Upload
trinhthuan
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY.S G2P1A0
UMUR 36 TAHUN HAMIL 39+3
MINGGU DENGAN
PRE EKLAMPSIA BERAT (PEB) DI RSU
ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh:
Fatimah Yanti
NIM B1316
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARATA
2016
3
4
5
6
7
8
9
10
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, AKI di Indonesia sebesar 359 kematian / 100.000 kelahiran hidup.
Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang
mencapai 228 kematian / 100.000 kelahiran hidup. Sementara target yang
ingin dicapai sesuai tujuan MDG’s nomor 5 pada tahun 2015 AKI turun
menjadi 102 kematian / 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).
Menurut Dinkes jateng dalam jurnal buku saku kesehatan triwulan 3
tahun 2015, angka kematian ibu sebesar 437 kasus , sedangkan kasus
kematian ibu per EKS Keresidenan pekalongan 117 kasus (26,7%), Semarang
97 kasus (22,20%), Banyumas 66 kasus (15,10%), Surakarta 73 kasus
(16,70%), Pati 49 kasus (11,21%), Kedu 35 kasus (8,01%) dan di Kabupaten
kota Sragen terdapat 11 kasus dari 437 kasus kematian
ibu di Jawa Tengah. Sedangkan Target yang harus dicapai tahun 2015
di Jawa Tengah yaitu menurunkan AKI 60 kasus . Angka kematian ibu di
kota Sragen pada tahun 2015 berdasarkan laporan dari kabupaten per kota
sebesar 11 per 100.000 kelahiran hidup.Angka kematian ibu Provinsi Jawa
Tengah tahun 2015 berdasarkan laporan dari kabupaten per kota sebesar 437
kasus. (Dinkes Jateng, 2015).
2
Penyebab kematian ibu pada tahun 2015 diwilayah jawa tengah yaitu
infeksi ( 42,33%), perdarahan (22,93), hipertensi (28,10), gangguan sistem
peredaran darah (4,93), lain-lain ( 3,66) ( Dinkes jateng, 2014 )
Pre eklampsia dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hati, oedema
paru dan perdarahan serebral, sedangkan pada janin dapat menyebabkan fetal
distres, intrauterin fetal growth restriction (IUGR) dan solusio plasenta
(Prawirohardjo, 2012).
Dari studi pendahuluan di RSU Assalam Gemolong pada bulan
Oktober 2014 - Oktober 2015 tercatat dari 1.272 persalinan seluruhnya.
Persalinan normal 494 (39%) persalinan, persalinan patologi 778 (61%) yang
terdiri dari : persalinan KPD 92 (11,8%) persalinan, persalinan Pre Eklampsia
Berat 83 (10,7%) persalinan, persalinan serotinus 79 (10,1%) persalinan,
persalinan presentasi bokong 76 (9,8%) persalinan, persalinan Pre Eklampsia
Ringan 70 (9,0%) persalinan, persalinan prematur 67 (8,6%) persalinan,
persalinan letak lintang 63 (8,1%) persalinan, persalinan kala II lama 59
(7,6%) persalinan, persalinan retensio plasenta 55 (7,1%) persalinan,
persalinan eklampsia 50 (6,4%) persalinan, persalinan gemelli 49 (6,3%),
persalinan dengan kasus lain 35 (4,5%) persalinan.
Berdasarkan uraian di atas kejadian pre eklampsia masih cukup tinggi,
dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik dapat menyebabkan
kematian sehingga penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan
judul “Asuhan Kebidanan Ibu bersalin pada Ny.S G2 P1A0 Umur 36 Tahun
3
Hamil 39+3
Minggu dengan Pre eklampsia Berat (PEB) di RSU Assalam
Gemolong”.
B. Perumusan Masalah
“Bagaimana asuhan kebidanan ibu bersalinpada Ny.S G2 P1 A0 Umur 36
Tahun Hamil 39+3
Minggu dengan Pre eklampsia Berat (PEB)di RSU
Assalam Gemolong”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny.S G2 P1 A0
Umur 36 Tahun Hamil 39+3
Minggu dengan Pre eklampsia Berat (PEB)di
RSU Assalam Gemolongdengan manajemen 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu
1) Melakukan pengkajian secara lengkap pada ibu bersalinpada
Ny.S G2 P1 A0 Umur 36 Tahun Hamil 39+3
Minggu dengan Pre
eklampsia Berat (PEB)di RSU Assalam Gemolong Sragen.
2) Melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan pada ibu bersalin pada Ny.S
G2 P1 A0 Umur 36 Tahun Hamil 39+3
Minggu dengan Pre
eklampsia Berat (PEB)di RSU Assalam Gemolong Sragen.
3) Menentukan diagnosa potensial pada ibu bersalin pada Ny.S G2
P1 A0 Umur 36 Tahun Hamil 39+3
Minggu dengan Pre
eklampsia Berat (PEB)di RSU Assalam Gemolong Sragen.
4
4) Melakukan tindakan segera atau kolaborasi pada ibu bersalin
pada Ny.S G2 P1 A0 Umur 36 Tahun Hamil 39+3
Minggu
dengan Pre eklampsia Berat (PEB)di RSU Assalam Gemolong
5) Menyusun rencana tindakan pada ibu bersalin pada Ny.S G2 P1
A0 Umur 36 Tahun Hamil 39+3
Minggu dengan Pre eklampsia
Berat (PEB)di RSU Assalam Gemolong Sragen.
6) Melakukan tindakan dari perencanaan yang sudah disusun pada
ibu bersalin pada Ny.S G2 P1 A0 Umur 36 Tahun Hamil 39+3
Minggu dengan Pre eklampsia Berat (PEB)di RSU Assalam
Gemolong Sragen.
7) Melakukan evaluasi setelah dilakukannya perencanaan Asuhan
Kebidanan ibu bersalin pada Ny.S G2 P1 A0 Umur 36 Tahun
Hamil 39+3
Minggu dengan Pre eklampsia Berat (PEB)di RSU
Assalam Gemolong Sragen.
b. Penulis mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan
kasus nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan
penghambat dalam Asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny.S G2
P1 A0 Umur 36 Tahun Hamil 39+3
Minggu dengan Pre eklampsia
Berat (PEB)di RSU Assalam Gemolong Sragen.
5
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Peneliti
Mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan
pengalaman nyata dalam penelitian khususnya di bidang pelayanan
kebidanan pada ibu bersalin pada Ny.S G2 P1 A0 Umur 36 Tahun Hamil
39+3
Minggu dengan Pre eklampsia Berat (PEB)di RSU Assalam
Gemolong.
2. Bagi Profesi
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pada tenaga kesehatan
lainnya dalam melakukan asuhan kebidanan pada Ibu bersalin pada Ny.S
G2 P1 A0 Umur 36 Tahun Hamil 39+3
Minggu dengan Pre eklampsia
Berat (PEB)di RSU Assalam Gemolong.
3. Bagi Institusi
a. Bagi RSUD
Untuk memberikan bahan pertimbangan bagi bidan dalam
penyusunan kebijakan program pelayanan kebidanan khususnya
tentang pemberian asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan pre
eklmpsia berat (PEB).
b. Bagi Pendidikan
Dapat menjadi referensi dan bahan bacaan di perpustakaan
khususnya tentang asuhan kebidanan ibu bersalin dengan pre
eklmpsia berat (PEB).
6
E. Keaslian Studi Kasus
1. Hartiwi (2012), dari STIkes PKU Muhsmmadiyah Surakarta, dengan
judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Ny.T umur 25 tahun G1P0A0
umur kehamilan 33+3
minggu dengan Pre Eklampsia Berat (PEB) di
RSUD Karanganyar”. Ibu mengatakan datang dengan keluhan nyeri
epigastrium, pandangan mata kabur, tekanan darah 180/110 mmHg.
Asuhan yang diberikan yaitu menganjurkan ibu istirahat, diet makanan
tinggi protein, cukup karbohidrat, cukup vitamin, rendah garam,
kolaborasi dengan dr.SpOG untuk pemberian terapi yaitu infus RL 20
Tpm, antikonvulsan MgSO4 dosis awal 8 gr (40 %) secara IM, anti
hipertensi nifedipin 10 mg/8 jam per oral, ventolin thiroid, lasix 1 amp/12
jam, pantau kemajuan persalinan kala I sampai IV. Setelah dilakukan
asuhan selama 3 hari diperoleh hasil tekanan darah 120/90 mmHg,
oedema (-), protein urin (+).
Persamaan studi kasus yang penulis lakukan dengan keaslian diatas
adalah jenis studi kasus, sedangkan perbedaannya adalah waktu, subjek,
asuhan yang diberikan dan hasil studi kasus.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Persalinan
a. Definisi persalinan
Persalinan adalah Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu) lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Marmi,
2012).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit (Winkjosastro, 2011).
b. Macam-macam persalinan
Menurut (Kuswanti dan Meilina, 2014), macam-macam persalinan,
adalah :
1) Persalinan spontan : Persalinan yang berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2) Persalinan buatan : Persalinan yang dibantu dari luar misalnya
vaccum ekstraksi, forceps, SC.
8
c. Tanda dan gejala persalinan (Inpartu)
1) Kontraksi uterus yang semakin lama semakin sering dan teratur
dengan jarak kontraksi yang pendek, yang mengakibatkan
perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit).
2) Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina
3) Pada pemeriksaan dalam dapat ditemukan :
a) Perlunakan serviks
b) Penipisan dan pembukaan serviks.
c) Dapat disertai ketuban pecah.
d. Tahapan persalinan
Tahapan persalinan menurut (Nurasiah dkk, 2014) dibagi menjadi 4
kala, yaitu :
1) Kala I (pembukaan)
Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkatkan
(frekuensi dan kekuatannya) yang menyebabkan pembukaan,
sampai serviks membuka lengkap (10 cm). Kala 1 terdiri dari 2
fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
a) Fase laten : dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
pembukaan sampai pembukaan 3 cm, pada umumnya
berlangsung 8 jam.
b) Fase aktif
9
Fase aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
(1) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
(2) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
serviks berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
(3) Fase deselerasi : pembukaan serviks menjadi lambat,
dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.
Pada primipara, berlangsung selama 12 jam dan pada
multipara sektar 8 jam.Kecepatan pembukaan serviks 1
cm/jam (primipara) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multipara).
2) Kala II (pengeluaran janin)
Persalinan kala 2 dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
e) Meningkatkan pengeluaran lendir darah
3) Kala III (pengeluaran plasenta)
10
Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir
dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit. Tanda lepasnya plasenta yaitu :
a) Perubahan bentuk dan tinggi uterus.
b) Tali pusat memanjang.
c) Semburan darah mendadak dan singkat.
4) Kala IV (pengawasan)
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plsenta sampai 2 jam
post partum.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut Rahmawati, dkk (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan yaitu :
1) Power/ kekuatan
Power adalah kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar.
Kekuatan tersebut meliputi :
a) His/ kontraksi uterus.
b) Tenaga mengedan
2) Passage/ jalan lahir
Passage/ jalan lahir dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Bagian keras : tulang panggul
b) Bagian lunak : otot-otot dan ligament-ligament
3) Passanger/ janin dan plasenta
11
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor, yakni :
a) Kepala janin.
b) Presentasi
c) Letak
d) Sikap
e) Posisi janin.
Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka dia
dianggap sebagai bagian dari passanger yang menyertai janin.
4) Psikologis adalah keadaan psikologis ibu yang mempengaruhi
proses persalinan dengan adanya dukungan dari pasangannya,
orang terdekat, keluarga, penolong, fasilitas dan lingkungan
tempat bersalin, serta bayi yang dikandung merupakan bayi yang
diharapkan atau tidak ( Nurasiah dkk, 2014).
5) Pysician (penolong) adalah memantau dengan seksama dan
memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari segi
emosi atau perasaan maupun fisik.
f. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan menurut (Oxorn dan William, 2010) yaitu :
1) Turunnya kepala
Penurunan yang meliputi engagement pada diameter obliqua
kanan panggul, berlangsung terus selama persalinan normal pada
waktu janin melalui jalan lahir.
