12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua phenomena politik ditafsirkan dalam rangka tujuan dan pedoman dan patokan ini. Teori-teori semacam ini mencoba mengatur hubungan-hubungan antara anggota masyarakat sedemikian rupa sehingga di satu pihak memberi kepuasan perorangan, dan di pihak lain dapat membimbingnya menuju ke suatu struktur masyarakat politik yang stabil dan dinamis. Untuk keperluan itu teori-teori politik semacam ini memperjuangkan suatu kode etik atau tata cara yang harus dijadikan pegangan dalam kehidupan politik. Fungsi utama dari teori-teori politik ini ialah mendidik warga masyarakat mengenai norma-norma dan nilai- nilai itu. Serangkaian konsep dalam bentuk preposisi yang saling berkaitan, yang memberi gambaran sistematis tentng suatu gejala disebut teori yang jug merupakan abstraksi pemikiran dari fenomena politik yang kompleks menjadi sederhana dan dapat menjelaskan fenomena politik yang terjadi. Dalam menyusun sebuah generalisasi itu teori i

AYI ISI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aaa

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN A. Latar BelakangSemua phenomena politik ditafsirkan dalam rangka tujuan dan pedoman dan patokan ini. Teori-teori semacam ini mencoba mengatur hubungan-hubungan antara anggota masyarakat sedemikian rupa sehingga di satu pihak memberi kepuasan perorangan, dan di pihak lain dapat membimbingnya menuju ke suatu struktur masyarakat politik yang stabil dan dinamis. Untuk keperluan itu teori-teori politik semacam ini memperjuangkan suatu kode etik atau tata cara yang harus dijadikan pegangan dalam kehidupan politik. Fungsi utama dari teori-teori politik ini ialah mendidik warga masyarakat mengenai norma-norma dan nilai-nilai itu.

Serangkaian konsep dalam bentuk preposisi yang saling berkaitan, yang memberi gambaran sistematis tentng suatu gejala disebut teori yang jug merupakan abstraksi pemikiran dari fenomena politik yang kompleks menjadi sederhana dan dapat menjelaskan fenomena politik yang terjadi. Dalam menyusun sebuah generalisasi itu teori selalu memakai konsep-konsep. Konsep itu lahir dalam pikiran manusai dan karena itu bersifat abstrak, sekalipun fakta-fakta dapat dipakai sebagai batu loncatan.

B. Rumusan MasalahSejalan dengan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi Rumusan masalah dalam makalah ini adalah mengenai Teori-Teori Politik.

Adapun beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Menguraikan Pembagian Teori-teori politik menurut Thomas P. Jenkin2. Menguraikan tentang Negara menurut beberapa Ahli!

3. Mejelaskan tentang Kekuasaan Negara dan Masyarakat Sipil dalam Pemikiran John Lock4. Menjelaskan tentang Penguasa Negara dan Kekuasaan menurut Machiavelli5. Menjelaskan tentang Keadaan Alami dan Kebebasan dalam pemikiran J.J. RousseauC. Tujuan PenulisanSecara umum yang akan menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Guna mengetahui Pembagian Teori-teori politik menurut Thomas P. Jenkin

2. Guna mengetahui tentang Negara menurut beberapa Ahli!

3. Guna mengetahui tentang Kekuasaan Negara dan Masyarakat Sipil dalam Pemikiran John Lock

4. Guna mengetahui tentang Penguasa Negara dan Kekuasaan menurut Machiavelli

5. Mengetahui tentang Keadaan Alami dan Kebebasan dalam pemikiran J.J. Rousseau

BAB IIPEMBAHASANA. Negara dalam Pemikiran Plato dan Aristoteles Pemikiran PlatoNegara ideal menurut pemikiran Plato didasarkan prinsip larangan atas pemilikan akan menciptakan kesenjangan dan kecemburuan social dan menjadikan setiap orang berusaha menumpuk kekayaan dan milik pribadi tanpa batas. Dalam konteks inilah Plato mengemukakan tentang hak pemilikan bersama, kolektivisme atau komunisme. Intinya uang, anak dan wanita adalah milik bersama atau milik Negara. Anak yang baru lahir tidak boleh diasuh oleh ibunya tetapi diasuh oleh Negara, sehingga seorang anak tidak tahu siapa ibu bapaknya. Anak-anak ini diasuh dan digembleng berbagai keterampilan fisik oleh Negara di asrama milik Negara. Mereka diharapkan menjadi manusia unggul. Manusia yang tidak terikat oleh ikatan keluarga dan hanya memiliki loyalitas mati terhadap Negara.

