Upload
krismaputri
View
232
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
eritroderma
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinyadari lingkungan
hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vitalserta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Salah satu kelainan kulityang dapat menyebabkan terganggunya
fungsi kulit adalah eritroderma.1
Dahulu, eritroderma dibagi menjadi eritroderma primer dan sekunder;primer adalah
yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), dan sekunderadalah yang disebabkan oleh
penyakit kulit lain atau penyakit sistemik.Pendapat sekarang, semua eritroderma ada
penyebabnya, jadi eritrodermaselalu sekunder.2
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanyakemerahan atau
eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90%permukaan tubuh yang berlangsung
dalam beberapa hari sampai beberapaminggu. Bila eritemanya antara 50-90% dinamakan pre-
eritroderma.3 Dermatitis eksfoliativa dianggap sinonim dengan eritroderma.2,4
Bagaimanapun, kedua istilah ini adalah berbeda, karena pada gambaran klinikdapat
menghasilkan penyakit yang berbeda. Pada banyak kasus, eritrodermaumumnya disebabkan
kelainan kulit yang ada sebelumnya (misalnya psoriasisatau dermatitis atopik), cutaneous T-
cell lymphoma (CTCL) atau reaksi obat.Identifikasi penyakit yang menyertai
menggambarkan satu dari sekian banyakkelainan kulit.1,2
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan karya tulis ini ditujukan untuk mengetahui tentang penatalaksanaan terkini
pada penyakit eritroderma.
BAB II1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai adanya eritema universalis (90-100%)
dan biasanya disertai dengan pembentukan skuama pada hampir atau di seluruh tubuh. Pada
definisi tersebut yang mutlak harus ada adalah eritema, sedangkan skuama tidak selalu
terdapat, pada mulanya tidak disertai skuama, baru kemudian pada stadium penyembuhan
timbul skuama dan hiperpigmentasi.2
Dermatitis eksfoliativa dianggap sebagai sinonim dengan eritroderma meskipun
sebenarnya mempunyai pengertian yang agak berbeda.3
Pada dermatitis eksfoliativa skuamanya berlapis-lapis. Eritroderma dijelaskan sebagai
dilatasi yang menyebar dari pembuluh darah kutaneus. Apabila proses inflamasi disertai
dengan eritroderma secara substansial akan meningkatkan proliferasi sel epidermal dan
mengurangi waktu transit sel melalui epidermis yang menimbulkan sisik bertanda.2,3
2.2 Etiologi dan klasifikasi
Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik, perluasan
penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan. Penyakit kulit yang dapat
menimbulkan eritroderma diantaranya adalah psoriasis 23%, dermatitis spongiotik 20%,
alergi obat 25%, CTCL atau syndrome sezary 5%.3
1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat biasanya secara sistemik.
Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat menyebabkan
eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri (jarang), penisilin, barbiturat. Pada
beberapa masyarakat, eritroderma mungkin lebih tinggi karena pengobatan sendiri dan
pengobatan secara tradisional. Waktu mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul
penyakit bervariasi dapat segera sampai dua minggu.2,4,5
2. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit
Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit seperti psoriasis, pitiriasis
rubra pilaris, pemfigus foliaseus, dermatitis atopik dan liken planus. Eritroderma et causa
psoriasis, merupakan eritroderma yang paling banyak ditemukan dan dapat disebabkan
oleh penyakit psoriasis maupun akibat pengobatan psoriasis yang terlalu kuat misalnya
pengobatan topical dengan ter dengan konsentrasi yang terlalu tinggi.5,6
Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga dikenal
penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita berkisar 4-20 minggu.
2
Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula menjadi
eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma adalah pemfigus foliaseus,
dermatitis atopik dan liken planus2,6
3. Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan
Berbagai penyakit atau kelainan organ dalam termasuk infeksi fokal dapat memberi
kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk
akibat alergi obat dan akibat perluasan penyakit kulit harus dicari penyebabnya, yang
berarti perlu pemeriksaan menyeluruh (termasuk pemeriksaan laboratorium dan sinar X
toraks), untuk melihat adanya infeksi penyakit pada organ dalam dan infeksi fokal. Ada
kalanya terdapat leukositosis namun tidak ditemukan penyebabnya, jadi terdapat infeksi
bakterial yang tersembunyi (occult infection) yang perlu diobati.2
4. Eritroderma yang tidak diketahui penyebabnya
Penyakit Kulit Penyakit Sistemik Obat-obatan
Dermatitis atopik
Dermatitis kontak
Dematofitosis
Penyakit Leiner
Liken Planus
Mikosis fungoides
Pemfigus foliaceus
Pitriasis rubra
Psoriasis
Sindrom reiter
Dermatitis seboroik
Dermatitis statis
Mikosis fungoides
Penyakit hodgin
Limfoma
Leukemia akut dan kronis
Multiple mieloma
Karsinoma Paru
Karsinoma rektum
Karsinoma tuba falopii
Dermatitis
Papuloskuamosa pada AIDS
Sulfonamid
Antimalaria
Penisilin
Sefalosporin
Arsen
Merkuri
Barbiturat
Aspirin
Kodein
Eritroderma yang tidak diketahui penyebabnya ini yakni sekitar 5-10% dari semua kasus
eritroderma. Sebagian para penderita eritroderma yang mula-mula tidak diketahui
penyebabnya ini kemudian berkembang menjadi sindrom Sezary.2,5,6
Tabel 1. Proses yang Berkaitan dengan timbulnya Eritroderma
Tabel 2. Penyebab Eritroderma pada dewasa.
