Click here to load reader
Upload
deny-hadi
View
24
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
• Latar Belakang
Klien yang dirawat di rumah sakit umum dengan masalah fisik juga mengalami
masalah psikososial seperti berdiam diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain, merasa
kecewa, putus asa, malu dan tidak berguna disertai keragu-raguan dan percaya diri yang
kurang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien seperti laboratorium, CT scan
dan tindakan seperti suntikan, infus, observasi rutin sering membuat klien merasa sebagai
objek. Keluarga juga sering merasa khawatir dan ketidakpastian keadaan klien ditambah
dengan kurangnya waktu petugas kesehatan seperti dokter dan perawat untuk
membicarakan keadaan klien terutama pada ruangan gawat darurat, tim kesehatan fokus
pada penyelamatan klien dengan segera. Klien dan keluarga kurang diberi informasi yang
dapat mengakibatkan perasaan sedih, ansietas, takut marah, frustasi dan tidak berdaya
karena infomasi yang kurang jelas disertai ketidakpastian. Dengan melakukan asuhan
keperawatan pada konsep diri klien yang diintegrasikan secara komprehensif, diharapkan
klien dan keluarga sesegera mungkin dapat berperan serta sehingga self care atau
perawatan diri dan family support (dukungan keluarga dapat terwujud). Keadaan klien
dan keluarga ini dapat diatasi dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
Salah satu aspek yang dapat dilakukan adalah asuhan keperawatan psikososial yang akan
membhas tentang penyakit terminal, penyakit kronis, kehilangan, ansietas, gangguan
konsep diri, dan masalah krisis. Dalam kehidupan, manusia harus mengatasi masalah
terus menerus untuk menjaga keseimbangan atau balance antara stress dan mekanisme
koping. Jika tidak seimbang maka akan bisa terjadi kondisi KRISIS. Krisis merupakan
bagian dari kehidupan yang dapat terjadi dalam bentuk yang berbeda-beda, dengan
penyebab yang berbeda, dan bisa eksternal/internal.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
• Untuk memberi wawasan tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang
Mengalami Krisis
• Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
BAB II
PEMBAHASAN
• Pengertian
Krisis adalah konflik/masalah/gangguan internal yang merupakan hasil dari
keadaan stressful/adanya ancaman terhadap self. Krisis adalah suatu kondisi individu
tak mampu mengatasi masalah dengan cara penanganan (koping) yang biasa dipakai.
Krisis adalah ketidakseimbangan psikologis yang merupakan hasil dari peristiwa
menegangkan/mengancam integritas diri. Krisis adalah suatu kejadian atau peristiwa
yang terjadi secara tiba-tiba dalam kehidupan seseorang yang mengganggu
keseimbangan selama mekanisme coping individu tersebut tidak dapat mecahkan
masalah. Krisis adalah ganggaun internal yang disebabkan oleh kondisi penuh stress
atau yang dipersepsikan oleh individu sebagai ancaman. Krisis adalah gangguan
internal yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang dapat menimbulkan stress, dan
dirasakan sebagai ancaman bagi individu. Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap
situasi yang mengancam saat kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki klien
dan respons kopingnya tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan
psikologis.
• Konsep krisis
• Krisis terjadi pada semua individu, tidak selalu patologis
• Krisis dipicu oleh peristiwa yang spesifik
• Krisis bersifat personal
• Krisis bersifat akut, tidak kronis, waktu singkat ( 4-6 minggu )
• Krisis berpotensi terhadap perkembangan psikologis atau bahkan akan
membaik.
• Faktor yang berpengaruh :
• Pengalaman problem solving sebelumnya
• Persepsi individu terhadap suatu masalah
• Adanya bantuan atau bahkan hambatan dari orang lain
• Jumlah dan tipe krisis sebelumnya
• Waktu terakhir mengalami krisis
• Kelompok beresiko
• Sense of mastery
• Resilence; factor perlindungan berupa perilaku yang berkontribusi terhadap
keberhasilan koping dengan stress lain. Faktor perlindungan antara lain
kompetensi social, ketrampilan memecahkan masalah, otonomi, berorientasi
pada tujuan, ide belajar, dukungan keluarga, dukungan social. Resilient
( individu yang tabah/ulet ) mempunyai harga diri tinggi, berdaya guna,
mempunyai keterampilan memecahkan masalah, mempunyai kepuasan dalam
hubungan interpersonal.
