68
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus yang merupakan salah satu dari lima kondisi kronis paling utama yang mempengaruhi lansia, tidak dapat di sembuhkan. Alih-alih, lansia dengan diabetes Mellitus harus belajar untuk menguasai program pemantauan dan perawatan yang melibatkan banyak partisipasi klien. Banyak perubahan terkait usia membuat lansia sulit untuk mematuhi rencana keperawatan. ( Beare, 2007). Penyakit Diabetes mellitus atau sakit gula masih menjadi persoalan bersama. Bahkan di Indonesia, Penyakit ini masih berada di posisi keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar yang menderita penyakit Diabetes setelah Amerika Serikat, China, dan India (WHO, 2011). Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang di tandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah/hiperglikemi, glukosa secara normalbersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner & Suddarth, 2002). Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

  • Upload
    haduong

  • View
    221

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus yang merupakan salah satu dari lima kondisi

kronis paling utama yang mempengaruhi lansia, tidak dapat di

sembuhkan. Alih-alih, lansia dengan diabetes Mellitus harus belajar

untuk menguasai program pemantauan dan perawatan yang melibatkan

banyak partisipasi klien. Banyak perubahan terkait usia membuat

lansia sulit untuk mematuhi rencana keperawatan. ( Beare, 2007).

Penyakit Diabetes mellitus atau sakit gula masih menjadi

persoalan bersama. Bahkan di Indonesia, Penyakit ini masih berada di

posisi keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar yang

menderita penyakit Diabetes setelah Amerika Serikat, China, dan India

(WHO, 2011).

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen

yang di tandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah/hiperglikemi,

glukosa secara normalbersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.

Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner &

Suddarth, 2002).

Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik

disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

2

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan

pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan

dengan mikroskop electron (Mansjoer, 2001).

Beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa diabetes

mellitus adalah penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan

kadar gula darah yang dapat menimbulkan komplikasi mata, ginjal,

saraf dan pembuluh darah.

Ada beberapa jenis diabetes. Dulu ada yang disebut diabetes

pada anak, atau diabetes juvenilis dan diabetes dewasa atau maturity-

onset diabetes. Karena istilah ini kurang tepat, sekarang yang pertama

disebut IDDM (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) atau DMTI

(Diabetes Mellites Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan yang kedua

disebut NIDDM (Non Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) atau

DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2.

Ada jenis lain yaitu Diabetes pada kehamilan (gestasional diabetes),

yang yimbul hanya pada saat hamil. Ada juga jenis diabetes yang

disebabkan oleh karena kerusakan pancreas akibat kurang gizi disebut

MRDM (Malnutrition related DM) atau (DMTM) Diabetes Mellitus

Terkait Malnutrisi (FKUI, 2000).

Perkembangan kasus Diabetes di Indonesia mengalami

kenaikan jumlahnya. Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO,

2011) memprediksi kenaikan jumlah penyandang Diabetes Mellitus di

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

3

Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada

tahun 2030. Demikian juga halnya dengan Badan Federasi Diabetes

Internasional (IDF) pada tahun 2009, memperkirakan kenaikan jumlah

penyandang diabetes mellitus dari 7,0 juta di tahun 2009 menjadi 12,0

juta tahun 2030. “Meskipun terdapat perbedaan angka prevelensi,

laporan keduanya menunjukan adanya peningkatan jumlah

penyandang diabetes sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030.

Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus diderita

usia 45-64 tahun, yang terdiri 4.438 DMTI (Diabetes Mellitus

Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 24.420 DMTTI (Diabetes

Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2. Sedangkan usia

>65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang terdiri 3.820 DMTI

(Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392

DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2

( Profil Kesehatan Kota Semarang, 2010 )

Penyakit Diabetes Mellitus adalah penyakit yang dapat

menurun, jika dalam sebuah keluarga terdapat anggota keluarga yang

menderita Diabetes Mellitus maka kemungkinan besar akan menurun,

kurangnya pengetahuan keluarga tentang kesehatan dapat menjadi

masalah serius karena keluarga tidak dapat menjalankan 5 tugas

keluarga, misalnya keluarga tidak mengerti bagaimana cara melakukan

perawatan pada anggota keluarga yang sakit, tidak mampu

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

4

memanfaatkan fasilitas kesehatan, tidak membuat keputusan dan

mengambil keputusan yang tepat, tidak mampu memberikan

lingkungan yang tepat, sehingga pada keluarga yang mempunyai

anggota keluarga yang memiliki penyakit Diabetes Mellitus harus

mendapatkan perhatian yang cukup agar Keluarga memahami konsep

dasar Diabetes Mellitus serta mencegah komplikasi dari Diabetes

Mellitus.

Masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, dalam

mengambil keputusan dan memecahkan masalah tersebut adalah

kepala keluarga dan anggota yang dituakan. Dalam mengatasi masalah

ini peran perawat kesehatan adalah memberikan keperawatan keluarga

untuk mencegah komplikasi lebih lanjut (Friedman, 1998 ).

Keluarga memiliki tugas dalam pemeliharaan kesehatan

anggotanya, termasuk mengenal masalah tentang Diabetes Mellitus,

mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat,

memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,

mempertahankan suasana rumah yang kondusif bagi kesehatan

(Friedman, 1998 )

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

5

Berkaitan dengan data tersebut di atas penulis tertarik untuk

mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan

memberikan asuhan keperawatan untuk ” Asuhan Keperawatan

Keluarga Ny. M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia

Diabetes Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak “dengan pendekatan proses

keperawatan.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Memaparkan Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. M Tahap

Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes Mellitus

Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan Mranggen,

Kabupaten Demak.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengkajian Keluarga Ny. M Tahap

Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes Mellitus

Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan Mranggen,

Kabupaten Demak.

b. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada

Keluarga Ny. M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia

Diabetes Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari,

Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

6

c. Mengidentifikasi rencana keperawatan secara langsung Keluarga

Ny. M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes

Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan

Mranggen, Kabupaten Demak.

d. Mengidentifikasi tindakan keperawatan dalam rangka

memandirikan keluarga dalam melaksanakan tugas Keluarga Ny.

M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes

Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan

Mranggen, Kabupaten Demak.

e. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada Keluarga Ny. M

Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes Mellitus

Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan Mranggen,

Kabupaten Demak.

C. Metode Penulisan

Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode diskriptif

dengan pendekatan studi kasus yaitu pendekatan proses keperawatan

yang meliputi : pengkajian, analisa data, intervensi, implementasi dan

evaluasi.

Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan beberapa teknik penulisan,

adalah sebagai berikut :

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

7

1. Wawancara

Dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada beberapa

anggota keluarga untuk memperoleh data subyektif.

2. Observasi

Mengadakan pengawasan langsung terhadap keadaan umum pasien

serta pengembangan sambil melaksanakan asuhan keperawatan

keluarga lansia selama observasi.

3. Studi Kepustakaan

Cara pengumpulan data yang digunakan sebagai konsep dasar

dalam asuhan keperawatan dan menyelesaikan masalah dalam

pembahasan.

4. Studi kasus di keluarga

Pengumpulan data dengan cara melakukan pengkajian pada

keluarga, biasa dilakukan dengan observasi,pemeriksaan fisik

ataupun wawancara sesuai kasus yang ada di dalam keluarga.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan asuhan keperawatan keluarga ini di bagi

dalam 5 bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan

penulisan, dan sistematika penulisan.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

8

BAB II : Tinjauan pustaka berisi konsep dasar keluarga, Tumbuh

kembang tahap VIII, konsep dasar Diabetes Mellitus,dan

proses keperawatan keluarga.

