18
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan Karakter a) Hakikat Karakter Karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlaq atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Menurut Samani dan Hariyanto (2011), karakter dimaknai sebagai ciri khas yang dimiliki setiap individu tentang cara berpikir dan betingkah laku agar dapat hidup dan bekerjasama dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Lebih lanjut dijelaskan, karakter juga dapat dianggap sebagai nilai-nilai dari perilaku setiap individu yang memiliki hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang tertanam melalui pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan dan sesuai dengan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Sementara Winnie (2005) memahami bahwa, ada dua istilah yang menunjukkan tentang karakter, yang pertama yaitu bagaimana seseorang bertingkah laku dan yang kedua yaitu karakter berhubungan erat dengan ‘personality’. Seorang individu dapat dikatakan sebagai ‘orang yang berkarakter’ (a person of character) apabila tingkah lakunya telah sesuai dengan kaidah moral yang berlaku. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka secara umum karakter dapat juga dimaknai sebagai watak atau perilaku khusus yang dimiliki seseorang sesuai dengan norma- norma yang berlaku. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa menyebutkan bahwa karakter adalah semua nilai-

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan Karakter

a) Hakikat Karakter

Karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai tabiat,

watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlaq atau budi pekerti yang membedakan seseorang

dengan yang lain. Menurut Samani dan Hariyanto (2011), karakter dimaknai

sebagai ciri khas yang dimiliki setiap individu tentang cara berpikir dan betingkah

laku agar dapat hidup dan bekerjasama dalam lingkungan keluarga, masyarakat,

bangsa, dan negara. Lebih lanjut dijelaskan, karakter juga dapat dianggap sebagai

nilai-nilai dari perilaku setiap individu yang memiliki hubungan dengan Tuhan

Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang

tertanam melalui pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan dan sesuai

dengan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika.

Sementara Winnie (2005) memahami bahwa, ada dua istilah yang menunjukkan

tentang karakter, yang pertama yaitu bagaimana seseorang bertingkah laku dan

yang kedua yaitu karakter berhubungan erat dengan ‘personality’. Seorang individu

dapat dikatakan sebagai ‘orang yang berkarakter’ (a person of character) apabila

tingkah lakunya telah sesuai dengan kaidah moral yang berlaku. Berdasarkan

beberapa pendapat tersebut maka secara umum karakter dapat juga dimaknai

sebagai watak atau perilaku khusus yang dimiliki seseorang sesuai dengan norma-

norma yang berlaku.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Kebijakan Nasional

Pembangunan Karakter Bangsa menyebutkan bahwa karakter adalah semua nilai-

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

9

nilai khas yang baik yang tertanam dalam diri dan dalam perilaku seperti

mengetahui nilai kebaikan, mau berbuat baik, berkehidupan baik, dan berdampak

baik terhadap orang-orang sekitarnya. Karakter mulia meliputi pengetahuan tentang

kebaikan, lalu menimbulkan komitmen terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-

benar melakukan kebaikan. Kaimuddin (2014) menyebutkan bahwa, “karakter

mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitudes), motivasi

(motivations), serta perilaku (behavior) dan keterampilan (skills)”. Sementara itu

menurut Samani dan Hariyanto (2016), “secara universal berbagai karakter

dirumuskan sebagai nilai kehidupan bersama berdasarkan atas pilar: kedamaian

(peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan (freedom),

kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih

sayang (love), tanggung jawab (responsibility), kesederhanaan (simplicity),

toleransi (tolerance), dan persatuan (unity)”.

Karakter yang dimiliki oleh seseorang tidak berkembang dengan sendirinya,

beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan karakter pada setiap individu

diantaranya adalah hereditas (keturunan) dan lingkungan (Samani dan Hariyanto,

2016). Perilaku yang dimiliki seorang anak biasanya tidak jauh dengan perilaku

orang tuanya. Sementara itu faktor lingkungan, baik lingkungan sosial maupun

lingkungan alam sangat berperan dalam membentuk karakter seseorang.

b) Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010)

dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter bangsa pada diri

peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,

menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

10

masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.

