Upload
vuthien
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep dan Definisi
2.1.1 Pengelolaan Keuangan Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, pemerintah daerah adalah penyelenggara
pemerintahan daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah
Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Pemerintah Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
Penyelenggaraan fungsi Pemerintah Daerah akan terlaksana secara
optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian
sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu
kepada Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dimana besarnya disesuaikan
dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan
11
pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah dan wakil kepala daerah
mempunyai kewajiban melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan
keuangan daerah.
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk
masyarakat. Pengelolaaan keuangan yang baik yaitu: 1) pencapaian keluaran yang
maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk
mencapai keluaran tertentu (efisien), 2) perolehan masukan dengan kualitas dan
kuantitas tertentu pada tingkat harga terendah (ekonomis), 3) pencapaian hasil
program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan
keluaran dengan hasil (efektif), 4) prinsip keterbukaan yang memungkinkan
masyarakat untuk mengetahui/mengakses informasi seluas-luasnya tentang
keuangan daerah (transparan), 5) perwujudan kewajiban setiap orang atau satuan
kerja untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber
daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
mencapai tujuan yang ditetapkan (bertanggung jawab), 6) keseimbangan distribusi
alokasi pendanaan (keadilan), dan 7) tindakan atau suatu sikap yang dilakukan
dengan wajar dan proporsional (kepatutan).
12
Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah . Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam
suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun
ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah). Peraturan Pemerintah tentang
pengelolaan keuangan daerah dalam pelaksanaannya ditindaklanjuti dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Kepala Daerah untuk mengelola keuangan berimplikasi pada
pengaturan pengelolaan keuangan daerah, yaitu bahwa kepala daerah
(gubernur/bupati/walikota) adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah dan bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai
bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Dalam melaksanakan
kekuasaannya, kepala daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaan
keuangan daerah kepada para pejabat perangkat daerah. Dengan demikian
pengaturan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan fungsi perangkat daerah. Pimpinan SKPD
selaku Pengguna Anggaran dalam mengelola keuangan daerah di masing-masing
SKPD dibantu oleh satuan Pengelola Keuangan yang terdiri dari Pejabat
Penatausahaan Keuangan dan Bendahara SKPD.
13
2.1.2 Akuntansi dan Akuntabilitas Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik merupakan hal yang relatif baru di Indonesia
dalam bidang ini menbahas tentang informasi akuntansi yang disediakan oleh
pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya yang menjadi bagian dari suatu
pemerintahan. Akuntansi Pemerintah merupakan salah satu bagian dari akuntansi
sektor publik. Akuntansi sektor publik memiliki cakupan yang lebih luas daripada
akuntansi pemerintah. Akuntansi sektor publik memiliki tujuan untuk
menghasilkan suatu laporan keuangan sektor publik yang memberikan manfaat
informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan organisasi publik
tersebut untuk mengambil keputusan-keputusan ekonomi yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Informasi yang diperoleh melalui suatu laporan keuangaan pemerintah
dapat berupa informasi-informasi mengenai kondisi dan kinerja keuangan
pemerintah yang dapat digunakan untuk menilai kondisi keuangan dan hasil
kegiatan atau kinerja pemerintah. Menilai dan membandingkan informasi tentang
kondisi dan kinerja keuangan pemerintah antara realisasi dengan yang
direncanakan/dianggarkan dapat membantu penentuan tingkat kepatuhan
pelaksanaan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait keuangan serta
dapat membantu mengevaluasi pengelolaan keuangan pemerintah dengan prinsip
value for money (efektivitas dan efisiensi).
Untuk memenuhi tuntutan publik terutama dalam hal akuntansi pemerintah
daerah masih perlu adanya perbaikan. Berbeda dengan akuntansi yang biasa
diterapkan oleh sektor privat, laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari (1)
14
Laporan Realisasi APBD, (2) Neraca Pemerintah Daerah dan (3) Laporan Arus
Kas. Untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik (good governance)
mengharuskan pemerintah melakukan perbaikan-perbaikan, salah satunya yaitu
perbaikan dalam hal akuntansi pemerintah. Aspek yang perlu direformasi dalam
akuntansi sektor publik adalah terkait dengan standar akuntansi keuangan
pemerintah sebagai acuan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan
pada sistem akuntansi pemerintah (Halim, 2007).
