25
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 2.1.1 Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, pemerintah daerah adalah penyelenggara pemerintahan daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas- luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Penyelenggaraan fungsi Pemerintah Daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi II.pdf12 Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,

  • Upload
    vuthien

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Definisi

2.1.1 Pengelolaan Keuangan Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah, pemerintah daerah adalah penyelenggara

pemerintahan daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah

Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Pemerintah Daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-

luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.

Penyelenggaraan fungsi Pemerintah Daerah akan terlaksana secara

optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian

sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu

kepada Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dimana besarnya disesuaikan

dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah. Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan

11

pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah dan wakil kepala daerah

mempunyai kewajiban melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan

keuangan daerah.

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk

didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban

daerah tersebut. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung

jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk

masyarakat. Pengelolaaan keuangan yang baik yaitu: 1) pencapaian keluaran yang

maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk

mencapai keluaran tertentu (efisien), 2) perolehan masukan dengan kualitas dan

kuantitas tertentu pada tingkat harga terendah (ekonomis), 3) pencapaian hasil

program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan

keluaran dengan hasil (efektif), 4) prinsip keterbukaan yang memungkinkan

masyarakat untuk mengetahui/mengakses informasi seluas-luasnya tentang

keuangan daerah (transparan), 5) perwujudan kewajiban setiap orang atau satuan

kerja untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber

daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka

mencapai tujuan yang ditetapkan (bertanggung jawab), 6) keseimbangan distribusi

alokasi pendanaan (keadilan), dan 7) tindakan atau suatu sikap yang dilakukan

dengan wajar dan proporsional (kepatutan).

12

Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan

pengawasan keuangan daerah . Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam

suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun

ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah). Peraturan Pemerintah tentang

pengelolaan keuangan daerah dalam pelaksanaannya ditindaklanjuti dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

Kepala Daerah untuk mengelola keuangan berimplikasi pada

pengaturan pengelolaan keuangan daerah, yaitu bahwa kepala daerah

(gubernur/bupati/walikota) adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan

daerah dan bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai

bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Dalam melaksanakan

kekuasaannya, kepala daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaan

keuangan daerah kepada para pejabat perangkat daerah. Dengan demikian

pengaturan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah dapat

berjalan dengan baik sesuai dengan fungsi perangkat daerah. Pimpinan SKPD

selaku Pengguna Anggaran dalam mengelola keuangan daerah di masing-masing

SKPD dibantu oleh satuan Pengelola Keuangan yang terdiri dari Pejabat

Penatausahaan Keuangan dan Bendahara SKPD.

13

2.1.2 Akuntansi dan Akuntabilitas Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik merupakan hal yang relatif baru di Indonesia

dalam bidang ini menbahas tentang informasi akuntansi yang disediakan oleh

pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya yang menjadi bagian dari suatu

pemerintahan. Akuntansi Pemerintah merupakan salah satu bagian dari akuntansi

sektor publik. Akuntansi sektor publik memiliki cakupan yang lebih luas daripada

akuntansi pemerintah. Akuntansi sektor publik memiliki tujuan untuk

menghasilkan suatu laporan keuangan sektor publik yang memberikan manfaat

informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan organisasi publik

tersebut untuk mengambil keputusan-keputusan ekonomi yang sesuai dengan

kebutuhannya.

Informasi yang diperoleh melalui suatu laporan keuangaan pemerintah

dapat berupa informasi-informasi mengenai kondisi dan kinerja keuangan

pemerintah yang dapat digunakan untuk menilai kondisi keuangan dan hasil

kegiatan atau kinerja pemerintah. Menilai dan membandingkan informasi tentang

kondisi dan kinerja keuangan pemerintah antara realisasi dengan yang

direncanakan/dianggarkan dapat membantu penentuan tingkat kepatuhan

pelaksanaan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait keuangan serta

dapat membantu mengevaluasi pengelolaan keuangan pemerintah dengan prinsip

value for money (efektivitas dan efisiensi).

