30
RETARDASI MENTAL KELOMPOK 1 APRIANTO TRI NUGROHO (12131066) ICIH BUDI LESTARI (12131074) MARIA TRI ANGGAR SARI (12131079) 1

Askep Retardasi Mental Lengkap

Embed Size (px)

DESCRIPTION

RM

Citation preview

RETARDASI MENTAL

KELOMPOK 1

APRIANTO TRI NUGROHO (12131066) ICIH BUDI LESTARI (12131074) MARIA TRI ANGGAR SARI (12131079)

BAB I

1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Retardasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur hidup,

diperkirakan lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan

ini. Oleh karena itu retardasi mental merupakan masalah di bidang

kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak

yang mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat.

Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang

seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan

proses utama, hakiki, dan khas pada anak serta merupakan sesuatu yang

terpenting.

Prevalens retardasi mental pada anak-anak di bawah umur 18 tahun di

negara maju diperkirakan mencapai 0,5-2,5% , di negara berkembang

berkisar 4,6%. Insidens retardasi mental di negara maju berkisar 3-4 kasus

baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian anak retardasi

mental berkisar 19 per 1000 kelahiran hidup.1 Banyak penelitian

melaporkan angka kejadian retardasi mental lebih banyak pada anak laki-

laki dibandingkan perempuan.

Berdasarkan uraian diatas kami selaku mahasiswa keperawatan

tertarik untuk membuat makalah mengenai Retardasi Mental

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan retardasi mental ?

2. Apa penyebab dari retardasi mental ?

3. Bagaimana klasifikasi dari retardasi mental ?

4. Bagaimana gejala klinis dari retardasi mental dan penegakkan diagnosis pada

retardasi mental ?

5. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan pada retardasi mental ?

6. Bagaimana prognosis dari retardasi mental ?

7. Bagaimana penatalaksanaan yang diberikan pada retardasi mental ?

C. MAKSUD dan TUJUAN PENULISAN

2

Mengetahui yang dimaksud retardasi mental , penyebab dari retardasi

mental, mengenal macam-macam pembagian mengenai retardasi mental,

gejala yang mucul pada retardasi mental, penegakkan diagnosis nya dan

prognosis pada retardasi mental serta penatalaksanaan yang diberikan pada

retardasi mental

BAB II

3

PEMBAHASAN2.1 TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI RETARDASI MENTAL

Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi

yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak

masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara

keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang.

Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren:

jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).

Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki

kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO).

American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi

retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai

suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa

perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial.

B. PENYEBAB RETARDASI MENTAL

Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal

dan postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000

macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang

dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas

penyebab biologis dan psikososial.

Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

• Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat

• Tampak sejak lahir atau usia dini

• Secara fisis tampak berkelainan/aneh

• Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun

postnatal

• Tidak berhubungan dengan kelas sosial

Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut :

4

• Biasanya merupakan retardasi mental ringan

• Diketahui pada usia sekolah

• Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium

• Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)

• Ada hubungan dengan kelas sosial

Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah

masih merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan

bahwa retardasi mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-

kultural.

Penyebab retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam:

a. Penyebab pranatal

o Gangguan metabolisme

Gangguan metabolisme asam amino yaitu Phenyl Keton Uria

(PKU), Maple Syrup Urine Disease, gangguan siklus urea,

histidiemia, homosistinuria, Distrofia okulorenal Lowe,

hiperprolinemia, tirosinosis dan hiperlisinemia. Gangguan

metabolisme lemak yaitu degenerasi serebromakuler dan

lekoensefalopati progresif. Gangguan metabolisme karbohidrat yaitu

galaktosemia dan glycogen storabe disease.

o Kelainan Kromosom

Kelainan kromosom muncul dibawah 5 persen kehamilan,

kebanyakan kehamilan yang memilki kelainan kromosom berakhri

dengan kasus keguguran hanya setenggah dari satu persen yang lahir

memiliki kelainan kromosom, dan akan meninggal segera setelah

lahir. bayi yang bertahan, kebanyakan akan memiliki kelainan down

syndrome, atau trisomy 21. Manusia normal memiliki 46 kromosom

(23 pasang). orang dengan kelainan down syndrome memiliki 47

kromosom (23 pasang + 1 kromosom pada kromosom ke 21).

o Infeksi maternal selama kehamilan

 yaitu infeksi TORCH dan Sifilis. Cytomegali inclusion body

disease merupakan penyakit infeksi virus yang paling sering

5

menyebabkan retardasi mental. Infeksi virus ringan atau subklinik

pada ibu hamil dapat menyebabkan kerusakan otak janin yang bersifat

fatal. Penyakit Rubella kongenital juga dapat menyebabkan defisit

mental.

