dapat mencegah
kekambuhan mereka.
berkemih
rangsang pasien
dengan
mendengar air
mengalir/tempatka
n pada baskom
hangat.
a. Mengajarkan
pasien untuk
waspada dan
melaporkan nyeri
berat, menetap,
mual dan muntah,
demam dan
distensi abdomen,
yang dapat
memperberat
awitan
inkarserasi/strang
ulasi usus.
b. Mendorong
pasien untuk
mengikuti
regumen medis :
penggunaan
dekker atau
penyokong
lainnya dan
menghindari
mengejan
meregang,
konstipasi dan
mengangkat benda
yang berat.
c. Menganjurkan
pasien untuk
mengkonsumsi
diit tinggi residu
atau menggunakan
suplement diet
serat untuk
mencegah
konstipasi,
anjurkan masukan
cairan sedikitnya
2-3 l/hari untuk
meningkatkan
konsistensi feses
lunak.
d. Memberitahu
pasien mekanika
tubuh yang tepat
untuk bergerak
dan mengangkat.
F. EVALUASI
Catatan perkembangan
Tanggal /Jam Dx
Keperawatan
Perkembangan SOAP
10 November
2011
09.00 WITA
12 November
2011
9.00 WITA
13 November
2011
9.00 WITA
1. S : Keluar benjolan dilipat paha kanan
O :
KU : Cukup Kes : Compos mentis
Tensi 120/80 mmhg, Nadi 84 x/menit,
Respirasi 22 x/menit, Suhu 36,4oC
Regio inguinalis dekstra : terdapat
benjolan yang dapat keluar masuk.
A : Hernia inguinalis lateralis dekstra
reponibilis
P : Bed rest
Pro herniotomi dengan pemasangan
mesh
S : (-)
O : KU : Cukup Kes : Compos mentis
Tensi 120/70 mmhg, Nadi 88 x/menit,
Respirasi 22 x/menit, Suhu 36,2oC
Regio inguinalis dekstra : terdapat
benjolan yang dapat keluar masuk.
A : Hernia inguinalis lateralis dekstra
reponibilis
P : Bed rest
Pro herniotomi dengan pemasangan
mesh
Konsul anestesi untuk dilakukan
operasi
S : (-)
O : KU : Cukup Kes : Compos mentis
Tensi 120/80 mmhg, Nadi 80 x/menit,
Respirasi 22 x/menit, Suhu 36oC
Regio inguinalis dekstra : terdapat
benjolan yang dapat keluar masuk.
A : Hernia inguinalis lateralis dekstra
reponibilis
P : Dilakukan herniotomi dengan
pemasangan mesh
Laporan operasi.
Penderita tidur terlentang
diatas meja operasi
Dilakukan general anestesi
Dilakukan asepsis dan
antisepsis lapangan operasi
dengan povidon iodine
Dilakukan insisi sejajar
ligamentum inguinal,
diperdalam sampai tampak
apponeurosis
Identifikasi nervus inguinalis
dan genitofemoral, disisihkan
Apponeurosis MOE dibuka
Identifikasi kantong hernia,
dibuka keluar cairan serous ±
20 cc, isi omentum
Omentum dikembalikan
kerongga abdomen
Kantong hernia diligasi
kemudian dipotong secara
intoto
Identifikasi funiculus
spermatikus
Pasang mesh dengan jahitan
14 November
2011
9.00 WITA
15 November
2011
9.00 WITA
pada tuberculum pubicum,
ligamentum inguinal dan
conkoin tendon
Kontrol perdarahan
Luks operasi dijahit lapis demi
lapis
Operasi selesai
Instruksi post operasi.
IVFD RL : D5% = 2 : 2 → 28
gtt/menit
Interome 2 dd 1 gr → i.v
Metronidazole 3 dd 1 → drips
Ranitidin 3 dd 1 amp → i.v
Ketorolac 3% drips dalam D5
100 cc/8 jam
Puasa bila Bu (+) dan
penderita sadar betul boleh
minum sedikit demi sedikit
S : Nyeri luka bekas operasi (+)
O : KU : Cukup Kes : Compos mentis
Tensi 110/70 mmhg, Nadi 84 x/menit,
Respirasi 22 x/menit, Suhu 36,6oC
Abdomen : Datar lemas, bising usus
(+), defence muscular (-), nyeri tekan
pada bekas operasi (+).