3
2.3 Epidemiologi
Insidens eritroderma sangat bervariasi, menurut penelitian dari 0,9-70 dari
100.000 populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namun paling sering
pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-rata > 40 tahun,
meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia.Insiden eritroderma makin
bertambah. Penyebab utamanya adalah psoriasis. Hal tersebut seiring dengan
meningkatnya insidens psoriasis.7
Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan penting lebih dari
setengah kasus dari eritroderma. Identifikasi psoriasis mendasari penyakit kulit lebih dari
seperempat kasus. Didapatkan laporan bahwa terdapat 87 dari 160 kasus adalah psoriasis
berat.8
Abraham et al. menyatakan bahwa dari 101 kasus eritroderma didapatkan 75%
adalah pria dengan usia rata-rata 50 tahun, dengan durasi penyakit adalah 5 tahun. Anak-
anak bisa menderita eritroderma diakibatkan alergi terhadap obat. Alergi terhadap obat
bisa karena pengobatan yang dilakukan sendiri ataupun penggunaan obat secara
tradisional.3,8
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya eritroderma belum diketahui dengan jelas, yang jelas dapat
diketahui adalah akibat suatu agent dalam tubuh, maka tubuh bereaksi berupa pelebaran
4
pembuluh darah kapiler (eritema) yang universal. Kemungkinan berbagai sitokin yang
berperan.2
Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah
kekulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya penderita merasa dingin
dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung. Juga dapat terjadi
hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang makin meningkat dapat
menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat, kehilangan panas juga meningkat
sehingga pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas menyebabkan hipermetabolisme
kompensator dan peningkatan laju metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi
meningkat sebanding dengan laju metabolisme basal.2
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m² permukaan kulit atau lebih sehari
sehingga menyebabkan kehilangan protein. Hipoproteinemia dengan berkurangnya albumin
dan peningkatan relatif globulin terutama globulin merupakan kelainan khas. Edema sering
terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pergeseran cairan ke ruang ekstravaskuler.2
Eritroderma akut dan kronis dapat mengganggu mitosis rambut dan kuku berupa
kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada eritroderma yang telah berlangsung
berbulan-bulan dapat terjadi perburukan keadaan umum yang progresif.2,4,8
2.5 Gejala klinis
Gambaran klinis eritroderma beraneka ragam dan bervariasi tiap individu. Kelainan
yang paling pertama muncul adalah eritema, yang disebabkan oleh pembuluh darah, yang
umumnya terjadi pada area genitalia, ekstrimitas, atau kepala. Eritem ini akan meluas
sehingga dalam beberapa hari atau minggu seluruh permukaan kulit akan terkena, yang akan
menunjukkan gambaran yang disebut “red man syndrome”.9
Skuama muncul setelah eritema, biasanya setelah 2-6 hari. Skuama adalah lapisan
stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama berkonsistensi mulai dari halus sampai
kasar. Ukuran skuama bervariasi; pada proses akut akan berukiran besar, sedangkan pada
proses kronik akan berukuran kecil. Warna skuama yang bervariasi, mulai dari putih hingga
kekuningan. Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan, kemudian menyeluruh.
Dapat juga mengenai membran mukosa, terutama yang disebabkan oleh obat. Bila kulit
kepala sudah terkena, dapat terjadi alopesia, perubahan kuku, dan kuku dapat lepas. Pada
eritroderma, skuama tidak selalu terdapat, misalnya eritroderma karena alergi obat sistemik,
pada mulanya tidak disertai skuama, skuama timbul pada stadium penyembuhan timbul.9
5
Gambar 1.Eritema disertai skuama
Kulit kepala dapat terlibat, yang akan meluas ke folikel rambut dan kuku. Kurang
lebih 25% dari pasien mengalami alopesia, dan pada banyak kasus, kuku akan mengalami
kerapuhan sebelum lepas seluruhnya. Telapak tangan da kaki biasaya ikut terlibat, namun
jarang mengenai membran mukosa. Sering terjadi pula bercak hiper dan hipopigmentasi.
