13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum tidak lepas dari kehidupan manusia, maka untuk membicarakan hukum tidak dapat lepas membicarakannya dari kehidupan manusia. Setiap manusia mempunyai kepentingan, kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. 1 Interaksi antar manusia semakin berkembang mengikuti perubahan jaman, tuntutan kebutuhan mengenalkan mereka pada sistem pertukaran barang dan atau jasa yang dikenal dengan istilah barter. Sistem barter memiliki beberapa kendala antara lain kesulitan menemukan orang yang mau menukarkan barangnya sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan, kesulitan menentukan nilai barang yang ditukar, dan lainnya. Untuk mengatasi kendala tersebut ditemukan solusi alat tukar yang lebih efektif dan efisien yaitu uang sebagai alat tukar yang sah. 2 Setelah manusia mengenal uang sebagai alat tukar yang sah lalu mulailah manusia mengenal istilah “Bank” yang berasal dari kata dalam bahasa Italia “Banco” yang berarti bangku. Istilah bangku secara resmi dan 1 Sudikno Mertokusumo, 2005, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, hlm. 1 2 Kasmir, 2014, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/106556/potongan/S2-2016... · A. Latar Belakang Masalah Hukum tidak lepas dari kehidupan manusia,

  • Upload
    vukhanh

  • View
    228

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum tidak lepas dari kehidupan manusia, maka untuk

membicarakan hukum tidak dapat lepas membicarakannya dari

kehidupan manusia. Setiap manusia mempunyai kepentingan,

kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang

diharapkan untuk dipenuhi.1 Interaksi antar manusia semakin

berkembang mengikuti perubahan jaman, tuntutan kebutuhan

mengenalkan mereka pada sistem pertukaran barang dan atau jasa

yang dikenal dengan istilah barter. Sistem barter memiliki beberapa

kendala antara lain kesulitan menemukan orang yang mau

menukarkan barangnya sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan,

kesulitan menentukan nilai barang yang ditukar, dan lainnya. Untuk

mengatasi kendala tersebut ditemukan solusi alat tukar yang lebih

efektif dan efisien yaitu uang sebagai alat tukar yang sah.2 Setelah

manusia mengenal uang sebagai alat tukar yang sah lalu mulailah

manusia mengenal istilah “Bank” yang berasal dari kata dalam bahasa

Italia “Banco” yang berarti bangku. Istilah bangku secara resmi dan

1 Sudikno Mertokusumo, 2005, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, hlm. 1

2 Kasmir, 2014, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 13

2

populer menjadi Bank.3 Usaha keuangan dilaksanakan oleh

perusahaan yang bergerak di bidang keuangan atau yang sering kita

sebut dengan lembaga keuangan. Kegiatan utama lembaga keuangan

adalah membiayai permodalan suatu bidang usaha disamping usaha

lain seperti menampung uang untuk sementara waktu belum

digunakan oleh pemiliknya. Lembaga keuangan dalam praktiknya

digolongkan ke dalam dua golongan besar, yaitu lembaga keuangan

bank dan lembaga keuangan lainnya.4 Lembaga keuangan bank atau

yang sering disebut bank merupakan lembaga keuangan yang

memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan

yang dilakukan disamping menyalurkan dana atau memberikan

pinjaman yang melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat

luas dalam bentuk simpanan. Bank juga memberikan jasa-jasa

keuangan yang mendukung dan memperlancar kegiatan memberikan

pinjaman dengan kegiatan menghimpun dana.5 Bank merupakan

lembaga yang memegang peranan penting dalam perekonomian

Indonesia, karena sebagian besar metode pembayaran dalam transaksi

bisnis di Indonesia menggunakan jasa perbankan. Hal ini didukung

oleh program Bank Indonesia yang sedang gencar-gencarnya

dipromosikan dengan slogan “Ayo Ke Bank”. Bank Indonesia

meluncurkan satu produk tabungan bernama ’Tabunganku” yang tidak

3 Malayu S. P. Hasibuan, 2004, Dasar-Dasar Perbankan, Cetakan Ketiga, Bina Aksara, Jakarta,

hlm. 1 4 Kasmir, Op.Cit, hlm. 3

5 Kasmir, Op.Cit, hlm. 5

3

membebankan biaya administrasi sama sekali kepada pemegang

rekeningnya. Setiap bank yang beroperasi di Indonesia wajib

mempromosikan dan melayani pembukaan produk tabungan ini.