12
2) Flexi
Sebelum persalinan mulai sudah terjadi flexi sebagian oleh karena
ini merupakan sikap alamiah janin dalam uterus. Tahanan terhadap
penurunan kepala menyebabkan bertambahnya flexi. Occiput
turun mendahului sinciput, UUK lebih rendah daripada bregma
dan dagu janin mendekati dadanya. Biasanya ini terjadi di PAP,
tetapi mungkin pula baru sempurna setelah bagian terendah
mencapai dasar panggul.
3) Putaran paksi dalam
Kepala janin yang masuk PAP pada diameter tranversa atau
obliquaharus berputar kediameter anteroposterior supaya dapat
lahir.
4) Extensi
Semakin turunnya kepala terjadilah penonjolan perineum diikuti
dengan kepala membuka pintu (Crowning). Occiput lewat melalui
PAP perlahan – lahan dan tengkuk menjadi titik putar di angulus
subpubicus. Kemudian proses extensi yang cepat sinciput
menelurus sepanjang sacrum dan berturut – turut lahirlah bregma,
dahi, hidung, mulut dan dagu melalui perineum.
5) Restitusi
Pada waktu kepala mencapai dasar panggul maka bahu memasuki
panggul. Oleh karena panggul tetap berada pada diameter obliqua
13
sedangkan kepala berputar kedepan, maka leher ikut berputar.
Begitu kepala dilahirkan dan bebas dari panggul maka leher
berputar kembali dan kepala mengadakan restitusi kembali 45o
sehingga hubungannya dengan bahu dan kedudukannya dalam
panggul menjadi normal kembali.
6) Putaran paksi luar
Pada waktu bahu mencapai dasar panggul bahu depan yang lebih
rendah berputar kedepan di bawah symphysis dan diameter
bisacromialis berputar dari diameter obliqua kiri menjadi diameter
anteroposterior panggul. Dengan begini maka diameter
memanjang bahu dapat sesuai dengan diameter memanjang PBP.
7) Mekanisme bahu
Kontraksi uterus dan hejan perut oleh ibu mendororng janin
kebawah. Bahu depan mencapai dasar panggul pertama – tama dan
berputar ke depan di bawah symphysis. Berputarnya bahu kedepan
berlawanan arah dengan putaran kepala ke depan. Bahu depan
lahir di bawah symphysis pubis dan menjadi titik putaran di sana.
Kemudian bahu belakang lahir melalui perineum dengan gerakan
flexi lateral.
8) Kelahiran badan dan anggota
14
Setelah bahu dilahirkan maka bagian tubuh janin lainnya lahir
dengan hejan perut ibu tanpa mekanisme yang khusus dan tanpa
kesulitan.
9) Kelahiran plasenta
His mempunyai amplitudo yang kira – kira sama tingginya, hanya
frekuensinya yang berkurang. Akibat his ini uterus akan mengecil
sehigga perlekatan plasenta dengan dinding uterus terlepas.
Melepasnya plasenta dari dinding uterus dapat dimulai dari
tengah, pinggir, kombinasi. Umunya kala III berlangsung selama
15 menit. Tinggi fundus uteri setelah kala III kira – kira jari di
bawah pusat (Prawirohardjo, 2011).
10) Kontrol perdarahan
Setelah plasenta dilepas, retraksi menyebabkan pemendekan
serabut otot uterus yang permanen. Ini menekan , memutar dan
menutup arteriolae dan venulae seperti ikatan yang hidup. Aliran
darah ketempat plasenta dengan efektif ditutup dan perdarahan
dapat berhenti.
g. Penatalaksanaan persalinan
Pelaksanaan asuhan persalinan sesuai Winkjosastro (2014) dan Melina
& Kuswanti (2014), meliputi:
1) Kala I
a) Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik ibu bersalin
(1) Melakukan pemeriksaan abdomen
15
(2) Melakukan pemeriksaan dalam
(3) Mencatat dan mengkaji hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik
b) Melakukan pengenalan dini terhadap masalah dan penyulit
c) Melakukan persiapan asuhan persalinan
(1) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran
(2) Mempersiapkan perlengkapan bahan-bahan dan obat-
obatan yang diperlukan
(3) Mempersiapkan rujukan
(4) Memberikan asuhan sayang ibu
(5) Dukungan emosional
(6) Mengatur posisi ibu
(7) Memberikan cairan dan nutrisi
(8) Menganjurkan/membantu ibu mengosongkan kandung
kemih
(9) Melakukan pencegahan infeksi
d) Melakukan dokumentasi partograf
(1) Pencatatan selama fase laten kala I persalinan
(2) Pencatatan selama fase aktif kala I persalinan
(3) Mencatat temuan pada partograf
(4) Pencatatan pada lembar belakang partograf
2) Kala II
16
a) Melihat adanya tanda persalinan kala II
b) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan
c) Melakukan persiapan penolong persalinan
(1) Memakai sarung tangan (DTT)
(2) Memakai perlengkapan perlindung diri
(3) Mempersiapkan tempat persalinan, peralatan dan bahan
(4) Mempersiapkan tempat dan lingkungan untuk kelahiran
bayi
(5) Mempersiapkan ibu dan keluarga
(a) Melakukan asuhan sayang ibu
(b) Membersihkan perinium ibu
(c) Mengosongkan kandung kemih ibu
(6) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus
selesai
(7) Memberitahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap
dan meminta ibu meneran saat ada his
(8) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
senyaman mungkin
(9) Melakukan amniotomi (apabila selaput ketuban belum
pecah dan pembukaan sdah lengkap)
(10) Melakukan penatalaksanaan fisiologis kala II (setelah
terjadi pembukaan lengkap, memberitahu pada ibu
bahwa hanya dorongan almiahnya yang mengisyaratakan
17
untuk meneran dan kemudian beristirahat diantara
kontraksi)
(11) Memberitahu dan membimbing ibu cara meneran yang
benar
(12) Menolong kelahiran bayi
(a) Melakukan pencegahan infeksi
(b) Melahirkan kepala
(c) Memeriksa lilita tali pusat pada leher
(d) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar
(e) Melahirkan bahu
(f) Melahirkan seluruh tubuh bayi
(g) Melakukan pemeriksaan bayi baru lahir sepintas
(h) Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk bersih
(i) Meletakkan bayi pada perut ibu untuk IMD
(13) Melakukan pemantauan kala II persalinan
3) Kala III
a) Menjelaskan fisiologis persalinan kala III pada ibu
b) Melakukan manajemen aktif kala III
(1) Memberikan suntikan oksitosin
(2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali dan
dorsokranial
(3) Melahirkan plasenta
(4) Memeriksa kelengkapan plasenta
18
(5) Melakukan rangsangan taktil atau massase fundus uteri
(6) Mengobservasi kontraksi dan perdarahan
(7) Memeriksa laserasi jalan lahir
(8) Melakukan penjahitan
4) Kala IV
a) Melakukan asuhan dan pemantauan kala IV
(1) Observasi KU
(2) Observasi kontraksi, kandung kemih, perdarahan, TFU
setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 2
jam pertama pasca persalinan
(3) Observasi TTV setiap 1 jam sekali
(4) Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini
(5) Anjurkan ibu untuk makan dan minum
(6) Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri
(7) Lakukan pendokumentasian pada partograf
2. Pre eklampsia
a. Pengertian
Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan (Sukarni dan sudarti, 2014).
b. Klasifikasi pre eklampsia
19
Tingkatan pre eklampsiamenurut (Astuti, 2012), dibagimenjadi 2
yaitu:
1) Pre eklampsia ringan
Mengalami kenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau>90 mmhg
dalam 2x pengukuran berjarak1 jam, proteinuria (+).
2) Pre eklampsia berat
Mengalami tekanan diastolik> 110 mmhg, proteinuria (++),
oliguria, gangguan penglihatan dan nyeri epigastrum.
c. Etiologi
Penyebab pre eklampsia sampai sekarang belum diketahui.Tetapi ada
teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab pre eklampsia yaitu
kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.Bertambahnya
frekuensi yang makin tuanya kehamilan, dapat terjadi perbaikan
keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus, timbulnya
hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma (Sukarni dan Sudarti,
2014).Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan penyebab dari
kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering di kenal sebagai the
disease theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain :
1) Peran faktor imunologis. Beberapa studi juga mendapatkan
adanya aktivitas sistem komponen pada pre eklampsia atau
eklampsia.
2) Peran faktor genetik. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya
frekuensi pre eklampsia atau eklampsia pada anak-anak dari ibu
20
yang menderita pre eklampsia atau
eklampsia(SukarnidanSudarti,2014).
d. Patofisiologi
Pada pre eklampsiapembuluh arteri menyempit menyebabkan
pembuluh darah hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah.
Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan
sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi.Gangguan fungsi organ
terjadi pada organ – organ tubuh, pada otak akan dapat menyebabkan
terjadinya oedema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatn tekanan
intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan
terjadinya gangguan aliran otak, nyeri dan kejang.Pada ginjal, akibat
pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorbsi natrium dan
menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya
oedema.Glomerular Filtration Rate (GFR) pada ginjal mengalami
penurunan dan tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorbsi oleh
tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun dan menyebabkan
oligouria. Permealibilitas terhadap protein yang meningkat akan
menyebabkan banyak protein. Pada gastrointestinal dapat
menyebabkan terjadinya penumpukan ion H menyebabkan
Hydrochloric Acid (HCL) meningkat sehingga dapat menyebabkan
nyeri epigastrium. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang
meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah. Pada ekstermitas
dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan terbentuknya asam
21
laktat dan sedikitnya Adenosin tri Posfat (ATP)yang diproduksi akan
menimbulkan keadan cepat lelah dan lemah(Sukarni dan Sudarti,
2014).
e. Gambaran klinis
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan pertambahan
berat badan yang berlebihan, diikuti oedema, hipertensi, dan akhirnya
proteinuria. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah
frontal, penglihatan kabur, nyeri didaerah epigastrium dan mual atau
muntah.Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsiayang
meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsiaakan timbul
(Sukarni dan Sudarti,2014).
f. Komplikasi
Komplikasi pre eklampsia menyebabkan perdarahan otak,
Disseminated intravascular coagulation ( DIC), perdarahan di hati dan
kejang pada ibu, sedangkan pada janin dapat menyebabkan
Intrauterine fetal growth restriction ( IUGR), Solusio plasenta,
premature dan Perdarahan intraventrikular ( Prawirohardjo,2012).
3. Pre eklampsia Berat
a. Pengertian
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmhg atau lebih disertai
proteinuria dan/ atau edemapada kehamilan 20 minggu atau lebih
(Sujiyatini, 2009).
22
b. Tanda dan gejala
1) Tanda pre eklampsia berat menurut (Taufan, 2012) antara lain :
a) Peningkatan tekanan darah sistolik>160 mmhg atau diastolic
> 110 mmhg pada dua kali pemeriksaan yang berjarak
minimal 6 jam.
b) Protein uria lebih dari 5 gram selama 24 Jam urin tampung
atau protein dipstick lebih dari +3 pada 2 sampel yang
berbeda dengan jarak 4 jam.
c) Oliguria <500 ml dalam 24 jam.
d) Edema atau sianosis.
e) Gangguan pertumbuhan fetus intrauterine.
2) Gejala yang dialami ibu menurut taufan (2012) antara lain :
a) Nyerikepala.
b) Rasa panas di muka.
c) Mual muntah.
d) Kejang nyeri dada.
c. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pre eklampsia berat Menurut (Prawirohardjo, 2012),
meliputi:
1) Perawatan dan pengobatan pre eklampsia mencakup pencegahan
kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan
suportif terhadap penyulit organ yang terlibat, dan saat yang tepat
untuk persalinan.