Pada eritroderma kronis, eritema tidak begitu jelas karena bercampur dengan
hiperpigmentasi.9
Epidermis berukuran tipis pada awal proses penyakit dan akan terlihat dan terasa tebal
pada stadium lanjut. Kulit akan terasa kering dengan krusta yang berwarna kekuningan yang
disebabkan serum yang mengering dan kemungkinan karena infeksi sekunder. Pada beberapa
kasus, manifestasi klinis yang muncul pada eritroderma yang akut menyerupai nekrolisis
epidermal toksik, walaupun secara patofisiologi sangat berbeda.2,9
Eritroderma akibat alergi obat biasanya secara sistemik sebelum muncul gejala klinis
perlu dikaji ulang untuk menkonfirmasi penyebab terjadinya eritroderma akibat obat.Pada
umumnya alergi ini timbul secara akut dalam waktu 10 hari. Dapat pula bervariasi mulai dari
waktu masuknya obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit dapat segera sampai sampai 2
minggu. Gambaran klinisnya berupa eritema universal. Pada stadium akut tidak terdapat
skuama, pada stadium penyembuhan baru timbul skuama.2,9
Eritroderma akibat penyakit kulit, penyakit sistemik dan obat-obatan sering dijumpai
kelainan-kelainan yang mendasarinya yang membantu dalam menegakkan diagnosis. Sering
ditemukan plak psoriasis yang masih tersisa, papul atau lesi oral likenplanus; gambaran pulau
yang khas dari ptiriasis rubra; dan lesi papuler pada drug eruption. Riwayat psoriasis yang
bersifat kronik dan residif dapat menjadi salah satu penyebab terjadi eritroderma. Kelainan
kulit berupa skuama yang berlapis-lapis dan kasar di atas kulit yang eritematosa,
sirkumskripta. Umumnya didapati eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi
6
psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninggi dari pada
disekitarnya dan skuama ditempat itu lebih tebal. Kuku juga perlu dilihat, dicari apakah ada
pitting nail berupa lekukan miliar, tanda ini hanya menyokong dan tidak patognomonis untuk
psoriasis. Jika ragu-ragu, pada tempat yang meninggi tersebut dilakukan biosi untuk
pemeriksaan histopatologik. Kadang-kadang biopsi sekali tidak cukup dan harus dilakukan
beberapa kali. Penyakit Leiner atau eritroderma deskuamativum ini biasanya terjadi pada
penderita usia penderita antara 4 minggu sampai 20 minggu. Keadaan umum penderita baik,
biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritema universal disertai skuama yang
kasar.2,9
Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan, berbagai penyakit atau
kelainan alat dalam dapat menyebabkan kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus
eritroderma yang tidak termasuk golongan I dan II harus dicari penyebabnya, yang berarti
harus diperiksa secara menyeluruh, apakah ada penyakit pada alat dalam dan harus dicari
pula apakah ada infeksi dalam dan infeksi fokal. Termasuk di dalam golongan ini ialah
sindrome Sezary.10
Sindrome sezary termasuk penyakit limfoma, ada yang berpendapat merupakan
stadium dini mikosis fungoides. Penyebabnya belum diketahui, diduga berhubungan dengan
infeksi virus HTLV-V dan dimasukkan kedalam CTCL (Cutaneous T-Cell Lymphoma).
Yang diserang adalah orang dewasa, mulainya penyakit pada pria rata-rata berumur 64 tahun,
sedangkan pada wanita 53 tahun. Sindrom ini ditandai dengan eritema berwarna merah
membara yang universal disertai skuama dan rasa sangat gatal. Selain itu terdapat pula
infiltrasi pada kulit dan edema. Pada sepertiga hingga setengah para penderita didapati
splenomegali, limfadenopati superfisial, alopesia, hiperpigmentasi, hiperkeratosis palmaris
dan plantaris, serta kuku yang distrofik.10
Pada eritroderma karena penyakit kulit, penyakit sistemik dan obat-obatan,sering
dijumpai kelainan-kelainan yang mendasarinya, yang membantu dalam menegakan diagnosis.
Sering ditemukan plak psioriasis yang masih tersisa; papul atau lesi oral likenplanus;
gambaran pulau yang khas dari pitiriasis rubra; dan lesi papular dari drug eruption. Gejala
dari penyakit yang mendasari ini sering sulit ditemukan dan harus diperiksa dengan
cermat.2,9,10
Pasien mengeluh kedinginan. Pengendalian regulasi suhu tubuh menjadi hilang,
sehingga sebagai kompensasi terhadap kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh pasien
menggigil untuk dapat menimbulkan panas metabolik. Eritroderma akibat alergi obat secara
7
sistemik diperlukan anamnesis yang teliti untuk mencari obat penyebabnya. Umumnya alergi
timbul akut dalam waktu 10 hari. Pada mulanya kulit hanya eritem saja, setelah
penyembuhan barulah timbul skuama. Pada eritroderma akibat alergi obat, dapat disertai
edema pada wajah dan leher.2,10,11
Gambar 2. Eritroderma karena alergi obat (gambar kiri); Red Man Syndrome (gambar
kanan)
Sumber: www.your-doctor.net/dermatology_atlas
Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada psoriasis dan dermatitis
seboroik bayi. Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua hal yaitu: karena penyakitnya
sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat. Psoriasis yang menjadi eritroderma tanda
khasnya akan menghilang. Pada eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang
disebabkan oleh penyakit psoriasis atau pengobatan yaitu kortikosteroid sistemik, steroid
topikal, komplikasi fototerapi, stress emosional yang berat, penyakit terdahulu misalnya
infeksi.2,9,10,11
2.6 Diagnosis
Diagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala yang sudah ada
sebelumnya misalnya, warna hitam-kemerahan di psoriasis dan di pilaris rubra pityriasis;
perubahan kuku khas psoriasis; likenifikasi, erosi, dan ekskoriasi di dermatitis atopik dan
eksema; menyebar, relatif hiperkeratosis tanpa skuama, dan pityriasis rubra; ditandai bercak
8
kulit dalam eritroderma di pilaris rubra pityriasis; hiperkeratotik skala besar kulit kepala,
biasanya tanpa rambut rontok di psoriasis dan dengan rambut rontok di CTCL dan pityriasis
rubra, ektropion mungkin terjadi. Dengan beberapa biopsi biasanya dapat menegakkan
diagnosis.2
2.7 Diagnosa Banding
Ada beberapa diagnosis banding pada eritorderma (lihat tabel 3.)
