Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan Industri
1. Pertumbuhan Industri
Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi
di berbagai Negara sangat penting karena sektor industri
memiliki beberapa keunggulan dalam hal akselerasi
pembangunan. Sebagai contoh pertumbuhan sektor industri
yang sangat pesat dan merangsang pertumbuhan sektor
pertanian untk menyediakan bahan baku bagi suatu industri.
Industri-industri tersebut juga memungkinkan
berkembangnya sektor jasa.1
Industri adalah kegiatan ekonomi yang menghasilkan
barang dan jasa.2 Menurut Mastur Mujib Ikhsani dan
Syarifudin Budi Ningharto yang dikutip oleh Adisty
1 Muhtamil, “Pengaruh Perkembangan Industri Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja di Provinsi Jambi”, Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan
Daerah, Vol.IV, No.3, (Januari-Maret 2017), 199 2 Ralona, Kamus Istilah Ekonomi Populer, (Jakarta: Gorga Media,
2006), 121
17
Rizkyanti3 Pengertian industri sangat luas, dapat dalam
lingkup makro dan mikro, secara mikro, sebagaimana
dijelaskan dalam ekonomi mikro, industri adalah kumpulan
dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-
barang yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai
sifat saling menggantikan secara erat. Namun demikian, dari
segi pembentukan pendapatan, yakni cenderung bersifat
makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan
nilai tambah.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) industri adalah
suatu unit/kesatuan produksi yang terletak pada suatu tempat
tertentu yang melakukan kegiaan ekonomi, bertujuan untuk
mengubah suatu barang secara mekanik, kimia, atau dengan
tangan sehingga menjadi benda/barang/produk baru yang
nilainya lebih tinggi, dan sifatnya lebih dekat kepada
konsumen akhir.4
3 Adisty Rizkyanti, “Analisis Struktur Pasar Industri Karet dan
Barang Karet Periode Tahun 2009”, Media Ekonomi, Vol.XVIII, No.2,
(Agustus 2010), 5 4Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Statistik Industri Besar Dan
Sedang, Diunduh Tanggal 1 April 2018 Pukul 19:20
18
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa industri adalah suatu keterampilan dan ketekunan
kerja dalam kegiatan manusia di bidang tertentu yang
dilakukan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa yang
bertujuan untuk menciptakan nilai tambah. Bidang industri
juga dijadikan sebagai tolak ukur kemajuan dan kemakmuran
suatu negara. Pertumbuhan industri merupakan salah satu
faktor bertumbuhnya ekonomi di suatu daerah.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan
kondisi perekonomian suatu negara secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama
perode tertentu.5 Menurut pendapat O’ Sullivan yang dikutip
oleh Tunjung Hapsari6 pertumbuhan ekonomi dapat diartikan
sebagai peningkatan pendapat perkapita.
5 Eka Pratiwi Lumbantoruan, “Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi-provinsi Di Indonesia (Metode
Kointegrasi), Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. II, No.2, (April 2013), 15 6 Tunjung Hapsari, “Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia”, (Skripsi, Program Strata 1, “UIN Syarif Hidayatullah”,
Jakarta 2011), 17
19
Menurut pendapat Sukirno yang dikutip oleh Riska
Franita7 pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang
dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah
dan kemakmuran masyarakat meningkat yang berimbas pada
minimnya angka pengangguran.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan disuatu perekonomian dan
kesejahteraan suatu perekonomian ditentukan oleh besarnya
pertumbuhan yang ditunjukkan oleh perubahan output
nasional. Adanya perubahan output nasional dalam
perekonomian merupakan analisis ekonomi jangka pendek.8
Pertumbuhan Ekonomi dapat dilihat dari adanya
peningkatan di dalam GDP (Gross Domestic Product) atau
GNP (Gross National Product). Adanya peningkatan GNP
7 Riska Franita, “Analisa Pengangguran di Indonesia”, Jurnal Ilmu
Pengetahuan Sosial”, Vol.1, No.2 (Desember 2016), 90 8 Ahmad Ma’ruf dan Latri Wihastuti, “Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia Determinasi dan Prospeknya”, Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan, Vol.IX, No.1 (April 2008),46
20
menunjukkan adanya peningkatan pendapatan per kapita.