23
2) Observasitanda-tanda klinik seperti nyeri kepala, nyeri
epigastrium, kenaikan cepat berat badan dan dilakukan
penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria, pengukuran
tekanan darah, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
ultrasonografi (USG).
3) Lakukan manajemen perawatan pre eklampsia berat:
a) Sikap terhadap penyakit.
(1) Penderita pre eklampsia berat harus segera masuk rumah
sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring
ke satu sisi (kiri).
(2) Pemberian obat antikejang MgSO4
Syarat pemberian MgSO4adalah frekuensi pernafasan >16
kali/menit, tidak ada tanda-tanda distres napas. Diberikan 4
gramMgSO4 secara i.m (40 % dalam 10 cc) per 6 jam.
MgSO4 dihentikan jika ada tanda-tanda intoksikasi dan 24
jam setelah kejang pertama.
(3) Pemberian anti hipertensi
Nifedipin dosis 10 – 20 mg per oral, diulangi setelah 30
menit, maksimal 120 mg dalam 24 jam.
b) Sikap terhadap kehamilan
(1) Perawatan aktif (agresif)
24
Indikasi perawatan aktif adalah bila didapatkan satu atau
lebih keadaan seperti umur kehamilan > 37 minggu,
adanya tanda-tanda ImpendingEclampsia, fetal distress,
intra uterine growth restriction (IUGR), Kegagalan terapi
pada perawatan konservatif,yaitu keadaan klinik dan
laboratorik memburuk, terjadi solusio plasenta,
oligohidramnion dan adanya tanda-tanda “sindrom HELP”
khususnya menurunnya trombosit dengan cepat.Cara
mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan) dilakukan
berdasar keadaan obstetrik pada waktu itu, apakah sudah
inpartu atau belum.
(2) Perawatan konservatif
Prawirohardjo(2012), menyatakan perawatan konservatif
apabila indikasi kehamilan preterm kurang 37 minggu
tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia dengan
keadaan janin baik, kemudian Pemberian pengobatan
medikamentosa pada pengelolaan secara aktif.Selama
perawatan konservatif observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif, kehamilan tidak diakhiri.Penderita
dipulang kan bila penderita kembali kegejala-gejala atau
tanda-tanda pre eklampsia ringan.
d. Komplikasi
25
Komplikasi pre eklampsia menyebabkan perdarahan otak,
Disseminated intravascular coagulation ( DIC), perdarahan di hati dan
kejang pada ibu, sedangkan pada janin dapat menyebabkan
Intrauterine fetal growth restriction ( IUGR), Solusio plasenta,
premature dan Perdarahan intraventrikular ( Prawirohardjo,2012).
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
yang berfokus pada klien. Manajemen kebidanan terdiri dri beberapa
langkah yang berurutan, dimulai dengan pengumpulan data dasar dan
berakhir dengan evaluasi, langkah-langkah tersebut membentuk kerangka
yang lengkap sehingga dapat di aplikasikan dalam semua situasi, akan
tetapi setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah sehingga sesuai dengan
kondisi pasien (Varney,2007).
2. Proses manajemen asuhan kebidanan
26
a. Langkah I : Pengkajian Data
Data yang diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber primer (pasien)
maupun sumber sekunder (anggota keluarga atau tenaga kesehatan
lain) menurut (Sari, 2012).
1) Anamnesa (data subjektif)
Biodata yang mencakup identitas pasien (Sulistyawati, 2009), yang
meliputi :
a) Identitas pasien
Identitas pasien menurut (Astuti, 2012), meliputi :
(1) Nama
Untuk mengetahui nama klien dan suami berguna untuk
memperlancar komunikasi dalam asuhan sehingga tidak
terlihat kaku dan lebih akrab.
(2) Umur
Untuk mengetahui apakah klien dalam keadaan yang
beresiko atau tidak dilihat dari umur.
(3) Agama
Untuk mengetahui informasi yang dapat menuntun ke
suatu diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan
klien, tradisi keagamaan dalam kehamilan dan kelahiran.
(4) Suku bangsa
27
Untuk mengetahui ras, etnis, dan keturunan yang harus
diidentifikasi dalam rangka memberikan perawatan yang
peka budaya kepada klien.
(5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nanti akan
membantu klien dalam memahami dan memberi
gambaran dalam memberikan pendidikan kesehatan.
(6) Pekerjaan
Untuk mengetahui pekerjaan klien atau bahaya dari
lingkungan kerja terhadap kondisi klien dan janin.
(7) Alamat
Alamat rumah klien perlu diketahui bidan untuk lebih
memudahkan saat pertolongan persalinan dan untuk
mengetahui jarak rumah dengan tempat rujukan.
b) Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan pasien datang kefasilitas
kesehatan (Sulistyawati, 2009).Keluhan pada ibu bersalin
dengan pre eklampsia berat meliputi nyeri epigastrium,
gangguanpenglihatan dan nyeri kepala(Prawirohardjo, 2012).
c) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulainya menstruasi, siklus
menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya menstruasi,
28
keluhan-keluhan yang dirasakan saat menstruasi dan
disminorhoe (Astuti, 2012).
d) Riwayat perkawinan
Untuk mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah
tangga pasangan (Sulistyawati, 2009).
e) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,
cara persalianan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas
yang lalu (Astuti, 2012).
f) Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Astuti (2012), riwayat hamil sekarang meliputi:
(1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Dapat digunakan untuk mengetahui tanggal hari pertama
dari menstruasi terakhir pasien untuk memperkirakan
kapan kira-kira bayi akan dilahirkan.
(2) Hari Perkiraan Lahir (HPL)
Untuk membantu penetapan tanggal perkiraan kelahiran.
Menggunakan rumus neagele : tanggal HPHT di tambah
7 dan bulan di kurangi 3 dan tahun di tambah 1.
(3) Keluhan
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pada
kehamilan trimester I-III.Keluhan pada ibu bersalin
dengan pre eklampsia berat meliputi nyeri epigastrium,
29
gangguan penglihatann dan nyeri
kepala(Prawirohardjo,2012).
(4) Ante Natal Care (ANC)
Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak teratur,
sejak hamil beberapa minggu, tempat ANC, berapa kali
melakukan ANC selama hamil.
(5) Penyuluhan yang pernah didapat
Untuk mengetahui penyuluhan dan pengetahuan apa yang
pernah didapatkan pasien serta kegunaan bagi
kehamilannya.
(6) Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
Untuk mengetahui apakah pasien sudah pernah
mendapatkan imunisasi TT.Imunisasi TT diperlukan
untuk melindungi bayi terhadap penyakit tetanus
neonatorum.
g) Riwayat Keluarga Berencana (KB)
Untuk mengetahui metode apa yang pernah di gunakan,
berapa lama dan apakah pasien mempunyai masalah saat
menggunkan alat kontrasepsi (Astuti,2012).
h) Riwayat kesehatan
Data ini digunakan sebagai “penanda” akan adanya penyulit
dan perubahan fisik maupun fisiologis yang melibatkan
seluruh sistem dalam tubuh sehingga perlu diketahui apakah
30
pasien pernah atau sedang menderita penyakit seperti jantung,
diabetes melitus (DM), ginjal, hipertensi dan hepatitis
(Sulistyawati, 2009).
i) Kebiasaan sehari-hari
(1) Nutrisi
Untuk mengetahui jenis makanan yang biasa di konsumsi
oleh pasien apakah mengandung zat besi, asam folat,
kalori, protein, vitamin, dan garam mineral (Astuti,
2012).
(2) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui kebiasaan yang dilakukan
pasien dalam perawatan kebersihan diri di antaranya
mandi, keramas, ganti baju dan celana dalam serta
kebersihan kuku. Bagaimanapun juga hal ini akan
mempengaruhi kesehatan pasien dan bayinya
(Sulistyawati, 2009).
(3) Eliminasi
Hal ini dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK
yang meliputi frekuensi, warna, dan masalah (Astuti,
2012).
(4) Aktifitas
Dikaji untuk mengetahui aktivitas sehari-hari pasien
karena dapat memberikan gambaran tentang seberapa
31
berat aktifitas yang biasa dilakukan pasien dirumah
dikhawatirkan dapat menimbulkan penyulit selama hamil
serta dapat menyebabkan abortus dan persalinan
premature
(Sulistyawati, 2012).
(5) Istirahat/tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa
jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misal
membaca, mendengarkan musik, kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, dan
penggunaan waktu luang (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
(6) Psikososial
Menurut Sulistyawati (2009),yang di kaji antara lain :
(a) Respon ibu terhadap kehamilan ini
Dalam mengkaji data ini kita dapat menanyakan
langsung pada pasien bagaimana perasaannya
terhadap kehamilannnya.
(b) Respon ayah terhadap kehamilan ini
Data mengenai respon ayah ini sangat penting
karena dapat dijadikan sebagai satu acuan mengenai
bagaimana pola kita dalam memberikan asuhan
kepada pasien.
32
(c) Adat istiadat setempat yang berkaitan dengan masa
hamil. Hal penting yang biasanya mereka anut
berkaitan dengan masa hamil yaitu pantangan
makanan yang berasal dari telur, daging, ikan dan
goreng-gorengan karena dipercaya akan
menyebabkan kelainan janin. Adat ini sangat
merugikan pasien dan janin karena hal tersebut
justru akan membuat pertumbuhan janin tidak
optimal.
(7) Penggunaan obat-obatan
Untuk mengetahui apakah pasien memakai obat-obatan
resep, obat bebas dan alergi obat yang dapat berpengaruh
terhadap tumbuh kembang janin (Astuti, 2012).
2) Data obyektif
Data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus kebidanan dan data penunjang yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium (seperti
pemeriksaan radio diagnostik atau USG) yang dilakukan sesuai
dengan beratnya masalah (Sari, 2012).
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan (Sulistyawati, 2009).
33
b) Kesadaran
Menurut Sulistyawati (2009), untuk menendapatkan
gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan
pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan compos
mentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien
dalam keadaaan tidak sadar).Menurut Astuti (2012),
tingkat kesadaran dibedakan menjadi:
(1) Compos Mentis : Sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan
sekelilingnya
(2) Apatis : Keadaan yang segan
berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak
acuh.
(3) Delirium : Gelisah, disorientasi (orang,
tempat, waktu),
memberontak, berteriak-
teriak, berhalusinasi, kadang
berhayal.
(4) Somnolen : Kesadaran menurun, respon
psikomotorik yang lambat,
mudah tertidur, namun
34
kesadaran dapat pulih bila
dirangsang tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu
memberikan jawaban verbal.
(5) Stupor (soporo koma) : Keadaan seperti tertidur lelap,
tetapi ada respon terhadap
nyeri.
(6) Coma : Tidak bisa dibangunkan,
tidak ada respon terhadap
terhadap rangsangan apapun.
c) Tanda vital
(1) Tekanan darah
Untuk mengetahui tekanan darah normal, sistolik antara
110-140 mmHg dan diastolik antara 70-90 mmHg serta
hipertensi jika tekanan sistolik sama dengan atau lebih
140 mmHg dan hipotensi jika tekanan diastolik sama
dengan atau kurang dari 70 mmHg (Astuti, 2012). Pada
pre eklmpsia berat tekanan darah >160/110 mmHg
( Sujiyatini, 2009).
(2) Nadi
Untuk mengetahui nadi normal berkisar antara 60-80
x/menit(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
35
(3) Pernafasan
Untuk mengetahui pernafasan harus berada dalam
rentang yang normal yaitu sekitar 16-24x/menit(Astuti,
2012).
(4) Suhu
Untuk mengetahui keadaan normal suhu badan berkisar
36,5- 37,5 OC (Astuti,2012).
(5) Tinggi badan
Pemeriksaan tinggi badan dilakukan saat pertama kali
ibu melakukan pemeriksaan untuk mengetahui ukuran
panggul ibu, tinggi badan ibu hamil normalnya ≥ 145
cm
(Astuti, 2012).