BAB III : Tinjauan kasus berisi tentang asuhan keperawatn keluarga

Ny.M khususnya pada Ny.J dengan DM yang dimulai dari

pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan,

perencanaan/intervensi, pelaksanaan/ implementasi dan

evaluasi.

BAB IV : Pembahasan berisi tentang tinjauan kasus berdasarkan teori

keperawatan dan penyakit, justifikasi di setiap tahapan

proses asuhan keperawatan.

BAB V : penutup berisi kesimpulan dan saran.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh

perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada di dalamnya

terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai

tujuan bersama (Friedman, 1998).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep Kes

R.I, 1998).

2. Struktur Keluarga.

Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :

a. Pola dan proses komunikasi

Pola interaksi keluarga yang berfungsi :

1) Bersifat terbuka dan jujur

2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga

3) Berpikiran positif

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

10

4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.

Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :

1) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau

pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu

meminta dan menerima umpan balik.

2) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik,

melakukan validasi.

b. Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau

status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai

suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat

dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik.

Beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi

kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka

entah kemana atau malah berdiam diri di rumah.

c. Struktur kekuatan.

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari

individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah

perilaku orang lain ke arah positif.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

11

d. Nilai-nilai keluarga.

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang

secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu

budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi

perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang

baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

3. Tipe Keluarga

Tipe keluarga menurut Friedman(1998) :

a. Tipe Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti

Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang hidup

dalam rumah tangga yang sama.

a) Keluarga yang melakukan perkawinan yang pertama.

b) Keluarga-keluarga dengan orang tua campuran atau orang tua

tiri.

2) Pasangan inti

Terdiri dari suami istri tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal

bersama mereka.

a) Karier tunggal.

b) Keduanya berkarier dibedakan menjadi karier istri terus

berlangsung dan karier istri terganggu.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

12

3) Keluarga dengan orang tua tunggal

Adalah satu yang mengepalai sebagai konsekuensi dari perceraian,

ditinggal atau pisah.

a) Bekerja atau berkarier.

b) Tidak bekerja

4) Bujangan dewasa yang tinggal sendirian

5) Keluarga besar 3 generasi

6) Pasangan usia pertengahan atau lansia

suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal diruamah (anak sudah

kuliah, bekerja, atau kawin).

7) Jaringan keluarga besar

Dua keluarga inti atau lebih dari kerabat primer atau anggota

keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah

geografis dan dalam sistem presiprokal atau tukar menukar barang

dan jasa.

b. Tipe keluarga non tradisional

1) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah (biasanya

terdiri dari ibu dan anak saja)

2) Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah

3) Pasangan kumpul kebo

4) Keluarga Gay atau lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin

sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

13

5) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih dari

satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama

menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang

sama.

4. Tahap dan Tugas perkembangan keluarga menurut Friedman (1998).

a. Tahap I (Keluarga pemula)

1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.

2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang

tua).

b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak)

1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga).

2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga.

3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran-peran orang tua dan kakek nenek.

c. Tahap III (Keluarga dengan anak usia prasekolah)

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang

bermain, privasi, keamanan.

2) Mensosialisasikan anak.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

14

3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain.

4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (Hubungan

perkawinan dan hubungan orang tua dad anak) dan di luar keluarga

(keluarga besar dan komunitas).

d. Tahap IV (Keluarga dengan anak usia sekolah)

1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

yang sehat.

2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

e. Tahap V ( Keluarga dengan anak remaja)

1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika

remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.

2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

f. Tahap VI (Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda)

1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga

baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.

2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

15

3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami

maupun istri.

g. Tahap VII (Orang tua usia pertengahan)

1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.

2) Mempertahankan hubungan-hubungan yang saling memuaskan

dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak.

3) Memperkokoh hubungan perkawinan.

h. Tahap VIII (Keluarga dalam masa pensiun dan lansia)

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.

3) Mempertahankan hubungan perkawinan.

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.

5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.

6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( Penelaahan dan

integrasi hidup).

5. Fungsi keluarga

Friedman (1998) membedakan fungsi keluarga menjadi lima yaitu :

a. Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang utama

untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota

keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk

perkembangan individu dan psikososial keluarga.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

16

b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social

placement fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat melatih anak

untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi Reproduksi (reproductive function) : Fungsi untuk

mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga.

d. Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care

function) : Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota

keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini

dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

6. Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Friedman, 1998)

a. Mengenal masalah kesehatan.

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

d. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas

kesehatan masyarakat.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

17

B. Tumbuh Kembang Keluarga Tahap VIII

1. Pengertian

Tahap terkhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu

atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga

salah satupasangan meninggal, dan berkhir dengan pasangan lain

meninggal (Friedman, 1998).

2. Kehilangan- kehilangan yang lazim bagi lansia dan keluarga

Proses penuaan berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu

kenyataan, maka ada berbagai stressor atau kehilangan- kehilangan yang

dialami oleh mayoritas lansia dan pasangan- pasangan yang mengacaukan

transisi peran mereka. Hal ini meliputi :

a. Ekonomi

Menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara substansial,

mungkin kemudian menyesuaikan terhadap ketergantungan ekonomi

(ketergantungan pada keluarga atau subsidi pemerintah )

b. Perumahan

Sering pindah ketempat tinggal yang lebih kecil dan kemudian di paksa

pindah ke tatanan institusi.

c. Sosial

Kehilangan (kematian) saudara teman- teman dan pasangan.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

18

d. Pekerjaan

Keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan dan perasaan

dalam produktivitas.

e. Kesehatan

Menurunnya fungsi fisik mental dan kognitif, memberikan perawatan

bagi pasangan yang kurang sehat.

3. Tugas- tugas perkembangan keluarga tahap VIII

a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.

c. Mempertahankan hubungan perkawinan.

d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.

e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.

f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( Penelaahan dan

integrasi hidup).

4. Konsep Lansia

Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik

perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut karena

berkurangnya jumlah sel-sel yang ada didalam tubuh .sebagai akibatnya

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

19

tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan –lahan.

Itulah yang dinamakan proses penuaan.

Orang yang lebih tua mengalami masalah dengan berbagai

aktifitas hidup sehari- hari yang termasuk mandi, berpakaian, makan, toilet,

penahanan dan mentrasfer. Masalah-masalah ini kemampuan orang yang

lebih tua sering berdampak terhadap hidup mandiri, karena penurunan

fungsional dimana semua mempengaruhi kualitas hidup individu.

Penuaan adalah suatu proses menghilangnya perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahap terhadap

infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Maryam, 2008).

Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak

tampak mencolok penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia

dan tidak pada semua tubuh mengalami kemunduran pada waktu yang

sama.meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal,

tidak seorang mengetahui secara pasti penyebab penuaan atau mengapa

manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda (Pujiastuti, 2003).

a. Pengertian Lansia

Menurut UU NO. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan

usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60

tahun.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

20

Menua adalah suatu proses menghilangnya perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahap

terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita.

b. Teori Menua :

1) Teori Biologis ( Maryam, 2008 ) :

a) Teori Genetik

(1) Teori Genetik Clock

Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah

terprogram secara genetik untuk spesies tertentu.teori ini

didasarkan pada kenyataan kenyataan bahwa spesies-sepesies

tertentu memiliki harapan hidup yang berbeda-beda yang

telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini

berhenti berputar ia akan mati.