Pendapatan per kapita merupakan pendapatan masyarakat per
individu.9
Suatu perekonomian dikatakan mengalami
petumbuhan ekonomi jika jumlah produksi barang dan
jasanya meningkat. Dalam dunia nyata, amat sulit untuk
mencatat jumlah unit barang dan jasa yang dihasilkan selama
periode tertentu. Kesulitan itu muncul bukan saja karena
jenis barang dan jasa yang dihasilkan sangat beragam, tetapi
satuan ukurannya pun berbeda. Belum lagi produk-produk
yang tidak terukur dengan satuan fisik, misalnya jasa
konsultasi, jasa pariwisata dan jasa-jasa modern lainnya.
Karena itu angka yang digunakan untuk menaksir
perubahan output adalah nilai moneternya (uang) yang
tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai PDB yang digunakan
adalah PDB berdasarkan harga konstan. Sebab,
menggunakan harga konstan, pengaruh perubahan harga
9 Aang Curatman, Teori Ekonomi Makro, (Yogyakarta: Swagati
Press, 2010), 5
21
telah dihilangkan, sehingga sekalipun angka yang muncul
adalah nilai uang dari total output barang dan jasa, perubahan
nilai PDB sekaligus menunjukkan perubahan jumlah
kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan selama periode
pengamatan.
Faktor-faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi
Para ekonom aliran klasik telah lama dan terus-
menerus mempelajari gejala pertumbuhan ekonomi.
Karenanya sangat baik untuk melihat pandangan mereka
tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi.10
Berikut pembahasan faktor
penentu pertumbuhan ekonomi.
a. Barang modal
Barang modal sangat penting bagi perkembangan dan
kelancaran pembangunan ekonomi karena barang modal
dapat meningkatkan produktivitas. Agar ekonomi mengalami
10
Prathama Rahardja, dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro
Suatu Pengantar Edisi keempat, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesi, 2008), 135
22
pertumbuhan, stok barang modal harus ditambah.
Penambahan stok barang modal dilakukan melalui investasi.
Oleh karna itu salah satu upaya dalam meningkatkan
investasi adalah dengan mendorong peningkatan faktor-
faktor yang memengaruhi jumlah investasi.
b. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting
yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi suatu
Negara. Penambahan tenaga kerja umumnya berpengaruh
terhadap peningkatan output. Jumlah tenaga kerja yang dapat
dilibatkan dalam proses produksi akan semakin sedikit bila
teknologi yang digunakan makin tinggi.
c. Teknologi
Kemajuan teknologi akan melahirkan trade off
terhadap kesempatan kerja. Selain itu kemajuan teknologi
makin memperbesar ketimpangan ekonomi antarbangsa,
utamanya antara Negara maju dan Negara berkembang.
23
Teknologi memberikan beberapa pengaruh positif yang dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu Negara.
d. Uang
Uang bagi perekonomian ibarat darah dalam tubuh
manusia. Makin banyak uang yang digunakan dalam proses
produksi, makin besar output yang dihasilkan . tetapi dengan
jumlah uang yang sama, dapat dihasilkan output yang lebih
besar jika penggunaannya efesien. Tingkat efesien
penggunaan uang sangat ditentukan oleh tingkat efesien
sistem perbankan.
e. Manajemen
Sistem manajemen yang baik, terkadang jauh lebih
berguna di banding barang modal yang banyak uang yang
berlimpah dan teknologi yang tinggi. Ada perekonomian
yang tidak terlalu mengandalkan teknologi tinggi namun
berkat manajemen yang baik, mampu mempertahankan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
24
f. Kewirausahaan
Kiwarausahaan secara sederhana didefinisikan
sebagai kemampuan dan keberanian mengambil resiko untuk
memperoleh keuntungan. Para wirausahawan/pengusaha
harus mempunyai perkiraan yang matang bahwa input yang
dikombinasikannya akan menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga timbal baliknya akan
memberikan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan.
