Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    B a b 1 0 M a s a / a h K e p e n d u d u k a n d a n K e t e n a g a k e q a a n

    Bab ini bertujuan untuk menjelaskan:1. Masalah pertumbuhan penduduk di NSB2. Struktur Umur dan Penyebaran Penduduk3. Masalah Rasio Beban Tanggungan4. Teori Transisi Penduduk5. Masalah migrasi dan pembangunanPERTUMBUHAN PENDUDUK

    Masalah kependudukan yang dimaksudkan di sini adalah masalah pertambahan jumlahpenduduk yang sangat tinggi di NSB. Pertambahan penduduk ini akan menimbulkanberbagai masalah dan hambatan bagi upaya-upaya pembangunan yang dilakukan karenapertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut akan menyebabkan cepatnya pertambahanjumlah tenaga kerja, sedangkan kemampuan NSB dalam menciptakan kesempatan kerja barnsangat terbatas.

    Sebagai akibat dari dua keadaan yang bertentangan di atas, maka pertumbuhan pendudukbiasanya dapat menimbulkan masalah-masalah seperti: struktur umur muda, jumlahpengangguran yang semakin lama semakin serius, urbanisasi, dan sebagainya. Pada bab inimasalah-masalah kependudukan tersebut yang akan kita bahas.STRUKTUR UMUR DAN PENYEBARAN PENDUDUK

    Masalah kependudukan yang dihadapi NSB dewasa ini jauh lebih rumit daripada padamasa sebelum Perang Dunia Kedua. Tingkat pertumbuhan penduduk yangterlalu tinggisecara lang sung telah menimbulkan masalah bagi NSB dalam upaya mereka untukmeningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

    Tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin cepat di NSB menyebabkan proporsipenduduk yang belum dewasa menjadi bertambah tinggi dan jumlah anggota keluargabertambah besar. Dewasa ini di negara-negara maju penduduk yang berumur di bawah 15tahun adalah sebesar 25-30 persen dari seluruhjumlah mereka, sedangkan di NSB proporsitersebut antara 40-45 persen. Keadaan terse but diramalkan akan tetap terjadi sampai akhirabad ini.

    177

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    Keadaan sebaliknya terdapat pada golongan penduduk yang produktif yaitu pendudukyang berumur antara 15-64 tahun. Di negara-negara maju proporsi mereka adalah antara 55-60 persen, sedangkan di NSB sebesar 50-55 persen.Sekarang bagaimana keadaannya dengan Indonesia?

    Ada 3 ciri pokok yang menandai perkembangan dan permasalahan kependudukanIndonesia dewasa ini, yaitu laju pertumbuhan penduduk yang masih perlu diturunkan,penyebaran penduduk antar daerah yang kurang seimbang, serta kualitas kehidupan pendudukyang perlu ditingkatkan.

    Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), pada akhir tahun 1988 penduduk Indonesiadiperkirakan berjumlah sekitar 175,6 juta. Jumlah tersebut diperkirakan akan naik menjadi192,9 juta pada tahun 1993. Dengan demikian selama Repelita V ini jumlah pendudukIndonesia akan naik sebanyak 17,3juta, suatu pertambahan penduduk yang cukup besar yaitusekitar 9,9 persen dari jumlah penduduk tahun 1988. Itu berarti rata-rata pertumbuhanpenduduk per tahun selama Repelita V adalah 1,9 persen. Pertumbuhan penduduk sebsar 1,9persen tersebut merupakan hasil akhir dari 2 komponen penting kependudukan yaitu tingkatkelahiran dan tingkat kematian. Pada tahun 1988 angka kelahiran kasar diperkirakan 28,7 per1000 penduduk, dan angka kematian kasar adalah 7,9 per 1000 penduduk. Dengan demikiantingkat pertumbuhan penduduk alami pada awal Repelita V diperkirakan sekitar 2,1 persen.

    Sementara itu, jika dilihat dari struktur umur, maka dapat dikatakan bahwa Indonesiamempunyai penduduk dengan struktur umur muda. Pada Tabell 0.1 tampak bahwa persentasejumlah penduduk di bawah umur 15 tahun pada tahun 1988 besarnya 37,5 persen atauberjumlah 65,9 juta orang, dan pada tahun 1993 diperkirakan jumlah tersebut akan menjadi66,9 juta orang atau sebesar 34,7 persen.

    Umur 15-64 tahun termasuk orang-orang dalam umur kerja, sedangkan golongan anak-anak 15 tahun) dan golongan tua (65 tahun ke atas) merupakan beban tanggunganpenduduk yang bekerja. Berdasarkan dua golongan penduduk ini maka bisa dihitung

    TabelIO.I.Komposisi Umur Penduduk Indonesia 1988

    ,

    l'l11l11' . J 1 I 1 1 1 1 a h Persentase(tahun) Penduduk

    0-1415 - 6465 +Jumlah

    65,9 juta103,2 juta6,5 juta

    175,6 juta

    37,558,83,7

    100,0Sumber: Repelita v, Buku II I, 1989.

    178

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    besarnya angka beban tanggungan (burden of dependency ratio), yaitu perbandingan antaraorang-orang yang belumltidak sanggup bekerja dengan orang-orang yang ada dalam batasumur turut serta dalam proses produksi. Atau dapat juga dikatakan, perbandingan bebantanggungan adalah perbandingan penduduk yang berumur 0-14 tahun dan di atas 65 tahundengan penduduk yang berumur 15-64 tahun.

    Untuk Indonesia, pada tahun 1988 angka beban tanggungan besarnya 70,2. Ini berartitiap-tiap 100 orang penduduk umur produktif harus menanggung 70,2 penduduk yang tidakproduktif. Kalau dibandingkan dengan negara-negara maju yang angka beban tanggungannyaberkisar 30-59, maka angka beban tanggungan untuk Indonesia termasuk tinggi. Jika diingatbahwa banyak dari kaum wanita di daerah pedesaan tidak bekerja di luar rumah tangga, makaangka perbandingan beban tanggungan ini akan lebih tinggi lagi.

    Besarnya golongan umur anak-anak, yang disebabkan oleh tingginya angka kelahiran,merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi, karena sebagian dari pendapatanyang diperoleh yang sebenamya harus ditabung untuk kemudian diinvestasikan bagipembangunan ekonomi, terpaksa harus dikeluarkan untuk keperluan sandang dan panganbagi mereka yang merupakan beban tanggungan penduduk itu. Di negara-negara yangmempunyai angka beban tanggungan rendah, investasi-investasi dapat dilaksanakan denganbaik untuk menaikkan tingkat kemakmuran negara dan negara-negara ini justru merupakannegara yang sudah maju dalam kehidupan ekonomi.

    Masalah kependudukan yang mempengaruhi pelaksanaan dan pencapaian tujuanpembangunan di Indonesia adalah pola penyebaran penduduk dan mobilitas tenaga kerjayang kurang seimbang, baik dilihat dari sisi antar pulau, antar daerah, maupun antara daerahpedesaan dan daerah perkotaan, serta antar sektor.

    Pulau Jawa dengan luas tanah 132,2 ribu kilometer persegi, pada akhir tahun 1993 nantidiperkirakan akan dihuni oleh sekitar 114,1 jutajiwa sehingga mempunyai kepadatan rata-rata geografis sebesar 864 orang per kilometer persegi. Semntara di di Sumatra dengan luastanah 473,6 kilometer persegi diperkirakan akan dihuni oleh sekitar 41,2 juta orang sehinggamemiliki tingkat kepadatan rata-rata sebesar 87 orang per kilometer persegi.

    Ketimpangan penyebaran penduduk seperti diuraikan di atas mempunyai pengaruh yangluas terhadap berbagai segi kehidupan manusia dan lingkungannya. Kepadatan pendudukyang tinggi di Jawa mengakibatkan makin mengecilnya luas pemilikan tanah pertanian bagipara petani. Sebaliknya, banyak tanah-tanah kosong di luar Jawa yang belum dapatdimanfaatkan secara optimal oleh karen a kekurangan tenaga kerja. Keadaan yang demikiankurang menguntungkan bagi pelaksanaan pembangunan daerah dan b agi peningkatanpertahanan dan keamanan, serta Wawasan Nusantara.