A : Post herniotomi dengan pemasangan mesh
hari I - II
P : IVFD RL : D5% = 2 : 2 → 28 gtt/menit
Interome 2 dd 1 gr → i.v
16 November
2011
9.00 WITA
18 November
2011
9.00 WITA
Metronidazole 3 dd 1 → drips
Ranitidin 3 dd 1 amp → i.v
Ketorolac 3% drips dalam D5 100 cc/8
jam
Diet makanan lunak
Mobilisasi ( miring kanan/kiri )
S : Nyeri pada luka bekas operasi
mulai berkurang
O : KU : Cukup Kes : Compos mentis
Tensi 110/70 mmhg, Nadi 80 x/menit,
Respirasi 22 x/menit, Suhu 36,3oC
Abdomen : Datar lemas, bising usus
(+), defense muscular (-), nyeri tekan
pada bekas operasi (+).
Regio inguinalis : luka bekas operasi
terawat baik.
A : Post herniotomi dengan
pemasangan mesh hari III – IV
P : Aff infus, lanjut terapi oral
Cefixime 2 dd 1 caps
Ultracet 2 dd 1
Kalmex 3 dd 1
Mobilisasi
S : Nyeri pada luka bekas operasi
berkurang
O : KU : Cukup Kes : Compos mentis
Tensi 110/70 mmhg, Nadi 88 x/menit,
Respirasi 22 x/menit, Suhu 36,3oC
19 November
2011
9.00 WITA
20 November
2011
9.00 WITA
Abdomen : Datar lemas, bising usus
(+), defense muscular (-), nyeri tekan
pada bekas operasi (+).
Regio inguinalis : luka bekas operasi
terawat baik, pus (-).
A : Post herniotomi dengan
pemasangan mesh hari V – VI
P : Cefixime 2 dd 1 caps
Ultracet 2 dd 1
Kalmex 3 dd 1
Mobilisasi
S : Nyeri pada luka bekas operasi
berkurang
O : KU : Cukup Kes : Compos mentis
Tensi 110/70 mmhg, Nadi 88 x/menit,
Respirasi 22 x/menit, Suhu 36,3oC
Abdomen : Datar lemas, bising usus
(+), defense muscular (-), nyeri tekan
pada bekas operasi (+).
Regio inguinalis : luka bekas operasi
terawat baik, pus (-).
A : Post herniotomi dengan
pemasangan mesh hari VII – VIII
P : Cefixime 2 dd 1 caps
Ultracet 2 dd 1
Kalmex 3 dd 1
Mobilisasi
S : (-)
22 November
2011
9.00 WITA
24 November
2011
9.00 WITA
25 November
2011
9.00 WITA
O : KU : Cukup Kes : Compos mentis
Tensi 110/70 mmhg, Nadi 84 x/menit,
Respirasi 22 x/menit, Suhu 36,3oC
Abdomen : Datar lemas, bising usus
(+), defense muscular (-), nyeri tekan
pada bekas operasi (+).
Regio inguinalis : luka bekas operasi
terawat baik, pus (-).
A : Post herniotomi dengan
pemasangan mesh hari IX
P : Cespam 2 dd 100 mg
Metronidazole 3 dd 500 mg
Intervensi dihentikan
Kontrol poli jika obat habis
S: klien mengatakan sulit BAK
O: klien terlihat lemah
A: Post herniotomi dengan
pemasangan mesh
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervesi 1,2,3
S: klien menngatakan BAK sudah lancar
O: input dan output sudah seimbang
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi, pertahankan keadaan klien.
S: klien mengatakan badannya dapat bergerak bebas kembali
2.
3.
O: -klien tampak bersemangat -klien tidak bedres total
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi, pertahankan keadaan klien
S: klien sudah mulai tidak bertanya lagi tentang penyakitnya dan sudah mengerti tentang penyakitnya
O: klien tampak tenang
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi, pertahankan keadaan klien.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi di dinding otot
perut. Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, sebuah peritoneal
kantung, dan yang mendasarinya visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya.