g. Informasi
Syarat agar pasar berfungsi sebagai alokasi sumber
daya ekonomi yang efesien adalah adanya informasi yang
sempurna dan seimbang (perfect and simetric information)
Kegagalan pasar merupakan akibat tidak terpenuhinya
asumsi ini. Sebab semakin banyak, semakin besar dan
semakin berimbang arus informasi, para pelaku ekonomi
25
dapat mengambil keputusan dengan lebih cepat dan lebih
baik, sehingga sumber daya ekonomi makin efesien.11
Untuk menganalisis perubahan peranan berbagai sub
sektor industri dalam menciptakan pendapatan nasional
dianalisis data dari enam Negara, sedangkan untuk
menganalisis perubahan peranan sebagai sub sektor industri
dalam menampung tenaga kerja digunakan data dari sebelas
Negara. Dalam analisisnya Kuznets membedakan sektor
industri menjadi 4 sub sektor yaitu:
1. Industri pertambangan
Sub sektor pertambangan pada umumnya selalu
merupakan sub sektor industri yang kecil peranannya dalam
menciptakan produksi nasional dan menampung tenaga
kerja. Sub sektor bangunan juga mengalami perubahan yang
sama sifatnya dengan sub sektor pertambangan, yaitu
dikebanyakan Negara yang diobservasi, peranannya dalam
menciptakan produksi sektor industri dan menampung tenaga
11
Zaini Ibrahim, Pengantar Ekonomi Makro, (LP2M IAIN “SMH”
Banten: Ujang Kurnia, 2013), 90-92
26
kerja menjadi bertambah kecil apabila tingkat pembangunan
ekonomi bertambah tinggi.
2. Industri pengolahan
Peranan sub sektor industri pengolahan, termasuk
industri utilities (penyediaan air dan listrik), dalam
menciptakan produksi sektor industri dan menampung tenaga
kerja pada umumnya bertambah besar apabila tingkat
pembangunan ekonomi menjadi bertambah tinggi.12
Unit
industri pengolahan digambarkan sebagai pabrik, mesin atau
peralatan yang khusus digerakkan dengan mesin dan
tangan.13
3. Industri bangunan
Perubahan peranan sub sektor perhubungan dan
pengangkutan dalam menciptakan produksi sektor industri
dan menampung tenaga kerja tidak menunjukkan pola yang
seragam. Di Inggris dan Amerika Serikat peranan ini
menurun, sedangkan di Swedia tetap, dan tiga Negara lain
12
Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, (Kencana, 2006), 151 13
Badan Pusat Statistik, Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Serang, Diunduh Pada Tanggal 1 April 2018 pukul 20:05
27
yaitu Norwegia, Italia, dan Australia peranan malah
menigkat.
4. Industri perhubungan serta pengangkutan
Untuk Amerika Serikat dan Australia, Kuznets bukan
saja menghitung perubahan peranan berbagai sub sektor
industri berdasarkan pada harga pasar yang berlaku dari masa
ke masa, tetapi juga berdasarkan kepada harga tetap.
Analisisnya yang belakangan ini antara lain menunjukkan
bahwa peranan sub sektor perhubungan dan pengangkutan
dalam keseluruhan produksi sektor industri menurut harga
tetap telah menjadi semakin besar.14
2. Perkembangan Industri Jasa
Industri jasa pada saat ini telah memainkan peran
yang semakin penting dalam perekonomian suatu negara. Di
indonsia misalnya, sektor jasa telah berkembang dengan
cukup pesat dimana terlihat banyak berdirinya berbagai
industri di sektor jasa, seperti jasa perbankan, jasa
14
Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, 152
28
perhotelan, jasa rumah makan, jasa pariwisata, dan lain
sebagainya.15
Jasa sendiri merupakan aktivitas maupun manfaat
apapun yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain,
yang pada dasarnya tanpa wujud dan tidak menghasilkan
kepemilikan apapun. Jasa tidak menghasilkan kepemilikan
apapun seperti produk, karena jasa sifatnya adalah tidak
terlihat, tetapi berupa pemberian bantuan dalam pemuasan
kebutuhan dan atau keinginan pelanggan dengan imbalan
atau tanpa imbalan tertentu sebagai timbal baliknya.16
Pertumbuhan sektor jasa yang begitu cepat, setidaknya ada
beberapa alasan yang dapat menjelaskan fenomena ini.