Akuntabilitas sektor publik merupakan bentuk pertanggungjawaban atas
segala yang dilakukan dan merupakan prinsip yang menjamin bahwa setiap
kegiatan suatu lembaga atau perorangan dapat dipertanggungjawabkan
secara terbuka kepada masyarakat. Akuntabilitas dapat juga diartikan sebagai
kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak lanjut dan kegiatan
seseorang atau lembaga terutama bidang administrasi keuangan kepada pihak
yang berkepentingan. Akuntabilitas dalam konteks pemerintahan mempunyai arti
pertanggungjawaban atau tindakan dalam mencapai tujuan dengan menerapkan
prinsip dari good governance untuk mewujudkan clean government.
Salah satu bentuk nyata untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah dengan diundangkannya
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
atau APBD disusun dan disajikan sesuai dengan SAP yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tersebut, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
15
2004 tentang SAP yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah. SAP
merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya
meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Tuntutan
dilaksanakannya akuntabilitas publik oleh masyarakat kepada pemerintah
mengharuskan pemerintah untuk membuat laporan kepada pemerintah pusat dan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Akuntansi sektor publik merupakan salah
satu alat bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan akuntabilitas publik.
Pelaksanaan akuntansi publik yang baik dapat menghasilkan laporan keuangan yang
berkualitas , dimana pemerintah pusat dan daerah sebagai subyek pemberi laporan
harus mampu memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya sehingga
bermanfaat bagi para pengguna informasi dalam pengambilan keputusan-keputusan
ekonomi,sosial, dan politik.
2.1.3 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Laporan keuangan adalah sebagai suatu proses pengumpulan, pengolahan
dan pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan
dan menilai kinerja suatu organisasi. Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai
data juga dapat dikatakan sebagai informasi. Data dapat berubah menjadi
informasi kalau diubah kealam konteks yang memberikan makna (Lillrank, 2003).
Dalam menyusun laporan keuangan Pemerintah Daerah, pemerintah
menyelenggarakan akuntansi pemerintah sebagai bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah mengacu pada
Peraturan Daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah dengan
16
berpedoman pada prinsip pengendalian intern dan SAP. Laporan keuangan
disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan
dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu
periode pelaporan. Laporan keuangan digunakan untuk membandingkan realisasi
dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi dan membantu menentukan ketaatannya terhadap
peraturan perundang-undangan.
Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai data, juga dapat dikatakan
sebagai informasi (Halim, 2007). LKPD terutama digunakan untuk
membandingkan realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah
ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai efektivitas dan efisiensi Pemerintah
Daerah, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-
undangan. Laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas
pengelolaan keuangan publik, tidak adanya laporan keuangan menunjukkan
lemahnya akuntabilitas, dengan lemahnya akuntabilitas mengidentifikasikan
lemahnya sistem yang selanjutnya berimbas pada membudayanya korupsi
sistematik. Untuk mengikis korupsi salah satu caranya dengan membudayakan
akuntabilitas yang juga berarti menyajikan laporan keuangan yang baik dan benar.
Dalam melaksanakan akuntabilitas publik, Pemerintah Daerah berkewajiban
memberikan informasi sebagai pemenuhan hak-hak publik yang antara lainya
adalah Hak untuk tahu (right to know), Hak untuk diberi informasi (right to be
informed), dan Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened
to) (Mardiasmo, 2006) Laporan keuangan yang telah dipublikasikan merupakan
17
intisari data keuangan yang telah diringkas, diklasifikasikan dan dikelompokan
untuk mengetahui kondisi keuangan suatu organisasi apakah tergolong sehat atau
tidak sehat. Pemerintah Daerah berkewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang
telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara
sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan.
