26
1 Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan investasi merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Investasi yang dilakukan secara tepat akan mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tantangan pelaksanaan investasi di daerah didorong melalui kebijakan otonomi daerah. Kebijakan otonomi daerah diatur dalam Undang-undang Nomor 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25/2007 tentang Penanaman Modal. Dalam kedua undang-undang tersebut disebutkan bahwa pemerintah pusat memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah untuk mengelola urusan pemerintahannya sendiri. Salah satu implikasinya adalah setiap daerah dituntut untuk mampu mengelola keuangan daerahnya secara mandiri. Melalui otonomi daerah, kemandirian dalam menjalankan pembangunan sesuai kapasitas dan kebutuhan daerah diharapkan dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien Kemandirian suatu daerah terletak pada kemampuan keuangan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah, artinya tingkat ketergantungan kepada APBN mempunyai porsi yang semakin kecil. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah adalah dengan mendorong masuknya Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang salah satunya melalui pertumbuhan investasi. Investasi adalah sumber penting bagi tercapainya pembangunan. There is no (economic) growth without investment . Investasi menjadi aspek penting karena pengaruhnya bagi pertumbuhan agregat yaitu mendorong tingkat output dan kesempatan kerja; dan efeknya terhadap pembentukan kapital yang dalam jangka panjang akan meningkatkan potensi output dan menjaga pertumbuhan (Hamid, 2006: 165).

Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75283/potongan/S2-2014... · A. Latar Belakang Masalah ... yang terjadi di lingkungan bisnis. Menurut

Embed Size (px)

Citation preview

1

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan investasi merupakan salah satu indikator

pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Investasi yang dilakukan secara tepat

akan mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tantangan

pelaksanaan investasi di daerah didorong melalui kebijakan otonomi

daerah. Kebijakan otonomi daerah diatur dalam Undang-undang Nomor

32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor

25/2007 tentang Penanaman Modal. Dalam kedua undang-undang tersebut

disebutkan bahwa pemerintah pusat memberikan kewenangan bagi

pemerintah daerah untuk mengelola urusan pemerintahannya sendiri. Salah

satu implikasinya adalah setiap daerah dituntut untuk mampu mengelola

keuangan daerahnya secara mandiri. Melalui otonomi daerah, kemandirian

dalam menjalankan pembangunan sesuai kapasitas dan kebutuhan daerah

diharapkan dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien

Kemandirian suatu daerah terletak pada kemampuan keuangan

daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah, artinya

tingkat ketergantungan kepada APBN mempunyai porsi yang semakin

kecil. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah adalah dengan

mendorong masuknya Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang salah satunya

melalui pertumbuhan investasi.

Investasi adalah sumber penting bagi tercapainya pembangunan.

There is no (economic) growth without investment. Investasi menjadi aspek

penting karena pengaruhnya bagi pertumbuhan agregat yaitu mendorong

tingkat output dan kesempatan kerja; dan efeknya terhadap pembentukan

kapital yang dalam jangka panjang akan meningkatkan potensi output dan

menjaga pertumbuhan (Hamid, 2006: 165).

2

Dinamika yang terjadi dalam arus investasi melibatkan proses

komunikasi antara pemerintah daerah sebagai komunikator dan investor

sebagai komunikan. Pada situasi ini, pemerintah daerah dituntut untuk

lebih pro aktif dan kreatif dalam memberikan pelayanan investasi kepada

para investor. Untuk menarik perhatian para investor, pemerintah daerah

merancang berbagai penawaran kepada investor untuk menanamkan modal

di daerahnya. Komunikasi merupakan unsur penting dalam menunjang

pemasaran yang efektif, sebab keberhasilan pemerintah dalam menjual

potensi daerah ditentukan oleh pesan yang disampaikan kepada investor

dan bagaimana pemahaman investor terhadap pesan yang disampaikan. Di

wilayah ini fungsi Investor Relations memegang peranan penting.

Pada mulanya fungsi Investor Relations dipakai dalam sebuah

perusahaan dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai-nilai perusahaan

(Argenti, 2010: 235; Bragg, 2010: 3). Fungsi Investor Relations dituntut

untuk memahami dan responsif terhadap kebutuhan perusahaan dan

investor. Dalam tata kelola pemerintahan seperti saat ini, fungsi Investor

Relations juga sangat dibutuhkan.

Pada dasarnya, fungsi Investor Relations memiliki tujuan untuk

menarik, merawat, dan mempertahankan investor. Dalam Komunikasi

Korporat Paul A. Argenti menyatakan bagaimana fungsi Investor

Relations dapat diterapkan pada sebuah organisasi, termasuk juga

organisasi pemerintah. Menurutnya:

“Walaupun struktur dari sebuah fungsi Investor Relations berbeda dari

satu organisasi ke organisasi lain berdasarkan ukuran, kompleksitas

bisnisnya dan komposisi pemegang saham, tujuan utama dari fungsi

Investor Relations adalah sama: untuk memposisikan organisasi agar

berkompetisi secara efektif untuk mendapatkan investor” (Argenti,

2010:39).

3

Berdasarkan argumentasi tersebut, fungsi Investor Relations dapat

digunakan untuk menjelaskan institusi pemerintah daerah yang berinteraksi

dengan investor. Dalam institusi pemerintah daerah, istilah kompleksitas

bisnis dan komposisi pemegang saham tidak digunakan, karena ada

perbedaan jenis audiens pada perusahaan dan pemerintah daerah.