Dintaranya dipicu oleh perubahan demografis, perubahan
sosial, perubahan lingkungan ekonomi, perubahan bidang
politik, hukum, dan globalisasi.
15
Ali Iqbal, “Perkembangan Strategi Pemasaran Dalam Industri
Jasa”, Jurnal Ekonomi, Vol.V, No.2 (November 2013), 145 16
Sumaryanto, “Strategi Sukses Bagi Usaha Pemasaran Jasa
Pendidikan Berbasis Manajemen Proses”, Jurnal Ekonomi dan
Kewirausahaan, Vol.XI, No.1, (April 2011), 49
29
a. Perubahan demografis
Perubahan demografis salah satunya dapat dilihat dari
meningkatnya tingkat harapan hidup, yang pada akhirnya
menghasilkan peningkatan jumlah populasi usia
lanjut/pensiunan. Peningkatan jumlah populasi pensiunan ini
mendorong permintaan baru akan jasa menghabiskan waktu
luang seperti jasa travel dan juga menimbulkan permintaan
yang meningkat terhadap produk jasa perawatan kesehatan.
b. Perubahan sosial
Perubahan sosial merupakan salah satu faktor pemicu
pertumbuhan ekonomi dibidang industri jasa. Peningkatan
jumlah wanita dalam angkatan kerja telah membuat wanita
tidak hanya berfungsi di dalam rumah, tetapi juga di luar
rumah. Hal ini menghasilkan pertumbuhan yang pesat dalam
industri jasa tertentu termasuk jasa health care, pendidikan
dan lain-lain.
c. Perubahan perekonomian
Meningkatnya spesialisasi dalam suatu perekonomian
telah menghasilkan ketergantungan yang lebih besar terhadap
30
penyedia jasa yang bersifat terpesialisasi. Sebagai contoh
meningkatnya permintaan terhadap jasa pelayanan rumah
sakit yang memiliki spesialisasi khusus penyakit jantung,
lembaga-lembaga pendidikan profesi, jasa kantor akuntan,
jasa konsultasi hukum, dan lain-lain.
d. Perubahan politik dan hukum
Internasionalisme telah menghasilkan peningkatan
dan permintaan baru akan jasa yang lebih profesional.
Sedangkan jasa sendiri dipandang sebagai suatu fenomena
yang rumit. Jadi pada dasarnya jasa itu aktivitas ekonomi
yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik
atau kontruksi, yang yang biasanya dikonsumsi pada saat
yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan
nilai tambah (seperti misalnya kenyamanan, hiburan,
kesenangan, atau kesehatan) atau pemecah atas masalah yang
dihadapi konsumen.17
17
Rambat Lupiyodi, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: PT
Salemba Embat, 2001), 2-5
31
B. Pengangguran
1. Pengertian pengangguran
Pengangguran adalah keadaan dimana orang yang
ingin dan mampu bekerja, tak dapat memperoleh pekerjaan.18
Menurut Sadono Sukirno yang dikutip oleh Nuvi Wikhdatus
Sa’adah dan Putu Sardha Ardyan19
pengangguran adalah
suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam
angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum
dapat memperolehnya. Menurut Samoelson yang dikutip
oleh Totok Harjanto20
memberikan definisi pengangguran
(unemployed) adalah orang yang tidak bekerja namun giat
mencari pekerjaan atau sedang dipanggil kembali untuk
bekerja diperusahaannya.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
Pengangguran (Unemployment) tidak berkaitan dengan
18
Marbun, Kamus Politik, (Jakarta: CV Mulya Sari, 2005), 374 19
Nuvi Wikhdatus Sa’adah dan Putu Sardha Ardyan, “Analisis
Pengaruh Upah Minimum Pekerja Dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap
Tingkat Pengangguran Di Surabaya”, Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol.I, No.2
(September 2016), 133 20
Totok Harjanto, “Pengangguran dan Pembangunan Nasional”,
Jurnal Ekonomi, Vol.II, No.2, (April 2014), 69
32
mereka yang tidak bekerja, tetapi tidak atau belum
menemukan pekerjaan. Jadi pengangguran merupakan
kelompok orang yang ingin bekerja, sedang berusaha
mendapatkan (atau mengembangkan) pekerjaan tetapi belum
berhasil mendapatkannya.21
Pengangguran dapat terjadi
disebabkan oleh ketidak seimbangan pada pasar tenaga kerja.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang
ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta.22
2. Bentuk-bentuk pengangguran
Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan
yang dialami banyak Negara. Begitu seriusnya masalah ini
sehingga dalam setiap rencana pembangunan ekonomi
masyarakat selalu dikaitkan dengan tujuan untuk
menurunkan angka pengangguran. Namun, kebijakan
pemecahannya sudah barang tentu harus dialamatkan kepada
apa yang menjadi penyebabnya. Oleh karena itu, setiap analis
21
Zaini Ibrahim, Pengantar Ekonomi Makro, 107 22
Faisal Dongoran, dkk, “Analisis Jumlah Pengangguran dan
Ketenagakerjaan Terhadap Perbedaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di
Kota Medan”, Jurnal Edutech, Vol.II, No.2 (September 2016), 64
33
masalah-masalah ini selalu berminat untuk mengetahui profil
permasalahannya.
Adapun bentuk pengangguran berdasakan penyebabnya
yaitu:
1. Pengangguran friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang
disebabkan oleh suatu hambatan yang menyebabkan proses
bertemunya penawaran dan permintaan tenaga kerja menjadi
tidak lancar. Pengangguran terjadi karena ketidaklancaran
mekanisme pasar saja. Penyebab dari hambatan ini pada
dasarnya ada dua, yaitu karena tempat dan waktu.23
Pengangguran friksional disebut juga pengangguran sukarela,
yaitu lahr karena tenaga kerja meninggalkan pekerjaan yang
lama untuk mendapatkan pekerjaan baru yang lebih baik.24
23
Arfida, Ekonomi Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2003), 135 24
Zaini Ibrahim, Pengantar Ekonomi Makro,109
34
2. Pengangguran musiman
Kegiatan ekonomi masyarakat sering terpengaruh
oleh irama musim. Ada masa “ramai” sehingga banyak
permintaan tenaga kerja dan ada masa dimana kegiatan
mengendur. Pergantian antara masa ramai dan masa kendur
terjadi secara teratur dalam periode satu tahun. Selama
kegiatan mengendur terjadi pengangguran dan akan
terpecahkan secara otomatis bila tiba masa ramai kembali.
3. Pengangguran siklikal
Makin banyak orang berpendapat bahwa gejala
ekonomi mengikuti perilaku alam bahkan gejala biologis.
Justru karena itu, banyak perilaku ekonomi dapat dirumuskan
dalam bentuk fungsi. Seperti halnya banjir yang merupakan
gejala alam. Ini terjadi berdasarkan siklus tertentu menurut
ahli fisika sehingga dikenal banjir sepuluh tahunan, banjir
lima tahunan, dan seterusnya.
Demikian pula dengan kegiatan ekonomi, ada
kalanya terjadi ekspansi kegiatan meningkat. Timbul
35
kejenuhan dan penurunan kegiatan. Setelah itu diikuti oleh
kenaikan intensitas lagi. Siklus seperti ini lima atau sepuluh
tahunan sekali secara berulang-ulang secara rutin. Irama
seperti ini sudah barang tentu membawa dampak pada
permintaan tenaga kerja.