Tabel 3. Diagnosis banding eritrodermaPerbedaan Psoriasis Dermatitis Seboroik Pitiriasis Rosea Dermatofitosis Sifilis stadium II
Penyebab Tidak
diketahui,
diduga
autoimun
Peningkatan
aktivitas
kelenjar
sebasea
Tidak
diketahui
Golongan jamur
dermatofita
Treponema
pallidum
Predisposisi Pria lebih
banyak,
biasanya
dewasa
Lebih sering
pada pria
dewasa
Pria = wanita,
semua usia
Pria = wanita,
semua usia
Pria = wanita,
dewasa, bayi baru
lahir
Predileksi Kulit kepala,
perbatasan
daerah
tersebut
dengan
muka,
ekstrimitas
bagian
ekstensor
terutama siku
dan lutut,
kuku dan
daerah
lumbosakral
Bagian tubuh
yang banyak
mengandung
kelenjar
sebasea: kulit
kepala,
belakang
telinga, alis
mata, cuping
hidung,
ketiak, dada,
antarskapula,
suprapubis
Dapat tersebar
di seluruh
tubuh
terutama yang
tertutup
pakaian
Dapat tersebar di
bagian tubuh
manapun
Genitalia eksterna,
sekitar anus,
ketiak, sudut
mulut, inferior
mammae, dapat
mengenai perut,
punggung, tangan
Efloresensi Makula
eritematosa
berbatas
tegas, miliar-
numular,
ditutupi oleh
skuama yang
tebal, kasar,
berlapis-
lapis,
Makula
eritematosaa
yang ditutupi
papula miliar
difus, skuama
halus putih
berminyak.
Kadang erosi
dengan krusta
kekuningan
Eritema
bentuk
lonjong,
lentikular-
numular,
ditutupi
skuama halus,
sumbu
panjang lesi
seesuai
Makula
eritematosaa
dengan tepi aktif
disertai papul
atau vesikel,
penyembuhan
sentral, berbatas
tegas, skuama
halus, jika
berlangsung
Bercak-bercak
eritema dengan
skuama berwarna
merah tembaga
9
berwarna
putih
mengkilat,
fenomena
tetesan lilin,
Auspitz,
Koebner
dengan garis
lipatan kulit,
khas: lesi
inisial (herald
patch=
medallion)
soliter, bentuk
oval, anular,
diameter,
jarang > 1
herald patch
kronik dijumpai
likenifikasi atau
hiperpigmentasi
Manifestasi
lain
Kadang gatal Gatal Gatal, dapat
didahului
gejala
prodromal
ringan
(malaise,
nyeri kepala,
sakit
tenggorokan)
Gatal terutama
jika berkeringat
Sering disertai
demam malam hari
(dolores
nocturnal),
pembesaran
kelenjar getah
bening
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah didapatkan albumin serum yang rendah dan
peningkatan gammaglobulins, ketidakseimbangan elektrolit, protein fase akut
meningkat, leukositosis, maupun anemia ringan.12
2. Histopatologi
Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat membantu
mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan 50% kasus, biopsi kulit
dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat dan durasi proses
inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis dan parakeratosis menonjol, terjadi edema. Pada
stadium kronis, akantosis dan perpanjangan rete ridge lebih dominan.2
Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin pleomorfik,
dan mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik, seperti bandlikelimfoid
infiltrat di dermis-epidermis, dengan sel cerebriform mononuklear atipikal dan
Pautrier's microabscesses. Pasien dengan sindrom Sezary sering menunjukkan
10
beberapa fitur dari dermatitis kronis, dan eritroderma jinak mungkin kadang-kadang
menunjukkan beberapa gambaran tidak jelas pada limfoma.2
Pemeriksaan immunofenotipe infiltrat limfoid juga mungkin sulit
menyelesaikan permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya memperlihatkan
gambaran sel T mmatang pada eritroderma jinak maupun ganas.Pada psoriasis
papilomatosis dan gambaran clubbing lapisan papilerdapat terlihat, dan pada pemfigus
foliaseus, akantosis superficial juga ditemukan.Pada eritroderma ikhtisioform dan
ptiriasis rubra pilaris, biopsi diulang dari tempat-tempat yang dipilih dengan cermat
dapat memperlihatkan gambaran khasnya.2,12
2.9 Pengobatan
Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan I, yang
disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 3 x 10 mg- 4 x 10 mg.
