22
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (intregated instruction) yang merupakan suatu sistempembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara bermakna. Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik (Majid, 2014: 17)

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

  • Upload
    vohanh

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga

dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah

pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran

terpadu (intregated instruction) yang merupakan suatu sistempembelajaran

yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif

menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara

bermakna.

Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari

pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni dengan konsep pembelajaran

terpadu. Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam

pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam

intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran. Dengan adanya

pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan

ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta

didik (Majid, 2014: 17)

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

9

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran

tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

a. Berpusat pada Siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered).

Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak

menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih

banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-

kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

b. Memberikan Pengalaman Langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan dapat memberikan

pengalaman langsung kepada siswa (directexperiences). Dengan

pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada suatu yang nyata

(konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

c. Pemisahan Mata Pelajaran Tidak Begitu Jelas

Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran

menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada

pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan

siswa.

d. Menyajikan Konsep dari Berbagai Mata Pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai

mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian,

siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

10

diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-

masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari.

e. Bersifat Fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) di mana guru

dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata

pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan

siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada

f. Menggunakan Prinsip Belajar sambil Bermain dan Menyenangkan.

Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut

TIM pengembang PGSD (Hesty, 2008) adalah:

1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian

dalam pembelajaran tematik diamati dan dikajidari beberapa

bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang tekotak-

kotak

2) Bermakna, pengkajian suatu fenimena dari berbagai macam aspek,

memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar-skemata yang

dimiliki oleh siswa, yang pada gilirannya nanti, akan memberikan

dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari

3) Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami

secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari

4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar pada

pendekatan inquiry discovery di mana siswa terlibat secara aktif

dalam proses pembelajaran, mulai perencanaan, pelaksanaan,

hingga proses evaluasi

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

11

3. Tahap Pembelajaan Tematik

Pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang

diterapkan bagi anak kelas awal sekolah dasar. Sesuai dengan tahapan

perkembangan anak adapun tahapan dalam pembelajaran tematik adalah:

a) Menemtukan tema, b) pemetaan kompetensi dasar, c) menentukan tema,

d) menetapkan jaringan tema KD/indikator, e) penyusunan silabus,

f) penyusunan rencana pembelajaran, g) pelaksanaan pembelajarann

tematik. (Majid, 2014: 95)

4. Kelebihan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan arti penting yakni

sebagai berikut:

a. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik

b. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan

dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik

c. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna

d. Mengembangkan ketrampilan berpikir anak didik sesuai dengan

persoalan yang dihadapi

e. Menumbuhkan kertampilan sosial melalui kerja sama

f. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan

orang lain

g. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang

dihadapi dalam lingkungan anak didik

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

12

5. Kelemahan Pembelajaran Tematik

Di samping kelebihan, pendekatan pembelajaran tematik juga

memiliki kelemahanterutama dalam hal pelaksanaannya. Tim Puskur

(dalama Rusman, 2015) mengidentifikasi beberapa kelemahan

pembelajaran tematik, diantaranya:

a. Aspek guru, guru harus berwawasan luas, memilki integritas tinggi,

keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi

dan berani mengemas dan mengembangkan materi

b. Aspek peserta didik, pembelajaran tematik menuntut kemampuan

belajar peserta didik yang relatif baik, baik dalam kemampuan

akademik maupun kreatifitasnya, karena model pembelajaran tematik

menekankan pada kemampuan analitis, kemampuan asosiatif,

kemampuan eksplorasi dan elaboratif

c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran, pembelajaran tematik

memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak

dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet

d. Aspek kurikulum, kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian

ketuntasan pemahaman peserta didik, bukan pada pencapaian target

penyampaian materi

e. Aspek penilaian, pembelajaran tematik membutuhkan cara penilaian

yang menyeluruh

f. Aspek suasana pembelajaran, pembelajaran terpadu cenderung

mengutamakan salah satu bidang kajian dan tenggelamnya bidang

kajian lain, tergantung pada latar belakang pendidikan gurunya.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

13

6. Belajar dan Pembelajaran

a. Belajar

Setiap kegiatan yang dilakukan siswa akan menghasilkan suatu

perubahan dalam dirinya, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan

psikomotor. Hasil belajar yang diperoleh siswa diukur berdasarkan

perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar dilakukan. Salah

satu indikator terjadi perubahan dalam diri siswa sebagai hasil belajar

di sekolah dapat dilihat melalui nilai yang diperoleh siswa pada akhir

semester.