    Sementara itu pola penyebaran penduduk antara daerah pedesaan dan perkotaan punbisa menimbulkan persoalan yang rumit. Hampir di semua propinsi di Indonesia tampakadanya gejala makin meningkatnya arus perpindahan penduduk dari desa ke kota. Hal inimenyebabkan pertumbuhan penduduk daerah perkotaan lebih cepat dibandingkan daerahpedesaan, namunjumlah penduduk daerah pedesaan tetap lebih besar. Pada akhir Repelita

    179

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    IV, jumlah penduduk daerah perkotaan sebesar 50,2 juta merupakan 28,59 persen darijumlah penduduk Indonesia. Jumlah tersebut diperkirakan akan menjadi 31,7 persen padaakhir Repelita V. Keadaan yang demikian ini akan menyebabkan timbulnya masalah-masalah penduduk perkotaan, seperti lapanagn kerja, angkutan kota, dan sebagainya. Disamping itu, dengan makin meningkatnya transportasi dan komunikasi antara desa-kota,makin banyak pula orang-orang yang bekerja atau sekolah di kota. Sebagian dari merekaberpindah secara musiman dan sebagian lagi merupakan migrasi desa-kota secara ulang-alik. Keadaan yang demikian dengan sendirinya juga memerlukan perhatian dan penanganansecara khusus.TEORI PERANGKAP PENDUDUK DARI MAL THUS

    Pada tahun 1798 Reverend Thomas Malthus mengemukakan teorinya tentang hubunganantara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi. Dalam tulisannya yang berjudulEssay on the Principle of Population ia melukiskan konsep hasil yang menurun (concept ofdiminishing returns). Malthus menjelaskan kecenderungan umum penduduk suatu negarauntuk tumbuh menurut deret ukur yaitu menjadi dua-kali lipat setiap 30-40 tahun. Sementaraitu pada saat yang sarna, karena hasil yang menurun dari faktor produksi tanah, persediaanpangan hanya tumbuh menurut deret hitung.

    Oleh karena pertumbuhan persediaan pangan tidak bisa mengimbangi pertumbuhanpenduduk yang sangat cepat dan tinggi, maka pendapatan per kapita (dalam masyarakat tanididefinisikan sebagai produksi pangan per kapita) akan cenderung turun menjadi sangatrendah, yang menyebabkan jumlah penduduk tidak pernah stabil, atau hanya sedikit di atastingkat subsisten. Oleh karena itu, Malthus berkeyakinan bahwa satu-satunya cara untukmenghapuskan tingkatkehidupan yang rendah atau "kemiskinan absolut" adalah menganjurkanmasyarakat untuk "menahan hawa nafsu" (moral restraint) dan membatasi jumlahketurunannya. Oleh karena itu, Malthus dapatlah dianggap sebagai "bapak" gerakanpengendalian kelahiran moderen.

    Para ekonom moderen memberi nama ide dari Malthus ini sebagai "perangkap pendudukpada tingkat keseimbangan rendah" (low level-equilibrium population trap) atau secara lebihsingkat teori "perangkap penduduk" dari Malthus. Secara diagramatis teori Malthus bisadilukiskan dengan memperbandingkan bentuk dan posisi dari kurva-kurva yang menunjukkantingkat pertumbuhan penduduk dengan tingkat pertumbuhan pendapatan agregat dengantingkat pendapatan per kapita. Keadaan ini tampak pada Gambar 10.1.

    Pada sumbu vertikal dilukiskan persentase perubahan, positif dan negatif, dari duavariabel utama yaitu jumlah penduduk dan pendapatan agregat. Pada sumbu horisontaldilukiskan tingkat pendapatan per kapita. Pertama kali lihatlah kurva P yang menggambarkanhubungan antara tingkat pertumbuhan penduduk dan tingkat pendapatan per kapita (Y/P).Pada tingkat pendapatan per kapita yang sangat rendah, Yo' tingkat perubahan penduduk akansarna dengan nol, dengan demikian jumlah penduduk stabil. Oleh karena itu Yo bisamenggambarkan konsep "kemiskinan absolut". Tingkat kelahiran dan tingkat kematiansarna.

    180

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    Gambar 10.1.Perangkap Penduduk dari Malthus

    +4 Kurva PertumbuhanPendapatan (Y)

    +2

    +3

    +1

    -1

    -2

    Pada tingkat pendapatan per kapita yang lebih besar dari Yo dianggap bahwa jumlahpenduduk akan mulai meningkat karena menurunnya tingkat kematian. Pendapatan yanglebih tinggi berarti mengurangi kelaparan dan penyakit. Dan dengan tingkat kelahiran selaludianggap pada tingkat maksimum, maka menurunnya tingkat kematian memberikan doronganbagi perkambangannya penduduk.

    Dalam Gambar 10.1 pertumbuhan penduduk mencapai tingkat maksimumnya yaitu 3,3persen pada tingkat pendapatan per kapita Y2 Pertumbuhan tersebut dianggap tetap padatingkat tersebut sampai pendapatan per kapita yang lebih tinggi tercapai. Setelah itu (melebihiYs)' tingkat kelahiran akan mulai turun dan kurva tingkat pertumbuhan penduduk akanberslope negatif dan mendekati sumbu horisontal.

    Bagian lain dari teori Malthus meminta kita untuk menggambarkan hubungan antaratingkat pertumbuhan pendapatan agregat dan tingkat pendapatan per kapita. Kemudian kitabisa membandingkan kedua tingkat terse but, pendapatan agregat dan jumlah penduduk, Jikapermintaan agregat (produk total) tumbuh lebih cepat, maka pendapatan per kapita meningkat;jika jumlah penduduk tumbuh lebih cepat daripada pendapatan agregat, maka pendapatanperkapita akan turun.

    Dalam Gambar 10.1 tingkat pertumbuhan pendapatan agregat pada awalnya dianggapberhubungan secara positif dengan tingkat pendapatan per kapita, semakin tinggi tingkatpendapatan per kapita semakin tinggi pula tingkat kenaikan pendapatan agregat. Alasanekonomis dari hubungan yang positif ini adalah adanya anggapan bahwa hubungan bervariasi

    181

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    secara positif dengan pendapatan per kapita. Negara-negara dengan pendapatan per kapitayang lebih tinggi dianggap mampu untuk menumbuhkan tingkat tabungan yang lebih tinggidan oleh karena itu investasi yang lebih ban yak.Namun demikian, melewati suatu titik pendapatan per kapita tertentu (Y3) ' kurva tingkatpertumbuhan pendapatan dianggap akan mencampai puncaknya dan kemudian menurunkarena investasi-investasi baru dan orang yang dibutuhkan menjadi lebih banyak untukbekerja dengan kuantitas tanah dan sumberdaya alam yang tetap. Inilah yang dimaksudkandengan masalah hasil yang menurun (diminishing returns) dalam model Malthus. Olehkarena itu kurva pertumbuhan pendapatan agregat secara konseptual analog dengan kurvaproduk total dalam teori produksi elementer.

