45
MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029 Rencana Struktur Ruang 104 B B A A B B I I I I I I R R E E N N C C A A N N A A S S T T R R U U K K T T U U R R R R U U A A N N G G 3.1 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PERKOTAAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), sistem perkotaan nasional terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Penetapan PKN dan PKW di Provinsi Jawa Barat mengacu pada RTRWN, yang terdiri dari : 1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) terletak di Bodebek, Bandung dan Cirebon. 2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) terletak di Sukabumi, Palabuhanratu, Pangandaran, Kadipaten, Cikampek-Cikopo, Tasikmalaya dan Indramayu. Sedangkan penetapan PKL, berdasarkan usulan pemerintah kabupaten/kota. Rencana pengembangan sistem perkotaan di Provinsi Jawa Barat menetapkan PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL, sesuai dengan konteks kebijakan dan strategi pembangunan wilayah Provinsi Jawa Barat dan berdasarkan pertimbangan teknis yang telah dilakukan dalam proses penyusunan RTRWP. Rencana pengembangan sistem perkotaan Provinsi Jawa Barat bertujuan untuk : 1. Menata perkembangan PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL yang mendukung keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antarwilayah yang lebih merata. 2. Mendorong perkembangan pusat-pusat kegiatan di kawasan-kawasan yang belum berkembang sesuai dengan fungsi kota yang diharapkan. 3. Mengendalikan perkembangan pusat-pusat kegiatan di kawasan-kawasan yang berkembang dengan cepat. A. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Nasional Provinsi (PKNp) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional atau beberapa provinsi . Kriteria penentuan PKN adalah kawasan perkotaan yang mempunyai potensi untuk mendorong pertumbuhan daerah sekitarnya, pusat jasa-jasa keuangan dengan

BAAB IIIII RENCAAN NAASSTTRRUUKKTTUURRRRUUANGGperpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/142042... · Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana

Embed Size (px)

Citation preview

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029

Rencana Struktur Ruang 104

BBAABB IIIIII

RREENNCCAANNAA SSTTRRUUKKTTUURR RRUUAANNGG

3.1 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PERKOTAAN

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), sistem perkotaan nasional terdiri atas Pusat Kegiatan

Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

Penetapan PKN dan PKW di Provinsi Jawa Barat mengacu pada RTRWN, yang terdiri dari :

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) terletak di Bodebek, Bandung dan Cirebon.

2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) terletak di Sukabumi, Palabuhanratu, Pangandaran,

Kadipaten, Cikampek-Cikopo, Tasikmalaya dan Indramayu.

Sedangkan penetapan PKL, berdasarkan usulan pemerintah kabupaten/kota.

Rencana pengembangan sistem perkotaan di Provinsi Jawa Barat menetapkan

PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL, sesuai dengan konteks kebijakan dan strategi

pembangunan wilayah Provinsi Jawa Barat dan berdasarkan pertimbangan teknis yang

telah dilakukan dalam proses penyusunan RTRWP.

Rencana pengembangan sistem perkotaan Provinsi Jawa Barat bertujuan untuk :

1. Menata perkembangan PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL yang mendukung keserasian

perkembangan kegiatan pembangunan antarwilayah yang lebih merata.

2. Mendorong perkembangan pusat-pusat kegiatan di kawasan-kawasan yang belum

berkembang sesuai dengan fungsi kota yang diharapkan.

3. Mengendalikan perkembangan pusat-pusat kegiatan di kawasan-kawasan yang

berkembang dengan cepat.

A. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Nasional – Provinsi

(PKNp)

Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk

melayani kegiatan skala internasional, nasional atau beberapa provinsi.

Kriteria penentuan PKN adalah kawasan perkotaan yang mempunyai potensi untuk

mendorong pertumbuhan daerah sekitarnya, pusat jasa-jasa keuangan dengan

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 105

cakupan pelayanan nasional atau beberapa provinsi, pusat pengolahan atau

pengumpul barang dalam skala nasional atau beberapa provinsi, simpul transportasi

skala nasional atau beberapa provinsi, pusat jasa pemerintahan dan jasa publik

lainnya dengan skala nasional atau beberapa provinsi.

Fasilitas minimum yang tersedia di PKN adalah:

a. Perhubungan : pelabuhan udara dan/atau pelabuhan laut dan/atau

terminal tipe A

b. Ekonomi : pasar induk antar wilayah

c. Kesehatan : rumah sakit umum tipe A atau B

d. Pendidikan : perguruan tinggi

Pusat Kegiatan Nasional – Provinsi (PKNp) adalah kawasan perkotaan yang

berpotensi pada bidang tertentu dan memiliki pelayanan skala internasional, nasional

atau beberapa provinsi. Fasilitas minimum yang tersedia di PKNp adalah pusat bisnis

kegiatan utama yang akan dikembangkan berskala nasional maupun internasional,

serta akan diusulkan menjadi PKN.

Rencana pengembangan sistem perkotaan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat

Kegiatan Nasional – Provinsi (PKNp) di Jawa Barat, terdiri atas :

1. Penetapan Kawasan Perkotaan Bodebek (Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, Kota

Depok, Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi), Kawasan Perkotaan Bandung Raya

(Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, dan

5 kecamatan di Kabupaten Sumedang), dan Cirebon (Kabupaten Cirebon dan Kota

Cirebon) sebagai PKN dengan peran menjadi pusat koleksi dan distribusi skala

internasional, nasional atau beberapa provinsi.

Dalam penetapan PKN Kawasan Perkotaan Bodebek, PKN Kawasan Perkotaan

Bandung Raya, dan PKN Cirebon, dilakukan rencana pengembangan meliputi :

a. Mengendalikan pertumbuhan kegiatan di PKN Kawasan Perkotaan

Bodebek

Berdasarkan kecenderungan perkembangan sampai saat ini, kota-kota di

sekitar DKI Jakarta berkembang akibat pengaruh perkembangan DKI Jakarta

sebagai pusat pemerintahan nasional. Perkembangan tersebut meluas

sampai ke wilayah Bogor, Depok, Bekasi dan Tangerang (Provinsi Banten),

sehingga RTRWN menetapkan wilayah tersebut menjadi PKN Kawasan

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 106

Perkotaan Jabodetabek, dengan tingkat pertumbuhan paling pesat, yang

berimplikasi pada alih fungsi lahan menjadi kawasan permukiman berskala

besar, industri manufaktur, serta pusat perdagangan dan jasa berskala

nasional dan internasional.

Berdasarkan kajian ekonomi, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor

merupakan penyumbang PDRB tertinggi di Provinsi Jawa Barat. Kota Bekasi

dan Kota Depok merupakan wilayah dengan tingkat urbanisasi tinggi,

konsentrasi kegiatan industri, perdagangan dan jasa yang berkembang

cepat. Permukiman skala besar untuk menampung penduduk yang bekerja

di Jabodetabek juga berkembang di PKN Kawasan Perkotaan Bodebek ini.

Dalam konteks tata ruang, perkembangan ini membawa kecenderungan alih

fungsi lahan menuju kegiatan perkotaan, termasuk munculnya permukiman

baru. Masalah transportasi belum tertangani dengan baik karena prasarana

jalan tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah kendaraan. Penyelesaian

masalah transportasi berupa pengembangan sistem transportasi massal

memerlukan dukungan kebijakan pengendalian penggunaan kendaraan

bermotor, terutama di kawasan-kawasan pusat kota.

Pesatnya pertumbuhan di PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek berdampak

pula pada tingginya konsentrasi penduduk dan pada daya dukung dan daya

tampung lingkungan. Pengendalian pemanfaatan ruang yang perlu

diperhatikan terutama pada perkembangan sepanjang koridor Jakarta-

Cikampek di Pantura Jabar yang merupakan lokasi lahan sawah beririgasi

teknis, serta koridor Bodebekpunjur yang merupakan kawasan lindung.

Penetapan sistem perkotaan dalam PKN Kawasan Perkotaan Bodebek,

memperhatikan perbedaan skala pelayanan dan kondisi kota-kota yang

secara eksisting tidak terdapat pada hirarki yang sama, sebagaimana

tercantum dalam Tabel 3.1.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 107

TABEL 3.1

SISTEM PERKOTAAN PKN KAWASAN PERKOTAAN BODEBEK(BOGOR, DEPOK, BEKASI)

PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III

Kawasan

Perkotaan

Bodebek

Kota Bekasi

Cikarang TarumajayaTambunSetu

Kota Bogor

Cibinong CileungsiJonggolParungSemplakRumpinParungpanjangLeuwiliangJasingaCigudeg

Kota Depok Cimanggis

b. Mengendalikan pertumbuhan kegiatan di PKN Kawasan Perkotaan

Bandung Raya.

Wilayah yang termasuk ke dalam PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya

adalah Kota Bandung, kawasan perkotaan di dalam wilayah Kabupaten

Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten

Sumedang yang berbatasan dengan Kota Bandung.

Penetapan Kawasan Perkotaan Bandung Raya sebagai PKN memperhatikan

perkembangan kegiatan perkotaan yang sangat pesat, terutama pada sektor

industri, perdagangan dan jasa, serta pendidikan tinggi berskala nasional

dan internasional. Perkembangan tersebut salah satunya diindikasikan oleh

tingginya alih fungsi lahan menuju kawasan perkotaan dan tingkat urbanisasi

yang tinggi. Kota Bandung dan Kota Cimahi memiliki tingkat urbanisasi

100%.

Ditinjau dari kinerja perekonomian, Kabupaten dan Kota Bandung

merupakan wilayah penyumbang PDRB tertinggi terhadap Jawa Barat,

bahkan Kota Bandung memiliki Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) tertinggi di

Jawa Barat selama tahun 2000-2006, yaitu di atas 7%. Struktur

perekonomian telah bergeser menuju sektor sekunder dan tersier,

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 108

diantaranya industri pengolahan, perdagangan, jasa dan pariwisata.

Dominasi sektor industri pengolahan di Kabupaten Bandung sebesar

65,05%, Kota Cimahi 71,79%, dan Kabupaten Bandung Barat sebesar

56,39%. Kawasan perkotaan Bandung Raya merupakan salah satu sentra

industri pengolahan tekstil dan produk tekstil (TPT) termasuk garmen dan

konveksi, industri pengolahan makanan, industri kimia dan industri logam.

Kota Bandung sendiri telah mengalami pergeseran struktur ekonomi dengan

kontribusi sektor tersier sebesar 62,13% (tertinggi di Jawa Barat). Demikian

halnya dengan sektor perdagangan dan pariwisata di Kota Bandung,

diperlihatkan dengan tingginya pergerakan orang menuju Kota Bandung dan

tingginya tingkat hunian hotel di Kota Bandung, terutama setelah

dibangunnya jalan tol yang Jakarta-Cikampek-Purwakarta-Padalarang.

Skala pelayanan bersifat nasional dan internasional yang dimiliki Kawasan

Perkotaan Bandung Raya telah mampu menempatkan kawasan ini sesuai

fungsinya sebagai PKN. Aksesibilitas dari dan menuju Kawasan Perkotaan

Bandung Raya yang semakin meningkat telah mendorong meningkatnya

pergerakan orang dan barang. Terminal peti kemas (dryport) Gedebage di

Kota Bandung merupakan salah satu gerbang ekspor-impor berskala

internasional, selain itu Bandara Husein Sastranegara di Kota Bandung, tetap

menjadi salah satu titik keluar masuk pergerakan berskala nasional bahkan

internasional, antara lain ke Singapura dan Malaysia.

Kegiatan perkotaan yang sangat beragam tersebut berimplikasi pada

peningkatan timbulan sampah dan limbah yang cukup tinggi, sehingga

keberadaan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS)

regional yang mampu mewadahi kebutuhan di masa mendatang sangat

penting untuk direalisasikan.