Pengertian yang lebih umum mengenai prestasi belajar ini

dikemukakan oleh Moh. Surya (2004: 75), yaitu belajar adalah hasil

belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu

pengetahuan, keterampilan dan sikap setelah melalui proses tertentu,

sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Ragam pengertian belajar terjadi karena persepsi dan sudut

pandang yang berbeda. Pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan

mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman

serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam

pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan

yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan

nanti dihadapi siswa. Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang aktif,

proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu.

Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

14

melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat,

mengamati, memahami sesuatu (Musfiqon, 2012: 5)

b. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan salah satu bentuk program karena

pembelajaran yang baik memerlukan perencanaan yang matang dan

dalam pelaksanaannya melibatkan sebagai orang, baik guru maupun

siswa memiliki keterkaitan antara kegiatan pembelajaran satu dengan

kegiatan pembelajaran yang lain yaitu untuk mencapai kompetensi

bidang studi yang pada akhirnya untuk mendukung pencapaian

kompetensi lulusan serta berlangsungdalam organisasi (Widoyoko,

2009: 9)

c. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik

Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari

pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang

berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai

pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses

asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutakhiran struktur

kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya

daripada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-

lepas. Pemberian makna terhadap objek dan pengalaman oleh individu

tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan

melalui interaksi dalam jaringan sosial yang unik, yang terbentuk baik

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

15

dalam budaya kelas maupun di luar kelas. Oleh sebab itu pengelolaan

pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan siswa dalam

memproses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan siswa

dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi

belajarnya yang diartikan dengan sistem penghargaan dari luar seperti

nilai, ijazah, dan sebagainya (Budiningsih, 2004: 58)

7. Karakteristik Peserta Didik Kelas Rendah

Karakteristik perkembangan anak usia SD biasanya pertumbuhan

fisiknya telah mencapai kematangan. Mereka telah mampu mengontrol

tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki

secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap

bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan matanya untuk dapat

memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu perkembangan

sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD, antara lain mereka telah

dapat menunjukan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah muali

berkompetesi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu

berbagi, dan mandiri (Majid, 2014: 6)

Anak pada usia 6-10 tahun kelas I, II, III, pada umumnya berada

pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu

keutuhan (holistik) sehingga pebelajarannya masih bergantung pada objek-

objek konkret dan pengalaman yang dialaminya. Beberapa ciri khas secara

jasmani pada peserta didik kelas rendah:

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

16

a. Koordinator otot-otot kecilnya bertambah, meskipun kadang-kadang

terasa janggal

b. Masa pertumbuhannya lebih lambat, anak perempuan cenderung lebih

cepat dari pada anak laki-laki

c. Tidak bisa diam dan bergerak senang membuat sesuatu

Adapun dasar-dasar aktivitas anak usia 2-10 tahun adalah:

a. Anak belajar memerankan perasaan nurani dalam pergaulan. Dimana

perasaan/nurani merupakan pola tingkah laku yang kompleks yang

tidak dipelajari melainkan diperoleh dari kelahiran dan dapat terlihat

pada seseorang

b. Refleks-refleks an aktivitas tubuh. Tujuan gerakan refleksionis adalah

melindungi dari kemungkinan-kemungkinan menerima rangsangan

baik dari luar maupun dalam yang menimbulkan kerugian

c. Interaksi dan sosialisasi. Dimana pada masa ini anak mulai membentuk

sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial belajar bergaul,

khususnya bagi anak usia 6-10 tahun

d. Kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan dan keinginan anak pada usia

seperti ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak

e. Kebutuhan akan kebebasan menyatakan diri

f. Kebutuhan mengadakan hubungan dengan sesama atau bersosialisasi

g. Kebutuhan akan rasa harga diri (Trianto, 2009: 29)