(2) Teori Interaksi Seluler

Teori ini menyatakan bahwa sel-sel satu sama lain

saling berinteraksi dan memengaruhi.keafdaan tubuh akan

baik-baik saja selama sel-sel masih berfungsi dalam suatu

hormon,tetapi bila tidak maka akan terjadi kegagalan

mekanisme dimana lama kelamaan sel-sel akan mengalami

degenerasi.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

21

(3) Teori Mutagenesis Somotik

Teori ini menyatakan bahwa penuaan terjadi karena

adanya mutasi somotik akibat pengaruh lingkungan yang

buruk.begitu terjadi pembelahan sel akan terjadi mutasi

spontan yang terus menerus berlangsung dan ahirnya

mengarah pada kematian sel.

b) Teori Non Genetik (Pujiastuti, 2003)

(1) Teori Autoimun

Teori ini menyatakan bahwa penuaan diakibatkan

oleh antibodi yang bereaksi terhadap sel normal dan

merusaknya.reaksi ini terjadi karena tubuh gagal

mengenal sel yang normal ,dan memproduksi sel yang

salah.

Hal ini yang mendasari peningkatan penyakit auto

imun pada usia lanjut.ada jaringan tertentu yng tidak tahu

terhadap sel tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi

lemah dan sakit.

(2) Teori Radikal Bebas

Redikal bebas merupakan suatu atom atau

molekul yang tidak stabil karena mempunyaielektron

yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

22

atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai

kerusakan atau perubahan pada tubuh.

Teori radikal bebas pada penuaan ditunjukkan

oleh hormon.perubahan hormon pada penuaan

disebabkan oleh radikal bebas dan akan menimbulkan

efek patologis seperti kanker.

(3) Teori Pembatasan Energi

Program pembatasan energi ditujukan untuk

mengurangi berat badan secara bertahap dalam beberapa

tahun sampai efesiensi metabolisme tercapai untuk hidup

sehat dan panjang umur.tinggi rendahnya diet

mempengaruhi perkembangan umur dan adanya

penyakit.termasuk dalam program diet adalah pantangan

merokok, minum alkohol, dan mengendalikan

penyebabstres seperti kecemasan, frustrasi,atau stres yang

diakibatkan oleh kerja keras.

c. Perubahan sistem endokrin pada lansia

Penyakit metabolik pada lanjut usia terutama disebabkan oleh

karena menurunnya produksi hormon dari kelenjar-kelenjar hormon.

Pria dan wanita pada akhir masa dewasa mengalami perubahan-perubahan

dalam keseimbangan hormonal yang menyebabkan berkurangnya kekurangan

hormon seks. Menurunnya produksi hormon ini antara lain terlihat pada

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

23

wanita mendekati usia 50 tahun, yang ditandai mulainya menstruasi

yang tidak teratur sampai berhenti sama sekali (menopouse), prosesnya

merupakan prosesilmiah. Pada pria proses tersebut biasanya terjadi

secara lambat laun dan tidak disertai gejala-gejala psikologis yang luar

biasa, kecuali sedikit kemurungan dan rasa lesu serta berkurangnya

kemampuan seksualitasnya.Terdapat pula penurunan kadar hormon

testosteronnya ( Beare, 2007 ).

Perubahan pada sistem endokrin yang disebabkan oleh proses

penuaan, yaitu:

1) Produksi hormon hampir semuanya menurun.

2) Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di

pembuluh darah.

3) Menurunnya aktivitas tiroid

4) Menurunnya produksi aldosteron

5) Menurunnya sekresi hormon : progesteron, estrogen, testosteron.

6) Defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari

sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan

jiwa (stress ).

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

24

Penyakit pada sistem endokrin yang disebabkan oleh proses

penuaan, yaitu:

1) Menopouse

Menopouse adalah berhentinya haid. Menopouse menurut

pengertian awam adalah perubahan masa muda ke masa

tua.Berhentinya haid sebagai akibat tidak berfungsinya ovarium

merupakan peristiwa dan bukan satu periode waktu. Periode

mendahului menopouse ditandai oleh perubahan somatif dan

psikologik. Hal tersebut mencerminkan perubahan normal yang

terjadi di ovarium. Meskipun ada gejala atau keluhan, periode ini

sering dilupakan oleh pasien maupun dokter. Gejala yang paling

sering terjadi pada masa transisi pra-menopouse ini adalah haid

yang tidak teratur.Meskipun menopouse atau tidak lagi datang

haid, terjadi setelah terhentinya fungsi ovarium merupakan

keadaan yang paling dapat diidentifikasi, namun periode

sebelum dan 10 tahun setelah menopause mempunyai arti klinis

yang lebih penting. Periode transisi ini biasanya berlangsung sampai

periode pasca menopouse. Periode pascamenopouse biasanya disertai

dengan insidensi kondisi kelainan yang erathubungannya dengan

usia lanjut. Karena hal tersebut, pelayanan kesehatanginekologik

pada wanita pasca menopouse perlu mengetahui tentang

seluk beluk pengobatan pengganti hormon.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

25

2) Andropouse

Pada laki-laki tua, testis masih berfungsi memproduksi

sperma dan hormon testosteron meskipun jumlahnya

tidak sebanyak usia muda. Pada wanita produksi estrogen

berhenti mendadak, sedangkan pada laki-laki dengan

meningkatnya usia, produksi testosterone turun perlahan-lahan,

sehingga membuat definisi andropouse pada laki-lakisedikit

sulit. Kadar hormon testosteron sampai dengan usia 55-60 tahun

relatif stabil dan baru setelah usia 60 tahun terjadi penurunan

yang berarti.Meskipun kadar testosteron darah turun, keluhan

tidak segera muncul.Keluhan dapat muncul setelah beberapa

tahun kemudian. Meskipun sudah lanjut usia, orang laki-laki

masih saja, aktif baik secara fisik maupun seksual, bahakan tidak

jarang masih dapat mendapatkan keturunan.

3) Diabetes Mellitus.

Diabetes Mellitus yang merupakan salah satu dari lima

kondisi kronis paling utama yang mempengaruhi lansia, tidak

dapat di sembuhkan. Alih-alih, lansia dengan diabetes Mellitus

harus belajar untuk menguasai program pemantauan dan

perawatan yang melibatkan banyak partisipasi klien. Banyak

perubahan terkait usia membuat lansia sulit untuk mematuhi

rencana keperawatan. ( Beare, 2007).

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

26

C. Konsep Diabetes Mellitus

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang di sebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula

(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative

(Suyono, 1999).

Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik

disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan

pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan

dengan mikroskop electron (Mansjoer, 2001).

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen

yang di tandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah/hiperglikemi,

glukosa secara normalbersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.

Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner &

Suddarth, 2002).

Diabetes mellitus adalah penyakit seumur hidup dimana badan

seseorang tidak memproduksi cukup insulin atau tidak dapat

menggunakan insulin yang di produksi dengan baik (Johnson, 2005).