Untuk memenuhi tuntutan publik terutama dalam hal akuntansi pemerintah

daerah masih perlu adanya perbaikan. Berbeda dengan akuntansi yang biasa

diterapkan oleh sektor privat, laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari (1)

14

Laporan Realisasi APBD, (2) Neraca Pemerintah Daerah dan (3) Laporan Arus

Kas. Untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik (good governance)

mengharuskan pemerintah melakukan perbaikan-perbaikan, salah satunya yaitu

perbaikan dalam hal akuntansi pemerintah. Aspek yang perlu direformasi dalam

akuntansi sektor publik adalah terkait dengan standar akuntansi keuangan

pemerintah sebagai acuan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan

pada sistem akuntansi pemerintah (Halim, 2007).

Akuntabilitas sektor publik merupakan bentuk pertanggungjawaban atas

segala yang dilakukan dan merupakan prinsip yang menjamin bahwa setiap

kegiatan suatu lembaga atau perorangan dapat dipertanggungjawabkan

secara terbuka kepada masyarakat. Akuntabilitas dapat juga diartikan sebagai

kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak lanjut dan kegiatan

seseorang atau lembaga terutama bidang administrasi keuangan kepada pihak

yang berkepentingan. Akuntabilitas dalam konteks pemerintahan mempunyai arti

pertanggungjawaban atau tindakan dalam mencapai tujuan dengan menerapkan

prinsip dari good governance untuk mewujudkan clean government.

Salah satu bentuk nyata untuk mewujudkan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah dengan diundangkannya

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang

mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN

atau APBD disusun dan disajikan sesuai dengan SAP yang ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2003 tersebut, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

15

2004 tentang SAP yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan

dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah. SAP

merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya

meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Tuntutan

dilaksanakannya akuntabilitas publik oleh masyarakat kepada pemerintah

mengharuskan pemerintah untuk membuat laporan kepada pemerintah pusat dan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Akuntansi sektor publik merupakan salah

satu alat bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan akuntabilitas publik.

Pelaksanaan akuntansi publik yang baik dapat menghasilkan laporan keuangan yang

berkualitas , dimana pemerintah pusat dan daerah sebagai subyek pemberi laporan

harus mampu memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya sehingga

bermanfaat bagi para pengguna informasi dalam pengambilan keputusan-keputusan

ekonomi,sosial, dan politik.

2.1.3 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Laporan keuangan adalah sebagai suatu proses pengumpulan, pengolahan

dan pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan

dan menilai kinerja suatu organisasi. Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai

data juga dapat dikatakan sebagai informasi. Data dapat berubah menjadi

informasi kalau diubah kealam konteks yang memberikan makna (Lillrank, 2003).

Dalam menyusun laporan keuangan Pemerintah Daerah, pemerintah

menyelenggarakan akuntansi pemerintah sebagai bentuk pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah mengacu pada

Peraturan Daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah dengan

16

berpedoman pada prinsip pengendalian intern dan SAP. Laporan keuangan

disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan

dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu

periode pelaporan. Laporan keuangan digunakan untuk membandingkan realisasi

dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi

efektivitas dan efisiensi dan membantu menentukan ketaatannya terhadap

peraturan perundang-undangan.

Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai data, juga dapat dikatakan

sebagai informasi (Halim, 2007). LKPD terutama digunakan untuk

membandingkan realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah

ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai efektivitas dan efisiensi Pemerintah

Daerah, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-

undangan. Laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas

pengelolaan keuangan publik, tidak adanya laporan keuangan menunjukkan

lemahnya akuntabilitas, dengan lemahnya akuntabilitas mengidentifikasikan

lemahnya sistem yang selanjutnya berimbas pada membudayanya korupsi

sistematik. Untuk mengikis korupsi salah satu caranya dengan membudayakan

akuntabilitas yang juga berarti menyajikan laporan keuangan yang baik dan benar.

Dalam melaksanakan akuntabilitas publik, Pemerintah Daerah berkewajiban

memberikan informasi sebagai pemenuhan hak-hak publik yang antara lainya

adalah Hak untuk tahu (right to know), Hak untuk diberi informasi (right to be

informed), dan Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened

to) (Mardiasmo, 2006) Laporan keuangan yang telah dipublikasikan merupakan

17

intisari data keuangan yang telah diringkas, diklasifikasikan dan dikelompokan

untuk mengetahui kondisi keuangan suatu organisasi apakah tergolong sehat atau

tidak sehat. Pemerintah Daerah berkewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang

telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara

sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan.

