Upload
rika-susanti
View
214
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tinpus plasenta previa
Citation preview
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Anatomi Plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal
lebihkurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Umumnya plasenta terbentuk lengkap
pada kehamilan 16 minggu dengan ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan
kearah korion.
Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke
atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus
uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Di tempat-tempat
tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung
darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang
luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang
mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20
minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan
terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu
lapisan sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel
berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot
menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih
besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast (6).
4.2 Plasenta Normal
Setelah terjadinya fertilisasi ovum oleh sperma maka sel yang dihasilkan disebut
sebagai zygote. Kemudian terjadi pembelahan pada zygote sehingga menghasilkan apa
yang disebut sebagai blastomers, kemudian morula dan blastokist. Pada tahap-tahap
perkembangan ini, zona pellucida masih mengelilingi. Sebelum terjadinya implantasi,
zona pellucida menghilang sehingga blastosit menempel pada permukaan endometrium.
Dengan menempelnya blastokist pada permukaan endometrium maka blastosit menyatu
dengan epitel endometrium. Setelah terjadi erosi pada sel epitel endometrium, trophoblast
masuk lebih dalam ke dalam endometrium dan segera blastokist terkurung di dalam
15
endometrium. Implantasi ini terjadi pada daerah endometrium atas terutama pada dinding
posterior dari uterus
Endometrium sendiri sebelum terjadinya proses di atas terjadi perubahan untuk
menyiapkan diri sebagai tempat implantasi dan memberi makan kepada blastokist yang
disebut sebagai desidua. Setelah terjadi implantasi desidua akan dibedakan menjadi:
1. Desidua basalis: desidua yang terletak antara blastokist dan miometrium
2. Desidua kapsularis: desidua yang terletak antara blastokist dan kavum uteri
3. Desidua vera: desidua sisa yang tidak mengandung blastokist
Bersamaan dengan hal ini pada daerah desidua basalis terjadi suatu degenerasi
fibrinoid, yang terletak diantara desidua dan trofoblast untuk menghalangi serbuan
trofoblast lebih dalam lagi. Lapisan dengan degenerasi fibrinoid ini disebut sebagai lapisan
Nitabuch
Pada perkembangan selanjutnya, saat terjadi persalinan, plasenta akan terlepas dari
endometrium pada lapisan Nitabuch tersebut.
4.3 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (2,3). Sejalan dengan
bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim ke arah proksimal
memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah
mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Plasenta
previa dibagi menjadi: (2,5)
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari
ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.
16
Gambar 1. Plasenta normal dan plasenta previa
Gambar 2. Klasifikasi plasenta previa
Ada juga literatur yang membagi plasenta previa dengan menggunakan pembagian
grade I sampai grade IV, namun pada dasarnya pembagian tersebut tidaklah berbeda jauh.
Tabel 1. Pembagian plasenta previa
Grade Deskripsi
I Plasenta berada pada segmen bawah rahim tetapi tepi terbawah
tidak mencapai ostium uteri internum
II Tepi terbawah dari plasenta letak rendah mencapai ostium uteri
internum tetapi tidak menutupinya
III Plasenta menutupi ostium uteri internum tetapi asimteris
IV Plasenta menutupi ostium uteri internum secara simetris
Dikutip dari Konje JC, Taylor DJ
17
Faktor predisposisi:
Beberapa faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah sebagai berikut:
a. Multiparitas dan umur lanjut (≥ 35 tahun).
b. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahanatrofik dan
inflamatorotik.
c. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,Kuret, dll)
d. Chorion leavepersisten.
e. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerimahasil
konsepsi.
f. Konsepsi dan nidasi terlambat.
g. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.
Faktor resiko (5)
Riwayat plasenta previa sebelumnya
Riwayat SC
Riwayat aborsi
Kehamilan ganda
Umur ibu yang telah lanjut
Multiparitas
Diagnosa Banding
Solutio palcenta
Vasa previa
Laserasi vagina/serviks
Karsinoma serviks
DIC
18
Perdarahan karena laserasi serviks atau vagina dapat dilihat dengan inspekulo.Vasa
previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi dengan
vilamentosa yakni pada selaput ketuban. Hal ini dapat menyebabkan ruptur pembuluh
darah yang mengancam janin. Pada pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah
pada selaput ketuban. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau
amnioskopi. Bila sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung
janin yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi
ketika atau beberapa saat setelah selaput ketuban pecah.
4.4 Epidemiologi
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia di
atas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal.
Uterus bercacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Pada beberapa Rumah Sakit Umum
Pemerintah dilaporkan insidennya berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%. Di negara maju
insidennya lebih rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan berkurangnya
perempuan hamil paritas tinggi (1,2).