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

27

2. Ada 4 tipe DM (FKUI, 2000)

a. DM tipe 1 atau IDDM (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) atau

DMTI (Diabetes Mellites Tergantung Insulin) yaitu keadaan defisiensi

insulin karena tidak adanya sel-sel langerhans.

b. DM tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin-Dependent Diabetes Mellitus)

atau DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) dimana

tidak terjadi defisiensi insulin secara absolute melainkan relative

karena gangguan resistensi insulin.

c. Diabetes pada kehamilan (gestasional diabetes), yang timbul hanya

pada saat hamil.

d. Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi (DMTM) atau MRDM

(Malnutrition related DM) adalah diabetes yang disebabkan oleh

karena kerusakan pancreas akibat kurang gizi.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

28

3. Anatomi dan Fisiologi

Anatomi Pankreas

Gambar 1.1 Anatomi Pankreas

Sumber : http://upload.wikimedia.org

Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan

panjang dan 12,5 cm dan tebal ± 2,5 cm. Pankreas terbentang dari

atas sampai kelengkungan besar dari perut dan biasanya dihubungkan

oleh dua saluran ke duodenum (usus 12 jari) organ ini dapat

diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu kelenjar endokrin dan

eksokrin (price, 2006).

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

29

a. Struktur Pankreas terdiri dari :

1) Kepala pankreas

Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah

kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum dan yang

praktis melingkarinya.

2) Badan pankreas

Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di

belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.

3) Ekor pankreas

Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang

sebenarnya menyentuh limfa.

b. Saluran Pankreas

Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil

sekresi pankreas ke dalam duodenum :

1) Ductus Wirsung, yang bersatu dengan ductus chole dukus,

kemudian masuk ke dalam duodenum melalui sphincter oddi.

2) Ductus Sartonni, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam

duodenum di sebelah atas sphincter oddi.

c. Jaringan pankreas

Ada 2 jaringan utama yang menyusun pankreas :

1) Asim berfungsi untuk mensekresi getah pencernaan dalam

duodenum

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

30

2) Pulau langerhans

d. Pulau-pulau langerhans

1) Hormon-hormon yang dihasilkan :

a) Insulin

Adalah suatu poliptida mengandung dua rantai asam amino yang

dihubungkan oleh gambaran disulfide.

b) Enzim

Enzim utama yang berperan adalah insulin protease, suatu enzim

dimembran sel yang mengalami internalisasi bersama insulin.

c) Efek faali insulin yang bersifat luas dan kompleks.

2) Efek-efek tersebut biasanya dibagi:

a) Efek cepat (detik)

Peningkatan transport glukosa, asam amino dan k+ ke dalam sel

peka insulin.

b) Efek menengah (menit)

Stimulasi sintesis protein, penghambatan pemecahan protein,

pengaktifan glikogen sintesa dan enzim-enzim glikolitik.

c) Efek lambat (jam) .

3) Peningkatan Massenger Ribonucleic Acid (MRNA) enzim

lipogenik dan enzim lain.

Pengaturan fisiologi kadar glukosa darah sebagian besar

tergantung dari:

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

31

a) Ekstraksi glukosa

b) Sintesis glikogen

c) Glikogenesis

4) Glukogen

Molekul glukogen adalah polipeptida rantai lurus yang

mengandung 29 n residu asam amino dan memiliki 3485 glukogen

merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai prinsip aktivitas

fisiologi meningkatkan kadar glukosa darah.

a) Somatostatin

Somatostatin menghambat sekresi insulin, glukogen dan

polipeptida pankreas dan mungkin bekerja di dalam pulau-pulau

pankreas.

b) Polipeptida pankreas

Polipeptida pankreas manusia merupakan suatu polipeptida

linear yang dibentuk oleh sel pulau langerhans.

e. Fisiologi

1) Fungsi eksokrin pankreas:

Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan

ketiga jenis makanan utama, protein, karbohidrat dan lemak. la juga

mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang memegang

peranan penting dalam menetralkan timus asam yang dikeluarkan

oleh lambung ke dalam duodenum.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

32

Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kamotripsin,

karboksi, peptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease. Tiga enzim

pertama memecahkan keseluruhan dan secara parsial protein yang

dicernakan, sedangkan nuclease memecahkan kedua jenis asam

nukleat, asam ribonukleat dan deoksinukleat.

Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amylase

pankreas, yang menghidrolisis pati, glikogen dan sebagian besar

karbohidrat lain kecuali selulosa untuk membentuk karbohidrat,

sedangkan enzim-enzim untuk pencernaan lemak adalah lipase

pankreas yang menghidrolisis lemak netral menjadi gliserol, asam

lemak dan kolesterol esterase yang menyebabkan hidrolisis ester-

ester kolesterol.

2) Pancreatic juice

Sodium bicarboinat memberikan sedikit pH alkalin (7,1 -

8,2) pada pancreatic juice sehingga menghentikan gerak pepsin dari

lambung dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan enzim-

enzim dalam usus halus.

3) Pengaturan sekresi pankreas ada 2 yaitu :

a) Pengaturan saraf

b) Pengaturan hormonal

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

33

4) Fungsi endokrin pankreas

Tersebar diantara alveoli pankreas, terdapat kelompok-

kelompok sel epithelium yang jelas, terpisah dan nyata. Kelompok

ini adalah pulau-pulau kecil / kepulauan langerhans yang bersama-

sama membentuk organ endokrin. (Price, 2006).

4. Etiologi

Klasifikasi etiologis diabetes mellitus:

a. Diabetes mellitus tipe I

IDDM (insulin dependent diabetes mellitus)atau diabetes

melitus tergantung insulin disebabkan oleh destruksi sel B pulau

langerhans akibat proses auto imunne ( Smeltzer & Bare, 2001 ).

b. Diabetes mellitus tipe II

NIDDM (non insulin dependent diabetes melitus)atau diabetes

melitus tidak tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif sel B

resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunya kemampuan

insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer

dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel B tidak mampu

mengimbangi resisteni insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi

defesiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurang

sekresi insulin pada ransangan glukosa bersama bahan perangsang

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

34

sekresi insulin lain. Berarti sel B pankreas mengalami distensitisasi

terhadap glukosa ( Mansjoer, 2001 ).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi DM tipe II:

1) Faktor Genetik (Keturunan)

karena adanya kelainan fungsi atau jumlah sel-sel betha

pancreas yang bersifat genetic dan diturunkan secara autosom

dominan sehingga mampengaruhi mempengaruhi sel betha

mengubah kemampuannya dalam mengenali dan menyebarkan

rangsang yang merupakan bagian dari sintesis insulin ( Smeltzer

& Bare, 2001 ).

2) Usia

Usia menjadi pencetus penyakit diabetes mellitus, hal ini

terjadi karena proses menua berjalan setelah berusia 30 tahun,

secara fisik memberikan akibat terhadap susunan komposisi tubuh.

Perubahan fisik karena perubahan komposisi tubuh yang

menyertai pertambahan umur umumnya bersifat fisiologis seperti

kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan

otot, daya lihat, daya dengar, kemampuan berbagai rasa, dan

penurunan fungsi berbagai organ termasuk fungsi homeostatis

glukosa. Proses menua yang berlangsung setelah umur 30 tahun

akan mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis dan

biokimiawi, salah satu contoh adalah kerusakan homeostatis

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

35

glukosa. Timbulnya gangguan toleransi glukosa pada usia lanjut

diduga karena menurunnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas,

ahli lain menemukan kenaikan glukosa darah disebabkan karena

resistensi insulin yang disebabkan oleh perubahan komposisi

tubuh, turunnya aktivitas fisik, perubahan pola makan, dan

perubahan neuro-hormonal ( Smeltzer & Bare, 2001 ).