2.1.4 Karakteristik Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Laporan Keuangan daerah yang disajikan diharapkan benar-benar harus

berkualitas dengan tingkat karakteristik yang memadai. Karakteristik laporan

keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi

akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Karakteristik laporan keuangan

memiliki empat karakteristik yang merupakan prasyarat normatif yang diperlukan

agar laporan keuangan pemerintah daerah memenuhi kualitas yang dikehendaki

yakni.

1) Relevan

LKPD dikatakan relevan apabila informasi yang termuat didalamnya dapat

mempengaruhi keputusan pengguna laporan dengan membantunya mengevaluasi

peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa yang akan datang dan

menegaskan/mengoreksi hasil evaluasi pengguna laporan di masa lalu. Informasi

laporan keuangan yang relevan adalah informasi yang dapat dihubungkan dengan

maksud dari pengguna informasi tersebut. Informasi yang relevan harus memiliki

manfaat umpan balik (feedback value), memiliki manfaat prediktif (predictive

value), tepat waktu dan lengkap.

18

2) Andal

Informasi akuntansi yang relevan tetapi dalam penyajiannya tidak dapat

diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat

menyesatkan. Informasi yang andal harus memenuhi karakteristik yaitu penyajian

jujur, dapat diverifikasi dan netralitas.

3) Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan pemerintah daerah akan lebih

berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan yang sebelumnya atau laporan

keuangan pemerintah daerah lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan

secara internal dan eksternal.

4) Dapat dipahami

Informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dapat

dipahami oleh pengguna laporan dan dinyatakan dalam bentuk serta dengan istilah

yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna laporan. Diasumsikan

pengguna laporan memiliki pemahaman atau pengetahuan yang memadai atas

kegiatan dan lingkungan operasi Pemerintah Daerah, serta adanya kemauan

pengguna laporan untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

Karakteristik Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dinilai oleh lembaga pemeriksa

eksternal sehingga dapat mencerminkan kinerja pengelolaan keuangan daerah.

2.2 Teori-Teori

2.2.1 Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Kualitas laporan keuangan sangat berpengaruh pada akuntabilitas, dengan

19

kualitas laporan keuangan yang baik akan memberikan dedikasi terhadap

akuntabilitas atau pertanggungjawaban atas laporan keuangan yang dibuat. Alat

untuk memfasilitasi agar laporan keuangan tersebut semakin transparan dan

akuntabel yaitu dengan SAP. Dengan menerapkan SAP informasi keuangan dapat

dijadikan dasar pengambilan keputusan di pemerintahan dan juga terwujudnya

transparansi serta akuntabilitas. SAP mempunyai kekuatan hukum dalam upaya

meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. SAP diterapkan

dilingkup pemerintahan, yaitu Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan

satuan organisasi di lingkungan Pemerintah Pusat atau Daerah dalam

menyajikan laporan keuangan.

Kualitas laporan keuangan adalah penyajian laporan keuangan yang memiliki

kriteria antara lain (a) kesesuaian dengan SAP, (b) Kecukupan pengungkapan,

(c) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, (d) Efektivitas Sistem

Pengendalian Intern (SPI). Beberapa tujuan dari Laporan Keuangan yaitu untuk

kepentingan antara lain.

1) Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepada Pemerintah Daerah dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan secara periodik

2) Manajemen

Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi pelaksanaan

kegiatan Pemerintah Daerah dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi

perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh asset dan ekuitas dana

20

Pemerintah Daerah untuk kepentingan masyarakat.

3) Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat

berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui

secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dalam

mengelola sumber daya sesuai dengan peraturan perundang undangan.

4) Keseimbangan antar generasi

Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengetahui apakah

penerimaan pemerintah daerah pada periode pelaporan cukup untuk membiayai

seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi mendatang diasumsikan

ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan Pemerintah Daerah adalah

untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan, alat

akuntabilitas publik, dan untuk memberikan informasi yang digunakan untuk

mengevaliuasi kinerja organisasi. Informasi dalam laporan keuangan tersebut

relevan untuk memenuhi tujuan laporan keuangan pemerintah, namun tidak

dapat sepenuhnya memenuhi tujuan tersebut. Informasi tambahan, termasuk

laporan non keuangan, dapat dilaporkan bersama-sama dengan laporan

keuangan untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif

mengenai aktivitas suatu entitas pelaporan selama satu periode. LKPD diharapkan

dapat menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai

akuntabilitas dan membuat keputusan baik itu keputusan ekonomi sosial dan politik.