(6) Berat badan
Kenaikan berat badan selama hamil yang mendadak
dapat merupakan tanda bahaya komplikasi kehamilan,
kenaikan berat badan selama hamil normalnya ± 11 kg
(Astuti,2012).
(7) Lingkar lengan atas (LILA)
Untuk mendapatkan gambaran status gizi klien, LILA
normal 23,5 cm (Astuti, 2012).
36
d) Pemeriksaan sistematis
(4) Kepala
(a) Rambut : Pemeriksaan warna, kebersihan
dan mudah rontok atau tidak
(Sulistyawati, 2009).
(b) Muka : Pemeriksaan oedema dan
cloasma gravidarum (Astuti,
2012). Pada kasus pre eklmpsia
berat biasanya terdapat oedema
( Prwirohardjo, 2012).
(c) Mata : Pemeriksaan conjungtiva, sclera,
kebersihan, kelainan, gangguan
penglihatan (rabun jauh/dekat)
(d) Hidung : Pemeriksaan secret dan polip
(Astuti, 2012).
(e) Telinga : Pemeriksaan tanda infeksi,
seruman dan kesimetrisan
(Astuti, 2012).
(f) Mulut : Pemeriksaan keadaan bibir,
stomatitis, epulsi, karies dan
lidah (Astuti, 2012).
(g) Leher : Untuk mengetahui pemeriksaan
kelenjar limfe, pembesaran
37
kelenjar tyroid, dan tumor
(Astuti, 2012).
(5) Dada dan axilla
Untuk mengetahui pembesaran, simetris, areola,
putting, kolostrum, tumor, retraksi pembesaran
kelenjar limfe ketiak, massa dan nyeri tekan (Astuti,
2012).
(6) Ekstremitas
Untuk mengetahui ada gangguan/kelainan, bentuk,
oedema, dan varices pada tangan dan kaki
(Sulistyawati, 2009).Pada kasus pre eklampsia berat
biasanya terdapat oedema pada ekstremitas
(Prawirohardjo, 2012).
e) Pemeriksaan khusus obstetri (Lokalis)
(1) Abdomen
(a) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan
menggunakan mata (Priharjo, 2007).
(b) Palpasi
Dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau
rabaan, metode ini dikerjakan untuk
mendeterminasi ciri-ciri jaaringan atau organ
38
(Priharjo, 2007). Menurut sulistyawati, (2009)
pemeriksaan Leopold yaitu :
((1)) Leopold I
Untuk mengetahui TFU dan bagian janin
yang ada difundus.
((2)) Leopold II
Untuk mengetahui bagian janin yang ada
disebelah kanan dan kiri perut ibu.
((3)) Leopold III
Untuk mengetahui bagian janin yang ada
dibawah uterus.
((4)) Leopold IV
Untuk mengetahui bagian janin yang
adadibawah dan untuk mengetahui apakah
kepala sudah masuk panggul atau belum.
(c) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara
mengetuk. Tujuan perkusi adalah menentukan
batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara
merasakan vibrassi yang di timbulkan akibat
adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan
(Priharjo, 2007).
39
(d) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang
menggunakan stetoskop untuk memperjelas
pendengaran (Priharjo, 2007).
(2) Pemeriksaan panggul
Untuk menilai keadaan dan bentuk panggul apakah
terdapat kelainan atau keadaan yang dapat
menimbulkan penyulit kehamilan (Astuti, 2012).
(a) Distantia spinarum
Jarak antara spina iliaka anterior superior kanan
dan kiri, dengan ukuran normal 23-26 cm.
(b) Distansia kristarum
Jarak antara krista iliaka terjauh kanan dan kiri
dengan ukuran sekitar 26-29 cm.
(c) Konjugata eksterna (Boudeloque)
Jarak antara tepi atas simfisis dan prosesus
spinosus lumbal V, dengan ukuran normal sekitar
18-20 cm.
(d) Lingkar panggul
Dari tepi atas simfisis pubis, mengelilingi
kebelakang melalui pertengahan SIAS dan
troachanter mayor kanan, ke ruas lumbal V dan
kembali ke simfisis melalui pertengahan SIAS dan
40
trochanter mayor kiri dan berakhir di tepi atas
simfisis. Ukuran normal sekitar 80-90 cm.
(3) Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui kadar Hb, hematokrit, kadar
leukosit, dan golongan darah (Sulistyawati, 2009). Pada
kasus pre eklmpsia berat proteinuria > 5 gram/ 24 jam
atau dipstick > +4. ( Nugroho, 2012 ).
b. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulkan (Sulistyawati,
2009).Interpretasi data dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai
berikut
1) Diagnosa Kebidanan
Diagonsa dapat di tegakkan yang berkaitan dengan Para,
Abortus, Anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
Diagnosa :
Ny.X Umur X Tahun GX PX AX, janin tunggal / kembar,
hidup / mati, Intrauterin / extrauterin, letak memanjang /
melintang, punggung kanan / kiri, presentasi kepala / bokong
inpartu kala I dengan pre eklampsia berat.
41
Data Dasar :
Data subjektif : keluhan pada kasus pre eklampsia didapatkan
data subjektif nyeri epigastrium, gangguan penglihatan dan
nyeri kepala(Prawirohardjo, 2012).
Data objektif :
a) Tekanan darah : > 160/110 mmHg
b) Ekstremitas : oedema
c) Proteinuria : 4+
2) Masalah
Masalah adalah kesenjangan yang diharapkan dengan
fakta/kenyataan.Selain itu sudah terpikirkan perencanaan yang
dibutuhkan terhadap masalah (Sari, 2012).Pada kasus pre
eklampsia berat mengalami masalah cemas (Winkjosastro,
2011).
3) Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menetukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009).Pada
pasien dengan pre eklampsia berat membutuhkan dukungan
emosional dan psikologi dari suami maupun keluarga
(Pudiastuti, 2012).
b. Langkah III : Diagnosa Potensial
42
Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan
antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan
bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).Diagnosapotensial yang mungkin terjadi pada ibu
bersalin dengan pre eklampsia berat adalah eklampsia
( Prawirohardjo, 2012).
c. Langkah IV : Tindakan Segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi pasien (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Antisipasi masalah pertama yang dilakukan pada
ibu bersalin dengan pre eklampsia berat adalah memberikan terapi
untuk mencegah terjadinya kejang, antihipertensi untuk menurunkan
tekanan darah, memantau tekanan darah dan protein urin, kolaborasi
dengan dr. SpOG, melakukan perawatan aktif (agresif) sambil
memberi pengobatan, kehamilan diakhiri(Hidayat, dkk.2009).
d. Langkah V : Rencana Tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan
langkah sebelumnya.Semua perancanaan yang dibuat harus
berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori
yang up to date, perawatan berdasarkan bukti (evidance based care),
43
serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan
tidak diinginkan oleh pasien (Sulistyawati, 2009).
Rencana asuhan pada ibu bersalin dengan pre eklampsia berat
menurut Prawirohardjo (2012), antara lain :
1) Lakukan perawatan dan pengobatan pre eklampsia mencakup
pencegahan kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan,
pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat, dan saat
yang tepat untuk persalinan.
2) Lakukan manajemen perawatan pre eklampsia berat:
a) Anjurkan penderita pre eklampsia berat untuk rawat inap dan
anjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
b) Berikan obat anti kejang MgSO4
Syarat pemberian MgSO4adalah frekuensi pernafasan >16
kali/menit, tidak ada tanda-tanda distres napas. Diberikan 4
gramMgSO4 secara i.m (40 % dalam 10 cc) per 6 jam.
MgSO4 dihentikan jika ada tanda-tanda intoksikasi dan 24
jam setelah kejang pertama.
c) Berikan anti hipertensi
Nifedipin dosis 10 – 20 mg per oral, diulangi setelah 30
menit, maksimal 120 mg dalam24 jam.
3) Lakukan perawatan aktif (agresif) sambil memberi pengobatan,
kehamilan diakhiri. Bila didapatkan satu atau lebih keadaan di
bawah ini :
44
a) Umur kehamilan > 37 minggu.
b) Adanya tanda-tanda ImpendingEclampsia.
c) Kegagalan terapi pada perawatan konservatif,yaitu keadaan
klinik dan laboratorik memburuk.
d) Terjadi solusio plasenta.
e) Adanya tanda-tanda fetal distress.
f) Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction (IUGR).
g) Terjadi oligohidramnion.
4) Lakukan perawatan konservatifbila kehamilan preterm kurang 37
minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia dengan
keadaan janin baik.
a) Pemberian pengobatan medikamentosa pada pengelolaan
secara aktif.
b) Selama perawatan konservatif observasi dan evaluasi sama
seperti perawatan aktif, kehamilan tidak diakhiri.
c) Penderita dipulang kan bila penderita kembali kegejala-gejala
atau tanda-tanda pre eklampsia ringan.
e. Langkah VI : Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien maupun diagnosa yang
ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri
maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Sari, 2012).
45
Pelaksanaan rencana asuhan pada ibu bersalin dengan pre eklampsia
berat menurut Prawirohardjo (2012), antara lain :
1) Memberi tahu keluarga bahwa ibu harus segera masuk rumah sakit
untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring kesatu sisi
(kiri).
2) Memberi obat anti kejang MgSO4.,anti hipertensi, memeriksa
proteinuria, mengukur tekanan darah.
3) Lakukan perawatan aktif (agresif): sambil memberi pengobatan
kehamilan diakhiri. Bila didapatkan satu/lebih keadaan seperti
umur kehamilan > 37 minggu, adanya tanda-tanda
ImpendingEclampsia, kegagalan terapi pada perawatan
konservatif,yaitu keadaan klinik dan laboratorik memburuk, terjadi
solusio plasenta, adanya tanda-tanda fetal distress, adanya tanda-
tanda intra uterine growth restriction (IUGR), terjadi
oligohidramnion.
4) Lakukan perawatan konservatifbila kehamilan preterm kurang 37
minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia dengan
keadaan janin baik.
f. Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang
dilakukan oleh bidan (Sari, 2012).Evaluasi yang diharapkan pada ibu
46
bersalin dengan pre eklampsia berat menurut Edwin (2013) adalah
kondisi ibu dan janin sejahtera, tidak terjadi eklampsia atau kejang.
g. Data Perkembangan
SOAP merupakan urutan langkah yang dapat mengatur pola pikir kita
dan memberikan asuhan yang menyeluruh (Mangkuji dkk, 2012).
S : Subjektif
Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis.
O : Objektif
Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan diagnostic lain.
A : Assessment
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) data
subjektif dan objektif, meliputi diagnosis/masalah,
diagnosis/masalah potensial, antisipasi diagnosis/masalah
potensial/tindakan segera.
P : Planning
Pendokumentasian tindakan (I) dan evaluasi (E) meliputi asuhan
mandiri, kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling, dan
tindak lanjut (follow up).
47
C. Landasan Hukum
Sesuai dengan Kepmenkes No.1464/KEPMENKES/2010 Pasal 9
tentang Penyelenggaraan Praktik bidan dalam menjalankan praktik,
berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : pelayanan kesehatan
ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana.Sesuai Kepmenkes No.1464/KEPMENKES/2010
Pasal 10 tentang pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan konseling pada
masa pra hamil, pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan
persalinan normal, pelayanan ibu nifas, pelayanan ibu menyusui dan
pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan(Kepmenkes, 2010
dalam Walyani, 2014).
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi
Jenis laporan ini adalah studi kasus dengan latar belakang asuhan
kebidanan pada ibu hamil denganpre eklampsia berat.Jenis studi kasus ini
menggunakan metode deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi
(Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini menggambarkan asuhan kebidanan ibu
bersalin pada Ny.S Umur 36 tahun G2 P1 A0 Hamil 39+3
minggu dengan pre
eklampsia berat (PEB)di RSU Assalam gemolong.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo,
2012).Studi kasus ini dilakukan di RSU Assalam gemolong Sragen.
C. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh
peneliti menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto, 2013).