    Perhatikan Gambar 10.1tampak bahwa kurva-kurva tersebut berpotongan pada tiga titikyaitu A, B, dan C, Titik A menunjukkan titik dimana tingkat pendapatan per kapita (YJ )menurut "perangkap penduduk" Malthus tercapai. Ini adalah titik keseimbangan yang stabildimana setiap pergeseran kecil ke kiri atau ke kanan dari titik A akan mengakibatkan titikpendapatan per kapita kembali ke Y J' Misalnya, jika pendapatan per kapita naik dari Y Jmenjadi Y2, maka tingkat kenaikan penduduk akan lebih besar dari tingkat pertumbuhanpenduduk, yaitu kurva P secara vertikallebih tinggi dari kurva Y. Kita tahu bahwa manakalapenduduk tumbuh lebih cepat dari pendapatan, maka pendapatan per kapita akan turun. Olehkaren a itu arah panah A dari kanan menunjukkan bahwa pendapatan per kapita hams turunkembali ke tingkatnya yang paling rendah yaitu Y J untuk semua titik antara Y J dan Y2' Sarnajuga halnya, ke sebelah kiri titik A pendapatan tumbuh lebih tinggi daripada penduduk, yangmenyebabkan tingkat pendapatan per kapita keseimbangan naik menjadi YJ

    Menurut Malthus dan Neo-Malthusian, negara-negara miskin tidak akan pernah mampumenaikkan tingkat pendapatan per kapitanya di atas tingkat pendapatan per kapita subsistenkecuali mereka melakukan usaha yang bersifat preventif (pengendalian kelahiran) terhadappertumbuhan penduduk. Jika tidak ada usaha pengendalian secara "preventif", makapengendalian "positif" (kelaparan, penyakit, perang) terhadap pertumbuhan penduduk mautidak mau akan merupakan kekuatan pengendalian.

    Melengkapi penjelasan model "perangkap penduduk" yang dilukiskan dalam Gambar10.1, kita lihat bahwa titik B merupakan titik keseimbangan yang tidak stabil. Jika pendapatanper kapita bisa melompat secara cepat dari Y J ke Y2 (misalnya sebagai akibat investasi besar-besaran dan program industrialisasi) sebelum usaha pengendalian "positif ' dari Malthusterjadi, maka pendapatan per kapita tersebut akan terus tumbuh sampai titik keseimbanganlainnya (C) pada tingkat pendapatan per kapita Y4 tercapai. Titik B adalah titik keseimbanganyang tidak stabil dalam pengertian bahwa setiap pergeseran ke kiri atau ke kanan akan terusterjadi sampai A atau C dicapai.Model "perangkap penduduk" dari Malthus ini merupakan teori yang sederhana yangmelukiskan hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi. Sayangnya,teori ini didasarkan atas asumsi-asumsi dan hipotesa-hipotesa yang sederhana yang tidakberdasarkan kepada uji verifikasi empiris. Teori ini bisa dikritik melalui dua aspek.

    182

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    Kritik pertama dan yang paling penting, model tersebut tidak memperkirakan dampakkemajuan teknologi yang sangat pesat dalam mengimbangi pertumbuhan penduduk. Sepertiakan dibahas pada Bab 8 nanti, sejarah pertumbuhan ekonomi erat sekali hubungannyadengan kemajuan teknologi yang berupa ilmu pengetahuan, inovasi teknologi dan sosial,serta inovasi teknologi dan sosial. Increasing Returns to Scale lebih disukai daripadaDecreasing Returns to Scale merupakan ciri dari jaman pertumbuhan ekonomi modern.Walaupun Malthus benar dalam mengasumsikan bahwa persediaan tanah terbatas, ia tidakbisa mengantisipasi bagaimana caranya kemajuan teknologi "memperluas" ketersediaantanah dengan meningkatkan kualitasnya (produktivitas) walaupun mungkin kuantitasnyatidak berubah.

    Dalam hubungannya dengan perangkap populasi, kemajuan teknologi yang pesat danberkesinambungan bisa ditunjukkan oleh suatu pergeseran ke atas dari kurva pertumbuhanpendapatan (produk total) sehingga pada semua tingkat pendapatan per kapita secara vertikallebih tinggi dari kurva pertumbuhan penduduk, lihat Gambar 10.2, sebagai akibatnyapendapatan per kapita akan tumbuh dengan mantap sepanjang waktu. Oleh karena itu, semuanegara mempunyai potensi untuk menghindari perangkap populasi dari Malthus ini.

    Gambar 10.2.Kemajuan Teknologi dan Sosial memungkinkan semua bangsa

    untuk menghindari perangkap populasi

    Kurva Pendapatan Y4

    +3.J:::::!.DE:::! +2::Q)0..( ; ; j~ +1Il:: :~Q)on~ 0:: :Q)on. . .Q)0.. -I

    -2

    Kurva PendudukP

    Pendapatan per Kapita (YIP)

    Kritik yang kedua adalah mengenai asumsi dari model yang mengatakan bahwa tingkatkenaikan penduduk secara nasional berkaitan secara langsung (dan positif) dengan tingkatpendapatan per kapita secara nasional. Oleh karen a itu, pada tingkat pendapatan per kapita

    183

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    relatif rendah seyogyanya kita mengharapkan untuk mendapatkan tingkat pertumbuhanpeduduk meningkat bersamakenaikan dari pendapatan per kapita. Namun dernikian tampaknyatidak ada hubungan yang jelas antara tingkat pertumbuhan penduduk dan tingkat pendapatanper kapita di NSB. Sebagai akibat dari program kesehatan masyarakat, misalnya, tingkatkematian turun dengan cepat dan semakin tidak tergantung kepada tingkat pendapatan perkapita di NSB tersebut. Pada sisi lain tampaknya tingkat kelahiranjuga tidak bisa dikatakanberkaitan erat dengan tingkat pendapatan per kapita. Oleh karena itu tampaknya sistemkelembagaan sosial dan ekonomi suatu negara dan filsafat pembangunannya mungkin faktorpenentu yang lebih besar terhadap tingkat pertumbuhan penduduk daripada variabel- variabelekonomi agregat.

    Akhimya, dapatlah disimpulkan bahwa ada 3 kritik utama terhadap teori Malthus danNeo-Malthusian yaitu:1. Teori itu tidak memperhitungkan peranan dan dampak dari kemajuan teknologi.2. Teori itu didasarkan kepada suatu hipotesa tentang hubungan secara makro antarapertumbuhan penduduk dan tingkat pendapatan per kapita tanpa dibuktikan dengan uji

    empiris.3. Teori itu merupakan perhatian kepada variabel yang "keliru" yaitu pendapatan per kapita

    sebagai faktor penentu utama tingkat pertumbuhan penduduk. Suatu pendekatan yanglebih baik dan lebih absah untuk masalah penduduk dan pembangunan ini adalahterpusat pada ekonomi "mikro" dari proses pembuatan keputusan ukuran keluarga darimasing-masing individual (dan bukan agregat) dan tingkat kehidupan menjadi faktorpenentu utama dari keputusan keluarga apakah akan mempunyai lebih banyak atau lebihsedikit anak.

    TEORI TRANSISI PENDUDUKTeori transisi penduduk (demographic transition) berusaha untuk menjelaskan mengapa

    semua negara-negara maju sekarang ini kurang lebih melalui 3 tahap yang sarna dalamsejarah kependudukan moderen. Sebelum adanya modemisasi perekonomian mereka, negara-negara terse but selama berabad-abad mengalami pertumbuhan penduduk yang lambat sekalisebagai akibat dari tingginya tingkat kelahiran yang hampir sarna dengan tingkat kelahiran.Ini adalah tahap I.

    Tahap IImulai terjadi pada saatmodemisasi (perbaikan kesehatan masyarakat, pendapatanyang lebih tinggi, kualitas makanan yang lebih baik) menyebabkan penurunan tingkatkematian dan secara perlahan menaikan tingkat harapan hidup dari di bawah 40 tahunmenjadi lebih dari 60 tahun. Namun demikian, penurunan tingkat kematian tidak secaralangsung diikuti oleh penurunan tingkat kelahiran. Akibatnya, perbedaan pertumbuhanantara tingkat kelahiran yang tinggi dan tingkat kematian yang menurun menyebabkanpertumbuhan penduduk menjadi sangat tinggi dibandingkan abad-abad yang lalu. Olehkarena itu tahap II ini menandai dimulainya peralihan penduduk (demographic transition)yaitu peralihan dari pertumbuhan penduduk yang stabil dan lambat ke pertumbuhan yangcepat. Akhimya, tahap III terjadi pada saat kekuatan-kekuatan dan pengaruh-pengaruh

    184

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    modemisasi dan pembangunan menyebabkan tingkat kelahiran menurun seimbang dengantingkat kematian sehingga pertumbuhan penduduk kecil sekali atau bahkan tidak tumbuhsarna sekali. Gambar 10.3 di bawah ini tiga tahap pera1ihan penduduk di Eropa Barat.