2.1.4 Karakteristik Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Laporan Keuangan daerah yang disajikan diharapkan benar-benar harus
berkualitas dengan tingkat karakteristik yang memadai. Karakteristik laporan
keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi
akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Karakteristik laporan keuangan
memiliki empat karakteristik yang merupakan prasyarat normatif yang diperlukan
agar laporan keuangan pemerintah daerah memenuhi kualitas yang dikehendaki
yakni.
1) Relevan
LKPD dikatakan relevan apabila informasi yang termuat didalamnya dapat
mempengaruhi keputusan pengguna laporan dengan membantunya mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa yang akan datang dan
menegaskan/mengoreksi hasil evaluasi pengguna laporan di masa lalu. Informasi
laporan keuangan yang relevan adalah informasi yang dapat dihubungkan dengan
maksud dari pengguna informasi tersebut. Informasi yang relevan harus memiliki
manfaat umpan balik (feedback value), memiliki manfaat prediktif (predictive
value), tepat waktu dan lengkap.
18
2) Andal
Informasi akuntansi yang relevan tetapi dalam penyajiannya tidak dapat
diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat
menyesatkan. Informasi yang andal harus memenuhi karakteristik yaitu penyajian
jujur, dapat diverifikasi dan netralitas.
3) Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan pemerintah daerah akan lebih
berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan yang sebelumnya atau laporan
keuangan pemerintah daerah lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan
secara internal dan eksternal.
4) Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dapat
dipahami oleh pengguna laporan dan dinyatakan dalam bentuk serta dengan istilah
yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna laporan. Diasumsikan
pengguna laporan memiliki pemahaman atau pengetahuan yang memadai atas
kegiatan dan lingkungan operasi Pemerintah Daerah, serta adanya kemauan
pengguna laporan untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
Karakteristik Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dinilai oleh lembaga pemeriksa
eksternal sehingga dapat mencerminkan kinerja pengelolaan keuangan daerah.
2.2 Teori-Teori
2.2.1 Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kualitas laporan keuangan sangat berpengaruh pada akuntabilitas, dengan
19
kualitas laporan keuangan yang baik akan memberikan dedikasi terhadap
akuntabilitas atau pertanggungjawaban atas laporan keuangan yang dibuat. Alat
untuk memfasilitasi agar laporan keuangan tersebut semakin transparan dan
akuntabel yaitu dengan SAP. Dengan menerapkan SAP informasi keuangan dapat
dijadikan dasar pengambilan keputusan di pemerintahan dan juga terwujudnya
transparansi serta akuntabilitas. SAP mempunyai kekuatan hukum dalam upaya
meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. SAP diterapkan
dilingkup pemerintahan, yaitu Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
satuan organisasi di lingkungan Pemerintah Pusat atau Daerah dalam
menyajikan laporan keuangan.
Kualitas laporan keuangan adalah penyajian laporan keuangan yang memiliki
kriteria antara lain (a) kesesuaian dengan SAP, (b) Kecukupan pengungkapan,
(c) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, (d) Efektivitas Sistem
Pengendalian Intern (SPI). Beberapa tujuan dari Laporan Keuangan yaitu untuk
kepentingan antara lain.
1) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada Pemerintah Daerah dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara periodik
2) Manajemen
Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan Pemerintah Daerah dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh asset dan ekuitas dana
20
Pemerintah Daerah untuk kepentingan masyarakat.
3) Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dalam
mengelola sumber daya sesuai dengan peraturan perundang undangan.
4) Keseimbangan antar generasi
Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengetahui apakah
penerimaan pemerintah daerah pada periode pelaporan cukup untuk membiayai
seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi mendatang diasumsikan
ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan Pemerintah Daerah adalah
untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan, alat
akuntabilitas publik, dan untuk memberikan informasi yang digunakan untuk
mengevaliuasi kinerja organisasi. Informasi dalam laporan keuangan tersebut
relevan untuk memenuhi tujuan laporan keuangan pemerintah, namun tidak
dapat sepenuhnya memenuhi tujuan tersebut. Informasi tambahan, termasuk
laporan non keuangan, dapat dilaporkan bersama-sama dengan laporan
keuangan untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif
mengenai aktivitas suatu entitas pelaporan selama satu periode. LKPD diharapkan
dapat menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan baik itu keputusan ekonomi sosial dan politik.