Pemerintah Daerah mendapat tuntutan dari segala pihak untuk dapat

21

memberikan informasi tentang keuangan daerah secara transparan, agar informasi

tersebut dapat digunakan dalam berbagai kepentingan atau bagi kelompok yang

membutuhkan. Ada beberapa kelompok utama yang menggunakan laporan

keuangan atau sebagai pengguna LKPD yaitu masyarakat, para wakil rakyat,

lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa, pihak yang berperan dalam proses

donasi, investasi, pinjaman dan kreditor yang memerlukan informasi keuangan untuk

menghitung resiko, likuiditas dan solvabilitas, pemerintah dan para pembayar pajak.

LKPD yang disajikan dan dipublikasikan diharapkan benar-benar berkualitas dengan

tingkat karakteristik yang memadai. Karakteristik Kualitatif laporan keuangan

adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi

sehingga memenuhi apa yang menjadi tujuannya.

2.2.2 Kompetensi Sumber Daya Manusia

Widodo (2001) dalam Kharis (2010) menjelaskan SDM adalah

kemampuan SDM untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang

diberikan kepadanya dengan bekal pendidikan, pelatihan, dan pengalaman

yang cukup memadai. SDM yang kompeten tersebut akan mampu memahami

logika akuntansi dengan baik. Kegagalan SDM Pemerintah Daerah dalam

memahami dan menerapkan logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan

laporan keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian laporan dengan standar

yang ditetapkan pemerintah (Warisno, 2008). Kompetensi SDM mencakup

kapasitasnya, yaitu kemampuan seseorang atau individu, suatu organisasi

(kelembagaan), atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi- fungsi atau

kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.Kapasitas

22

harus dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai kinerja, untuk menghasilkan

keluaran-keluaran (outputs) dan hasil-hasil (outcomes).

Laporan keuangan adalah suatu produk yang dihasilkan oleh bidang atau

dari disiplin ilmu akuntansi, oleh karenanya diperlukan SDM yang

berkompeten dalam menyusun dan menghasilkan laporan Keuangan yang

berkualitas. Untuk menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah yang

berkualitas diperlukan atau dibutuhkan SDM yang memahami dan

berkompeten dalam melaksanakan akuntansi keuangan Pemerintah Daerah

serta organisasional tentang pemerintahan. Kompetensi SDM adalah

kemampuan SDM untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya dengan bekal pendidikan, pelatihan, dan pengalaman

yang cukup memadai. SDM pengguna sistem dituntut untuk memiliki tingkat

keahlian akuntansi yang memadai atau paling tidak memiliki kemauan

untuk terus belajar dan mengasah kemampuan dibidang akuntansi.

Kemampuan SDM itu sendiri sangat berperan dalam menghasilkan informasi

yang berkualitas. Kompetensi SDM dapat dilihat dari latar belakang pendidikan,

pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti, dan dari keterampilan yang dinyatakan

dalam pelaksanaan tugas.

Kompetensi SDM memiliki hubungan yang positif terhadap kualitas LKPD

karena dalam menyusun dan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas SDM

memiliki peran yang sangat penting khususnya SDM di bidang akuntansi, seperti

yang telah diteliti oleh Arsyiati (2008) menemukan bukti empiris dan

menyimpulkan bahwa pengaruh SDM dalam pengelolaan keuangan terhadap

23

kualitas pertanggungjawaban keuangan dilihat koefisien jalur mempunyai arah

yang positif yang artinya SDM mempunyai pengaruh terhadap kualitas

pertanngungjawaban keuangan. Penelitian Yudianta (2012) menemukan bukti

bahwa kompetensi SDM bidang akuntansi memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap kualitas LKPD. SDM merupakan modal utama dalam suatu

organisasi, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan seseorang

yang dapat digunakan dalam menghasilkan suatu layanan yang profesional.