    Gambar 10.3.Peralihan Penduduk di Eropa Barat

    Tingkat Kelahiran35

    30

    8 25-:o; S~::3 20~eo; S. . t : : 15::3.Da::3t: 10Jc,~" '"o~ 5~01800

    Tahap I Tahap II Tahap III.... ....10 ..... ..... Masa Datang1840-1850 1890-1910 1970

    Sebe1um awal abad ke 19, tingkat kelahiran berkisar 35 per 1000 penduduk sedangkantingkat kematian berfluktuasi sekitar 30 per 1000 penduduk. Keadaan ini mengakibatkantingkat pertumbuhan penduduk sekitar 5 per 1000 penduduk, atau kurang dari 0,5 persen pertahun. Tahap II, awal dari peralihan penduduk di Eropa Barat, dimulai sekitar tahun 1825ditandai dengan menurunnya tingkat kematian sebagai hasil dari perbaikan keadaan ekonomidan perkembangan pengendalian penyakit dan kematian melalui teknologi-teknologipengobatan dan kesehatan masyarakat moderen.

    Penurunan tingkat kelahiran (tahap III) sebenamya tidak dimulai pada abad ke 19, tetapibeberapa dasa warsa setelah pertumbuhan ekonomi moderen terjadi dan lama setelahpenurunan tingkat kematian terjadi. Tetapi karena tingkat kelahiran mula-mula di EropaBarat lambat sebagai akibat dari penundaan perkawinan dan banyaknya orang tidak menikah(membujang), tingkat pertumbuhan penduduk secara keseluruhan jarang sekali melebihi 1persen, sekalipun pada tingkat tertingginya. Pada akhir peralihan kependudukan Eropa Baratini yaitu pada paruh waktu abad XX hubungan tingkat kelahiran dan tingkat kematian yang

    185

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    menandai awal I800-an telah terbalik dimana tingkat kelahiran berfluktuasi dan tingkatkematian tetap stabil atau meningkat sedikit sekali. Fenomena ini tampaknya karenadistribusi umur yang lebih tua dari penduduk Eropa sekarang ini.

    Gambar 10.4 di bawah ini menunjukkan sejarah kependudukan di NSB yang sangatberlawanan dengan sejarah negara-negara Eropa Barat.

    Gambar 10.4.Awal Peralihan Kependudukan NSB

    45 Tingkat Kelahiran Kasus (8)

    40

    35 Kasus (A)

    30

    -dC ISC:l 20 Kasus (8)~cC IS..c:l.0E:lt: 10)~~ Kasus (A). . . . :00c~

    Tahap I Tahap II Tahap III (?)0 MasaDatang1900 1950 1965-1966

    Tingkat kelahiran diNSB sekarang ini lebih tinggi dari pada tingkat kelahiran pada masapra industri di Eropa Barat. Hal ini terjadi karena sebagian besar anggota masyarakat di NSBmenikah pada usia yang lebih muda daripada di masa pra-industri Eropa. Sebagai akibatnyajumlah keluarga menjadi lebih banyak dan pada akhirnya akan mempunyai anak keturunanpula. Dimulai pada tahun I940-an dan khususnya pada tahun I950-an dan I960-an, tahap IImasa peralihan kependudukan terjadi hampirdi semuaNSB. Penggunaan teknologi-teknologiobat dan kesehatan masyarakat moderen menyebabkan tingkat kematian di NSB turun lebih

    186

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    cepat daripada abad ke 19 di Eropa. Berdasarkan tingkat kelahiran mereka yang tinggi yaitulebih dari 40 per 1000 penduduk, maka pada tahap II di NSB ditandai oleh tingkatpertumbuhan penduduk sekitar 2-2,5 persen per tahun.

    Dengan memperhatikan tahap III, kita dapat membedakan dua kategori luas NSB. Padakasus (A) dalam Gambar 10.4 metoda pengendalian kelahiran yang dikombinasi dengankenaikan tingkat kehidupan yang cepat telah menyebabkan tingkat kematian turun serendah10 per 1000 penduduk dan tingkat kelahiran juga turun secara cepat menjadi sebesar antara25 dan 30 per 1000 penduduk. Negara-negara seperti ini, antara lain Taiwan, Korea Selatan,Chili, dan Srilangka, telah memasuki tahap III dan peralihan kependudukan mereka danmengalami penurunan pertumbuhan penduduk secara pesat sekali.

    Sebaliknya, sebagian besar NSB termasuk kategori kasus (B) dalam Gambar 10.4setelah mengalami suatu periode penurunan yang cepat, penurunan tingkat kematianselanjutnya tidak terjadi lagi karena adanya kemiskinan mutlak dan tingkat kehidupan yangrendah. Lebih jauh lagi, adanya tingkat kelahiran yang tinggi sebagai akibat dari tingkatkehidupan yang rendah ini menyebabkan tingkat pertumbuhan penduduk secara keseluruhanrelatif tinggi. Negara-negara seperti ini, antara lain: negara-negara Amerika Latin, AsiaSelatan dan Asia Tenggara, Timur Tengah dan Afrika, masih berada pada tahap II dan masaperalihan kependudukan mereka.

    Oleh karena itu, pertanyaan penting adalah kapan dan dalam keadaan bagaimana NSBterse but akan mengalami penurunan tingkat kelahiran dan perkembangan penduduk yanglebih lambat. Terhadap masalah ini, baik teori ekonomi kependudukan tradisional maupunmoderen dan teori ekonomi pembangunan mempunyai peranan penting dalam menganalisisdan mempelajarinya.MIGRASI DAN PEMBANGUNAN

    Beberapa tahun yang lalu migrasi dari desa ke kota dipandang sebagai hal yangmenguntungkan dalam kajian pembangunan ekonomi. Migrasi internal dianggap sebagaisuatu proses yang alamiah dimana surplus tenaga kerja secara perlahan ditarik dari sektorpedesaan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja bagi pertumbuhan industri perkotaan.Proses tersebut dianggap bermanfaat secara sosial karen a sumberdaya manusia dipindahkandari lokasi-lokasi dimana produk sosial marginalnya (social marginal product) seringdianggap sarna dengan nol ke tempat-tempat di mana produk marginal tersebut tidak hanyapositif tetapi juga tumbuh dengan cepat sebagai akibat dari akumulasi modal dan kemajuanteknologi.

    Migrasi juga sering dianggap suatu proses yang bisa menghilangkan ketidak seimbanganstruktural antara desa-kota dengan dua cara langsung. Pertama, dari sisi penawaran, migrasiinternal yang tidak proporsional meningkatkan tingkat pertumbuhan pencari kerja perkotaansehubungan dengan adanya pertumbuhan penduduk perkotaan, karena proporsi dari orangmuda yang berpendidikan cukup baik mendominir arus migrasi ini. Kehadiran mereka inicenderung menambah pertumbuhan penawaran tenaga kerja perkotaan sementara itu terjadipenurunan jumlah sumberdaya manusia di pedesaan.