4. Pengangguran teknologi
Dalam pertumbuhan industri kita amati bahwa
teknologi yang dipakai dalam proses produksi selalu
berubah. Ternyata laju perubahan itu semakin hari semakin
cepat. Di berbagai industri elektronika perubahan teknologi
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari. Perubahan teknologi produksi
membawa dampak kesempatan kerja berbagai arah.
Kekuatan subtitutif dan kekuatan mengubah sepesifikasi
jabatan yang ditimbulkan membawa dampak negatif bagai
kesempatan kerja berupa pengangguran.25
25
Arfida, Ekonomi Sumber Daya Manusia, 135-138
36
5. Pengangguran struktural
Pengangguran jenis ini dapat juga terjadi kalau ada
penggantian teknologi, misalnya pemakaian mesin-mesin di
pabrik rokok menggeser tenaga kerja manusia. Pemakaian
alat transportasi bermesin menggeser angkutan becak. Pabrik
tekstil menggantikan usaha pertenunan kecil-kecilan di
desa.ini disebut pengangguran teknologis.26
3. Akibat yang ditimbulkan pengangguran
Adanya pengangguran berarti menunjukkan
perekonomian negara itu tidak dalam kondisi full
empoyment. Ada faktor produksi yang tidak terpakai yaitu
tenaga kerja. Memang kondisi idealnya suatu negara harus
berada di dalam keadaan full employment, akan tetapi untuk
mencapai kondii ini tidak mungkin, sangat jarang terjadi.27
Pengangguran yang terjadi didalam suatu perekonomian
dapat memiliki dampak atau akibat buruk, baik terhadap
26
Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, (Jakarta:Yogyakarta,
2004), 209 27
Aang Curatman, Teori Ekonomi Makro, 3
37
perekonomian maupun individu dan masyarakat menyatakan
beberapa dampak pengangguran diantaranya:
1. Dampak pengangguran terhadap perekonomian
Tingkat pengangguran yang relative tinggi tidak
memungkinkan masyarakat mencapai tujuan tersebut. Hal ini
dapat dengan jelas dilihat dari memperhatikan berbagai
akibat buruk yang bersifat ekonomi yang timbul akibat dari
masalah pengangguran. Bebrapa akibat dari pengangguran
bagi perekonomian diantaranya:
a. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat
memaksilakan kesejahteraannya yang mungkin saja
dicapainya.
b. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak (tex
revenue) pemerintah berkurang.
c. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan
ekonomi.
38
2. Dampak pengangguran terhadap individu dan masyarakat
a. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata
pencaharian dan pendapatan.
Di Negara-negara maju, pengangguran
memperoleh tunjangan (bantuan keuangan) dari badan
asuransi pengangguran dan oleh sebab itu mereka masih
mempunyai pendapatan untuk membiayai kehidupannya
dan keluarganya. Mereka tidak perlu bergantung kepada
tabungan mereka atau bantuan orang lain. Di Negara-
negara berkembang tidak dapat program asuransi
pengangguran, dan sebaliknya kehidupan penganggur
harus dibiayai oleh tabungan masa lalu atau
pinjaman/bantuan keluarga dan teman-teman. Keadaan ini
potensial bisa mengakibatkan pertengkaran dan kehidupan
keluarga yang tidak harmonis.
39
b. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan
keterampilan.
Pengangguran dapat berdampak bagi pencari kerja
dan masyarakat terutama keterampilan dalam
mengerjakan sesuatu, pekerja hanya dapat dipertahankan
apabila keterampilan tersebut digunakan dalam praktek.
Pengangguran dalam kurun waktu yang lama kan
menyebabkan tingkat keterampilan pekerja menjadi
semakin merosot.
c. Pengangguran tidak pula menimbulkan ketidakstabilan
sosial dan politik.
Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran
yang tinggi dapat menimbulkan rasa tidak puas
masyarakat kepada pemerintah yang berkuasa. Golongan
yang berkuasa akan semakin tidak popular dimata
masyarakat, dan berbagai tuntutan dan kritik akan
dilontarkan kepada pemerintah dan adakalanya hal itu
disertai pula dengan tindakan demonstrasi dan huru-hara.