Semangat dari program ini adalah agar masyarakat Indonesia semakin

terbuka dengan teknologi perbankan namun tanpa dibebani biaya yang

terlalu memberatkan, selain itu agar tradisi gemar menabung yang

sejak dahulu dimiliki oleh masyarakat Indonesia tetap ada namun

tidak lagi hanya disimpan di salah satu bagian rumah melainkan di

tempat yang aman yaitu di bank.

Perkembangan industri perbankan di Indonesia semakin

menarik dengan banyaknya bank-bank asing yang menyerbu

Indonesia sebagai pasar yang potensial, hal ini cukup beralasan

mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak, bahkan

termasuk dalam 5 (lima) besar dunia. Dunia perbankan juga semakin

lengkap dengan mulai berkembangannya industri perbankan syariah

karena penduduk Indonesia yang mayoritas memeluk agama islam,

walaupun sebenarnya sistem perbankan syariah itu sendiri tidak

membatasi hanya pemeluk agama islam saja yang dapat menikmati

layanan perbankan syariah, melainkan seluruh masyarakat Indonesia.

Jasa industri perbankan yang sedang berkembang selain

perbankan syariah adalah wealth management. Istilah wealth

management muncul pada awal tahun 2000, ketika bank asing yang

beroperasi di Indonesia menawarkan jasa wealth management. Cikal

4

bakal wealth management dirintis oleh para private banker pada awal

berdirinya pusat keuangan internasional di London, Amsterdam dan

Paris pada abad 17 dan 18. Meskipun wealth management dimulai di

London, dan bergeser ke Amerika Serikat dengan landmark Wall

Street-nya pada abad 19 dan 20, tetapi tempat teraman bagi kaum

berduit untuk menyimpan kekayaan tetap di Swiss, UBS menjadi

andalan Swiss di dunia perbankan internasional. Pengertian wealth

management menurut Wikipedia “Wealth Management is an advanced

investment advisory discipline that incorporates financial planning

and specialist financial services”. Pada dasarnya, wealth management

adalah manajemen keuangan keluarga yang dapat dilakukan setiap

orang. Hanya saja mengatur kekayaan sendiri dengan

mempertimbangkan semua peluang dan risiko yang mungkin

dihadapi, jelas bukan perkara yang mudah. Pengelolanya harus

memiliki bekal pengetahuan cukup tentang segala macam instrumen

investasi keuangan yang tersedia, belum lagi harus mengikuti

perkembangan ekonomi global yang akan mempengaruhi kinerja

berbagai instrumen investasi, serta faktor-faktor lain yang

mempengaruhi nilai kekayaan. Tidak banyak orang memiliki

pengetahuan seluas itu, oleh karena itu wealth management

berkembang menjadi bisnis jasa keuangan yang diawali dengan

kemunculan jasa financial planner.

5

Jasa untuk kalangan ”atas” ini tak sekedar menawarkan

layanan investasi saja, tetapi juga aneka layanan yang memberikan

kenyamanan hidup, karena memang layanan yang diberikan mulai dari

urusan tradisional sampai sophisticated dari urusan bisnis sampai

spiritual, dari keuangan sampai gaya hidup. Beberapa bank

memberikan layanan wealth management yang melekat pada

produknya, antara lain priority hotline, berlangganan majalah/surat

kabar, airport lounge, golf, Safe Deposit Box (SDB), credit platinum

card, layanan kesehatan, layanan haji dan zakat, dll.