Pemerintah daerah dalam hal ini tidak hanya bertindak sebagai

regulator, tetapi juga sebagai koordinator, fasilitator, dan stimulator dalam

investasi. Dalam posisi ini, pemerintah daerah dituntut untuk membuat

kebjiakan-kebijakan yang menarik investor untuk menanamkan modalnya

di daerah. Maka tidak menutup kemungkinan bagi pemerintah daerah

untuk melakukan praktik Investor Relations.

Studi mengenai praktik Investor Relations pada pemerintah daerah

menjadi penting karena tidak semua daerah memiliki potensi sumber daya

alam yang dapat ditawarkan kepada investor. Daerah yang tidak memiliki

potensi sumber daya alam dituntut untuk piawai menarik investor.

Sementara itu, daerah-daerah di Indonesia juga tidak hanya dihadapkan

pada persaingan sesama daerah di Indonesia untuk menarik investor, tetapi

juga dengan seluruh daerah di setiap negara di dunia (Suryana & Marsuki,

2007: 11).

Kota Surakarta adalah salah satu daerah yang memiliki keterbatasan

sumber daya alam yang dapat ditawarkan kepada investor. Namun, Kota

Surakarta mampu menunjukkan kemajuannya melalui tata kelola

pemerintahan yang baik. Perbaikan dalam pelayanan publik dan sistem

pelayanan perizinan terus menerus diupayakan untuk memberikan

kemudahan bagi para investor. Keberhasilannya dapat dilihat dari hasil

survei Doing Business 2012 yang dilakukan oleh World Bank dan

International Finance Corporation sebagai tiga terbaik kota di Indonesia (di

bawah Yogyakarta dan Palangkaraya) yang paling mudah untuk memulai

bisnis (www.doingbusiness.org diakses pada 20 Maret 2012).

4

Melalui Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT),

Pemerintah Kota Surakarta meramu pengelolaan daerahnya sebagaimana

mengelola produk. Event tahunan, seperti Carnival dan Solo Batik Fashion

serta city branding menjadi magnet untuk menarik minat dunia

internasional untuk menggelar event internasional di Kota Surakarta.

(SWA17, XXVII, 11-21 Agustus 2011).

Melihat upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta

dalam menarik minat investor, maka peneliti mengambil objek penelitian

Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota

Surakarta. Konsentrasinya terletak pada bagaimana praktik Investor

Relations yang dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta untuk menarik minat investor.

B. Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

penelitian ini akan diarahkan dengan rumusan masalah: Bagaimana praktik

Investor Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu

(BPMPT) Kota Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui praktik Investor

Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT)

Kota Surakarta untuk menarik minat investor menanamkan modalnya.

5

D. Signifikansi Penelitian

Signifikansi penelitian ini mencakup dua hal, yaitu:

1. Signifikansi Akademik

Penelitian ini diharapkan menambah referensi mengenai praktik

Investor Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Terpadu (BPMPT) untuk menarik minat investor di daerah.

2. Signifikansi Praktis

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan oleh Badan Penanaman

Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta dalam

melakukan praktik Investor Relations sebagai upaya berkomunikasi

dan membangun hubungan dengan investor.

E. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta sebagai bagian dari institusi pemerintah

daerah yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kebijakan dan

pelayanan di bidang penanaman modal.

F. Kerangka Pemikiran

Titik fokus penelitian ini adalah praktik Investor Relations pada

Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta

untuk menarik minat investor menanamkan modalnya. Untuk mendapatkan

penjelasan mengenai hal itu dibutuhkan beberapa penjelasan teoretik yang

menjadi kerangka pemikiran sekaligus teori pemandu selama proses

penelitian berlangsung.

Beberapa kerangka pemikiran yang menjadi alat bantu analisis

dalam penelitian ini antara lain: Investor Relations yang menjelaskan

6

tentang sebuah fungsi yang berinteraksi kuat dengan investor; Praktik

Investor Relations pada Perusahaan; dan Investor Relations Framework

yang menjelaskan tentang cara fungsi Investor Relations berkomunikasi

dengan investor.

1. Investor Relations

Investor Relations pada mulanya lebih dikenal sebagai sebuah

subfungsi penting dalam komunikasi korporat. Praktik tradisional yang

dilakukan perusahaan untuk berkomunikasi dengan pemegang saham

mereka adalah melalui fungsi Investor Relations. National Investor

Relations Institute (NIRI) menyebutkan Investor Relations sebagai:

“Kegiatan pemasaran korporat yang menggabungkan disiplin

komunikasi dan pemasaran untuk memberikan gambaran yang

tepat mengenai kinerja dan prospek perusahaan kepada para

investor dan calon investor” (NIRI, 2003).

Pemasaran dalam konteks ini bukan berarti selling, tetapi

merupakan suatu proses identifikasi para pihak yang menjadi target

audiens yang tertarik untuk melakukan investasi dengan menyajikan

informasi historis dan prospektif mengenai suatu organisasi sehingga

pihak-pihak tersebut dapat mengambil keputusan investasi berdasarkan

informasi yang diperoleh. Hal ini dilakukan melalui rekomendasi

secara hati-hati; menanggapi pertanyaan para investor, analis dan

media massa melalui saluran-saluran komunikasi dan temu muka atau

rapat.

Investor Relations berujung pada pencapaian tujuan untuk

memastikan nilai pasar yang baik terhadap perusahaan. Paul A. Argenti

menyebutkan tujuan dari Investor Relations adalah memaksimalkan

nilai-nilai perusahaan dengan terus mengkomunikasikan performa

perusahaan kepada publik yang ingin berinvestasi (Argenti, 2010: 235).

7

Penjelasan senada juga diungkapkan oleh Charles D. Ellis dalam

How to Manage Investor Relations. Menurutnya tujuan manajemen

Investor Relations:

“help[ing] a well managed company gain appropriate

recognition and credibility with the business community for its

capabilities and longer term prospects [and to] help corporate

executives to fulfill the fiduciary responsibility to ensure that

investors who are selling or buying know they are able to do so

at prices that fairly and reasonably reflect true value” (Ellis,

1985: 34).