Salah satu karakteristik masa kanak-kanak diantaranya adalah

berupa "Kebutuhan untuk Bermain". Para ahli psikologi anak menekankan

pentingnya bermain bagi anak-anak. Bagi anak-anak, bermain merupakan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

17

kegiatan yang alami dan sangat berarti. Dengan bermain, anak

mendapatkan kesempatan untuk mengadakan hubungan yang erat dengan

lingkungannya.

Peaget memandang permainan sebagai perkenalan dan arena untuk

melatih perilaku berpikir simbolis dan pemecahan masalah. Di samping itu

permainan sangat penting untuk melatih otot-otot, keterampilan fisik,

keseimbangan, bekerjasama dengan orang lain, belajar bercakap-cakap,

persahabatan, dan latihan tata krama. Permainan juga akan memberikan

kepuasan emosional yang diperolehnya dari kehidupan berkelompok,

berprestasi, pengakuan dari orang lain dan kebebasan (Hamalik, 2014:

104)

8. Pembelajaran di Luar Ruangan (Outdoor)

a. Pengertian Pembelajaran di Luar Ruangan (Outdoor)

Pengertian Pembelajaran di luar kelas (outdoor study) Proses

pembelajaran untuk siswa harus benar-benar menyenangkan, sehingga

siswa betah untuk belajar. Suasana pembelajaran diciptakan agar tidak

ada penekanan psikologis bagi kedua belah pihak, guru dan siswa.

Pembelajaran di luar kelas (outdoor study) merupakan salah satu upaya

terciptanya pembelajaran, terhindar dari kejenuhan, kebosanan, dan

persepsi belajar hanya dalam kelas.

Pembelajaran di luar kelas (outdoor study) adalah sebuah

pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

18

sebagai situasi pembelajaran berbagai permainan sebagai mendia

transformasi konsep-konsep yang disampaikan dalam pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran di luar kelas menggunakan beberapa

metode seperti penugasan, tanya jawab, dan belajar sambil melakukan

atau mempraktekkan dengan situasi belajar sambil bermain.

Pendekatan

Pembelajaran di luar kelas (outdoor study) merupakan

pembelajaran yang dilakukan di luar ruang kelas atau di luar gedung

sekolah, atau berada di alam bebas, seperti: bermain di lingkungan

sekitar sekolah, di taman, atau di perkampungan masyarakat sekitar

sehingga diperoleh pengetahuan dan nilai-nilai yang berkaitan dengan

aktivitas hasil belajar terhadap materi yang disampaikan di luar kelas.

Pendekatan pembelajaran di luar kelas (Outdoor study) adalah

pendekatan yang dilakukan guru, dimana guru mengajak siswa belajar

di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan yang di

gunakan sebagai sumber belajar. Peran guru disini adalah sebagai

motivator, artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar melalui

pengalaman yang mereka peroleh.

Pembelajaran di luar kelas (outdoor study) ini adalah sebagai

pendekatan pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman lawan kata

pada siswa. Karena dengan pembelajaran di luar kelas (outdoor study)

siswa dapat merasakan pengalaman langsung melalui pengalaman

sendiri di luar kelas terhadap suatu objek di lingkungan untuk

meningkatkan pemahaman anak tersebut.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

19

Melalui sudut pandang kependidikan, aktivitas pendidikan

yang dilakukan di luar lingkungan sekolah, setidaknya memuat tiga

konsep utama, yaitu konsep proses belajar, aktivitas luar kelas dan

lingkungan. Konsep proses belajar melalui aktivitas luar kelas

(outdoor study) adalah proses belajar interdisipliner melalui satu seri

aktivitas yang dirancang untuk dilakukan di luar kelas.