Perkembangan PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya perlu dikendalikan

untuk mengurangi kecenderungan alih fungsi lahan yang menerus di

kawasan perkotaan, mengingat fungsi lindung di Kawasan Bandung Utara

harus tetap dipertahankan selain mengembangkan potensi sektor ekonomi

yang dimiliki. Dalam mencapai target 45% kawasan lindung Jawa Barat dan

untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan, maka perkembangan

Kawasan Perkotaan Bandung Raya perlu dikendalikan, diantaranya melalui :

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 109

mendistribusikan kegiatan ekonomi berskala nasional ke arah timur

Jawa Barat, yaitu ke PKN Cirebon dan Pusat-Pusat Kegiatan Wilayah

yang terletak di sekitar PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya.

merealisasikan rencana pengembangan transportasi massal baik untuk

angkutan orang maupun barang.

mengembangkan pembangunan permukiman vertikal di kawasan-

kawasan permukiman yang telah padat dan secara fisik memungkinkan.

Penetapan sistem perkotaan dalam PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya,

memperhatikan perbedaan skala pelayanan dan kondisi kota-kota yang

secara eksisting tidak terdapat pada hirarki yang sama, sebagaimana

tercantum dalam Tabel 3.2.

TABEL 3.2SISTEM PERKOTAAN PKN KAWASAN PERKOTAAN BANDUNG RAYA

PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III

KawasanPerkotaanBandung

Raya

Kota Bandung

Soreang CiwideyBanjaranMajalayaCiparayCicalengkaRancaekekCilengkrang

Padalarang CililinNgamprahCisaruaLembang

Kota Cimahi

Tanjungsari

c. Memantapkan fungsi PKN Cirebon

PKN Cirebon meliputi kawasan perkotaan Kabupaten Cirebon dan Kota

Cirebon, yang ditetapkan berdasarkan upaya untuk menciptakan pusat

pertumbuhan baru di wilayah timur Jawa Barat, dan pemerataan

pertumbuhan wilayah serta memperhatikan posisi strategis yang berbatasan

langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan analisis yang dilakukan, PKN Cirebon memiliki infrastruktur dan

fasilitas yang mendukung fungsinya sebagai PKN. Namun, ditinjau dari skala

pelayanan ekonomi dan persebaran penduduk, PKN Cirebon belum

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 110

berkembang sebagai sebuah PKN. Proses pengembangan PKN Cirebon tidak

dapat disamakan dengan proses pengembangan PKN Kawasan Perkotaan

Bodebek maupun PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya, mengingat potensi

aksesibiitas dengan pusat-pusat pemerintahan, jasa dan produksi berskala

nasional dan internasional tidak dimiliki oleh PKN Cirebon. Ketersediaan

fasilitas secara fisik saja tidak mencukupi jika tidak ditunjang oleh pelayanan

berkualitas dan berskala nasional dan internasional.

Kawasan Andalan Ciayumajakuning yang merupakan wilayah belakang PKN

Cirebon, masih perlu didorong perkembangannya. Peningkatan kuantitas dan

kualitas infrastruktur, kegiatan ekonomi yang sesuai dengan kondisi lokal serta

berorientasi pasar nasional maupun internasional, serta peningkatan

pelayanan kegiatan bisnis dan pemerintahan berskala nasional dan

internasional di PKN Metropolitan Cirebon diharapkan dapat membantu

perkembangan kawasan Ciayumajakuning serta pemantapan fungsi PKN

Cirebon.

Penetapan sistem perkotaan PKN Cirebon ditetapkan hirarki kota sebagaimana

tercantum dalam Tabel 3.3.

TABEL 3.3SISTEM PERKOTAAN PKN CIREBON

PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III

Cirebon

Kota Cirebon

Sumber ArjawinangunPalimananLemahabangCiledug

2. Penetapan Pangandaran dan Palabuhanratu sebagai PKNp yang mempunyai

fungsi tertentu dengan skala pelayanan internasional, nasional atau beberapa

provinsi.

PKNp Pangandaran ditetapkan dengan memperhatikan potensi pariwisata yang

akan dikembangkan dengan dukungan pembangunan pusat rekreasi terpadu

skala nasional dan internasional.

PKNp Palabuhanratu ditetapkan dengan memperhatikan potensi perikanan yang

akan dikembangkan dengan dukungan pembangunan pusat bisnis kelautan skala

pelayanan nasional dan internasional.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 111

B. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Wilayah-Provinsi

(PKWp)

Upaya mengendalikan perkembangan PKN Kawasan Perkotaan Bodebek dan PKN

Kawasan Perkotaan Bandung Raya, serta upaya mendorong pemantapan fungsi PKN

Cirebon perlu didukung dengan upaya mendorong pemantapan fungsi Pusat Kegiatan

Wilayah (PKW) terutama dalam memberikan pelayanan skala regional yang dapat

mengurangi pergerakan langsung dari PKL dan kawasan perdesaan ke PKN.

PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala

provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Kinerja PKW sebagai pusat-pusat

pertumbuhan disetiap kawasan andalan perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil kajian,

keberadaan kawasan andalan belum cukup efektif dalam pengembangan kawasan,

sehingga upaya untuk mendorong sinergitas antara pengembangan PKW perlu

ditingkatkan. Pengembangan infrastruktur dan pelayanan yang bersifat lokal

diharapkan dapat dipenuhi oleh PKW sebagai pusat koleksi dan distribusi yang dapat

melayani kebutuhan kawasan andalan terkait.

Sebagai upaya mendorong perkembangan pusat-pusat kegiatan yang dapat

memantapkan fungsi PKW, rencana pengembangan sistem perkotaan Provinsi Jawa

Barat menetapkan PKW dan Pusat Kegiatan Wilayah-Provinsi (PKWp).

Kriteria penentuan PKW adalah kawasan perkotaan yang mempunyai potensi untuk

mendorong pertumbuhan daerah sekitarnya, pusat pengolahan atau pengumpul

barang, simpul transportasi, dan pusat jasa publik dengan skala beberapa kabupaten.

Fasilitas minimum yang tersedia di PKW adalah:

a. Perhubungan : pelabuhan udara, dan/atau pelabuhan laut dan/atau

terminal tipe B

b. Ekonomi : pasar induk regional

c. Kesehatan : rumah sakit umum tipe B

d. Pendidikan : perguruan tinggi

Pusat Kegiatan Wilayah-Provinsi (PKWp) adalah kawasan perkotaan yang berpotensi

pada bidang tertentu dan memiliki pelayanan skala provinsi atau beberapa

kabupaten/kota serta berperan sebagai penyeimbang dalam pengembangan wilayah

provinsi. Fasilitas minimum yang tersedia di PKWp adalah sesuai fasilitas minimum

untuk PKW, serta diusulkan menjadi PKW.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 112

Rencana pengembangan sistem perkotaan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat

Kegiatan Wilayah – Provinsi (PKWp) di Jawa Barat, terdiri atas :

a. Penetapan Kota Sukabumi, Palabuhanratu, Cikampek-Cikopo, Indramayu,

Kadipaten, Tasikmalaya dan Pangandaran sebagai PKW dengan peran menjadi

pusat koleksi dan distribusi skala nasional.

b. Penetapan Kota Banjar, dan Rancabuaya sebagai PKWp yang mempunyai fungsi

tertentu dengan skala pelayanan provinsi atau beberapa Kabupaten/Kota.

C. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Dalam upaya mendorong perkembangan fungsi Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan

kaitannya dengan desa pusat produksi, rencana pengembangan sistem perkotaan

menetapkan PKL dalam sistem perkotaan provinsi sebagai pendukung berfungsinya

PKW dan mengurangi pergerakan dari desa pusat produksi langsung ke PKN. PKL

diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal di setiap

kabupaten dan/atau beberapa kecamatan terdekat. Untuk itu, setiap PKL akan

dilengkapi dengan fasilitas minimum yang perlu ada untuk mendorong berfungsinya

PKL. Namun, pembangunan atau peningkatan fasilitas tersebut juga perlu dilengkapi

dengan peningkatan dalam kualitas pelayanan fasilitas sehingga dapat memenuhi

kebutuhan penduduk di dalam wilayah pelayanan. Desa pusat produksi diproyeksikan

menjadi pusat-pusat perdesaan yang menjadi basis produksi di setiap kawasan

andalan.

PKL yang ditetapkan terdiri dari pusat kegiatan lokal perkotaan dan pusat kegiatan

lokal perdesaan. PKL perkotaan adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk

melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. Sedangkan PKL

perdesaan adalah kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai pusat koleksi dan

distribusi lokal yang menghubungkan desa sentra produksi dengan PKL perkotaan.

Penetapan PKL perkotaan diarahkan pada pertimbangan teknis bahwa kota-kota yang

ditetapkan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan dengan

kegiatan-kegiatan yang berciri perkotaan, seperti industri, permukiman perkotaan,

perdagangan dan jasa, dan lainnya.

PKL pedesaan diarahkan untuk menjadi pusat kegiatan koleksi dan distribusi bagi

wilayah-wilayah belakangnya dan ditetapkan sebagai kawasan yang dapat

dikembangkan secara terbatas untuk kegiatan industri berbasis pertanian.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 113

Rencana pengembangan sistem perkotaan PKL di Jawa Barat, terdiri atas :

a. Penetapan kawasan Cibadak, Cianjur, Sindangbarang, Purwakarta, Karawang,

Sumedang, Pamanukan, Subang, Jalan Cagak, Jatibarang, Majalengka, Kuningan,

Garut, Pameungpeuk, Singaparna, Ciamis, Banjarsari, Parigi sebagai PKL

perkotaan dengan wilayah pelayanan Kabupaten/Kota dan beberapa kecamatan.

b. Penetapan Jampang Kulon, Sagaranten, Jampang Tengah, Sukanagara,

Wanayasa, Plered, Rengasdengklok, Cilamaya, Wado, Tomo, Conggeang, Ciasem,

Pagaden, Kalijati, Pusakanagara, Karangampel, Kandanghaur, Patrol, Gantar,

Kertajati, Jatiwangi, Rajagaluh, Cikijing, Talaga, Cilimus, Ciawigebang, Luragung,

Kadugede, Cikajang, Bungbulang, Karangnunggal, Kawali, Cijeungjing, Cikoneng,

Rancah, Panjalu, Pamarican, Cijulang sebagai PKL perdesaan dengan wilayah

pelayanan Kabupaten/Kota dan beberapa kecamatan.

Rencana pengembangan sistem perkotaan provinsi sebagaimana tercantum dalam

Tabel 3.4.

TABEL 3.4

SISTEM PERKOTAAN PROVINSI

NO KAB./KOTA PKN PKNp PKW PKWpPKL

PERKOTAANPKL

PERDESAAN

1 Kota Bekasi

Bodebek

2 Kab Bekasi

3 Kota Bogor

4 Kab Bogor

5 Kota Depok

6 Kota Sukabumi Sukabumi

7 Kab Sukabumi Palabuhanratu Palabuhanratu Cibadak Jampang kulonSagarantenJampang tengah

8 Kab Cianjur CianjurSindangbarang

Sukanagara

9 Kab Purwakarta Cikopo-Cikampek

Purwakarta WanayasaPlered

10 Kab Karawang Karawang RengasdengklokCilamaya

11 Kota Bandung

KawasanPerkotaanBandungRaya

12 Kab Bandung

13 Kab BandungBarat

14 Kota Cimahi

15 Kab Sumedang Sumedang WadoTomoConggeang

16 Kab Subang PamanukanSubangJalan Jagak

CiasemPagadenKalijatiPusakanagara

17 Kab Indramayu Indramayu Jatibarang KarangampelKandanghaurPatrolGantar

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 114

NO KAB./KOTA PKN PKNp PKW PKWpPKL

PERKOTAANPKL

PERDESAAN

18 Kota CirebonCirebon

19 Kab Cirebon

20 KabMajalengka

Kadipaten Majalengka KertajatiJatiwangiRajagaluhCikijingTalaga

21 Kab Kuningan Kuningan CilimusCiawigebangLuragungKadugede

22 Kab Garut Rancabuaya GarutPameungpeuk

CikajangBungbulang

23 KotaTasikmalaya

Tasikmalaya

24 KabTasikmalaya

Singaparna Karangnunggal

25 Kab Ciamis Pangandaran Pangandaran CiamisBanjarsariParigi

KawaliCijeungjingCikonengRancahPanjaluPamaricanCijulang

26 Kota Banjar Banjar

3.2 RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH

Rencana pengembangan infrastruktur wilayah terdiri dari pengembangan

infrastruktur jalan dan perhubungan, pengembangan infrastruktur sumberdaya air dan

irigasi berbasis DAS, pengembangan infrastruktur energi dan kelistrikan, pengembangan

infrastruktur telekomunikasi, pengembangan infrastruktur permukiman.