Subjek dalam studi kasus ini adalah ibu bersalin pada Ny.S Umur 36 tahun
G2 P1 A0 Hamil 39+3
minggu dengan pre eklampsia berat (PEB)di RSU
Assalam gemolong Sragen.
49
D. Waktu Studi Kasus
Suatu peneliti sering kali memerlukan waktu yang lebih lama dari
yang telah ditentukan, sehingga menjadi kendala bagi semua peneliti
terutama peneliti pemula untuk memperkirakan waktu yang diperlukan .
(Nursalam, 2013) .Studi kasus dilaksanakan pada tanggal 7 April – 10 April
2016.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen studi kasus adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini penulis menggunakan
format asuhan kebidanan ibu hamil dengan pendekatan manajemen 7 langkah
Varney dan SOAP untuk data perkembangan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara mengambil
data primer dan data sekunder :
1. Data primer
Data primer diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan
mengenakan alat pengukuran atau alat pengambil data, langsung pada
subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011).
Data primer diperoleh dengan cara :
50
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan
mata (Priharjo, 2007). Pada kasus ibu bersalin dengan pre
eklampsia dilakukan pemeriksaan sistematis dari kepala sampai
kaki. ( Muslihatun, dkk, 2009 )
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan,
metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaaringan
atau organ (Priharjo, 2007).( Sulistyawati, 2009 )Pada kasus ibu
bersalin dengan pre eklampsia berat palpasi dilakukan dalam
pemeriksaan. :
a) Leopold I
Untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada
difundus.
b) Leopold II
Untuk mengetahui bagian janin yang ada disebelah kanan
dan kiri perut ibu.
c) Leopold III
Untuk mengetahui bagian janin yang ada dibawah uterus.
d) Leopold IV
Untuk mengetahui bagian janin yang ada dibawah dan
untuk mengetahui apakah kepala sudah masuk panggul atau
belum.
51
3) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.
Tujuan perkusi adalah menentukan batas-batas organ atau
bagian tubuh dengan cara merasakan vibrassi yang di timbulkan
akibat adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan
(Priharjo, 2007). Pada kasus pre eklampsia berat dilakukan
pemeriksaan fisik reflek patella kanan dan kiri negatif
( Prawirohardjo, 2012 ).
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan
stetoskop untuk memperjelas pendengaran (Priharjo, 2007).Pada
kasus pre eklampsia berat dilakukan pemeriksaan denyut
jantung janin dengan hasil DJJ < 120X/menit atau
160x/menit.(Prawirohardjo, 2012).
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden)
(Notoatmodjo, 2012).Pelaksanaan wawancara ini dilakukan pada ibu
bersalin Ny.S, keluarga dan tenaga kesehatan.
c. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden
52
penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti
(Hidayat, 2014).Pada kasus pre eklampsia berat observasi yang
dilakukan adalah keadaan umum, TTV, oedema dan pemeriksaan
protein urine ( Prawirohardjo, 2012).
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitinya. Biasanya berupa
data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Saryono, 2011).
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya
(Arikunto, 2013). Dalam kasus ini dokumentasi dilaksanakan dengan
mengumpulkan data yang diambil dari catatan medis klien
berupa jumlah ibu bersalin dengan pre eklampsia berat di
RSU Assalam Gemolong.
b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoretis dari
permasalahan penelitian (Hidayat, 2014).Pada studi kasus ini yang
digunakan buku tahun 2007-2014.
53
G. Alat-alat yang dibutuhkan
Dalam melaksanakan studi kasus penulis menggunakan alat-alat
sebagai berikut :
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data (wawancara) :
a. Format pengkajian pada ibu hamil
b. Buku tulis dan alat tulis
c. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi
d. Spigmomanometer
e. Stetoskop
f. Termometer
g. Timbangan berat badan
h. Pita pengukur lingkar lengan atas
i. Stetoskop monocular atau leanek
j. Jam tangan dengan penunjuk second
2. Alat dan bahan dalam pendokumentasian
a. Status atau catatan pasien
b. Rekam medic
c. Alat tulis
H. Jadwal Penelitian
Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal studi kasus, sampai dengan penulisan laporan studi kasus,
beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut
(Notoatmodjo, 2012).Jadwal penelitian ini terlampir.
54
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALINPADANY.SG2P1A0
UMUR 36 TAHUN HAMIL 39+3
MINGGUDENGAN
PRE EKLAMPSIA BERAT ( PEB) DI RSU
ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
A. TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Tanggal :7 April 2016 pukul : 10.30 WIB
Tempat :RSU Assalam Gemolong Sragen
a. Identitas Pasien Identitas Suami
Nama : Ny. S Nama : Tn. P
Umur : 36 Tahun Umur : 38 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa/indonesia Suku Bangsa : Jawa/indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani
Alamat : Lawangsari RT 04 mojopuro sumberlawang
b. Anamnesa (data subyektif)
1) Keluhan utama
Pasien datang kiriman dari bidan dengan keluhan mudah lelah,
sering pusing, bengkak pada kaki, badan lemas dan mata
55
berkunang-kunang.Alasan dirujuk karena keluhan mudah lelah,
sering pusing, bengkak pada kaki, badan lemas dan mata
berkunang-kunang, keadaan umum baik,tekanan darah 190/110
mmHg, umur kehamilan 39+3
minggu dan protein urin (++++).
2) Riwayat menstruasi
a) Menarche : Ibu mengatakan menstruasi pertama
saat usia 14 tahun
b) Siklus : Ibu mengatakan jarak menstruasinya
± 28 hari
c) Lama : Ibu mengatakan lama menstruasi ± 7
hari
d) Banyaknya : Ibu mengatakan 2-3 kali ganti pembalut
dalam sehari
e) Teratur / tidak :Ibu mengatakan menstruasinya teratur
f) Sifat darah : Ibu mengatakan darah menstruasinya
encer, berwarna merah dan tidak ada
gumpalan
g) Dismenorhea : Ibu mengatakan tidak pernah nyeri
tekan pada perut bagian bawah sampai
mengganggu aktifitas
3) Riwayat Hamil Ini
a) HPHT : Ibu mengatakan hari pertama haid
terakhir pada tanggal 4 juli 2015
56
b) HPL : Ibu mengatakan perkiraan lahir tanggal
11 April 2016
c) Gerakan janin
Ibu mengatakan gerakan janin mulai dirasakan pada usia
kehamilan 4 bulan
d) Obat yang dikonsumsi
Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat yang diberikan
oleh bidan seperti tablet tambah darah dan vitamin tetapi
belum teratur.
e) Keluhan – keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan mual muntah pada
pagi hari. Penanganan : menganjurkan
makan sedikit tapi sering.
Trimester II : Ibu mengatakan mudah lelah dan
sering pusing. Penanganan :
menganjurkan ibu untuk istirahat cukup
Trimester III : ibu mengatakan mudah lelah, sering
pusing, badan lemas, bengkak pada
kaki kanan dan kiri, dan mata
berkunang-kunang.
f) ANC : Ibu mengatakan memeriksakan
kehamilannya 12 kali di Puskesmas
secara teratur
57
Trimester I : 6 kali, saat usia kehamilan ,3,4,8 dan
12,16,20 minggu
Trimester II : 2 kali, saat usia kehamilan 22, 26
minggu
Trimester III :4 kali, saat usia kehamilan 28, 30, 34,
37 minggu
g) Penyuluhan yang pernah didapat
Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi
pada ibu hamil saat umur kehamilan 2 bulan dan tablet FE.
h) Imunisasi TT : Ibu mengatakan pernah mendapat
imunisasi TT 3 kali
TT 1 : Saat hamil pertama Uk 16 minggu
TT 2 : Saat umur kehamilan 20 minggu
TT3 : Saat umur kehamilan 26 minggu
i) Kekhawatiran khusus
Ibu mengatakan merasa cemas terhadap kehamilannya
karena mengeluh sering pusing, mudah lelah, badan lemas
dan mata berkunang-kunang, bengkak pada kaki.
4) Riwayat penyakit
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit seperti
demam, flu, batuk dan pilek.
58
b) Riwayat penyakit sistemik
(1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah nyeri
tekan pada dada bagian kiri dan dada
tidak berdebar-debar.
(2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah nyeri
tekan pada pinggang dan tidak pernah
sakit saat BAK.
(3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah sesak
nafas.
(4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk
dalam waktu yang lama lebih dari 2
minggu, batuk mengeluarkan darah,
demam lebih dari 1 bulan, sesak dan
nyeri dada, berkeringat malam hari,
badan lemah.
(5) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah terlihat
kuning pada mata, kuku dan kulit.
(6) DM : Ibu mengatakan tidak mudah lapar,
tidak mudah haus dan tidak sering
BAK pada malam hari (frekuensi lebih
dari 5 kali).
59
(7) Hipertensi :Ibu mengatakan tekanan darahnya
pernah lebih dari 140/90 mmHg dan
pernah mengalami sakit kepala yang
menetap.
(8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah menderita
kejang yang disertai keluar busa dari
mulut.
(9) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit lainnya seperti kanker, PMS
dan HIV/AIDS.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
(1) Penyakit menular
Ibu mengatakan didalam keluarganya maupun keluarga
suaminya tidak ada yang menderita penyakit menular
seperti TBC, hepatitis dan epilepsi.
(2) Penyakit menurun
Ibu mengatakan didalam keluarganya maupun keluarga
suaminya tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti jantung, DM dan hipertensi.
d) Riwayat Keturunan Kembar
Ibu mengatakan didalam keluarganya maupun keluarga
suaminya tidak ada riwayat keturunan kembar
60
e) Riwayat Operasi.
Ibu mengatakan belum pernah melakukan tidakan operasi
apapun.
5) Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Syah, kawin : 1 kali
Menikah umur : 21 tahun dengan suami umur 23 tahun,
lamanya 15 tahun, anak 1 orang.
6) Riwayat Keluarga Berencana
No Jenis alkon Tahun pakai Tahun lepas Alasan lepas Keluhan
1. Suntik 3 bulan 2010 2014 Ingin punya anak Tidak ada
7) Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
No Tgl/thnTempat UK Jenis Peno- Anak Nifas Keadaan Anak
PartusPartus Partus long L/P BB PB Kead Laktasi Sekarang
1. 2009 BPS 39 Spontan Bidan L 300048 BaikLancar Hidup,
umur7 tahun
2. Hamil sekarang
8) Pola kebiasaan sehari – hari
a) Nutrisi
(1) Makan dan minum terakhir pukul : Ibu mengatakan
makan terakhir pukul 07.00 WIB dan minum terakhir
pukul 08.15 WIB
(2) Jenis makanan dan minuman : Ibu mengatakan makan
nasi, sayur, lauk dengan porsi sedang dan minum teh
hangat.
61
b) Personal hygiene
(1) Selama hamil :Ibu mengatakan mandi 2 kali/hari, ganti
pakaian 2 kali/hari, gosok gigi 2 kali/hari
dan keramas 3 kali/minggu.
(2) Sekarang : Ibu mengatakan mandi, gosok gigi,
keramas dan ganti baju pukul 07.15 WIB.
c) Eliminasi
(1) BAB terakhir pukul : Ibu mengatakan BAB terakhir
pukul 05.00 WIB, konsistensi
lembek, warna kuning kecokelatan.
(2) BAK terakhir pukul : Ibu mengatakan BAK terakhir
pukul 08.00 WIB, warna kuning
jernih dan bau khas urine.
d) Aktivitas
Ibu mengatakan selama hamil mengurangi aktivitasnya dan
dibantu suami.
e) Istirahat/tidur
Ibu mengatakan jarang tidur siang dan tidur malam ± 8 jam.
f) Psikososial budaya
(1) Perasaan tentang kehamilan ini
Ibu mengatakan merasa senang atas kehamilan ini
(2) Kehamilan ini direncanakan atau tidak
Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan
(3) Jenis kelamin yang diharapkan
Ibu mengatakan baik laki-laki maupun perempuan sama
yang penting sehat.