Pendekatan ini secara sadar mengeksploitir potensi latar

alamiah untuk memberi kontribusi terhadap perkembangan fisik dan

mental. Melalui peningkatan kesadaran terhadap hubungan timbal

balik dengan lingkungan, program dapat mengubah sikap dan perilaku

terhadap lingkungan yang merekaperoleh melalui pengalaman

langsung di luar kelas. Kedua yaitu konsep aktivitas luar kelas

merupakan suatu pendekatan dengan menggunakan kehidupan di luar

ruangan yang memberikan banyak kesempatan bagi siswa untuk

memperoleh dan menguasai berbagai bentuk keterampilan dasar, sikap

dan apresiasi terhadap berbagai hal yang terdapat di luar kelas.

Bentuk-bentuk kegiatan luar kelas dapat berupa: menjelajah

atau mengamati lingkungan sekitar sekolah, mempelajari sesuatu yang

mereka peroleh melalui benda-benda yang ada di sekitar lingkungan

dimana kita tinggal dan lain sebagainya.

Konsep lingkungan yang merujuk pada eksplorasi ekologi

sebagai andalan mahluk hidup yang saling tergantung antara yang satu

dengan yang lain. Pentingnya lingkungan tidak hanya dijadikan

sebagai tempat belajar melainkan lingkungan juga dapat dijadikan

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

20

sebagai sumber belajar yang mereka peroleh dari lingkungan tersebut,

melalui pengalaman langsung di luar kelas proses pembelajaran tidak

hanya di lakukan di dalam kelas melainkan lingkungan di luar kelas

yang dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa pada suatu materi

pembelajaran.

b. Tujuan Pembelajaran di Luar Ruangan (Outdoor)

Menurut Vera (2012: 21-25) secara umum, tujuan pendidikan

yang ingindicapai melalui aktivitas belajar di luar ruang kelas atau di

luar lingkungan sekolah ialah sebagai berikut:

1) Mengarahkan peserta untuk mengembangkan bakat dan kreativitas

mereka dengan seluas-luasnya di alam terbuka. Selain itu kegiatan

belajar-mengajar di luar kelas juga bertujuan memberikan ruang

kepada mereka untuk mengembangkan inisiatif personal mereka

2) Kegiatan belajar mengajar di luar kelas bertujuan menyediakan

latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap dan mental

peserta didik. Dengan kata lain, mereka diharapkan tidak “gugup”

ketika menghadapi realitas yang harus dihadapi

3) Meningkatkan kesadaran, apresiasi, dan pemahaman peserta didik

terhadap lingkungan sekitarnya, serta cara mereka bis membangun

hubungan baik dengan alam

4) Membantu mengembangkan segala potensi setiap peserta didik

agar menjadi manusia sempurna, yaitu memiliki perkembangan

jiwa, raga, dan spirit yang sempurna

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

21

5) Membersihkan konteks dalam proses pengenalan kehidupan sosial

dalam tataran praktik (kenyataan di lapangan)

6) Menunjang ketrampilan dan ketertarikan peserta didik. Bukan

hanya ketertarikan terhadap mata pelajaran tertentu yang bisa

dikembangkan di luar kelas, melainkan juga ketertarikan terhadap

kegiatan-kegiatan di luar kelas

7) Menciptakan kesadaran dan pemahaman peseta didik cara

menghargai alam dan lingkungan, serta hidup berdampingan

ditengah perbedaan suku, ideologi, agama, politik, ras, bahasa, san

lain sebagainya

8) Mengenalkan berbagai kegiatan di luar kelas yang dapat membuat

pembelajaran lebih kreatif

9) Memberikan kesempatan yang unik bagi peserta didik untuk

perubahan perilaku melalui penataan latar pada kegiatan luar kelas.