Syaiful Anam (2010) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai sebuah proses

penanaman nilai budaya ke dalam diri seorang individu dan masyarakat agar

menjadikan individu dan masyarakat tersebut beradab.

Pendidikan Karakter secara sederhana dapat diartikan sebagai hal-hal positif

yang dilakukan guru dan berpengaruh terhadap karakter siswa yang diajarnya

(Samani & Hariyanto, 2016). Sementara itu menurut Amri dkk (2011) pendidikan

karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah

yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Pendidikan

karakter akan bejalan dengan efektif di lingkungan sekolah apabila semua warga

sekolah termasuk para guru, kepala sekolah, dan tenaga non-pendidik lainnya ikut

terlibat aktif dalam pendidikan karakter. Menurut Sahlan (2012), asas utama

pembelajaran berbasis pendidikan karakter menghendaki diresapinya asas Tut Wuri

Handayani oleh guru, yaitu asas pelayanan pendidikan yang dilakukan guru dalam

mendidik secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi,

mengembangkan keteladanan, serta memeberi rangsangan dan dorongan serta

kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk maju.

Pendidikan karakter di Indonesia secara intensif telah dimulai sejak tahun

2010. Pada tahun 2017 Kemendikbud menegaskan kembali mengenai pendidikan

karakter dengan mengeluarkan Perpres Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan

Pendidikan Karakter atau disingkat dengan PPK. Penguatan pendidikan karakter

diharapkan dapat memperkuat bakat, potensi, dan talenta seluruh peserta didik

disekolah (Kemendikbud, 2017). Pendidikan karakter sudah diterapkan pada

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

11

banyak satuan pendidikan. Dampak positif yang dirasakan dari penerapan

pendidikan karakter ini yaitu terjadi perubahan mendasar pada dunia pendidikan

dan dalam proses pembelajaran sehingga prestasi siswa pun juga meningkat.

Program PPK dibentuk dengan tujuan ingin memperkuat pembentukan karakter

peserta didik yang selema ini sudah diterapkan dibanyak sekolah di Indonesia

(Kemendikbud, 2017).

Penguatan Pendidikan Karakter menurut Kemendikbud (2017) merupakan

suatu pembaruan dalam dunia pendidikan di sekolah yang bertujuan untuk

memperkuat karakter melalui proses pembentukan, transformasi, transmisi, dan

pengembangan potensi peserta didik dengan cara harmonisasi olah hati, olah rasa,

olah pikir, dan olah raga sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Penguatan pendidikan

karakter merujuk pada lima nilai utama yang meliputi Penguatan pendidikan

karakter merujuk pada lima nilai utama yang meliputi; (1) religius; (2) nasionalis;

(3) mandiri; (4) gotong royong; (5) integritas.

Dari beberapa definisi tentang pendidikan katekter tersebut dapat

disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan tentang penanaman

nilai-nilai karakter kepada peserta didik agar menjadi seseorang yang beradab dan

dapat menerapkan nilai-nilai karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Kementerian Pendidikan Nasianal fungsi dari pendidikan karakter

adalah:

1. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi

berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku

yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

12

2. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab

dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat;

3. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain

yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang

bermartabat.

Pendidikan karakter pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang

berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan

nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional (Rahman, 2016).

Sementara itu menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010) nilai-nilai yang

dikembangkan dalam pendidikan karakter bangsa diidentifikasikan dari sumber-

sumber agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut, kementerian Pendidikan

Nasional merumuskan 18 nilai karakter yang akan ditanamkan dalam diri peserta

didik sebagai upaya membangun karakter bangsa sebagai berikut ini.

Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter

No. Nilai Deskripsi

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,

dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau

hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

13

No. Nilai Deskripsi

9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan

didengar.

10. Semangat

Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa..