Negara ideal Plato tidak memperkenankan lembaga perkawinan. Tidak seorangpun berhak mengklaim memiliki istri. Istri harus menjadi milik kolektif. Hubungan seksual tidak boleh monogam, melainkan poligam. Plato melihat lembaga perkawinan telah menciptakan ketidaksamaan antara laki-laki dengan wanita. Melalui lembaga perkawinan wanita terinstitusionalisasi secara social sebagai pekerja rumah tangga, pengabdi suami dan pengasuh anak. Sikap anti demokrasi dari plato karena ia menyaksikan sendiri kehancuran negaranya Athena yang demokratis atas Sparta yang militeristik. Plato menganggap Negara militeristik lebih agung dan lebih mulia dari Negara demokratis.

Pemikiran AristotelesAristoteles menutup kemungkinan adanya mobilitas vertical golongan budak. Budak tidak mungkin menjadi golongan aristokrat. Aristoteles terkenal sebagai pemikir empiris-realistis. Berbeda dengan Plato yang dijuluki idealis Utopianis. Aristotels menggunakan metode induksi dan bertitik tolak dari fakta-fakta yang nyata. Sedangkan plato menggunakan metode deduktif dan merumuskan teorinya berdasarkan kekuatan imajinatif. Asal-usul Negara menurut Aristoteles. Kemunculan Negara tidak dapat dipisahkan dari watak politik manusia (Zoon Politik). Karena watak manusia alaminya demikian, Negara dibutuhkan sebagai sarana untuk mewujudkan watak manusia itu. Negara ibarat ortanisme tubuh, lahir dalam bentuknya yang sederhana (primitive). Kemudian berkembang menjadi kuat dan dewasa, setelah itu hancur, ditelan oleh sejarah.

Negara terbentuk karena adanya manusia saling membutuhkan kebutuhan hidup tidak bisa terpenuhi secara sempurna kalau manusia tidak saling membutuhkan. Itulah sebabnya dalam kehidupan masyarakat dan Negara selalu terjadi hubungan antara saling ketergantungan. Negara yang baik adalah Negara yang sanggup mencapai tujuan-tujuan Negara sedangkan Negara yang buruk adalah Negara yang gagal menjalankan cita-cita itu.

C. Kekuasaan Negara dan Masyarakat Sipil dalam Pemikiran John LockKarya Lock Two Treatises of Government memulai pembahasannya dengan mengemukakan asal-usul keadaan Negara pada suatu keadaan alami. Dalam keadaan alami terdapat hukum alam (The law of nature). Kekuasaan Negara pada hakikatnya dibentuk untuk menjaga hak-hak pemilikan menurut Lock bukan saja harta milik tetapi juga kehidupan dan kebebasan (hak asasi).

Lock mengemukana 3 prinsip mengenai kekuasan Negara.

1. Kekausaan Negara merupakan sebuah kepercayaan rakyat kepada penguasa, untuk memerintah rakyat.

2. Negara hanya dibolehkan bertindak sepanjang bertujuan melaksanakan kehendak rakyat.

3. Konstitusi membatasi kekuasaan Negara. Hal itu dimaksudkan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasan dan terjaminnya kehidupan civil society.Ada 3 hal penting mengenai masyarakat sipil menurut Lock yang berkaitan dengan agama .

1. Kebebasan merupakan hak alamiah individu yang tidak bisa diganggu gugat.

2. Hal-hak sipil tidak berhubungan dengan agama. Artinya individu dapat menikmati hak sipilnya bukan karena ia penganut agama tertentu.

3. Kekuasaan agama sepenuhnya bersifat agamawi.

D. Penguasa Negara dan Kekuasaan menurut MachiavelliMachiavelli berpendapat bahwa kekuasaan hendaknya dipisahkan dari kekuasan dan Negara dengan agama dan tuhan maupun moralitas. Tidak ada kaitan antara kekuasaan dan teologi Kristen, kecuali sejauh agama dan moral itu memiliki nilai utilitarianisme bagi kekuasaan dan Negara. Bagi Machiavelli segala kebajikan, agama, moralitas justru harus dijadikan alat untuk memperoleh dan memperbesar kekuasaan jadi kekuasaan haruslah diperoleh digunakan dan dipertahankan semata-mata demi kekuasaan itu sendiri.

Machiavelli berpendapat bahwa penguasa Negara dapat menggunakan cara binatang, terutama ketika menghadapi lawan-lawan politiknya. Seorang penguasa bisa menjadi singa pada saat tertentu dan menjadi kancil pada saat yang lain. Menghadapi musuhnya yang ganas seperti serigala, penguasa hendaknya bisa berperangai seperti singa. Karena dengan cara itulah ia bisa mengalahkan lawannya. Tetapi penguasa harus dapat seperti kancil jika menghadapi perangkap musuh.