Penyembuhan terjadi cepat, umumnya dalam beberapa hari – beberapa minggu. Pada
golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan kortikosteroid. Dosis mula
prednison 4 x 10 mg- 4 x 15 mg sehari. Jika setelah beberapa hari tidak tampak perbaikan
dosis dapat dinaikkan.Setelah tampak perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika
eritroderma terjadi akibat pengobatan dengan ter pada psoriasis, maka obat tersebut harus
dihentikan.Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati dengan etretinat. Lama
penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa bulan, jadi tidak
secepat seperti golongan I.2
Pengobatan penyakit Leiner dengan kortokosteroid memberi hasil yang baik. Dosis
prednison 3 x 1-2 mg sehari.Pada sindrome Sezary pengobatannya terdiri atas kortikosteroid
dan sitostatik, biasanya digunakan klorambusil dengan dosis 2- 6 mg sehari. Pada eritroderma
yang lama diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya skuama mengakibatkan
kehilangan protein.Kelainan kulit perlu pula diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat
vasodilatasi oleh eritema, misalnya dengan salep lanolin 10%.2,10,12
2.10 Komplikasi
1. limfadenopati
2. Hepatomegali
3. Splenomegali
4. Hipotermi
5. Dehidrasi
6. Gagal Jantung11
7. Ketidakseimbangan nitrogen (edema, hipoalbuminemia, hilangnya masa otot)
8. Gagal ginjal
9. Kakeksia
10. Alopesia
11. Palmoplantar keratoderma
12. Kelainan pada kuku dan ektropion
Gambar 3. Komplikasi Eritroderma.
2.11 Prognosis
Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya. Kasus
karena penyebab obat dapat membaik setelah obat penggunaan obat dihentikan dan diberikan
terapi yang sesuai. Prognosis kasus akibat gangguan sistemik yang mendasarinya seperti
limfoma akan tergantung pada kondisi keberhasilan pengobatan. Eritroderma disebabkan oleh
dermatosa akhirnya dapat diatasi dengan pengobatan, tetapi mungkin timbul
kekambuhan.Kasus idiopatik adalah kasus yang tidak terduga, dapat bertahan dalam waktu
yang lama, sering kali disertai dengan kondisi yang lemah.2
Eritroderma yang termasuk golongan I, yakni karena alergi obat secara sistemik,
prognosisnya baik. Penyembuhan golongan ini ialah yang tercepat dibandingkan golongan
12
yang lain. Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan
kortikosteroid hanya mengurangi gejalanya, penderita akan mengalami ketergantungan
kortikosteroid.11
Sindrome Sezary prognosisnya buruk, penderita pria umumya akan meninggal setelah
5 tahun, sedangkan penderita wanita setelah 10 tahun. Kematian disebabkan oleh infeksi atau
penyakit berkembang menjadi mikosis fungoides.11,12
13
BAB III
PENATALAKSANAAN PADA ERITRODERMA
Pada eritroderma, gejala dimulai dengan makula eritematosa meluas sampai seluruh
tubuh disertai dengan sensasi gatal dan panas di sekujur tubuh. Bercak eritem tersebut
biasanya mencapai keseluruhan permukaan tubuh dalam 12 – 48 jam tanpa disertai skuama.
Selanjutnya diikuti dengan timbulnya deskuamasi dalam 2 – 6 hari, seringkali dimulai di
daerah-daerah lipatan kulit. Seluruh kulit tampak kemerahan, mengkilat dan mengelupas serta
teraba panas pada palpasi. Pada eritroderma yang disebabkan oleh erupsi obat biasanya
timbul dalam waktu singkat. Penderita merasa kulitnya gatal atau kadang-kadang terasa panas
seperti terbakar. Setelah eritroderma berlangsung beberapa minggu, rambut kepala dan tubuh
bisa rontok, juga kuku jadi menebal dan kasar.2
Tujuan penatalaksanaan eritroderma adalah untuk mempertahankan keseimbangan
cairan serta elektrolit dan mencegah infeksi tetapi bersifat individual serta suportif dan harus
segera dimulai begitu diagnosisnya ditegakan. Pasien harus dirawat di rumah sakit dan tirah
baring. Suhu kamar yang nyaman harus dipertahankan karena pasien tidak memiliki kontrol
termolegulasi yang normal sebagai akibat dari fluktuasi suhu karena vasodilatasi dan
kehilangan cairan lewat evaporasi. Keseimbangan cairan dan elektrolit harus dipertahankan
karena terjadinya kehilangan air dan protein yang cukup besar dari permukaan kulit.2
Pada eritroderma yang lama diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya
skuama mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit perlu pula diolesi emolien untuk
mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema, misalnya dengan salep lanolin 10%. 2
Penyakit eritroderma memerlukan perawatan medis yang serius, oleh karena itu
pasien dengan eritroderma perlu dirawat di rumah sakit. Prinsip pengobatan pasien
eritroderma antara lain manajemen awal, menghindari faktor pencetus, mencegah hipotermia,
diet cukup protein, menjaga kelembaban kulit pasien, menghindari menggaruk, mencegah
infeksi sekunder baik lokal maupun sistemik, mengurangi edema, penggunaan kortikosteroid
sistemik, methotrexate, cyclosporin, dan mycophenolat mofetil.2,7
1) Manajemen awal
Pada fase ini perlu dilakukan pengawasan dan pengontrolan asupan cairan dan
elektrolit karena dapat menyebabkan pasien menjadi dehidrasi ataupun menyebabkan
pasien menjadi gagal jantung akibat overload.2,7
2) Menghindari faktor pencetus
14
Semua obat yang dianggap sebagai faktor pemicu eritroderma harus
dihentikan pemakaiannya, termasuk obat-obat yang mengandung lithium dan obat anti
malaria yang dapat menjadi pencetus pada pasien dengan psoriasis.2,7
3) Mencegah hipotermia
Pada pasien erittroderma dapat timbul komplikasi berupa hipotermia yang
disebabkan gangguan pada fungsi termoregulasi di kulit sehingga kulit akan
melepaskan panas tubuh secara spontan. Untuk mencegah komplikasi tersebut perlu
dilakukan pengaturan suhu lingkungan sekitar pasien agar tetap hangat. Selain itu
untuk mencegah penguapan panas tubuh yang berlebihan dapat dimanfaatkan wet
dressings.2,7
4) Diet cukup protein
Pada pasien eritroderma terjadi penggunaan protein yang berlebihan karena
terjadi peningkatan pembentukan skuama. Kehilangan banyak protein ini akan
menyebabkan terjadinya hipoalbuminemia. Karena itu asupan gizi yang cukup protein
sangat berguna dalam proses terapi pasien eritroderma.2,7
5) Menjaga kelembaban kulit
Pada pasien eritroderma kulit akan cenderung kering dan bersisik. Kulit
yangkering dan menjadi retak-retak berisiko untuk terjadi infeksi sekunder yang
bersifatlokal. Untuk itu diperlukan bahan yang dapat menjaga kelembaban kulit.2
Emollient merupakan bahan yang melembutkan dan melembabkan kulit.Emollient
merupakan bahan dasar untuk kosmetik dan berfungsi untuk membatasihilangnya
cairan. Ada lima kategori emollient antara lain hidrokarbon, waxes, naturallipid
poliester, ester, dan eter dengan berat molekul rendah dan silikon.2,7
6) Menghindari menggaruk
Penggunaan antihistamin dapat diberikan pada pasien eritroderma
sebagaiterapi simtomatis terhadap rasa gatal. Sensasi gatal yang timbul pada
permukaan kulitmerupakan bagian dari alergi imunologi yang disebabkan oleh
histamin yakni padareseptor H1. Sehingga antihistamin H1 akan menekan reseptor H1
akibatnya rasa gatalakan berkurang.2,7
7) Mencegah infeksi sekunder
Antibiotik sistemik diperlukan bagi pasien yang terbukti mendapat
infeksisekunder baik yang bersifat lokal maupun sistemik. Pemberian antibiotik
sistemik pada pasien yang tidak terbukti mengalami infeksi sekunder juga
15
memberikan keuntungankarena kolonisasi bakteri dapat menyebabkan eksaserbasi
eritroderma.2,7
8) Mengurangi edema
Pada pasien eritroderma akan terjadi peningkatan pembentukan
skuama.Pembentukan skuama ini memerlukan protein sebagai bahan dasar. Akibatnya
proteindi dalam tubuh menurun, terjadi hipoalbuminemia. Albumin yang rendah di
dalamdarah menyebabkan tekanan onkotik menurun sehingga cairan intrasel akan
mengisi jaringan interstitiel (terjadi edema). Untuk mengurangi edema dapat
diberikan obat-obat diuretika.2,7
9) Kortikosteroid sistemik
Kortikosteroid sistemik harus dihindari pada pasien eritroderma yang
dicetuskan oleh psoriasis karena dapat menyebabkan reborn flare. Eritroderma yang
disebabkan oleh psoriasis berespon baik metotrexat, cyclosporin, acitretin, dan
mycophenolat mofetil.2,7,13
Kortikosteroid sistemik berguna untuk eritroderma yang dimediasi oleh reaksi
hipersensitivitas obat, spongiotic dermatitis dan papuloerythroderma of Ofuji.Selain
itu kortikosteroid sistemik dapat digunakan sebagai terapi empiris padaeritroderma
yang tidak diketahui etiologinya. Dosis kortikosteroid yang digunakan adalah 1-
2mg/kg/hari dengan taper. 2,7,13
a) Penggunaan Methotrexate
Methotrexate adalah golongan antimetabolik yang awalnya ditujukan untuk
