55
Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Istirahat : Hipertensi di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia Karya Tulis Ilmiah Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi D-III Keperawatan Oleh Chelsea Nadya 142500101 Program Studi D-III Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2017 Universitas Sumatera Utara

Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

i

Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

Gangguan Kebutuhan Dasar Istirahat : Hipertensi di

Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia

Karya Tulis Ilmiah

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi D-III Keperawatan

Oleh

Chelsea Nadya

142500101

Program Studi D-III Keperawatan

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2017

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

i

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

ii

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan prioritas Masalah Gangguan

Kebutuhan Dasar Istirahat : Hipertensi di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia”,

yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D-III Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan kemampuan

serta pengalaman penulis. Karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta

saran dari semua pihak yang membangun guna dijadikan pedoman bagi penulis

dikemudian hari.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Setiawan, S.Kep, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Ibu Cholina T.Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Wakil Dekan II

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep. Sp. Mat selaku Wakil Dekan III

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua prodi D-III

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

6. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing penulis dengan sabar, dan memberikan waktunya kepada penulis

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat selesai tepat waktu.

7. Ibu Roxsana Devi T, S.Kep, Ns, MNurs selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktu, serta dengan sabar menguji dan membimbing penulis.

8. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

iii

9. Kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Lamhot Sinaga dan Ibunda Agustina

Sidabutar yang sudah memberikan motivasi, dukungan, semangat, perhatian,

dan kasih sayang, serta mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini dengan baik.

10. Terimakasih kepada semua teman –teman mahasiswa/i Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 atas kebersamaan yang kita lalui

selama 3 tahun dan terima kasih untuk dukungan dan semangat yang kalian

berikan.

Medan, Juli 2017

Hormat Saya

Chelsea Nadya

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Tujuan ........................................................................................................ 3

C. Manfaat ..................................................................................................... 3

BAB II PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah

Gangguan Pola Tidur............................................................................ 5

1. Pengertian Tidur.................................................................................. 6

2. Fisiologi Tidur..................................................................................... 6

3. Pengaturan Tidur................................................................................. 7

4. Tahapan Tidur..................................................................................... 7

5. Siklus Tidur......................................................................................... 10

6. Fungsi Tidur........................................................................................ 11

7. Kebutuhan Tidur.................................................................................. 11

8. Faktor – faktor yang mempengaruhi Tidur.......................................... 13

B. Gangguan Tidur....................................................................................... 15

1. Pengertian Gangguan Tidur................................................................. 15

2. Klasifikasi Gangguan Tidur................................................................. 15

C. Proses Keperawatan................................................................................. 17

1. Pengkajian................. ........................................................................ 17

2. Analisa Data...................................... ................................................ 19

3. Rumusan Masalah.............................. ............................................... 20

4. Perencanaan........................................................................................ 21

D. Asuhan Keperawatan Kasus ................................................................ 22

1. Pengkajian ......................................................................................... 22

2. Analisa Data ...................................................................................... 36

3. Rumusan Masalah ............................................................................. 37

4. Perencanaan ...................................................................................... 38

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

v

5. Implementasi dan Evaluasi ............................................................... 41

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 44

B. Saran ......................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 45

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan

makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan

istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya. Tidur adalah suatu keadaan

relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus

yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah

yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah tidur dan

istirahat yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi dan beraktivitas akan menurun

serta meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2003).

Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu

terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas metabolisme

tubuh menurun (Choppra, 2003), tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses

fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal (Wahid, 2007).

Dengan melanjutnya usia, tidur menjadi terfragmentasi dan efisiensi tidur

menjadi berkurang. Hal yang sering kali menjadi keluhan subjektif yang dialami oleh

para lanjut usia adalah keadaan lama di tempat tidur namun lebih singkat dalam keadaan

tertidur. Hal ini yang paling mencolok dalam hubungan antara usia dengan perubahan

fisologi tidur adalah pengurangan jumlah dan amplitudo dari tidur delta. Tidur REM

tidak dipengaruhi usia. Meskipun lamanya periode REM dapat menjadi lebih konstan

selama malam hari. Meskipun lanjut usia tidak memerlukan waktu lebih untuk tertidur,

mereka lebih sering terbangun ditengah-tengah tidurnya pada malam hari dan tetap

terjaga untuk waktu yang lama. Mereka mungkin banyak tertidur dengan waktu yang

singkat, dalam sehari dan lebih sensitive terhadap zone waktu dan perubahan

lingkungan.

Dari penelitian diketahui bahwa pada lanjut usia yang berperan mengatur siklus

tidur adalah menurunnya reaktifitas terhadap informasi fotik dan non fotik, demikian

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

ii

pula berubah peranan dari retina, nucleus suprakiasmatikum dari hipotalamus, dan

glandula pinealis yang berperan pada sirkardian tidur.

Perubahan pada sruktur sel neuron dan sel glia yaitu kematian sel neuron,

retraksi dendrite yang berlanjut, hilangnya sinap atau hubungan informasi antar sel

saraf, reaktivitas sel glia yang didasari adanya perubahan protein-protein sitoskeletal

dan penumpukkan protein seperti amiloid ekstraseluler, juga perubahan pada sistem

vaskuler yang mengalirkan darah di otak yang rentan dengan proses aterosklerotik dan

arteriosklerosis di usia lanjut. Pada lanjut usia terjadi pengurangan jumlah tidur

gelombang lambat ( stadium 3 dan 4 tidur NREM ).

Pola istirahat dan tidur yang biasa dari seorang dapat berubah dan dipengaruhi

oleh penyakit yang dapat menyebabkan gangguan tidur, seperti penyakit Cardiovascular

(Hipertensi).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana

tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Tekanan

darah berasal dari mekanisme pompa jantung yang mendorong sejumlah volume darah

dengan tekanan yang tinggi agar darah sampai ke seluruh organ tubuh melalui

pembuluh darah.

Hipertensi merupakan penyakit multifaktoral yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor yaitu faktor individu seperti umur, jenis kelamin, faktor genetik, serta faktor

lingkungan seperti obesitas, stres, kualitas tidur, asupan garam, alkohol, dan lain-lain.

(Kaplan, 1993, dalam Albert 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Javaheri (2008), kurang tidur sebagai

faktor resiko hipertensi pada orang dewasa. Hasil tidur yang lebih singkat dapat

menyebabkan gangguan metabolisme dan endokrin yang dapat berkontribusi

menyebabkan gangguan kardiovaskular (Javaheri et al, 2008). Tekanan darah secara

normal menurun ketika sedang tidur normal. Apabila tidur mengalami gangguan, maka

tidak terjadi penurunan tekanan darah saat tidur sehingga akan meningkatkan resiko

terjadinya hipertensi. Setiap 5% penurunan normal yang seharusnya terjadi dan tidak

dialami seseorang maka kemungkinan 20% akan terjadi peningkatan tekanan darah

(Calhoun & Harding, 2010)

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

iii

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa

penderita hipertensi yang berusia di atas 18 tahun mencapai 25,8 persen dari jumlah

keseluruhan penduduk Indonesia. Dari angka tersebut, penderita hipretensi perempuan

lebih banyak 6 persen dibanding laki-laki. Sedangkan yang terdiagnosis oleh tenaga

kesehatan hanya mencapai sekitar 9,4 persen. Ini artinya masih banyak penderita

hipertensi yang tidak terjangkau dan terdiagnosa oleh tenaga kesehatan dan tidak

menjalani pengobatan sesuai anjuran tenaga kesehatan. Hal tersebut menyebabkan

hipertensi sebagai salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Data hasil

polling tidur di Amerika oleh NSF didapat bahwa ternyata wanita lebih 2 banyak

mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan laki – laki, yaitu 63% : 54 % (National

Sleep Foundation, 2007).