Tujuan pengembangan infrastruktur wilayah provinsi adalah menyediakan

infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya

melalui :

1. Penyediaan infrastruktur jalan dan perhubungan yang handal dan terintegrasi untuk

mendukung tumbuhnya pusat pertumbuhan

2. Penyediaan infrastruktur sumber daya air dan irigasi yang handal berbasis DAS untuk

mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta

pengendalian daya rusak air

3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur energi dan kelistrikan

4. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur telekomunikasi

5. Peningkatan penyediaan infrastruktur permukiman.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 115

3.2.1 Rencana Pengembangan Infrastruktur Jalan dan Perhubungan

Pembangunan infrastruktur jalan dan perhubungan dimaksudkan untuk

menyediakan infrastruktur jalan dan perhubungan yang handal dan terintegrasi, yang

dilakukan melalui pendekatan wilayah pengembangan, guna terciptanya keseimbangan

dan pemerataan pembangunan antar daerah serta mendukung tumbuhnya pusat-pusat

pertumbuhan.

Rencana pengembangan infrastruktur jalan dan

perhubungan adalah:

1. Pengembangan jaringan jalan primer yang

melayani distribusi barang dan jasa yang

menghubungkan PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan

PKL.

2. Pengembangan jaringan jalan tol dalam kota

maupun antar kota sebagai penghubung antar

pusat kegiatan utama

3. Pengembangan jaringan kereta api yang

berfungsi sebagai penghubung antar PKN, serta

antara PKN dengan PKNp dan PKWp

4. Pengembangan bandara dan pelabuhan

nasional maupun internasional serta terminal

guna memenuhi kebutuhan pergerakan barang

dan jasa dari dan ke Jawa Barat dalam skala

regional, nasional, maupun internasional

5. Pengembangan sistem angkutan umum massal dalam rangka mendukung

pengembangan pusat kegiatan utama.

Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan

pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat

nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-

pusat kegiatan sebagai berikut :

a. Menghubungkan secara menerus PKN, PKW, PKL sampai ke pusat kegiatan

lingkungan

b. Menghubungkan antarpusat kegiatan nasional

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 116

Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan

primer terdiri dari:

a. Jalan arteri primer menghubungkan secara berdaya guna antar PKN atau antara PKN

dengan PKW dan antar kota yang melayani kawasan berskala besar dan atau cepat

berkembang dan atau pelabuhan-pelabuhan utama.

b. Jalan kolektor primer menghubungkan secara berdaya guna antar PKW atau antara

PKW dengan PKL dan atau kawasan-kawasan berskala kecil dan atau pelabuhan

regional dan pelabuhan pengumpan lokal.

c. Jalan lokal primer menghubungkan secara berdaya guna PKN dengan PKL, PKW

dengan PKL, antar PKL atau PKL dengan pusat kegiatan lingkungan serta antar pusat

kegiatan lingkungan.

Berdasarkan pengertian tersebut, kriteria jalan arteri primer adalah :

1. Jalan arteri primer dalam kota merupakan terusan jalan arteri primer luar kota.

2. Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer.

3. Jalan arteri primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60

km/jam.

4. lebar perkerasan jalan arteri primer tak kurang dari 8 meter.

5. Lalu-lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu-lintas regional, untuk itu

lalu-lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu-lintas ulang-alik dan lalu-lintas

lokal yang bersumber dari kegiatan lokal.

6. Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat diijinkan melalui

jalan ini.

7. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan

masuk/ akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 m.

8. Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang

sesuai dengan volume lalu-lintasnya.

9. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih dari volume lalu lintas rata-rata.

10. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari fungsi jalan yang

lain.

11. Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan tidak diijinkan.

12. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, seperti: rambu, marka, lampu

pengatur lalu-lintas, lampu penerangan jalan, dan lain lain.

13. Jalur khusus harus disediakan yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan

lambat lainnya.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 117

14. Jalan arteri primer harus dilengkapi dengan median.

Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan

kota-kota besar pusat kegiatan nasional, antar pusat kegiatan wilayah dan/atau kawasan-

kawasan berskala kecil dan/atau pelabuhan pengumpan regional serta pelabuhan

pengumpan lokal.

Berdasarkan pengertian tersebut maka kriteria jalan kolektor primer adalah :

1. Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar kota.

2. Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer.

3. Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40

km/jam.

4. Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 7 m.

5. Jumlah jalan masuk ke jalan koletor primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan

masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 m.

6. Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diijinkan melalui jalan ini.

7. Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang

sesuai dengan volume lalu-lintasnya.

8. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas lebih besar dari volume lalu-lintas rata-

rata.

9. Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diijinkan pada

jam sibuk.

10. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, seperti: rambu, marka, almpu

pengatur lalu-lintas dan lampu penerangan jalan.

11. Besarnya lalu-lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri

primer.

12. Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan

kendaraan lainnya.

Jaringan Jalan Tol dikembangkan dan diselenggarakan untuk menghubungkan

antar PKN, PKN dan PKW, serta antar kota dalam PKN, memperlancar lalu lintas di daerah

yang telah berkembang, serta meningkatkan hasil guna dan daya guna pelayanan

distribusi barang dan jasa guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Pengembangan lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan terminal untuk

menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta keterpaduan intramoda

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 118

dan antarmoda di tempat tertentu. Pengembangan terminal penumpang, terdiri atas

terminal penumpang Tipe A, Tipe B, dan Tipe C, dengan fungsi sebagai berikut :

a. Terminal Tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar

provinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam provinsi,

angkutan kota dan angkutan pedesaan.

b. Terminal Tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota

dalam provinsi, serta angkutan kota dan/atau angkutan perdesaan.

c. Terminal Tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan perdesaan.

Penetapan lokasi terminal dilakukan dengan memperhatikan :

a. Rencana kebutuhan Terminal yang merupakan bagian dari Rencana Induk Jaringan

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

b. Tingkat aksesibilitas Pengguna Jasa angkutan.

c. Kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;

d. Kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau kinerja jaringan jalan, jaringan

trayek, dan jaringan lintas;

e. Kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau pusat kegiatan;

f. Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain;

g. Permintaan angkutan;

h. Kelayakan teknis,finansial, dan ekonomi;

i. Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan atau;

j. Kelestarian Lingkungan Hidup.

Pengembangan infrastruktur Kereta Api dilakukan sesuai fungsi sebagai jaringan

perkeretaapian umum, yang meliputi perkeretaapian perkotaan dan perkeretaapian

antarkota. Jaringan jalur kereta api antarkota menghubungkan antar-PKN, PKW dengan

PKN, atau antar-PKW. Sedangkan jaringan jalur kereta api perkotaan menghubungkan

kawasan perkotaan dengan bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan

primer/sekunder/tersier dan pelabuhan internasional/nasional atau mendukung

aksesibilitas di kawasan perkotaan metropolitan.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 119

Pengembangan infrastruktur kepelabuhanan meliputi pelabuhan umum dan

pelabuhan khusus. Pengembangan infrastruktur pelabuhan umum diselenggarakan guna

mewujudkan sistem transportasi yang handal dan berkemampuan tinggi dalam rangka

menunjang pembangunan nasional. Pelabuhan umum terdiri atas pelabuhan internasional

hub, pelabuhan internasional, pelabuhan nasional, pelabuhan regional, dan pelabuhan

lokal.

Pelabuhan internasional dikembangkan untuk melayani kegiatan pelayaran dan

alih muat peti kemas angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah besar,

menjangkau wilayah pelayanan sangat luas, dan menjadi simpul jaringan transportasi laut

internasional. Pelabuhan internasional ditetapkan dengan kriteria :

a. berhadapan langsung dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia dan/atau jalur

pelayaran internasional

b. berjarak paling jauh 500 (lima ratus) mil dari Alur Laut Kepulauan Indonesia atau

jalur pelayaran internasional

b. bagian dari prasarana penunjang fungsi pelayanan PKN dalam sistem transportasi

antarnegara

c. berfungsi sebagai simpul utama pendukung pengembangan produksi kawasan

andalan ke pasar internasional

d. berada di luar kawasan lindung

e. berada pada perairan yang memiliki kedalaman paling sedikit 9 (sembilan) meter.

Pelabuhan nasional dikembangkan untuk melayani kegiatan pelayaran dan alih

muat peti kemas angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah menengah,

menjangkau wilayah pelayanan menengah, memiliki fungsi sebagai simpul jaringan

transportasi laut nasional. Pelabuhan nasional ditetapkan dengan kriteria :

a. merupakan bagian dari prasarana penunjang fungsi pelayanan PKN dalam sistem

transportasi antarprovinsi

b. berfungsi sebagai simpul pendukung pemasaran produk kawasan andalan ke pasar

nasional

c. memberikan akses bagi pengembangan pulau-pulau kecil dan kawasan andalan laut,

termasuk pengembangan kawasan tertinggal

d. berada di luar kawasan lindung

e. berada pada perairan yang memiliki kedalaman paling sedikit 9 (sembilan) meter.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 120

Pelabuhan regional dikembangkan untuk melayani kegiatan pelayaran dan alih

muat angkutan laut nasional dan regional, pelayaran rakyat, angkutan sungai, dan

angkutan perintis dalam jumlah menengah, dan menjangkau wilayah pelayanan

menengah. Pelabuhan regional ditetapkan dengan kriteria :

a. merupakan bagian dari prasarana penunjang fungsi pelayanan PKN atau PKW dalam

sistem transportasi antarprovinsi

b. berfungsi sebagai simpul pendukung pemasaran produk kawasan andalan ke pasar

regional

c. memberikan akses bagi pengembangan kawasan andalan laut, kawasan pedalaman

sungai, dan pulau-pulau kecil, termasuk pengembangan kawasan tertinggal

d. berada di luar kawasan lindung

e. berada pada perairan yang memiliki kedalaman paling sedikit 4 (empat) meter.

Pelabuhan lokal dikembangkan untuk melayani kegiatan pelayaran dan alih muat

angkutan laut lokal dan regional, pelayaran rakyat, angkutan sungai, dan angkutan

perintis dalam jumlah kecil, serta menjangkau wilayah pelayanan terbatas. Pelabuhan

lokal ditetapkan dengan kriteria :

a. merupakan bagian dari prasarana penunjang fungsi pelayanan PKW atau PKL dalam

sistem transportasi antarkabupaten/kota dalam satu provinsi

b. berfungsi sebagai simpul pendukung pemasaran produk kawasan budi daya di

sekitarnya ke pasar lokal

c. berada di luar kawasan lindung

d. berada pada perairan yang memiliki kedalaman paling sedikit 1,5 (satu setengah)

meter dan dapat melayani pelayaran rakyat.