(4) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini
62
Ibu mengatakan keluarga mendukung kehamilan ini
terutama suami.
(5) Keluarga lain yang tinggal serumah
Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suami
dananaknya.
(6) Pantangan makanan
Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun
(7) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan
Ibu mengatakan didalam keluarganya ada acara mitoni
saat usia kehamilan 7 bulan.
g) Penggunaan obat – obatan / rokok
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan obat-obatan lain
selain yang diberikan oleh bidan. Ibu tidak pernah merokok
dan suami tidak merokok
c. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
1) Status generalis
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV TD : 190/110mmhg S : 36o 6
C
N : 84 x/menit R : 22 x/menit
d) TB : 157 cm
e) BB sebelum hamil : 55 kg
f) BB sekarang : 73 kg
63
g) LLA : 25 cm
2) Pemeriksaan Sistemik
a) Kepala
(1) Rambut : Bersih, warna hitam, tidak mudah
rontok, tidak berketombe.
(2) Muka : Bersih, tidak oedema, pucat
(3) Mata
(a) Conjungtiva : Merah muda
(b) Sklera : Putih
(4) Hidung : Bersih, simetris, tidak ada benjolan
(5) Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen
(6) Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis
(7) Gigi : Tidak ada caries
(8) Gusi : Tidak berdarah
b) Leher
(1) Kelenjer gondok : Tidak ada pembesaran kelenjer
gondok
(2) Tumor : Tidak ada benjolan
(3) Pembesaran kelenjer limfe: Tidak ada pembesaran
kelenjer limfe
c) Dada dan Axilla
(1) Mammae
(a) Membesar : Membesar normal
64
(b) Tumor : Tidak ada benjolan
(c) Simetris : Simetris kanan dan kiri
(d) Areola : Hiperpigmentasi
(e) Puting susu : Menonjol
(f) Kolostrum : Belum keluar
(2) Axilla
(a) Benjolan : Tidak ada benjolan
(b) Nyeri : Tidak ada nyeri
d) Ekstremitas
(1) Atas
(a) Varices : Tidak ada varices
(b) Oedema : tidak ada oedema
(2) Bawah
(a) Varices : Tidak ada varices
(b) Oedema : Ada oedema kaki kanan dan kiri
(c) Reflek patela : Positif kanan dan kiri
3) Pemeriksaan Khusus Obstetri (Lokalis)
a) Abdomen
(1) Inspeksi
(a) Pembesaran perut :Sesuai dengan umur kehamilan
(b) Bentuk perut : Memanjang
(c) Linea Alba / Nigra : Linea nigra
(d) Strie Albican / Livide : Strie albican
65
(e) Kelainan :Tidak ada bekas operasi
(f) Pergerakan anak :Saat dilakukan pemeriksaan
tidak ada pergerakan janin.
(2) Palpasi
(a) Kontraksi : Saat pemeriksaan tidak ada kontraksi
(b) Leopold I : TFU : 3 jari dibawah PX
FU : Teraba bulat, lunak, tidak
melenting (bokong)
(c) Leopold II : Kanan : Teraba bagian-bagian
terkecil janin (ekstermitas)
Kiri : Teraba keras, memanjang,
datar seperti papan
(punggung)
(d) Leopold III :Teraba bulat, keras, melenting (kepala)
(e) Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk
pintu atas panggul (divergen) 4/5
bagian
(f) TFU Mc Donald : 31 cm
(g) TBJ : (31– 11) x 155 = 3100 gram
(3) Auskultasi
DJJ : Puntum maximum : Di bawah pusat sebelah kiri
Frekuensi : 146x/ menit
Teratur / tidak : Teratur
66
b) Pemeriksaan Panggul
(1) Kesan Panggul : Tidak dilakukan
(2) Distantia Spinarum : Tidak dilakukan
(3) Distantian Kristarum : Tidak dilakukan
(4) Konjugata Eksterna (Boudeloque): Tidak dilakukan
(5) Lingkar Panggul : Tidak dilakukan
c) Anogenetal
(1) Vulva Vagina
(a) Varices : Tidak ada varices
(b) Luka : Tidak ada luka
(c) Kemerahan : Tidak kemerahan
(d) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.
(e) Kelenjer Bartolini : Tidak adapembesaran
kelenjar bartolini.
(f) Pengeluaran pervaginam : Tidak ada
(2) Perinium
(a) Bekas Luka : Tidak ada
(b) Lain – lain : Tidak ada
(3) Anus
(a) Haemorhoid : Tidak ada
(b) Lain – lain : Tidak ada
(4) Inspekulo
(a) Vagina : Tidak dilakukan
67
(b) Portio : Tidak dilakukan
(5) Vagina Toucher
(a) Vulva vagina : Tenang
(b) Portio : Tipis
(c) Pembukaan : Tidak ada pembukaan
(d) Kulit ketuban : utuh
(e) Presentasi : Kepala
(f) Posisi : UUK jam 12
(g) Penurunan : Hodge II
4) Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium : dilakukan pada tanggal 7
April 2016 jam 09.20 WIB dan hasilnya :
Pemeriksaan Hasil Normal
Protein Urin ++++ Negatif
HbsAg Negatif Negatif
Hemoglobin 11 gr/dl 11-16 gr/dl
Erotrosit 4,45 juta/ul 4,20-5,40 juta/ul
Glukosa 84 mg/dl 60-140 mg/dl
Leukosit 13,4ribu/ul 4,50-12 ribu/ul
Limfosit 28 z 22-40 z
Hematokrit 43,2 z 37-47 % z
Trombosit 209 z 150-450
SGOT 16 w/L 0-35 w/L
SGPT 13 w/L 0-35 w/L
Golongan darah B
2) Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan
68
2. Interpretasi Data
Tanggal : 7 April 2016 Pukul :10.40 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. S G2P1A0 umur 36 tahun hamil 39+3
minggu, janin tunggal, hidup,
intra uterin, letak memanjang, punggung kiri, persentasi kepala,
bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul (Divergen) 4/5
bagian bersalin dengan Pre eklampsia berat (PEB).
Data Dasar
1) Ibu mengatakan bernama Ny.S umurnya 36 tahun
2) Ibu mengatakan haid terakhir tanggal 4 juli 2015
3) Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua
4) Ibu mengatakan belum pernah keguguran
5) Ibu mengatakan mudah lelah, sering pusing, badan lemas,
bengkak pada kaki kanan dan kiri dan mata berkunang-kunang.
Data Obyektif
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV TD : 190/110 mmHg S : 366C
N : 84 x/menit R : 22 x/menit
4) Conjungtiva : Merah muda
5) Sklera : Putih
6) Hidung : Terpasang O2 3 Liter/menit pada
tanggal 7 April 2016 jam 09.30 WIB
69
7) Ekstermitas
a) Atas :Tangan terpasang infus RL 20 tpm
tanggal 7 April 2016 jam 09.30 WIB
b) Bawah : Oedema pada kaki kanan dan kiri
8) HPL : 11 April 2016
9) Leopold I : TFU : 3 jari dibawah PX
FU : Teraba bulat, lunak, tidak
melenting (bokong)
Leopold II : Kanan : Teraba bagian – bagian
terkecil janin (ekstermitas)
Kiri : Teraba bulat, keras,
memanjang, datar seperti
papan (punggung)
Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting (kepala)
Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk
pintu atas panggul (divergen) 4/5
bagian
10) DJJ : 146 x/menit
11) TFU : 31 cm
12) TBJ : (31-11) x 155 : 3100 gram
13) Ekstermitas bawah : Ada pembengkakan pada kaki kanan
dan kiri
70
14) Pemeriksaan laboratorium :dilakukan pada tanggal 7 April 2016
jam 09.20 WIB dan hasilnya :
a) Protein urin ++++
b) Hemoglobin 11 gr/dl
b. Masalah
1) Ibu cemas terhadap kehamilannya
2) Ibu kurang mendapat informasi tentang Pre eklmpsia
c. Kebutuhan
1) Beri support mental terhadap ibu
2) Beri konseling tentang Pre eklampsia
3. Diagnosa Potensial
Eklampsia
4. Tindakan Segera
a. Memantau tekanan darah setiap 4 jam
b. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi :
1) Mengobservasi tetesan infus RL 20 Tpm
2) Nifedipin 3x1 hari@ 10mg
3) Injeksi MgSO4 4 mg secara IM
4) Memasang O2 3-4 liter/menit
5) Amoxcillin 500 mg 3x1 tablet
6) Dexa 1 gr 2x1 IV
7) MemasangDC
71
5. Rencana Tindakan
Tanggal : 7 April 2016 Pukul : 10.45WIB
a. Beri tahu ibu hasil pemeriksaan dan keadaannya sekarang
b. Beri ibu KIE tentang pre eklmpsia
c. Anjurkan ibu rawat inap dan tirah baring miring kiri
d. Anjurkan ibu untuk diet makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
e. Pantau tekanan darah setiap 4 jam sekali
f. Beri terapi :
Memasang infus RL 20 Tpm
Nifedipin 3x1 hari@ 10mg
Injeksi MgSO4 4 mg secara IM
O2 3-4 liter/menit
Amoxcillin 500 mg 3x1 tablet
Dexa 1 gr 2x1 IV
6. Pelaksanaan
Tanggal : 7 April 2016 Pukul : 10.50 WIB
a. Pukul 10.50 WIB : Memberitahu ibu tentang hasil
pemeriksaan dan keadaannya sekarang bahwa dari hasil pemeriksaan
laboratorium protein ibu 4+ dan ibu mengalami tanda bahaya
kehamilan yaitu pre eklampsia.
b. Pukul 10.53 WIB :Memberikan KIE tentang pre eklmpsia
72
1) Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
oedema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan
2) Klasifikasi pre eklmpsia ada 2 yaitu pre eklmpsia ringan ditandai
denagn tekanan darah >140/110 mmHg, dan pre eklmpsia berat
ditandai dengan tekanan darah >160/110 mmHg dengan protein
urin 4+
3) Tanda dan gejala yaitu pandangan mata kabur, oedema, nyeri pada
ulu hati, hipertensi dan protein urin.
c. Pukul 10.55 WIB :Menganjurkan ibu rawat inap dan tirah
baring miring kiri
d. Pukul 10.58 WIB :Menganjurkan ibu untuk diet makanan
tinggi protein ( daging, sapi,ayam telur,
tempe ) tinggi karbohidrat ( gandum, beras
singkong, ubi jalar) dan rendah lemak (
sayuran hijau, buah-buahan, air putih).
e. Pukul 11.00 WIB :Memantau tekanan darah setiap 4 jam sekali
f. Pukul 11.02 WIB : Memberi terapi :
Memasang infus RL 20 Tpm
Nifedipin 3x1 hari@ 10mg
Injeksi MgSO4 4 mg secara IV
O2 3-4 liter/menit
Pasang DC
73
7. Evaluasi
Tanggal : 7 April 2016
a. Pukul 10.52 WIB : Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaannya
yaitu ibu mengalami pre eklmpsia berat
b. Pukul 10.54 WIB : Ibu sudah paham tentang pre eklmpsia
c. Pukul 10.57 WIB : Ibu bersedia rawat inap dan tirah baring
miring kiri
d. Pukul 10.59 WIB : Ibu bersedia untuk diet makanan tinggi
protein ( daging, sapi,ayam telur, tempe )
tinggi karbohidrat ( gandum, beras,
singkong, ubi jalar) dan rendah lemak
(sayuran hijau, buah-buahan, air putih).
e. Pukul 11.02 WIB :Tekanan darah sudah dipantau
f. Pukul 11.04 WIB :Ibu sudah diberi terapi :
1) memasang infus RL 20 Tpm
2) Nifedipin 3x1 hari@ 10mg
3) Injeksi MgSO4 4 mg secara IV
4) O2 3-4 liter/menit
5) Pasang DC
74
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal 8 April 2016 Pukul 08.00 WIB
Subyektif
1. Ibu mengatakan masih cemas dengan keadaannya
2. Ibu mengatakan masih pusing
3. Ibu mengatakan sudah lebih banyak istirahat
4. Ibu mengatakan sudah diet makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tekanan darah : 180/110 mmHg
d. Suhu : 36,50C
e. Nadi : 84 x/menit
f. Respirasi : 24 x/menit
g. Mata : Conjungtiva merah muda, sklera warna putih
h. Hidung : Terpasang O2 3 Liter/menit
i. Ekstermitas
1) Atas : Tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm
2) Bawah : Oedema pada kaki kanan dan kiri
j. Palpasi
75
Leopold I : TFU : 3 jari dibawah PX
FU :Teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong)
Leopold II : Kanan: Teraba bagian-bagian terkecil janin
(ekstermitas)
Kiri :Teraba keras, memanjang, datar
seperti papan (punggung)
Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting (kepala)
Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk pintu
atas panggul (divergen) 4/5 bagian
k. TBJ : TFU Mc. Donald : 31 cm
l. TBJ : (31 -11) x 155 = 3100 gram
m. DJJ : 147 x/menit
n. Pemeriksaan laboratorium : dilakukan pada tanggal 7 April 2016 jam
09.20 WIB dan hasilnya :
a) Protein urin ++++
b) Hemoglobin 11 gr/dl
Assessment
Ny. S G2P1A0 umur 36 tahun umur kehamilan 39+3
minggu, janin tunggal,
hidup, intera uteri, letak memanjang, punggung kiri, persentasi kepala, bagian
terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul (divergen) 4/5 bagian bersalin
dengan pre eklmpsia berat (PEB).