3) Pola Makan Yang Salah

Makan secara berlebihan dalam jangka waktu lama dapat

memicu diabetes. Terutama jika asupan kalori berlebihan, karena

dapat mengganggu stimulasi sel-sel beta pankreas dalam

mengeluarkan insulin. Asupan lemak trans dan lemak jenuh juga

berperan. Beberapa sumber lemak trans antara lain margarin,

makanan cepat saji, cake, pie dan lain sebagainya( Smeltzer &

Bare, 2001 ).

4) Stress

Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari

makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk

meningkatkan kadar seretonin otak. Seretonin ini memiliki efek

penenang sementara untuk meredakan stressnya. Tetapi gula dan

lemak itulah yang berbahaya sehingga beresiko terkena diabetes

mellitus.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

36

5) Obesitas

Disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sedangkan

cadangan gula darah yang disimpan dalam tubuh sangat berlebihan (

Smeltzer & Bare, 2001 ).

5. Manifestasi Klinik

Banyak tanda dan gejala awal NIDDM yang memungkinkan

samar-samar dan tidak spesifik, sehingga lansia mungkin menganggapnya

sebagai hal yang tidak penting dan mengabaikan untuk mencari

perawatan. Oleh karena itu, pada lansia diagnosis aktual diabetes sering

dibuat ketika penyakit telah mencapai tahap lanjut atau telah di picu oleh

masalah kesehatan lain. Retinopati (perubahan patologis pada bagian

dalam mata) dapat dideteksi selama pemeriksaan mata rutin, sebagai awal

untuk pemeriksaan diagnostik lebih lanjut. Peninggian nilai-nilai

laboratoriumyang ditemukan selama hospitalisasi dapat juga menjadi

awal untuk evaluasi lebih detail dalam mengungkapkannya adanya

NIDDM.

Adanya perubahan status kesehatan yang persisten harus

diselidiki. Peningkatan berkemih (poliuria), rasa haus yang berlebihan

(polidipsia), rasa lapar yang jelas (polifagia), dan kerentanan terhadap

infeksi (khususnya jamur) adalah indikator-indikator yang sering muncul

dari penyakit ini pada semua usia dan mungkin terdapat dalam derajat

yang bervariasi pada lansia. Penglihatan kabur, yang yang di akibatkan

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

37

dariefek hiperglikemia pada lensa okuler, mungkin tidak dapat di kenali

sebagai gejala Diabetes Mellitus pada lansia ( Beare, 2007).

6. Komplikasi

Komplikasi Diabetes Mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi

akut dan komplikasi kronik (FKUI, 2000) :

a. Komplikasi Akut

1) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHN)

Koma hiperosmolar non ketotik merupakan keadaan yang

didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai

perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perubahan utamanya

dengan DKA adalah tidak tepatnya ketosik dan asidosis pada KHN.

2) Diabetes Ketoasidosis (DKA)

Ketoasidosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan

akut dari suatu pengalaman penyakit DM. Diabetik katoasidosis

disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah

insulin yang nyata.

3) Hipoglikemia

Hipoglikemia( kadar glukosa plasma < 60 mg/dl) terjadi

pada pasien yang mendapatkan insulin atau agen hipoglikemik oral,

dimana terdapat kelebihan insulin yang relatif banyak daripada

intake makanan atau pemakaian energi.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

38

b. Komplikasi kronik

Penyulit kronik Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada

semua pembuluh darah di seluruh tubuh (angiopati diabetik). Untuk

kemudahan, angiopati diabetik dibagi 2: makro-angiopati

(makrovaskular) dan mikroangiopati (mikrovaskular).

1) Mikrovaskular

a) Penyakit ginjal

Penderita Diabetes Mellitus mempunyai kecenderungan

tujuh belas kali lebih mudah mengalami gangguan fungsi ginjal.

Semuanya ini disebabkan oleh factor infeksi yang berulang-

ulang yang sering timbul pada Diabetes Mellitus, dan adanya

penyempitan pembuluh darah kapiler yang disebut

mikroangiopati diabetik di dalam ginjal.

b) Penyakit mata (katarak)

Penyakit Diabetes Mellitus dapat menyebabkan lensa

mata menjadi keruh (tampak putih), lensa yang keruh ini

dinamakan katarak. Komplikasi menahun pada mata yang lain

adalah meningkatnya tekanan bola mata yang disebut

glaukoma. Keadaan yang akhirnya akan timbul, biasanya

sesudah 10-15 tahun mengidap Diabetes Mellitus adalah

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

39

terganggu nya alat penerima sinar atau retina yang disebut

retinopati diabetik. Pada retinopati diabetik, penyempitan

pembuluh darah kapiler yang disetai eksudasi dan perdarahan

pada retina penderita Diabetes Mellitus, terdapat kebocoran

pada pembuluh darah kapiler ( pembuluh darah halus ). Karena

kebocoran ini, timbulah perdarahan serta keluarnya cairan dari

pembuluh darah yang disebut eksudat (melalui proses eksudasi

). Darah dan eksudat inilah yang akan menutup sinar yang

menuju ke retina, sehingga mata penderita menjadi kabur, yang

tidak bias sembuh dengan kaca mata, bahkan menjadi buta.

c) Neuropati

Diabetes Mellitus dapat mempengaruhi saraf-saraf

perifer, system saraf otonom, Medulla spinalis, atau system

saraf pusat. Akumulasi sorbital danperubahan perubahan

metabolic lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan

dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi

saraf .

2) Makrovaskular

b) Penyakit jantung koroner

Penderita Diabetes Mellitus lebih mudah menderita

penyakit jantung koroner, yaitu penyakit jantung yang

disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

40

Pembuluh darah koroner adalah pembuluh darah yang

memberikan makanan otot ke jantung. Jika pembuluh darah

koroner ini menyempit, otot jantung akan kekurangan oksigen

dari makanan. Otot jantung menjadi lemah, atau sebagian otot

jantung mati, keadaan inilah yang di sebut infark jantung atau

infark miokard akut.

c) Pembuluh darah kaki

Jika sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar

di tungkai (makroangiopati diabetik), tungkai akan lebih mudah

mengalami ganggren diabetik, yaitu luka pada kaki yang merah

kehitam-hitaman dan berbau busuk. Bila sumbatan terjadi pada

pembuluh darah yang lebih besar, penderita Diabetes Mellitus

akan merasa tungkai nya sakit sesudah ia berjalan pada jarak

tertentu, karena aliran darah ke tungkai tersebut berkurang dan

disebut claudicatio intermitten.

d) Pembuluh darah otak

Sumbatan (thrombosis) di pembuluh darah otak dapat

meberi gejala:

(1) Lumpuh atau lemah separo.

(2) Bila yang lumpuh sebelah kanan, sering kali disertai dengan

gangguan bicara bahkan dapat bisu (pelo = pelat ).

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

41

(3) Bila sumbatan timbul di daerah yang penting, penderita

dapat meninggal dunia secara mendadak.

7. Pathofisiologi

Insulin dan glucagon dalam pancreas, yang merupakan kelenjar

eksokrin dan endokrin yang lebih dari sejuta kumpulan pulau-pulau sel

yang terletak menyebar dalam organ ini. Terdapat 3 jenis sel-sel endokrin,

yaitu sel alpha yang memproduksi glucagon, sel beta yang mensekresi

insulin, sel delta yang mensekresi gastrin dan somatostatin pancreas.

Mekanisme kerja insulin adalah hipoglikemik dan anabolotik.