Pengembangan infrastruktur pelabuhan khusus diselenggarakan untuk menunjang

pengembangan kegiatan atau fungsi tertentu, antara lain fungsi pertahanan keamanan,

kegiatan perindustrian, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan, pariwisata, atau

bidang lainnya, yang dalam pelaksanaan kegiatan usaha pokoknya memerlukan fasilitas

pelabuhan. Sebagai contoh adalah pangkalan angkatan laut untuk fungsi pertahanan

keamanan, pelabuhan perikanan untuk kegiatan perikanan, pelabuhan minyak dan gas

bumi untuk kegiatan pertambangan. Pelabuhan khusus dapat dialihkan fungsinya menjadi

pelabuhan umum dengan memperhatikan sistem transportasi laut.

Pengembangan infrastruktur transportasi udara dilakukan dalam kinerja Bandar

Udara dan Pangkalan Udara. Bandar Udara merupakan lapangan terbang yang

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 121

dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang,

dan/atau bongkar muat kargo dan/atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan

penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi. Sedangkan

Pangkalan udara merupakan kawasan di daratan dan/atau di perairan dalam wilayah

Republik Indonesia yang dipergunakan untuk kegiatan penerbangan Tentara Nasional

Indonesia.

Bandar udara menurut fungsinya merupakan simpul dalam jaringan transportasi

udara sesuai dengan hirarki fungsinya, pintu gerbang kegiatan perekonomian nasional

dan internasional, dan tempat kegiatan alih moda transportasi. Sedangkan menurut

hirarki fungsi dibedakan atas bandar udara pusat penyebaran dan bandar udara bukan

pusat penyebaran.

Bandar udara ditentukan berdasarkan penilaian atas kriteria :

a. Sistem perkotaan PKN, PKW dan PKL

b. Status Penggunaan Bandar Udara Internasional dan Domestik

c. Jumlah kepadatan penumpang yang meliputi datang dan berangkat, transit, dan

frekuensi penerbangan.

d. Rute penerbangan yang terdiri dari rute penerbangan dalam negeri, rute

penerbangan luar negeri, rute dalam negeri yang menjadi cakupannya, penilaian atas

kriteria bandar udara diatur dengan Keputusan Menteri, bandar udara berdasarkan

hirarki fungsi ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Tatanan kebandarudaraan terdiri dari bandar udara umum dan bandar udara

khusus. Bandar udara umum terdiri dari bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan

primer, bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan sekunder, bandar udara pusat

penyebaran skala pelayanan tersier, dan bandar udara bukan pusat penyebaran. Pusat

penyebaran sekunder diarahkan untuk melayani penumpang dalam jumlah sedang

dengan lingkup pelayanan dalam satu provinsi dan terhubungkan dengan pusat

penyebaran primer.

Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari

rencana sistem perkotaan dan rencana infrastruktur jalan dan perhubungan dapat dilihat

pada Gambar 3.1.

Rencana pengembangan infrastruktur jalan dan perhubungan sebagaimana

tercantum dalam Tabel 3.5.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 122

Gambar 3.1

Peta Struktur Ruang

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 123

Tabel 3.5

Rencana Pengembangan Infrastruktur Jalan dan Perhubungan

No Infrastruktur Rencana Pengembangan Wilayah Arahan Pengembangan

1 InfrastrukturJalan

1. Pengembangan jaringanjalan primer sebagaipenghubung antara pusat-pusat kegiatan, baik antarPKN, PKN dan PKW, antarPKW, PKW dan PKL,maupun dengan kawasanstrategis nasional danprovinsi.

WPBodebekpunjur-WP Purwasuka-WP KK CekunganBandung – WPCiayumajakuning

Pembangunan jalan kolektorprimer lintas utara Daerah

Peningkatan kapasitas dankondisi ruas jalan strategis

WPCiayumajakuning-WP KK CekunganBandung – WPPriatim –Pangandaran

Peningkatan jalan poros timur dijalur Pangandaran- Ciamis–Cikijing-Cirebon

Peningkatan kapasitas dankondisi ruas jalan strategis

WP Sukabumidsk- WP KKCekunganBandung, WPPriatim –Pangandaran

Pembangunan jalan lintas selatanDaerah

Peningkatan status jalan lintasselatan Daerah menjadi jalannasional

Peningkatan kapasitas dankondisi ruas jalan strategis

Penyelesaian penanganan jalandan jembatan di Daerah bagianselatan

Pembangunan jalan poros tengahdi jalur Bandung-Pangalengan-Rancabuaya.

WPBodebekpunjur-WP KK CekunganBandung – WPSukabumi dsk

Peningkatan Status dan FungsiRuas Jalan Strategis

Peningkatan kualitas saranaprasarana dasar di daerahperbatasan Jabar-Banten danperbatasan Jabar - DKI

Optimasi Jalur Vertikal PelabuhanRatu-Cikidang-Cibadak-Bogor-Depok-Jakarta.

WPBodebekpunjur

Peningkatan kapasitas dankondisi ruas jalan strategis.

WP Purwasuka Pengembangan infrastrukturjalan mencakup peningkatankapasitas dan kondisi ruas jalanstrategis

Pembangunan jalan lingkarKarawang di KabupatenKarawang

WPCiayumajakuning

Pembangunan jalan lingkarselatan di Kota Cirebon dan jalanlingkar Kadipaten di KabupatenMajalengka

Peningkatan kapasitas dankondisi ruas jalan strategis.

WP Priatim-Pangandaran

Peningkatan kapasitas dankondisi ruas jalan strategis

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 124

No Infrastruktur Rencana Pengembangan Wilayah Arahan Pengembangan

WP Sukabumi dsk Pembangunan Jalan LingkarSukabumi di KabupatenSukabumi dan Kota Sukabumi,serta jalan lingkar Cianjur diKabupaten Cianjur

Peningkatan kapasitas dankondisi ruas jalan strategis

WP KK CekunganBandung

Pembangunan jalan lingkarMajalaya dan Banjaran diKabupaten Bandung

Pembangunan jalan alternatifBandung-Lembang

Peningkatan kapasitas dankondisi ruas jalan strategis.

2. Pengembangan jaringanjalan tol dalam kotamaupun antar kota sebagaipenghubung antar pusat-pusat kegiatan utama

WPBodebekpunjur-WP Purwasuka-WP KK CekunganBandung –WPCiayumajakuning

Pembangunan jalan Tol Cileunyi–Sumedang-Dawuan(CISUMDAWU) dan jalan TolCikopo/Cikampek-Palimanan(CIKAPALI)

WPCiayumajakuning-WP KK CekunganBandung – WPPriatim -Pangandaran

Pembangunan jalan Tol Cileunyi-Nagrek-Ciamis-Banjar

WPBodebekpunjur-WP KK CekunganBandung – WPSukabumi dsk.

Pembangunan Jalan Tol Ciawi-Sukabumi, Sukabumi-Ciranjang,dan Ciranjang-Padalarang

WPBodebekpunjur

Pembangunan jalan tol BogorRing Road, Depok-Antasari,Cinere-Jagorawi, Cimanggis-Cibitung, Cikarang-Tanjungpriok,Bekasi-Cikarang-Kp.Melayu, danSerpong-Cinere

Pembangunan jalan lingkarLeuwiliang di Kabupaten Bogor

WPCiayumajakuning

Pembangunan jalan tol Kanci -Pejagan di Kota Cirebon

WP KK CekunganBandung

Pembangunan jalan tol Soreang-Pasirkoja, jalan tol dalam KotaBandung (Terusan Pasteur-Ujungberung-Cileunyi) danUjungberung-Gedebage-Majalaya

2 InfrastrukturPerhubungan

1. Pengembangan jaringankereta api yang berfungsisebagai penghubung antarPKN, antara PKN dan PKW,serta antar PKW.

WPBodebekpunjur-WP Purwasuka-WP KK CekunganBandung–WPCiayumajakuning

Pembangunan jalur Kereta ApiAntar Kota Rancaekek-Jatinangor- Tanjungsari-Kertajati-Kadipaten-Cirebon.

Peningkatan keandalan sistemjaringan jalur KA lintas selatanyang menghubungkan kota-kotaPurwakarta-Bandung;

Pembangunan jalur KA cepatlintas Jakarta-Bandung;

Pembangunan rel ganda parsialjalur KA Cisomang-Cikadondong

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 125

No Infrastruktur Rencana Pengembangan Wilayah Arahan Pengembangan

WPCiayumajakuning-WP KK CekunganBandung-WPPriangan Timur-Pangandaran

Peningkatan keandalan sistemjaringan jalur KA lintas selatanyang menghubungkan kota-kotaBandung-Tasikmalaya-Banjar

WPBodebekpunjur-WP KK CekunganBandung – WPSukabumi dsk.

Revitalisasi Jalur KA Antar KotaBandung-Sukabumi-Bogor

WPBodebekpunjur

Peningkatan/Pembangunan relganda KA Perkotaan Manggarai-Cikarang (lintas Manggarai-Jatinegara-Bekasi)

Peningkatan rel ganda KAPerkotaan Parung Panjang-Tenjo

Pengembangan KA PerkotaanJabodetabek

Peningkatan jalur KA Antar KotaBogor-SukabumiPembangunan shortcut jalur KAPerkotaan Parung Panjang-Citayam

WP Purwasuka Pembangunan Shortcut Jalur KAAntar Kota Cibungur-Tanjungrasadi Kab. Karawang dan Kab.Purwakarta

Peningkatan keandalan sistemjaringan jalur KA lintas selatanyang menghubungkan kota-kotaCikampek-Purwakarta

Peningkatan jalur KA lintasCikampek-Padalarang, termasukpeningkatan spoor emplasemen

Pembangunan rel ganda parsialantara Purwakarta-Ciganea

Elektrifikasi rel ganda KA AntarKota Cikarang-Cikampek

Peningkatan keandalan sistemjaringan KA lintas utara Jakarta-Cikampek

Pembangunan jalur KA cepatlintas Jakarta-Surabaya

WPCiayumajakuning

Pembangunan dan peningkatansistem jaringan jalur KA lintasutara-selatan yangmenghubungkan Kota Indramayu–Jatibarang

Pembangunan dan peningkatansistem jaringan jalur KA lintasutara-selatan yangmenghubungkan Kota Kadipaten-Cirebon

Reaktivasi jalur KA Antar KotaCirebon-Kadipaten-Kertajati

Peningkatan keandalan sistemjaringan jalur KA lintas utarayang menghubungkan kota-kotaCikampek-Jatibarang-Cirebon

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 126

No Infrastruktur Rencana Pengembangan Wilayah Arahan Pengembangan

WP Priatim-Pangandaran

Reaktivasi jalur KA Antar KotaBanjar-Cijulang

Reaktivasi jalur KA Cikajang-Cibatu

Pembangunan dan peningkatansitem jaringan jalur KA lintasutara-selatan antaraGalunggung-Tasikmalaya

WP Sukabumi dsk Pembangunan dan peningkatansistem jaringan jalur KA lintasutara-selatan yangmenghubungkan kota-kotaBogor-Sukabumi-Cianjur-Padalarang

WP KK CekunganBandung

Pembangunan jalur ganda KAPerkotaan Kiaracondong-Rancaekek-Cicalengka

Elektrifikasi jalur KA PerkotaanPadalarang-Kiaracondong-Cicalengka

Reaktivasi jalur KA PerkotaanRancaekek-Jatinangor-Tanjungsari

Reaktivasi jalur KA PerkotaanCikudapateuh-Soreang-Ciwidey

Pembangunan/pengembanganKA perkotaan di Kota Bandung;

Pembangunan DT BandungUrban Railway TransportDevelopment, ElectrificationPadalarang-Cicalengka Line