76
Planning
Tanggal 8 April 2016 Pukul : 08.20 WIB
1. Pukul 08.20 WIB : Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Hasil : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
yaitu kondisi ibu dan janin terpantau dengan
baik
2. Pukul 08.23 WIB : Menganjurkan ibu untuk tirah baring miring
kiri
Hasil : Ibu bersedia untuk miring kiri
3. Pukul 08.25 WIB : Menganjurkan ibu makan makanan yang
bergizi
Hasil : Ibu bersedia makan makanan yang bergizi
4. Pukul 08.27 WIB : Menganjurkan ibu istirahat cukup
Hasil : Ibu bersedia istirahat cukup
5. Pukul 08.29 WIB : Memberi terapi :
a. injeksi MgSO4 4 mg secara IM
b. Nifedipin sudah diberikan per oral 3x1 hari@ 10mg
c. Amoxicillin 500 mg 3x1
d. Dexa 1 gr 2x1 tablet
Hasil : Ibu bersedia memberi obat yang diberikan.
77
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal : 9 April 2016 Pukul 07.45 WIB
Subyektif
1. Ibu mengatakan masih pusing
2. Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi makanan yang bergizi
3. Ibu mengatakan sudah minum obat
4. Ibu mengatakan sudah istirahat yang cukup
Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tekanan darah : 190/120 mmHg
d. Suhu : 37,00C
e. Nadi : 80 x/menit
f. Respirasi : 22 x/menit
g. Mata : Conjungtiva merah muda, sclera putih
2. Status Obstetri
a. palpasi
Leopold I : TFU : 3 jari dibawah PX
FU : Teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong)
Leopold II :Kanan: Teraba bagian-bagian terkecil
Janin (ekstermitas)
78
Kiri : Teraba kera, memanjang, datar
seperti papan (punggung)
Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting (kepala)
Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas
panggul (divergen) 4/5 bagian
TFU : 31 cm
TBJ : ( 31-11) x 155= 3100 gram
DJJ : 146 x/menit
3. Pemeriksaan laboratorium : dilakukan pada tanggal 7 April 2016 jam 09.20
WIB dan hasilnya :
a) Protein urin ++++
b) Hemoglobin 11 gr/dl
Assesment
Ny. S G2P1A0 umur 36 tahun hamil 39+3
minggu, janin tunggal, hidup, intra
uterin, letak memanjang, punggung kiri, persentasi kepala, bagian terbawah
janin sudah masuk pintu atas panggul (divergen) 4/5 bagian bersalin dengan
pre eklampsia berat (PEB)
Planning
Tanggal 9 April 2016
1. Pukul 07.50 WIB : Memberi tahu ibu hasil pemeriksaan tentang
kondisinya bahwa kondisinya tidak membaik dan
tekanan darahnya selalu naik
79
2. Pukul 07.53 WIB : Berikan inform consent untuk tindakan SC
3. Pukul 07.55 WIB : Memberitahu ibu akan dilakukan SC tanggal 10 april
2016 pukul 08.30 WIB karena kondisinya tidak
membaik
4. Pukul 07.57 WIB : Menganjurkan ibu untuk puasa nanti malam pukul
23.00 WIB
5. Pukul 08.15 WIB : Melakukan skreen pada ibu
6. Pukul 08.25 WIB : Mengganti pakaian ibu dengan baju OP dan
memakaikan topi
7. Pukul 08.24 WIB : Memberitahu ibu untuk tidak cemas dengan
kondisinya saat ini
Evaluasi
Tanggal 9 April 2016
1. Pukul 07.52 WIB : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Pukul 07.54 WIB : inform concent sudah diberikan
3. Pukul 07.56 WIB : Ibu bersedia dilakukan SC karena kondisinya
semakin memburuk
4. Pukul 07.59 WIB :Ibu bersedia puasa pukul 23.00 WIB
5. Pukul 08.03 WIB : Sudah dilakukan skreen pada ibu
6. Pukul 08.24 WIB : Ibu sudah dipakaikan baju dan topi OP
7. Pukul 08.25 WIB : Ibu bersedia untuk tidak mencemaskan
keadaanya saat ini.
80
DATA PERKEMBANGAN III
POST SC
Tanggal 10 April 2016 Pukul 12.15 WIB
Subjektif
1. Ibu mengatakan baru saja operasi section caesaria
2. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah
Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV TD : 150/100 x/menit N : 80 x/menit
R : 22 x/menit S : 36,70C
d. Hidung : Terpasang O2 3 Liter/menit
e. Ekstermitas
1) Atas : Tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm
2) Bawah : Oedema pada kaki
2. TFU : 1 jari dibawah pusat
3. Kontraksi : keras
4. Perdarahan : ± 50 cc
Assesment
Ny.S P2A0 umur 36 tahun hari ke-1 post partum SC dengan riwayat pre eklmpsia
berat (PEB).
81
Planning
Tanggal 10 April 2016
1. Pukul 12.30 WIB : Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital
2. Pukul 12.35 WIB : Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
yang bergizi, seperti sayuran hijau, telur, daging,
ikan supaya luka bekas operasi lekas sembuh
3. Pukul 12.37 WIB : Menganjurkan ibu istirahat yang cukup
4. Pukul 12.39 WIB : Melepas oksigen pada ibu
Evaluasi
Tanggal 10 April 2016
1. Pukul 12.32 WIB : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Pukul 12.36 WIB : Ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi,
seperti sayuran hijau, telur, daging, ikan supaya
luka bekas operasi lekas sembuh
3. Pukul 12.36 WIB : Ibu sudah istirahat yang cukup
4. Pukul 12.38 WIB : Oksigen sudah dilepas
82
DATA PERKEMBANGAN IV
POST SC
13 April 2016 Pukul 12.25 WIB
Subjektif
1. Ibu mengatakan sudah merasa sehat
2. Ibu mengatakan ASInya sudah lancar
Objektif
5. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV TD : 150/100 x/menit N : 82 x/menit
R : 21 x/menit S : 36,70C
d. Ekstermitas
3) Atas : Tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm
4) Bawah : Oedema pada kaki kanan dan kiri
6. TFU : 2 jari dibawah pusat
7. Kontraksi : keras
8. Perdarahan : ± 50 cc
9. Perineum : Luka bekas jahitan masih basah
Assesment
Ny.S P2A0 umur 36 tahun hari ke-3 post partum SC dengan riwayat pre eklmpsia
berat (PEB).
Planning
83
Tanggal 13 April 2016
1. Pukul 12.27 WIB : Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Pukul 12.30 WIB : Memberitahu ibu bahwa luka jahitan masih basah
3. Pukul 12.32 WIB : Memberikan ibu KIE tentang personal hygine
4. Pukul 12.40 WIB : Memberikan ibu KIE tentang tanda bahaya ibu
nifas
5. Pukul 12.50 WIB : Menganjurkan ibu kontrol ulang 1 minggu lagi
atau jika ada keluhan
6. Pukul 12.55 WIB : Memberikan terapi pada ibuuntuk dirumah :
- Cefadroxil 2 x 1 500 mg
- Metildopa 2 x 1 0,125 mg
- Cester xv 1 x 1
- Asam Mefenamat 1 x 1 500 mg
7. Pukul 12.58 WIB : Melepas , infus dan DC pada ibu
8. Pukul 13.05 WIB : Ibu sudah diperbolehkan pulang
Evaluasi
Tanggal 13 April 2016
1. Pukul 12.29 WIB : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Pukul 12.31 WIB : Ibu sudah paham dan mengerti
3. Pukul 12.39 WIB : Ibu sudah paham dan mengerti tentang personal
hygine
4. Pukul 12.49 WIB : Ibu sudah paham dan mengerti tentang tanda
bahaya ibu nifas
84
5. Pukul 12.54 WIB : Ibu bersedia kontrol 1 minggu lagi atau jika ada
keluhan
6. Pukul 12.57 WIB : Obat sudah diberikan pada ibu
7. Pukul 13.03 WIB : Infus dan DC sudah dilepas.
8. Pukul 13.30 WIB : Ibu pulang
85
B. PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan bagian dari Karya Tulis yang akan membahas
kesenjangan antara teori yang didapat dengan praktek langsung dilapangan
selama melaksanakan Asuhan Kebidanan Ibu Bersalinpada Ny. S dengan pre
eklmpsia berat (PEB).
Kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan juga memerlukan pemecahan
masalah, adapun pemecahan masalahnya dilakukan dengan melaksanakan
asuhan kebidanan sebagai salah satu cara yang dilakukan oleh bidan dalam
menangani masalah kebidanan, sehingga dapat di uraikan pembahasan
dengan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney yang
dirumuskan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Tahap ini merupakan awal sebagai penentu langkah berikutnya. Karena
kelengkapan data sesui dengan kasus yang dihadapi akan menentukan
ketepatan dalam proses interpretasi dan tahap-tahap selanjutnya. Dalam
pengumpulan data penulis menggunakan teknik wawancara atau
anamnesa untuk mengetahui data-data subyektif dari klien, dan
melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh serta melakukan
pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan data obyektif.
86
Menurut taufan (2012) keluhan pada ibu bersalin dengan pre
eklmpsia beratmeliputi nyeri epigastrium, gangguan penglihatan dan
nyeri kepala (Prawirohardjo, 2012) dan mengalami peningkatan tekanan
darah sistolik>160 mmhg atau diastolic> 110 mmhg, Protein uria
(++++), oliguria <500 ml dalam 24 jam, odema atau sianosis
(Taufan, 2012).
Pada kasus pengkajian data ibu bersalinNy. S dengan pre eklmpsia
berat mengalami mengeluh mudah lelah, sering pusing, bengkak pada
kaki kanan dan kiri, badan lemas dan mata berkunang-kunang tekanan
darah 190/110 mmHg dan protein urin (++++). Pada kasus ini penulis
tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktik
dilahan.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data terdiri dari penentuan diagnosa kebidanan yang
meliputi data subyektif dan obyektif. Pada teori masalah pada ibu
bersalin dengan pre eklmpsia berat (PEB) adalah cemas, dan kebutuhan
ibu hamil dengan pre eklmpsia berat (PEB) yaitu dukungan emosional
dan psikologi dari suami maupun keluarga ( Pudiastuti, 2012).