Fungsi Investor Relations diposisikan untuk menanamkan

kepercayaan terhadap investor, baik pada saat kondisi baik maupun

buruk. Investor Relations dipacu untuk terus menyesuaikan perubahan

yang terjadi di lingkungan bisnis. Menurut Marcus dan Wallace (dalam

Hockerts & Moir, 2004: 87):

“The nature of the role of Investor Relations has evolved

through three phases. Initially there was a role of simple

communication of the company’s actions, then this developed

into an increasing focus on the financial function and financial

results and, finally, in more advanced companies, there is a

trend towards active marketing, in order to encourage investors

to buy or hold the company’s stock as well as to ensure that

firms are fairly valued”.

Praktik tradisional seperti menyediakan informasi bagi investor

melalui press release, pertemuan rutin dan laporan-laporan mulai

berkembang. Memelihara komunikasi yang positif dengan investor dan

menjaga hubungan baik dengan media dan perantara juga penting

sebagai langkah strategis untuk menarik investor dalam jangka pendek

maupun jangka panjang.

Berdasarkan pemahaman tersebut, Investor Relations pada

praktiknya memegang peranan sebagai sebuah fungsi yang berinteraksi

dan menjalin hubungan dengan investor serta memiliki tujuan untuk

menarik minat dan mempertahankan investor. Maka istilah Investor

Relations dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan fungsi

8

Investor Relations pada institusi pemerintah daerah yakni Badan

Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota

Surakarta.Sebagaimana penjelasan Paul A. Argenti (2010), fungsi

Investor Relations dapat digunakan dalam struktur organisasi yang

berbeda-beda dengan tujuan agar organisasi dapat berkompetisi secara

efektif untuk mendapatkan investor.

Untuk dapat menarik minat dan mempertahankan investor,

Investor Relations pada institusi pemerintah daerah mempunyai tugas

dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman

modal. Salah satu fungsinya adalah mempromosikan daerah melalui

potensi-potensi yang tersedia.

2. Praktik Investor Relations pada Perusahaan

Menurut Cutlip (2006: 25), Investor Relations merupakan bagian

dari Public Relations (PR) dalam perusahaan korporat yang

membangun dan menjaga hubungan yang bermanfaat dan saling

menguntungkan dengan shareholder dan pihak lain di dalam

komunitas keuangan dalam rangka memaksimalkan nilai pasar.

Sesuai definisi Investor Relations sebagai fungsi komunikasi

sekaligus keuangan menekankan komunikasi dua arah yang

berlangsung dalam fungsi ini. Untuk membangun hubungan yang kuat

dengan investor, para praktisi PR harus melakukan beberapa tugas-

tugas yang kompleks, biasanya dimulai dengan riset pasar untuk

memahami persepsi investor dan merumuskan “investment story”,

kemudian dilanjutkan untuk mengidentifikasi investor yang paling

cocok dengan pesan yang telah dirancang tentang proposisi investasi di

perusahaan.

Setelah didentifikasi, strategi tersebut harus direvisi setiap

tahunnya untuk memastikan kevalidannya (Corbin: 2004). Dalam

9

Nasdaq (2001: 32) disebutkan bahwa terdapat empat tahapan strategis

program Investor Relations, yaitu:

1. Riset Pasar

Riset pasar digunakan untuk mengembangkan pengetahuan dan

keahlian dalam pasar modal, proses investasi, termasuk memahami

persepsi dan sikap investor terhadap perusahaan, dan melacak kemajuan

dalam proses komunikasi. Dalam riset pasar, terdapat tiga aktivitas yang

dilakukan, yaitu:

a. Market Intelligence, yaitu: mengumpulkan dan memelihara kecerdasan

pasar untuk memahami bagaimana pandangan pasar terhadap

perusahaan baik secara mutlak maupun relatif. Hal ini penting

dilakukan baik untuk strategi perusahaan maupun komunikasi dalam

rangka mengetahui bagaimana dan mengapa pasar berperilaku

terhadap perusahaan serta bagaimana pasar menetapkan harga saham.

b. Audience Analysis, yaitu: siapa saja target investor, mengapa mereka

harus berinvestasi, apa yang harus dilakukan untuk membuat mereka

membeli lagi atau menjual, dan apa yang akan dilakukan oleh

perusahaan bila investor menyukai atau tidak menyukai perusahaan.

Dengan pengetahuan tersebut, Investor Relations akan dapat

menemukan kesamaan tipe dan penerimaan, dan fokus komunikasi

yang harus dilakukan bila berhadapan dengan para investor.

c. Benchmark Surveys, survei ini merupakan hal penting dalam riset

pasar. Survei ini dilakukan oleh sebuah perusahaan dengan melacak

perubahan tingkat pengetahuan, persepsi dan sikap investor melalui

wawancara. Penelitian ini biasanya dilakukan oleh pihak ketiga

(konsultan) agar investor lebih berterus terang dan mengarah ke hasil

yang lebih baik. Survei ini dapat digunakan untuk mengukur kemajuan

perusahaan baik dari segi manajemen bisnis maupun komunikasi. Hal

ini kemudian dikorelasikan terhadap penilaian dan harga saham untuk

menunjukkan nilai dan keputusan strategis maupun usaha komunikasi.