    187

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    Cara yang kedua, dari sisi permintaan, penciptaan lapangan kerja perkotaan adalahlebih sulit dari penciptaan lapangan kerja pedesaan karena kebutuhan sumberdaya-sumberdaya komplementer di sektor industri. Selain itu, tekanan-tekanan dari kenaikanupah perkotaan dan tunjangan-tunjangan tambahan yang diwajibkan bagi para pekerjaditambah pula dengan ketiadaan alat-alat teknologi produksi padat-karya yang tepat gunaagar suatu kenaikan pangsa (share) pertumbuhan output sektor moderen disebabkan olehkenaikan produktivitas tenaga kerja. Kenaikan penawaran yang cepat tersebut danpertumbuhan permintaan yang lambat cenderung untuk mengubah masalah ketidakseimbangan tenaga kerja dalam jangka pendek menjadi surplus tenaga kerja di daerahperkotaan dalam jangka panjang.Teori Lewis dan Kritik terhadapnya

    Model pembangunan yang pertamakali secara implisit memperhatikan proses perpindahantenaga kerja dari desa ke kota dikembangkan oleh Sir Arthur Lewis (1955) dan kemudiandiperbaharui oleh John C. Fei dan Gustav Ranis (1964). Model 2 sektor dari Lewis tersebutditerima menjadi teori "umum" (general theory) dari proses pembangunan di NSB yangmempunyai "surplus tenaga kerja" hampir selama tahun 1950-an.

    Dalam model Lewis ini, perekonomian dibagi menjadi 2 sektor yaitu (a) sektortradisional (pedesaan yang subsisten) yang ditandai oleh produktivitas tenaga kerja yangsangat rendah atau bahkan nol, dan (b) sektor moderen (industri perkotaan) dimana tenagakerja dari sektor subsisten berpindah secara pelahan. Titik perhatian utama model ini adalahproses perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan tingkat pengerjaan (employmet) di sektormoderen. Perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan pengerjaan di perkotaan tersebutmenyebabkan pertumbuhan output di sektor moderen tersebut. Kecepatan kedua hal di atas(perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan pengerjaan) tergantung pada tingkat akumulasimodal industri di sektor moderen.

    Investasi-investasi seperti yang disebutkan di muka mungkin dilakukan karena adanyakelebihan laba di sektor moderen di atas tingkat upah dan kemudian diasumsikan bahwa"para pemilik modal" tersebut menginvestasikan kembali laba yang mereka terima terse but.Akhirnya, tingkat upah di sektor industri perkotaan dianggap konstan dan ditentukan di atastingkat upah subsisten di sektor pertanian tradisional. Lewis menganggap bahwa tingkat upahdi perkotaan paling tidak 30 persen lebih tinggi dari tingkat pendapatan rata-rata untukmempengaruhi agar para pekerja pindah dari kampung halamannya. Namun demikian, padatingkat upah perkotaan yang konstan, penawaran tenaga kerja pedesaan dianggap elastissempurna.

    Berikut ini diberikan sebuah gambaran sederhana dari model 2 sektor Lewis. Prosespertumbuhan sektor moderen digambarkan pada Gambar 10.5. Pada sumbu vertikaldigambarkan upah nyata (real wage = W dan produk marginal tenaga kerja (marginal productof labor = MP L) yang dianggap sarna dengan sektor moderen, dan pada sumbu horisontaldigambarkan kuantitas tenaga kerja (L).

    188

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    Gambar 10.5.Model Lewis

    Upah Nyata (=MPL)P

    K3>K2>Kl

    w ~-------+--~--~----------S

    A DlcfIP2

    LI L2 L3 Q tenaga kerja

    OA menunjukkan tingkat rata-rata pendapatan subsisten nyata di sektor tradisionalpedesaan. Oleh karen a itu, OW merupakan upah nyata di sektor kapitalis. Pada tingkat upahini, penawaran tenaga kerja pedesaan dianggap "tidak terbatas" atau elastis sempuma, sepertiditunjukkan oleh kurva penawaran tenaga kerja WS. Misalkan ada modal tetap sebesar KI,pada tahap pertumbuhan sektor moderen mula-mula, maka kurva permintaan akan tenagakerja ditentukan oleh produk marginal tenaga kerja yang menurun dan ditunjukkan olehkurva DI (KI). Oleh karena para pemberi kerja di sektor moderen berusaha memaksimumkanlabanya maka diasumsikan bahwa mereka akan menggaji tenaga kerja sampai suatu titik dimana produk marginal fisikal (marginal physical product )nya sarna dengan upah nyata (yaitupada titik F dari perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran tenaga kerja), danjumlah tenaga kerja yang dipekerjakan di sektor moderen sarna dengan OLI' Output totalsektor moderen dilukiskan oleh bidang ODIFLI. Pangsa (share) dari output total ini yangdibayarkan kepada para pekerja ditunjukkan oleh bidang OWFLI. Surplus output yangditunjukkan oleh bidang WDIF merupakan laba total yang diterima oleh kaum kapitalis(pemilik modal).

    Oleh karena laba total yang diperoleh para pemilik modal tersebut dianggap seluruhnyadiinvestasikan kembali, maka stok modal total di sektor moderen naik dari KI menjadi K2Stok modal yang lebih besar ini menyebabkan kurva produk total sektor moderen meningkat

    189

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    yang ditunjukkan oleh pergeseran kurva produk marginal atau kurva permintaan akan tenagakerja. Pergeseran ke arah luar dari kurva permintaan ditunjukkan oleh garis DiK2) padagambar. Tingkat keseimbangan pengerjaan yang baru akan terjadi pada titik G dengan jumlahtenaga kerja yang dipekerjakan sebesar OL. Output total meningkat menjadi OD2GL2semen tara itu upah total dan laba meningkat menjadi masing-masing OWGL2 dan WDp.Kemudian, laba yang lebih besar ini (WD 2G) diinvestasikan kembali sehingga meningkatkanstok modal menjadi K, dan pada akhimya akan menggeser kurva permintaan akan tenagakerja menjadi D3(K3) dan akhimya meningkatkan tingkat pengerjaan di sektor moderenmenjadi L3

    Proses pertumbuhan sektor modem dan perluasan pengerjaan di atas dianggap akanterjadi terus menerus sampai semua "surplus" tenaga kerja di pedesaan terserap oleh sektorindustri perkotaan. Sesudah itu, kurva penawaran tenaga kerja menjadi berslope positif dantingkat upah di perkotaan serta tingkat pengerjaan akan terus meningkat. Transformasistruktural dari perekonomian ini akan menyeimbangkan kegiatan ekonomi antara sektorpertanian pedesaan dan sektor industri perkotaan.

    Walaupun model pembangunan dua sektor dari Lewis adalah sederhana dan sesuaidengan pengalaman sejarah pertumbuhan ekonomi di Barat, model ini mempunyai 3 asumsipokok yang sangat berbeda dengan kenyataan-kenyataan dari migrasi dan keterbelakanganyang terjadi di NSB saat ini.

    Pertama, model ini secara implisit menganggap bahwa tingkat perpindahan tenagakerja dan tingkat penciptaan kesempatan kerja di sektor perkotaan adalah proporsionaldengan tingkat akumulasi modal di perkotaan. Makin cepat tingkat akumulasi modal,makin tinggi tingkat pertumbuhan sektor moderen dan makin tinggi pula tingkat penciptaanlapangan kerja baru. Tetapi bagaimanajika surplus laba para pemilik modal diinvestasikankembali dalam bentuk peralatan yang lebih hemat-tenaga kerja (labor-saving) daripadahanya sekedar menambah modal saja seperti yang diasumsikan Lewis? Gambar 10.6menyajikan kembali model dasar Lewis tersebut, hanya saja disini kurva permintaan akantenaga kerja tidak bergeser ke arah luar secara seragam, tetapi menyilang. Kurva permintaanD/K2) mempunyai slope negatif yang lebih besar ketimbang D,(K,) untuk menunjukkanbukti bahwa tambahan stok modal mengandung kemajuan teknologi yang hemat-tenagakerja.

    Tampak bahwa walaupun output total tumbuh nyata (OD2ELI lebih besar daripadaOD,EL,), upah total (OWEL,) dan tingkat pengerjaan (OL,) tidak berubah. Semua outputtambahan yang terjadi dimiliki oleh para pemilik modal dalam bentuk kelebihan laba. Olehkarena itu, Gambar 10.6 memberikan gambaran apa yang biasa disebut pertumbuhanekonomi "anti-pernbangunan" dimana semua tambahan pendapatan dan pertumbuhan outputdidistribusikan hanya kepada beberapa gelintir pemilik modal sedangkan tingkat pendapatansebagian besar pekerja tidak berubah sarna sekali. Walaupun GNP total meningkat, masalahkemiskinan tidak mengalami perbaikan.