• Faktor resiko :
• Wanita
• Etnik minoritas
• Kondisi social ekonomi rendah
• Problematik predisaster functioning and personality
• Macam krisis :
1. Krisis maturasi/krisis perkembangan
• Dipicu oleh stressor normal dalam proses perkembangan
• Terjadi pada masa transisi proses pertumbuhan dan perkembangan. Setiap
tahap perkembangan tergantung pada tahap sebelumnya, setiap tahap
perkembangan merupakan tahap krisis bila tidak difasilitasi untuk dapat
menyelesaikan tugas perkembangan
• Misal : Masuk sekolah, pubertas, menikah, meninggalan rumah, menjadi
orang tua, pensiun dll
• Krisis situasional
• Merupakan respon terhadap peristiwa traumatic yang tiba-tiba
dan
tidak dapat dihindari yang mempunyai pengaruh besar terhadap peran dan
identitas seseorang.
• Cenderung mengikuti proses kehilangan, seperti kehilangan pekerjaan,
putus sekolah, putus cinta, penyakit terminal, kehamilan/kelahiran yang
tidak diinginkan. Respon yang biasa mucul terhadap kehilangan adalah
depresi.
• Kesulitan dalam beradaptasi dengan krisis situasional ini berhubungan
dengan kondisi dimana seseorang sedang berjuang menyelesaikan krisis
perkembangan.
3. Krisis social
• Krisis yang terjadi di luar kemampuan individu. Adanya situasi yang
diakibatkan kehilangan multiple dan perubahan lingkungan yang luas
• Contoh : terorisme, kebakaran, gempa bumi, banjir, perang
F. Tipe krisis yang lain (Townsend, 2006):
• Dispisitional crises, merupakan respon akut terhadap stressor eksternal.
• Crises of anticipated life transition, suatu transisi siklus kehidupan yang normal
yang diantisipasi secara berlebihan oleh individu saat merasa kehilangan kendali.
• Crises resulting from traumatic stress, krisis yang dipicu oleh stressor eksternal
yang tidak diharapkan sehingga individu merasa menyerah karena kurangnya atau
bahkan tidak mempunyai control diri.
• Developmental crises, krisis yang terjadi sebagai respon terhadap situasi yang
mencetuskan emosi yang berhubungan dengan konflik kehidupan yang tidak
dapat dipecahkan.
• Crises reflecting psychopathology, misalnya neurosis, schizophrenia, borderline
personality.
• Psychiatric emergency, krisis yang secara umum telah mengalami kerusakan yang
parah terhadap fungsi kehidupan. Misalnya acute suicide, overdosis, psikosis
akut, marah yang tidak terkontrol, intoksikasi alcohol, reaksi terhadap obat-obatan
halusinogenik.
G. Tahap perkembangan krisis :
Fase 1 :
• Individu dihadapkan pada stressor pemicu.
• Kecemasan meningkat, individu menggunakan teknik problem solving yang
biasa digunakan.
Fase 2
• Kecemasan makin meningkat karena kegagalan penggunan teknik problem
solving sebelumnya.
• Individu merasa tidak nyaman, tak ada harapan, bingung.
Fase 3
• Untuk mengatasai krisis individu menggunakan semua sumber untuk
memecahkan masalah, baik internal maupun eksternal.
• Mencoba menggunakan teknik problem solving baru, jika efektif terjadi
resolusi.
Fase 4
• Kegagalan resolusi
• Kecemasan berubah menjadi kondisi panic, menurunnya fungsi kognitif,
emosi labil, perilaku yang merefleksikan pola pikir psikotik.
INTERVENSI KRISIS
Tujuan intervensi krisis adalah resolusi, berfokus pada pemberian dukungan terhadap
individusehingga individu mencapai tingakat fungsi seperti sebelum krisis, atau bahkan pada
tingkatfungsi yang lebih tinggi. Selain itu juga untuk membantu individu memecahkan masalah
danmendapatkan kembali keseimbangan emosionalnya
.Peran intervener adalah membantu individu dalam :
1. Menganalisa situasi yang penuh stress
2. Mengungkapkan perasaan tanpa penilaian
3. Mencari cara untuk beradaptasi dengan stress dan kecemasan
4. Memecahkan masalah dan mengidentifikasi strategi dan tindakan
5. Mencari dukungan ( keluarga, teman, komunitas )
6. Menghindari stress yang akan datang dengan anticipatory guidance
Intervensi dilakukan dengan pendekatan proses perawatan yaitu melalui
pengkajian,perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
• Peran perawat
Perawat memberikan layanan langsung pada orang-orang yang mengalami krisis da
bertindaksebagai anggota tim intervensi krisis (ANA, 1994).
1. Perawat di lingkungan rumah sakit akut dan kronik membantu individu dan
keluargaberespons terhadap krisis penyakit yang serius, hospitalisasi, dan kematian.
2. Perawat di lingkunagn masyarakat (mis., kantor, klinik rumah, sekolah, kantor)
memberikanbantuan pada individu dan keluarga yang mengalami krisis situasional dan
perkembangan.
3. Perawat yang bekerja dengan sekelompok klien tertentu harus mengantisipasi situasi
dimanakrisis dapat terjadi.