Pemerintah Daerah mendapat tuntutan dari segala pihak untuk dapat
21
memberikan informasi tentang keuangan daerah secara transparan, agar informasi
tersebut dapat digunakan dalam berbagai kepentingan atau bagi kelompok yang
membutuhkan. Ada beberapa kelompok utama yang menggunakan laporan
keuangan atau sebagai pengguna LKPD yaitu masyarakat, para wakil rakyat,
lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa, pihak yang berperan dalam proses
donasi, investasi, pinjaman dan kreditor yang memerlukan informasi keuangan untuk
menghitung resiko, likuiditas dan solvabilitas, pemerintah dan para pembayar pajak.
LKPD yang disajikan dan dipublikasikan diharapkan benar-benar berkualitas dengan
tingkat karakteristik yang memadai. Karakteristik Kualitatif laporan keuangan
adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi
sehingga memenuhi apa yang menjadi tujuannya.
2.2.2 Kompetensi Sumber Daya Manusia
Widodo (2001) dalam Kharis (2010) menjelaskan SDM adalah
kemampuan SDM untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang
diberikan kepadanya dengan bekal pendidikan, pelatihan, dan pengalaman
yang cukup memadai. SDM yang kompeten tersebut akan mampu memahami
logika akuntansi dengan baik. Kegagalan SDM Pemerintah Daerah dalam
memahami dan menerapkan logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan
laporan keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian laporan dengan standar
yang ditetapkan pemerintah (Warisno, 2008). Kompetensi SDM mencakup
kapasitasnya, yaitu kemampuan seseorang atau individu, suatu organisasi
(kelembagaan), atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi- fungsi atau
kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.Kapasitas
22
harus dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai kinerja, untuk menghasilkan
keluaran-keluaran (outputs) dan hasil-hasil (outcomes).
Laporan keuangan adalah suatu produk yang dihasilkan oleh bidang atau
dari disiplin ilmu akuntansi, oleh karenanya diperlukan SDM yang
berkompeten dalam menyusun dan menghasilkan laporan Keuangan yang
berkualitas. Untuk menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah yang
berkualitas diperlukan atau dibutuhkan SDM yang memahami dan
berkompeten dalam melaksanakan akuntansi keuangan Pemerintah Daerah
serta organisasional tentang pemerintahan. Kompetensi SDM adalah
kemampuan SDM untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya dengan bekal pendidikan, pelatihan, dan pengalaman
yang cukup memadai. SDM pengguna sistem dituntut untuk memiliki tingkat
keahlian akuntansi yang memadai atau paling tidak memiliki kemauan
untuk terus belajar dan mengasah kemampuan dibidang akuntansi.
Kemampuan SDM itu sendiri sangat berperan dalam menghasilkan informasi
yang berkualitas. Kompetensi SDM dapat dilihat dari latar belakang pendidikan,
pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti, dan dari keterampilan yang dinyatakan
dalam pelaksanaan tugas.
Kompetensi SDM memiliki hubungan yang positif terhadap kualitas LKPD
karena dalam menyusun dan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas SDM
memiliki peran yang sangat penting khususnya SDM di bidang akuntansi, seperti
yang telah diteliti oleh Arsyiati (2008) menemukan bukti empiris dan
menyimpulkan bahwa pengaruh SDM dalam pengelolaan keuangan terhadap
23
kualitas pertanggungjawaban keuangan dilihat koefisien jalur mempunyai arah
yang positif yang artinya SDM mempunyai pengaruh terhadap kualitas
pertanngungjawaban keuangan. Penelitian Yudianta (2012) menemukan bukti
bahwa kompetensi SDM bidang akuntansi memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap kualitas LKPD. SDM merupakan modal utama dalam suatu
organisasi, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan seseorang
yang dapat digunakan dalam menghasilkan suatu layanan yang profesional.