Widiastuti (2013) juga menemukan bukti tentang kompetensi SDM bidang

akuntansi pada DPKAD Kota Bandung memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap LKPD Kota Bandung. Sedangkan Yuliarta (2013) yang menemukan

bahwa pengaruh Pejabat Penatausahaaan keuangan (PPK) Satuan Kerja Perangkat

Daerah Kota Bandung memiliki pengaruh positif terhadap nilai informasi LKPD.

2.2.3 Standar Akuntansi Pemerintahan

Menurut Halim (2007) Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang

disebutnya sebagai Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah yang

berdasarkan Permendagri 13 Tahun 2006 meliputi serangkaian prosedur mulai

dari proses pengumpulan data, pencatatan, penggolongan dan peringkasan atas

transaksi dan/kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka

pertanggungjawaban APBD yang dapat dilakukan secara manual maupun

menggunakan aplikasi komputer. SAP ditetapkan dalam entitas pelaporan dan

entitas akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintah daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 yang

24

telah diperbaharui oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71

Tahun 2010 tentang SAP memuat bahwa pemerintah menyusun sistem akuntansi

pemerintahan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan, dimanan sistem

akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah daerah diatur dalam peraturan

Gubernur/Bupati/Walikota mengacu pada Peraturan Daerah tentang pengelolaan

keuangan daerah yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Menurut

Mardiasmo (2006) kualitas LKPD sangat dipengaruhi oleh seberapa andal sistem

akuntansi yang diterapkan. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah merupakan

kumpulan dari subsistem-subsistem yang didalamnya terdapat tahap-tahap, prosedur,

perangkat dan peraturan yang harus diikuti dalam rangka mengumpulkan dan

mencatat data keuangan, kemudian mengolah data tersebut menjadi berbagai laporan

keuangan untuk pihak luar maupun internal Pemerintah Daerah.

Pengimplementasian SAP bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas, mendukung operasi rutin harian, meningkatkan kualitas laporan

keuangan, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, meningkatkan

akuntabilitas financial dan melindungi aset Pemerintah Daerah. Sistem Akuntansi

Pemerintah Daerah disusun untuk menjamin bahwa siklus akuntansi bisa berjalan

dengan baik tanpa ada gangguan dan masalah, yang bisa menyebabkan kualitas

laporan keuangan yang dihasilkan kurang berkualitas. Pada prinsipnya sistem

akuntansi pemerintah daerah bisa berupa sistem akuntansi manual maupun

berkomputerisasi. Jika pemerintah daerah sudah menggunakan sistem akuntansi

berkomputer, maka beberapa tahap dalam siklus akuntansi bisa digantikan oleh

komputer, Pemerintah Daerah yang menggunkan sistem akuntansi yang

25

berkomputer akan sangat bermanfaat untuk menghemat waktu dan tenaga, informasi

yang dihasilkan juga lebih tepat waktu, lebih bervariasi dan lebih berkualitas, bahkan

dengan software akuntansi laporan keuangan yang dihasilkan akan jauh lebih

berkualitas dan bisa dilengkapi dengan analisis laporan keuangan.

Sistem akuntansi merupakan alat untuk menghasilkan LKPD sedangkan

standar akuntansi merupakan pedoman yang mengatur laporan keuangan

Pemerintah Daerah yang akan disajikan. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

memiliki keterkaitan dengan akuntansi pemerintah yang ditetapkan, antara sistem

akuntansi pemerintah dengan standar akuntansi harus terdapat singkronisasi dan

harmonisasi. Siklus pengelolaaan keuangan daerah, sistem akuntansi, SAP

merupakan hal yang berkaitan satu sama lain yang harus diatur dan dipatuhi oleh

Pemerintah Daerah. Untuk menghasilkan LKPD diperlukan proses dan tahap-tahap

yang dilalui yang diatur dalam SAP.