Misalnya, jika di dalam kelas para siswa selalu ramai, maka di luar

kelas diharapkan tidak ramai

10) Memberikan kontribusi penting dalam rangka membantu

mengembangkan hubungan guru dan murid. Bila hubungan guru

dan murid hanya terjadi dalam kelas, maka bisa muncul jarak

antara keduanya, sehingga kegiatan belajar-mengajar kaku. Para

siswa pun akan merasa sungkan kepada gurunya, sehingga

mempengaruhi mereka dalam memahami pelajaran. Dengan belajar

di luar kelas, guru dan murid dapat lebih akrab dan dekat melalui

berbagai pengalaman yang diperoleh di alam bebas

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

22

11) Menyediakan waktu seluas-luasnya bagi pesrta didik untuk belajar

dari pengalaman langsung melelui implementasi bebas kurukulum

sekolahdi berbagai area

12) Memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan

komunitas sekitar untuk pendidikan

13) Agar peserta didik dapat memahami secara optimal serluruh mata

pelajaran. Dengan kata lain, jika pelajaran hanya disampaikan di

dlam kelas, maka pemahaman para siswa terhadap pelajaran-

pelajaran tersebut sangat kurang

c. Kelebihan Pembelajaran di Luar Ruangan (Outdoor)

Pembelajaran di luar kelas ini memiliki kelebihan yang

mendukung pada pembelajaran siswa, di antaranya sebagai berikut:

1) Mendorong motivasi belajar siswa, karena menggunakan setting

alam terbuka sebagai sarana kelas, untuk memberikan dukungan

proses pembelajaran secara menyeluruh yang dapat menambah

aspek kegembiraan dan kesenangan

2) Guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan karena dapat berekspolarasi menciptakan suasana

belajar seperti bermain

3) Mengasah aktivitas fisik dan kreativitas siswa karena

menggunakan strategi belajar sambil melakukan atau

mempraktekan sesuai dengan penugasan. Selain memiliki

kelebihan, pendekatan di luar kelas sebagai pendekatan

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

23

pembelajaran juga memiliki kelemahan: memerlukan perhatian

yang ekstra dari guru pada saat pembelajaran karena menggunakan

media yang sesuai dengan kenyataannya di arena bermain anak

yang dapat memungkinkan anak keterusan bermain di tempat

tersebut.

Menurut Hamzah dan Nurdin (2011: 146) konsep pembelajaran

dengan menggunakan Metode Outdoor Learning memiliki beberapa

kelebihan, antara lain sebagai berikut:

1) Peserta didik dibawa langsung kedalam dunia yang kongkret

tentang penanaman konsep pembelajaran, sehingga peserta didik

tidak hanya bisa menghayalkan materi

2) Lingkungan dapat digunakan setiap saat, kapan pun dan dimana

pun sehingga tersedia setiap saat, tetapi tergantung dari jenis materi

yang sedang diajarkan

3) Konsep pembelajaran dengan menggunakan lingkungan tidak

membutuhkan biaya karena semua telah disediakan oleh alam

lingkungan

4) Mudah dicerna oleh pesrta didik karena pesrta didik disajikan

materi yang sifatnya konkret bukan abstrak; Peserta didik akan

lebih leluasa dalam berfikir dan cenderung untuk memikirkan

materi yang diajarkan karena materi yang diajarkan telah tersaji

didepan mata (konkret)

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

24

d. Kelemahan Pembelajaran di Luar Ruangan (Outdoor)

Adapun kelemahan pembelajaran di luar kelas antara lain

adalah sebagai berikut:

1) Siswa akan kurang konsentrasi

2) Pengelolaan siswa akan lebih sulit terkondisi

3) Waktu akan tersita (kurang tepat waktu)

4) Penguatan konsep kadang terkontaminasi oleh siswa lain atau

kelompok lain

5) Guru harus lebih intensif dalam membimbing

6) Akan muncul minat yang semu (Irawan dalam Ginting, 2005: 27)

e. Langkah-langkah dan Prosedur Menerapkan Pembelajaran Ootdoor

Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

menggunakan lingkungan luar kelas maupun luar sekolah sebagai

media dan sumber belajar adalah:

1) Persiapan

2) Pelaksanaan

3) Tindak lanjut

9. Jenis Lingkungan Belajar

a. Lingkungan di Dalam Sekolah

Lokasi pertama yang bisa dipilih sebagai tempat belajar-

mengajar di dalam sekolah. Tidak banyak yang menyadari bahwa

lingkungan di dalam sekolah sebenarnya merupakan tempat yang kaya

dan sumber belajara bagi para siswa yang menawarka peluang belajar

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

25

secara formal maupun informal. Selain itu, berbagai aktivitas sehari-

hari yang terjadi di sekolah bisa menjadi sumber belajar yang sangat

baik bagi para siswa. Para siswa dapat dengan mudah belajar

beraktivitas sambil belajar di lingkungan sekolah dengan arahan dan

pantauan guru.

b. Lingkungan di Luar Sekolah

Lokasi kedua yang bisa dipilih sebagai tempat belajar-mengajar

di luar sekolah. Banyak yang tidak menyadari bahwa lingkungan di

luar sekolah dapat menjadi objek pebelajaran di luar kelas bagi para

siswa. Padahal, lingkungan disekitas sekolah menawarkan peluang

untuk dijadikan sumber belajar.

Berbeda dengan lingkungan dalam sekolah, lingkungan di luar

sekolah merupakan objek-objek pembelajaran yang ada di luar area

sekolah (di luar pekarangan sekolah). Lokasi pembelajaran ini

menuntun para siswa guru pergi dari sekolah mencari objek-objek

tertentu.selain objek-objek pembelajaran di luar kelas tersebut, masig

banyak objek pembelajaran di luar kelas lainnya yang berkaitan

dengan mata pelajaran. Objek-objek itu harus dikunjungi oleh para

siswa dan guru untuk mendapatkan pembelajaran secara langsung di

luar kelas.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian oleh Feti Styaningsih (2014) yang berjudul “Pengaruh

Metode Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor) Terhadap Prestasi Dan

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

26

Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Sains Kelas 5 di SDIT

Abu Ja’far Munggur Karanganyar”. Hasil penelitian menunjukan bahwa

pembelajaran diluar kelas berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik

pada mata pelajaran sains kelas 5 SDIT Abu Ja’far Munggur Karanganyar

dengan nilai sebesar 2,570 dan signifikan sebesar 0,013 sumbangan pengaruh

metode pembelajaran di luar kelas (outdoor) terhadap prestasi belajar siswa

adalah 12,3%. Kelompok kelas yang diberikan pembelajaran di luar kelas

(outdoor) memiliki nilai postest yang lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok kelas yang di berikan pembelajaran di dalam kelasdengan nilai rata-

rata 89,95 dan 84,54.

Penelitian oleh Isy Maghfiroh Rohmatillah Dillah (2015) yang

berjudul Keefektifan Metode Outdoor Study terhadap Aktivitas dan Hasil

Belajar Cuaca Kelas III MSI 14 dan 15 Medono Kota Pekalongan. Pada

penelitian tersebut dapat diketahui bahwa dalam data awal penelitian berupa

nilai tes awal antara kelompok kontrol dan eksperimen, rata-rata nilai hasil tes

awal pada kelompok kontrol yaitu 48,47 sedangkan pada kelompok

eksperimen yaitu 54,73. Sementara rata-rata nilai hasil tes akhir pada

kelompok kontrol sebesar 80,97 sedangkan pada kelompok eksperimen

sebesar 87,16. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata aktivitas belajar siswa

kelompok kontrol sebesar 68,61% termasuk kriteria tinggi sementara

kelompok eksperimen sebesar 76,35% termasuk kriteria sangat tinggi. Hasil

penelitian untuk uji hipotesis perbedaan aktivitas dan hasil belajar siswa

menggunakan uji Independent Samples T-Test, untuk aktivitas nilai

thitung=5,415 lebih besar dari ttabel=1,994 dan signifikansi 0,000<0,05

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

27

sementara untuk hasil belajar thitung=2,688 lebih besar dari ttabel=1,994 dan

signifikansi 0,009<0,05, sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan aktivitas