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan

menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari

ketiga masalah berikut : insomnia ; gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau

ketika terjaga di tengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari

(Naylor & Aldrich, 1994). Banyak orang dewasa di Amerika Serikat memiliki hutang

tidur yang signifikan karena ketidakadekuatan dalam hal kuantitas maupun kualitas

tidur malamnya dan mengalami hipersomnolen disiang hari selama melaksanakan

aktivitas sehari-hari (National Commission on Sleep Disorders Research, 1993).

Gangguan tidur telah diklasifikasikan menjadi empat kategori utama (Thorpy,

1994), yang pertama Disomnia adalah gangguan primer yang berasal dari sistem tubuh

yang berbeda. Kedua Parasomnia adalah prilaku yang tidak diinginkan yang terjadi

terutama pada saat tidur seperti gangguan terjaga, terjaga sebagian. Ketiga gangguan

tidur yang berhubungan dengan gangguan medis/psikiatrik. Yang terakhir gangguan

tidur yang masih bersifat usulan adalah gangguan baru yang belum memiliki banyak

informasi yang adekuat mengenai keberadaan gangguan tersebut (Potter & Perry, 2005).

Riwayat kesehatan sosial, keluarga dan tidur yang lengkap dan cermat harus

diperoleh untuk mendapatkan informasi rinci tentang keluhan tidur (Naylor dan Aldrich,

1994). Kajian laboratorium tentang tidur sering kali digunakan untuk mendiagnosa

gangguan tidur, termasuk penggunaan Polisomnogram (PSG) di malam hari dan

Multiple Sleep Latency test (MSLT) (Carskadon, 1994). PSG melibatkan penggunaan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

iv

EEG, EMG, dan EOG untuk memantau tahapan tidur dan bangun selama tidur malam.

MSLT memberi informasi objektif tentang tidur dan aspek-aspek terpilih dari struktur

tidur dengan mengukur seberapa cepat individu tertidur selama empat kesempatan tidur

siang sepanjang hari (Potter & Perry, 2005).

Pengidentifikasian dan penanganan gangguan pola tidur klien adalah tujuan

penting perawat. Untuk membantu klien mendapatkan kebutuhan istirahat dan tidur,

maka hal pertama yang harus dilakukan perawat yaitu mengkaji pola tidur pasien

dengan menggunakan riwayat keperawatan untuk mengumpulkan informasi tentang

faktor-faktor yang biasanya mempengaruhi tidur. Klien membutuhkan suatu pendekatan

individual berdasarkan pada kebiasaan pribadi mereka dan pola tidur serta masalah

khusus yang mempengaruhi tidur mereka (Potter & Perry 2005).

Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan setelah melakukan pengkajian lengkap

tentang kebutuhan tidur pasien. Dengan begitu Intervensi keperawatan pada pasien

dapat menjadi efektif dalam mengatasi gangguan tidur jangka pendek dan panjang

(Potter & Perry, 2005).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut

dalam suatu karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan

Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Istirahat : Hipertensi di Kelurahan Sari

Rejo Medan Polonia “.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memberikan Asuhan

Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Istirahat

: Hipertensi di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan masalah gangguan tidur

penulis mampu :

a) Melakukan pengkajian pada Ny. S dengan prioritas masalah kebutuhan dasar

Tidur.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

v

b) Menegakkan diagnosa pada Ny. S dengan prioritas masalah kebutuhan dasar

Tidur.

c) Menyusun rencana keperawatan pada Ny. S dengan prioritas masalah kebutuhan

dasar Tidur.

d) Melakukan intervensi keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang

sudah dibuat pada Ny. S dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.

e) Melakukan evaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan pada Ny. S dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.

C. Manfaat

1. Bagi pelayanan kesehatan

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat membantu klien Hipertensi yang

mengalami gangguan tidur dalam meningkatkan kebutuhan tidur dengan memberikan

asuhan keperawatan mengenai kebutuhan dasar tidur.

2. Bagi pendidikan keperawatan

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat mengaplikasikan NANDA, NIC, dan

NOC bagi ilmu keperawatan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah

gangguan tidur dan dapat dijadikan sebagai bukti dasar yang dipergunakan dalam

pembelajaran asuhan keperawatan dasar.

3. Bagi Praktik Keperawatan

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi panduan dasar untuk

pembuatan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar lainnya.

4. Bagi masyarakat

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat membantu perawat untuk memberikan

asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan tidur di Kelurahan Sari Rejo

Medan Polonia.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

vi

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan Tidur

1. Pengertian Tidur

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan mekanisme untuk

memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energi dan kesehatan, memelihara

manfaat untuk memperbaharui & memulihkan tubuh baik secara fisik maupun

emosional serta diperlukan untuk bertahan hidup (Foreman & Wykle, 1995).

Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa

kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masingmasing

menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah,

2006).

Tidur suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang

terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka

merasa tenaganya telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan tenaga yang

pulih ini menunjukkan tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan

sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry, 2005).

2. Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan

mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat

otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktvitas tidur ini diatur oleh sistem

pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan

kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat

pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons

(Potter & Perry, 2005).

Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan visual,

pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri

termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS

akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

vii

Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin

dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing

regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima

di pusat otak dan system limbik. Dengan demikian, system pada batang otak yang

mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry,

2005).

3. Pengaturan Tidur

Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer,

endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal (Robinson 1993, dalam Potter).

Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram

(EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan

ecelctromiogram (EMG) dan electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata

(Tarwoto & Wartonah, 2006).

Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme

selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan

bangun. Reticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas diyakini

mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS

memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus

dari konrteks serebri (emosi, proses pikir) (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan

katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan

serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbur

synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari

keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya

bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha

dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu

BSR mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

viii

4 . Tahapan Tidur

EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak,

otot, dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu nonrapid eye

movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang

terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur.

Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 110 menit sebelum tidur

berakhir.

Tidur Dengan Gerak Mata Tidak Cepat (NREM) Gerak Mata

Cepat (REM)

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5

Level

Tidur

Tidur paling

ringan

Tidur ringan Tidur lebih

nyenyak

Tidur paling

nyenyak

-

Pola

EEG

Gelombang

otak menjadi

lambat ;

muncul

gelombang

teta

Gelombang

otak menjadi

lebih lambat

Gelombang

otak lambat

disebut

gelombang

delta

Sama seperti

tahap 3, tidur

dengan

gelombang

otak lambat

yang disebut

gelombang

data

Gelombang

beta, sama

seperti saat

orang terjaga

Deskripsi - Hanya

berlangsung

beberapa

menit

- Rasa kantuk ;

orang dapat

mengatakan ia

tidak

mengantuk;

mudah muncul

- Tanda vital,

kerja otot dan

- Berlangsung

20 menit

- Masih cukup

mudah untuk

membangunkan

orang dari tidur

- Tanda vital,

kerja otot dan

metabolisme

terus melambat

- Berlangsung

15 – 20 menit

- Orang sulit

dibangunkan;

saat

dibangunkan

pertama-tama

merasa

disorientasi

dalam tahap

ini.

- Tanda vital

- Sama

seperti tahap

3

- Rata-rata

berlangsung

20 menit

- Jumlah

REM

meningkat

saat malam

beranjak,

period 1REM

dimulai kira-

kira 110

menit dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

ix

metabolisme

mulai

melambat

- Dapat

melaporkan

sensasi jatuh

diikuti dengan

ketegangan

otot seolah

menangkapnya

teratur terapi

lambat; relaks

total; gerakan

sedikit atau

tidak ada.