Widiastuti (2013) juga menemukan bukti tentang kompetensi SDM bidang
akuntansi pada DPKAD Kota Bandung memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap LKPD Kota Bandung. Sedangkan Yuliarta (2013) yang menemukan
bahwa pengaruh Pejabat Penatausahaaan keuangan (PPK) Satuan Kerja Perangkat
Daerah Kota Bandung memiliki pengaruh positif terhadap nilai informasi LKPD.
2.2.3 Standar Akuntansi Pemerintahan
Menurut Halim (2007) Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang
disebutnya sebagai Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah yang
berdasarkan Permendagri 13 Tahun 2006 meliputi serangkaian prosedur mulai
dari proses pengumpulan data, pencatatan, penggolongan dan peringkasan atas
transaksi dan/kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban APBD yang dapat dilakukan secara manual maupun
menggunakan aplikasi komputer. SAP ditetapkan dalam entitas pelaporan dan
entitas akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintah daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 yang
24
telah diperbaharui oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71
Tahun 2010 tentang SAP memuat bahwa pemerintah menyusun sistem akuntansi
pemerintahan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan, dimanan sistem
akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah daerah diatur dalam peraturan
Gubernur/Bupati/Walikota mengacu pada Peraturan Daerah tentang pengelolaan
keuangan daerah yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Menurut
Mardiasmo (2006) kualitas LKPD sangat dipengaruhi oleh seberapa andal sistem
akuntansi yang diterapkan. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah merupakan
kumpulan dari subsistem-subsistem yang didalamnya terdapat tahap-tahap, prosedur,
perangkat dan peraturan yang harus diikuti dalam rangka mengumpulkan dan
mencatat data keuangan, kemudian mengolah data tersebut menjadi berbagai laporan
keuangan untuk pihak luar maupun internal Pemerintah Daerah.
Pengimplementasian SAP bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas, mendukung operasi rutin harian, meningkatkan kualitas laporan
keuangan, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, meningkatkan
akuntabilitas financial dan melindungi aset Pemerintah Daerah. Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah disusun untuk menjamin bahwa siklus akuntansi bisa berjalan
dengan baik tanpa ada gangguan dan masalah, yang bisa menyebabkan kualitas
laporan keuangan yang dihasilkan kurang berkualitas. Pada prinsipnya sistem
akuntansi pemerintah daerah bisa berupa sistem akuntansi manual maupun
berkomputerisasi. Jika pemerintah daerah sudah menggunakan sistem akuntansi
berkomputer, maka beberapa tahap dalam siklus akuntansi bisa digantikan oleh
komputer, Pemerintah Daerah yang menggunkan sistem akuntansi yang
25
berkomputer akan sangat bermanfaat untuk menghemat waktu dan tenaga, informasi
yang dihasilkan juga lebih tepat waktu, lebih bervariasi dan lebih berkualitas, bahkan
dengan software akuntansi laporan keuangan yang dihasilkan akan jauh lebih
berkualitas dan bisa dilengkapi dengan analisis laporan keuangan.
Sistem akuntansi merupakan alat untuk menghasilkan LKPD sedangkan
standar akuntansi merupakan pedoman yang mengatur laporan keuangan
Pemerintah Daerah yang akan disajikan. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
memiliki keterkaitan dengan akuntansi pemerintah yang ditetapkan, antara sistem
akuntansi pemerintah dengan standar akuntansi harus terdapat singkronisasi dan
harmonisasi. Siklus pengelolaaan keuangan daerah, sistem akuntansi, SAP
merupakan hal yang berkaitan satu sama lain yang harus diatur dan dipatuhi oleh
Pemerintah Daerah. Untuk menghasilkan LKPD diperlukan proses dan tahap-tahap
yang dilalui yang diatur dalam SAP.
