bab 1-5 AKHIR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PKM Unesa

Citation preview

21

1Potensi Lingkungan Kampus FMIPA Unesa untuk Mendukung Konservasi BurungThe Potency of FMIPA Campus to Support Birds Conservation Bachtiar Adi Saputra*, Nita Fitriana, Marella K.W, Dio Bekti Pamungkas, Ainur Rafika

Jurusan Biologi-FMIPA Universitas Negeri Surabaya,*) email : [email protected]

ABSTRACTUtilization of biological resources threat bird populations either directly with the exploit bird population in the wild nor indirectly due to the impact of deforestation.The purpose of this study were to describe the diversity and abundance of birds as well as describe the vegetation that can invite birds and utilized by the birds in the Environmental of FMIPA Campus (The Faculty of Mathematics and Natural Sciences, The State University of Surabaya). The observation was done by using observational research methods to the study design, namely;field observations, vegetation inventory and birds inventory. Field observations conducted to determine the point of sampling. Vegetation inventory conducted by recording all of the kinds of vegetation that habitat where birds are looks concerned. Bird inventory method used for inventory of birds in the FMIPA Campus was point count. The data obtained by replicating the observations in two times on 7.00-09.00 a.m and 15.00-17.00 p.m. This observation was done for six months with two different seasons. The results showed that there were 16 species of birds belong to 12 families, i.e. Apodidae, Aegthinidae, Alcedinidae, Columbidae, Cuculidae, Dicaeidae, Hirundinidae, Ploceidae, Pycnonotidae, Picidae, Silviidae and Zosteropidae. The most abundant species were Passer montanus Hirundo tahitica, and Pycnonotus aurigaster. The vegetation liked by those birds were the type of seedy and fruity trees as dense and has a high crown like tamarind, eucalyptus, and flamboyant, which supports food source and a high canopy for perch and shelter.Based on the results of the calculation of the index of diversity of birds Unesa region is medium, but with the abundance of diverse species that is 7 dominant species, 5 sub-dominant species, and 4 non-dominant or rare species discovered during observations.

Key words: Birds, Conservation, FMIPA Campus of the State University of Surabaya

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Burung merupakan komponen ekosistem alam atau satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan hidup manusia. Peranan burung yang cukup penting adalah membantu mengontrol populasi serangga, membantu penyerbukan bunga, dan pemencaran biji (Hernowo dan Prasetyo, 1989). Kehadiran burung pada habitat tertentu bukan tanpa makna. Hal demikian dapat dikaji melalui jaringan makanan (food web) yang dilalui dalam ekosistem alam yang membentuk kehidupannya. Hampir setiap bentuk kehidupan terkait erat dengan burung sehingga burung mudah dijumpai di berbagai tempat (Peterson, 1980). Dengan kondisi tersebut, diduga burung dapat dijadikan sebagai indikator lingkungan karena apabila terjadi degradasi lingkungan, burung menjadi komponen alam terdekat yang cepat menerima dampaknya.Secara psikologis, burung sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Indonesia Masyarakat. Banyak memanfaatkan burung selain sebagai sumber protein hewani, dapat pula membantu dalam proses regenerasi hutan di negara kita, tidak dapat diabaikan burung sebagai pengontrol populasi serangga dan sebagai sumber plasma nutfah yang akhirnya dapat dibudidayakan sehingga dapat bermanfaat bagi manusia. Burung banyak dipelihara karena nilai prestise-nya, misalnya perkutut, ayam bekisar, dan merak, juga karena kemerduan suaranya, misalnya kutilang dan murai batu. Indonesia memiliki kekayaan burung yang sangat besar, yaitu 1539 jenis (Shannaz, 1995). Namun sayangnya, berdasarkan data IUCN Indonesia memiliki daftar panjang burung yang terancam punah, yaitu 115 jenis, nomor dua terbanyak di dunia, setelah Brazil yang memiliki 121 jenis burung terancam punah (IUCN, 2008). Keterancaman tersebut disebabkan karena menurunnya kualitas lingkungan dan hilangnya habitat. Kehadiran suatu jenis burung tertentu, pada umumnya disesuaikan dengan kesukaannya terhadap habitat tertentu (Swastikaningrum, 2012).