    190

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    Gambar 10.6.Akumulasi Modal Hemat- Tenaga Kerja

    Upah Nyata (=MPL)P

    w ~ - - - - - - - - - - - - ~~ - - - - - - - - - sA

    Dl1P , (K , )---------------+KuantitasL, tenaga kerjaKedua, asumsi dari model ini yang berbeda dengan kenyataan adalah asumsi bahwa

    "surplus" tenaga kerja terjadi di daerah pedesaan sedangkan di daerah perkotaan ada banyakkesempatan kerja. Hampir semua penelitian sekarang ini menunjukkan keadaan yangsebaliknya yang terjadi di NSB yaitu banyak pengangguran terbuka terjadi di daerahperkotaan tetapi hanya ada sedikit surplus tenaga kerja di daerah pedesaan. Memang benarbahwa ada pengecualian musiman dan geografis terhadap masalah ini (misalnya bagian anakbenua Asia dan daerah-daerah terisolir di Amerika Latin dimana pemilikan tanah sangat tidakmerata), tetapi sebagian besar ekonom pembangunan setuju bahwa asumsi surplus tenagakerja di perkotaan secara empiris lebih absah daripada Lewis (yaitu surplus tenaga kerjaterjadi di pedesaan).

    Ketiga, asumsi dari model Lewis yang tidak realistis adalah anggapan bahwa upah nyatadi perkotaan akan selalu tetap sampai pada satu titik dimana penawaran dari surplus tenagakerja pedesaan habis. Salah satu gambaran yang menarik dari pasar tenaga kerja perkotaandan penentuan tingkat upah di hampir semua negara sedang berkembang adalah adanyakecenderungan bahwa tingkat upah untuk meningkat secara nyata sepanjang waktu, baikdalam nilai absolutnya maupun jika dibandingkan dengan pendapatan rata-rata pedesaan,sekalipun ada kenaikan tingkat pengangguran terbuka.

    Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa jika kita memperhitugkan bias hemat-tenagakerja dari hampir semua perubahan teknologi moderen, tidak terjadinya surplus tenaga kerja

    191

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    pedesaan, berkembangnya surplus tenaga kerja di perkotaan, dan kecenderungan upah diperkotaan untuk meningkat cepat sekalipun terjadi pengangguran terbuka di perkotaan, makamodel dua sektor dari Lewis ini hanya memberikan pedoman analisis dan kebijaksanaan yangterbatas dalam menyelesaikan masalah perpindahan penduduk dan kesempatan kerja dinegara-negara sedang berkembang.

    Namun demikian, model ini masih memiliki beberapa nilai analitis yaitu paling tidakmodel ini menekankan pada dua elemen utama dari masalah pengerjaan yaitu perbedaan-perbedaan struktural dan ekonomis antara sektor pedesaan dan sektor perkotaan, dan artipenting dari proses perpindahan tenaga kerja.Proses Migrasi dan Karakteristik Para Migran

    Migran adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah tertentu ke daerah lainnya.Migran ini dipengaruhi oleh banyak faktor dan kompleks. Oleh karena migrasi merupakansuatu proses memilih (selective process) yang mempengaruhi individu-individu dengankarakteristik-karakteristik ekonomi, sosial, pendidikan, dan demografis tertentu, makapengaruh-pengaruh ekonomis dan non-ekonomis bisa berbeda-beda tidak hanya antar negaradan wilayah tetapi juga di dalam daerah geografis dan penduduk tertentu. Banyak penelitianawal tentang migrasi cenderung difokuskan kepada faktor -faktor sosial, budaya, dan psikologissaja, tetapi tidak memperhatikan arti penting dari variabel-variabel ekonomi.Penekanan-penekanan tersebut antara lain ditujukan kepada:a) faktor-faktor sosial, termasuk hasrat para migran untuk keluar dari kendala-kendala

    tradisional dari organisasi- organisasi.b) faktor-faktor fisikal, termasuk iklim dan bencana-bencana alam seperti: banjir dan tanah

    longsor.c) faktor-faktor demografis, termasuk penurunan tingkat kematian dan bersamaan denganitu tingkat pertumbuhan penduduk pedesaan yang sangat tinggi.d) faktor-faktor budaya, termasuk adanya hubungan "keluarga yang meluas" (exrtended

    family) dan adanya anggapan tentang "gemerlapnya kehidupan kota"e) faktor-faktor komunikasi yang dihasilkan oleh perbaikan transportasi, sistem pendidikan

    yang berorientasikan kepada perkotaan, dan dampak modemisasi dari pen genal an radio,televisi, dan bioskop.Semua faktor "non-ekonomis" ini tentu saja relevan. Namun demikian, sekarang

    tampaknya telah ada kesepakatan antara para ekonom dan ahli ilmu sosiallainnya bahwamigran dari desa ke kota terutama sekali disebabkan oleh pengaruh faktor-faktorekonomi.

    Karakteristik para migran bisa dibedakan menjadi 3 kategori umum yaitu demografis,pendidikan, dan ekonomi.1. Karakteristik Demografis

    Para migran di perkotaan negara-negara sedang berkembang pada umumnya berusiaantara 15 sampai 24 tahun. Proporsi migran wanita tampaknya juga cenderung untuk192

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    meningkat karena semakin luasnya kesempatan-kesempatan mereka untuk bersekolah. DiAmerika Latin, migran dari desa ke kota didominasi oleh kaun wanita.2. Karakteristik Pendidikan

    Salah satu temuan dari studi-studi tentang migran adalah adanya korelasi yang positifantara kesempatan memperoleh pendidikan dan migrasi, Tampaknya ada hubungan yangjelasantara tingkat pendidikan yang dicapai dankeinginan untuk bermigrasi: orang yang berpendidikanlebih tinggi cenderung lebih banyak melakukan migrasi daripada yang pendidikannya lebihrendah. Dalam suatu studi tentang migrasi yang komprehensif di Tanzania, hubungan antarapendidikan dan migrasi terbukti secara jelas, terutama dalam kaitannya dengan dampakpenurunan kesempatan kerja di perkotaan terhadap karakteristik pendidikan para migran. Paratamatan sekolah menengah di Tanzania menyebabkan meningkatnya arus migrasi. PenjelasanBarnum dan Sabot (1975) yaitu bahwa kesempatan kerja di perkotaan yang terbatas dipengaruhioleh tingkat pendidikan dan hanya para pekerja tamatan sekolah menengah saja yangmempunyai kesempatan untuk memperoleh perluasan. Mereka yang hanya tamatan sekolahdasar sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan. 01eh karena itu, proporsi jumlah mereka yangtamatan sekolah dasar ini dalam arus migrasi mulai menurun.3. Karakteristik Ekonomi

    Selama bertahun-tahun persentase migrasi yang terbanyak adalah kaum miskin, tidakmemiliki tanah, tidak mempunyai ketrampilan. Pada jaman penjajahan di Afrika, migrasimusiman didominasi oleh para migrasi dari berbagai tingkat pendapatan yang mencaripekerjaan-pekerjaan di perkotaan untuk jangka pendek. Dengan kata lain, para migran initampaknya datang dari semua tingkat sosio-ekonomis yang sebagian besar adalah sangatmiskin karen a memang sebagian besar orang-orang pedesaan adalah miskin.Teori Migrasi Todaro

    Diawali dari asumsi bahwa migrasi terutama sekali merupakan fenomena ekonomi,model Todaro merumuskan bahwa migrasi berkembang karena perbedaan-perbedaan antarapendapatan yang diharapkan dan yang terjadi di pedesaan dan di perkotaan. Anggapan yangmendasar adalah bahwa para migran tersebut memperhatikan berbagai kesempatan kesempatankerja yang tersedia bagi mereka dan memilih salah satu yang bisa memaksimumkan manfaatyang mereka harapkan dari bermigrasi tersebut. Manfaat -manfaat yang diharapkan ditentukanoleh perbedaan-perbedaan nyata antara kerja di desa dan di kota serta kemungkinan migrasitersebut untuk mendapatkan pekerjaan di kota.