Tujuan utama SAP adalah agar laporan keuangan yang dihasilkan bisa lebih
mudah dipahami bagi para pengguna laporan, agar tidak terjadi kesalahpahaman
antara pihak penyaji laporan keuangan dan pengguna laporan keuangan serta agar
terdapat konsistensi dalam laporan keuangan hingga dapat dilakukan pembandingan/
memiliki daya banding (commperability). Dengan adanya SAP maka laporan
keuangan akan lebih berkualitas dan dapat dijadikan perbandingan kinerja antar
kurun waktu dan dengan Pemerintah daerah lainnya, bagi auditor dengan adanya
SAP akan mempermudah proses audit karena pada dasarnya audit adalah
memeriksa laporan keuangan yang merupakan asersi manajemen dikaitkan dengan
standar akuntansi yang telah ditetapkan.
26
Pengelolaan keuangan daerah yaitu mengurus dan mengatur keuangan
daerahnya sendiri denga pedoman pengelolaan keuangan daerah berdasarkan
peraturan yang ada (Permendagri Nomor 13 tahun 2006) yang meliputi: Tertib,
Taat pada peraturan perundang-undangan, Efektif, Efisien, Ekonomis,
Transfaran, Bertangung jawab, Keadilan, Kepatutan, dan Manfaat untuk
masyarakat. Untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan tujuan otonomi daerah salah satunya yang merupakan alat adalah
melalui APBD, ini menunjukkan bahwa keuangan daerah harus dikelola dengan
baik dan wajar agar semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan
uang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah dan
kesejahteraan masyarakat.
Pengaruh SAP terhadap kualitas LKPD dibuktikan dengan penelitian
Roviyantie (2011) yang menyimpulkan bahwa sistem akuntansi keuangan
berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Teori
Bastian (2005) menyimpulkan bahwa SAP merupakan persyaratan yang
mempunyai kekuatan hukum dan upaya dalam meningkatkan kualitas laporan
Keuangan Pemerintah di Indonsesia. Sama dengan teori Mardiasmo (2006) yang
menyatakan bahwa Kualitas LKPD di pengaruhi oleh seberapa andal sistem
akuntansi yang diterapkan. Begitu juga teori yang dikemukakan oleh Nugraheni
(2008) bahwa penerapan SAP berpengaruh terhadap peningkatan kualitas laporan
keuangan.
27
2.2.4 Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah
Teknologi informasi diartikan sebagai suatu teknologi yang digunakan
untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang
berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang
digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan
informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini
menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan
untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai
dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar
dan diakses secara global.
Teknologi informasi meliputi komputer (mainframe,mini,micro), perangkat
lunak (software), database, jaringan (internet, intranet), electronic commerce,
dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi. Teknologi informasi
selain sebagai teknologi komputer (hardware dan software) untuk pemrosesan
dan penyimpanan informasi, juga berfungsi sebagai teknologi komunikasi untuk
penyebaran informasi. Komputer sebagai salah satu komponen dari teknologi
informasi merupakan alat yang bisa melipatgandakan kemampuan yang dimiliki
manusia dan komputer juga bisa mengerjakan sesuatu yang manusia mungkin
tidak mampu melakukannya.
Fungsi teknologi informasi yaitu mengumpulkan data, pengolah data,
pelaporan data, penyimpanan data dan pengiriman data. Sistem Informasi Keuangan
Daerah (SIKD) adalah peraturan perundang-undangan dalam hal ini Peraturan
28
Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah,
didalam Peraturan Pemerintah tersebut memuat tentang jika daerah tidak
menyampaikan informasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku menteri keuangan
dapat melakukan penundaan penyaluran dana perimbangan setelah mendapat
pertimbangan dewan pertimbangan otonomi daerah dan dapat dikenakan sanksi.
(Halim 2007)
Informasi teknologi yang semakin maju memudahkan pelaksanaan informasi
keuangan karena memiliki kekuatan atau potensi dalam hal ketepatan, konsistensi,
ketepatan kehandalan dan kemampuan menyimpan data yang besar. Persiapan
penggunaan informasi teknologi tidak terlepas dari sumber daya manusianya.