2Menurut IUCN, ancaman besar terhadap populasi burung di alam selain degradasi dan konversi lahan, pencemaran lingkungan serta pertanian secara besar-besaran adalah pemanfaatan sumber daya hayati. Pemanfaatan sumber daya hayati yang mengancam populasi burung adalah baik secara langsung dengan mengeksploitasi populasi burung di alam maupun secara tidak langsung karena dampak penebangan hutan (IUCN, 2008). Oleh karena itu, perlu adanya suatu kegiatan yang bisa dijadikan wahana untuk konservasi burung yang mampu melestarikan burung sesuai habitat asli.Lingkungan kampus merupakan salah satu tempat yang potensial yang dapat digunakan sebagai wahana konservasi karena di samping mempunyai keterkaitan erat dengan dunia pendidikan, pada umumnya lingkungan kampus merupakan ruang terbuka hijau yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan yang dapat mengundang burung dan digunakan sebagai habitat yang mendukung serta aman dari gangguan. Akademisi beberapa kampus telah meneliti keanekaragaman burung di lingkungan kampus masing-masing, di antaranya Kampus Darmaga IPB (Mulyani 2001), Kampus Universitas Negeri Yogyakarta (Wibowo, 2004), Kampus ITS (Satriyono, 2007), Kampus Universitas Brawijaya (Setyaji, 2011), dan Kampus Universitas Diponegoro (Kutilang Indonesia, 2012).Lingkungan kampus FMIPA Universitas Negeri Surabaya (Unesa) merupakan salah satu wilayah di kampus Unesa ketintang yang memiliki lahan potensial untuk menjadi tempat singgah burung-burung endemik atau langka karena ditumbuhi banyak pepohonan yang rimbun dan tinggi yang merupakan habitat darat bagi burung serta adanya danau Unesa (bosem) sebagai habitat air tawar yang potensial disinggahi atau dimanfaatkan oleh burung-burung. Ambarwati (2011) menyatakan bahwa suatu tempat berpotensi sebagai lokasi birdwatching bagi pemula apabila memiliki keanekaragaman burung yang cukup banyak, jumlahnya cukup melimpah, dan memiliki rimbunan pohon yang sedang. Al-Haq dkk. (2011) menyatakan bahwa di Kampus Ketintang Universitas Negeri Surabaya terdapat 12 jenis burung dan terdapat di antaranya burung yang dilindungi, yaitu burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) (Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999). Hal ini merupakan salah satu potensi untuk mendukung kegiatan konservasi burung baik secara langsung melalui perlindungan potensi habitat maupun secara tidak langsung sebagai tempat pendidikan konservasi terutama di lingkungan FMIPA Unesa. Rektor Universitas Negeri Surabaya, Prof. Muchlas Samani, menambahkan bahwa kawasan lingkungan FMIPA dan danau unesa dijadikan agenda lomba burung berkicau tahunan Rektor Unesa Cup yang sudah digelar sejak tahun 2005 hingga sekarang. Penelitian Al-Haq dkk. (2011) telah mengungkap kekayaan jenis di Kampus Ketintang pada satu musim, namun belum memberikan data kemelimpahan setiap jenis dan tingkat keanekaragamannya. Inventarisasi data keanekaragaman dan kemelimpahan burung yang belum lengkap menyulitkan upaya konservasi burung di suatu lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk meneliti dan mendeskripsikan potensi lingkungan Kampus Ketintang Unesa, khususnya kampus FMIPA Unesa untuk mendukung konservasi burung dengan cara mendeskripsikan keanekaragaman dan kemelimpahan jenis burung pada musim kemarau dan penghujan, serta vegetasi alami lingkungan FMIPA yang dimanfaatkan oleh burung untuk mendukung konservasi burung. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut.1. Bagaimana keanekaragaman burung di lingkungan kampus FMIPA Unesa pada musim penghujan dan kemarau?2. Bagaimana kemelimpahan burung di lingkungan kampus FMIPA Unesa pada musim penghujan dan kemarau?3. Vegetasi apa yang dapat mengundang burung dan dimanfaatkan oleh burung di lingkungan kampus FMIPA Unesa?C. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Untuk mendeskripsikan keanekaragaman burung di lingkungan kampus FMIPA Unesa2. Untuk mendeskripsikan kemelimpahan burung di lingkungan kampus FMIPA Unesa.3. Untuk mendeskripsikan vegetasi yang berpotensi mengundang burung dan dimanfaatkan oleh burung di lingkungan kampus FMIPA Unesa.D. Luaran yang diharapkanLuaran yang diharapkan dalam program ini adalah dapat membantu memberikan data dasar berupa inventarisasi keanekaragaman, kemelimpahan dan vegetasi yang dimanfaatkan burung untuk mendeskripsikan potensi lingkungan FMIPA Unesa yang mendukung konservasi burung guna menjadi kampus konservasi.E. KegunaanKegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Pemanfaatan lingkungan kampus FMIPA Unesa untuk konservasi burung.2. Memberikan rekomendasi vegetasi yang dimanfaatkan burung di Lingkungan kampus FMIPA Unesa untuk mendukung konservasi burung.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. BurungBurung merupakan salah satu hewan tetrapoda yang paling dikenal yang dalam bahasa latin disebut aves. Kata aves berasal dari bahasa Latin dipakai sebagai nama Kelas, sedang Ornis dari bahasa Yunani dipakai dalam Ornithology berarti ilmu yang mempelajari burung-burung (Jasin, 1992). Burung memiliki pertukaran zat yang cepat karena kegiatan terbangnya memerlukan banyak energi. Posisi tubuhnya efisien pada waktu terbang sehingga dapat bergerak tanpa halangan sewaktu melawan arus angin.Burung itu sendiri merupakan subjek yang mengesankan, mereka menempati hampir seluruh habitat alam yang ada.Banyak yang berpenampilan indah dan semuanya adalah makhluk yang mengagumkan. Pengenalan burung di lapangan pada dasarnya merupakan perhatian terhadap beberapa kombinasi sifat burung termasuk penampilan tubuh, suara, cara terbang, perilaku dan tempat hidup (habitat). Tingkat pengenalan burung di lapangan dapat dikelompokkan sebagai berikut (MacKinnon, 1995):a. Dikenal pasti dan tepat: ciri-ciri khas atau kombinasinya dapat dikenali secara menyeluruh.b. Mungkin atau hampir pasti: ciri-ciri yang terlihat khas untuk jenis tertentu walaupun tidak selalu pasti. Jenis tersebut kehadirannya bisa diterima pada waktu dan tempat tersebut.c. Belum bisa dipastikan: jenis tersebut memang tidak duharapkan keberadaannya pada waktu dan tempat tersebut, sehingga hasil pengamatan merupakan informasi baru, tetapi karena tidak didukung bukti yang kuat, menjadi kurang meyakinkan.Hal yang terpenting dalam pengamatan adalah mencatat dengan rinci dan membuat gamber sketsa semua burung yang dilihat. Tanpa catatan, seorang pengamat akan segera lupa burung apa yang telah diamati dan dilihat, di mana tanggal pengamatan. Selain itu catatan sangat penting sebagai sarana identifikasi terhadap burung-burung yang belum dikenali untuk dicocokkan dengan buku panduan (JICA, 2003).