4. Keperawatan ibu dan anak. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti kelahiran bayi
prematur atau lahir mati, keguguran dan lahir abnormal.
5. Keperawatan pediatrik. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti awitan penyakit
serius,penyakit kronis atau melemahkan, cedera traumatik, atau anak menjelang ajal.
6. Keperawatan medikal-bedah. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti diagnosis
penyakitserius, penyakit yang melemahkan, hospitalisasi karena penyakit akut atau kronis,
kehilanganbagian atau fungsi tubuh, kematian dan menjelang ajal.
7. Keperawatan gerontologi. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti kehilangan
kumulatif,penyakit yang melemahkan, ketergantungan, dan penempatan di rumah
perawatan.
8. Keperawatan darurat. Perawat harus mengantisispasi krisis seperti trauma fisik, penyakit akut,
krisis perkosaan, dan kematian.
9. Keperawatan psikiatri. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti hospitalisasi akibat penyakit
jiwa, stressor kehidupan karena sakit jiwa yang serius, dan bunuh diri. Perawat bekerja sama
dengan anggota tim kesehatan lain untuk membantu individu mengatasisituasi krisis.
Tinjauan Proses KeperawatanIntervensi Krisis
Pengkajian
1. Identifikasi kejadian pencetus dam situasi krisis
2. Tentukan persepsi klien tentang krisis yang dihadapi, meliputi kebutuhan utama yangterancam krisis,
tingkat gangguan hidup, dan gejala-gejala yang dialami klien.
3. Tentukan faktor-faktor penyeimbang yang ada, meliputi apakah klien memiliki persepssiyang realistis
terhadap krisis yang terjadi, dukungan situasional (mis, keluarga, teman,sumber daya finansial,
sumber daya spiritual, dukungan masyarakat), dan penggunaanmekanisme koping.
4. Identifikasi kelebihan klien :
• Apa yang terjadi pada Anda?
• Apa yang Anda pikir dan rasakan?
• Apakah Anda mengalami gejala fisik atau perubahan prilaku Anda yang biasanya?
• Apakah Anda sudah pernah mengalami hal yang serupa dengan kejadian ini dalamhidup
Anda? Kalau ya, bagaimana Anda melakukan koping pada saat itu ?
• Menurut Anda apa yang menjadi kelebihan pribadi Anda?
• Siapa yang Anda rasa sangat banyak membantu atau mendukung Anda?
• Apa yang telah Anda coba selama ini untuk mengatasi krisis tersebut ?
Diagnosis Keperawatan
1. Analisis
a. Analisis persepsi unik klien terhadap krisis dan kejadian pencetusnya.
b. Analisis keadekuatan faktor penyeimbang dan tingkat dukungan pribadi, sosial dan
lingkungan klien.
c. Analisis sejauh mana orang lain terpengaruh oleh krisis, seperti keluarga klien, jaringan kerja
sosial, dan masyarakat.
Diagnosis Keperawatan.
Tentukan diagnosa keperawatan spesifik untuk klien, keluarga, masyarakart, atau gabungan
dari itu, termasuk, namun tidak terbatas pada yang berikut ini :
• Gangguan citra tubuh
• Ketegangan peran pemberi asuhan
• Koping komunitas tidak efektif
• Koping individu tidak efektif
• Penyangkalan tidak efektif
• potensi untuk pertumbuhan
• Disfungsi berduka
• Respon pasca trauma
• Ketidakberdayaan
• Sindrom trauma perkosaan
• Perubahan kinerja peran
• Distres spiritual
• Resiko kekerasan pada diri sendiria/orang lain
•
• Perencanaan dan Identifikasi Hasil
1. Bantu klien,keluarga, masyarakat, atau gabungan dari itu, dalam menetapkan tujuan jangkapendek
yang realistis untuk pemulihan seperti sebelum krisis.
2. Tentukan kriteria hasil yang diinginkan untuk klien, kelurga, masyarakat, atau gabungan dariitu.
Individu yang mengalami krisis akan
a. Mengungkapkan secara verbal arti dari situasi krisis
b. Mendiskusikan pilihan pilihan yang ada untuk mengatasinya
c. Mengidentifikasi sumber daya yang ada yang dapat memberikan bantuan
d. Memilih strategi koping dalam menghadapi krisis
e. Mengimplementasikan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi krisis.
f. Menjaga keselamatan bila situasi memburuk
D. Implementasi
1. Bentuk hubungan dengan mendengarkan secara aktif dan menggunakan respon empati.
2. Anjurkan klien untuk mendiskusikan situasi krisis dengan jelas, dan bantu kien
mengutarakanpikiran dan perasaannya.