Tujuan utama SAP adalah agar laporan keuangan yang dihasilkan bisa lebih

mudah dipahami bagi para pengguna laporan, agar tidak terjadi kesalahpahaman

antara pihak penyaji laporan keuangan dan pengguna laporan keuangan serta agar

terdapat konsistensi dalam laporan keuangan hingga dapat dilakukan pembandingan/

memiliki daya banding (commperability). Dengan adanya SAP maka laporan

keuangan akan lebih berkualitas dan dapat dijadikan perbandingan kinerja antar

kurun waktu dan dengan Pemerintah daerah lainnya, bagi auditor dengan adanya

SAP akan mempermudah proses audit karena pada dasarnya audit adalah

memeriksa laporan keuangan yang merupakan asersi manajemen dikaitkan dengan

standar akuntansi yang telah ditetapkan.

26

Pengelolaan keuangan daerah yaitu mengurus dan mengatur keuangan

daerahnya sendiri denga pedoman pengelolaan keuangan daerah berdasarkan

peraturan yang ada (Permendagri Nomor 13 tahun 2006) yang meliputi: Tertib,

Taat pada peraturan perundang-undangan, Efektif, Efisien, Ekonomis,

Transfaran, Bertangung jawab, Keadilan, Kepatutan, dan Manfaat untuk

masyarakat. Untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat

sesuai dengan tujuan otonomi daerah salah satunya yang merupakan alat adalah

melalui APBD, ini menunjukkan bahwa keuangan daerah harus dikelola dengan

baik dan wajar agar semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan

uang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah dan

kesejahteraan masyarakat.

Pengaruh SAP terhadap kualitas LKPD dibuktikan dengan penelitian

Roviyantie (2011) yang menyimpulkan bahwa sistem akuntansi keuangan

berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Teori

Bastian (2005) menyimpulkan bahwa SAP merupakan persyaratan yang

mempunyai kekuatan hukum dan upaya dalam meningkatkan kualitas laporan

Keuangan Pemerintah di Indonsesia. Sama dengan teori Mardiasmo (2006) yang

menyatakan bahwa Kualitas LKPD di pengaruhi oleh seberapa andal sistem

akuntansi yang diterapkan. Begitu juga teori yang dikemukakan oleh Nugraheni

(2008) bahwa penerapan SAP berpengaruh terhadap peningkatan kualitas laporan

keuangan.

27

2.2.4 Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah

Teknologi informasi diartikan sebagai suatu teknologi yang digunakan

untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,

memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang

berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang

digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan

informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini

menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan

untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai

dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar

dan diakses secara global.

Teknologi informasi meliputi komputer (mainframe,mini,micro), perangkat

lunak (software), database, jaringan (internet, intranet), electronic commerce,

dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi. Teknologi informasi

selain sebagai teknologi komputer (hardware dan software) untuk pemrosesan

dan penyimpanan informasi, juga berfungsi sebagai teknologi komunikasi untuk

penyebaran informasi. Komputer sebagai salah satu komponen dari teknologi

informasi merupakan alat yang bisa melipatgandakan kemampuan yang dimiliki

manusia dan komputer juga bisa mengerjakan sesuatu yang manusia mungkin

tidak mampu melakukannya.

Fungsi teknologi informasi yaitu mengumpulkan data, pengolah data,

pelaporan data, penyimpanan data dan pengiriman data. Sistem Informasi Keuangan

Daerah (SIKD) adalah peraturan perundang-undangan dalam hal ini Peraturan

28

Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah,

didalam Peraturan Pemerintah tersebut memuat tentang jika daerah tidak

menyampaikan informasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku menteri keuangan

dapat melakukan penundaan penyaluran dana perimbangan setelah mendapat

pertimbangan dewan pertimbangan otonomi daerah dan dapat dikenakan sanksi.

(Halim 2007)

Informasi teknologi yang semakin maju memudahkan pelaksanaan informasi

keuangan karena memiliki kekuatan atau potensi dalam hal ketepatan, konsistensi,

ketepatan kehandalan dan kemampuan menyimpan data yang besar. Persiapan

penggunaan informasi teknologi tidak terlepas dari sumber daya manusianya.