6Bila menjumpai burung yang belum dikenal sebaiknya dibuat sketsanya yang lengkap. Sketsa tidak perlu rumut dan bernilai artistik tetapi cukup sederhana dan terperinci (Moss and Tipling, 2006). Sketsa harus menunjukkan wujud umum, bentuk paruh, jambul, warna bulu, bentuk ekor, bentuk sayap, warna mata, serta ciri-ciri lain yang dianggap mencolok dan aneh. Keterangan lain yang perlu ditambahkan adalah nama umum/daerah burung (apabila sudah dikenali jenisnya), lokasi atau daerah penemuan, tanggal pengamatan, dan ukuran tubuh (McCartney, 2010).

B. Lingkungan kampus FMIPA UnesaLingkungan kampus FMIPA Unesa terletak di kampus ketintang Universitas Negeri Surabaya yang merupakan daerah Surabaya Selatan dengan ketinggian 20-30 m di atas permukaan laut (Badan Pertanahan Nasional Kota Surabaya, 2001). Temperatur Kota Surabaya cukup panas, yaitu rata-rata mencapai 22,6-34,1C, dengan tekanan udara rata-rata antara 1005,2-1013,9 milibar dengan kelembapan antara 42-97%. Kecepatan angin rata-rata mencapai 12-23 km/jam, curah hujan rata-rata antara 120-190 mm. Lingkungan kampus FMIPA Unesa yang terletak di Kampus Ketintang Unesa terdapat di Kecamatan Wonokromo yang memiliki kepadatan penduduk 175.202 jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, 2002).Lingkungan FMIPA memiliki lahan terbuka dan kebun yang ditumbuhi banyak pepohonan yang rimbun dan tinggi, tumbuhan perdu, semak, dan tumbuhan berbungamerupakan habitat darat burung serta adanya danau Unesa (bozem) sebagai habitat perairan air tawar. Dengan vegetasi yang tinggi tersebut, daerah sekitar FMIPA dapat dimanfaatkan sebagai tempat singgah area mencari makan, dan menetap burung-burung.Rektor Universitas Negeri Surabaya, Prof. Muchlas Samani, menambahkan bahwa kawasan lingkungan FMIPA dan danau unesa dijadikan agenda lomba burung berkicau tahunan Rektor Unesa Cup yang sudah digelar sejak tahun 2005 hingga sekarang. Lomba burung berkicau diikuti oleh masyarakat luar pecinta burung, ini sangat potensial dijadikan inspirasi dan motivasi untuk membangun kampus yang peduli lingkungan hidup, khususnya di bidang konservasi burung ungkap Pembantu Rektor IV Unesa.

C. KonservasiUpaya konservasi Biodiversitas telah lama dilakukan demi terwujudnya tujuan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan. Dalam praktik konservasi dilakukan dengan dua cara yaitu, in-situ dan ex-situ. Konservasi yang dilakukan secara in-situ dilakukan di dalam ekosistem dan habitat alami, misalnya di taman nasional, cagar alam, hutan lindung dan suaka marga satwa (Mangunjaya, 2006). Pelestarian secara ex-situ adalah konservasi yang dilakukan di luar habitat aslinya. Pelestarian ini merupakan konservasi genetika keanekaragaman hayati yang berlaku sebagai cadangan bagi jenis-jenis yang telah dilindungi secara in-situ. Contoh pelestarian ex-situ adalah kebun raya, kebun binatang dan segala bentuk pelestarian yang berada di luar habitat aslinya (Mangunjaya, 2006).Selain itu, Indrawan (2007) menyatakan bahwa pelestarian in-situ dan ex-situ adalah strategi yang saling berhubungan dan saling melengkapi. Populasi ex-situ dapat berperan untuk memberikan informasi kepada masyarakat umum akan pentingnya upaya konservasi.Kawasan untuk konservasi di wilayah Surabaya, yakni kawasanmangrove Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) dikenal sebagai lahan yang cocok untuk berkembang biak aneka fauna, salah satunya burung (Agtadwimawanti, 2012). Ambarwati (2011) menyatakan bahwa kegiatan birdwacthing bisa dilakukan di mana pun, di hutan hingga di tengah kota sekalipun. Kebun Binatang Surabaya, sebagai satu-satunya lembaga konservasi ex-situ terbesar di Kota Surabaya, merupakan tempat yang ideal bagi masyarakat mengenal burung secara lebih dekat. Kampus FMIPA Unesa memiliki potensi untuk mendukung konservasi burung dengan ditemukannya beberapa burung endemik langka. Dengan demikian Wilayah Kampus FMIPA dapat diupayakan menjadi tempat konservasi in-situ dengan vegetasi-vegetasi yang ada dengan menginventarisasi keanekaragaman jenis burung dan kemelimpahannya selanjutnya bekerja sama dengan beberapa komunitas burung di Surabaya untuk menganalisis keadaan dan bisa memberikan rekomendasi perbaikan vegetasi yang baik untuk burung-burung yang ada.