3. Dukung kelebihan klien dan penggunaan tindakan koping.
4. Gunakan pendekatan pemecahan masalah.
5. Lakukan intervensi untuk mencegah rencana menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
a. Kenali tanda-tanda bahaya akan adanya kekerasan terhadap diri sendiri.(mis ;
klien secaralangsung mengatakan akan melakukan bunuh diri, menyatakan secara
tidak langsung bahwa iamerasa kalau orang lain akan lebih baik jika ia tidak ada,
atau adanya tanda-tanda depresi)
b. Lakukan pengkajian tentang kemungkinan bunuh diri
c. singkirkan semua benda yang membahayakan dari tempat atau sekitar klien.
d. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan jiwa untuk menentukan apakah
hospitalisasi perludilakukan atau tidak.
• Implementasi untuk klien yang marah atau melakukan kekerasan
1. Lakukan intervensi dini untuk mencegah klien melakukan kekerasan terhadap orang lain
.a. Kenali tanda-tanda verbal adanya peningkatan rasa marah (mis; berteriak, berbicara
cepat,menuntut perhatian, pernyataan-pernyataan agresif)
b. Kenali tanda-tanda non verbal adanya peningkatan rasa marah (mis; rahang
dikencangkan,postur tubuh menegang, tangan dikepalkan, berjalan mondar-mandir)
2. Lakukan beberapa tindakan untuk mengurangi kemarahan klien
a. Jawab pertanyaan dan tuntutan klien dengan informasi faktual dan sikap yang
mendukungserta meyakinkan.
b. Berikan respon terhadap ansietas, marah dan frustasi yang dirasakannya. Sebagai
contoh :Perawat dapat mengatakan ”Tampaknya Anda merasa frustasi karena tidak dapat
pulang kerumah sesuai keinginan Anda.”
c. Biarkan klien mengeluarkan kemarahannya secara verbal, tunjukan bahwa perawatmenerima
kemarahan ayng diperlihatkannya.
d. Jangan membela atau membenarkan perilaku anda sendiri ataupun perilaku orang lain.
(mis.,anggota tim pengobatan, kebijakan Rumah Sakit)
e. Pantau bahasa tubuh anda sendiri, gunakan postur yang rileks dengan kedua tanganbergantung
santai disamping tubuh.
f. Berikan kontrol pada klien terhadap situasi masalah dengan menawarkan solusi alternatifuntuk
menyelesaikan masalah
. 3. Berespons terhadap perilaku klien
• Lindungi diri anda sendirindengan berdiri diantara klien dan pintu keluar sehingga
memungkinkan anda mudah untuk melarikan diri
• Lindungi orang lain dengan menginstruksikan mereka untuk meninggalkan tempat.
• Ikuti protokol lembaga, gunakan kode khusus untuk menghadapi kekerasan jika ada.
4. Gunakan prinsip-prinsip penatalaksanaan kode kekerasan bila diperlukan (mis., bila klien mengancam
akan melukai, klien yang lain atau anggota staf atau jika klien melempar barang-barang atau merusak
perabotan).
a. Pastikan untuk dilakukannya unjuk kekuatan (minimal lima staf)
b. Tugaskan satu anggota tim sebagai ketua, yang akan berinteraksi dengan klien dan arahkan
respons tim.
c. Ketua tim berdiri di depan, sedangkan yang lain berdiri di belakangnya dalam dua atau tiga
barisan.
d. Bila diperlukan restrain fisik, ketua tim akan memutuskan siapa yang akan memegang kakidan
tangan, dan siapa yang akan memegang kepala (agar tidak digigit)
e. Tim bertindak sebagai satu kesatuandan melakukan penaklukan yang lancar dan tenang.
f. Lakukan latihan dimana jika teknik-teknik ini dilakukan dapat memastikan keamanan dan
menghindarkan klien dan staf dari cedera.
F. Evaluasi hasil
Perawat menggunakan kriteria hasil yang spesifik dalam menentukan efektifitas
implementasikeperawatan.Keselamatan klien, keluarga, dan masyarakat dapat dipertahankan sebagai
hasil dari intervensiyang adekuat terhadap ekspresi perilaku yang tidak terkendali.Klien mengidentifikasi
hubungan antara stresor dengan gejalayang dialami selama krisis.Klien mengevaluasi solusi yang
mungkin dilakukan untuk mengatasi krisis.klien memilih berbagai pilihan solusi.Klien kembali ke
keadaan sebelum krisis atau memperbaikisituasi atau perilaku.
DAFTAR PUSTAKA Dalami, Ermawati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan
Gangguan Psikososial. Jakarta : TIM. Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik edisi 3. Jakarta: EGC. Dirjen Pelayanan Medik, DEPKES RI.
1994. Pedoman Perawatan Psikiatrik. Jakarta Niven, Neil. 2000. Psikologi Kesehatan. Jakarta.
EGC. Maramis, W.E. 1980. Ilmu Kedokteran Jiwa. Sura baya. Airlangga University Press.