“Michael Jackson harus menjual rumah mewahnya untuk

membiayai hidupnya. Kini, Leila Sari masih harus bekerja diusia

senjanya untuk menghidupi keluarganya. Seorang pensiunan

administratur hidup dengan uang pensiun yang pas-pasan, tinggal

dirumah tipe 36 dan seringkali harus ngantri ke poliklinik karena

kesehatannya yang sudah sangat menurun. Hal ini tidak terjadi andai

kata mereka menerapkan wealth management dalam hidupnya.”6

Kalimat seperti itu yang biasa digunakan oleh pihak bank untuk

menyadarkan nasabah betapa pentingnya mempraktekkan wealth

management agar hasil kekayaan atau materi yang dikumpulkan

selama usia produktif tetap dapat dinikmati di usia pensiun. Faktanya

orang terkaya di Indonesia dalam urutan 1 (satu) sampai 5 (lima)

6 Hilman Muchsin, “Mengenal Wealth Management”,

http://hilmanmuchsin.blogspot.co.id/2011/05/mengenal-wealth-management.html, diakses tanggal

9 Juni 2012

6

adalah raja group rokok, Djarum, Gudang Garam dan Sampoerna,

meski posisi ini akan segera tergeser pengusaha muda Chairul

Tanjung dan Sandiaga Uno dengan bisnis property, keuangan dan TI.

Bisnis rokok bukan bisnis masa depan. Sejauh ini bisnis rokok

berkembang dengan mayoritas konsumen di pedesaan dengan tingkat

pendidikan relatif tidak tinggi. Gencarnya kampanye anti rokok,

bahkan di London dikenal kampanye bahwa anak perokok bukan anak

jagoan tetapi sampah masyarakat, menjadi ancaman serius

keberlanjutan industri rokok. Hal ini mengingatkan kita bahwa dunia

usaha terus berkembang dan bisnis yang naik daun akan silih berganti,

dengan kata lain tidak ada yang abadi dalam dunia bisnis jika tidak

mengikuti perkembangan jaman. Contoh tersebut di atas menjadi

alasan bagi kita agar bijak dalam mengatur perencanaan keuangan

sejak usia produktif. Data tahun 2005, 55.000 nasabah wealth

management dengan asset +/- US$ 260 milyar di Singapura, 18.000

diantaranya adalah orang Indonesia, sedangkan di Indonesia nasabah

wealth management sebanyak 17.000 orang.

Safe Deposit Box (SDB) merupakan salah satu jasa pelayanan

yang tidak terkait dengan bisnis utama bank.7 namun menjadi salah

satu fasilitas unggulan dari jasa wealth management. Penyediaan Safe

Deposit Box (SDB) memungkinkan nasabah menyimpan sekuritas,

surat yang berharga dan barang berharga. Safe Deposit Box (SDB)

7 Sunu Widi Purwoko, 2015, Aspek Hukum Bisnis Bank Umum, Nine Seasons Communication,

Jakarta, hlm. 5

7

merupakan tempat penyimpanan barang dan surat berharga agar

terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.8 Nasabah wealth

management di suatu bank akan memiliki prioritas untuk menikmati

layanan Safe Deposit Box (SDB), bahkan ada beberapa bank yang

memberikan layanan ini dengan gratis bagi nasabah wealth

management. Layanan Safe Deposit Box (SDB) belum dapat dinikmati

secara luas oleh masyarakat indonesia karena biaya sewa yang

diperlukan relatif mahal, serta minimnya jumlah box yang tersedia,

dan belum semua bank memiliki fasilitas Safe Deposit Box (SDB).

Safe Deposit Box (SDB) merupakan suatu bentuk perikatan

antara pihak bank dengan pihak nasabah. Secara umum diketahui,

kotak Safe Deposit Box (SDB), hanya dapat dibuka dengan 2 kunci

secara bersamaan, yaitu Master Key dan Customer Key (anak kunci).