10

2. Pesan dan Pengembangan Informasi

Pesan dan pengembangan informasi bertujuan untuk

mengomunikasikan kekuatan investasi, faktor utama dan poin-poin dari

informasi penting kepada pasar yang dapat membantu menciptakan nilai

wajar (fair value). Pesan yang terkandung di dalamnya merupakan

jawaban dari pertanyaan: mengapa saya harus berinvestasi di perusahaan

tersebut?, atau mengapa saya harus melanjutkan atau membeli saham

lagi?, atau bagi para analis, mengapa saya harus merekomendasikan saham

perusahaan tersebut kepada pelanggan saya?

Sebab, yang menjadi keinginan para investor adalah higher returns.

Investor menanamkan modalnya karena mereka percaya apabila mereka

berinvestasi mereka akan mendapatkan pendapatan dan laba yang lebih

besar. Investor akan menganalisis bagaimana perusahaan akan

meningkatkan pendapatan mereka, dengan analisis ini kemudian para

investor akan mendefinisikan nilai dari perusahaan.

Terdapat tiga kategori informasi yang dibutuhkan oleh investor, yaitu:

keuangan dan informasi detail tentang operasi bisnis; visi, misi, strategi,

arah dan program perusahaan; dan konteks industri untuk perusahaan.

Informasi-informasi ini digunakan oleh para investor untuk memahami

hasil bisnis lebih lanjut, dan juga untuk membandingkan dengan

perusahaan lainnya. Melalui informasi tersebut mereka akan mengevaluasi

kinerja dan mendapatkan wawasan tentang perusahaan.

3. Alat Komunikasi

Yaitu media terbaik yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan

informasi kepada pasar, investor, analis, dan distributor dengan cara yang

paling efektif. Terdapat beberapa media yang dapat digunakan sebagai

media komunikasi, yaitu bahan cetak (printed materials), video, layanan

informasi elektronik, pertemuan langsung, dan telepon.

11

a. Printed Materials (Bahan Cetak)

Bahan cetak merupakan program komunikasi dasar pada Investor

Relations. Hal ini termasuk dokumen Securities and Exchange

Commission (SEC), laporan 10-K, laporan 8-K, laporan tahunan atau

triwulan, profil perusahaan, newsletter, dan fact books.

b. Electronic Information Services (Layanan Informasi Elektronik)

Internet merupakan media baru yang tidak dapat diragukan

kelebihannya dalam hal kecepatan dan tidak terbatasnya ruang dan waktu

dalam berkomunikasi. Memasukkan informasi ke dalam database

elektronik menambah kemampuan perusahaan dalam mencapai investor,

analis, broker, dan calon pelanggan pada waktu yang cepat dan tepat. Hal

ini membuat baik itu perusahaan maupun investor memiliki kesempatan

dalam mengakses dan mendapatkan informasi dalam waktu yang

bersamaan.

Situs web merupakan salah satu bagian dari informasi elektronik.

Yang penting dalam mengelola situs web Investor Relations perusahaan

adalah menjaga ketepatan dan perbaharuan isi konten, dan mendorong

investor untuk kembali melihat situs, dan membuat situs yang mudah

digunakan.

Selain situs web, perusahaan juga berhubungan dengan investor

melalui email. Biasanya perusahaan menggunakan email untuk

menguirimkan laporan triwulan keuangan surat pernyataan, dan

pengumuman untuk conference calls.

c. In-person Meetings (Pertemuan Pribadi)

Hingga saat ini pertemuan tatap muka dengan perusahaan tetap

menjadi pilihan favorit bagi para investor. Investor mengamati dan menilai

dari presentasi yang diberikan oleh perusahaan, kemudian mereka juga

menilai dari cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan.

Biasanya pertemuan ini dilakukan oleh kelompok besar oleh konferensi

yang diadakan oleh perantara dan analis untuk melakukan diskusi satu

sama lain. Namun demikian, beberapa investor lebih senang bertemu

12

dalam kelompok kecil, sehingga investor berkesempatan untuk bertanya

lebih banyak, daripada hanya mendengarkan presentasi.

d. Telephone Contact (Kontak Telepon)

Dari semua metode komunikasi, telepon juga menjadi media

unggulan dalam pertukaran informasi antara perusahaan dan investor.

Kontak telepon sangat efisien bagi kedua belah pihak dan memberikan

kesempatan bagi Investor Relations untuk mendapatkan nilai tambah,

membantu analis, dan membantu investor untuk lebih memahami

perusahaan.

Saat ini kontak telepon telah mengalami perkembangan majunya

teknologi. Kontak telepon juga dapat berupa konferensi video dan

percakapan yang disediakan dalam email atau messanger.

4. Administrasi Perkantoran

Yaitu melibatkan kegunaan staf, konsultan, pemasok, teknologi, dan

alat-alat lain yang digunakan untuk mengelola proses Investor Relations

pada tingkat efisiensi tertinggi. Kebanyakan departemen Investor

Relations hanya memiliki sedikit staf bahkan beberapa perusahaan besar

hanya memiliki satu atau dua staf.

Pada perusahaan modern, Investor Relations digerakkan oleh

komputer. Hampir semua informasi yang diperlukan diperoleh secara

elektronik, dan hampir semua informasi dibuat, diproduksi, dan

dikirimkan melalui komputer. Komputer memungkinkan Investor

Relations untuk meningkatkan arus pesan dan informasi, dan lebih

memahami bagaimana perilaku pasar terhadap perusahaan, komputer juga

digunakan untuk memersiapkan presentasi dan laporan, dan juga untuk

bekerjasama dengan manajemen lain dalam memajukan program Investor

Relations.