2. Pengembangan bandaradan pelabuhan nasionalmaupun internasional sertaterminal guna memenuhikebutuhan pergerakan daridan ke Jawa Barat dalamskala regional, nasional,maupun internasional

WPBodebekpunjur

Pengembangan Pelabuhan Lautdi Kabupaten Bekasi

Penyediaan terminal tipe A diKota Bogor, Kota Depok, danKabupaten Bekasi

Optimalisasi fungsi PangkalanUdara Atang Sanjaya diKabupaten Bogor

WP Purwasuka Pembangunan Pelabuhan LautInternasional Cilamaya diKabupaten Karawang

Optimalisasi fungsi PangkalanUdara Kalijati di Kab. Subang

Penyediaan Terminal Tipe A diKabupaten Karawang

WPCiayumajakuning

Pembangunan Bandar udaraInternasional Jawa Barat (BIJB)Kertajati di KabupatenMajalengka sebagai PusatPersebaran Sekunder

Optimalisasi fungsi Bandar udaraCakrabuwana (Penggung) diKota Cirebon sebagai PusatPersebaran Tersier

Penyediaan terminal Tipe A diKota Cirebon, Terminal Tipe B diKabupaten Kuningan danKabupaten Indramayu

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 127

No Infrastruktur Rencana Pengembangan Wilayah Arahan Pengembangan

Peningkatan kapasitas danfungsi Pelabuhan InternasionalArjuna di Kota Cirebon

WP Priatim-Pangandaran

Penyediaan terminal Tipe A diKota Tasikmalaya

Optimalisasi fungsi Bandarudara Nusawiru di Pangandaransebagai Pusat PersebaranTersier dan Pangkalan UdaraCibeureum di KabupatenTasikmalaya

WP Sukabumi dsk Penyediaan terminal tipe A diKota Sukabumi dan tipe B diPalabuhanratu

Peningkatan kapasitas pelabuhanlaut perikanan samudera diPalabuhanratu

Pembangunan Pangkalan UdaraCitarate di Kabupaten Sukabumi

WP KK CekunganBandung

Pengembangan terminal Tipe Adi Kota Bandung dan KabupatenBandung

Optimalisasi fungsi Bandar udaraHusein Sastranegara sebagaiPusat Persebaran Tersier

3. Pengembangan transportasiterpadu dalam rangkamendukung pengembanganpusat-pusat kegiatan utama

WPBodebekpunjur

Pengembangan angkutan massalperkotaan

Peningkatan fasilitas danprasarana lalu lintas angkutanjalan.

WP Purwasuka Peningkatan fasilitas danprasarana lalu lintas jalan

WPCiayumajakuning

Pengembangan sistem angkutanumum massal di PKN KawasanPerkotaan Cirebon

Peningkatan fasilitas danprasarana lalu lintas angkutanjalan

WP Priatim-Pangandaran

Peningkatan fasilitas danprasarana lalu lintas angkutanjalan.

WP Sukabumi dsk Peningkatan sarana danprasarana lalu lintas angkutanjalan

WP KK CekunganBandung

Pengembangan sistem angkutanumum massal perkotaan

Peningkatan fasilitas danprasarana lalu lintas angkutanjalan.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 128

3.2.2 Rencana Pengembangan Infrastruktur Sumber Daya Air dan Irigasi

Berbasis DAS

Rencana pengembangan prasarana sumber daya air dan irigasi dilaksanakan

dalam Wilayah Sungai (WS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Provinsi Jawa Barat.

Wilayah sungai meliputi WS Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum, WS

Cimanuk-Cisanggarung, WS Citanduy, WS Ciwulan-Cilaki, dan WS Cisadea-Cibareno.

Sedangkan sumber daya air di Jawa Barat mengalir pada 5 (lima) wilayah sungai yang

terbagi dalam 41 DAS, dimana 21 DAS mengalir ke utara dan 20 DAS mengalir ke selatan.

Kriteria Pengembangan Sumber Daya Air dan Irigasi :

a. Pembangunan waduk/bendungan :

1. Dibangun pada DAS dengan aliran mantap <50%.

2. Dalam rangka mendukung pengembangan PKW dan PKN.

b. Rehabilitasi jaringan irigasi :

1. Dilaksanakan pada DAS dengan aliran mantap <50%.

2. Diprioritaskan pada daerah irigasi di wilayah utara Jawa Barat, karena

mempunyai nilai produktivitas yang tinggi.

Pada tahun 2029, prediksi kebutuhan air di Jawa Barat meliputi kebutuhan air

irigasi, air bersih domestik dan industri mencapai 28.185,84 juta m3/tahun. Sedangkan

prediksi ketersediaan air dihitung pada aliran mantap yaitu debit aliran sungai yang

diharapkan selalu ada meskipun pada musim kemarau yang dihitung berdasarkan

penggunaan lahan yang ada hanya mencapai 14.150,2 juta m3/tahun. Berdasarkan rasio

prediksi kebutuhan dan ketersediaan air masing-masing DAS pada tahun 2029 (aliran

mantap), kategori DAS di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.6.

TABEL 3.6

KATEGORI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI JAWA BARAT PADA TAHUN 2029

No Wilayah Sungai DASMengalir

Ke

ALIRAN MANTAP

Ratio kebutuhan danketersediaan air Kategori DAS

1 Cidanau CiujungCidurian CisadaneCiliwung Citarum

1 Ciliwung Utara 553.71 SANGAT KRITIS

2 Cisadane Utara 296.03 SANGAT KRITIS

3 Ciberang Utara 70.55 TIDAK KRITIS

4 Cidurian Utara 182.59 SANGAT KRITIS

5 Cimanceuri Utara 647.24 SANGAT KRITIS

6 Kali Cakung Utara 814.04 SANGAT KRITIS

7 Kali Sunter Utara 1,106.62 SANGAT KRITIS

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 129

No Wilayah Sungai DASMengalir

Ke

ALIRAN MANTAP

Ratio kebutuhan danketersediaan air Kategori DAS

8 Kali Bekasi Utara 1,136.86 SANGAT KRITIS

9 Citarum Utara 366.11 SANGAT KRITIS

10 Kali Pegadungan Utara 1,752.86 SANGAT KRITIS

11 Cilamaya Utara 1,244.74 SANGAT KRITIS

12 Ciasem Utara 607.35 SANGAT KRITIS

13 Cipunegara Utara 312.91 SANGAT KRITIS

2 CimanukCisanggarung

1 Cimanuk Utara 138.17 SANGAT KRITIS

2 Cisanggarung Utara 114.76 SANGAT KRITIS

3 Kali Beji Utara 762.51 SANGAT KRITIS

4 Cipanas Utara 537.26 SANGAT KRITIS

5 Cimanggis Utara 614.98 SANGAT KRITIS

6 Ciwaringin Utara 294.53 SANGAT KRITIS

7 Kalibunder Utara 236.59 SANGAT KRITIS

8 Bangkaderes Utara 120.82 SANGAT KRITIS

3 Citanduy 1 Citanduy Selatan 71.87 TIDAK KRITIS

4 Ciwulan Cilaki 1 Ciwulan Selatan 170.76 SANGAT KRITIS

2 Cilaki Selatan 27.71 TIDAK KRITIS

3 Cikandang Selatan 40.72 TIDAK KRITIS

4 Cipalebuh Selatan 41.41 TIDAK KRITIS

5 Cisanggiri Selatan 23.34 TIDAK KRITIS

6 Cikaengan Selatan 16.19 TIDAK KRITIS

7 Cipatujah Selatan 48.13 TIDAK KRITIS

8 Cimedang Selatan 26.86 TIDAK KRITIS

9 Cijulang Selatan 59.77 TIDAK KRITIS

5 Cisadea Cibareno 1 Cisadea Selatan 25.74 TIDAK KRITIS

2 Cibareno Selatan 86.12 KRITIS

3 Citepus Selatan 102.93 SANGAT KRITIS

4 Ciletuh Selatan 119.34 SANGAT KRITIS

5 Cimandiri Selatan 173.12 SANGAT KRITIS

6 Cikaso Selatan 54.98 TIDAK KRITIS

7 Cibuni Selatan 60.87 TIDAK KRITIS

8 Cisokan Selatan 84.81 KRITIS

9 Cipandak Selatan 21.91 TIDAK KRITIS

10 Ciujung Selatan 52.29 TIDAK KRITIS

Jumlah 41 DAS

Kategori DAS sangat kritis menunjukkan rasio kebutuhan dan ketersediaan air

lebih besar dari 100%, sedangkan DAS kritis apabila rasio kebutuhan dan ketersediaan air

berkisar dari 76% sampai 100%.

Berdasarkan kategori DAS di masing-masing wilayah sungai tersebut, untuk

mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian

daya rusak air, maka rencana pengembangan infrastruktur sumber daya air dan irigasi

diarahkan untuk menyediakan infrastruktur yang dapat menampung air untuk memenuhi

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 130

kebutuhan air baku di musim kemarau dan sekaligus dapat mengendalikan banjir di

musim hujan antara lain berupa waduk dan situ terutama di wilayah sungai dan DAS yang

diprediksi pada tahun 2029 dengan kategori sangat kritis dan kritis.

Rencana pengembangan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi, meliputi :

1. Pengembangan waduk/bendungan, situ, dan embung dalam rangka konservasi dan

pendayagunaan sumber daya air.

2. Pengembangan prasarana pengendali daya rusak air.

3. Pengembangan jaringan irigasi.

4. Rehabilitasi kawasan hutan dan lahan kritis di Hulu DAS kritis dan sangat kritis.

Rencana pengembangan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi sebagaimana

tercantum dalam Tabel 3.7.

Tabel 3.7

Rencana Pengembangan Infrastruktur Sumberdaya Air dan Irigasi

No Infrastruktur Rencana Pengembangan Wilayah Arahan Pengembangan

1 InfrastrukturSumberdaya Air

1. Pengembanganwaduk/bendungan, situ,dan embung dalam rangkakonservasi danpendayagunaan sumberdaya air

WPBodebekpunjur

Pembangunan waduk diWS Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum,meliputi : Pembangunan Waduk

Ciawi, Narogong,Genteng, Sodong,Tanjung, Parung Badak,Cijuray, dan Cidurian diKabupaten Bogor danWaduk Limo di KotaDepok

Revitalisasi danoptimalisasi fungsiwaduk dan danau/situ Rehabilitasi hutan dan

lahan kritis di hulu DAS

WP Purwasuka Pembangunan WadukSadawarna, Cilame,Talagaherang,Cipunagara, Kandungdan Bodas di KabupatenSubang

Revitalisasi danoptimalisasi fungsiwaduk dan danau/situ

Rehabilitasi hutan danlahan kritis di hulu DAS

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 131

No Infrastruktur Rencana Pengembangan Wilayah Arahan Pengembangan

WPCiayumajakuning

Pembangunan WadukCipasang, Kadumanik,Cipanas, dan CipanasSaat di KabupatenSumedang, dan WadukLapangan Cinunjang diKabupaten Kuningan

Revitalisasi danoptimalisasi waduk dandanau/situ Rehabilitasi hutan dan

lahan kritis di hulu DAS

WP PrianganTimur danPangandaran

Pembangunan waduk diWS Citarum, meliputi :Waduk Cibatarua diKabupaten Garut Pembangunan waduk di

WS Citanduy, meliputi :Waduk Cikembang danLeuwikeris di KabupatenCiamis

Pembangunan waduk diWS Ciwulan-Cilaki,meliputi : WadukLapangan Gagah Jurit,Sukahurip, Hyang diKabupaten Ciamis, danWaduk Ciwulan diKabupaten Tasikmalaya

Revitalisasi danoptimalisasi fungsiwaduk dan danau/situ

WP Sukabumi dansekitarnya

Pembangunan waduk diWS Cisadea-Cibareno,meliputi : WadukCitepus, Waduk Ciletuh,Waduk Cikarang, WadukCikaso, WadukWarungkiara dan WadukCibareno di KabupatenSukabumi, serta WadukCibuni dan WadukCimaskara di KabupatenCianjur

Revitalisasi danoptimalisasi fungsi situ

WP KK CekunganBandung

Pembangunan WadukSukawana, Santosa,Ciwidey, Cimeta,Cikapundung, Citarikdan Tegalluar diKabupaten Bandung

Revitalisasi danoptimalisasi fungsiwaduk dan danau/situ Rehabilitasi hutan dan

lahan kritis di hulu DAS

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 132

No Infrastruktur Rencana Pengembangan Wilayah Arahan Pengembangan

2. Pengembangan prasaranapengendali daya rusak air

WPBodebekpunjur

Pengembanganinfrastruktur pengendalibanjir

WP Purwasuka Pengembanganinfrastruktur pengendalibanjir

WPCiayumajakuning

Pengembanganinfrastruktur pengendalibanjir

WP PrianganTimur danPangandaran

Pengembanganinfrastruktur pengendalibanjir

Pembangunan DaerahIrigasi Leuwigoong diKabupaten Garut

Peningkatan kondisijaringan irigasi.