- Tidur

berjalan,

mengigau,

enuresis, dan

mimpi buruk

pada anak-

anak.

siklus tidur

- Tanda vital

tak tentu

- REM dapat

dilihat

melalui

menutupnya

kelopak

mata.

- Mimpi yang

hidup dan

penuh warna

- Merasa

ketakutan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

x

5. Siklus Tidur

Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang

komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui

empat hingga lima siklus selama 7 – 8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap

NREM yang berlanjut ke REM. Tahap NREM I – III berlangsung selama 30 menit,

kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali

melalui tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan

berlangsung selama 10 menit.

Secara umum, siklus tidur normal adalah sebagai berikut :

Bangun

NREM I

REM

NREM II NREM II NREM II

NREM III NREM III

NREM IV

Skema 1. Siklus tidur normal

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xi

6. Fungsi Tidur

Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa

tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan,

mengurangi stres pada paru, kardiovaskular, endokrin, dan lain-lain.

Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi

seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur yaitu pertama,

efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan

keseimbangan di antara berbagai susunan saraf; dan kedua, efek pada struktur tubuh

dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur

terjadi penurunan.

7 . Kebutuhan Tidur

Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan. Tabel

berikut merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia.

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur

0 – 1 bulan

1 bulan – 18 bulan

18 bulan – 3 tahun

3 tahun – 6 tahun

6 tahun – 12 tahun

12 tahun – 18 tahun

18 tahun – 40 tahun

40 tahun – 60 tahun

60 tahun ke atas

Masa neonatus

Masa bayi

Masa anak

Masa prasekolah

Masa sekolah

Masa remaja

Masa dewasa muda

Masa dewasa pertengahan

Masa tua

14 – 18 jam/hari

12 – 14 jam/hari

11 – 12 jam/hari

11 jam/hari

10 jam/hari

8,5 jam/hari

7 – 8 jam/hari

7 jam/hari

6 jam/hari

Kebutuhan dan pola tidur Normal menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) yaitu :

1. Neonatus sampai dengan 3 bulan

a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari

b. Mudah berespons terhadap stimulus

c. Pada minggu peratama kelahiran 50% adalah tahap REM

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xii

2. Bayi

a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam

b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari

c. Tahap REM 20-30 %

3. Toddler

a. Tidur 10-12 jam/hari

b. Tahap REM 25%

4. Prasekolah

a. Tidur 11 jam pada malam hari

b. Tahap REM 20%

5. Usia sekolah

a. Tidur 10 jam pada malam hari

b. Tahap REM 18,5%

6. Remaja

a. Tidur 8,5 jam pada malam hari

b. Tahap REM 20%

7. Dewasa muda

a. Tidur 7-9 jam/hari

b. Tahap REM 20-25 %

8. Usia dewasa pertengahan

a. Tidur kurang lebih 7 jam /hari

b. Tahap REM 20%

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xiii

9. Usia tua

a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari

b. Tahap REM 20-25 %

8 . Faktor – faktor yang mempengaruhi tidur

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut

dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah

istirahat sesuai dengan kebutuhannya.

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) faktor-faktor yang mempengaruhintidur yaitu :

1. Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari

normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tiduratau tidak dapat

tidur. Misalnya pada pasien dengan hipertensi, gangguan pernapasan seperti asma,

bronkitis, dan penyakit persyarafan.

2. Lingkungan

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian

terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.

3. Motivasi

Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk

tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

4. Kelelahan

Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.

5. Kecemasan

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga

mengganggu tidurnya

6. Alkohol

Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol

dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xiv

7. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :

a. Diuretik : menyebabkan insomnia

b. Antidepresan : menyupresi REM

c. Kafein : meningkatkan saraf simpatik

d. Narkotika : menyupresi REM

8. Usia

Lanjut usia tidak memerlukan waktu lebih untuk tertidur, mereka lebih sering

terbangun ditengah-tengah tidurnya pada malam hari dan tetap terjaga untuk waktu

yang lama. Mereka mungkin banyak tertidur dengan waktu yang singkat, dalam sehari

dan lebih sensitive terhadap zone waktu dan perubahan lingkungan.

Dengan melanjutnya usia, tidur menjadi terfragmentasi dan efisiensi tidur menjadi

berkurang. Hal yang sering kali menjadi keluhan subjektif yang dialami oleh para lanjut usia

adalah keadaan lama di tempat tidur namun lebih singkat dalam keadaan tertidur. Hal ini yang

paling mencolok dalam hubungan antara usia dengan perubahan fisologi tidur adalah

pengurangan jumlah dan amplitudo dari tidur delta. Tidur REM tidak dipengaruhi usia.

Meskipun lamanya periode REM dapat menjadi lebih konstan selama malam hari. Meskipun

lanjut usia tidak memerlukan waktu lebih untuk tertidur, mereka lebih sering terbangun

ditengah-tengah tidurnya pada malam hari dan tetap terjaga untuk waktu yang lama. Mereka

mungkin banyak tertidur dengan waktu yang singkat, dalam sehari dan lebih sensitive terhadap

zone waktu dan perubahan lingkungan.

Dari penelitian diketahui bahwa pada lanjut usia yang berperan mengatur siklus tidur

adalah menurunnya reaktifitas terhadap informasi fotik dan non fotik, demikian pula berubah

peranan dari retina, nucleus suprakiasmatikum dari hipotalamus, dan glandula pinealis yang

berperan pada sirkardian tidur.

Perubahan pada sruktur sel neuron dan sel glia yaitu kematian sel neuron, retraksi

dendrite yang berlanjut, hilangnya sinap atau hubungan informasi antar sel saraf, reaktivitas sel

glia yang didasari adanya perubahan protein-protein sitoskeletal dan penumpukkan protein

seperti amiloid ekstraseluler, juga perubahan pada sistem vaskuler yang mengalirkan darah di

otak yang rentan dengan proses aterosklerotik dan arteriosklerosis di usia lanjut. Pada lanjut

usia terjadi pengurangan jumlah tidur gelombang lambat ( stadium 3 dan 4 tidur NREM ).

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xv

B. Gangguan Tidur

1 . Pengertian Gangguan Tidur

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan

menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari

ketiga maslah berikut : insomnia ; gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau

ketika terjaga ditengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari.

2 . Klasifikasi Gangguan Tidur

Kelainan Deskripsi

Insomnia Primer Susah tidur atau tetap tertidur. Penyebabnya antara lain :

Stres situasional

Penyakit

Penggunaan hipnotik berlebihan

Kebiasaan tidur yang buruk

Insomnia dapat berkembang menjadi siklus yang ganas saat seseorang

mengalami lebih banyak kesulitan untuk tertidur dan tetap tertidur karena

antisipasinya terhadap masalah tidur.

Deprivasi tidur Periode tidur tidak memadai secara berkepanjangan (jumlah dan / atau

kualtasnya). Faktor pendukungnya antara lain :

Penyakit atau rawat inap.

Penggunaan obat (terapeutik atau rekreasional)

Pola kerja

Stres

Lingkungan tidur

Narkolepsi Mengantuk berlebihan sepanjangan hari. Episode ini berlangsung 10 – 15

menit.