Ada beberapa kondisi yang mengharuskan kotak Safe Deposit Box

(SDB) di bongkar, umumnya jika Customer Key hilang dan atau

nasabah sebagai pihak penyewa meninggal dunia. Pelaksanaan

pembongkaran Safe Deposit Box (SDB) tidak serta-merta

menyelesaikan masalah, sebagai contoh adalah kasus yang terjadi di

Pematang Siantar. Kasus yang berawal dari permintaan pembongkaran

Safe Deposit Box (SDB) di salah satu bank di Pematang Siantar oleh

ahli waris si nasabah yang telah meninggal dunia, namun pada

akhirnya justru ahli waris dan pegawai bank tersebut yang akhirnya

8 Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, 2010, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 412

8

meringkuk di balik terali besi.9 Perbuatan mereka dalam

pembongkaran Safe Deposit Box (SDB) dianggap sebagai rekayasa

dan merupakan suatu tindak pidana. Kasus tersebut mencerminkan

pentingnya mengikuti prosedur yang berlaku dalam pembongkaran

Safe Deposit Box (SDB) sebagai langkah antisipasi terhadap tuntutan

yang mungkin muncul dari pihak lainnya di kemudian hari. PT Bank

UOB Indonesia Cabang Surakarta sebagai salah satu cabang pelaksana

layanan Safe Deposit Box (SDB) telah memberikan layanan tersebut

tehadap nasabah loyalnya sejak 20 (dua puluh) tahun yang lalu.

Layanan yang terbaik memang akan selalu diupayakan secara

maksimal bagi nasabah loyalnya, namun tentunya jangan sampai

berlebihan dalam arti memberikan layanan prima namun mengabaikan

standar prosedur operasional yang dimiliki sehingga membuka celah

bagi pegawai PT Bank UOB Indonesia terseret permasalahan hukum

di kemudian hari sebagaimana pengalaman rekan bankir di CIMB

Niaga. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis ingin meneliti

lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut dan menyusun dalam

tesis yang berjudul : ”PELAKSANAAN PEMBONGKARAN SAFE

DEPOSIT BOX (SDB) DI PT. BANK UOB INDONESIA

CABANG SURAKARTA”.

9 M. Alinapiah Simbolon, “Kisah Dibalik Kasus SDB”, http://ali-dolisimbolon.blogspot.com/2010/07/kisah-dibalik-kasus-safe-deposit-box-di.html, diakses 10 Juni 2012

9

B. Perumusan Masalah

Latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan

diatas menghasilkan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai

berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pembongkaran Safe Deposit Box (SDB)

di bank UOB Indonesia cabang Surakarta baik atas permintaan

nasabah/penyewa maupun atas permintaan bank?

2. Bagaimana peranan Notaris dalam pelaksanaan pembongkaran

Safe Deposit Box (SDB) di bank UOB Indonesia cabang

Surakarta?

C. Keaslian Penelitian

Hasil informasi dan penelusuran yang telah dilakukan oleh

penulis secara seksama, maka secara khusus yang telah melakukan

penelitian dan penulisan mengenai pelaksanaan pembongkaran Safe

Deposit Box (SDB) tidak diketemukan, akan tetapi demikian khusus

mengenai perjanjian Safe Deposit Box (SDB) telah ada yang

melakukan penelitian diantaranya sebagai berikut :

1. Ani Sulistiyani, 2008, Judul : “Tanggung Jawab Bank Kepada

Nasabah Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Safe

Deposit Box (SDB) Di Bank BRI Tbk Yogyakarta Cabang Cik

Ditiro”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana

usaha penyelesaian yang dilakukan oleh Bank BRI atas

10

wanprestasi yang dilakukan oleh nasabah penyewa Safe Deposit

Box (SDB) dan bagaimana tanggung jawab Bank BRI jika

barang nasabah penyewa Safe Deposit Box (SDB) yang disimpan

tersebut musnah atau rusak.10

2. Rudy Susantyo, 2006, Judul : “Perlindungan Hukum Bagi

Penyewa/Customer Dalam Perjanjian Sewa Menyewa Safe

Deposit Box Pada Bank Swasta Di Kota Makasar”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui upaya hukum yang dapat ditempuh

pihak penyewa apabila terjadi kebakaran pada Safe Deposit Box

dan mengetahui upaya hukum yang dapat ditempuh pihak

penyewa apabila terjadi kehilangan terhadap barang yang

disimpan pada Safe Deposit Box.11

3. Wira Nelyanti, 2005, Judul : “Pelaksanaan Perjanjian Sewa

Menyewa Safe Deposit Box Pada Bank Nagari Sumatera Barat,

Studi Pada Bank Nagari Cabang Utama Padang”. Penelitian ini

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan

perjanjian sewa-menyewa safe deposit box pada Bank Nagari

Cabang Utama Padang dan kendala-kendala yang dihadapi oleh

Bank Nagari Cabang Utama Padang dalam pelaksanaan

10

Ani Sulistiyani, “Tanggung Jawab Bank Kepada Nasabah Terhadap Pelaksanaan Perjanjian