4.5 Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum diketahui secara
pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen
bawah rahim tanpa latar belakang yang mungkin. Teori lain mengemukakan salah satu
penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai mungkin sebagai akibat
dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah
sesar, kuret, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan kejadian
atrofi di endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor risiko terjadinya
plasenta previa. Cacat bekas bedah sesar berperan menaikkan insiden dua sampai tiga kali.
Pada perempuan perokok dijumpai insiden plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat.
Hipoksemia akibat karbon monoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta
menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti pada
kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta
melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum (2,4).
19
4.6 Manifestasi Klinik
Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melaui
vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester kedua ke
atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan
kembali terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas setetah beberapa waktu kemudian, jadi
berulang. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan lebih banyak bahkan seperti
mengalir. Pada plasenta letak rendah baru terjadi pada waktu mulai persalinan; perdarahan
bisa sedikit sampai banyak mirip pada solutio plasenta. Perdarahan diperberat berhubung
segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan
demikian, perdarahan bisa berlangsung sampai pascapersalinan. Perdarahan juga bisa
bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh
dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran
plasenta dengan tangan misalnya pada retensio plasenta sebagai komplikasi plasenta akreta (2,3).
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen sering
ditemui bagian terendah janin masih tinggi di atas simpisis dengan letak janin tidak dalam
letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak
tegang.
20
4.7 Patofisiologi Plasenta Previa
21
Dinding rahim tipisPerdarahan
Desidua lepas dari plasenta
Laserasi
MerokokRiwayat kehamilan (Caesar)
Usia ibu saat kehamilan
Multiparitas, gemeli
FaktorPendukung
Servik membuka dan mendatar
Implantasi embrio (embryonic plate) padabagianbawah (kauda) uterus
Isthmus uteri tertarik (melebar)menjadi dinding cavum uteri (SBR/ Segmen Bawah Rahim )
Lahir tidak dapat normal (lahir sesar)
anemia
Kelainan pada rahim (atrofi, cacat)
Implantasi abnormal
Plasenta berkembang menutupi ostium interna
Plasenta akan melekat lebih kuat
Mudah diinvasi oleh pertumbuhan trofoblas
Cemas
Bayi lahir dengan BB rendah/ kematian
(gawat janin)
Resiko cederahipoksia
Kekurangan volume cairan
Hipovolemia
Perubahan perfusi jaringan
4.8 Diagnosis Plasenta Previa
Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan: (2)
1. Anamnesis
Gejala pertama ialah perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada
kehamilan lanjut (trimester III). Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa
nyeri (painless), dan berulang (recurrent). Perdarahan timbul sekonyong-konyong
tanpa sebab apapun. Kadang-kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur ; pagi
hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang
dengan volume yang lebih banyak sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar:
Inspeksi (penglihatan)
- Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah
beku dan sebagainya
- Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan anemis (pucat)
Palpasi
- Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
- Sering dijumpai kesalahan letak janin
- Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala masih
goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul
- Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah
rahim terutama pada ibu yang kurus.
Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan kecuali
fasilitas operasi segera tersedia.
Pemeriksaan dengan Alat:
- Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari OUE
atau dari kelainan serviks dan vagina,seperti erosion porsionis uteri,karsinoma
porsinis uteri,polipus serviks uteri,varieces vulva dan trauma. Apabila perdarahan
berasal dari OUE,adanya plasenta previa harus dicurigai.
- Penentuan letak plasenta tidak langsung
22
Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
radiografi,radiosotopi dan ultrasonografi.
- Pemeriksaan USG
a. Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat mencapai 100 %
identifikasi plasenta previa
b. Transabdominal ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95 %
c. MRI dapat digunakan untuk membantu identifikasi plasenta akreta, inkreta, dan
plasenta perkreta.
- Perabaan fornices
Pemeriksaan ini hanya bermakna apabila janin dalam presentasi kepala.
- Pemeriksaan melalui kanalis sevikalis
Apabila kanalis servikalis telah terbuka,perlahan-lahan jari telunjuk dimasukkan
ke dalam kanalis servikalis dengan tujuan kalau meraba kotiledon.