Dalam rangka mencapai kesuksesan usaha, sebuah perusahaan

harus bisa memenuhi kebutuhan stakeholder-nya, termasuk kebutuhan

akan informasi baik informasi mengenai keuangan maupun non

keuangan uang dapat memberikan keyakinan bagi stakeholder atas

13

nilai jual perusahaan itu sendiri. Informasi yang diberikan pun harus

dikembangan sedemikian rupa sehingga dapat menjawab kebutuhan

informasi bagi para investor. Begitu pula dengan pemilihan media, agar

pesan yang dikembangkan bisa tepat sasaran.

Kelompok yang berperan penting dalam hal ini adalah investor

potensial, pemegang saham, analis keamanan, dan media keuangan.

Keberhasilan sebuah perusahaan bergantung pula pada keberhasilan

pemegang saham dan keberhasilan keuangan sebuah perusahaan yang

didukung oleh peran Investor Relations dalam memertahankan

dukungan para pemangku kepentingan dengan tujuan untuk memeroleh

keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan.

Investor adalah pihak yang sangat penting, karena investor

merupakan sumber dari modal perusahaan atas saham yang ditanamkan

oleh investor. Pada umumnya para investor akan mencari informasi

tentang suatu perusahaan terlebih dahulu sebelum menanamkan

modalnya. Peran Investor Relations di sini adalah untuk

menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan oleh investor tentang

perusahaan. Komunikasi dua arah yang dibangun akan menciptakan

kesepahaman antara perusahaan dan investor.

Pada era persaingan global yang semakin tangguh, perusahaan

tidak disarankan untuk hanya berpangku tangan dan menunggu

investor datang kepada mereka. Investor Relations bertanggung jawab

untuk mengomunikasikan informasi keuangan mengenai perusahaan

dan berusaha meyakinkan, menarik dan memertahankan minat investor

terhadap perusahaan.

Dalam rangka mendekatkan diri dan menjalin hubungan dengan

investor perlu disiapkan berbagai macam hal yang menjadi alat untuk

mencapai tujuan yang diharapkan, di sinilah peran Investor Relations

digunakan. Fungsi Investor Relations harus melaksanakan tugasnya

dengan baik dan sebab, karena Investor Relations merupakan

14

representasi dari perusahaan di mata investor dan komunitas keuangan

lainnya.

Penjelasan di atas digunakan untuk mempermudah peneliti dalam

memahami permasalahan, menganalisis dan mencari solusi pemecahan

masalah yang akan diteliti. Peneliti kemudian mencoba menjabarkan

kerangka pemikiran tersebut ke dalam model penelitian berikut ini:

3. Investor Relations Framework

Investor Relations framework menggambarkan bagaimana cara

fungsi Investor Relations berkomunikasi. Hal tersebut berkenaan

dengan siapa saja pihak yang terkait dengan Investor Relations dan

bagaimana Investor Relations menjangkau mereka.

Dalam menjalin sebuah relasi, fungsi Investor Relations bekerja

menggunakan dua cara: berkomunikasi dengan investor secara

langsung dan berkomunikasi melalui perantara untuk menjangkau

investor. Menentukan siapa investor dan perantara yang digunakan

terkadang tampak jelas, tetapi perlu pertimbangan yang matang untuk

menganalisis siapa saja mereka. Tak dapat dipungkiri bahwa setiap

pihak memiliki kepentingan yang saling berkompetisi dan persepsi

yang berbeda melihat sebuah organisasi (Argenti, 2010:39).

a. Berkomunikasi langsung dengan investor

Menentukan investor menjadi penting untuk mengetahui

kebutuhan investor dan arah investasinya. Terkadang dipahami

bahwa mempromosikan potensi daerah hanya kepada investor asing

adalah baik. Namun, perlu diketahui bahwa banyak pelaku

ekonomi domestik yang kuat dan memiliki standar internasional

yang patut diperhitungkan.

Investor terbagi menjadi: investor asing, domestik, dan

kombinasi keduanya – joint venture (Suryana & Marsuki, 2007:

15

19). Investor asing memiliki cakupan bisnis secara global

sementara investor domestik mempunyai cakupan bisnis secara

nasional dan lokal. Investor domestik dapat berbentuk BUMN atau

perusahaan swasta. Investor lokal dapat berupa BUMD atau pelaku

bisnis swasta daerah.

Pemilahan investor dilakukan untuk memberi gambaran

bahwa ada diversitas potensial yang harus dikejar. Sebagai contoh,

pemerintah daerah yang mempunyai lahan yang berpotensi untuk

dijadikan perkebunan kelapa sawit, karet, atau yang lainnya, dapat

saja menggandeng PT Perkebunan Nusantara. Pemerintah daerah

yang ingin mengembangkan BUMD perbankan dapat memilih

untuk menarik Bank Mandiri. Untuk mengembangkan kerajinan

lokal, Pemerintah daerah dapat menarik pelaku bisnis kecil yang

potensial di daerahnya.

Investor di daerah tidak hanya dipetakan berdasarkan

jangkauannya (global, nasional, dan lokal). Paul A. Argenti

mengkategorikan investor ke dalam dua tipe: investor individual

dan investor institusional. Investor individual mencakup individu-

individu yang aktif melakukan investasi; investor institusional

meliputi perusahaan asuransi dan lembaga penyimpanan dana atau

bank (Argenti, 2010: 241).

Investor individual dan investor institusional, menurut Ellis

(1985: 35), dipahami oleh fungsi Investor Relations dengan konsep

yang berbeda. (1) Jika investor individual dijadikan sebagai target

konstituen, maka strategi marketing yang tepat mengarah pada

strategi konsumen. Sebagian besar investor menginginkan

jangkauan yang luas, maka media periklanan memainkan peranan

di wilayah ini. (2) Investor institusional mendominasi pasar saham,

maka strategi yang efektif untuk menjangkaunya adalah melalui

kontak langsung dan mengarahkan pada pemasaran industri.