Serangan REM yang cepat (15 – 20 menit)

Terjadi paralisis tidur

Mengalami mimpi yang hidup

Katafleksi (kelemahan otot tiba-tiba) yang dapat menyebabkan

seseorang jatuh.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xvi

Parasomnia Aktivitas-aktivitas yang terjadi selama tidur yang normalnya terjadi

ketika seseorang terjaga :

Berjalan dalam tidur

Mengigau

Enuresi

Aktivitas lain yang termasuk kategori ini antara lain :

Mimpi buruk

Gigi menggeratak

Apnea Tidur Periode apnea berlangsung 10 detik atau lebih sementara seseorang

tersebut tidur. Faktor pendukung apnea tidur di antaranya :

Pemakaian alkohol

Obesitas

Merokok

Posisi tidur (tidur telentang)

Gangguan jaringan ringan

Deformitas tulang rahang

Mengorok dan mengantuk sepanjang hari adalah dua manifestasi umum

yang menyertai apnea tidur. Perangkat Tekanan udara positif

berkelanjutan (CPAP) dan pembedahan serta modifikasi gaya hidup

dapat membantu pasien yang memiliki apnea tidur.

Gangguan Pola

Tidur secara

umum

Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan individu

mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas

pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu

gaya hidup yang diinginkan (Carpenito, 1995).

Gangguan ini dapat dilihat dari kondisi pasien yaitu :

Memperlihatkan perasaan lelah

Mudah terangsang dan gelisah

Lesu dan apatis

Kehitaman di daerah sekitar mata

Kelopak mata bengkak

Konjungtiva merah, mata perih

Perhatian terpecah-pecah

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xvii

Sakit kepala

Sering menguap atau mengantuk

Penyebab gangguan pola tidur antara lain kerusakan transpor oksigen,

gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, imobilitas,

nyeri pada kaki, takut operasi, faktor lingkungan yang mengganggu, dll.

C. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Perawat harus selalu mengkaji pola tidur pasien untuk melengkapi dokumentasi

keperawatan. Pengkajian pola tidur pasien tidak cukup jika hanya bertanya “apakah

kamu tidur nyenyak tadi malam?” seorang perawat haruslah bertanya jika pasien merasa

kesulitan untuk tertidur, mengalami bangun lebih awal dan susah untuk kembali tidur,

dan merasa istirahat/tidurnya cukup di pagi hari. Selanjutnya, perawat haruslah bertanya

jika pasien merasa lelah dan mengantuk sepanjang hari. Pertanyaan untuk perawat

tanyakan yaitu (Noreen & Lawrence, 2001) :

1. Berapa lama waktu untuk tertidur pada malam hari?

2. Apakah kamu sering terbangun? Jika iya, berapa kali dalam semalam?

3. Jika kamu terbangun pada malam hari, bisakah kamu kembali tidur?

4. Apakah kamu merasa tidur/istirahat mu cukup di pagi hari?

5. Apakah kamu mempunyai cukup energi untuk melaksanakan tugas mu

sepanjang hari?

6. Apakah kamu temukan dirimu mengantuk atau tidur selama dikelas atau

pertemuan,, atau ketika kamu menonton tv atau film?

Evaluasi klien apakah disana ada banyak perubahan lingkungan berhubungan dengan

kamar tidur dan rumah tangga yang bisa menjadi pengaruh perubahan di dalam siklus

tidur. Pertanyaan untuk perawat tanyakan yaitu (Noreen & Lawrence, 2001) :

1. Sudahkah kamu mengubah dimana kamu tidur?

2. Adakah perubahan didalam rumah tangga yang bisa mempengaruhi tidur?

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xviii

3. Adakah perubahan di lingkungan mu (tetangga, lalu lintas) yang bisa

mempengaruhi tidur?

Menentukan apakah ada banyak stressor emosional yang bisa menjadi pendukung

kemampuan untuk tidur. Sebuah pertanyaan untuk perawat tanyakan yaitu (Noreen &

Lawrence, 2001) :

1. Apakah kamu menemukan dirimu terjaga pada malam hari karena cemas akan

suatu masalah atau suatu aktivitas yang akan datang?

Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan tidur menurut Tarwoto &

Wartonah (2010) yaitu :

1. Riwayat keperawatan

a. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada waktu tidur,

jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering

terbangun pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam.

b. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari : apakah merasa segar

saat bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.

c. Adakah alat bantu tidur : apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah

menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur

d. Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi : jenis gangguan tidur,

kapan masalah itu terjadi.

2. Pemeriksaan fisik

a. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien

b. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva

merah.

c. Perilaku : iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat,

postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak

lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xix

3. Pemeriksaan diagnostik

a. Elektroencefalogram (EEG)

b. Elektromiogram (EMG)

c. Elektrookulogram (EOG)

2 . Analisa Data

Data dasar adalah dasar untuk mengindividualiskan rencana asuhan

keperawatan, mengembangkan dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan perawat

untuk klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu,

dengan kata lain pengkajian harus relevan. Perawat mengumpulkan data yang bersifat

deskriptif, singkat dan lengkap.

Data Subjektif :

1. Klien menyatakan ketidakpuasan tidur.

2. Klien menyatakan sering terjaga .

3. Klien menyatakan tidak cukup puas istirahat.

Data Objektif :

1. Klien tampak lelah.

2. Klien tampak gelisah.

3. Lesu.

4. Kehitaman di daerah sekitar mata.

5. Kelopak mata bengkak.

6. Konjungtiva merah, mata perih.

7. Sering menguap atau mengantuk.

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pertimbangan klinis tentang individu,

keluarga, atau masyarakat menjawab permasalahan kesehatan nyata atau

potensial/proses hidup. Hasil diagnosa keperawatan menyediakan basis untuk menyusun

intervensi untuk mencapai hasil di mana perawat mempunyai tanggung-jawab.” (

Carpenito-Moyet, 2010).

Pertama perawat harus memastikan bahwa pasien mempunyai gangguan pola

tidur yang bisa menjadi petunjuk untuk memberikan asuhan keperawatan atau mungkin

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xx

pasien memerlukan ahli terapi tidur. Jika pasien mengalami gangguan pola tidur

(kondisi dimana seseorang tidak mampu untuk memperoleh tidur yang nyenyak) atau

sedang mengalami mimpi buruk atau ancaman saat tidur, perawat boleh membuat

diagnosa dan memulai intervensi. Bagaimanapun, jika perawat mencurigai bahwa

pasien mempunyai sesuatu yang terkait dengan gangguan bernafas saat tidur,

narkolepsi, atau berjalan saat tidur, perawat perlu membuat suatu rujukan kepada ahli

terapi tidur.

Diagnosa Keperawatan yang terkait :

Gangguan pola tidur

Defisiensi pengetahuan

4 . Rumusan Masalah

Jika perawat sedang memulai perawatan untuk suatu gangguan pola tidur, hasil

yang diharapkan dalam dua minggu yaitu pasien akan mengalami penyembuhan tidur

dan akan mengatakan dapat tertidur dengan mudah dan merasa segar saat bangun. Jika

perawat sedang memulai perawatan untuk suatu kondisi seperti mimpi buruk, hasil yang

diharapkan yaitu pasien akan memahami gangguan dan menetapkan cara mengatasi

gangguan tersebut di dalam keluarganya.

Kriteria Hasil yang diharapkan dari Gangguan Pola Tidur setelah dilakukan tindakan

keperawatan :

Jumlah jam tidur dalam batas normal.

Pola tidur, kualitas dalam batas normal.

Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat.

Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur.

Kriteria Hasil yang diharapkan dari Kurang Pengetahuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan :

Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,

prognosis dan program pengobatan.

Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara

benar.

Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat /

tim kesehatan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxi

5 . Perencanaan / Intervensi

Rencana asuhan keperawatan individual hanya dapat dibuat setelah perawat

memahami pola tidur pasien yang terakhir (berdasarkan objektif), persepsi klien tantang

pola tidur tersebut, dan faktor-faktor yang mengganggu tidur. Perawat dan pasien

bersama-sama membuat intervensi yang realistik untuk meningkatkan istirahat dan tidur

baik di rumah maupun di lingkungan pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2002).