2. Hernia kongenital disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan dengan
melemahnya otot-otot normal. Hernia diklasifikasikan menurut lokasi di mana mereka
muncul. Sekitar 75% dari hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai hernia
inguinalis atau femoralis. Sekitar 10% adalah hernia ventral atau insisional dinding abdomen,
3% adalah hernia umbilikalis. Jenis lain dapat mencakup hiatus hernia dan diafragmatik
hernia.
3.2 Saran
Adapun saran yang penulis sampaikan adalah diharapkan agar pembaca melatih
penguatan otot yang mungkin dapat membantu. Menjaga berat badan normal, sehat secara
fisik, dan menggunakan teknik mengangkat yang tepat dapat mencegah herniasi. Awal
pengakuan dan diagnosis herniasi sangat membantu dalam pencegahan tercekik. Setelah
herniasi terjadi, individu harus mencari perhatian medis dan menghindari mengangkat dan
tegang, yang berkontribusi pada cekikan.
DAFTAR PUSTAKA
Lemone and Burke,M.K. 2000 .Medical Surgical Nursing:Critical Thinking in Client
Care. Second Edition.New Jersey: Prentie-Hall,Inc.
Ignatavicius, Donna, et.All.2000.Medical Surgical Nursing.Philadelphia: W.B Saunders
Company.
Lewis,Heitkemper,Dirksen.2000.Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby.
Oswari E.1993. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia. .
http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/12/hernia/
http://www.tanyadokter.com/disease.asp?id=1000546
Hernia Scrotalis dekstra reponibel (presentasi Kasus)
I. IDENTITAS PASIENNama : Tn. DUmur : 59 tahunJenis Kelamin : Laki-lakiAgama : IslamPekerjaan : PetaniPendidikan : SDAlamat :Jln.Karang kemiri RT.03 RW.06 Karang lewas bumiayuTanggal Masuk kepoli : 07 Desember 2009Tanggal masuk bangsal: 14 Desemeber 2009No CM : 093388
II. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS) 1. Keluhan utama : Benjolan di kantung buah zakar sebelah kanan2. Keluhan tambahan : -3. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :Pasien laki-laki datang ke poli Bedah RSMS dengan keluhan terdapat benjolan di kantung buah zakar sebelah kanan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya benjolan terdapat di lipat paha sebelah kanan, namun makin lama benjolan semakin membesar bahkan sampai masuk ke kantung buah zakar sebelah kanan. Benjolan teraba kenyal sebesar telur ayam dikantung buah zakar sejak 1 bulan sebelum datang ke poli. Benjolan akan terlihat pada saat pasien berdiri, batuk, mengedan, saat sedang bekerja. Benjolan dapat masuk apabila didorong dengan tangan. Benjolan tidak terasa sakit, tidak merah, dan tidak terasa tegang.Pasien tidak mengeluhkan adanya perubahan dalam BAB, BAB tidak berdarah dan tidak pernah keluar benjolan dari dubur. Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan BAK, pada saat BAK pasien selalu merasa tuntas dan tidak merasa nyeri. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya mual dan muntah.4. Riwawat Penyakit Dahulu (RPD) : • Riwayat penyakit hipertensi disangkal.• Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal.• Riwayat penyakit jantung disangkal.• Riwayat pembedahan disangkal.
5. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
III. PEMERIKSAAN FISIKA. Keadaan Umum : Sedang, kooperatifB. Kesadaran : Compos MentisC. Vital Sign : Tekanan Darah : 130/80 mmHgNadi : 80 x/menitRespirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,5 0 C
D. Status Generalis :1. Kepala : Simetris, mesocephal, rambut tidak mudah dicabut.2. Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, reflek cahaya (+/+)3. Hidung : Discharge (-), deviasi septum nasi (-)4. Telinga : Simetris kanan kiri, discharge (-)5. Mulut : Mukosa tidak anemis, lidah kotor (-)6. Leher : Inspeksi : Trakea di tengah, JVP ↑ (-)Palpasi : Pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe (-)7. Thorak a. JantungInspeksi : Ictus Cordis tidak tampakPalpasi : Ictus Cordis teraba ICS V LMC sinistraPerkusi : Batas kanan atas ICS II LPS dextraBatas kanan bawah ICS IV LPS dextra Batas kiri atas ICS II LMC sinistraBatas kiri bawah ICS V LMC sinistraAuskultasi : S1 > S2 di apeks reguler, bising (-), gallop (-)b. Paru-paruInspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi interkostal (-), tidak ada benjolanPalpasi : Vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-)Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru, batas paru-hepar ICS VI dextraAuskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)8. Abdomen Inspeksi : Cembung, darm contour (-), darm steifung (-)Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), hepar/lien tidak terabaPerkusi : Tympani di seluruh lapang abdomen, asites (-)Auskultasi : Bising usus (+) normal9. EkstremitasSuperior : edema (-/-), refleks fisiologis (+/+)Inferior : edema (-/-), refleks fisiologis (+/+)E. Status LokalisRegio Scrotalis Kanan- Inspeksi : Tampak benjolan sebesar telur ayam, tidak berwarna merah, tidak tegang.- Palpasi : Benjolan terpisah dari testis, nyeri tekan (-), kenyal, test transiluminasi (-).- Auskultasi : Bising Usus (+) ↓- Rectal Toucher : Tonus sfingter ani (+), ampula rekti kolaps (-), mukosa licin, pembesaran prostat (-).Sarung tangan : Feses (-), darah (-), lendir (-).