16

Setelah mengidentifikasi siapa saja yang menjadi target

investor, maka perlu diperhitungkan bagaimana upaya

berkomunikasi dengan investor. Berkomunikasi langsung dengan

investor dipahami sebagai sebuah proses komunikasi yang

dilaksanakan secara langsung tanpa bantuan perantara atau media

komunikasi. Proses komunikasi ini biasanya berlangsung secara

tatap muka dan menghasilkan feedback.

Setiap investor memerlukan pendekatan yang berbeda sesuai

tingkat kebutuhannya. Upaya berkomunikasi dengan investor

dikemukakan oleh Steven M. Bragg (2010: 4) melalui tiga

pendekatan, yaitu: basic, intermediate, dan advanced.

Pendekatan basic adalah salah satu yang diperlukan untuk

mencapai tujuan dasar Investor Relations. Pendekatan basic yang

dilakukan oleh fungsi Investor Relations adalah menyampaikan

laporan tahunan (annual report) dan mengadakan pertemuan

tahunan (annual meeting). Dalam menyampaikan laporan tahunan,

fungsi Investor Relations diharapkan dapat menunjukkan hasil

pencapaian selama setahun terakhir dan memaparkan tujuan dan

prospek masa yang akan datang. Selain itu, fungsi Investor

Relations juga bertanggung-jawab untuk mengadakan pertemuan

tahunan. Pertemuan tahunan ini membahas tentang evaluasi

kegiatan investasi selama setahun. (Bragg, 2010: 4)

Pendekatan basic merupakan upaya paling sederhana untuk

berkomunikasi dengan investor. Maka, pendekatan intermediate

perlu dilakukan untuk menjangkau investor lebih luas. Upaya yang

dilakukan dalam pendekatan intermediate, yaitu mempersiapkan

press release, situs web dan promosi. Fungsi Investor Relations

perlu mempersiapkan press release yang berisi tentang informasi

pendek tentang agenda-agenda penting. Pengelolaan situs web yang

baik mempermudah fungsi Investor Relations untuk menyampaikan

17

sejumlah informasi utama kepada investor. Promosi menjadi hal

penting untuk memperkenalkan tentang organisasi dan peluang

investasi kepada calon investor. (Bragg, 2010: 5)

Pendekatan advanced adalah pendekatan lanjutan setelah

pendekatan intermediate untuk menarik minat investor dengan cara

yang lebih aktif. Road show dan conference calls adalah upaya

yang dilakukan oleh fungsi Investor Relations dalam pendekatan

advanced.Keduanya merupakan upaya paling efektif yang dapat

dilakukan oleh fungsi Investor Relations. Dalam kegiatan road

show dan conference calls biasanya dihadirkan pejabat-pejabat

penting yang berkaitan dengan investasi untuk menghasilkan

pertemuan terbaik dengan investor. (Bragg, 2010: 6)

Berkomunikasi dengan investor secara langsung berarti

melibatkan dua hal, yaitu: mengetahui siapa investor yang dikejar

dan bagaimana pendekatan komunikasi yang diambil. Identifikasi

target investor menjadi sangat penting bagi fungsi Investor

Relations untuk menentukan upaya berkomunikasi dengan investor.

Fungsi Investor Relations tidak hanya berkomunikasi dengan

investor saja. Komunikasi tidak langsung juga muncul melalui

perantara seperti media, analis, agen pemberi peringkat, dan

konsultan pendamping. Komunikasi melalui perantara memberikan

pengaruh yang kuat terhadap kredibilitas organisasi. Kredibilitas

organisasi berkaitan dengan peran fungsi Investor Relations dalam

menanamkan kepercayaan kepada investor.

b. Berkomunikasi secara tidak langsung dengan investor

Sebelum berinvestasi sering kali investor ingin mempelajari

dan menggali informasi yang lebih dalam mengenai tempat tujuan

investasi melalui sumber-sumber lain selain dengan organisasi itu

18

sendiri. Fungsi Investor Relations tidak hanya berkomunikasi

langsung dengan investor, tetapi juga berkomunikasi tidak

langsung melalui perantara. Dalam konteks perusahaan, Investor

Relations sering kali berhubungan dengan media, analis, dan agen

pemberi peringkat sebagai penghubung dengan investor. Media,

analis, dan agen pemberi peringkat memiliki kesamaan fungsi,

yaitu sebagai perantara yang menghubungkan fungsi Investor

Relations dengan investor.

Berkomunikasi secara langsung dengan investor maupun

melalui perantara menjadi penting bagi Investor Relations dalam

menjalankan fungsinya. Gambar 1.1 berikut ini menggambarkan

bagaimana fungsi Investor Relations berkomunikasi, baik secara

langsung maupun tidak langsung dengan para investor.

Gambar 1.1. Investor Relations Framework

Sumber: Argenti, 2010: 24

i. Media

Media merupakan komunikan sekaligus saluran

komunikasi yang memberikan informasi kepada investor

mengenai citra organisasi serta berperan dalam membentuk

Strategi

Investor Relations

Investor

Perantara

Media

Analis

Agen pemberi peringkat

19

reputasi organisasi (Argenti, 2010: 177). Untuk memiliki

hubungan yang baik dengan media, fungsi Investor Relations

harus menyediakan waktu untuk menjaga hubungan dengan

orang-orang yang tepat di media. Tujuannya adalah untuk

membangun hubungan jangka panjang dan kredibilitas yang

menguntungkan bagi organisasi (Bragg, 2010: 64).