    Pada hakekatnya, teori ini menganggap bahwa angkatan kerja, baik aktual maupunpotensial, memperbandingkan pendapatan yang mereka "harapkan" di perkotaan pada suatuwaktu tertentu dengan memperhitungkan pendapatan rata-rata di pedesaan. Akhirnya merekaakan melakukan migrasi jika pendapatan yang "diharapkan" di kota lebih besar daripadapendapatan rata-rata di pedesaan.

    Secara singkat bisa disebutkan disini bahwa model migrasi dari Todaro mempunyai 4karakteristik utama yaitu:

    193

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    1) Migrasi terutama sekali dirangsang oleh pertimbangan- pertimbangan ekonomis yangrasional. Misalnya pertimbangan manfaat (benefits) dan biaya (costs), terutama sekalisecara finansial tetapi juga secara psikologis.2) Keputusan untuk bermigrasi lebih tergantung pada perbedaan upah riil "yang diharapkan"daripada " yang terjadi" antara pedesaan dan perkotaan, dimana perbedaan yang"diharapkan" itu ditentukan oleh interaksi antara dua variabel yaitu perbedaan upahpedesaan-perkotaan yang terjadi dan kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan disektor perkotaan.

    3) Kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan di perkotaan berhubungan terbalik dengantingkat pengangguran di perkotaan.

    4) Tingkat migrasi yang melebihi tingkat pertumbuhan kesempatan kerja di perkotaansangat mungkin terjadi. Oleh karena itu, tingkat pengangguran yang tinggi di perkotaanmerupakan hal yang tidak terelakkan karen a adanya ketidak-seimbangan yang parahantara kesempatan-kesempatan ekonomi di perkotaan dan di pedesaan pada hampirsemuaNSB.

    Formulasi Matematis Teori Migrasi Harris-TodaroModel migrasi desa-kota dari Harris-Todaro merupakan suatu formulasi penting dalam

    melihat peranan rangsangan ekonomis dalam mengambil keputusan untuk bermigrasi.Model ini menganggap bahwa, seperti disinggung dimuka, migrasi terutama sekali tergantungpada perbandingan antara tingkat upah di pedesaan dengan di perkotaan. Secara matematisdirumuskan sebagai berikut:

    - Mt adalah jumlah migran dari desa ke kota pada periode t,f adalah fungsi respons,- Wu adalah tingkat upah perkotaan, dan- W r adalah tingkat upah pedesaan.

    Oleh karena ada pengangguran di perkotaan dan tidak setiap migran mempunyai harapanuntuk mendapatkan pekerjaan, maka model tersebut merumuskan tingkat upah perkotaanyang diharapkan (expected urban wage) dibandingkan dengan tingkat upah pedesaan.Tingkat upah perkotaan yang diharapkan adalah tingkat upah aktual dikalikan denganprobabilitas untuk mendapatkan pekerjaan yaitu

    di mana:

    Wu=pWu- W u = tingkat upah perkotaan yang diharapkan dan- p = probabilitas mendapatkan pekerjaan.

    Cara sederhana untuk menentukan p adalah

    di mana:

    p = E /(E +U)u u u194

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    di mana: - Eu = tingkat pengerjaan (employment) di perkotaan dan- Uu = tingkat pengangguran di perkotaan.

    Dalam formulasi ini semua angkatan kerja perkotaan dianggap mempunyai kesempatanyang sarna untuk mendapatkan pekerjaan yang tersedia, sehingga Wu merupakan tingkatupah perkotaan dikalikan dengan tingkat pengangguran perkotaan. Jadi migrasi pada setiapwaktu tergantung pada tiga faktor yaitu perbedaan antara tingkat upah perkotaan denganpedesaan, tingkat pengangguran di perkotaan, dan respons dari migran potensial

    di mana: - M, = migrasi pada periode t dan- h = tingkat respons migran potensial.

    Sepanjang Wu lebih besar dari Wr' model tersebut memperkirakan migrasi dari desa kekota akan terus terjadi. Proses migrasi akan berhenti jika Wu = Wr" Juga mungkin terjadibahwa Wr > Wu sehingga terjadi arus perpindahan pekerja dari kota ke desa.PENGANGGURAN DAN PEMBANGUNAN

    Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yangrelatiflambat menyebabkan masalah pengangguran di NSB menjadi semakin serius. Tingkatpengangguran terbuka sekarang ini di kota-kota Afrika, Asia, dan Amerika Latin rata-ratasekitar 10persen dari seluruh angkatan kerja di perkotaan. Masalah ini dipandang lebih seriuslagi bagi mereka yang berusia antara 15-24 tahun yang kebanyakan mempunyai pendidikanyang lumayan.

    Namun demikian, tingkat pengangguran terbuka di perkotaan hanya menunjukkanaspek-aspek yang tampak saja dari masalah kesempatan kerja di NSB yang bagaikan ujungsebuah gunung es. Tenaga kerja yang tidak bekerja secara penuh (underutilization) mempunyaiberbagai bentuk, termasuk berbagai bentuk dan underemployment dan penganggurantersembunyi (hidden unemployment). Sekalipun data tentang berbagai bentuk underemploy-ment di NSB sangat jarang, tetapi dari hasil suatu studi ditunjukkan bahwa sekitar 30 persendari penduduk perkotaan di NSB bisa dikatakan tidak bekerja secara penuh (underutilitized).Macam-macam Pengangguran

    Untuk memperoleh pengertian sepenuhnya tentang arti penting dari masalah pengerjaan(employment) di perkotaan, kita harus memperhitungkan pula masalah pertambahanpengangguran terbuka yangjumlahnya lebih besar yaitu mereka yang kelihatan aktifbekerjatetapi secara ekonomis sebenamya mereka tidak bekerja secara penuh (underutilized).

    Untuk mengelompokkan masing-masing pengangguran, menurut Edgar O. Edwards(1974) perlu diperhatikan dimensi-dimensi:1. Waktu.(banyak diantara mereka yang bekerja ingin bekerja lebih lama, misalnya jam

    kerjanya per hari, per minggu, atau per tahun).

    195

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    2. Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan).3. Produktivitas (kurangnya produktivitas seringkali disebabkan oleh kurangnya

    sumberdaya-sumberdaya komplementer untuk melakukan pekerjaan).Walaupun hal-hal tersebut merupakan dimensi-dimensi yang palingjelas untuk efektifnya

    seseorang bekerja, faktor-faktor seperti motivasi, sikap, dan hambatan-hambatan budayajuga harus diperhatikan.

    Berdasarkan hal-hal di atas Edwards membedakan 5 bentuk pengangguran yaitu:1. Pengangguran terbuka: baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena

    mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun secara terpaksa (mereka yang maubekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan).

    2. Setengah menganggur (underemployment) : yaitu mereka yang bekerja lamanya (hari,minggu, musiman) kurang dari yang mereka bisa kerjakan.

    3. Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh: yaitu mereka yang tidak digolongkansebagai pengangguran terbuka dan setengah menganggur, termasuk di sini adalah:a. Pengangguran tak kentara (disguised unemployment) Misalnya para petani yang

    bekerja di ladang selama sehari penuh, padahal pekerjaan itu sebenarnya tidakmemerlukan waktu selama sehari penuh.

    b. Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment) Misalnya orang yang bekerjatidak sesuai dengan tingkat atau jenis pendidikannya.

    c. Pensiun lebih awalFenomena ini merupakan kenyataan yang terus berkembang di kalangan pegawaipemerintah. Di beberapa negara, usia pensiun dipermuda sebagai alat untukmenciptakan peluang bagi yang "muda-muda" untuk mendudukijabatan di atasnya.