Dalam keadaan normal jam terdapat insulin, asupan glukosa yang

melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam sel-sel

hati dan otot yang disebut proses glokogenesis. Proses ini mencegah

terjadinya hiperglikemi (kadar glukosa darah >110 mg/dl). Jika terjadi

kekurangan insulin maka menyebabkan perubahan metabolism yang

menyebabkan hiperglikemi, antara lain :

a. Transpor gula yang melewati membran sel berkurang

b. Glukogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam

darah

c. Glikogenesis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan

glukosa hati akan dicurahkan secara terus-menerus

d. Glukogenesis meningkat sehingga glukosa dalam darah meningkat dan

basil pemecahan asam amino dan lemak

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

42

Pada pasien Diabetes Mellitus, kadar glukosa dalam darah

meningkat/tidak terkontrol, akibat rendahnya produk insulin/tubuh tidak

dapat menggunakannya, sebagai sel-sel akan starvasi. Bila kadar

meningkat akan dibuang melalui ginjal yang akan menimbulkan diuresi

sehingga pasien banyak minum (polidipsi). Glukosa terbuang melalui urin

yang berlebihan ( poliuri) maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga

nafsu makan meningkat (poliphagi).. Akibat sel-sel starvasi karena

glukosa tidak dapat melewati membrane sel, maka pasien akan cepat

lemah ( Smeltzer & Bare, 2001 ).

8. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis

antara lain, ( Beare, 2007 ) :

a. Pemeriksaan gula darah

Kadar glukosa darah berubah ketika seseorang menjadi tua.

Penyesuaian batas normal untuk kadar glukosa darah 2 jam setelah

makan yang telah diajukan adalah 140-200 mg/dl. Kadar gula darah

puasa yang dapatditerima untuk lansi adalah kurang dari 140 mg/dl.

b. Pemeriksaan dengan Hb

Dilakukan untuk pengobatan DM jangka lama yang merupakan

fib minor sebagai hasil dari glikolisis normal.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

43

c. Pemeriksaan urine

Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan

glukosa darah untuk memantau kadar glukosa darah pada periode

waktu diantara pemeriksaan darah, tapi biasa nya fungsi ginjal dan

kandung kemih berubah membuat tes urine untuk glukosa menjadi

kurang dapat diandalkan pada lansia yang berusia diatas 65 tahun.

9. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

1) Obat Hipoglikemik oral

a) Golongan sulfonylurea/ sulfonyl ureas

Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan

obat golongan lain, yaitu bigunaid, inhibitor alfa glukosidase

atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama

meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel betapankreas,

karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2.

b) Golongan biguanet/Metformin

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati

memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer ).

Dianjurkan pada pasien dengan kelebihan berat badan.

c) Golongan inhibitor Alfa Glukosidase

Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di

saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

44

sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien kadar gula puasa yang

masih normal.

2) Insulin

Tujuan terapi insulin adalah untuk mempertahankan kadar

glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk

membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan. ( Beare,

2007).

a) Indikasi insulin

Injeksi insulin juga diberikan pada penderita DM tipe II yang

kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil

dengan penggunaan obat- obatan anti DM dengan dosis

maksimal, atau mengalami kontra indikasi dengan obat- obatan

tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis

laktet, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat,

wanita hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat di

control dengan pengendalian Diet.

b) Jenis insulin

i) Insulin kerja cepat

Jenis- jenisnya adalah regular insulin, critalin zink, dan

semilente

ii) Insulin kerja sedang

Jenis- jenisnya adalah NPH (Netral Protamin Hagerdon).

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

45

iii)Insulin kerja lambat

Jenis- jenis nya adalah PZI (Protamin Zink Insulin).

b. Non farmakologi

1) Diet

Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah

perencanaan makan. Walaupun telah mendapat tentang

penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50% pasien tidak

melaksanakannya.

Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet dan

pengendalian berat badan yang merupakan dasar dari

penatalaksanaan nutrisi pada penderita DM diarahkan untuk

mencapai tujuan berikut ini:

a) Memberikan semua unsur makanan esensial ( missal : vitamin

dan mineral ).

b) Mencapai dan mempertahanan berat badan yang sesuai

c) Memenuhi kebutuhan energi

d) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui

cara- cara yang aman dan praktis.

e) Menurunkan makan pada penderita DM.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

46

2) Pencernaan makan pada penderita DM

a) Kebutuhan kalori

Tujuan yang paling penting adalah pengendalian asupan kalori

total untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang

sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah.

b) Karbohidrat

Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat

kompleks ( khususnya yang berserat tinggi ) seperti roti,

gandum utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta/ mie yang

berasal dari gandum bekatul.

Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah

yang tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam

sayuran atau makanan lain dari pada dikonsumsi secara

terpisah.

c) Lemak

Pembatasan asupan total kolestrol dari makanan hingga kurang

dari 300 mg/ hr untuk membantu mengurangi factor resiko,

seperti kenaikan kadar kolestrol serum yang berhubungan

dengan proses terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan

kematian pada penderita DM.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

47

d) Protein

Makanan sumber protein nabati (missal : kacang- kacangan dan

biji- bijian yang utuh) dapat membantu mengurangi asupan

kolestrol serta lemak jenuh (Brunner & Suddarth).

3) Olahraga

Lansia dengan Diabetes Mellitus, olahraga dapat secara

langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi

kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan

emosional, dan meningkatkan sirkulasi.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

48

10. PATHWAYS

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

49

D. Proses keperawatan keluarga

1. Pengkajian Keluarga

proses pengkajian keperawatan keluarga terbagi kedalam tahap-

tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data

lingkungan, struktur lingkungan, fungsi keluarga dan koping keluarga. (

Friedman, 1998 )

a. Mengidentifikasi Data

Data-data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur

keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan keluraga maupum

sosial yang merupakan sistem integritas dan kesanggupan untuk

mengatasinya ( Friedman, 1998 ).

Pengumpulan data difokuskan dalam komponen-komponen yang

berhubungan dengan Diabetes Mellitus.

b. Data Identifikasi

1) Umur

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang

secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40tahun. Diabetes

sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut,

terutama mereka yang berat badanya berlebih karena tubuh tidak

peka dengan insulin, semakin bertambah usia semakin tinggi resiko

diabetes.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

50

2) Jenis kelamin

Wanita pada umumnya cenderung mudah terserang diabetes

mellitus bila dibandingkan dengan pria, hal ini dikarenakan wanita

lebih banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya diabetes

seperti obesitas saat kehamilan, stress, kelelahan, serta makanan yang

tidak terkontrol.

3) Pekerjaan

Penghasilan yang tidak seimbang mempengaruhi keluarga

dalam melakukan perawatan dan pengobatan pada anggota keluarga

yang menderita diabetes. Salah satu penyebab ketidakmampuan

keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan dan perawatan adalah

tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada dalam keluarga,

misalnya keuangan.

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif karena

dengan pendidikan yang rendah, daya ingat klien, afektif dan

psikomotorik pada penggolaan penderita diabetes mellitus dan

akibatnya serta pentignya fasilitas pelayanan kesehatan.

5) Hubungan ( genogram )

Resiko terkena diabetes meningkat apabila ada anggota

keluarga yang menderita diabetes. Resiko juga meningkat pada

keadaan kembar monozigot dan autosomal dominan.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

51

6) Tipe atau bentuk keluarga

Keluarga dengan bentuk extendedfamily yang mempunyai

riwayat penyakit diabetes lebih cenderung menderita diabetes dari

pada keluarga yang ukuranya lebih kecil dan tidak mempunyai

riwayat diabetes mellitus.