o Komplikasi kehamilan

Meliputi toksemia gravidarum, Diabetes Mellitus pada ibu hamil

yang tak terkontrol, malnutrisi, anoksia janin akibat plasenta previa

dan solutio plasenta serta penggunaan sitostatika selama hamil.

b. Penyebab perinatal

o Prematuritas

Dengan kemajuan teknik obstetri dan kemajuan perinatologi

menyebabkan meningkatnya keselamatan bayi dengan berat badan

lahir rendah sedangkan bayi-bayi tersebut mempunyai resiko besar

untuk mengalami kerusakan otak, sehingga akan didapatkan lebih

banyak anak dengan retardasi mental.

o Asfiksia

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat

bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin

sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat

dilahirkan.

o Kernikterus

Kernikterus adalah sindrom neurologis akibat pengendapan bilirubin

tak terkonjugasi di dalam sel-sel otak.

o Hipoglikemia: menurunnya kadar gula dalam darah.

c. Penyebab postnatal

o Infeksi (meningitis, ensefalitis)

o Trauma fisik

o Kejang lama

o Intoksikasi (timah hitam, merkuri)

C. KLASIFIKASI RETARDASI MENTALBerikut ini adalah klasifikasi retardasi mental berdasarkan PPDGJ III:

6

1. F70 Retardasi Mental Ringan (IQ 55-69)

Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering

tidak naik kelas, selalu memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan

rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan pekerjaan rumah atau

mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80 % dari

anak RM termasuk pada golongan ini. Dapat menempuh pendidikan

Sekolah Dasar kelas VI hingga tamat SMA. Ciri-cirinya tampak lamban

dan membutuhkan bantuan tentang masalah kehidupannya.

2. F71 Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49)

Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan

dalam perkembangan, misalnya perkembangan wicara atau perkembangan

fisik lainnya. Anak ini hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya

sendiri, pada umumnya tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya,

angka kejadian sekitar 12% dari seluruh kasus RM. Anak pada golongan

ini membutuhkan pelayanan pendidikan yang khusus dan dukungan

pelayanan.

3. F72 Retardasi Mental Berat (IQ 20- 34)

Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan

kemampuan bicara yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk

dilatih belajar bicara dan keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar,

angka kejadian 8% dari seluruh RM. Memiliki lebih dari 1 gangguan

organik yang menyebabkan keterlambatannya, memerlukan supervisi yang

ketat dan pelayanan khusus.

4. F73 Retardasi Mental Sangat Berat (IQ < 20)

Sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif, motorik, dan

komunikasi yang pervasif. Mengalami gangguan fungsi motorik dan

sensorik sejak awal masa kanak-kanak, individu pada tahap ini

memerlukan latihan yang ekstensif untuk melakukan �self care � yang sangat

mendasar seperti makan, BAB, BAK. Selain itu memerlukan supervisi

total dan perawatan sepanjang hidupnya, karena pada tahap ini pasien

benar-benar tidak mampu mengurus dirinya sendiri.

7

5. F78 Retardasi Mental lainnya

Kategori ini hanya dignakan bila penilaian dari tingkat Retardasi

Mental intelektual dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak

mungkin dilakukan karena adanya hendaya sensorik atau fisik, seperti

buta, bisu tli, dan penyandang yang perilakunya terganggu berat atau

fisiknya tidak mampu.

D. DIAGNOSIS & GEJALA RETARDASI MENTAL

Diagnosis retardasi mental tidak hanya didasarkan atas tes intelegensia

saja, melainkan juga dari riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari

sekolah, pemeriksaan fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang. Yang perlu

dinilai tidak hanya intelegensia saja melainkan juga adaptasi sosialnya. Dari

anamnesis dapat diketahui beberapa faktor risiko terjadinya retardasi mental.

Pemeriksaan fisis pada anak retardasi mental biasanya lebih sulit

dibandingkan pada anak normal, karena anak retardasi mental kurang

kooperatif. Selain pemeriksaan fisis secara umum (adanya tanda-tanda

dismorfik dari sindrom-sindrom tertentu) perlu dilakukan pemeriksaan

neurologis, serta penilaian tingkat perkembangan. Pada pemeriksaan fisik

pasien dengan retardasi mental dapat ditemukan berbagai macam perubahan

bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk kepala: mikrosefali, hidrosefali, dan

down syndrome. Wajah pasien dengan retardasi menral sangan mudah

dikenali seperti hipertelorisme, yaitu lidah yang menjulur keluar, gangguan

pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah yang tampak tumpul.