    4. Tenaga kerja yang lemah (impaired) : yaitu mereka yang mungkin bekerja full time,tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.

    5. Tenaga kerja yang tidak produktif: yaitu mereka yang mampu untuk bekerja secaraproduktif, tetapi karena sumberdaya-sumberdaya penolong kurang kurang memadaimaka mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu dengan baik.

    Hubungan Antara Pengangguran, Kemiskinan, dan Distribusi PendapatanAda hubungan yang erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran, luasnya

    kemiskinan, dan distribusi pendapatan yang tidak merata. Bagi sebagian besar mereka, yangtidak mempunyai pekerjaan tetap atau hanya bekerja part-time selalu berada di antarakelompok masyarakat yang sangat miskin. Mereka yang bekerja dengan bayaran tetap disektor pemerintah dan swasta biasanya termasuk di antara kelompok masyarakat kelasmenengah ke atas.Namun demikian, adalah salah jika beranggapan bahwa setiap orang yang tidakmempunyai pekerjaan adalah miskin, sedangkan yang bekerja secara penuh adalah orangkaya. Karena kadangkala ada juga pekerja di perkotaan yang tidak bekerja secara suka relakarena mencari pekerjaan yang lebih baik yang lebih sesuai dengan tingkat pendidikannya.Mereka menolak pekerjaan-pekerjaan yang mereka rasakan lebih rendah dan mereka

    196

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    bersikap demikian karena mereka mempunyai sumber-sumber lain yang bisa membantumasalah keuangan mereka (misalnya dari famili, ternan, tempat-tempat meminjam uang).Orang-orang seperti ini bisa disebut menganggur tetapi belum tentu miskin. Sarna jugahalnya adalah, banyak individu yang mungkin bekerja secara penuh per hari, tetapi tetapmemperoleh pendapatan yang sedikit. Banyak pekerja yang "mandiri" di sektor informalperkotaan (tukang bakso,penjual es teler, penjual rokok pinggir jalan, dan sebagainya) yangdemikian.

    Orang-orang seperti ini didefinisikan "bekerja secara penuh" tetapi tokh mereka seringmasih tetap miskin.

    Disamping penjelasan di atas tentang hubungan antara pengangguran dan kemiskinan,adalah masih tetap benar bahwa salah satu mekanisme pokok untuk mengurangi kemiskinandan kepincangan distribusi pendapatan di negara-negara sedang berkembang adalahmemberikan upah yang memadai dan menyediakan kesempatan-kesempatan kerja bagikelompok masyarakat miskin. Oleh karena itu, peningkatan kesempatan kerja merupakanunsur yang paling esensial dalam setiap strategi pembangunan yang menitikberatkan kepadapenghapusan.KONSEP PENTING DALAM BAB INI

    Struktur Umur PendudukBeban Tanggungan (burden of dependency ratio)The Law of Diminishing ReturnsTeori Perangkap PendudukTeori Transisi PendudukMigrasiPengangguran TerbukaPengangguran Tak KentaraPengangguran Tersembunyi

    SOAL LATIHAN PILIHAN BERGANDAPetunjuk:

    Pilih satu jawaban yang benar di antara lima pilihan jawaban yang tersedia dengan caramelingkari huruf di muka jawaban yang Saudara anggap benar.1. Berikut ini adalah masalah-masalah pokok kependudukan yang dihadapi Indonesia

    dewasa ini, kecuali :a. Dipisahkannya masalah kependudukan dengan masalah lingkungan hidupb. Laju pertumbuhan penduduk yang masih perlu diturunkanc. Penyebaran penduduk antar daerah yang kurang seimbangd. Kualitas kehidupan penduduk yang perlu ditingkatkan.e. Tidak ada jawaban yang benar.

    197

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    2. Yang dimaksud dengan negara yang mempunyai penduduk dengan struktur unsur mudaialah :a. Jumlah penduduk yang berumur di bawah usia 15 tahun dominanb. Jumlah penduduk yang berumur antara 15-64 tahun sangat dominanc. Banyaknya pemuda-pemuda yang menganggurd. Banyak sekali pemuda yang sedang mencari pekerjaane. Banyak sekali pemuda yang bekerja tidak sesuai dengan bidang keahliannya.

    3. Pernyataan yang benar mengenai teori perangkap penduduk dari Malthus adalah :a. Penduduk tumbuh mengikuti deret hitung sedangkan pangan tumbuh mengikuti

    deret ukur.b. Penduduk tumbuh mengikuti deret ukur sedangkan pang an tumbuh mengikuti derat

    hitungc. Baik penduduk maupun pangan mengikuti pertumbuhan deret hitungd. baik penduduk maupun pangan mengikuti pertumbuhan deret ukur.e. Tidak ada jawaban yang benar.

    4. Beberapa kritik utama terhadap teori Malthus dan neo-Malthusian adalah :a. Terlalu memperhitungkan tehnologib. Tidak mendasarkan pada suatu hipotesa tentang hubungan secara makro antara

    pertumbuhan penduduk dan tingkat pendapatan per kapita secara empiris.c. Adanya anggapan bahwa pendapatan perkapita merupakan faktor penentu utama

    tingkat pertumbuhan penduduk.d. Anggapan akan terjadi transisi demografi.e. Tidak adajawaban yang benar.

    5. Teori transisi Penduduk mengatakan bahwa pada tahap IIterjadi pertumbuhan pendudukyang sangat cepat. Yang menyebabkan adalah :a. Pada masa itu perang dunia sudah selesai sehingga jumlah orang yang mati

    berkurang drastisb. Pada masa itu terjadi modernisasi sehingga terjadi perbaikan kesehatan masyarakat,

    peningkatan pendapatan dan kualitas makanan lebih enak.c. pada mas a itu, dunia relatif damai sehingga "hawa nafsu" penduduk relatif tak dapat

    dikendalikan.d. Banyaknya bayi-bayi yang lahir pada masa perang dan besar di masa damaie. Tidak ada jawaban yang benar

    6. Pandangan yang sangat berpengaruh pada anggapan bahwa migrasi dari desa ke kotaadalah menguntungkan adalah :a. Teori Big-Pushc. Teori Harrod Domare. Teori Sirkuler

    b. Teori Arthur Lewisd. Teori Slutsky

    198

  • 5/10/2018 Bab 10 Masalah Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

    7. Yang termasuk faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya migrasi adalah :a. Faktor sosial misalnya kemiskinanb. Faktor finansial, misalnya bencana alamc. Faktor budaya, misalnya hubungan keluargad. Faktor komunikasi, misalnya perbaikan transportasie. semua jawaban benar.

    8. Yang bukan termasuk konsepsi migrasi dari Todaro adalah :a. Adanya pertimbangan ekonomis yang rasional untuk bermigrasib. Adanya perbedaan upah ril "yang diharapkan" daripada "yang terjadi antara

    pedesaan dan perkotaan.c. Adanya rasa tidak aman hidup di desa karena sering terjadi bencana alamd. Kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan di perkotaan berhubungan terbalik

    dengan tingkat pengangguran diperkotaan.e. Kemungkinan terjadi tingkat migrasi yang melebihi pertumbuhan kesempatan

    kerja.9. Yang bukan termasuk bentuk pengangguran menurut Edgar 0 Edwards adalah :

    a. Pengangguran terbuka b. Setengah menganggurc. Pengangguran tidak kentara. d. Pengangguran tersembunyie. pengangguran potensial

    10. Mereka yang mampu untuk bekerja secara produktif tetapi karena sumber-sumber dayapenolong kurang memadai sehingga mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu denganbaik disebut dengan :a. Tenaga kerja yang tidak produktif b. Pensiun lebih awalc. Tenaga kerja lemah d. Tenaga kerja pesimise. Tenaga kerja optimis

    199