Pemanfaatan teknologi informasi terkadang membuat pekerjaan efektif dan efisien

tetapi akan mengakibatkan berkurangnya pekerjaan suatu organisasi, disamping itu

penggunaan teknologi informasi membutuhkan dana yang cukup mahal. Pengaruh

Sistem informasi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah

daerah dibuktikan dengan Penelitian Yosefrinaldi (2008) yang menyimpulkan

bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Di mana, semakin baik pemanfaatan

teknologi informasi maka semakin baik pula kualitas Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah. Perkembangan teknologi informasi pada saat ini tidak hanya

dimanfaatkan dalam organiasi bisnis saja tetapi dimanfaatkan juga pada sektor

publik/pemerintahan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2005 tentang Sistem

Informasi Keuangan Daerah dalam penjelasannya disebutkan bahwa untuk

29

menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan

prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good Governence), Pemerintah

Daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memnfaatkan kemajuan

teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan

daerah dan menyalurkannya untuk pelayanan publik. Pemerintah dalam hal ini

Pemerintah Daerah harus lebih optimal dalam memanfaatkan teknologi informasi

untuk membangun jaringan sistem informasi manajemen dan proses kerja yang

memungkinkan pemerintahan bekerja secara terpadu dengan penyerderhanaan

akses antara unit kerja.

2.2.5 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008,

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah proses yang integral pada tindakan

dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh

pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi

melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,

pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

SPIP adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara

menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pengawasan

Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan

kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi

dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah

dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan

30

efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang

baik. Unsur Sistem Pengendalian intern Pemerintah terdiri dari.

a. lingkungan pengendalian;

b. penilaian risiko;

c. kegiatan pengendalian;

d. informasi dan komunikasi; dan

e. pemantauan pengendalian intern

Sistem akuntansi berkaitan erat dengan sistem pengendalian internal

organisasi. Sistem akuntansi yang baik adalah sistem akuntansi yang memiliki

sistem pengendalian yang baik. Komponen penting yang terkait dengan sistem

Pengendalian Intern antara lain yaitu.

a. Sistem dan prosedur akuntansi

b. Otorisasi

c. Formulir,dokumen dan catatan

d. Pemisahan tugas

SPIP didefinisikan merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi,

dan mengukur sumber daya suatu organisasi, serta berperan penting

dalam pencegahan dan pendeteksian penggelapan (fraud). Pengendalian intern

terdiri atas kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam mencapai sasaran

dan menjamin atau menyediakan informasi keuangan yang andal, serta

menjamin ditaatinya hukum dan peraturan yang berlaku. Dilihat dari tujuan

tersebut, maka sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Pengendalian intern akuntansi

Dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah

31

menjaga kekayaan organisasi dan memeriksa keakuratan data akuntansi.

Sebagai contoh, adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit

organisasi.

2) Pengendalian administratif

Dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi dan mendorong

dipatuhinya kebijakan manajemen. Contohnya adalah adanya pemeriksaan

laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil

tindakan. SPIP merupakan suatu langkah nyata pemerintah dalam memberikan

acuan serta pijakan bagi pemerintah daerah agar pengelolaan keuangan

dapat dilaksanakan secara akuntabel dan transparan.

Pengaruh SPIP terhadap kualitas LKPD melalui penelitian Indriasari (2008),

Sukmaningrum (2012), dan Yudianta (2012) membuktikan secara empiris bahwa

SPIP berpengaruh positif terhadap nilai LKPD yang dinyatakan dengan

ketepatwaktuan dan keterandalan LKPD. Widiastuti (2013) membuktikan secara

empiris bahwa pengaruh SPIP pada DPKAD Kota Bandung berpengaruh

signifikan terhadap kualitas LKPD. Yuliarta (2013) menyimpulkan bahwa

pengaruh SPIP memiliki pengaruh positif terhadap nilai informasi LKPD.

Penelitian Ari Udiyanti (2014) menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal

berpengaruh terhadap kualitas LKPD.

2.3 Keaslian Penelitian

Penelitian-penelitian mengenai kualitas laporan keuangan dalam sektor publik

dalam hal ini pemerintah daerah diantaranya adalah.

32

Arsyiati (2008), dengan penelitian Pengaruh kualitas SDM dalam pengelolaan

keuangan terhadap kualitas pertanggungjawaban keuangan PNBP dalam upaya

meningkatkan kinerja instansi pada Universitas Syiah Kuala. Dengan pengujian

menggunakan analisis jalur, dilihat dari nilai koefisien jalur mempunyai arah positif

jadi dapat dikatakan bahwa kualitas SDM berpengaruh terhadap kualitas

pertanggungjawaban keuangan PNBP dalam upaya meningkatkan kinerja instansi

pada universitas Syiah Kuala.