WP Sukabumi dansekitarnya

Pengembanganinfrastruktur pengendalibanjir

WP KK CekunganBandung

Pengembanganinfrastruktur pengendalibanjir

2 InfrastrukturIrigasi

1. Pengembangan jaringanirigasi.

WPBodebekpunjur-Purwasuka-CekunganBandung-Ciayumajakuning

Peningkatan kondisijaringan irigasi dibagian utara.

WPBodebekpunjur

Peningkatan kondisijaringan irigasi

WP Purwasuka Peningkatan kondisijaringan irigasi.

WPCiayumajakuning

Pembangunan DaerahIrigasi Rengrang diKabupaten Sumedang

Peningkatan kondisijaringan irigasi.

WP PrianganTimur danPangandaran

Pembangunan DaerahIrigasi Leuwigoong diKabupaten Garut

Peningkatan kondisijaringan irigasi.

WP Sukabumi dansekitarnya

Peningkatan kondisijaringan irigasi

WP KK CekunganBandung

Peningkatan kondisijaringan irigasi

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 133

3.2.3 Rencana Pengembangan Infrastruktur Energi dan Kelistrikan

Rencana pengembangan prasarana energi dan kelistrikan adalah :

1. Pengembangan instalasi dan jaringan distribusi listrik untuk meningkatkan pasokan

listrik ke seluruh wilayah Jawa Barat;

2. Pengembangan energi terbarukan meliputi pengembangan panas bumi, energi

potensial air, energi surya, energi angin dan bioenergi; dan

3. Pengembangan energi tak terbarukan meliputi Bahan Bakar Minyak (BBM), gas, dan

batubara untuk meningkatkan pasokan energi.

Pengembangan energi ditujukan untuk meningkatkan pasokan dan cakupan

pelayanan energi kepada masyarakat. Peningkatan pasokan ditempuh melalui

pengembangan potensi pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan dan tak

terbarukan guna memenuhi kebutuhan energi masyarakat dalam jangka panjang.

Peningkatan cakupan pelayanan ditempuh melalui pengembangan jaringan infrastruktur

energi.

a. Energi Terbarukan

Pengembangan sumber energi terbarukan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan

pasokan daya di dalam memenuhi kebutuhan energi masyarakat. Pengembangan sumber-

sumber energi terbarukan meliputi pengembangan panas bumi, energi potensial air

(mikrohidro), tenaga surya serta tenaga angin, serta sumber energi bahan bakar nabati.

Rencana pengembangan sumber energi terbarukan adalah :

1. Meningkatkan pasokan energi listrik melalui pengembangan pemanfaatan sumber

energi panas bumi di Kab. Bogor (Awi Bengkok), Sumedang (Tampomas), Kab.

Bandung (Cibuni, Patuha, Wayang Windu dan Kamojang, dan Tangkuban Parahu),

serta Kab. Garut (Kawah Darajat)

2. Meningkatkan pasokan energi listrik melalui pengembangan sumber energi potensial

air (PLTA) di Kabupaten Sumedang (Waduk Jatigede)

3. Mengembangkan pemanfaatan sumber-sumber energi listrik mikrohidro di Kab. Garut

(Kec. Bungbulang, Cihurip dan Cikelet), serta Kabupaten Cianjur (Kec. Cigugur, Cidaun

dan Naringgul), tenaga surya, serta tenaga angin di wilayah perdesaan potensial serta

belum terjangkau oleh sistem jaringan listrik.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 134

4. Mendorong pengembangan sumber energi bahan bakar nabati dan biogas di kawasan

perdesaan sebagai sumber energi alternatif di Kabupaten Garut, Ciamis, Cianjur dan

Kabupaten Sukabumi.

b. Energi Tak Terbarukan

Pengembangan energi tak terbarukan mencakup pengembangan energi yang bersumber

dari Bahan Bakar Minyak (BBM), Gas, dan batubara untuk meningkatkan pasokan energi

listrik. Rencana pengembangan energi tak terbarukan adalah :

1. Meningkatkan pasokan energi listrik melalui pemanfaatan sumber energi batubara

untuk meningkatkan pasokan energi listrik di Kabupaten Indramayu (PLTU) dan

Kabupaten Sukabumi (PLTU);

2. Mewujudkan pemerataan cakupan pelayanan energi listrik melalui pengembangan

listrik perdesaan di wilayah-wilayah yang masih belum terjangkau oleh jaringan listrik.

Tabel 3.8

Rencana Pengembangan Infrastruktur Energi dan Kelistrikan

No Infrastruktur Rencana Pengembangan Wilayah Arahan Pengembangan

1 InfrastrukturEnergi danKelistrikan

1. Pengembangan instalasidan jaringan distribusilistrik untuk meningkatkandan memeratakanpasokan listrik ke seluruhwilayah Jawa Barat

2. Pengembangan energiterbarukan meliputipengembangan panasbumi, energi potensial air(mikrohidro), tenagasurya serta tenaga angin,serta sumber energibahan bakar nabati

3. Pengembangan energi takterbarukan meliputipengembangan energiyang bersumber dariBahan Bakar Minyak(BBM), gas, dan batubarauntuk meningkatkanpasokan energi listrik.

WPBodebekpunjur

Pengembangan lapanganpanas bumi eksisting dilapangan panas bumi AwiBengkok, Gunung Salak diKabupaten Bogor;

Pengembangan prospekpanas bumi di lapanganpanas bumi Ciseeng dan Gn.Pancar di Kabupaten Bogor,serta lapangan panas bumiGn. Gede Pangrango diKabupaten Bogor danKabupaten Cianjur;

Pengembangan pemanfaatansampah sebagai energi di TPAdi Kabupaten Bogor,Kabupaten Bekasi, KotaBekasi, Kota Bogor, dan KotaDepok;

Pengembangan pipanisasi gasregional dan gas kota di KotaBogor, Kota Depok,Kabupaten Bekasi dan KotaBekasi;

Pengembangan pemanfaatanenergi terbarukan berupaenergi air skala kecil, energisurya, energi angin danbioenergi;

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 135

No Infrastruktur Rencana Pengembangan Wilayah Arahan Pengembangan

Pengembangan pemanfaatangas alam di Kabupaten Bekasi(SPPBE, LNG Terminal,PLTG,dan LPG plant);

Pengembangan Desa mandirienergi.

WP Purwasuka Pengembangan prospek panasbumi di lapangan panas bumiSagalaherang dan TangkubanPerahu di Kabupaten Subang;

Pengembangan jaringanpipanisasi gas (gas pipeline)dan gas kota di KabupatenKarawang, Purwakarta, danSubang;

Pengembangan pemanfaatanenergi terbarukan berupaenergi air skala kecil, energisurya, energi angin danbioenergi;

Pengembangan pemanfaatanbatubara untuk industri;

Pengembangan secaraterkoordinasi pemanfaatangas alam (SPPBE, PLTG, danLPG Plant) di KabupatenKarawang dan Subang;

Pengembangan Desa mandirienergi.

WPCiayumajakuning

Pengembangan PLTA WadukJatigede di KabupatenSumedang;

Pengembangan PLTU diKabupaten Indramayu danKabupaten Cirebon;

Pengembangan SumberEnergi Panas Bumi Tampomasdi Kabupaten Sumedang,Sangkan Hurip GunungCiremai di KabupatenKuningan dan Gn. Kromongdi Kabupaten Cirebon;

Pengembangan jaringan pipagas regional dan gas kota;

Pengembangan pemanfaatanenergi terbarukan berupaenergi air skala kecil, energisurya, energi angin danbioenergi;

Pengembangan pemanfaatanbatubara untuk industri danpembangkit listrik diKabupaten Indramayu danKabupaten Cirebon;

Pengembangan Desa mandirienergi.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 136

No Infrastruktur Rencana Pengembangan Wilayah Arahan Pengembangan

WP PrianganTimur danPangandaran

Pengembangan pemanfaatansumber energi panas bumiKawah Drajat, KawahKamojang, Papandayan,Cilayu, Ciarinem, Cikuray danGuntur Masigit di KabupatenGarut dan sebagianKabupaten Bandung, Gn.Sawal Kabupaten Ciamis,Karaha Bodas, Gn.Galunggung, Cipacing,Ciheras, Cigunung, Cibalong,Cipanas-Ciawi, Cakrabuana diKabupatenTasikmalaya; Pengembangan pemanfaatan

energi terbarukan berupaenergi air skala kecil, energisurya, energy angin, bio-energi; Pengembangan infrastruktur

pemanfaatan gas alam; Pengembangan Desa mandiri

energi.

WP Sukabumi dansekitarnya

Pengembangan PLTA pumpstorage Cisokan di KabupatenCianjur;

Pengembangan lapanganpanas bumi Cisolok-Cisukarame di KabupatenSukabumi, dan prospek panasbumi di Tanggeung-Cibungurdan Cipanas-Pacet diKabupaten Cianjur; Pengembangan pemanfaatan

energi terbarukan berupaenergi air skala kecil, energisurya, energy angin, bio-energi; Pengembangan pemanfaatan

batubara untuk pembangkitlistrik; Pengembangan infrastruktur

pemanfaatan gas alam;Pengembangan Desa mandirienergi.

WP KK CekunganBandung

Peningkatan energi panasbumi di Cibuni, Patuha,Wayang Windu, Kamojang,Papandayan, Tampomas, Gn.Malabar di KabupatenBandung, dan TangkubanPerahu di KabupatenBandung Barat;

Pengembangan energi darisampah TPA;

Pengembangan pemanfaatanenergi terbarukan berupaenergi air skala kecil, energisurya, energy angin, bio-energi;

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 137

No Infrastruktur Rencana Pengembangan Wilayah Arahan Pengembangan

Pengembangan jaringan pipagas regional dan gas kota;

Pemanfaatan batubara untukindustri;

Pengembangan Desa mandirienergi.

3.2.4 Rencana Pengembangan Prasarana Telekomunikasi

Rencana pengembangan prasarana telekomunikasi adalah:

1. Pengembangan telekomunikasi di desa-desa yang belum terjangkau sinyal telepon

2. Pengembangan telekomunikasi di desa-desa yang belum dilalui jaringan terestrial

telekomunikasi.

Kriteria Pengembangan Fasilitas Telekomunikasi :

Prioritas pengembangan fasilitas telekomunikasi dilakukan pada :

1. Desa-desa yang letaknya berada di daerah tidak terjangkau sinyal telepon

genggam/handphone (daerah blank spot).