Keberhasilan terapi tidur tergantung dari pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan

gaya hidup pasien dan sifat dari gangguan tidur.

Rencana Tindakan Gangguan Tidur :

1. Lakukan identifikasi faktor yang memengaruhi masalah tidur.

2. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat mengganggu

tidur.

3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari.

4. Coba untuk memicu tidur (induce sleep).

5. Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika diperlukan.

Rencana tindakan kurang pengetahuan :

1. Jelaskan kepada pasien tentang penyakit yang di derita

2. Lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan sesuai rencana

pada satuan acara pembelajaran (SAP).

3. Diskusikan bersama pasien tentang penyakitnya.

4. Tinjauan ualang program pengobatan.

5. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit, prognosa, dan pengobatannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxii

D. Asuhan Keperawatan Kasus

1. PENGKAJIAN PASIEN DI LINGKUNGAN

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 62 tahun

Status Perwakinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : Tamat SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Pipa I No. 87 Medan Polonia

Golongan Darah : O

Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2017

Diagnosa Medis : Hipertensi

II. KELUHAN UTAMA

Pasien mengeluh tidak bisa tidur pada malam hari dan sering terbangun di

malam hari, susah untuk tidur juga pada siang hari. Juga mengalami sakit kepala dan

sering mengantuk pada pagi hari, dan jika terbangun pada malam hari tidak bisa tidur

kembali dan sudah dialami selama 3 hari.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa Penyebabnya : Hipertensi

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxiii

2. Hal-hal yang Memperbaiki Keadaan : Jika pasien berjalan – jalan

sampai lelah pada sore hari maka pasien dapat tidur.

B. Quantity/Quality

1. Bagaimana dirasakan : Pasien merasa lelah

2. Bagaimana dilihat : Pasien tampak gelisah, lesu, kehitaman di

daerah sekitar mata, sering menguap atau

mengantuk.

C. Severity

Pasien mengatakan akibat tidak bisa tidur ia merasa sangat mengantuk dan tidak dapat

mengurus rumah seperti biasanya.

D. Time/waktu

Pada saat malam hari tidak bisa tidur dan pada siang hari pun tidak bisa

tidur.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Pasien mengatakan dirinya tidak mempunyai penyakit yang lain hanya

mengalami hipertensi.

B. Pengobatan atau tindakan yang dilakukan

Tidak pernah berobat ke Rumah sakit maupun klinik

C. Pernah dirawat/dioperasi

Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit.

D. Alergi

Pasien mengatakan dirinya tidak ada alergi.

E. Imunisasi

Pasien mengatakan dirinya mendapatkan imunisasi lengkap sewaktu

masih kecil.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxiv

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Pasien mengatakan ibunya menderita hipertensi.

B. Saudara kandung

Pasien mengatakan semua anggota keluarganya sehat tidak ada yang

menderita penyakit yang serius.

C. Penyakit keturunan yang ada

Pasien mengatakan keluarganya mempunyai penyakit keturunan yaitu

penyakit hipertensi. Pasien mengatakan orang tua perempuannya mengalami

penyakit Hipertensi.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami

gangguan jiwa.

E. Anggota keluarga yang meninggal

Pasien mengatakan ayahnya telah meninggal dunia.

F. Penyebab meninggal

Ayah pasien meninggal dikarenakan menjadi korban tabrak lari.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

1. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Pasien mengatakan pasrah akan penyakitnya dan ia bersyukur selama

penyakitnya tidak terlalu serius.

2. Konsep Diri

1. Gambaran diri

Pasien mengatakan dirinya menyukai bentuk tubuhnya kecuali

pada bagian kaki karena pasien merasa bagian kakinya terlalu kecil

sehingga ukuran kakinya hampir seukuran dengan anaknya.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxv

2. Ideal diri

Pasien mengatakan ingin bekerja lagi sehingga dapat membantu

keadaan ekonomi keluarganya.

3. Harga diri

Pasien mengatakan baik-baik saja selama tidak ada yang

merendahkan anggota keluarganya.

4. Peran diri

Pasien mengatakan bahwa ia ibu dari 5 orang anak dan nenek dari

7 orang cucu.

5. Identitas diri

Pasien mengatakan sebelumnya bekerja sebagai tukang cuci dan

sekerang menjadi ibu rumah tangga dan merawat cucu-cucunya.

3. Keadaan emosi

Keadaan emosi pasien stabil tetapi perhatiannya terpecah-pecah akibat

dari kurang tidur.

4. Hubungan sosial

1. Orang yang berarti : Suami, anak dan cucu.

2. Hubungan dengan keluarga : Pasien mengatakan hubungan dirinya

dengan keluarganya baik-baik saja dan mereka saling mengunjungi

jika ada hari libur.

3. Hubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan hubungannya

dengan tetangganya baik.

4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada hambatan

yang berarti.

5. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan : pasien mengatakan dirinya mempunyai

nilai dan keyakinan yang kuat tentang agama yang dianutnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxvi

2. Kegiatan ibadah : pasien mengatakan selalu tepat waktu dan

selalu mengikuti pengajian di lingkungannya

VII. STATUS MENTAL

1. Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran pasien compos mentis yaitu kesadaran normal, sadar

sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

2. Penampilan

Penempilan pasien tampak rapi baik cara berpakaian, dalam hal makan,

mandi, dan toileting.

3. Pembicaraan

Pasien berbicara jelas, nada suara lembut, frekuensi suara lambat.

4. Alam perasaan

Pasien merasa sedikit cemas.

5. Afek

Pasien tidak mengalami gangguan pada afek, seperti afek datar yaitu tidak ada

perubahan dalam roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau

menyedihkan, hanya bereaksi bila ada stimulus yang lebih kuat.

6. Interaksi selama wawancara

Pasien kooperatif, mau diajak bicara, kontak mata pasien saat dilakukan

pengkajian bagus, pasien mau menatap lawan bicara.

7. Persepsi

Jika mereka memiliki rumah sendiri mereka akan mempunyai kehidupan

yang lebih baik lagi.

8. Proses pikir

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxvii

Pasien tidak mengalami gangguan proses piker seperti sirkuntasial

(pikiran berputar-putar), tangensial (pembicaraan yang berbelit-belit), flight of

idea (pikiran melayang).

9. Isi pikir

Pasien tidak mengalami gangguan isi piker seperti obsesi (pikiran yang

terus muncul meskipun pasien berusaha menghilangkannya), fobia (rasa

ketakutan yang patologis/tidak rasional terhadap suatu objek/situasi/benda

tertentu yang tidak dapat dihilangkan).

10. Waham

Pasien tidak mengalami gangguan waham seperti waham agama, waham

kebesaran, waham curiga, maupun waham somatic/hipokondrik.

11. Memori

Pasien tidak mengalami gangguan memori baik jangka panjang, jangka

pendek maupun gangguan memori saat ini.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Pasien tampak gelisah, lesu, kehitaman di daerah sekitar mata, perhatian

terpeca-pecah.