4.9 Penatalaksanaan Placenta Praevia
1. Perbaiki kekurangan cairan atau darah dengan infuse NaCl 0,9% atau RL
2. Lakukan penilaian jumlah darah
Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus,persiapkan SC tanpa memperhitungkan
usia kehamilan
Jika perdarahan sedikit atau sedikit dan fetus hidup tetapi prematur pertimbangkan
terapi ekspetatif sampai persalinan atau terjadi perdarahan banyak
Terapi Ekspektatif
Terapi ini dilakukan kalau janin masih kecil hingga kemungkinan hidup di dunia luar
baginya kecil sekali. Sikap ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan kalau keadaan ibu
baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali.Dulu anggapan kita ialah bahwa
kehamilan dengan placenta previa harus segera diakhiri untuk menghindarkan perdarahan
yang fatal. Tapi sekarang terapi dapat dilakukan dengan alasan: (2,6)
1. Perdarahan pertama pada placenta previa jarang fatal
2. Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas
Syarat :
- Kehamilam preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
- Belum ada tanda inpartu,keadan umum ibu cukup baik (Hb dalam batas normal)
- Janin masih hidup
23
- Rawat inap,tirah baring dan berikan AB Profilaksis
- Pemeriksaan USG
- Perbaiki anemia dengan Sulfat Ferosus atau Ferosus Fumarat per oral 60 mg selama 1
bulan
- Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama pasien
dapat rawat jalan dengan pengawasan
- Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi kehamilan
Tindakan yang kita pilih untuk pengobatan placenta previa dan kapan
melaksanakannya tergantung pada factor-faktor tersebut di bawah ini :
- Perdarahan banyak atau sedikt
- Keadaan Ibu dan anak
- Besarnya pembukaan
- Tingkat placenta praevia
- Paritas
24
Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil nullipara dan tingkat placenta
praevia yang berat mendorong kita melakukan SC, sebaliknya perdarahan
yang sedang, pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan tingkat placenta
praevia yang ringan dan anak yang mati mengarahkan pada usaha pemecahan
ketuban.
Pada perdarahan yang sedikit dan anak yang masih kecil dipertimbangkan terapi
ekspektatif. Perlu dikemukakan cara manapun yang diikuti, persediaan darah yang
cukup sangat menentukan.
Terapi aktif
1. Rencanakan terminasi kehamilan jika:
- Janin matur
- Janin mati/menderita anomaly atau keadaan yang mengurangi kelangsungan
hidupnya
2. Jika terdapat plasenta letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangat
sedikit,persalinan pervaginam masih mungkin,jika tidak dilakukan SC
3. Jika persalinan dengan SC dan trjadi perdarahan dari tempat plasenta:
- Jahit tempat perdarahan dengan benang
- Pasang infuse oksitosin 10 unit NaCl atau RL dengan kecepatan 60 tetes
4. Jika perdarahan terjadi pasca persalinan,segera lakuakn penanganan yang sesuai
(ligasi arteri atau histerektomi)
1. Cara-cara vaginal terdiri dari :
- Pemecahan ketuban
- Versi Braxton Hicks
- Cunam Willet
Pemecahan Ketuban
Pemecahan ketuban dapat dilakukan pada placenta letak rendah, placenta praevia
marginalis dan placenta praevia lateralis yang menutup ostium kurang dari setengah
25
bagian. Kalau pada placenta praevia lateralis, placenta terdapat di sebelah belakang
maka lebih baik dilakukan SC karena dengan pemecahan ketuban kepala kurang
menekan pada placenta, karena kepala tertahan promontorium yang dalam hal ini
dilapisi lagi oleh jaringan placenta.Pemecahan ketuban dapat menghentikan
perdarahan karena :
- Setelah pemecahan ketuban uterus mengadakan retraksi hingga kepala anak
menekan pada placenta
- Placenta tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan dinding
rahim hingga tidak terjadi pergeseran antara placenta dan dinding rahim.
Versi Braxton Hicks
Maksud dari perasat Braxton Hicks ialah temponnade placenta dengan bokong.
Versi Braxton hicks biasanya dilakukan pada anak yang sudah mati, karena kalau
dilakukan pada anak yang masih hidup, anak ini pasti akan lahir mati. Mengingat
bahayanya, yaitu robekan pada cervix dan pada segmen bawah rahim.
Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban
secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan
placentadan seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini
biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.
2. Sectio Caesarea
Maksud Sectio Caesarea adalah :
- Mempersingkat lamanya perdarahan
- Mencegah terjadinya robekan cervix dan segmen bawah rahim.
- Robekan mudah terjadi, karena cervix dan segmen bawah rahim pada placenta
praevia banyak mengandung pembuluh-pembuluh darah.SC dilakukan pada
26
placenta praevia totalis dan pada placenta praevia lainnya jika terjadi perdarahan
hebat.
4.10 Komplikasi
Komplikasi pada janin Komplikasi pada ibu
BBLR
Malformasi
Partus prematurus
Pertumbuhan janin terhambat
Anemia fetus
Perdarahan masif
Anemia
Perdarahan pasca persalinan
Komplikasi tindakan SC
Prolaps tali pusat
Prolaps placenta
Placenta acreta
Robekan jalan lahir
27