2. Desa-desa yang jaraknya jauh dari jaringan kabel telepon dan kondisi topografi

alamnya sulit untuk dilalui jaringan teresterial telekomunikasi.

3. Desa-desa yang dapat diakses oleh jaringan kabel telepon atau sinyal handphone

tetapi desa tersebut tergolong miskin.

Pengembangan infrastruktur telekomunikasi ditujukan untuk membuka akses

wilayah-wilayah yang belum terjangkau dan terlayani oleh jaringan telekomunikasi.

Rencana pembangunan infrastruktur telekomunikasi diarahkan untuk mengembangkan

fasilitas telekomunikasi di perdesaan wilayah Jabar Selatan, Kabupaten Cianjur (Kec.

Pagelaran, Cikadu dan Naringgul), Kabupaten Kuningan (Kec. Pasawahan, Mandiracan),

Kab. Indramayu (Kec. Gantar, Terisi), serta Kab. Garut (Kec. Talegong dan Pamulihan).

Tabel 3.9

Rencana Pengembangan Infrastruktur Telekomunikasi

No Infrastruktur Rencana Pengembangan Wilayah Arahan Pengembangan

1 InfrastrukturTelekomunikasi

1. Pengembangantelekomunikasi di desa-desayang belum terjangkausinyal telepon

WPBodebekpunjur

Pengembangan infrastrukturtelekomunikasi perdesaan

Pengembangan CyberProvince

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 138

No Infrastruktur Rencana Pengembangan Wilayah Arahan Pengembangan

2. Pengembangantelekomunikasi di desa-desayang belum dilalui jaringanterestrial telekomunikasi

3. Pengembangan CyberProvince

WP Purwasuka Pengembangan infrastrukturtelekomunikasi perdesaan

Pengembangan CyberProvince.

WPCiayumajakuning

Pengembangan infrastrukturtelekomunikasi perdesaan,khususnya di KabupatenKuningan dan KabupatenIndramayu.

Pengembangan CyberProvince.

WP PrianganTimur danPangandaran

Pengembangan infrastrukturtelekomunikasi pedesaan,khususnya di KabupatenGarut.

Pengembangan CyberProvince.

WP Sukabumi dansekitarnya

Pengembangan infrastrukturtelekomunikasi pedesaan,khususnya di Kab. Cianjur

Pengembangan CyberProvince.

WP KK CekunganBandung

Pengembangan infrastrukturtelekomunikasi perdesaan

Pengembangan CyberProvince.

3.2.5 Rencana Pengembangan Permukiman

Rencana pengembangan permukiman adalah penyediaan sarana prasarana yang

dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan standar minimum pelayanan yang ada dengan

skala pelayanan lintas wilayah kabupaten/kota. Terdapat beberapa arahan

pengembangan wilayah yang akan secara langsung ataupun tidak langsung akan

berpengaruh pada pengembangan permukiman. Pada wilayah dimana pengembangan

perkotaan menjadi bagian utama (PKN), rencana lebih dikonsentrasikan pada penanganan

perumahan perkotaan, air bersih dan pengelolaan persampahan untuk mendukung peran

dan fungsi sistem perkotaan tersebut. Pada wilayah dengan pengembangan wilayah

dengan fungsi lindung tinggi dan merupakan sentra produksi, maka rencana lebih

diutamakan pada pengembangan air bersih dan pengembangan infrastruktur perdesaan

untuk menunjang aksesibilitas dan konektifitas sentra produksi dan jaringan distribusi.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 139

Secara umum, pengembangan permukiman dilakukan dengan arahan sebagai

berikut :

Menunjang perkembangan permukiman perkotaan

Pemenuhan standar pelayanan minimal bidang permukiman perkotaan

Percepatan penyediaan infrastruktur perdesaan di daerah tertinggal

Rencana pengembangan infrastruktur permukiman adalah:

1. Pengembangan hunian vertikal di perkotaan dan pengembangan Kawasan siap

bangun dan lingkungan siap bangun di perkotaan

Perencanaan pengembangan kawasan permukiman perkotaan menjadi penting

mengingat diproyeksikan sekitar 80% dari penduduk Jawa Barat yang akan

berjumlah sekitar 54,16 juta Jiwa di tahun 2029 bermukim di perkotaan. Dalam

pengembangan perumahan ini terdapat beberapa isu strategis yang dihadapi, antara

lain kesenjangan daya beli, kapasitas kelembagaan, ketersediaan lahan, serta

keterbatasan dukungan PSU. Untuk itu, prioritas pengembangan diarahkan pada

pemenuhan kebutuhan perumahan perkotaan terutama pada masyarakat

berpenghasilan menengah/rendah yang antara lain di lakukan melalui pengembangan

rumah susun dan penanganan kawasan kumuh perkotaan. Untuk Jawa Barat,

pengembangan rusun diprioritaskan untuk kawasan Bodebek dan Metropolitan

Bandung. Untuk kawasan permukiman terdapat beberapa kriteria yang perlu

diperhatikan seperti batas kelerengan (topografi), ketersediaan sumber air, bukan di

daerah rawan bencana, sistem drainase yang baik, bukan di daerah kawasan

lindung/pertanian/penyangga.

2. Peningkatan pelayanan sistem air minum

Pengelolaan air minum ini ditujukan untuk menghasilkan air minum yang aman bagi

masyarakat. Pemanfaatan sumber air permukaan harus mempertimbangkan

pemanfaatan air di sebelah hilir sehingga tidak merugikan pihak manapun. Untuk

pemanfaatan sumber air tanah, pertimbangan yang harus diperhatikan adalah

kapasitas air tanah tersebut. Untuk pendistribusian air, pembangunan jaringan/pipa

diupayakan tidak melalui lahan produktif. Permukiman yang memerlukan layanan air

bersih sedapat mungkin dapat dilayani melalui (minimal) hidran umum. Lokasi

pengolahan air minum sedapat mungkin ditempatkan tidak disekitar pemukiman

penduduk. Limbah sisa pengolahan air di buang melalui instalasi yang mampu

meminimalisasi limbah yang di buang yang mungkin mengganggu lingkungan sekitar.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 140

Perencanaan pengembangan sistem penyediaan air minum dilakukan melalui

pengembangan kapasitas IPA/WTP, penyediaan reservoir dan penambahan jaringan

distribusi/perpipaan.

3. Pengelolaan air limbah dan drainase

Idealnya, diperlukan luasan 2 Ha untuk kebutuhan pembangunan IPLT (instalasi

pengolah lumpur tinja) yang dapat melayani 10.000 orang. Sementara untuk IPAL

dibutuhkan lahan seluas 3 Ha untuk melayani jumlah yang sama. Untuk kawasan

dengan beban pencemaran berat diperlukan sebuah instalasi pengolahan limbah

terpadu dengan jarak setidaknya 5 km dari pemukiman penduduk. Pengoperasian

instalasi pengolah limbah tersebut sedapat mungkin menghindari dampak lain berupa

polusi udara, polusi suara, sedimentasi, busa dan atau pencemaran dalam bentuk

lainnya yang terbuang ke lingkungan sekitar terutama badan air. Selain itu kompleks

instalasi ini perlu mempertimbangkan nilai estetika agar tidak mengurangi

harmonisasi dengan lingkungan sekitarnya.

4. Pengelolaan persampahan

Rencana pengelolaan persampahan di Jawa Barat direncanakan akan dilakukan

secara regional melalui Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS)

Regional yang diarahkan dengan konsentrasi pada penanganan sampah di 3 PKN.

Pengembangan TPPAS mempertimbangkan aspek teknis, ekonomis serta sosial

sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru untuk penyelesaian masalah

persampahan tersebut. Selain itu juga perlu dipertimbangkan kriteria regional seperti

kondisi geologi, kondisi hidrogeologi, kelerengan, tataguna lahan sekitar dan bebas

banjir.

5. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh

Penataan kawasan kumuh difokuskan pada kawasan perkotaan yang memiliki tingkat

kepadatan yang cukup tinggi, sedangkan untuk penataan kawasan kumuh di

perdesaan di fokuskan pada kawasan kumuh nelayan yang berada di pesisir pantai,

pada prinsipnya penataan kawasan kumuh dilakukan melalui pendekatan peningkatan

kualitas melalui perbaikan sarana dan prasarana lingkungan permukiman. Penataan

dalam hal ini berupaya dalam menanggulangi aspek status kepemilikan lahan dimana

permukiman kumuh banyak terdapat pada lahan milik negara seperti bantalan rel

kereta api, di bawah jaringan listrik bertegangan tinggi (SUTET).

6. Pembangunan Pusat Kebudayaan, serta Kawasan dan Sarana Olah Raga

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 141

Pengembangan budaya direncanakan dalam Pembangunan Pusat Kebudayaan di PKN

dan PKW pada Wilayah Pengembangan (WP), serta untuk memfasilitasi sarana olah

raga direncanakan pembangunan kawasan olah raga terpadu di PKN, kawasan Olah

Raga di PKW dan sarana Olah Raga di PKL.

7. Pembangunan rumah sakit

Pengembangan jasa pelayanan kesehatan diarahkan dalam pembangunan Rumah

Sakit (RS) tipe A di PKN, Rumah Sakit tipe B di PKW serta diarahkan untuk

pembangunan Rumah Sakit (RS) tipe C di PKL yang menjadi kewenangan

Kabupaten/Kota.

8. Pembangunan pasar induk regional

Untuk pengembangan ekonomi wilayah diarahkan pada pembangunan Pasar Induk

Regional yang dapat melayani masyarakat di WP, pasar induk regional berprinsip

pada pasar/grosir induk yang mampu melayani pasar-pasar yang bersifat lokal di

wilayahnya.

9. Peningkatan prasarana dasar permukiman perdesaan

Peningkatan prasarana dasar permukiman perdesaan terkait dengan pengembangan

infrastruktur dasar permukiman di perdesaan diarahkan pada desa tertinggal, desa

terpencil, permukiman kumuh nelayan, desa translok, desa di kawasan rawan

bencana serta di desa perbatasan dengan provinsi lain. Penataan kawasan

permukiman perdesaan dilakukan dengan prinsip konservasi dan pengelolaan

bencana. Sumber energi bagi perdesaan diarahkan pada pengembangan Desa

Mandiri Energi terutama untuk perdesaan yang tidak memiki sumber energi, hal ini

dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat desa. Di wilayah perdesaan

direncanakan untuk dapat membangun sarana olah raga dan pusat kegiatan belajar.

Pengembangan infrastruktur dasar pedesaan ini adalah untuk mendorong desa

tertinggal untuk lebih maju dan menghubungkannya dengan desa pusat

pertumbuhan yang ada di sekitarnya. Pengembangan infrastruktur perdesaan

dilakukan antara lain melalui pengembangan jalan poros penghubung antar

perdesaan yang menjadi sentra produksi, sanitasi dasar dan peningkatan kualitas

permukiman. Peningkatan produktifitas dan konektifitas antar wilayah akan

meningkatkan hubungan keterkaitan dalam pengembangan antar wilayah.

Keterkaitan perkembangan antar wilayah diharapkan dapat mendorong wilayah untuk

tumbuh bersama dalam skala yang lebih luas.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 142

10. Pengembangan Desa Mandiri Energi

Rencana pengembangan ini terkait dengan adanya krisis energi, maka tiap daerah

mulai menggali potensi energi yang dimiliki. Potensi energi yang dapat digali dari

daerah perdesaan di Jawa Barat seperti potensi energi potensial air (mikrohidro),

tenaga surya serta tenaga angin, serta sumber energi bahan bakar nabati.

11. Pembangunan pusat kegiatan belajar di perdesaan

Pembangunan pusat kegiatan belajar di perdesaan ini utamanya untuk menunjang

kegiatan perekonomian berbasis perdesaan yang akan didorong perkembangannya.