B. Tanda-tanda Vital

a. Suhu tubuh : 36,80C

b. Tekanan darah : 180/100 mmHg

c. Nadi : 80 x/i

d. Pernapasan : 24 x/i

e. Skala nyeri : 4

f. TB : 150 cm

g. BB : 67 kg

C. Pemerikasaan Head to toe

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxviii

a. Kepala dan rambut

a) Bentuk : normal, simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan

b) Ubun-ubun : tertutup dan keras

c) Kulit kepala : bersih, tidak ada masalah

b. Rambut

a) Penyebaran dan keadaan rambut : bagus, penyebaran merata,

keadaan normal

b) Bau : tidak berbau

c) Warna kulit : normal, bewarna hitam

c. Wajah

a) Warna kulit : normal, sawo matang

b) Struktur wajah : normal, simetris, tidak ada kelainan

d. Mata

a) Kelengkapan dan kesimetrisan : normal, mata lengkap dan

simetris

b) Palpebra : normal, tidak ada ptosis, tidak ada oedema, tidak

ada tanda-tanda radang

c) Konjungtiva dan sklera : konjungtiva anemis, sklera tidak

ikterus

d) Pupil : isokor, kontraksi pupil (+/+), reflek cahaya (+)

e) Cornea dan iris : pengapuran katarak (-), oedema (-), tidak ada

tanda-tanda radang

f) Visus : klien dapat melihat lambaian tangan dalam jarak satu

meter

g) Tekanan bola mata : tekanan bola mata normal kiri dan kanan

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxix

e. Hidung

a) Tulang hidung dan posisi septumnasi : normal, tulang hidung

simetris, posisi septumnasi simetris

b) Lubang hidung : normal, bersih, tidak ada sumbatan

c) Cuping hidung : normal, tidak ada pernapasan cuping hidung

f. Telinga

a) Bentuk telinga : normal, daun teling simetris kiri dan kanan

b) Ukuran telinga : normal, sama besar, simetris kiri dan kanan

c) Lubang telinga : normal, lubang telinga paten

d) Ketajaman pendengaran : baik, tidak ada gangguan

g. Mulut dan faring

a) Keadaan bibir : kering, bentuk bibir simetris

b) Keadaan gusi dan gigi : gigi tampak bersih, gusi tidak ada

perdarahan

c) Keadaan lidah : lidah bersih, tidak ada stomatitis

d) Orofaring : normal tidak ada tanda-tanda peradangan, mampu

menelan dengan baik

h. Leher

a) Posisi trachea : medial normal

b) Thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

c) Suara : terdengar dengan cukup jelas

d) Kelenjar limfe : tidak ada pembengkakan kelenjar getah

bening

e) Vena jugularis : tidak ada distensi vena jugularis

f) Denyut nadi karotis : teraba jelas dan reguler

Universitas Sumatera Utara

Page 37: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxx

i. Pemeriksaan integumen

a) Kebersihan : kulit bersih dan berminyak

b) Kehangatan : kulit tarasa hangat ( dalam keadaan normal)

c) Warna : normal, warna kulit sawo matang

d) Turgor : normal, turgor kembali < 3”

e) Kelembaban : terasa lembab

f) Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan

j. Pemeriksaan thoraks/dada

a) Inspeksi thorak : bentuk normal

b) Pernafasan : frekuensi 24 x/i, irama teratur dan reguler

c) Tanda kesulitan bernafas : tidak ada tanda kesulitan bernafas

k. Pemeriksaan paru

a) Palpasi getaran suara : fremitus taktil seimbang kiri & kanan

b) Perkusi : terdengar bunyi resonan

c) Auskultasi : suara nafas normal, suara ucapan jelas, suara

tambahan tidak ada terdengar

l. Pemeriksaan jantung

a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

b) Palpasi : ictus cordis (PMI) pada ics 5 mid clavicula sinistra,

teratur

c) Perkusi : batas jantung intercosta 4-5

d) Auskultasi : bunyi jantung didapat s1 dan s2 tunggal, lup dup

(normal), murmur tidak ada, frekuensi 80 x/i

m. Pemeriksaan abdomen

a) Inspeksi : bentuk abdomen normal, simetris, tidak tampak

massa/benjolan, bayangan pembuluh darah tidak tampak

Universitas Sumatera Utara

Page 38: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxxi

b) Auskultasi : peristaltik 8 x/i, tidak ada suara tambahan

c) Palpasi : tanda nyeri tekan tidak ada, tidak teraba

massa/benjolan, tidak ada tanda ascites, tidak ada pembengkakan

hepar

d) Perkusi : suara abdomen timpani, ascites (-)

n. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

a) Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

b) Anus dan perinium : tidak dilakukan pemeriksaan

o. Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas

a) Kesimetrisan otot : normal simetris

b) Pemeriksaan oedema : tidak ada oedema

c) Kekuatan otot : normal, tidak ada gangguan

d) Kelainan pada ekstremitas dan kuku : ekstremitas hangat, tidak

ada clubing finger

p. Pemeriksaan neurologi

a) Tingkat kesadaran : GCS 15

b) Meningeal sign : kaku kuduk (-), kernig (-), babinsky (-),

brudzinky (-)

c) Nervus cranialis

1) Nervus olfaktorius/N 1 : Dapat membedakan bau-

bauan

2) Nervus optikus/N 2 : Penglihatan normal, tidak kabur

3) Nervus okulomotoris/N 3, Trochlearis/N 4, Abdusen/N

6 : Tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil

isokor,gerakan bola mata normal

4) Nervus trigeminus/N 5 : Tidak mengalami paralis pada

otot wajah , reflek kornea baik

Universitas Sumatera Utara

Page 39: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxxii

5) Nervus fasialis/N 7 : Wajah simetris, tidak ada kelainan

pada saraf wajah, persepsi pengecapan dalam batas

normal

6) Nervus vestibulocochlearis/N 8 : Tidak dilakukan

pemeriksaan

7) Nervus glossopharingeus/N 9, Vagus/N 10 :

Kemampuan menelan baik, palatum sedikit terangkat dan

letak uvula relatif ditengah saat mengatakan “aa”, ada

refleks tersedak

8) Nervus asesorisus/N 11 : Tidak ada atrofi otot

sternocleidomastoideus dan trapesius

9) Nervus Hipoglossus/N 12 : Lidah simetris, tidak ada

deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi indra

pengecapan normal

q. Fungsi motorik

a) Cara berjalan : pasien berjalan normal

b) Romberg test : mampu menggerakkan tangan dengan mata

tertutup, dapat berdiri tegak dengan satu kaki tetapi sebentar

c) Pronasi-supinasi test : klien dapat menelentangkan dan

menelungkupkan telapak tangan

r. Fungsi sensorik

a) Identifikasi sentuhan ringan : klien dapat mengidentifikasi

sentuhan kapas tanpa melihat

b) Test tajam-tumpul : klien dapat membedakan sentuhan tajam

tumpul

c) Test panas dingin : klien dapat membedakan sensasi panas dan

dingin

d) Streognosis test : klien dapat mengidentifikasi benda yang

diletakkan pada telapak tangan

Universitas Sumatera Utara

Page 40: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxxiii

e) Graphestesia test : klien dapat merasakan tulisan yang dibuat

pada telapak tangan

f) Membedakan dua titik : klien dapat menbedakan dua titik

g) Topognosis test : klien dapat mengidentifikasi lokasi sentuhan

s. Refleks

a) Bisep : tidak dilakukan pemeriksaan

b) Trisep : tidak dilakukan pemeriksaan

c) Brachioradialis : tidak dilakukan pemeriksaan

d) Patelar : tidak dilakukan pemeriksaan

e) Tendon achiles : tidak dilakukan pemeriksaan

f) Plantar : tidak dilakukan pemeriksaan

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

A. Pola makan dan minum

a. Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari

b. Nafsu/selera makan : selera makan baik

c. Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati

d. Alergi : Tidak ada.

e. Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah

f. Waktu pemberian makanan : pagi, siang, sore

g. Jumlah dan jenis makanan : sesuai porsi nasi, lauk, sayur dan buah

h. Waktu pemberian cairan/minum : saat setelah makan saja

i. Masalah makanan dan minuman (kesulitan mengunyah, menelan) :

normal, tidak ada maslah makanan dan minuman

B. Perawatan diri/personal hygiene

a. Kebersihan tubuh : tubuh tampak bersih

Universitas Sumatera Utara

Page 41: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxxiv

b. Kebersihan gigi dan mulut : gigi tampak sedikit kuning dan kurang

bersih

c. Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku dan kaki tangan pendek dan

bersih

C. Pola kegiatan/aktivitas

a. Uraian aktivitas pasien mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian

dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total. Pasien dapat melakukan

aktivitas sehari-hari secara mandiri, seperti mandi, makan, eliminasi,

ganti pakaian

b. Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit : -

D. Pola eliminasi

a. BAB

a) Pola BAB : teratur 1 x/hari

b) Karakter feses : keras

c) Riwayat perdarahan : tidak ada riwayat perdarahan

d) BAB terakhir : pagi hari sebelum dilakukan pengkajian

e) Diare : tidak ada diare

f) Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan laktasif

b. BAK

a) Pola BAK : 5-6 x/hari

b) Karakter urine : kuning jernih

c) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada rasa

nyeri/kesulitan

d) Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada

e) Penggunaan diuretik : tidak ada penggunaan diuretik

f) Upaya mengatasi masalah : tidak ada upaya mengatasi masalah

Universitas Sumatera Utara

Page 42: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxxv

E. Mekanisme koping

a. Adaptif

Pasien mau bicara dengan orang lain, melakukan tekhnik

relaksasi, dan mau menyampaikan masalah kepada keluarganya

b. Maladaptif

Pasien tidak meminum alkohol, tidak bekerja berlebihan, tidak

menghindar, dan tidak menciderai diri sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxxvi

2. ANALISA DATA

Tabel 1. Analisa data asuhan keperawatan pada Ny. S dengan prioritas masalah

Gangguan Pola Tidur kebutuhan dasar tidur di Lingkungan VI Sari Rejo Medan

Polonia.

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. DS :

-Ny. S mengatakan

susah tidur,tidak

nyenyak, sulit untuk

memulai tidur, sulit

untuk melanjutkan tidur

jika sudah terbangun dan

sering ngantuk pada

siang hari, hanya dapat

tidur selama 3 jam.

DO :

- Wajah Ny.S tampak

lelah.

- Sering Menguap

- Daerah sekitar mata

terlihat kehitaman.

- Pasien terlihat menahan

sakit kepala.

- Perhatian terpecah-

pecah.

Lansia

Penurunan fisiologi

tidur

Penurunan elastisitas

pembuluh darah

Hipertensi

Gangguan Pola Tidur

Gangguan Pola Tidur

Universitas Sumatera Utara

Page 44: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxxvii

2. DS :

- Ny. S mengatakan

kurang mengetahui

informasi kesehatan.

–Ny. S mengatakan tidak

mengetahui penyebab

penyakitnya.

–Ny. S mengatakan

tidak pernah ke

pelayanan kesehatan.

Kemiskinan

Tidak pernah ke

pelayanan kesehatan

Defisiensi pengetahuan

terkait penyakitnya.

Defisiensi Pengetahuan.

3. RUMUSAN MASALAH

1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor eksternal ditandai

dengan susah tidur, tidur tidak nyenyak, dan wajah tampak tidak segar.

2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan

tidak pernah ke pelayanan kesehatan, kurang pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxxviii

4. PERENCANAAN

No. Dx Perencanaan Keperawatan

1. Tujuan : klien dapat mempertahan kebutuhan tidur dalam batas normal.

Indikator NOC Tidur (0004) :

1. Jam tidur

2. Pola tidur

3. Perasaan segar sesudah tidur

4. Tidur dari awal sampai habis di malam hari secara konsisten.

Rencana Tindakan

NIC Peningkatan Tidur (1850)

Rasional

Ajarkan pasien dan orang

terdekat mengenai faktor

yang berkontribusi

terjadinya gangguan pola

tidur (misalnya, fisiologis,

psikologis, pola hidup,

perubahan shift kerja yang

sering, perubahan zona

waktu yang cepat, jam kerja

yang panjang dan

berlebihan, dan faktor

lingkungan lainnya).

Sesuaikan lingkungan

(misalnya, cahaya,

kebisingan, suhu, kasur dan

tempat tidur) untuk

meningkatkan tidur.

Memberikan informasi dasar

dalam menentukan rencana

perawatan.

Mengurangi gangguan saat

tidur.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xxxix

Monitor makanan sebelum

tidur dan intake minuman

yang dapat memfasilitasi /

mengganggu tidur.

Ajarkan pasien bagaimana

melakukan relaksasi otot

autogenik atau bentuk non –

farmakologi lainnya untuk

memancing tidur.

Mulai / terapkan langkah –

langkah kenyamanan seperti

pijat, pemberian posisi, dan

sentuhan afektif.

Bantu pasien untuk

membatasi tidur siang

dengan menyediakan

aktivitas yang meningkatkan

kondisi terjaga, dengan

tepat.

Mengurangi waktu

keterjagaan pada malam hari.

Memberi rasa nyaman dan

mempercepat proses tidur.

Meningkatkan pola tidur.

Meningkatkan agar bisa tidur

pada malam hari.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xl

2. Tujuan : Setelah dilakukannya asuhan keperawatan pada klien, klien dapat

mengetahui mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

Indikator NOC Pengetahuan : Proses Penyakit (1803)

1. Tanda dan gejala penyakit.

2. Faktor – faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi.

3. Strategi untuk meminimalkan perkembangan penyakit.

Rencana Tindakan NIC Pengajaran

: Proses Penyakit (5602)

Rasional

Jelaskan tanda dan gejala

yang umum dari penyakit,

sesuai kebutuhan.

Diskusikan perubahan gaya

hidup yang mungkin

diperlukan untuk mencegah

komplikasi di masa yang

akan datang dan / atau

mengkontrol proses

penyakit.

Review pengetahuan pasien

mengenai kondisinya

Diskusikan pilihan terapi /

penanganan.

Agar pasien mengetahui,

mengerti dan memahami

tentang sakit yang dialami.

Memberikan pengetahuan

dasar dimana pasien cepat

membuat pertimbangan

dalam memilih gaya hidup.

Mengetahui apakah klien

mengerti tentang penjelasan

yang diberikan perawat.

Agar pasien dapat pergi ke

pelayanan kesehatan yang

ada untuk memeriksa

kesehatannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xli

5. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari /

Tanggal

Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi

Senin/

19 Juni

2017

1. 1. Melakukan pengkajian

masalah gangguan tidur

klien, karakteristik, dan

penyebab kurang tidur.

2. Menganjurkan klien

untuk mengurangi

kebisingan, mengatur

cahaya yang redup.

3. Menganjurkan klien

untuk lebih banyak minum

pada siang hari daripada

malam hari.

4. Menganjurkan klien

untuk mandi menggunakan

air hangat

5. Menganjurkan klien

untuk tidur dengan posisi

yang nyaman, seperti posisi

sim.

6. Menganjurkan klien

untuk tidak banyak tidur

pada siang hari.

S :

- Klien dapat mengerti tentang

masalah yang mengakibatkan

gangguan pola tidur.

- Klien mengatakan akan

mengatur cahaya yang redup.

- Klien mengatakan akan

membatasi intake cairan

terutama pada malam hari.

- Klien mengatakan akan mandi

menggunakan air hangat.

O :

- Klien belum bisa tidur tepat

waktu. TD : 170/100 mmHg

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

- Mengatur cahaya

- Mengurangi intake cairan

- Posisi tidur yang nyaman

- Kamar tidur yang bersih

Universitas Sumatera Utara

Page 49: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xlii

Selasa/

20 Juni

2017

2. 1. Melakukan penkes

tentang Hipertensi.

2. Mendiskusikan dengan

klien gaya hidup yang

sesuai untuk mengurangi

kenaikan tekanan darah.