IV. RESUMEA. AnamnesaLaki-laki 59 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan di kantung buah zakar sebelah kanan sejak 2 tahun yang lalu, benjolan kenyal sebesar telur ayam dan masih dapat dimasukkan lagi apabila didorong dengan tangan. Benjolan tidak terasa sakit, tidak merah dan tidak terasa tegang. BAB dan BAK lancar, masih dapat buang angin, tidak mual dan muntah. Sebelumnya pasien tidak pernah operasi.
B. Pemeriksaan FisikKeadaan Umum : BaikKesadaran : Compos MentisVital Sign : Tekanan Darah : 130/80 mmHgNadi : 80 x/menitRespirasi : 22 x/menitSuhu : 36,50CStatus Generalis : Dalam batas normalStatus Lokalis : Regio Scrotalis dekstra- Inspeksi : Tampak benjolan sebesar telur ayam, tidak berwarna merah, tidak tegang.- Palpasi : Benjolan terpisah dari testis, nyeri tekan (-), kenyal, test transiluminasi (-).- Auskultasi : Bising Usus (+) ↓- Rectal Toucher : Tonus sfingter ani (+), ampula rekti kolaps (-), mukosa licin, pembesaran prostat (-).Sarung tangan : Feses (-), darah (-), lendir (-).
V. DIAGNOSA KERJAHernia Scrotalis Dekstra Reponible
VI. DIAGNOSA BANDING1. Hidrokel2. Torsio testisVII. PEMERIKSAAN PENUNJANG - Pemeriksaan Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Faktor pembekuan.- Pemeriksaan ureum kreatinin, urinalysa
VIII. TERAPIOperatif : Hernioraphy elektif
IX. PROGNOSISDubia ad bonam
By.FQ coass FK UPN Veteran Jakarta 2004
ple closureKelly 5.0 Hernia, Pendahuluan post operasi hernioraphy, wial exucise + siple closure
A. Latar belakangKesehatan merupakan bagian penting bagi hidup kita, dimana dengan hidup sehat kita bisa menjalankan semua aktifitas dengan baik, pada zaman seperti sekarang ini diamana tantangan hidup semakin besar dan kebutuhan hidup jaga semakin banyak sehingga manusia dituntut untuk bekerja keras agar kebutuhanya terpenuhi semuanya sampai mengesampingkan kesehatan, padahal semakin berat pekerjaan semakin banyak penyakakit yang ditimbulkan, seperti hernia penyakit ini bisa timbul karna pekerjaan yang keras seperti mengangkat benda – benda berat.