Promosi daerah mengenai keunggulan dan potensi

semakin menarik perhatian media. Survei tentang daerah-

daerah yang probisnis, peluang bisnis yang terbuka bagi

investor, dan bagaimana merancang ekosistem bisnis yang

menarik investor, membuka pengetahuan bagi investor untuk

melihat daerah-daerah yang berpotensi untuk dijadikan tempat

berinvestasi. Media memegang peranan kuat dalam hubungan

ini.

Kekuatan media di dalam wilayah hubungan investasi

yaitu memengaruhi investor dalam membuat keputusan

investasi. Hubungan media yang kuat dan dikoordinir dengan

baik akan menguntungkan pemerintah daerah untuk

memaksimalkan akses ke media dan memastikan konsistensi

pesan yang dikirimkan ke media. Bagi daerah dengan visibilitas

rendah yang ingin menarik investor, tetapi memiliki liputan

media yang benar dapat menjadi sebuah komponen penting dari

sebuah strategi Investor Relations.

Berhubungan dengan media atau media relations tidak

terlepas dari kegiatan public relations (PR). Stanley J. Baran

(2004: 361) mengungkapkan:

“… the public relations maintain good relations with

professionals in the media, understand their deadlines

and other restraints, and earn their trust.”

20

Yosal Iriantara (2005: 32) mengartikan hubungan media

(media relations) sebagai bagian dari PR eksternal yang

membina hubungan baik dengan media massa sebagai sarana

komunikasi antara organisasi dan publik untuk mencapai tujuan

organisasi. Philip Lesly (dalam Iriantara, 2005:29)

mengemukakan tujuan berhubungan dengan media adalah

melakukan publisitas atau merespon kepentingan media

terhadap organisasi.

Dalam mengelola relasi dengan media, menjalin

hubungan baik dengan media sebagai institusi sama pentingnya

dengan menjalin hubungan baik dengan wartawan. Agar

hubungan terjalin dengan baik, maka dibutuhkan komunikasi

yang cukup intens di antara kedua belah pihak yang

berhubungan.

Meskipunberhubungan dengan media menjadi salah satu

agenda humas (public relations), namun media juga mengambil

peran penting dalam Investor Relations framework. Publisitas

mengenai potensi investasi dan iklim investasi daerah

diperlukan untuk meningkatkan daya tarik daerah tujuan

investasi. Koordinasi dan kerjasama antara humas dan Investor

Relations diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan investor

yang terus berkembang.

ii. Analis

Dalam Komunikasi Korporat, Paul A. Argenti (2010: 246)

menyebutkan, fungsi Investor Relations berhubungan dengan

analis “sisi-beli” dan analis “sisi-jual”. Analis sisi-beli biasanya

bekerja untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam

manajemen keuangan (reksa dana atau dana pensiun) dan

21

perusahaan riset untuk portofolio investasi lembaga mereka

sendiri. Analis sisi-beli menampilkan analisis hak milik,

meliputi kunjungan-kunjungan perusahaan dan ulasan mereka

sendiri dari keadaan finansial perusahaan. Analis sisi-beli

berada dalam kelompok konstituen investor institusional, bukan

perantara.

Analis sisi-jual menangani saham di dalam industri-

industri tertentu dan menghasilkan laporan-laporan riset detail

yang menawarkan rekomendasi-rekomendasi “beli”, “jual” atau

“tahan”. Dengan demikian, analis sisi-jual adalah perantara

antara sebuah perusahaan dan investor. Berdasar riset Profesor

Akuntansi UCLA Michael Brennan, Investor Relations yang

kuat dapat meningkatkan ketertarikan pada investor dan analis

sisi-jual (2010: 246).

Visibilitas semacam ini berarti bahwa rekomendasi dari

analis memiliki bobot penting. Meskipun krisis kepercayaan

dalam objektivitas dari penilaian-penilaian juga bisa terjadi,

informasi mengenai perusahaan sering digunakan oleh investor

untuk membantu mereka dalam membuat keputusan investasi

(2010: 249).

iii. Agen pemberi peringkat

Paul A. Argenti menjelaskan pentingnya agen pemberi

peringkat sebagai perantara bagi Investor Relations. Beberapa

agen pemberi peringkat yang sering melakukan penilaian

meliputi Standard & Poor’s (S&P) dari McGraw-Hill, Investors

Service dari Moody, dan Fitch Ratings. Agen pemberi

peringkat menganalisis perusahaan dengan cara yang hampir

sama dengan yang para analis lakukan, tetapi dengan sebuah

22

fokus spesifik pada kelayakan kredit perusahaan. Penilaian

yang ditetapkan mencerminkan pengukuran atas kemampuan

perusahaan membayar obligasi-obligasi utangnya (2010: 249).

Agen pemberi peringkat tidak hanya memberikan

penilaian untuk perusahaan, tetapi juga untuk negara. Penilaian

tertinggi bagi perusahaan atau negara diberi peringkat

”investment grade”. Senior Research and Investment Analyst

PT Infovesta Utama, Rudiyanto menjelaskan,

“Investment grade adalah kategori bahwa suatu perusahaan

atau negara dianggap memiliki kemampuan yang cukup

dalam melunasi utangnya. Sehingga bagi investor yang

mencari investasi aman, umumnya mereka memilih rating

investment grade”

(http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/272634 diakses

pada 4 Agustus 2012).

Tahun 2012, agen pemberi peringkat Moody’s Investors

Service dan Fitch Ratings telah memberikan peringkat

investment grade kepada Indonesia. Sementara Standard &

Poor’s (S&P) belum menaikkan peringkatnya hingga

investment grade dikarenakan rendahnya defisit, menurunnya

beban utang sektor publik, dan menguatnya likuiditas eksternal

(http://www.bisnis.com/articles/investment-grade-s-and-p-beri-

peringkat-b-plus-dan-b-untuk-indonesia diakses pada 4 Agustus

2012).