Pada anak yang berumur diatas 3 tahun dilakukan tes intelegensia.

Namun, tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik,

melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar ketrampilan spesifik yang

berbeda. penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi

yang tersedia, termasuk temuan klinis, prilaku adaptif dan hasil tes

psikometrik. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) kepala dapat membantu

menilai adanya kalsifikasi serebral, perdarahan intra kranial pada bayi dengan

ubun-ubun masih terbuka. Pemeriksaan laboratorium dilakuka atas indikasi,

8

pemeriksaan ferriklorida dan asam amino urine dapat dilakukan sebagai

screening PKU. Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila dicurigai

adanya kelainan kromosom yang mendasari retardasi mental tersebut.

Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk membantu

seperti pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan MRI. Kesulitan yang dihadapi

adalah kalau penderita masih dibawah umur 2-3 tahun, karena kebanyakan tes

psikologis ditujukan pada anak yang lebih besar. Pada bayi dapat dinilai

perkembangan motorik halus maupun kasar, serta perkembangan bicara dan

bahasa. Biasanya penderita retardasi mental juga mengalami keterlambatan

motor dan American Psychiatric Association (APA) pada tahun 1994,

mensyaratkan tiga diagnosis keterbelakangan mental, yaitu:

Fungsi intelektual secara signifikan dibawah rata-rata: IQ sekitar 70 atau

kurang menurut tes IQ yang diadakan secara individu.

Ketidakmampuan atau kelemahan yang terjadi bersamaan dengan fungsi

adaptasi saat ini (yakni efektivitas seseorang dalam memenuhi standar

yang diharapkan pada usianya dengan kelompok budayanya) setidaknya

dalam bidang berikut ini: yaitu komunikasi, perhatian diri sendiri,

kehidupan rumah tangga, keterampilan sosial-interpersonal, penggunaan

sumber dalam komunitas, self dierection, keterampilan akademik

fungsional, pekerjaan, waktu luang, kesehatan dan keamanan.

Terjadi sebelum berusia 18 tahun.

Tingkatan keterbelakangan mental menurut APA, diklasifikasikan menjadi

mild retardation (tingkat IQ 50 atau 55 sampai sekitar 70), moderate

mental retardation (tingkat IQ 35 atau 40 sampai 50 atau 55), severe

mental retardation (tingkat IQ 20 atau 25 sampai 35 atau 40), dan profound

mental retardation (tingkat IQ dibawah 20 atau 25).

Dibawah ini sekilas tentang perubahan perilaku terkait usia pada anak dengan

keterbelakangan mental :

Keterbelakangan Mental Ringan (IQ = 50 -70)

9

Anak prasekolah (0 � 5 tahun): lebih lambat daripada rata-rata dalam

berjalan, makan sendiri, dan berbicara, namun pengamat sambil lalu tidak

melihat keterbelakangan ini.

Usia sekolah (6 � 21 tahun): Belajar keterampilan motorik-pemahaman dan

kognisi (membaca dan arithmatic) di kelas tiga sampai kelas enam oleh

remaja tahap ini, dapat belajar untuk menyesuaikan diri secara sosial.

Dewasa (21 tahun keatas): Biasanya mencapai keterampilan sosial dan

kejuruan yang diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan bimbingan

dan bantuan ketika berada pada kondisi ekonomi sulit atau stress sosial.

Keterbelakangan Mental menengah (IQ = 35 � 49)

Anak prasekolah (0 � 5 tahun): sebagian besar perkembangan kelihatan

dengan jelas terlambat.

Usia sekolah (6 � 21 tahun): belajar berkomunikasi dan merawat kesehatan

dasar dan kebutuhan keamanan.

Dewasa (21 tahun keatas): melakukan tugas tanpa keterampilan atau semi

terampil sederhana pada kondisi yang diawasi, berpartisipasi pada

permainan sederhana dan melakukan perjalanan sendiri di tempat yang

dikenal, mampu merawat diri sendiri.

Keterbelakangan Mental Berat (IQ = 20 � 34)

Anak prasekolah (0 � 5 tahun): perkembangan motorik sangat tertunda,

sedikit atau tidak berbicara, mendapat mamfaat dari pelatihan mengerjakan

sendiri (misalnya makan sendiri).

Usia sekolah (6 � 21 tahun): biasanya berjalan kecuali jika terdapat

ketidakmampuan motorik, dapat memahami dan merespon pembicaraan,

dapat mengambil mamfaat dari pelatihan mengenai kesehatan dan

kebiasaan lain yang dapat diterima.