Hernia merupakan penyakit yang sering ditemukan dimasyarakat. Penyakit ini ditandai dengan adanya penonjolan isi perut melalui bagian dinding perut yang lemah, kelainan ini terutama ditemukan di daerah lipat paha. Hernia bisa terjadi disemua umur, juga banyak pada usia produkif, sehingga mempunyai dampak sosial ekonomi yang cukup signifikan, oleh karena itu penanganan penyakit hernia yang efektif dan efisien sangat diperlukan
Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2 % kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60 % sisi kiri 20 – 25 % dan bilateral 15 % insidens inguinalis pada orang dewasa kira – kira 2 % umumnya terapi operatif merupakan terapi satu – satunya yang rasional . usia lanjut tidak merupakan kontra indikasi operasi efektif ( Sjamsuhidayat de jong 1998 )
Di Indonesia pasien hernia sering kali datang dalam keadaan terlambat, karena banyak orang tidak mengetahui, mungkin juga biayanya mahal. Padahal itu merupakan yang upnormal saja. Upnormal bukan karena suatu organic disease tetapi suatu kelainan anatomi, bukan organ yang upnormal, tetapi anatomi ada lobang yang besar, sehingga dia menonjol. Oleh karena adanya perubahan anatomi ditubuh maka salah satunya jalan harus dilakukan pengobatan dengan bedah (http://www.idionline.org/artikel).
Data statistik yang di peroleh dari Rumah Sakit 2 tahun dari tahun 2008 – 2009 jumlah
penderita hernia di ruang bedah adalah sebagai berikut ada tahun 2008 dari bulan Januari sampai desember adalah 211 orang dan pada tahun 2009 dari bulan Januari sampai bulan mei 109 orang yang menderita hernia, total pnderita hernia diruang bedah Rumah sakit Adalah 320, dari data terebut dapat di simpulkan tidak ada peningkatan atau penurunan jumlah penderita hernia pada bulan januari sampai bulan Mei 2008 dan januari sampai Mei 2009 Di Rumah Sakit tahun 2008 dan 2009 karena data yang di peroleh dari data statistik Rumah Sakkit pada tahun 2009 sampai bulan Mei hampir sama dengan tahun 2009 yaitu 108 dan 109.Berdasarkan data statistik di atas penulis tertarik untuk melakukan Asuhan keperawatan pada Tn. XYZ dengan ( HILD ) post operasi hernia inguinalis lateralsi dextra dan penulis mencoba memaparkan tentang segala permasalahan tentang hernia yang ada. karena penulis merasa penting untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien hernia secara komperhensif.Dari hal tersebut,penulis mencoba mengangkat judul Asuhan keperawatan pada Tn. XYZ
dengan hernia inguinalis lateralis dextra ( HILD )post operasi hernioraphy,wial exucise + siple closure Di Ruang ABCD Rumah Sakit .B. Tujuan penulisan1. Tujuan umumPenulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien Tn. XYZ dengan ( HILD )post operasi hernioraphy,wial exucise + siple closure secara comprehensif dan mampu mendokumentasikanya.2. Tujuan KhususTujuan Khuaus dari penulisan kasus ini adalah untuk :a. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan ( HILD ) post operasi hernioraphy, wial exucise + simple closure.b. Membuat analisa data dari hasil pengkajian dan menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien ( HILD ) post operasi hernioraphy, wial exucise + simple closure.c. Menetapkan rencana keperawatan pada pasien dengan ( HILD ) post operasi hernioraphy, wial exucise + simple closure.d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien ( HILD ) post perasi hernioraphy, wial exucise + simple closure.e. Meleksanakan evaluasi implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada pasien dengan ( HILD ) post operasi hernioraphy, wial exucise + simple closure.f. Melaksanakan dokumentasi terhadap tindakan proses keperawatan pada pasien dengan ( HILD ) post operasi hernioraphy, wial exucise + simple closure.
C. Pengumpulan dataUntuk penyusunan kasus ini bersifat diskriptif dengan memaparkan pelaksanaan asuhan keperawatan yang di lakukan secara komprehensif terhadap klien pendekatan proses keperawatan yang terdi atas pengkajian, analisa data, dan diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan , implementasi, evaluasi.Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang di lakukan secara sistematis untuk menentukan masalah – masalah serta kebutuhan – kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien dalam pengumpulan data untuk penyusunan laporan kasus ini di gunakan teknik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:
1. Obseservasi parsitipatifPenulis mengamati secara langsung mengenai keadaan fisik dengan respon pasien serta keluhan yang di alami pasien dengan palapasi, inspeksi auskultasi,dan perkusi.
2. Wawancarapengumpulan data di lakukan dengan cara melakukan wawancara langsung atau Tanya jawab tentang hal – hal yang berkaitan dengan masalah yang di hadapi oleh klien .3. Studi literaturePengumpulan data di lakukan dengan cara menggali sumber – sumber pengetahuan melalui buku – buku atau jurnal – jurnal terkini ( dapat di lakukan melalui browsing/telusuri internet)4. Studi dokumentasiPemgumpulan data dilakukan dengan cara menelaah catatan – catatan tentang kasus pasien yang terdapat pada format – format dokumentasi manapun yang ada pada rekam medik.