Pada kasus ibu hamil Ny.S dengan pre eklampsia berat penulis
mendapatkan diagnosa kebidanan Ny. S G2P1A0 umur 36 tahun hamil
39+3
minggu, janin tunggal, hidup, intra uterin, letak memanjang,
punggung kiri, persentasi kepala, bagian terbawah janin sudah pintu
atas panggul (Divergen) 4/5 bagian dengan Pre eklampsia berat (PEB).
87
Masalah yang dialami ibu cemas dan kebutuhannya adalah memberi
dukungan emosional.Pada kasus ini tidak ditemukan kesenjangan teori
dan kasus. Pada langkah kedua ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
3. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada ibu bersalin dengan pre
eklampsia berat adalah eklampsia (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Pada kenyataannya kasus pada Ny.S dengan pre eklampsia berat
tidak terjadi eklampsia karena adanya antisipasi yang tepat. Pada
langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan teori dan kasus
dilapangan.
4. Tindakan Segera
Menurut Hidayat, dkk (2009) tindakan segera yang harus
dilakukan pada ibu hamil dengan pre eklmpsia berat adalah memantau
tekanan darah, protein urin setiap 4 jam, kolaborasi dengan dr. SpOG,
melakukan rujukan kerumah sakit yang lebih tinggi.
Pada kasus ibu bersalin dengan pre eklampsia berat (PEB) tindakan
segera yang dilakukan adalah memantau tekanan darah, protein urin,
kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi, memasang
infus RL 20 Tpm, nifedipin 3x1 hari@ 10mg, injeksi MgSO4 4 mg
secara IM, O2 3-4 liter/menit, amoxicillin 500 mg 3x1 tablet, dexa 1 gr
2x1 , pasang DC. Pada langkah ini ditemukan kesenjangan teori dan
kasus yaitu pada teori melakukan pemantauan protein urin setiap 4 jam,
88
sedangkan pada kasus dilakukan pemeriksaan urin sekali pada waktu
masuk.
5. Perencanaan
Menurut prawirohardjo (2012), perencanaan yang dibuat berdasarkan
diagnose, masalah dan kebutuhan. Asuhan kebidanan yang direncanakan
pada ibu bersalin dengan pre eklmpsia berat adalah memberi obat anti
kejang MgSO4., anti hipertensi, memeriksa proteinuria, mengukur
tekanan darah, lakukan perawatan aktif (agresif): memberi pengobatan
dan kehamilan diakhiri, bila didapatkan satu/lebih keadaan seperti umur
kehamilan > 37 minggu, adanya tanda-tanda Impending Eclampsia,
kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu keadaan klinik dan
laboratorik memburuk, terjadi solusio plasenta, adanya tanda-tanda fetal
distress, adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction (IUGR),
terjadi oligohidramnion., lakukan perawatan konservatif bila kehamilan
preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending
eclampsia dengan keadaan janin baik.
Pada kasus ibu bersalin dengan pre eklampsia berat (PEB) tindakan
segera yang dilakukan adalahberi tahu ibu hasil pemeriksaan dan
keadaannya sekarang, beri ibu KIE tentang pre eklmpsia, anjurkan ibu
rawat inap dan tirah baring miring kiri, anjurkan ibu untuk diet makanan
tinggi protein, tinggi karbohidrat dan rendah lemak, pantau tekanan
darah setiap 4 jam sekali, kolaborasi dengan dokter SpOG untuk
pemberian terapi, memasang infus RL 20 Tpm, nifedipin 3x1 hari@
89
10mg, injeksi MgSO4 4 mg secara IM, O2 3-4 liter/menit, amoxicillin
500 mg 3x1 tablet, dexa 1 gr 2x1 , pasang DC, dan dilakukan terminasi
kehamilan karena usia kehamilan >37 minggu. Pada langkah ini tidak
ditemukan kesenjangan teori dan kasus dilapangan.
6. Pelaksanaan
Menurut prawirohardjo (2012), perencanaan yang dibuat
berdasarkan diagnose, masalah dan kebutuhan. Asuhan kebidanan yang
direncanakan pada ibu bersalin dengan pre eklmpsia berat adalah
memberi obat anti kejang MgSO4., anti hipertensi, memeriksa
proteinuria, mengukur tekanan darah, lakukan perawatan aktif (agresif):
memberi pengobatan dan kehamilan diakhiri, bila didapatkan satu/lebih
keadaan seperti umur kehamilan > 37 minggu, adanya tanda-tanda
Impending Eclampsia, kegagalan terapi pada perawatan konservatif,
yaitu keadaan klinik dan laboratorik memburuk, terjadi solusio plasenta,
adanya tanda-tanda fetal distress, adanya tanda-tanda intra uterine
growth restriction (IUGR), terjadi oligohidramnion., lakukan perawatan
konservatif bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai
tanda-tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik.
Pada kasus ibu bersalin dengan pre eklampsia berat (PEB) tindakan
segera yang dilakukan adalah memberi tahu ibu hasil pemeriksaan dan
keadaannya sekarang, memberi ibu KIE tentang pre eklmpsia,
menganjurkan ibu rawat inap dan tirah baring miring kiri, menganjurkan
ibu untuk diet makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat dan rendah
90
lemak, memantau tekanan darah setiap 4 jam sekali, berkolaborasi
dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi, memasang infus RL 20
Tpm, nifedipin 3x1 hari@ 10mg, injeksi MgSO4 4 mg secara IM, O2 3-4
liter/menit, amoxicillin 500 mg 3x1 tablet, dexa 1 gr 2x1 , pasang DC,
dan dilakukan terminasi kehamilan karena usia kehamilan >37 minggu.
Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan teori dan kasus
dilapangan.
7. Evaluasi
Dalam teori Edwin (2013), evaluasi yang diharapkan pada ibu bersalin
dengan pre eklmpsia berat (PEB) kondisi ibu dan janin sejahtera, tidak
terjadi eklampsia atau kejang. Pada kasus ini evaluasi yang didapatkan
bayi lahir dengan jenis kelamin laki-laki, gerakan aktif, warna kulit
kemerahan, berat 3200 gram, PB 48 cm, LK 32 cm, LLA 11 cm, tidak
ada kelainan kongenital. Pada ibu keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, TD 150/100 mmHg, R : 22x/menit, N : 80x/menit, S :
36,70C, kontraksi keras, perdarahan ± 50 cc, TFU 1 jari dibawah pusat.
Dalam kasus ini tidak ditemukan adanya kesenjangan teori dan praktek
dilapangan.
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan
pembahasan pada asuhan kebidanan ibu bersalin dengan pre eklampsia berat di
RSU Assalam Gemolong maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian pada kasus ibu bersalin dengan pre eklmpsia berat (PEB)
dilaksanakandengan pengumpulan data subyektif diperoleh hasil keluhan
utama ibu mengatakan mengeluh mudah lelah, sering pusing, bengkak pada
kaki kanan dan kiri, badan lemas dan mata berkunang-kunang, dan data
objektif diperoleh keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TFU 31 cm,
TBJ 3100 gram, DJJ 146x/menit, pemeriksaan darah 190/110 mmHg, Suhu
36o 6
C, nadi 84 x/menit, respirasi 22 x/menit, oedema pada kaki, hasil
pemeriksaan laboratorium protein urin (++++), Leopold I TFU 3 jari dibawah
PX, Teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong), Leopold II Kanan :
Teraba bagian-bagian janin (ekstermitas), Kiri : Teraba keras, memanjang,
datar seperti papan (punggung), Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting
(kepala) Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul
(divergen) 4/5 bagian, pemeriksaan laboratorium Hb: 11 gr/dl, Leukosit: 13,4
ribu/ul, Trombosit : 209 ribu/ul, HbsAg : negatif,Golongan darah B, protein
urin : (++++)
92
2. Interpretasi data pada diagnosa kebidanan didapatkan Ny. S G2P1A0 umur 36
tahun hamil 39+3 minggu, janin tunggal, hidup, intra uterin, letak memanjang,
punggung kiri, persentasi kepala, bagian terbawah janin sudah pintu atas
panggul (Divergen) dengan Pre eklampsia berat (PEB) yang disertai masalah
cemas terhadap kehamilannya. Kebutuhan yang diperlukan Ny.S yaitu
memberi support mental agar tidak cemas dengan keadaannya.
3. Diagnosa potensial pada kasus Ny. S bersalin dengan pre eklmpsia berat
(PEB) tidak terjadi eklmpsia.
4. Tindakan segera yang dilakukan pada kasus Ny. S dengan Pre eklampsia berat
adalah memantau tekanan darah, protein urin, kolaborasi dengan dokter SpOG
untuk pemberian terapi, memasang infus RL 20 Tpm, nifedipin 3x1 hari @
10mg, injeksi MgSO4 4 mg secara IM, O2 3-4 liter/menit, amoxicillin 500 mg
3x1 tablet, dexa 1 gr 2x1 , pasang DC
5. Perencanaan
Perencanaan pada kasus Ny. S dengan pre eklmpsia berat (PEB) yaitu Pada
kasus ibu bersalin dengan pre eklampsia berat (PEB) perencanaan yang
dilakukan adalah beri tahu ibu hasil pemeriksaan dan keadaannya sekarang,
beri ibu KIE tentang pre eklmpsia, anjurkan ibu rawat inap dan tirah baring
miring kiri, anjurkan ibu untuk diet makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat
dan rendah lemak, pantau tekanan darah setiap 4 jam sekali, kolaborasi
dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi, memasang infus RL 20 Tpm,
nifedipin 3x1 hari @ 10mg, injeksi MgSO4 4 mg secara IM, O2 3-4
93
liter/menit, amoxicillin 500 mg 3x1 tablet, dexa 1 gr 2x1 , pasang DC, dan
dilakukan terminasi kehamilan karena usia kehamilan >37 minggu dengan
tindakan SC.
6. Pelaksanaan tindakan pada kasus Ny. S bersalin dengan pre eklampsia berat
sesuai dengan rencana tindakan yang telah dilakukan.
7. Evaluasi pada ibu bersalin bayi lahir dengan jenis kelamin laki-laki, gerakan
aktif, warna kulit kemerahan, berat 3200 gram, PB 48 cm, LK 32 cm, LLA 11
cm, tidak ada kelainan kongenital. Pada ibu keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, TD 150/100 mmHg, R : 22x/menit, N : 80x/menit, S : 36,70C,
kontraksi keras, perdarahan ± 50 cc, TFU 1 jari dibawah pusat.
8. Pada kasus Ny.S bersalin dengan pre eklampsia berat, penulis menemukan
kesenjangan antara teori dengan kasus dilapangan yaitu pada langkah tindakan
segera. Pada teori dilakukan pemantauan protein urin setiap 4 jam sekali
sedangkan pada kasus hanya dilakukan pemeriksaan urin sekali pada waktu
masuk.
B. Saran
1. Peneliti
Diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan
dan pengalaman nyata dalam penelitian khususnya dibidang pelayanan
kebidanan ibu bersalin dengan pre eklmpsia berat (PEB).
94
2. Bidan
Diharapkan bidan dapat lebih meningkatkan pengetahuaan dan skill dalam
menangani kasus atau melaksanakan asuhan kebidanan khususnya pada ibu
bersalin dengan Pre eklmpsia berat (PEB). Sehingga kasus Pre eklampsia
berat (PEB) dapat cepat tertangani.
3. Instansi
a. Rumah sakit
Disarankan agar Rumah sakit lebih meningkatkan pemberian asuhan
secara komprehensif, tepat dan professional untuk meningkatkan mutu
pelayanan sehingga pasien merasa aman dan nyaman.
b. Bagi Pendidikan
Disarankan agar pendidikan lebih meningkatkan pengetahuan tentang pre
eklampsia berat (PEB) dengan menambah sumber bacaan diperpustakaan
khususnya tentang Pre eklmpsia berat (PEB) pada ibu bersalin dan skill
tentang cara menangani Pre eklmpsia berat (PEB).
91
92