12. Menghargai

Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan

sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta

menghormati keberhasilan orang lain

13. Bersahabat/Komuni

katif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,

dan bekerja sama dengan orang lain

14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain

merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan

yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan

pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-

upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang

lain dan masyarakat yang membutuhkan

18. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan

Tuhan Yang Maha Esa

Ket: Kementerian Pendidikan Nasional (2010)

Dari 18 nilai-nilai karakter tersebut sekolah dan guru dapat menambah atau

mengurangi nilai-nilai tersebut sesuai dengan kebutuhan sekolah dan materi

bahasan suatu mata pelajaran.

Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan

pendidikan moral dan pendidikan akhlak (Amri, 2011). Tujuannya adalah untuk

membentuk pribadi anak agar menjadi individu yang baik, warga masyarakat dan

warga negara yang baik.

Tujuan akhir dari pendidikan karakter menurut Barnawi dan M. Arifin (2012)

adalah terwujudnya insan yang berilmu dan berkarakter. Karakter yang diharapkan

tidak terlepas dari budaya asli Indonesia sebagai perwujudan nasionalisme dan

sarat muatan agama (religius).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

14

2.2 Pembelajaran Matematika

a) Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran menurut Huda (2013) dapat dikatakan sebagai hasil dari

memori kognisi dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal ini

lah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi

dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap

orang. Secara sederhana pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah

antara guru dan peserta didik. Mengajar dilakukan oleh guru sebagai pengajar atau

pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran merupakan

upaya sistematis untuk membuat peserta didik melaksanakan kegiatan belajar agar

mereka mengubah, mengembangkan atau mengendalikan sikap dan perilakunya

sampai batas kemampuan yang maksimal.

Matematika merupakan suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-

bagian yang sangat dikenal (sederhana) menuju arah yang tak dikenal (Dewi, 2015).

Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran

matematika dalam mengajarkan matematika kepada para siswanya yang

terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap

kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang

amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dan siswa

dengan siswa dalam mempelajari matematika (Suyitno, 2004).

Sementara itu menurut Suherman (2003), pembelajaran matematika

merupakan realisasi dari fungsi matematika sekolah, yang meliputi dua hal yaitu:

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

15

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam

kehidupan dan didalam dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak

atau dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan

efisien.

2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu

pengetahuan.

Dari beberapa deinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dengan adanya interaksi

langsung antara pendidik dan peserta didik pada pelajaran matematika.

b) Proses Pembelajaran Matematika

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang

dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai anak didik dalam

kegiatan pengajaran dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang ada

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Menurut Ghufron

(2010) mengembangkan nilai karater melalui proses pembelajaran dikelas dapat

dilakukan melalui tahap-tahap; perencanaan, implementasi/pelaksanaan, dan

evaluasi. Begitu pula dengan proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh

guru melalui tiga tahap tersebut.

1. Persiapan / Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan merupakan proses pemikiran terencana sebagai dasar untuk

melakukan kegiatan di masa mendatang. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005 Pasal 20 yang menyatakan bahwa “Perencanaan proses pembelajaran

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

16

meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-

kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar,

dan penilaian hasil belajar.”

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan tahapan yang kedua dilaksanakan oleh

guru dalam proses pembelajaran. Dalam melaksanakan pengajaran hendaknya

guru bepedoman pada persiapan yang dibuat dalam bentuk perencanaan

pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara guru

dan anak didik serta bahan pelajaran sebagai perantara. Oleh sebab itu dalam

proses pembelajaran ini peranan guru merupakan pengendali.

Dalam pelaksanaan pembelajaran ada tiga tahapan yang harus dilakukan guru,

yaitu tahap pra instruksional, tahap instruksional dan tahap evaluasi. 1) Tahap

Awal (Tahap pra instruksional) yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai

sesuatu proses belajar mengajar; 2) Tahap Inti (Tahap instruksional), yaitu tahap

penyampaian pelajaran atau tahap inti. Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan

tugas bagi seorang guru dalam menyalurkan ilmu pengetahuan; dan 3) Tahap

Akhir (Tahap evaluasi atau tindak lanjut) yaitu tahap yang bertujuan untuk

mengatahui tingkat keberhasilan siswa pada tahap sebelumnya, yaitu pada tahap

instruksional.