dan hasil belajar siswa antara yang menerapkan kegiatan pembelajaran secara

Outdoor Study dengan pembelajaran secara konvensional.Hasil pengujian

keefektifan metode Outdoor Study dengan menggunakan pooled varian, untuk

aktivitas nilai thitung=5,581 lebih besar dari ttabel=1,994 sementara untuk hasil

belajar thitung=2,69 lebih besar dari ttabel=1,994, sehingga dapat disimpulkan

aktivitas dan hasil belajar siswa yang menerapkan metode Outdoor Study lebih

baik daripada aktivitas dan hasil belajar yang menerapkan model

konvensional.

Perbedaan penelitian kali ini dengan penelitian terdahulu adalah pada

penelitian ini pembelajaran luar kelas (outdoor study) diterapkan pada

pembelajaran Tematik untuk kelas rendah, yakni Kelas I jenjang Sekolah

Dasar (SD).

C. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir merupakan suatu bentuk proses penelitian. Penelitian

ini, difokuskan pada analisis pelaksanaan pembelajaran di luar kelas (outdoor)

dalam pembelajaran tematik. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

28

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian tersebut di atas,

maka dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan mengenai pelaksanaan pembelajaran luar kelas (outdoor)

dalam pembelajaran Tematik pada siswa/siswi Kelas I SDN Talok 01 Turen.

Baik pada metode pembelajaran dalam kelas (indoor) maupun pembelajaran

Pelaksanaanya pembelajaran di luar kelas (outdoor) dalam pembelajaran tematik

Mendeskripsikan pelaksanaan, hambatan guru, dan upaya guru

dalam melaksanakan pembelajaran di luar kelas (outdoor) dalam

pembelajaran tematik (observasi, dokumentasi, wawancara)

Pembelajaran Dalam Kelas (Indoor)

Pembelajaran Luar Kelas (outdoor)

Dampak positif

Dampak negatif

negatif

Dampak negatif

Dampak positif

Marginal Hambatan (observasi)

Upaya (observasi

)

Triangulasi

Wawancara:

1. Kepala Sekolah 2. Guru 3. Siswa

Teoritis:

1. Kelebihan Outdor 2. Kelemahan

Outdoor

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/35625/3/jiptummpp-gdl-riskamegaw-49351-3-babii.pdf · perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar

29

luar kelas (outdoor) tentunya masing-masing terdapat kelebihan dan

kekurangan/kelemahan, akan tetapi yang menjadi fokus penelitian kali ini

adalah mengenai pembelajaran luar kelas (outdoor), terutama yang

berhubungan dengan hambatan yang muncul pada saat pelaksanaan kegiatan

pembelajaran luar kelas (outdoor), di samping itu pada penelitian ini juga

berupaya mendeskripsikan upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak-pihak

terkait untuk mengatasi hambatan yang ada. Secara teoritis telah disampaikan

pada sub bab kajian teori mengenai kelebihan dan kelemahan pembelajaran

luar kelas (outdoor). Pada kesempatan ini peneliti bermaksud melakukan

analisis pelaksanaan pembelajaran di luar kelas (outdoor) dalam pembelajaran

Tematik Kelas I di SDN Talok 01 Turen, sehingga pada akhirnya dapat

mengidentifikasi upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak terkait sehubungan

dengan hambatan yang muncul pada saat pelaksanaan pembelajaran di luar

kelas (outdoor). Guna mengumpulkan informasi maupun data mengenai

pelaksanaan kegiatan pembelajaran luar kelas (outdoor) pada penelitian ini,

maka dilakukan observasi secara langsung yang ditunjang dengan wawancara

dengan beberapa pihak terkait, diantaranya dengan kepala sekolah, guru kelas,

dan siswa Kelas I SDN Talok 01 Turen, sehingga diharapkan akan dapat

diperoleh data yang lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.