Dewasa (21 tahun keatas): melakukan kegiatan rutin sehari-hari dan

memperbesar perawatan diri sendiri, memerlukan petunjuk dan

pengawasan ketat dalam lingkungan yang dapat dikendalikan.

10

Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)

Anak prasekolah (0 � 5 tahun): keterbelakangan ekstrem disemua bidang,

kemampuan sensorik minimal, membutuhkan bantuan perawatan diri.

Usia sekolah (6 � 21 tahun): semua bidang perkembangan tampak jelas

tertunda, respon berupa emosi dasar dan mendapatkan manfaat dari

pelatihan dalam penggunaan anggota badan dan mulut, harus diawasi

dengan ketat.

Dewasa (21 tahun keatas): barangkali dapat berjalan dan berbicara dengan

cara primitive, mendapatkan mamfaat dari aktivitas fisik regular, tidak

dapat merawat diri sendiri, tetapi membutuhkan bantuan perawatan diri.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita

retardasi mental,yaitu:

a.       Kromosom kariotipe

b.      EEG (Elektro Ensefalogram)

c.       CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance

Imaging)

d.      Titer virus untuk infeksi congenital

e.       Serum asam urat (Uric acid serum)

f.       Laktat dan piruvat

g.      Plasma asam lemak rantai sangat panjang

h.      Serum seng (Zn)

i.        Logam berat dalam darah

j.        Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin

k.      Serum asam amino atau asam organik

l.        Plasma ammonia

m.    Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:

n.      Urin mukopolisakarida

11

F. PROGNOSIS RETARDASI MENTAL

Mengukur kecerdasan dan perilaku adaptif dapat membantu klasifikasi

dari kecenderungan keterbelakangan dan dapat memprediksikan apakah

individu tersebut dapat hidup secara independen. Individu dengan

keterbelakangan mental menengah (moderate mental retardation) lebih

sering ditemukan dapat mencapai seilf-sufficiency dan mendapatkan hidup

yang bahagia. Untuk mencapai tujuannya, mereka membutuhkan lingkungan

yang sesuai dan mendukung seperti pendidikan, komunitas, lingkungan

sosial, keluarga dan keterampilan yang konsisten. Harapannya lebih kecil

untuk individu yang menderita keterbelakangan mental sangat berat

(profound retardation). Individu dengan profound retardation membutuhkan

dukungan yang besar dan biasanya tidak bisa hidup secara independen atau di

rumah secara berkelompok.

Penelitian menemukan bahwa mereka memiliki harapan hidup yang lebih

kecil. Kecenderungan dari keterbelakangan invidu cenderung menetap selama

hidup. Misalkan seorang anak didiagnosa memiliki keterbelakangan mental

berat (severe) pada usia 5 tahun, maka ia akan memiliki diagnosa yang sama

pada usia 21 tahun. Hal ini mungkin tidak akan terlalu terlihat oleh keluarga

mereka, dimana anak-anak dengan keterbelakangan memiliki kemampuan

yang mirip dengan rekan-rekan mereka, namun akan nampak bahwa mereka

akan semakin tertinggal dengan sejalannya usia mereka.

G. PENCEGAHAN RETARDASI MENTAL

Terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan retardasi mental

dapat dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan sekunder.

a. Pencegahan Primer

Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mental dapat

dilakukan dengan:

1) pendidikan kesehatan pada masyarakat,  

2) perbaikan keadaan sosial-ekonomi,

3) konseling genetik,

12

4) Tindakan kedokteran, antara lain:

a) perawatan prenatal dengan baik,

b) pertolongan persalinan yang baik, dan

c) pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapat

dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan

gangguan lainnya.

H. PENANGANAN RETARDASI MENTAL

Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada

penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya. Mengapa demikian?

Siapapun orangnya pasti memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan jika

anaknya menderita retardasi mental, apalagi jika masuk kategori yang berat

dan sangat berat. Oleh karena itu agar orang tua dapat berperan secara baik

dan benar maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk

itulah maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling. Konseling

dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orang tua

penderita mampu mengatasi bebab psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu.

Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil

anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan

pertumbuhan serta perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan

pemeriksaan laboratorium.

a. Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi Mental

1) Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas

yang dimiliki dengan sebaik-baiknya.

2) Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat

yang salah.

3) Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan

berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi

berkurang atau bahkan hilang.

13

Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada

melatih anak normal antara lain karena perhatian penderita

retardasi mental mudah terinterupsi. Untuk mengikat perhatian

mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang

indera.

b. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental

Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita

retardasi mental, yaitu:

1) Latihan di rumah: belajar makan sendiri,  membersihkan badan

dan berpakaian sendiri, dst.,

2) latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social,

3) Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis

kelamin penderita, dan

4) latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan

mengenai hal-hal yang baik dan buruk secara moral.