pengobatan keganasan hematologi dan beberapa tumor epitel. Kemudian obat ini
digunakan untuk mengobati penyakit yang tidak tergolong penyakit keganasan
seperti rheumatoid arthritis, asma, penyakit graft versus host , psoriasis, cutaneus
celllymphoma dan sarcoidosis. 2,7,13
b) Cyclosporin
Cyclosporin adalah golongan obat imunosupresif. Selain digunakan
sebagaiobat transplantasi, cyclosporin juga digunakan pada psoriasis, dermatitis
atopik berat,kadang digunakan pada rheumatoid arthtritis. 2,7,13
c) Mycophenolat mofetil
Mycophenolat mofetil (MMF) termasuk dalam golongan obat imunosupresif
yang merupakan etil ester asam mycofenolic yang dimetabolisme menjadi obat
aktif mycofenolic acid (MPA).Metabolit aktif MPA telah digunakan sejak dulu
untuk mengobati psoriasis rekalsitrans yang berat. MMF efektif dan aman untuk
16
pengobatan beberapa kelainan kulit autoimun dan inflamasi termasuk pemfigus,
pemfigoid, lupuseritematosus, dermatomiositis, pioderma gangrenosa, lichen
planus, penyakit graft versus host , dermatitis actinic kronik dan cutaneus
vaskulitis. 2,7,13
Sedang menurut Djuanda, 2007 penatalaksanaan pada pasien eritroderma adalah
sebagai berikut :
a. Kortikosteroid sistemik dan topikal: inj. Methylprednisolon 1x62.5 mg (iv)
Efek antiinflamasi kortikosteroid merupakan akibat inhibisi pembentukan
prostaglandin dan derivat jalur asam arakidonat lain. Kortikosteroid dapat menghambat
pelepasan fosfolipase A2, suatu enzim yang berperan melepaskan asam arakidonat dari
membran sel sehingga menghambat jalur asam arakidonat. Efek antiproliferatif
glukokortikoid topikal diperankan oleh adanya inhibisi sintesis DNA dan mitosis.2,14
b. H2 Reseptor Blocker : inj. Ranitidin 2x50 mg (iv)
Ranitidin merupakan suatu histamine antagonis rseptor H2 yang bekerja dengan cara
menghambat kerja histamine secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi
asam lambung. Ranitidin diberikan pada pasien ini karena terapi lainnya memiliki efek
samping mual-muntah (terutama kortikosteroid, antibiotik dan antidepresan) sehingga
sekresi asam lambung perlu diturunkan. 2,14,15
c. Antihistamin peroral : loratadin 10 mg tablet 2x1 tablet
Loratadin adalah golongan antihistamin-1 (AH1) nonsedatif yang tidak atau sangat
sedikit menembus sawar darah otak sehingga pada kebanyakan pasien biasanya tidak
menimbulkan kantuk. Antihistamin dapat meredakan rasa gatal sehingga mengurangi
risiko terjadinya fenomena Koebner. 2,14,15
d. Obat topikal : inerson + asam salisilat 3%+ LCD 5%+vaselin (2 x oles)
Asam salisilat merupakan zat keratolitik yang mempunyai efek mengurangi
proliferasi epitel dan menormalisasi keratolinisasi yang terganggu. Pada konsentrasi 3%
bersifat keratolitik dan dipakai untuk kondisi dermatosis yang hiperkeratotik. Liquor
Carbonic Detergens (LCD) 5% merupakan salah satu jenis ter yang berfungsi sebagai anti
pruritus dan meningkatkan keratinisasi normal. Vaselin digunkan sebagai bahan dasar
salep (basis salep). 2,14,15
Meskipun eritroderma tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat kronis dan residif.
Penyakit eritroderma merupakan kondisi seumur hidup dan obat-obat yang diberikan hanya
mengontrol gejala yang timbul saja. Pengobatan dengan kortikosteroid hanya akan
17
mengurangi gejalanya dan pasien akan mengalami ketergantungan kortikosteroid
(corticosteroid dependence). Penyakit ini akan terus cenderung berulang. Eritroderma
mungkin juga bisa menurunkan kualitas hidup seseorang. Timbulnya plak-plak eritroderma
disekujur tubuh pasien akan mempengaruhi kosmetika penampilan. Penderita ini mungkin
akan terlihat malu dan tidak nyaman dengan penampilannya. Biaya pengobatan juga perlu
dipertimbangkan.2,5,16
Pada Eritroderma golongan I obat yang tersangka sebagai kausanya segera dihentikan.
Pada umumnya pengobatan ertroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan I, yang
disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednisone 4x10 mg. Penyembuhan terjadi
cepat, umumnya dalam beberapa hari – beberapa minggu.2,5,14,16
Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan kortikosteroid. Dosis
mula prednisone 4x 10mg – 4 x 15mg per hari. Jika setelah beberapa hari tidak tampak
perbaikan dosis dapat dinaikkan.Setelah tampak perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan.