3. Penilaian / Evaluasi Pembelajaran

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Bab 1 Pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan

pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai

komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

17

bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Dalam kegiatan

evaluasi ini, yang harus dilaksanakan guru adalah sebagai berikut:

(a) Melaksanakan penilaian akhir dan mengkaji hasil penelitian.

(b) Melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan alternatif kegiatan.

(c) Mengalihkan proses-proses pembelajaran dengan menjelaskan atau memberi

bahan materi pokok yang akan dibahas pada pada pelajaran berikutnya.

Menurut Sahlan (2012) ada beberapa macam penilaian yang digunakan untuk

melihat perkembangan pembelajaran yang diserap siswa diantaranya yaitu

penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran matematika merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran

yang dilaksanakan oleh pendidik mulai dari tahapan perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran dalam suatu kegiatan

pembelajaran matematika.

2.3 Kurikulum 2013

a) Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum dan pendidikan adalah dua hal yang erat berkaitan, tak dapat

dipisahkan satu dengan yang lain. Sistem pendidikan yang dijalankan pada zaman

modern ini tak mungkin tanpa melibatkan keikutsertaan kurikulum. Nurgiyantoro

(2008) menjelaskan bahwa kurikulum merupakan isi dan sarana untuk mencapai

tujuan pendidikan, maka kurikulum berisi nilai-nilai atau cita-cita yang sesuai

dengan pandangan hidup bangsa. Lebih lanjut dijelakan bahwa kurikulum juga

dapat diartikan sebagai suatu rencana yang sengaja dirancang untuk mencapai

sejumlah tujuan pendidikan. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

18

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19, dijelaskan bahwa kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum 2013 merupakan hasil pembenahan dari kurikulum sebelumnya

yaitu kurikulum KTSP. Latar belakang dikembangkannya kurikulum 2013 yaitu

atas dasar Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yaitu kurikulum yang dapat

menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui

penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi (Kemendikbud,

2013). Kurikulum 2013 yang dikembangkan saat ini merupakan kurikulum yang

berbasis karakter dan kompetensi (Mulyasa, 2013). Kurikulum 2013 tidak hanya

menekankan pada aspek kognitif tetapi juga menekankan pada pembentukan

karakter peserta didik. Kurikulum 2013 memiliki 4 Kompetensi Inti (KI) yang

berisi tujuan dari proses pembelajaran yang dilaksanakan dikelas. Dalam

Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur

Kurikulum SMA/MA, rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai

berikut:

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;

2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;

3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan

4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Dari keempat Kompetensi Inti (KI) tersebut, KI-1 dan KI-2 memuat tujuan

untuk pembentukan karakter peserta didik sedangkan KI-3 dan KI-4 memuat

tentang penguasaan kompetensi peserta didik.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

19

b) Tujuan Kurikulum 2013

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Bab X Pasal 36 Butir 3 menyebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan

jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan

memperhatikan aspek-aspek 1) peningkatan iman dan takwa; 2) peningkatan akhlak

mulia; 3) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; 4) keragaman

potensi daerah dan nasional; 5) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; 6)

tuntutan dunia kerja; 7) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,

agama; 8) dinamika perkembangan global; dan 9) persatuan nasional dan nilai-nilai

kebangsaan. Atas dasar Undang-Undang tersebut maka tujuan kurikulum 2013

harus mencerminkan aspek-aspek tersebut.

Menurut Fadillah (2014) tujuan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan soft skills dan hard

skills melalui kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam rangka

menghadapi tantangan global yang terus berkembang.

2) Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kereatif,

dan inovatif sebagai model pembangunan bangsa dan Negara Indonesia.

3) Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan menyiapkan

administrasi mengajar, sebab pemerintah telah menyiaokan semua komponen

kurikulum beserta buku teks yang digunakan dalam pembelajaran.