Indriasari (2008) dengan penelitian pengaruh kapasitas SDM, pemanfaatan

teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi terhadap nilai informasi

pelaporan keuangan pemerintah daerah (studi pada Pemerintah Kota Palembang dan

Kabupaten Ogan Ilir). Dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda.

Variabelnya yaitu kapasitas SDM, pemanfaatan informasi teknologi, SPIP dan

keterandalan informasi keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian memberikan

bukti bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan

pemerintah.

Penelitian Widyaningrum, Celviana, Rahmawati (2010) dengan judul

penelitian Pengaruh SDM dan Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap

keterandalan dan ketepatwaktuan Pelaporan keuangan Pemerintah Daerah dengan

variabel intervening Pengendalian Intern Akuntansi dengan analisis jalur

menyimpulkan bahwa kapasitas SDM berpengaruh signifikan terhadap nilai

laporan keuangan.

33

Yudianta (2012) dengan penelitian Pengaruh SDM, teknologi informasi dan

pengendalian intern terhadap kualitas informasi akuntansi pada pelaporan keuangan

SKPD Kabupaten Gianyar. Dengan menggunakan teknik analisis linier berganda,

hasil penelitian menunjukan bahwa kapasitas SDM, pemanfaatan teknologi

informasi dan pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap kualitas

informasi akuntansi pada pelaporan keuangan SKPD Kabupaten Gianyar.

Sukmaningrum (2012) dalam penelitiannya tentang Analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi kualitas informasi LKPD (studi empiris pada Pemerintah

Kabupaten dan Kota Semarang) dengan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil

penelitian menunjukan bahwa SDM, Sistem Pengendalian Intern dan informasi

teknologi berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.

Yuliarta (2013), dengan penelitian pengaruh kompetensi Pejabat

Penatausahaan Keuangan (PPK), SPIP, dan pengawasan keuangan daerah terhadap

nilai informasi LKPD (Studi empiris pada SKPD Kota Padang). Dengan

menggunakan analisis linier berganda menyimpulkan bahwa kompetensi Pejabat

Penatausahaan Keuangan dan SPIP berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

informasi LKPD variabel yang diteliti yaitu Pejabat Peñatausahaan Keuangan dan

Sistem Pengendalian Intern dan nilai informasi keuangan daerah.

Penelitian Sri Wardani (2013) melalui penelitian pengaruh SDM,

pemanfaatan Teknologi Informasi, Sistem Pengendalian Intern dan Pengelolaan

Aset terhadap kualitas laporan keuangan (Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi

NTB) dengan menggunakan analisis regresi logistik biner hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa SDM dan pemanfaatan teknologi Informasi tidak

34

berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan, sebaliknya Sistem

Pengendalian Intern dan pengelolaan aset berpengaruh signifikan terhadap

kualitas laporan.

Penelitian Ayu Darmayani (2014) dengan penelitian pengaruh Kualitas

SDM, penerapan SIPKD dan Pengendalian Intern terhadap nilai laporan keuangan

pada Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Buleleng, dengan

menggunakan analisis linier berganda yang menyimpulkan bahwa Kualitas SDM,

penerapan SIPKD dan Pengendalian Intern berpengaruh positif dan signifikan

terhadap nilai laporan keuangan .

Penelitian Rama Mahaputra dan Wayan Putra (2014) analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi kualitas Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah

dengan analisis linier berganda menyimpulkan bahwa Sistem Informasi Keuangan

Daerah, Sistem Pengendalian Intern dan implementasi SAP berpengaruh positif

dan signifikan pada kualitas informasi akuntansi pada kualitas informasi

pelaporan keuangan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten

Gianyar.

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang membedakan dari penelitian ini

adalah peneliti menggunakan variabel-variabel dan lokasi penelitian yang berbeda

dalam menentukan kualitas LKPD yaitu kompetensi SDM, penerapan SAP,

pemanfaatan SIPKD dan penerapan SPIP dengan mengambil lokasi pada Pemerintah

Daerah Kabupaten Tabanan.