D. Peran Kampus dalam Pelestarian BurungLingkungan kampus merupakan salah satu tempat yang potensial yang dapat digunakan sebagai wahana konservasi karena di samping mempunyai keterkaitan erat dengan dunia pendidikan, pada umumnya lingkungan kampus merupakan ruang terbuka hijau yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan yang dapat mengundang burung dan digunakan sebagai habitat. Beberapa pohon yang dapat mengundang burung dan juga dimanfaatkan sebagi tempat bersarang dan mencari pakan oleh burung antara lain adalah cempaka, kersen, jeruk, jambu air, beringin, mangga, sirsak, kayu putih (Kutilang Indonesia, 2012), angsana, trembesi (Satriyono, 2007). Penelitian Mulyani (2001) menunjukkan bahwa di Kampus Darmaga IPB terdapat 39 jenis burung dan burung yang paling umum dijumpai adalah Collocalia linchi, Pygnonotus aurigaster, Passer montanus, dan Dicaem trochileum. Jumlah tersebut menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan data 10-15 tahun sebelumnya. Penurunan tersebut diduga karena pengurangan jumlah habitat akibat pengembangan kampus dan perburuan (Mulyani 2001).Kampus Universitas Negeri Yogyakarta memiliki keanekaragaman burung yang cukup tinggi, yaitu 29 jenis yang termasuk dalam 16 famili di kampus tersebut terdapat dua burung yang dilindungi, yaitu cekakak dan burung madu sriganti. Vegetasi yang terdapat di kampus UNY antara lain klengkeng, bungur, angsana, ketepeng, finisilium, lamtoro, kleresede, pinus, akasia, flamboyan, mindi, munggur, ficus, talok/kersen, asem kranji, pohon kupu-kupu, pinang, sengon, waru, dll. Pohon-pohon tersebut banyak yang kurang mendukung untuk pelestarian burung antara lain yaitu klengkeng, finisilium, kleresede, akasia, waru, munggur, pinus, dan lamtoro. Sementara itu beberapa jenis pohon menjadi habitat yang sangat baik untuk kehidupan burung yaitu Ficus sp., kersen/talok (Muntingia calabura), dan asem kranji (Pithecellobium dulce), serta benalu yang banyak terdapat pada pohon bungur (Wibowo, 2004).Kampus Universitas Brawijaya menjadi tempat singgah dan habitat 20 jenis burung yang termasuk dalam 9 famili. Jenis yang paling umum adalah burung kereja (passer montanus).Tumbuhan yang penting bagi keberadaan burung di kampus tersebut adalah Roystonea regia, Ficus spp., Dalbergia latifolia Roxb., Mangifera indica L. dan Callistemon viminalis L (Setyaji, 2011).Kampus Universitas Diponegoro memiliki Kebun Botani yang juga menjadi habitat dan tempat singgah berbagai jenis burung, antara lain burung madu sriganti yang merupakan burung dilindungi, bondol jawa, cabe jawa, caladi ulam, cinenen pisang, kutilang, sepah kecil dan wiwik uncuing. Vegetasi yang mendukung kehidupan burung di kampus tersebut adalah cempaka, kersen, jambu air, duwet, beringin,jambu biji, mangga, sirsak, dan kayu putih (Kutilang Indonesia, 2012)Di Surabaya, penelitian kehidupan burung di lingkungan kampus dilakukan di Kampus ITS (Satriyono, 2007), Kampus C Universitas Airlangga (Hermawan dkk., 2010) dan Kampus Ketintang Unesa (2011). Di Kampus ITS terdapat 52 jenis burung yang termasuk dalam 9 famili. Enam puluh sembilan persen dari total jenis yang ditemukan merupakan jenis burung yang secara global terancam punah. Kampus ini memiliki tipe lahan yang beragam, yaitu lahan dengan vegetasi alami, lahan dengan vegetasi buatan dan lahan basah (Satriyono, 2007).Kampus C Universitas Airlangga yang terletak berdekatan dengan Kampus ITS, juga memiliki lahan basah di beberapa bagian. Oleh karena itu, di kampus ini juga ditemukan jenis kuntul-kuntulan (Famili Ardeidae) dan burung pantai migran (Famili Charadridae). Jenis burung yang ditemukan adalah 20 jenis, di antaranya terdapat burung yang dilindungi, yaitu murung madu sriganti, dan burung pantai migran (Hermawan dkk., 2010). Burung di Kampus Ketintang Universitas Negeri Surabaya terdiri atas 12 spesies berasal dari 9 famili. Jenis burung yang paling sering dijumpai pada saat pengamatan berasal dari famili Plecoidae dan Apodidae, yaitu jenis Passer montanus dan Collocalia esculenta.Satu jenis termasuk jenis yang dilindungi di Indonesia, yaitu Nectarinia jugularis. Vegetasi yang banyak dimanfaatkan oleh burung adalah trembesi, sono, jati, lamtoro, palem, dan kersen; sedangkan yang disukai burung di Kampus Ketintang Unesa adalah pepohonan yang berbuah dan berbiji (Al-Haq dkk., 2011).

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. JenisPenelitianPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan dengan metode observasi, yang terdiri atas observasi pendahuluan, inventarisasi vegetasi, dan inventarisasi burung (Gambar 3.1).

B. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian dilaksanakan di wilayah Lingkungan kampus FMIPA Universitas Negeri Surabaya selama bulan Juni-September.

C. Objek PenelitianObjek penelitian adalah burung yang hidup liar di wilayah Lingkungan kampus FMIPA Unesa dan vegetasi yang dimanfaatkan oleh burung-burung tersebut.

D. Prosedur Penelitian1. Observasi LapanganSebelum dilakukan pengamatan pada lokasi penelitian, terlebih dahulu dilakukan observasi lapangan untuk menentukan titik sampling dan jalur transek. Hal ini dilakukan dengan melihat lokasi pengamatan secara langsung.Titik sampling diambil dari lokasi vegetasi tempat burung terkonsentrasi. Sebelum observasi, tim peneliti juga melakukan penyetaraan keterampilan penggunaan teropong binokular serta identifikasi morfologi dan perilaku jenis-jenis burung yang umum berada di daerah perkotaan di bawah panduan pembimbing penelitian. Hal ini bertujuan untuk menyeragamkan kemampuan para pengamat sehingga validitas data terjaga dan mempersingkat waktu pengenalan jenis burung pada saat tahap replikasi pengamatan di lapangan.2. Inventarisasi Burung

11Penelitian yang dilakukan di kawasan Kampus Ketintang Universitas Negeri Surabaya dilakukan dengan Enam kali pengambilan data masing pada lima lokasi berbeda yaitu pengamatan pada musim kemarau yakni tanggal 27 Juni 2013 dan 28 Juli 2013, sedangkan pengamatan pada musim penghujan, dan 24 Agustus 2013, 13 September 2013, 13 Januari 2014 dan 14 januari 2014.Metode yang digunakan untuk inventarisasi burung di Lingkungan kampus FMIPA Universitas Negeri Surabaya adalah metode Point Count. Pengamatan dipusatkan pada lokasi-lokasi tertentu yang menjadi tempat terkonsentrasinya kegiatan berbagai burung. Setiap titik diamati dengan lama 15 menit dengan radius pengamatan di setiap titik pengamatan sendiri berkisar 30 meter karena dianggap cukup mewakili kelimpahan di titik tersebut. Apabila pada saat perpindahan antartitik pengamatan ditemukan burung, maka jenis dan jumlah burung tersebut dicatat dalam daftar tambahan.Identifikasi morfologi burung dilakukan dengan buku panduan lapang identifikasi burung MacKinnon (1995) dan Holmes dan Nash (1989). Jenis yang belum dapat diidentifikasi selama pengamatan dicatat dengan memberikan deskripsinya agar saat bertemu kembali dapat teridentifikasi. Informasi lain berupa tanggal, waktu, kondisi cuaca, vegetasi, dan perilaku burung juga dicatat. (Gambar 3.1)3. Inventarisasi Vegetasi Inventarisasi vegetasi dilakukan dengan mencatat semua jenis vegetasi yang menjadi habitat atau dimanfaatkan oleh burung yang diamati. Spesies tumbuhan yang belum diketahui namanya didokumentasikan dan beberapa bagian tumbuhan seperti daun atau bunganya dimasukkan ke dalam kantung plastik untuk diidentifikasi lebih lanjut.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen PenelitianPengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, yaitu dengan cara mengamati dan menginvetarisasi seluruh jenis burung yang terlihat pada saat pengamatan serta menghitung jumlah jenisnya. Burung yang telah dikenal secara pasti, ataupun telah terinventarisasi saat observasi lapangan, akan dicatat menggunakan Lembar Pengamatan Lapangan I, sedangkan burung yang tidak dikenal akan dideskripsikan secara terperinci menggunakan Lembar Pengamatan II.

Observasi LapanganInventarisasi BurungInventarisasi VegetasiAnalisis Data

Gambar 3.1. Prosedur penelitianF. Teknik Analisis DataBerdasarkan hasil identifikasi dan penghitungan populasi, dihitung indeks keanekaragaman dan kemelimpahan burung.Indeks Keanekaragaman dihitung berdasarkan Rumus Shannon-Wienner berikut:

H = - ln Keterangan:H = Indeks keanekaragamanNi = Jumlah individu pada jenis iN = Jumlah seluruh individuLn = Logaritma dengan dasar e Kisaran nilai hasil perhitungan indeks keanekaragaman (H) menunjukkan bahwa jika:H>3: Keragaman spesies tinggi1