40
Kegiatan-kegiatan kriminal seperti pencurian dan
perampokan dan lain sebagainya akan semakin tinggi dan
meresahkan masyarakat.28
Masalah pengangguran di Indonesia masih dapat
diatasi melalui program-program jangka pendek.
Pemerintah telah melakukan program-program Jaring
Pengaman Sosial (JPS) khusus penyerapan tenaga kerja,
program padat karya (labor intensive) sebagai suatu
terobosan (crash program) di Depnaker, Departemen
Kehutanan, Bappnas. Pemerintah telah menyediakan dana
sebesar Rp ,11 triliyun untuk membiayai program padat
karya tersebut. Namun menurut hasil analisa Bank.
Namun masyarakat pedesaan yang sebelum krisis dapat
mencari pekerjaan serabutan, saat krisis tidak adalagi
kesempatan kerja.
Mayoritas angkatan kerja tersebut pada awalnya
mencoba mencari pekerjaan disektor modern. Namun
28
Zarkasi, “Pengaruh Pengangguran Terhadap Daya Beli Masyarakat
Kalbar”, Jurnal katulistiwa: Journal of Islamic Studies, Vol.V, No. 1 (Maret
2014), 50-51
41
karena semakin lambat pertumbuhan sektor industri pada
umumnya menyebabkan banyak orang yang terserap
disektor informal. Pertambahan orang yang bekerja
disektor informal, biasanya dimuali dengan membagi
pekerjaan yang ada (sharing jobs) daripada membuka
kesempatan kerja baru, sehingga produktivitas kerja rata-
ratanya menjadi lebih rendah. Oleh karena itu, pembinaan
sektor informal perlu lebih diarahkan pada peningkatan
produktivitas usaha. Pembinaan tersebut diusahakan untuk
memungkinkan sektor informal menikmati berbagai
fasilitas usaha yang tersedia seperti fasilitas bimbingan
usaha, lokasi, penyediaa bahan baku, penyediaan fasilitas
sosil (air, listrik, komunikasi), informasi kredit latihan,
permasalahan dan lain sebagainya.
Dalam pembangunan membutuhkan sejumlah
tenaga kerja yang perlu disiapkan pengetahuan dan
keterampilannya. Oleh karena itu penyediaan tenaga kerja
melalui perencanaan pendidikan dan pelatihan harus
bersifat terpadu dengan perencanaan tenaga kerja. Untuk
42
dapat menyediakan tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan, keperluan informasi tentang lowongan yang
ada, baik mengenai persyaratan jenis dan tingkat
pendidikannya, maupun mengenai lokasi dan sektor yang
dibutuhkan. Dengan demikian perencanaan pembangunan
hendaknya terbuka untuk penyesuain mengkomodasi
masalah yang timbul dalam pasar tenaga kerja.29
4. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mrupakan kumpulan beberapa
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu
yang ada kaitannya terhadap penelitian yang akan dilakukan
ini. Peneliti terdahulu ini diambil dari skripsi dan hasil-hasil
penelitian sebelumnya ini dapat dijadikan bahan referensi
untuk penelitian yang akan dilakukan.
29
Koeshartono dan Shellyana junaedi, Hubungan Industrial Kajian
Konsep dan Permasalahan, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
2005), 28-29
43
Gambar 2.1
No Nama Judul Penelitian Tujuan Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
1 Iman Budiman Pengaruh Inflasi
Terhadap
Pengangguran
di Banten
Periode 2013-
2015
Tujuan
Peneliti ini
Untuk
Mengetahui
bagaimana
pengaruh
inflasi
terhadap
pengangguran
di Banten
tahun 2013-
2015
Metode yang
digunakan
peneliti ini
menggunakan
deskriptif
kuantitatif, dan
data yang
digunakan
peneliti ini
adalah data
sekunder, dan
jenis data yang
digunakan
peneliti ini
adalah time
Hasil uji t
statistic yang
menunjukkan
nilai t hitung >
t tabel maka
dapat
disimpulkan
bahwa inflasi
dapat
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengangguran
di provinsi
Banten dari
44
series atau
kurun waktu,
teknik analisis
yang digunakan
adalah
menggunakan
uji T, koefisien
korelasi,
koefisien
determinasi.
tahun 2013
sampai 2015.