Penilaian semacam itu membuat Indonesia terus berupaya

mempertahankan investment grade untuk menarik investor.

Salah satunya adalah dengan mendorong pemerintah daerah

untuk memperbaiki easy doing business. Dalam hal ini Investor

Relations pada institusi daerah berperan dalam memperbaiki

pelayanan penanaman modal seperti efektivitas perizinan usaha

dan pelayanan satu atap.

23

Media, analis, dan pemberi peringkat merupakan perantara yang

memiliki peran dalam Investor Relations framework. Tidak ada

perusahaan yang hanya berhubungan dengan investor saja tanpa

menjalin relasi dengan perantara, sebab investor bergerak aktif

menggali informasi sebelum menentukan keputusan investasi melalui

perantara. Media berperan paling penting sebagai penentu investasi.

Media membentuk reputasi sebuah organisasi melalui rekaman

pertemuan dan pencapaian yang dilakukan oleh fungsi Investor

Relations.

Penjelasan di atas digunakan untuk mempermudah peneliti dalam

memahami permasalahan, menganalisis dan mencari solusi pemecahan

masalah yang akan diteliti. Peneliti kemudian mencoba menjabarkan

kerangka pemikiran tersebut ke dalam model penelitian berikut ini:

Gambar1.2. Model Penelitian

Praktik Investor Relations pada Badan

Penanaman Modal dan Perizinan

Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta

Seberapa jauh BPMPT Kota

Surakarta mengadopsi praktik

Investor Relations pada perusahaan

Investor Relations Framework:

Bagaimana cara BPMPT Kota

Surakarta berhubungan dengan

investor

24

G. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka fungsi

Investor Relations yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah

fungsi yang menjalin hubungan dengan investor pada level institusi

pemerintah daerah. Investor Relations yang dimaksud merujuk pada Badan

Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta.

Praktik Investor Relations pada perusahaan diadopsi oleh pemerintah

daerah untuk menjelaskan bagaimana Badan Penanaman Modal dan

Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta menjalankan fungsi Investor

Relations sebagai upaya untuk menarik minat dan memertahankan

investor. Aktivitas yang terjadi dalam Investor Relations tidak hanya

berhenti pada menarik minat investor sebagai sebuah tujuan tetapi juga

berkaitan dengan menentukan investor dan bagaimana Badan Penanaman

Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta menjalin

hubungan dengan investor.

H. Metode Penelitian

1. Studi Kasus

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan studi kasus. Sebagaimana dikemukakan Stake, strategi

studi kasus dimaksudkan untuk mengeksplorasi suatu peristiwa, proses,

aktivitas, organisasi, atau sekelompok individu sosial dan politik.

Dalam konteks ini kasus yang menjadi objek penelitian dibatasi oleh

waktu dan aktivitas (Creswell, 2010:20).

Dalam metode ini, peneliti bisa memilih mengeksplorasi satu

studi kasus untuk menjelaskan bagaimana praktik Investor Relations

pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota

Surakarta menarik minat investor.

25

Untuk mengungkap praktik Investor Relations pada Badan

Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta,

maka peneliti membutuhkan banyak data melalui observasi,

penelusuran dokumen dan laporan tentang apa yang telah dilakukan,

apa saja hasilnya, dan apa saja yang menjadi ekspektasi BPMPT Kota

Surakarta berkaitan dengan menarik minat investor. Pendekatan studi

kasus juga memungkinkan peneliti memperoleh data-data melalui

wawancara tentang strategi yang dilakukan Badan Penanaman Modal

dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta sebagai fungsi

Investor Relations dan cara Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta berkomunikasi dengan investor.

2. Sumber Data Penelitian

Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan, peneliti akan

menggali melalui penelusuran dokumen mengenai peta potensi

investasi Kota Surakarta dan susunan organisasi BPMPT Kota

Surakarta. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak-

pihak yang terkait dengan penelitian, di antaranya yaitu: Sekretaris

BPMPT Kota Surakarta, Kepala Bidang Penanaman Modal, Sub-

Bidang Promosi, dan Sub-Bidang Informasi dan Pengaduan. Pemilihan

narasumber didasarkan pada kompetensi masing-masing pihak dengan

tema wawancara.

Penelusuran literatur juga dipakai sebagai bahan referensi

penelitian. Penelitian mengenai praktik Investor Relations pada Badan

Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta

membutuhkan literatur lain sebagai pembanding hasil temuan.

26

3. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah proses sistematik

mencari dan menyusun data hasil wawancara dan dokumentasi.

Berbagai data akan diorganisasi ke dalam kategori, dijabarkan ke

dalam unit-unit, disintesiskan untuk melahirkan kesimpulan.

4. Struktur Analisis

Penelitian ini membahas mengenai bagaimana praktik Investor

Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu

(BPMPT) Kota Surakarta dalam menarik minat investor. Penjelasan

dimulai dari bagaimana fungsi Investor Relations bekerja pada institusi

pemerintah daerah. Model Investor Relations yang digunakan oleh

korporasi dipakai sebagai bahan acuan untuk melihat bagaimana

Investor Relations bekerja pada level institusi pemerintah daerah.

Struktur penelitian ini dimulai pada Bab I Pendahuluan yang

berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, objek penelitian,

kerangka pemikiran, kerangka konsep dan metode penelitian. Bab II

berisi fungsi Investor Relations di tubuh pemerintah daerah.

Bab III berisi pelayanan publik dan dukungan investasi di Kota

Surakarta. Bab IV berisi hasil penelitian bagaimana praktik Investor

Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu

(BPMPT) Kota Surakarta. Bab V penutup berisi kesimpulan dan saran.