3. Menganjurkan klien

untuk berobat ke unit

pelayanan kesehatan.

4. Meminta klien untuk

mengulangi penjelasan yang

diberikan oleh perawat.

S :

- Klien mengatakan telah

mengerti tentang penyakitnya.

- Klien mengatakan akan

menjaga pola makan dan rajin

berolahraga.

O : Klien dapat mengulangi

kembali penjelasan yang

diberikan oleh perawat.

A : Masalah belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan

- Menganjurkan klien berobat ke

unit pelayanan kesehatan.

Rabu /

21 Juni

2017

1. 1. Melakukan pengkajian

masalah gangguan tidur

klien, karakteristik, dan

penyebab kurang tidur.

2. Menganjurkan klien

untuk mengurangi

kebisingan, mengatur

cahaya yang redup.

3. Menganjurkan klien

untuk lebih banyak minum

pada siang hari daripada

malam hari.

4. Menganjurkan klien

untuk mandi menggunakan

air hangat

5. Menganjurkan klien

untuk tidur dengan posisi

S :

- Klien sudah dapat

mengakibatkan gangguan pola

tidur.

- Klien mengatakan sudah

mengatur cahaya yang redup.

- Klien mengatakan sudah

membatasi intake cairan

terutama pada malam hari.

- Klien mengatakan sudah mandi

menggunakan air hangat.

O :

- Klien sudah kelihatan lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 50: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xliii

yang nyaman, seperti posisi

sim.

6. Menganjurkan klien

untuk tidak banyak tidur

pada siang hari.

segar.

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

- Posisi tidur yang nyaman

- Kamar tidur yang bersih

Universitas Sumatera Utara

Page 51: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xliv

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien Ny. S yang

mengalami masalah gangguan tidur dengan diabetes melitus didapatkan hasil sebagai

berikut:

1. Faktor resiko gangguan tidur pada Ny. S meliputi penyakit pasien yang

mengalami Hipertensi, pola tidur yang tidak biasanya sehingga menyebabkan

rasa mengantuk yang berlebihan.

2. Tindakan penanganan gangguan tidur dilakukan dengan menciptakan

lingkungan yang tenang, kurangi kebisingan bertujuan untuk memberikan rasa

aman dan nyaman pada saat tidur.

3. Masalah keperawatan yang muncul pada Ny. S adalah gangguan pola tidur,

Kurangnya pengetahuan informasi terkait penyakitnya.

4. Implementasi yang sudah dilakukan pada Ny. S dapat berupa menentukan jam

tidur klien, menjelaskan pentingnya tidur yang cukup dan banyak melakukan

aktivitas pada siang hari, mendorong pasien untuk mengurangi tidur pada siang

hari, dan menganjurkan pasien untuk menghindari yang mengganggu kebutuhan

tidur sehari-hari.

B. Saran

1. Pasien hendaknya dapat melaksanakan segala bentuk anjuran demi perbaikan

keadaannya dan menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan

ulang yang lebih buruk.

2. Keluarga dapat memberikan saran ataupun peringatan pada pasien bila

melanggar apa-apa yang sudah dianjurkan oleh perawat dan keluarga sebaiknya

dapat meningkatkan fungsi keluarga sebagaimana mestinya.

3. Ruangan ataupun lingkungan rumah dapat memberikan asuhan keperawatan

secara lebih baik lagi untuk hasil yang optimal, lebih melengkapi sarana yang

terkait dengan penyakit hipertensi.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xlv

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,

Jakarta : Salemba Medika.

Bulechek, Gloria M. (2013). Nursing Interventions Classification, Edisi Ke-6 Ahli

Bahasa Intansari Nurjannah. Yogyakarta : MocoMedia

Doenges, Marilynn E. (2011). Manual Diagnosis Keperawatan : Rencana, Intervensi, &

Dokumentasi Asuhan Keperawatan, Edisi Ke-3 Ahli Bahasa Ns. Bhesty

Angelina, S.kep, dkk. Jakarta : EGC

Moorhead, Sue. (2013). Nursing Outcomes Classification, Edisi Ke-5 Ahli Bahasa

Intansari Nurjannah. Yogyakarta : MocoMedia

Potter & Perry. (2005). Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik,

Edisi Ke-4 Ahli Bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk. Jakarta : EGC.

Prayitno. (2002). Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut dan

Penatalaksanaannya. Jurnal Tidak diterbitkan. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK

Universitas Trisakti.

Tawoto & Wartona. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,

Jakarta : Salemba Madika.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xlvi

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari /

Tanggal

Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi

Senin/

19 Juni

2017

1. 1. Melakukan pengkajian

masalah gangguan tidur

klien, karakteristik, dan

penyebab kurang tidur.

2. Menganjurkan klien

untuk mengurangi

kebisingan, mengatur

cahaya yang redup.

3. Menganjurkan klien

untuk lebih banyak

minum pada siang hari

daripada malam hari.

4. Menganjurkan klien

untuk mandi

menggunakan air hangat

5. Menganjurkan klien

untuk tidur dengan posisi

yang nyaman, seperti

posisi sim.

6. Menganjurkan klien

untuk tidak banyak tidur

pada siang hari.

S :

- Klien dapat mengerti tentang

masalah yang mengakibatkan

gangguan pola tidur.

- Klien mengatakan akan

mengatur cahaya yang redup.

- Klien mengatakan akan

membatasi intake cairan

terutama pada malam hari.

- Klien mengatakan akan mandi

menggunakan air hangat.

O :

- Klien belum bisa tidur tepat

waktu. TD : 170/100 mmHg

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

- Mengatur cahaya

- Mengurangi intake cairan

- Posisi tidur yang nyaman

- Kamar tidur yang bersih

Universitas Sumatera Utara

Page 54: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xlvii

Selasa/

20 Juni

2017

2. 1. Melakukan penkes

tentang Hipertensi.

2. Mendiskusikan dengan

klien gaya hidup yang

sesuai untuk mengurangi

kenaikan tekanan darah.

3. Menganjurkan klien

untuk berobat ke unit

pelayanan kesehatan.

4. Meminta klien untuk

mengulangi penjelasan yang

diberikan oleh perawat.

S :

- Klien mengatakan telah

mengerti tentang penyakitnya.

- Klien mengatakan akan

menjaga pola makan dan rajin

berolahraga.

O : Klien dapat mengulangi

kembali penjelasan yang

diberikan oleh perawat.

A : Masalah belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan

- Menganjurkan klien berobat ke

unit pelayanan kesehatan.

Rabu /

21 Juni

2017

1. 1. Melakukan pengkajian

masalah gangguan tidur

klien, karakteristik, dan

penyebab kurang tidur.

2. Menganjurkan klien

untuk mengurangi

kebisingan, mengatur

cahaya yang redup.

3. Menganjurkan klien

untuk lebih banyak

minum pada siang hari

daripada malam hari.

4. Menganjurkan klien

untuk mandi

menggunakan air hangat

S :

- Klien sudah dapat

mengakibatkan gangguan pola

tidur.

- Klien mengatakan sudah

mengatur cahaya yang redup.

- Klien mengatakan sudah

membatasi intake cairan

terutama pada malam hari.

- Klien mengatakan sudah mandi

menggunakan air hangat.

Universitas Sumatera Utara

Page 55: Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah

xlviii

5. Menganjurkan klien

untuk tidur dengan posisi

yang nyaman, seperti

posisi sim.

6. Menganjurkan klien

untuk tidak banyak tidur

pada siang hari.

O :

- Klien sudah kelihatan lebih

segar.

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

- Posisi tidur yang nyaman

- Kamar tidur yang bersih

Universitas Sumatera Utara