Pemanfaatan teknologi informasi terkadang membuat pekerjaan efektif dan efisien
tetapi akan mengakibatkan berkurangnya pekerjaan suatu organisasi, disamping itu
penggunaan teknologi informasi membutuhkan dana yang cukup mahal. Pengaruh
Sistem informasi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah dibuktikan dengan Penelitian Yosefrinaldi (2008) yang menyimpulkan
bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Di mana, semakin baik pemanfaatan
teknologi informasi maka semakin baik pula kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah. Perkembangan teknologi informasi pada saat ini tidak hanya
dimanfaatkan dalam organiasi bisnis saja tetapi dimanfaatkan juga pada sektor
publik/pemerintahan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah dalam penjelasannya disebutkan bahwa untuk
29
menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan
prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good Governence), Pemerintah
Daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memnfaatkan kemajuan
teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan
daerah dan menyalurkannya untuk pelayanan publik. Pemerintah dalam hal ini
Pemerintah Daerah harus lebih optimal dalam memanfaatkan teknologi informasi
untuk membangun jaringan sistem informasi manajemen dan proses kerja yang
memungkinkan pemerintahan bekerja secara terpadu dengan penyerderhanaan
akses antara unit kerja.
2.2.5 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008,
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah proses yang integral pada tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
SPIP adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara
menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pengawasan
Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan
kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi
dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan
30
efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang
baik. Unsur Sistem Pengendalian intern Pemerintah terdiri dari.
a. lingkungan pengendalian;
b. penilaian risiko;
c. kegiatan pengendalian;
d. informasi dan komunikasi; dan
e. pemantauan pengendalian intern
Sistem akuntansi berkaitan erat dengan sistem pengendalian internal
organisasi. Sistem akuntansi yang baik adalah sistem akuntansi yang memiliki
sistem pengendalian yang baik. Komponen penting yang terkait dengan sistem
Pengendalian Intern antara lain yaitu.
a. Sistem dan prosedur akuntansi
b. Otorisasi
c. Formulir,dokumen dan catatan
d. Pemisahan tugas
SPIP didefinisikan merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi,
dan mengukur sumber daya suatu organisasi, serta berperan penting
dalam pencegahan dan pendeteksian penggelapan (fraud). Pengendalian intern
terdiri atas kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam mencapai sasaran
dan menjamin atau menyediakan informasi keuangan yang andal, serta
menjamin ditaatinya hukum dan peraturan yang berlaku. Dilihat dari tujuan
tersebut, maka sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Pengendalian intern akuntansi
Dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah
31
menjaga kekayaan organisasi dan memeriksa keakuratan data akuntansi.
Sebagai contoh, adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit
organisasi.
2) Pengendalian administratif
Dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi dan mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen. Contohnya adalah adanya pemeriksaan
laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil
tindakan. SPIP merupakan suatu langkah nyata pemerintah dalam memberikan
acuan serta pijakan bagi pemerintah daerah agar pengelolaan keuangan
dapat dilaksanakan secara akuntabel dan transparan.
Pengaruh SPIP terhadap kualitas LKPD melalui penelitian Indriasari (2008),
Sukmaningrum (2012), dan Yudianta (2012) membuktikan secara empiris bahwa
SPIP berpengaruh positif terhadap nilai LKPD yang dinyatakan dengan
ketepatwaktuan dan keterandalan LKPD. Widiastuti (2013) membuktikan secara
empiris bahwa pengaruh SPIP pada DPKAD Kota Bandung berpengaruh
signifikan terhadap kualitas LKPD. Yuliarta (2013) menyimpulkan bahwa
pengaruh SPIP memiliki pengaruh positif terhadap nilai informasi LKPD.
Penelitian Ari Udiyanti (2014) menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal
berpengaruh terhadap kualitas LKPD.
2.3 Keaslian Penelitian
Penelitian-penelitian mengenai kualitas laporan keuangan dalam sektor publik
dalam hal ini pemerintah daerah diantaranya adalah.
32
Arsyiati (2008), dengan penelitian Pengaruh kualitas SDM dalam pengelolaan
keuangan terhadap kualitas pertanggungjawaban keuangan PNBP dalam upaya
meningkatkan kinerja instansi pada Universitas Syiah Kuala. Dengan pengujian
menggunakan analisis jalur, dilihat dari nilai koefisien jalur mempunyai arah positif
jadi dapat dikatakan bahwa kualitas SDM berpengaruh terhadap kualitas
pertanggungjawaban keuangan PNBP dalam upaya meningkatkan kinerja instansi
pada universitas Syiah Kuala.