Pusat belajar yang dibangun akan disesuaikan dengan keunikan potensi ekonomi

yang dimiliki oleh setiap perdesaan.

12. Pembangunan puskesmas

Pembangunan puskesmas selain puskesmas utama ini, dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan fasilitas kesehatan wilayah-wilayah terpencil yang tidak atau belum

memiliki akses terhadap sarana kesehatan, seperti rumah sakit atau puskesmas.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 143

Tabel 3.10

Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman

No InfrastrukturRencana

PengembanganWilayah Arahan Pengembangan

InfrastrukturPermukimanPerkotaan danPerdesaan

1. Pengembangan kawasanperumahan perkotaan

2. Peningkatan pelayanansistem air minum

3. Pengelolaan air limbahdan drainase

4. Pengelolaanpersampahan Regional

5. Peningkatan kualitaslingkungan permukimankumuh.

6. Pengembangan jasapelayanan kesehatan,ekonomi, budaya danolah raga

7. Peningkataninfrastruktur perdesaan

WPBodebekpunjur

a. Infrastruktur Permukiman Perkotaan Pengembangan hunian vertikal di

kawasan perkotaan Bodebek; Pengembangan kasiba/lisiba; Peningkatan ketersediaan air bersih

perkotaan dan pengembanganIPA/WTP di Kabupaten Bekasi danKabupaten Bogor; Pengembangan pengolahan air

limbah yang memperhatikan bakumutu limbah cair dan merupakansistem yang terpisah daripengelolaan air limbah industrisecara terpusat terutama padakawasan perumahan padat, pusatbisnis dan sentra industri; Penataan jaringan drainase

perkotaan; Pembangunan Tempat Pengolahan

dan Pemrosesan Akhir SampahRegional Nambo dengan cakupanpelayanan untuk wilayah KabupatenBogor, Kota Bogor, dan Kota Depok; Peningkatan kualitas lingkungan

permukiman kumuh di Kota Depokdan Kota Bekasi; Pembangunan kawasan olahraga

terpadu di PKN,PKW danpembangunan sarana olahraga diPKL; Pembangunan Rumah Sakit Tipe A

di PKN, Rumah Sakit Tipe B di PKWdan Rumah Sakit Tipe C di PKL; Peningkatan kualitas lingkungan

permukiman kumuh di Kota Depokdan Kota Bekasi; Pembangunan kawasan olahraga

terpadu di PKN,PKW danpembangunan sarana olahraga diPKL;

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 144

No Infrastruktur RencanaPengembangan

Wilayah Arahan Pengembangan

Pembangunan Rumah Sakit Tipe Adi PKN, Rumah Sakit Tipe B di PKWdan Rumah Sakit Tipe C di PKL; Pembangunan pusat kebudayaan di

PKN dan PKW; Pengendalian permukiman di

kawasan Puncak untuk mendukungfungsi konservasi kawasan; Pembangunan Pasar Induk Regional

di Kabupaten Bogor.

b. Infrastruktur Permukiman Perdesaan Peningkatan infrastruktur dasar

permukiman di desa tertinggal, desaterpencil, permukiman kumuhnelayan, desa di kawasanperbatasan dengan Provinsi Bantendan DKI, serta kawasan rawanbencana; Penataan kawasan permukiman

perdesaan dengan prinsipkonservasi dan pengelolaanbencana; Pembangunan sarana olah raga dan

pusat kegiatan belajar; dan Pembangunan Puskesmas.

WP Purwasuka a. Infrastruktur Permukiman Perkotaan Pengembangan hunian vertikal

terutama di pengembangankawasan industri KabupatenKarawang dan KabupatenPurwakarta; Pengembangan kasiba/lisiba; Penataan kawasan kumuh; Peningkatan pelayanan air besih

berupa pembangunan IPA/WTP danjaringan pipa distribusi; Pengembangan pengolahan air

limbah; Penataan jaringan drainase

perkotaan; Peningkatan pengelolaan

persampahan; Pembangunan kawasan olah raga di

PKW dan sarana olah raga di PKL; Pembangunan rumah sakit Tipe B di

PKW dan rumah sakit Tipe C di PKL; Pembangunan pusat kebudayaan di

PKW; dan Pembangunan Pasar Induk Regional

di PKW Cikampek-Cikopo.

b. Infrastruktur Permukiman Perdesaan Peningkatan infrastruktur dasar

permukiman di desa tertinggal, desaterpencil, permukiman kumuhnelayan dan kawasan rawanbencana; Penataan kawasan permukiman

perdesaan dengan prinsipkonservasi dan pengelolaanbencana; Pembangunan sarana olah raga dan

pusat kegiatan belajar; dan

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 145

No Infrastruktur RencanaPengembangan

Wilayah Arahan Pengembangan

Pembangunan Rumah Sakit Tipe Adi PKN, Rumah Sakit Tipe B di PKWdan Rumah Sakit Tipe C di PKL; Pembangunan pusat kebudayaan di

PKN dan PKW; Pengendalian permukiman di

kawasan Puncak untuk mendukungfungsi konservasi kawasan; Pembangunan Pasar Induk Regional

di Kabupaten Bogor.

b. Infrastruktur Permukiman Perdesaan Peningkatan infrastruktur dasar

permukiman di desa tertinggal, desaterpencil, permukiman kumuhnelayan, desa di kawasanperbatasan dengan Provinsi Bantendan DKI, serta kawasan rawanbencana; Penataan kawasan permukiman

perdesaan dengan prinsipkonservasi dan pengelolaanbencana; Pembangunan sarana olah raga dan

pusat kegiatan belajar; dan Pembangunan Puskesmas.

Pembangunan Puskesmas.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 146

No Infrastruktur RencanaPengembangan

Wilayah Arahan Pengembangan

WPCiayumajakuning

a. Infrastruktur PermukimanPerkotaan

Pengembangan hunian vertikal diKota Cirebon; Pengembangan kasiba/lisiba; Peningkatan pelayanan air bersih

berupa pembangunan IPA/WTP dan jaringan distribusi; Peningkatan sistem pengelolaan air

limbah; Penataan jaringan drainase

perkotaan; Peningkatan pengelolaan sampah

regional di Kabupaten Cirebon; Pembangunan kawasan

permukiman di Kertajati Aerocity diKabupaten Majalengka; Penataan permukiman kumuh; Pembangunan kawasan olah raga

terpadu di PKN dan PKW dan saranaolah raga di PKL; Pembangunan Rumah Sakit Tipe A

di PKN, Rumah Sakit Tipe B di PKWdan Rumah Sakit Tipe C di PKL; Pembangunan pusat kebudayaan di

PKN dan PKW; dan Pembangunan Pasar Induk Beras

Regional di Kabupaten Indramayudan Pasar Induk Regional diKabupaten Cirebon.

b. Infrastruktur PermukimanPerdesaan

Peningkatan infrastruktur dasarpermukiman di desa tertinggal, desaterpencil, desa perbatasan denganProvinsi Jawa Tengah, permukimankumuh nelayan, dan kawasan rawanbencana; Penataan kawasan permukiman

perdesaan dengan prinsipkonservasi dan pengelolaanbencana; Pembangunan sarana olah raga dan

pusat kegiatan belajar; Pembangunan Puskesmas.

WP PrianganTimur danPangandaran

a. Infrastruktur Permukiman Perkotaan Pengembangan kasiba/lisiba di

Kab. Tasikmalaya, KabupatenCiamis dan Kabupaten Garut; Pengembangan sistem pelayanan

air bersih di Kabupaten Garut; Peningkatan sistem pengelolaan air

limbah di Pangandaran dan KotaTasikmalaya; Penataan permukiman kumuh; Penyediaan tempat pengolahan

akhir sampah regional; Penataan jaringan drainase

perkotaan; Pembangunan kawasan olah raga di

PKW & sarana olah raga di PKL;

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 147

No Infrastruktur RencanaPengembangan

Wilayah Arahan Pengembangan

Pembangunan rumah sakit tipe B diPKW, rumah sakit tipe C di PKL; Pembangunan pusat kebudayaan di

PKNp; dan Pembangunan pusat rekreasi

terpadu skala nasional daninternasional di PKNp.

b. Infrastruktur Permukiman Perdesaan Peningkatan infrastruktur dasar

permukiman di desa tertinggal, desaterpencil, permukiman kumuhnelayan, desa di wilayah perbatasandengan Provinsi Jawa Tengah dankawasan rawan bencana; Penataan kawasan permukiman

perdesaan dengan prinsipkonservasi dan penanggulanganbencana; Pembangunan sarana olah raga dan

pusat kegiatan belajar; dan Pembangunan Puskesmas.

WP Sukabumi dansekitarnya

a. Infrastruktur Permukiman Perkotaan Pengembangan kasiba/lisiba di

Kabupaten Sukabumi, KotaSukabumi, dan Kab. Cianjur; Pengembangan sistem pelayanan

air bersih di Kab. Sukabumi danKabupaten Cianjur; Peningkatan sistem pengelolaan air

limbah di Palabuhanratu; Pengembangan permukiman

perkotaan yang memperhatikanprinsip konservasi; Penataan permukiman kumuh; Penyediaan tempat pengolahan

akhir sampah regional; Penataan jaringan drainase

perkotaan; Pembangunan kawasan olah raga di

PKW dan sarana olah raga di PKL; Pembangunan rumah sakit tipe A di

PKNp, rumah sakit tipe B di PKW,rumah sakit tipe C di PKL; Pembangunan pusat kebudayaan di

PKW dan PKNp; Pembangunan pasar induk regional

di Palabuhanratu; dan Pembangunan pusat bisnis kelautan

di PKNp.

b. Infrastruktur Permukiman Perdesaan Peningkatan infrastruktur dasar

permukiman di desa tertinggal, desaterpencil, desa perbatasan denganProvinsi Banten, permukimankumuh nelayan, dan kawasan rawanbencana; Penataan kawasan permukiman

perdesaan dengan prinsipkonservasi dan penanggulanganbencana; Pembangunan sarana olah raga dan

pusat kegiatan belajar; dan Pembangunan Puskesmas.

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009- 2029

Rencana Struktur Ruang 148

No Infrastruktur RencanaPengembangan

Wilayah Arahan Pengembangan

WP KK CekunganBandung

a. Infrastruktur Permukiman Perkotaan Pengembangan hunian vertikal

terutama di kawasan perkotaan,industri dan pendidikan, khususnyadi Kota Bandung, KabupatenBandung, Kota Cimahi danJatinangor di Kabupaten Sumedang; Pengembangan Kawasan Pendidikan

Tinggi Jatinangor di KabupatenSumedang; Pengembangan kasiba/lisiba di

Kabupaten Bandung Barat danKabupaten Sumedang; Peningkatan pengelolaan

persampahan, revitalisasi TPALeuwigajah, optimalisasi TPKSarimukti, dan operasionalisasiTempat Pengolahan danPemrosesan Akhir Sampah RegionalLegok Nangka; Peningkatan pelayanan air besih; Peningkatan pengolahan air limbah; Penataan permukiman kumuh; Penataan jaringan drainase

perkotaan; Pembangunan kawasan olah raga

terpadu di PKN dan PKW dan saranaolah raga di PKL. Pembangunan rumah sakit Tipe A di

PKN, rumah sakit Tipe B di PKW danrumah sakit Tipe C di PKL; Pembangunan pusat kebudayaan di

PKN dan PKW.

b. Infrastruktur Permukiman Perdesaan Peningkatan infrastruktur dasar

permukiman di desa tertinggal, desaterpencil, dan kawasan rawanbencana; Penataan kawasan permukiman

perdesaan dengan prinsipkonservasi terutama di WP KKCekungan Bandung bagian utaradan selatan; Pembangunan sarana olah raga dan

pusat kegiatan belajar; Pembangunan Puskesmas.