D.Tempat dan Waktu.Asuhan keperawatan ini dilakukan Di Ruang ABCD Rumah Sakit selama 2 hari dari tanggal.
E.Sistematika Penulisan.BAB I: Pendahuluan. Membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, pengumpulan data, tempat dan waktu serta sistematika penulisan.BAB II: Tinjauan Pustaka. Membahas tentang hernia inguinalis lateralis dextra. Terdiri dari pengertian, anatomi, konsep nifas meliputi pengertian, fisiologi, etiologi, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan yang terdiri dari penatalaksanaan umum dan keperawatan.BAB III: Tinjauan kasus dan pembahasan. Membahas tentang tinjauan kasus dan pembahasannya yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatanBAB IV: Penutup. Terdiri dari kesimpulan dan saran.
pencarian yang hadir:
askep tiroiditis,askep tiroidektomi,Laporan pendahuluan GEA,laporan pendahuluan hil,woc hernia,laporan pendahuluan post op hernia,askep hil,resume hernia,laporan pendahuluan app,prevalensi hernia di indonesia,laporan pendahuluan post op laparatomi,askep hernia inguinalis lateralis dextra,pathway hernia scrotalis,askep histerektomi,askep post histerektomi,askep post op laparatomi,contoh kasus kebidanan patologis,askep post op hil,angka kejadian hernia menurut WHO,data hernia menurut who,analisa data combustio,latar belakang hernia scrotalis,kti hernia inguinalis,pengertian apendiktomi,laporan kasus post SC,laporan pendahuluan keputihan,latar belakang TIROIDEKTOMI,askep post op tiroidektomi,askep hernia scrotalis,latar belakang penyakit hernia,askep post operasi tiroidektomi,woc hernia inguinalis lateralis,pengertian hernioraphy,laporan kasus sc,laporan pendahuluan post SC dengan KPD,laporan pendahuluan post operasi laparatomi,jurnal hernia,lp cemas,askep hil dextra,jurnal hernia pdf,woc apendik,implementasi hernia,askep post op perforasi gaster,contoh laporan pendahuluan nyeri,laporan pendahuluan obs vomitus,lp hernia,lp post op hernia,kti post op hernia,kti hernia,contoh kti hernia,askep post op peritonitis,Laporan pendahuluan Post Op APP,laporan pendahuluan hernia,lp presbo,konsep askep perioperatif hernia inguinalis lateralis,askep post op vesikolithiasis,jurnal ugd,askep hernia inguinalis dextra,jurnal keperawatan hernia,pathways hernia scrotalis,laporan pendahuluan histerektomi,jurnal penyakit hernia,laporan pendahuluan sc dengan indikasi kpd,laporan pendahuluan hernia inguinalis lateralis,lp post op hernioraphy,jurnal ca mammae pdf,artikel pendahuluan tentang hernia,askep post app,laporan pendahuluan presbo,penyakit ckr,askep presbo,kti hernia inguinalis lateralis,askep hidronefrosis bilateral,lp hernia inguinalis lateralis,implementasi post sc,askep fraksi,latar belakang PEB,pengkajian hernia inguinalis,laporan pendahuluan post operasi apendiksitis,resume gadar,contoh laporan pendahuluan hil,askep hernia inguinalis lateralis sinistra,laporan pendahuluan ca hepar,hernia menurut who,hernia scrotalis dextra,laporan pendahuluan wsd,laporan pendahuluan hernia scrotalis dekstra,laporan kasus hernia inguinalis lateralis,askep hernia umbilikalis,LATAR BELAKANG POST OP HERNIORAPHY,Laporan pendahuluan hematuri,laporan pendahuluan hernia pdf,jurnal hernia scrotalis,penyakit hernia scrotalis,analisa data laparatomi,askep disritmia,laporan pendahuluan post sc kpd,contoh laporan kasus bph,woc hernia inguinalis,contoh laporan kasus hernia,diagnosa hil,laporan pendahuluan post op sc,laporan pendahuluan hernia scrotalis dextra,askep hernia scrotalis sinistra,makalah hernia scrotalis,analisa data hernia inguinalis,hil bilateral,laporan pendahuluan post op histerektomi,analisa data appendicitis,penyakit vomitus,askep pre dan post operasi hernia,hernia scrotalis pdf,analisa data apendisitis,asuhan keperawatan pada pasien vesikolithiasis,contoh kasus laparatomi,askep hernia inguinalis pre operasi,pengkajian post op hernia inguinalis,anatomi