7) Latar belakang atau kebiasaan keluarga

a) Kebiasan makan

Pola makan keluarga telah tergeser dari pola makan

tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari

sayuran ke pola makan dengan komposisi makan yang terlalu

banyak mengandung protein, gula, lemak, garam dan mengandung

sedikit serat. Pola makan seperti inilah yang beresiko terjadinya

penyakit diabetes mellitus.

b) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Pemanfaatan fasilitas kesehatan merupakan faktor penting

dalam pengelolaan pasien dengan diabetes mellitus. fasilitas

kesehatan yang terjangkau memberikan pengaruh yang besar

terhadap perawatan dan pengobatan pada keluarga yang anggota

keluarga menderita diabetes mellitus. Bila keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan, maka dengan rajin mereka akan

melakukan kontrol dan memeriksakan dirinya secara teratur

apabila ada keluhan lemas-lemas ke tempat pelayanan kesehatan

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

52

terdekat. pada keluarga yang kurang mampu memanfaatkan

fasilitas kesehatan, maka keluarga hanya akan memeriksakan

kesehatan apabila sakit saja, termasuk ketika merasakan adanya

gejala-gejala yang terkait dengan diabetes mellitus.

c) Pengobatan tradisional

Cara-cara yang lazim digunakan adalah meminum jamu

tradisional. Namun perlu diperhatikan dalam melakukan

pengobatan tersebut harus kontrol teratur agar pengobatanya

berhasil, namun maoritas penderita diabetes mellitus telah

memanfaatkan pengobatan modern untuk mengatasi gejala dan

keluhan DM. Pengobatan tradisional dapat dilakukan dengan

menggunakan: buah mengkudu yang telah masak 2 buah, dicuci

dan diparut, lalu diberi air garam 1 sendok makan. Campuran ini

diperas dan disaring. Minumlah sesudah makan 2-3 kali sehari 2

sendok makan. Cara yang kedua daun lidah buaya 2 pelepah

dibuang durinya, dicuci bersih dan di potong-potong lalu di rebus

dalam air 3 gelas. Setelah dingin, air rebusan disaring lalu

diminum sesudah makan 2-3 kali sehari setengah gelas.

8) Status sosial ekonomi

Diabetes Mellitus sering terjadi pada keluarga yang

mempunyai status ekonomi menengah keatas. Karena faktor

lingkungan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan,

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

53

berlemak, kurang aktivitas fisik, dan stress berperan penting sebagai

pemicu diabetes mellitus.

c. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami

masalah diabetes mellitus adalah tahap perkembangan keluarga

dengan usia pertengahan dan lansia. Karena pada tahap ini terjadi

proses degenerative yaitu suatu keadaan dimana fungsi system organ

tubuh menurun, termasuk penurunan fungsi sel beta pankreas.

2) Riwayat Kesehatan Keluarga

Diabetes Mellitus berkaitan erat dengan penyakit yang lain,

misalnya riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, hipertensi,

penyakit ginjal,stroke dan lain-lain.

d. Data Lingkup

1) Karateristik Rumah

Penataan perabot rumah yang tidak teratur, penerangan atau

pencahayaan yang kurang, keadaan lantai yang licin, merupakan

faktor resiko injuri karena pada penderita DM lanjut akan mengalami

gangguan pada system presepsi sensori terutama visual seperti

pandangan kabur.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

54

2) Kareteristik tetangga dan komunitas setempat

a) Perkumpulan keluarga dengan interaksi dengan masyarakat

menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana

keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitar.

b) Fasilitas pelayanan kesehatan

Adanya pelayanan kesehatan sangat menentukan pemulihan

kesehatan, pencegahan penyakit serta pengobatan. Tapi jalan yang

rusak ,tempat pelayanan yang jauh dan sulit dijangkau akan

menghambat keluarga menuju tempat fasilitas kesehatan.

c) Fasilitas transportasi

Transportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap

kemampun keluarga untuk menjangkau fasilitas pelayanan

kesehatan.

d) System pendukung

Pengelolaan pasien yang menderita diabetes mellitus di keluarga

sangat membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga,

petugas dari pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.

Semuanya berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan

monitor atau mengontrol perkembangan kesehatan anggota

keluarga yang mederita Diabetes Mellitus.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

55

e) Struktur keluarga

(1) Pola komunikasi

Interaksi antar anggota keluarga yang positif akan

menimbulkan saling pengertian satu sama lain dalam

menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga dan merupakan

tugas anggota keluarga yang dapat menurunkan tingkat stress

yang menjadi pemicu terjadinya suatau masalah kesehatan.

(2) Struktur kekuatan keluarga

Pola masyarkat Indonesia kebanyakan pemegang

kekuasaan yang lebih dominan adalah partikal yaitu

pemegang kekuasaan yang tertinggi di pihak ayah.

(3) Struktur peran

Peran dan status seseorang dalam keluarga dan

masyarakat mempengaruhi gaya hidupnya, peran dalam

keluarga terbagi dalam peran sebagai

suami,ayah,istri,ibu,anak,kakak,adik,cucu,dan lain-lain.

(4) Nilai-nilai dalam keluarga

Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga

adalah yang bertentangan dengan masalah DM seperti halnya

pergi ke dukun dan bukan pada petugas fasilitas kesehatan.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

56

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi afektif

Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh

individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang

memperhatikan keluarga yang menderita diabetes mellitus akan

menimbulkan komplikasi lebih lanjut.

2) Fungsi sosialisasi

Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota

keluarga yang menderita diabetes mellitus untuk berinteraksi dengan

lingkungan akan mengurangi tingkat stress keluarga. Biasanya

penderita diabetes mellitus akan kehilangan semangat oleh karena

masa jenuh dengan pengobatan yang berlaku seumur hidup.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penannganan

masalah Diabetes Mellitus :

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Ketidaksanggupan keluarga untuk mengenal masalah paa

diabetes mellitus. Apabila keluarga tidak mampu mengenal

masalah diabetes mellitus, penyakit ini akan menyebabkan

komplikasi.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

57

b) Mengambil keputusan bagi anggota keluarga yang sakit

Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan

yang tepat dalam melakukan tindakan disebabkan karena tidak

memahami tentang sifat,berat,dan luasnya masalah yang dihadapi

dan masalah yang tidak begitu menonjol. Penyalit diabetes

mellitus yang tanpa penanganan akan mengakibatkan komplikasi.

c) Merawat anggota keluarga yang sakit.

Ketidakmampuan ini disebabkan karena tidak amengetahui

keadaan penyakit, tanda dan gejala, penyebab dan penggelolaan

pada diabetes mellitus.

d) Ketidak sanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan.

Ini dapat menjadi pengaruh pada kesehatan. Ketidak

mampuan ini disebabkan karena sumber-sumber dalam keluarga

tidak mencukupi, diantaranya adalah masalah biaya.

e) Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas

kesehatan.

Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang

mempunyai masalah DM. Agar penderita dapat memeriksakan

kesehatannya secara rutin dan sebagai tempat jika ada keluhan.

4) Fungsi Reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga

adalah: Berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

58

jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam

upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.

5) Fungsi Ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga

adalah: Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan,

dan papan, sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.

f. Koping Keluarga

Pengkajian koping keluarga meliputi :

1) Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang dialami

oleh keluarga, serta lamanya dan kekuatan strssor yang dialami oleh

keluarga.