2 Ana Choirunisa Pengaruh Inflasi
dan Produk
Domestik Bruto
Regional
(PDRB)
Terhadap
Tingkat
Pengangguran
Tujuan
penelitian ini
adalah untuk
mengetahui
pengaruh
inflasi
terhadap
tingkat
Analisis data
yang digunakan
penelitian ini
adalah regresi
linear berganda,
uji asumsi
klasik, uji
hipotesis, dan
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa tingkat
pengangguran
mampu
dijelaskan
oleh tingkat
45
di Provinsi
Banten Tahun
2013-2015
pengangguran
secara parsial,
untuk
mengetahui
pengaruh
PDRB
terhadap
tingkat
pengangguran
secara parsial
dan untuk
mengetahui
pengaruh
inflasi dan
PDRB
terhadap
tingkat
pengangguran
secara
analisis regresi
linear berganda
inflasi dan
PDRB sebesar
94% (R2).
Selanjutnya
uji hipotesis
secara parsial
menunjukkan
bahwa inflasi
berpengaruh
tidak
signifikan
terhadap
tingkat
pengangguran
di provinsi
banten di
tandai dengan
nilai t tabel (-
2.0345) < t
46
simultan. hitung (-
1.625).
PDRB
berpengaruh
signifikan
ditandi dengan
t tabel (-
2.0345) > t
hitung
(22.643) dan
berhubungan
negative
dengan nilai
koefisien -
0.967.
kemudian uji
hipotesis
secara
47
simultan
diperoleh F
hitung
(256.466) > F
tabel (3.285)
berarti tingkat
pengangguran
di provinsi
Banten
dipengaruhi
signifikan oleh
inflasi dan
PDRB secara
simultan.
Perbedaan peneliti ini dengan peneliti-peneliti
sebelumnya adalah variabel x (tidak terikat) yang penulis
teliti hanya satu variabel yaitu pertumbuhan industri jasa
transportasi sedangkan peneliti sebelumnya terdapat dua
48
variabel yakni inflasi dan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Peneliti ini mengambil data dari dua instansi yakni
dari Badan Pusat Statistik (BPS) dengan Dinas Perhubungan
(DISHUB) sedangkan peneliti sebelumnya hanya mengambil
data dari satu instansi yakni Badan Pusat Statisti (BPS).
Teknik analisis yang penulis gunakan teknik analisis regresi
sederhana karena hanya meneliti satu variabel x dan hanya
menggunakan uji t sedangkan penelitian terdahulu
menggunakan teknik analisis regresi berganda , dan
dilengkapi uji F.
5. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan alternatifyang
merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita
amati dalam usaha untuk memahaminya. Hipotesis dapat
diturunkan dari teori. Suatu hipotesis dapat dituangkan dalam
bentuk pernyataan yang dapat memperoleh jawaban
berdasarkan data empiris. Semua bentuk pernyataan
menunjukkan keragu-raguan yang selalu ditunjukkan oleh
ilmu pengetahuan sebelum terbukti benar. Fungi utama dari
49
hipotesis adalah membuka kemungkinan untuk menguji
kebenaran teori. Maka karena itu segala pernyataan
berdasarkan teori dalam bentuk yang dapat diuji validitasnya
disebut hipotesis.30
Jadi hipotesis adalah pernyataan yang masih
lemah, maka perlu dibuktikan untuk menegaskan apakah
suatu hipotesis diterima atau harus ditolak, berdasarkan
fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam
penelitian. “Ha adalah lawan atau bandingan dari Ho”.
Ho: Diduga Pertumbuhan Industri Jasa Transportasi (X)
tidak berpengaruh pada Pengangguran di kabupaten
serang
Ha: Diduga Pertumbuhan Industri Jasa Transportasi (X)
berpengaruh pada Pengangguran di kabupaten serang.
30
Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 40