Sewa Menyewa Safe Deposit Box (SDB) Di Bank BRI Tbk Yogyakarta Cabang Cik Ditiro”, Tesis,

Program Studi Magister Kenotariatan (S2) Ilmu Hukum Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 2008 11

Rudy Susantyo, “Perlindungan Hukum Bagi Penyewa/Customer Dalam Perjanjian Sewa

Menyewa Safe Deposit Box Pada Bank Swasta Di Kota Makasar”, Tesis, Program Studi Magister

Kenotariatan (S2) Ilmu Hukum Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 2006

11

perjanjian sewa-menyewa safe deposit box serta upaya bank

dalam mengatasinya.12

Persamaan antara penelitian dan penulisan penulis dengan

penelitian dan penulisan yang telah ada yaitu sama-sama membahas

mengenai perjanjian sewa-menyewa Safe Deposit Box (SDB).

Perbedaan antara penelitian dan penulisan penulis dengan

penelitian dan penulisan yang telah ada yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian dan penulisan penulis mengenai pelaksanaan

pembongkaran Safe Deposit Box (SDB) di Bank UOB Indonesia

baik atas permintaan nasabah maupun atas permintaan pihak

bank, sedangkan penelitian dan penulisan yang telah ada

mengenai pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa Safe Deposit

Box (SDB) di Bank BRI serta mengenai tanggung jawab Bank

BRI jika barang yang simpan oleh nasabah musnah atau rusak,

mengetahui upaya hukum yang dapat ditempuh pihak penyewa

apabila terjadi kebakaran pada Safe Deposit Box dan mengetahui

upaya hukum yang dapat ditempuh pihak penyewa apabila

terjadi kehilangan terhadap barang yang disimpan pada Safe

Deposit Box pada Bank Swasta di Makasar.

2. Penelitian dan penulisan penulis mengenai peran Notaris

terhadap pelaksanaan pembongkaran Safe Deposit Box (SDB) di

Bank UOB Indonesia, sedangkan penelitian dan penulisan yang

12

Wira Nelyanti, “Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box Pada Bank Nagari

Sumatera Barat, Studi Pada Bank Nagari Cabang Utama Padang”, Tesis, Program Studi Magister

Kenotariatan (S2) Ilmu Hukum Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 2005

12

telah ada adalah upaya hukum yang dapat ditempuh pihak

penyewa apabila terjadi kebakaran pada Safe deposit box dan

mengetahui upaya hukum yang dapat ditempuh pihak penyewa

apabila terjadi kehilangan terhadap barang yang disimpan pada

Safe deposit box.

Uraian tersebut di atas membawa penulis pada kesimpulan

bahwa penelitian dan penulisan ini berbeda dengan beberapa

penelitian dan penulisan terdahulu, sehingga penulis menjamin

keaslian penelitian ini.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi

dan menambah wacana dalam pengembangan Ilmu Hukum

Perdata khususnya di bidang Hukum Perjanjian.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-

masukan kepada masyarakat sebagai nasabah bank khususnya

pengguna jasa layanan Safe Deposit Box (SDB) dan kepada bank

selaku pihak yang menyediakan fasilitas Safe Deposit Box

(SDB).

13

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembongkaran Safe Deposit Box

(SDB) di bank UOB Indonesia cabang Surakarta baik atas

permintaan nasabah atau penyewa maupun atas permintaan

bank.

2. Untuk mengetahui peranan Notaris dalam pembongkaran Safe

Deposit Box (SDB) di bank UOB Indonesia cabang Surakarta.