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengakajian dapat dilakukan melalui:

1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium,

misalnya klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.

2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.

3. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental.

Juga tidak mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan

otak dalan jumlah kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan

otak yang memang tidak adekuat.

4. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik

yang diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam

jumlah besar atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur,

penumpukan glikogen pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak

dan kadar fenilalanin yang tinggi.

14

Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:

1. Lakukan pengkajian fisik.

2. Lakukan pengkajian perkembangan.

3. Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan

gangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah satu

jenisnya yang utama

4. Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya

trauma prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.

5. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme,

konsumsi obat.

6. Nutrisi tidak adekuat.

7. Penyimpangan lingkungan.

8. Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).

9. Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis,

ensefalitis, campak) atau suhu tubuh tinggi.

10. Abnormalitas kromosom.

11. Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom,

disfungsimetabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.

12. Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet,

Wechsler Intellence, Scale, American Assiciation of Mental

Retardation Adaptif Behavior Scale.

13. Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:

14. Tidak responsive terhadap kontak.~Kontak mata buruk selama

menyusui.

15. Penurunan aktivitas spontan

16. Penurunan kesadaran terhadap suara getaran

17. Peka rangsang.

18. Menyusui lambat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan

kerusakan fungsi kognitf.

15

2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang

menderita retardasi mental.

3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fs. Kognitif

4. Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fs, kognitif

5. Risiko cedera b.d. perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik

6. Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial

7. Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM

8. Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya

kematangan perkembangan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan

kerusakan fungsi kognitf.

Intervensi keperawatan / rasional :

a. Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada

bayii untuk membantu memaksimalkan perkembangan anak.

b. Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat

catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar

sehingga rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.

c. Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak, untuk

mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri.

d. Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak

karena hal ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.

e. Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri segera

setelah anak mencapai kesiapan.

f. Kuatkan aktivitas diri untuk menfasilitasi perkembangan yang

optimal.

g. Dorong keluarga untuk mencari tahu program khusus perawatan

sehari dan kelas-kelas pendidikan segera.

h. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama dengan

anak lain.

16

i. Sebelum remaja, berikan penyuluhan pada anak dan orang tua

tentang maturasi fisik, perilaku seksual, perkawinan dan keluarga.

2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak

yang menderita retardasi mental.

Intervensi keperawatan / rasional.

a. Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau

setelah kelahiran.

b. Ajak kedua orang tua untuk hadir pada kpnferensi pemberian

informasi.

c. Bila mungkin, berikan informasi tertulis pada keluarga tentang

kondisii anak.

d. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari

perawatan dirumah, beri kesempatan pada mereka untuk

menyeldiki semua alternatif residensial sebelum membuat

keputusan.

e. Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang

mempunyai masalah yang sama sehingga mereka dapat menerima

dukungan tambahan.

f. Tekankan karakteristik normal anak untuk membantu keluarga

melihat anak sebagai individu dengan kekuatan serta kelemahannya

masing-masing.

g. Dorong anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan

kekhawatiran karena hal itu merupakan bagian dari proses adaptasi.

D.    PELAKSANAAN/ IMPLEMENTASI

Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan

pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau

tindakan yang diberikan dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik

yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu – ilmu keperawatan dan ilmu – ilmu

lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat

terlaksana dengan baik.

17

Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan

keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan tersebut

antara lain, keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis dan juga

alat yang tersedia, pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat ruangan tidak

lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien dari mulai masuk

sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas rumah sakit yang

kurang memadai dan keberadaan penulis di ruang tempat klien di rawat terbatas.

E.     EVALUASI

Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi

dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data

objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah

tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa

yang perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.

Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana

keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui

perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar

yang telah di tetapkan lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang perawat lakukan

adalah melihat apakah masalah yang telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu

yang telah ditetapkan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

18

Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental

atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya

mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren

dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan

struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan mental.

Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena

adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan

pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta

delusi yang besar.

B. Saran

Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti

memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi

kebiasaan buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok.

Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah

prepentif guna menanggulangi gangguan mental yang dapat membahayakan

kesehatan anak dan remaja caranya yaitu dengan menggalakkan penyuluhan

tentang retardasi mental kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

19

Freedman et al. Modern Synopsis of Comprehensive Textbook of Psychiatry.

Baltimore : The Williams & Wilkins Co, 1972; pp 312 -329.

Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University

Press.

Newman, Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008. Jakarta: EGC.

Wikipedia, the Free Encyclopedia. (2010) “Mental Retardation.”  Terdapat pada:

http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation.

20