2) Tindakan obyektif dan realistis keluarga terhadap stressor yang

dihadapi.

3) Sejauhmana keluarga bereaksi terhadap stressor, strategi koping apa

yang digunakan untuk menghadapi tipe-tipe masalah, serta strategi

koping internal dan eksternal yang digunakan oleh keluarga.

4) Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga.

Identifikasi bentuk yang digunakan secara ekstensif : kekerasan,

perlakukan kejam terhadap anak, mengkambinghitamkan, ancaman,

mengabaikan anak, mitos keluarga yang merusak, pseudomutualitas,

triangling dan otoritarisme.

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

59

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan seluruh anggota keluarga.

c. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Diagnosa adalah yang mungkin timbul pada keluarga dengan diabetes

mellitus antara lain ( Doengoes, 2000) :

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kemungkinan

dibutuhkan oleh masukan makanan yang tidak adekuat, kurang minat

pada makanan, penurunan berat badan 10-20 % atau lebih dari yang

diharapkan, kelemahan, diare. Yang berhubungan dengan :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

2) Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat.

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

menunjang kesehatan

5) Ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

b. Intoleransi aktivitas

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

60

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

menunjang kesehatan

5) ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatn yang ada.

c. Kekurangan volume cairan, kemungkinan dibuktikan oleh peningkatan

pengeluaran urine, kelemahan, mudah haus, penurunan BB, kulit dan

membran mukosa kering, turgor kulit jelek, hipotensi, takhikardia,

pelambatan pengisian kapiler. Berhubungan dengan :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan mengenai

kekurangan volume cairan.

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

menunjang kesehatan.

5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang

ada.

d. Resikio tinggi terhadap peresepsi perubahan presepsi sensori, dapat

diterapkan adanya tanda dan gejala untuk membuat diagnosa aktual

berhubungan dengan:

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

61

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

menunjang kesehatan

5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang

ada

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal maslah kesehatan

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat

3) Ketidakmampuan merawat keluarga yang sakit

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

menunujang kesehatan

5) Ketidakmampuan menggunakan fasilitas keluarga yang ada.

3. Rencana Keperawatan

a. Menyusun prioritas

Setelah menentukan diagnosa keperawatan selanjutnya

melakukan prioritas masalah keperawatan. Hal – hal yang peru

diperhatikan.

Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan

dalam keluarga tidak dapat diatasi sekaligus.

1) Mempertimbangkan masalah yang dapat mengancam kesehatan

2) Respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keluarga yang

diberikan

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

62

3) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka

hadapi

4) Sumber daya keluarga yang menunjang masalah kesehatan keluarga

atau keperawatan keluarga

5) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga

b. Penyusunan tujuan

Perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi pada

klien, penyusunan tujuan bersama tersebut terdiri atas kemungkinan

sumber-sumber, menggambarkan pendekatan alternative untuk

memenuhi tujuan, menyeleksi intervensi keperawatan yang spesifik

dan mengoprasionalkan perencanaan 9 menyusun prioritas dan

menulis bagaimana rencana tersebut dilaksanakan dalam mengenal

masalah ).

1) Tujuan umum

Setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai

diabetes mellitus, maka keluarga mampu mengenal masalah DM,

mampu mengambil tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang

mengalami diabetes mellitus.

2) Tujuan khusus

Masalah tentang diabetes mellitus dalam keluarga dapat

teratasi atau tidak tambah buruk keadaanya.

a) Menentukan kriteria evaluasi

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

63

Respon verbal kognitif, keluarga dapat menyebutkan

tentang masalah kesehatan DM, yaitu pengertian penyebab, tipe,

tanda dan gejala, dan perawatan diabetes mellitus.

Respon afektif dari keluarga, mampu mengungkapkan

secara verbal akan mengambil tindakan yang tepat bagi anggota

keluarga yang menderita diabetes mellitus.

Respon motorik keluarga dan evaluasi perilaku yaitu

keluarga mampu melakukan perawatan diabetes mellitus dan

mencegah terjadinya komplikasi diabetes mellitus.

b) Menentukan standart evaluasi

Penegrtian tipe-tipe, penyebab, tanda dan gejala,

perawatan diabetes mellitus.

c. Fokus Intervensi

1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

a) Afektif / pengetahuan

Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga

tentang pengertian, penyebab dan tanda/gejala, perubahan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada penderita DM.

Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara diit

yang benar bagi penderita DM.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

64

Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang akibat

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada penderita

DM.

b) Kognitif / sikap

Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan terkait

perubahan nutrisi.

c) Psikomotorik / ketrampilan

Demonstrasikan cara diit yang benar pagi penderita DM .

Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit

yang benar pagi penderita DM .

Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi

penderita DM.

2) Intoleransi aktivitas

a) Afektif / pengetahuan

Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien tentang

pengertian, penyebab, tanda gejala intoleransi aktivitas.

Berikan informasi kepada keluarga tentang akibat intoleransi

aktivitas.

b) Kognitif / sikap

Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan terkait

intoleransi aktivitas.

c) Psikomotorik / ketrampilan

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

65

Demontrasikan teknik ROM

Motivasi keluarga untuk mengikuti gerakan ROM yang

dilakukan dan mempraktekannya di saat ada waktu luang.

3) Kekurangan volume cairan

a) Afektif / pengetahuan

Berikan informasi kepada keluarga dan klien tentang manifestasi

klinik kekurangan cairan sebagai tanda memberatnya penyakit

diabetes mellitus.

Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang

cara mengatasi kekurangan volume cairan.

b) Kognitif / sikap

Anjurkan kepada klien untuk selalu memonitoring keluaran

urine.

Motivasi klien untuk menimbang berat badannya ke pelayanan

kesehatan terdekat.

c) Psikomotorik / ketrampilan.

Anjurkan kepada keluarga klien untuk membawa klien ke

pelayanan kesehatan.

Motivasi klien untuk patuh atau kooperatif dalam

mengkonsumsi dan melakukan pengobatan.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

66

4) Resiko gangguan presepsi sensori

a) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga

tentang gangguan presepsi sensori visual ( pandangan kabur )

sebagai manifestasi penyakit diabetes mellitus.

Anjurkan pasien untuk memeriksakan kesehatan matanya ke

pelayanan kesehatan terdekat.

b) Kognitif / sikap

Berikan informasi kepada klien dan keluarga tentang adanya

penurunan ketajaman penglihatan sebagai manifestasi dari

terjadinya komplikasi DM yang lebih lanjut.

Anjurkan kepada klien untuk menggunakan alat bantu

penglihatan, jika terjadi gangguan pengelihatan.

c) Psikomotor / ketrampilan

Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan

kesehatan untuk pemeriksaan lebih lanjut, penggunaan

kacamata, dan penggunaan obat.

Motivasi klien untuk patuh dalam pengobatan.

5) Resiko infeksi

a) Afektif / pengetahuan

Berikan pendidikan kesehatan pada klien dengan keluarga

tentang adanya resiko tinggi infeksi pada luka penderita DM .

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

67

Ajarkan pada klien cara mencegah infeksi pada luka penderita

DM.

b) Kognitif / sikap

Ajarkan cara perawatan luka yang benar pada klien dan

keluarga agar terhindar dari infeksi.

Motivasi klien dan keluarga untuk mendemonstraikan cara

perawatan luka yang benar.

c) Psikomotorik / ketrampilan

Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan

kesehatan agar mendapatkan perawatan luka yang benar.

Rujuk ke pelayanan kesehatan.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rifkirochm... · mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan

68