Jika eritroderma terjadi akibat pengobatan dengan ter pada psoriasis, maka obat tersebut
harus dihentikan. Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati dengan etretinat. Lama
penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa bulan, jadi tidak
secepat seperti gologan I. 2,5,14,16
Pada pengobatan dengan kortikosteroid jangka lama (long term), yakni jika melebihi
1 bulan lebih baik digunakan metilprednisolon dari pada prednisone dengan dosis ekuivalen
karena efeknya lebih sedikit. 2,5,14,16
Pengobatan penyakit Leiner dengan kortikosteroid memberi hasil yang baik.Dosis
prednisone 3 x 1-2mg sehari. Pada sindrom Sezary pengobatannya terdiri atas kortikosteroid
(prednisone 30mg sehari) atau metilprednisolon ekuivalen dengan sitistatik, biasanya
digunakan klorambusil dengan dosis 2-6 mg sehari. 2,5,14,16,17
Pada eritroderma kronis diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya skuama
mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit perlu pula diolesi emolien untuk
mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritem, misalnya dengan salap lanolin 10% atau
krim urea 10%.2,5,14,16,17
BAB IV
KESIMPULAN
18
1. Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai adanya eritema universalis (90-100%) dan
biasanya disertai skuama.
2. Berdasarkan etiologi, eritroderma dapat disebabkan oleh alergi obat, perluasan penyakit
kulit, keganasan dan idiopatik.
3. Gambaran klinik eritroderma berupa eritema dan skuama yang bersifat generalisata.
4. Dasar patofisiologi eritroderma yakni pelebaran pembuuh darah kapiler.
5. Dasar diagnosis dapat meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
(darah rutin, kimia klinik, elektrolit, protein, maupun histopatologi).
6. Diagnosis banding eritroderma meliputi psoriasis, pitiriasis rosea, dermatitis seboroik,
dermatofitosis.
7. Terapi eritroderma meliputi terapi nonfarmakologis (edukasi pasien, hindari pencetus,
teratur minum obat) dan terapi farmakologis (balance cairan, kortikosteroid
sistemik/topikal, sitostatika, dan pengobatan suportif serta simtomatis).
8. Komplikasi fatal dari eritroderma ialaj gagal jantung, gagal ginjal dan kematian mendadak
akibat hipotermia sentral.
9. Eritroderma yang disebabkan alergi obat memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan eritroderma akibat penyakit kulit sebelumnya, keganasan maupun idiopatik.
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Wasitaatmadja SM. Anatomi kulit. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dankelamin. 5Th
ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2007.p;3-5.
2. Djuanda, A. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: FKUI. 198-200.
3. Berth-Jones J. Eczema, Lichenification, Prurigo and Erythroderma. In: Burns T,
Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook's Texbook of Dermatology. 8th ed.
USA: Wiley-Blackwell; 2010. p. 23.46-23.50.
4. Kurniawan, Dedy. Wahyudhy, Harry Utama. 2007. Erupsi alergi obat. Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya
5. Virendra N. Sehgal, Govind Srivastava,Kabir Sardana. 2004. Erythroderma or
exfoliative dermatitis: a synopsis. International Journal of Dermatology.
6. Siregar, Robert. 2005. Eritroderma. Dalam : Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.
Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran : EGC. Jakarta. 94-95.
7. Grant-Kels JM, Bernstein ML, Rothe MJ. Exfoliative dermatitis. In: Wolff K,Goldsmith
LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine, 7 Th ed. Chicago: McGraw-Hill Company,2008: 225-32.
8. Sularsito SA, djuanda S. Dermatitis. In: Djuanda PDdA, Hamzah dM, Aisah PDdS,
editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6 ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2010. p. 130-7.
9. Fitzpatrick et all. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 4th ed. Newyork:
Mcgraw-Hill. 1996. Chapter-41.p; 527-531.
10. Champion RH. Eczema, Lichenification, prurigo, and erythroderma. In: Champion RH
eds. Rook’s, textbook of dermatology, 5th ed. Washington; Blackwell Scientific
Publications. 1992.p;17.48-17.52.
11. Tyrrell JD. Severe exfoliating dermatitis from sodium sulphocyanate therapy. Can Med
Assoc J. 1990 January; 22(1): 80–81.
12. Umar SH. Erythroderma (Generalized Exfoliative Dermatitis). Medscape References;
2012 [updated 2012; cited 2013 March]; Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1106906-treatment akses Kamis, 16/4/2015 pukul
19.00 wib
13. William D James, Timothy G Berger, Dirk M Elston. Exfoliative Dermatitis.Andrews’
Disease of The Skin Clinical Dermatology. 10Th ed . Canada: WBSaunders
Company.2006:215-216
20
14. Lokanata, Maya Devita. 2006. Preparat Glukokortikoid Topikal. Dalam : Pemakaian
Glukokortikoid pada Pengobatan. Jakarta: EGC. 55-59.
15. Ganiswara, Sulistya G. 2005. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI. Imtikhananik.
1992. Dermatitis Exfoliativa. Cermin Dunia Kedokteran. Volume 74. 16-19.
16. Shimizu H. Shimizu’s textbook of dermatology. 1sted. Hokkaido:NakayamaShoten
Publishers; 2007.p; 122-25, 98-101.
17. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. In: Djuanda PDdA, Hamzah dM, Aisah PDdS,
editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2011. p. 197-200.
21