E. Keadaan Alami dan Kebebasan dalam pemikiran J.J. Rousseau Rousseau menggunakan konsep keadaan alami untuk 3 maksud. Pertama, menjelaskan keadaan asli atau primitif ras manusia. Kedua mengidentifikasi prinsip-prinsip dasar hakikat manusia yang ada dalam keadaan asli atau primitif. Ketiga, menjelaskan keadaan alami manusia yang hidup dalam masyarakat modern.

Rousseau berpendapat bahwa keadaan alami tidak akan pernah ada lagi, mungkin tidak pernah ada. Jadi konsep keadaan alami bukanlah konsep historis, melainkan konsep hipotesis. Keadaan alamiah tidak memiliki pijakan sejarah manusia. Sebab ia semata-mata produk atau kreasi pikiran Rousseau (Ahmad Suhelmi). Ada kecendrungan Rousseau seperti Lock dan Hobbes memahami konsep keadaan alamiah, lembaga-lembaga politik atau kekuasaan bersama belum terwujud. Manusia bertindak didorong oleh kecintaannya pada diri sendiri dan naluri untuk memuaskan keinginan manusianya.

Rousseau menekankan pentingnya nilai-nilai kebebasan tetapi bukan berarti Rousseau menghendaki bebas tanpa batas yang dapat menimbulkan anarkhi sosial. Orang yang merdeka adalah orang yang patuh hokum dan peraturan. Tetapi ia tidak membudakkan dirinya sendiri, ia mematuhi hukum tetapi bukan mematuhi manusia yang membuat hukum.

BAB IIIP E N U T U P A. KesimpulanThomas P. Jenkin dalam teori-teori politik berpendapat dalam The Study of Political Theory dibedakan dua macam teori politik, yaitu

- Teori-teori yang mempunyai dasar moril dan yang menentukan norma-norma politik.

- Teori-teori yang menggambarkan dan membahas phenomena dan fakta-fakta politik dengan tidak mempersoalkan norma-norma atau nilai

Pemikiran Plato tentang Negara ideal menganut prinsip mementingkan kebajikan (vitue). Kebajikan menurut Plato adalah pengetahuan. Apapun yang dilakukan atas nama Negara haruslah dimaksudkan untuk mencapai kebajikan. Sedangkan menurut Aristoteles Kemunculan Negara tidak dapat dipisahkan dari watak politik manusia (Zoon Politik). Karena watak manusia alaminya demikian, Negara dibutuhkan sebagai sarana untuk mewujudkan watak manusia itu.

Kekuasaan Negara dan Masyarakat Sipil dalam Pemikiran John Lock dalam Karyanya Two Treatises of Government mengemukakan asal-usul keadaan Negara pada suatu keadaan alami. Dalam keadaan alami terdapat hukum alam (The law of nature).

Penguasa Negara dan Kekuasaan menurut Machiavelli Machiavelli berpendapat bahwa kekuasaan hendaknya dipisahkan dari kekuasan dan Negara dengan agama dan tuhan maupun moralitas. Tidak ada kaitan antara kekuasaan dan teologi Kristen, kecuali sejauh agama dan moral itu memiliki nilai utilitarianisme bagi kekuasaan dan Negara.

Keadaan Alami dan Kebebasan dalam pemikiran J.J. Rousseau Rousseau berpendapat bahwa keadaan alami tidak akan pernah ada lagi, mungkin tidak pernah ada. Jadi konsep keadaan alami bukanlah konsep historis, melainkan konsep hipotesis. Keadaan alamiah tidak memiliki pijakan sejarah manusia. Sebab ia semata-mata produk atau kreasi pikiran Rousseau (Ahmad Suhelmi). Rousseau menekankan pentingnya nilai-nilai kebebasan tetapi bukan berarti Rousseau menghendaki bebas tanpa batas yang dapat menimbulkan anarkhi sosial. Orang yang merdeka adalah orang yang patuh hukum dan peraturan. Tetapi ia tidak membudakkan dirinya sendiri, ia mematuhi hukum tetapi bukan mematuhi manusia yang membuat hukum.

B. Saran Di dalam pembuatan sebuah makalah memerlukan literature yang lebih banyak agar dapat menguraikannya lebih meluas. Sekian dan Terima kasih wassalamu alikum warahmatullahi wabarakatuh.

DAFTAR PUSTAKA Armin, Arsyad, MSI, 2004. Teori-Teori Ilmu Politik, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia (STIAMI). Jakarta Budiarjo Miriam, 1992, Partisipasi dan Partai Politik Sebuah Bunga Rampa, Jakarta: Gramedia. Machiavelli, Nicolo, 1991, Sang Penguasa, Jakarta: Gramedia Noer, Deliar, 1990, Pemikiran Politik di Negeri Barat, Bandung: Mizani