fisiologi hernia,askep gadar hernia,latar belakang hernia inguinalis di indonesia,contoh kasus kdm,Contoh Kasus postnatal care,data who tentang apendisitis,hernia scrotalis sinistra,jurnal kesehatan hernia,lp hernia skrotalis,latar belakang pasien terminal,askep appendiktomi,lp post op tiroidektomi,contoh format pengkajian antenatal care,format pengkajian gadar,LP operasi hernia,askep post op hernia pada anak,laporan pendahuluan hernia inguinalis lateralis dextra,format rawat jalan,penyakit hernia pdf,laporan pendahuluan post op hil,contoh format pengkajian rawat jalan,Contoh Format pengumpulan data,dokumentasi gawat darurat,intervensi hernia,laporan pendahuluan hernia inguinalis lateralis sinistra,dokumentasi keperawatan psikososial,askep hernia dextra post operasi,langkah operasi hernioraphy,prevalensi hernia menurut who,contoh format resume keperawatan,contoh dokumentasi pada psikiatri,implementasi dan evaluasi hernia,contoh askep post op hernia,teknik hernioraphy,skripsi hernia,Hernia tomi,operasi hild,format pre post operasi,wial adalah,format askep pengkajian pre operasi,pengkajian gadar,pengkajian penyakit hernia,Penyakit DF,studi kasus hernia,format pengkajian hernia,jumlah penderita hernia inguinalis di indonesia,TINJAUAN KASUS HERNIA,laporan kasus hernia pada anak,asuhan keperawatan hernia inguinalis dextra,bab 1 pendahuluan tentang hernia,laporan pendahuluan operasi hernioraphy bilateral,laporan pendahuluan dari post op hernioraphy,ASKEP KASUS WOC HERNIA,latar belakang hernia di indonesia,data statistik penyakit hernia pdf,lp intra operasi,data hernia inguinalis di indonesia,contoh kasus askep hernia inguinalis pada bayi,laporan kasus post op hernia,latar belakang penyakit hernia inguinalis lateralis sinistra,laporan pendahuluan pre op hernia,laporan pendahuluan intra operasi hil,penyimpangan kdm post operasi hernia,proses hernioraphy,jurnal konsep sistem keperawatan,resume askep penyakit,post herniatomi,latar belakang hernia pada anak,statistik hernia di indonesia,jurnal ca scrotalis,laporan pendahuluan perawatan luka operasi,judul kti tentang bedah,tinjauan pustaka hernia inguinalis lateralis,laporan pendahuluan post op hernia inguinalis,judul kti bedah,inguinal dextra,Lp Hernia inguinalis lateral,KTI kejadian perawatan luka post operasi hernia,KTI post op hernia inguinali,KUMPULAN KTI POST OP HERNIA,pembahasan kasus anc normal,pendahuluan kti hernia,woc presbo
0
Related Posts to "Askep Multiple Fraktur"
Pasien Luka Bakar /Combustio bagian 2, sebuah Asuhan Keperawatan
Pasien Luka Bakar /Combustio bagian 1, sebuah Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan dengan fraktur humerus pada klien
Klien Dengan PyeloNeprolithotomi Dextra, askep perioperatif Klien dengan Laparatomi, sebuah askep
3 Response on "Hernia, Pendahuluan post operasi hernioraphy, wial exucise + siple closure"
Tumor Mammae, diagnosis dan stadium
Tumor thyroid dextra et sinistra curiga ganas
Blogroll
Crystal X Rumah Minimalis Info Kesehatan Natural Crystal X Tituitbom Keputihan Bnalone
Posting Terbaru
Penyebab Keputihan Keputihan Praktikum golongan darah Laju endap darah Penyakit ultrashort-segment Hirschsprung Bab 1 dan 3
Statistik Pengunjung