4) Meningkatkan pesan serta pemerintah pusat dan daerah serta warga mesyarakat

secara seimbang dalam menentukan dan mengendalikan kualitas dalam

pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

20

5) Meningkatkan persaingan yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas

pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan keleluasaan untuk

mengembangan Kurikulum 2013 sesuai dengan kondisi satuan pendidikan,

kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.

Sementara itu dalam Permandikbud Kurikulum 2013 Republik Indonesia

Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA

menyebutkan bahwa kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia

Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang

beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

2.4 Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika selama ini masih didominasi oleh pengenalan

rumus-rumus serta konsep-konsep yang verbal tanpa memperhatikan pemahaman

siswa dan biasanya dilakukan dengan metode ceramah dimana seorang guru

menjadi pusat perhatian dari seluruh kegiatan yang ada dikelas (Rahman, 2016).

Pembelajaran matematika dianggap hanya ditekankan pada faktor kognitif saja,

padahal pembelajaran matematika dapat menciptakan dan mengembangkan

kepribadian seseorang menjadi lebih baik serta dapat membangun karakter.

Menurut Sumarmo (2011), pada dasarnya untuk melaksanakan pembelajaran

matematika berbasis pendidikan karakter dapat dipilih beragam pendekatan

pembelajaran yang inovatif yang mengutamakan siswa belajar aktif dan

mengembangkan nilai-nilai dalam pendidikan karakter. Namun, komponen penting

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

21

yang harus diperhatikan guru dalam merancang pembelajaran adalah penyusunan

bahan ajar dan pemilihan tugas latihan yang tepat.

Ada banyak nilai yang perlu ditanamkan pada siswa. Apabila semua nilai

tersebut harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran,

penanaman nilai menjadi sangat berat. Untuk membantu fokus penanaman nilai-

nilai karakter tersebut, nilai-nilai tersebut perlu dipilah untuk kemudian

diintegrasikan pada mata pelajaran-mata pelajaran yang paling cocok. Dengan kata

lain, tidak setiap mata pelajaran diberi integrasi semua butir nilai tetapi beberapa

nilai utama saja walaupun tidak berarti bahwa nilai-nilai yang lain tersebut tidak

diperkenankan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tersebut. Dengan demikian

setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai utama tertentu yang

paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Menurut

Setiyaingwati (2011) nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan dalam mata

pelajaran matematika antara lain: 1) teliti; 2) kreatif; 3) rasa ingin tahu; 4) pantang

menyerah; 5) mandiri; 6) kejujuran; dan 7) kerjasama.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika bisa

menjadi salah satu sarana pembentukan karakter peserta didik. Untuk dapat

menerapkan pendidikan karakter pada pembelajaran matematika seorang guru

harus lebih kreatif dalam merancang pembelajaran dikelas. Tidak semua nilai-nilai

karakter harus diterapkan dalam setiap mata pelajaran tetapi nilai-nilai karakter

tersebut dapat dipilah sesuai dengan kebutuhan setiap pelajaran.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

22

2.5 Hasil Penelitian yang Relevan

Kajian hasil penelitian yang relevan adalah kajian mengenai penelitian-

penelitian terdahulu. Berdasarkan penelusuran hasil penelitian yang sudah ada

ditemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan. Riyadi, dkk (2014)

melakukan penelitian tentang proses pengintegrasian pendidikan karakter dalam

pembelajaran matematika dengan subyek penelitian adalah guru matematika dan

siswa kelas X Ilmu Alam SMA Negeri 1 Surakarta. Teknik pengumpulan data yang

digunakan pada penelitian ini yaitu metode observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan berupa analisis data kualitatif

yaitu dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, kemudian

setelah itu menarik kesimpulan dari data-data tersebut. Validitas data yang

digunakan adalah triangulasi sumber. Penelitian ini mendeskripsikan proses

pengintegrasian nilai-nilai karakter disiplin, kreatif, berpikir kritis, rasa ingin tahu,