Indriasari (2008) dengan penelitian pengaruh kapasitas SDM, pemanfaatan
teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi terhadap nilai informasi
pelaporan keuangan pemerintah daerah (studi pada Pemerintah Kota Palembang dan
Kabupaten Ogan Ilir). Dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Variabelnya yaitu kapasitas SDM, pemanfaatan informasi teknologi, SPIP dan
keterandalan informasi keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian memberikan
bukti bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan
pemerintah.
Penelitian Widyaningrum, Celviana, Rahmawati (2010) dengan judul
penelitian Pengaruh SDM dan Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap
keterandalan dan ketepatwaktuan Pelaporan keuangan Pemerintah Daerah dengan
variabel intervening Pengendalian Intern Akuntansi dengan analisis jalur
menyimpulkan bahwa kapasitas SDM berpengaruh signifikan terhadap nilai
laporan keuangan.
33
Yudianta (2012) dengan penelitian Pengaruh SDM, teknologi informasi dan
pengendalian intern terhadap kualitas informasi akuntansi pada pelaporan keuangan
SKPD Kabupaten Gianyar. Dengan menggunakan teknik analisis linier berganda,
hasil penelitian menunjukan bahwa kapasitas SDM, pemanfaatan teknologi
informasi dan pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap kualitas
informasi akuntansi pada pelaporan keuangan SKPD Kabupaten Gianyar.
Sukmaningrum (2012) dalam penelitiannya tentang Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas informasi LKPD (studi empiris pada Pemerintah
Kabupaten dan Kota Semarang) dengan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukan bahwa SDM, Sistem Pengendalian Intern dan informasi
teknologi berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.
Yuliarta (2013), dengan penelitian pengaruh kompetensi Pejabat
Penatausahaan Keuangan (PPK), SPIP, dan pengawasan keuangan daerah terhadap
nilai informasi LKPD (Studi empiris pada SKPD Kota Padang). Dengan
menggunakan analisis linier berganda menyimpulkan bahwa kompetensi Pejabat
Penatausahaan Keuangan dan SPIP berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
informasi LKPD variabel yang diteliti yaitu Pejabat Peñatausahaan Keuangan dan
Sistem Pengendalian Intern dan nilai informasi keuangan daerah.
Penelitian Sri Wardani (2013) melalui penelitian pengaruh SDM,
pemanfaatan Teknologi Informasi, Sistem Pengendalian Intern dan Pengelolaan
Aset terhadap kualitas laporan keuangan (Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi
NTB) dengan menggunakan analisis regresi logistik biner hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa SDM dan pemanfaatan teknologi Informasi tidak
34
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan, sebaliknya Sistem
Pengendalian Intern dan pengelolaan aset berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laporan.
Penelitian Ayu Darmayani (2014) dengan penelitian pengaruh Kualitas
SDM, penerapan SIPKD dan Pengendalian Intern terhadap nilai laporan keuangan
pada Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Buleleng, dengan
menggunakan analisis linier berganda yang menyimpulkan bahwa Kualitas SDM,
penerapan SIPKD dan Pengendalian Intern berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai laporan keuangan .
Penelitian Rama Mahaputra dan Wayan Putra (2014) analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
dengan analisis linier berganda menyimpulkan bahwa Sistem Informasi Keuangan
Daerah, Sistem Pengendalian Intern dan implementasi SAP berpengaruh positif
dan signifikan pada kualitas informasi akuntansi pada kualitas informasi
pelaporan keuangan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten
Gianyar.
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang membedakan dari penelitian ini
adalah peneliti menggunakan variabel-variabel dan lokasi penelitian yang berbeda
dalam menentukan kualitas LKPD yaitu kompetensi SDM, penerapan SAP,
pemanfaatan SIPKD dan penerapan SPIP dengan mengambil lokasi pada Pemerintah
Daerah Kabupaten Tabanan.