dan teliti dalam pembelajaran matematika. Selain itu penelitian ini juga

mendeskripsikan pendapat siswa tentang pengintegrasian nilai-nilai karakter

tersebut.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, secara garis besar proses

pengintegrasian nilai-nilai karakter yang dilakukan guru dalam pembelajaran

matematika sudah memenuhi standar kemudian pendapat siswa mengenai

pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika adalah guru

telah menanamkan nilai-nilai karakter kritis, kreatif, teliti, dan disiplin tetapi belum

memunculkan rasa ingin tahu siswa. Dalam penelitian ini ada beberapa saran yang

diberikan salah satunya yaitu penelitian tentang pengintegrasian pendidikan

karakter sebaiknya lebih dikembangkan lagi.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

23

Ma’unah dan Masduki (2014) dalam penelitiannya ingin mendeskripsikan

penerapan pendidikan karakter pada pembelajaran matematika dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Subyek dalam penelitian ini adalah guru

matematika dan siswa SMA Muhammadiyah 10 Surakarta. penelitian ini adalah

penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data menggunakan

metode angket, observasi, catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi dan

teknik analisis data dilakukan dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan. Validitas data dilakukan dengan

menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil dari penelitian ini

yaitu penerapan pendidikan karakter pada perencaaan pembelajaran matematika

dapat dilihat dalam penyusunan silabus dan RPP yang berkarakter. Penerapan

pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran matematika ditanamkan

melalui kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Penerapan pendidikan

karakter pada evaluasi pembelajaran matematika dengan cara mengadakan post tes/

ulangan harian. Nilai-nilai karakter yang diterapkan oleh guru matematika tersebut

meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu,

menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, demokratis, gemar membaca,

tanggung jawab, mandiri, dan kreatif. Saran dari penelitian ini yaitu peneliti

selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang berbeda tetapi masih

dalam konteks yang sama yaitu mengenai pendidikan karakter. Berdasarkan dua

penelitian tersebut maka peneliti ingin mengkaji mengenai penguatan pendidikan

karakter pada pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

24

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah uraian tentang hubungan antara variabel -

variabel yang ingin diteliti. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu pendidikan

karakter, pembelajaran matematika, dan kurikulum 2013. Kerangka konseptual

pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Karakter dan Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/39450/3/BAB II.pdf · 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

25

Pembelajaran

Matematika

Pendidikan Karakter

Kurikulum 2013

Penerapan Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Matematika dalam

Kurikulum 2013 di Kelas X MIPA A SMAN 1 Sampit

Perencanaan pendidikan karakter

pada pembelajaran matematika

dalam kurikulum 2013

Pelaksanaan pendidikan karakter

pada pembelajaran matematika

dalam kurikulum 2013

Evaluasi pendidikan karakter pada

pembelajaran matematika dalam

kurikulum 2013

Teknik pengumpulan data: analisis RPP

dan silabus, observasi pembelajaran

matematika dikelas, wawancara guru

matematika dan siswa kelas X MIPA A,

dan dokumentasi.

Teknik analisis data menggunakan teknik

kualitatif deskriptif yaitu bersifat

menggambarkan kenyataan atau fakta yang ada

dilapangan dan sesuai dengan data yang

diperoleh secara akurat terhadap penerapan

pendikan karakter pada pembelajaran

matematika di kelas X MIPA A SMAN 1 Sampit

1. Bagaimana perencanaan pendidikan karakter pada pembelajaran matematika dalam

kurikulum 2013 di kelas X MIPA A SMAN 1 Sampit?

2. Bagaimana penerapan pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran

matematika dalam kurikulum 2013 di kelas X MIPA A SMAN 1 Sampit?

3. Bagaimana penerapan pendidikan karakter pada evaluasi pembelajaran matematika

dalam kurikulum 2013 di kelas X MIPA A SMAN 1 Sampit?

Religius

Jujur Disiplin

Toleransi Kerja keras

Kreatif Mandiri

Rasa ingin tahu

Tanggung jawab

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian