41
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BAB II CONING QUARTERING AND COUNTING 2.1. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum kali ini adalah : 1. Mempelajari salah satu teknik sampling dan reduksi jumlahnya 2. Menentukan kadar konsentrat 2.2. Dasar Teori Sampling (pemercontohan) adalah cara mengambil contoh bahan galian yang mewakili suatu daerah. Sebelum pengambilan sampel maka terlebih dahulu dilakukan survey (penelitian pendahuluan) yang mencakup daerah yang cukup luas. Dengan tujuan untuk mengambil contoh bahan galian yang dapat mewakili daerah operasi penelitian, untuk preparasi tujuannya merubah bahan baku atau bahan tambang menjadi bahan yanag siap diolah (menaikan kadar bahan galian). Sedang perhitungan kadar supaya seorang eksplorer sudah mengetahui prakiraan kadar bahan galian sehingga dapat menentukan daerah operasi apakah prospek atau tidak prospek. Sampel (conto) merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian dari keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik untuk tujuan inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan merupakan Ahmad Ali Syafi’i H1C110063

BAB II PBG

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB II

CONING QUARTERING AND COUNTING

2.1. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kali ini adalah :

1. Mempelajari salah satu teknik sampling dan reduksi jumlahnya

2. Menentukan kadar konsentrat

2.2. Dasar Teori

Sampling (pemercontohan) adalah cara mengambil contoh bahan

galian yang mewakili suatu daerah. Sebelum pengambilan sampel maka

terlebih dahulu dilakukan survey (penelitian pendahuluan) yang mencakup

daerah yang cukup luas. Dengan tujuan untuk mengambil contoh bahan

galian yang dapat mewakili daerah operasi penelitian, untuk preparasi

tujuannya merubah bahan baku atau bahan tambang menjadi bahan yanag

siap diolah (menaikan kadar bahan galian). Sedang perhitungan kadar supaya

seorang eksplorer sudah mengetahui prakiraan kadar bahan galian sehingga

dapat menentukan daerah operasi apakah prospek atau tidak prospek.

Sampel (conto) merupakan satu bagian yang representatif atau satu

bagian dari keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik

untuk tujuan inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan merupakan

sebagian dari populasi stastistik dimana sifat-sifatnya telah dipelajari untuk

mendapatkan informasi keseluruhan.

Secara spesifik, conto dapat dikatakan sebagai sekumpulan material

yang dapat mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) dalam

arti kualitatif dan kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk lokasi dan

komposisi daris batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses

pengambilan conto tersebut disebut sampling (pemercontoan) (Nurhakim,

2007).

Di dalam industri pertambangan batubara, sampling merupakan hal

yang sangat penting, karena merupakan proses yang sangat vital dalam

menentukan karakteristik batubara tersebut. Dalam tahap eksplorasi,

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 2: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

karakteristik batubara merupakan salah satu penentu dalam study kelayakan

apakah batubara tersebut cukup ekonomis untuk ditambang atau tidak. Begitu

pun dalam tahap produksi dan pengapalan atau penjualan batubara tersebut

karakteristik dijadikan acuan dalam menentukan harga batubara. Secara garis

besar sampling dibagai menjadi 4 golongan dilihat dari tempat pengambilan di

mana batubara berada dan tujuannya yaitu ; Exploration sampling, Pit

sampling, Production sampling, dan loading sampling (barging dan

transhipment)

Exploration sampling dilakukan pada tahap awal pendeteksian kualitas

batubara baik dengan cara channel sampling pada outcrop atau lebih detail

lagi dengan cara pemboran atau drilling. Tujuan dari sampling di tahap ini

adalah untuk menentukan karakteristik batubara secara global yang

merupakan pendeteksian awal batubara yang akan di eksploitasi. Pit sampling

dilakukan setelah eksplorasi bahkan bisa hampir bersamaan dengan progress

tambang di dalam satu pit atau block penambangan dengan tujuan lebih

mendetailkan data yang sudah ada pada tahap explorasi. Pit sampling ini

dilakukan oleh pit control untuk mengetahui kualitas batubara yang segera

akan ditambang, jadi lebih ditujukan untuk mengkontrol kualitas batubara yang

akan ditambang dalam jangka waktu short term ( di bawah satu tahun ). Pit

sampling dapat dilakukan dengan cara pemboran dan juga dengan channel

pada face penambangan kalau diperlukan untuk mengecek kualitas batubara

yang dalam progress ditambang.

Production sampling dilakukan setelah batubara diproses di Coal

Processing Plant dimana proses ini dapat merupakan peremukan (crushing),

pencucian (washing), pemindahan stock dan lain-lain. Tujuannya adalah

mengetahui secara pasti kualitas batubara yang akan dijual atau dikirim ke

pembeli agar kualitasnya sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dan telah

disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan diketahuinya kualitas batubara di

stockpile atau di penyimpanan sementara kita dapat menentukan batubara

yang mana yang cocok untuk dikirim ke pembeli tertentu dengan spesifikasi

batubara tertentu pula. Baik dengan cara mencampur (blending) batubara-

batubara yang ada di stockpile atau pun dengan single source dengan

memilih kualitas yang sesuai.

Loading Sampling; Dilakukan pada saat batubara dimuat dan dikirim ke

pembeli baik menggunakan barge maupun menggunakan kapal. Biasanya

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 3: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

dilakukan oleh independent company karena kualitas yang ditentukan harus

diakui dan dipercaya oleh penjual (Shipper) dan pembeli (Buyer). Tujuannya

adalah menentukan secara pasti kualitas batubara yang dijual yang nantinya

akan menentukan harga batubara itu sendiri karena ada beberapa parameter

yang sifatnya fleksibel sehingga harganya pun fleksibel tergantung kualitas

actual pada saat batubara dikapalkan.

Sampling, preparasi dan analisa sample batubara dengan berbagai

tujuan seperti telah dijelaskan di atas, dilakukan dengan menggunakan

standard – standard yang telah ada, yang pemilihannya tergantung

keperluannya, biasanya tergantung permintaan pembeli atau calon pembeli

batubara. Standard yang sering digunakan untuk keperluan tersebut

diantaranya ; ASTM (American Society for Testing and Materials), AS

(Australian Standard), Internasional Standard, British Standard, dan banyak

lagi yang lainnya yang berlaku baik di kawasan regional maupun internasional.

Macam-macam sampel adalah :

1. Bulg Sample (Bl),

Jenis sampel yang diambil dari endapan di tepi sungai atau pada bot

karena kemungkinan mineral berharga tersangkut. Diambil dengan sekop

kemudian disaring dengan seperempatnya, beratnya sama dengan 10 kg.

2. Penned Consent (PC)

Sampel jenis ini diambil dan dari lubang = bulg sample Hanya saja

pengambilan lebih kebawah dari BL. Sampel kemudian didulang. Setelah

selesai disaring 4 kali.

3. Strem Sample Sedimen (S.S)

Diambil bagian terbawah dari lubang pada pan sampling

Pendulangan sample dilakukan 2 x 1 x air yang medusa busa air sabun

kemudian diayak dengan beratnya 200 gr.

4. Rock Float

Diambil pada singkapan yang biasa di aliran sungai, Bentuk berupa

pecahan / fragmen yang kasar. Sampel untuk background latar belakang

menunjukkan adanya bagal sehingga menjadi pedoman endapan yang

dicari (mineral pembantu).

5. Rock Chip Sample (Chip Sample)

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 4: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Diambil pada batuan yang masih segar/mineralisasi mengandung

logam berharg banyaknya ± 1 kg.

6. Specimen Sample (SP)

Diambil didaerah aliran sungai yang dijumpai singkapan I yang masih

segar, bervariasi (pada batuan vulkanik), sedang untuk batuan sediment

berfosil untuk menentukan umur geologi, berat sampel = 1 kg.

7. Soil Sample

Diambil dengan metode grid line didaerah bukit/lereng/lembah, soil

diambil dengan jumlah sampel 0,5 kg – 1 kg.

Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun

tahapan pekerjaan  (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi).

1. Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable

thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga

pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan untuk

mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut.

2. Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan,

tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan

memperoleh informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan lereng

dan pemilihan metode penambangan.

3. Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan

tujuan kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada

front kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan

material).

Pemilihan metode sampling dan jumlah contoh yang akan diambil

tergantung pada beberapa faktor, antara lain :

1. Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.

2. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,

3. Lokasi pengambilan contoh (pada zona mineralisasi, alterasi, atau barren),

4. Kedalaman pengambilan contoh, yang berhubungan dengan letak dan

kondisi batuan induk.

5. Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.

Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam sampling, antara lain :

1. Salting, yaitu peningkatan kadar pada contoh yang diambil sebagai akibat

masuknya material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto.

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 5: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2. Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke dalam

contoh.

3. Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan

posisi (lokasi) sampling karena tidak memperhatikan kondisi geologi.

4. Kesalahan dalam analisis kimia, akibat contoh yang diambil kurang

representatif.

2.2.1.Metode Hand Sampling

Secara umum, dalam pemilihan metode sampling perlu

diperhatikan karakteristik endapan yang akan diambil contonya. Bentuk

keterdapatan dan morfologi endapan akan berpengaruh pada tipe dan

kuantitas sampling. Aspek karakteristik endapan untuk tujuan sampling

ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pada Endapan Berbentuk Urat, yaitu :

1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan

urat.

2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar sehingga

diperlukan sample dengan volume yang besar agar representatif.

3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit (jika dibandingkan

dengan bukaan stope) sehingga rentan dengan dilution.

4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan

zona geser (regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan

terjadinya efek dilution pada batuan samping, sehingga batuan

samping perlu dilakukan sampling.

5. Perbedaan assay (kadar) antara urat dan batuan samping pada

umumnya tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan

samping, impregnasi pada batuan samping, serta pola urat yang

menjari (bercabang), sehingga dalam sampling perlu dicari dan

ditentukan batas vein yang jelas.

6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang

yang terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic

(acak/tidak beraturan) dan sulit diprediksi, sehingga diperlukan

sampling dengan interval yang rapat.

7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle, sehingga cukup

sulit untuk mencegah terjadinya bias akibat variabel kuantitas per

unit panjang sulit dikontrol.

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 6: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

8. Sampling lanjutan kadang-kadang terbatas terhadap jarak

(interval), karena pada umumnya harus dilanjutkan melalui

pemboran inti.

*Sumber:http://densowestliferz.wordpress.com/2011/11/28/metode-sampling-pada- jenis-jenis-endapan, 2011

Gambar 2.1.

Sketsa Pembuatan Channel Sampling pada Urat

b. Pada Endapan Stratiform

Endapan stratiform disini termasuk endapan-endapan logam

dasar yang terendapkan selaras/sejajar dengan bidang perlapisan

satuan litologi (litofasies), dimana mineral bijih secara lateral dikontrol

oleh bidang perlapisan atau bentuk-bentuk sedimen yang lain

(sedimentary hosted). Karakteristik umum tipe endapan ini yang

berhubungan dengan metode sampling antara lain :

1. Mempuyai ketebalan yang cukup besar.

2. Mempunyai penyebaran lateral yang cukup luas.

3. Kadang-kadang diganggu oleh struktur geologi atau tektonik yang

kuat, sehingga dapat menimbulkan masalah dalam sampling.

4. Arah kecenderungan kadar relatif seragam dan dapat diprediksi,

namun kadang-kadang dapat terganggu oleh adanya remobilisasi,

metamorfisme, atau berbentuk urat.

5. Perubahan-perubahan gradual atau sistematis dalam kadar harus

diikuti oleh perubahan dalam interval sampling.

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 7: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

6. Dalam beberapa kondisi mungkin terdapat mineralisasi yang

berbutir halus dan kemudian berpengaruh pada besar volume

material yang dilakukan sampling.

7. Pada tipe hosted by meta-sediment, perlu diperhatikan variabel

ukuran conto akibat perubahan ukuran, kekerasan batuan, atau

nugget effect.

8. Setempat dapat terjadi perubahan kadar yang moderat dan dapat

menyebabkan kesalahan pada sampling yang signifikan.

9. Cut off  kadar dapat gradasional (tidak konstan).

c. Pada Endapan Sedimen

Pada tipe endapan ini, termasuk endapan batubara, ironstones,

potash, gipsum, dan garam, yang mempunyai karakteristik :

1. Mempuyai kontak yang jelas dengan batuan samping.

2. Mempunyai fluktuasi perubahan indikator kualitas yang bersifat

gradual.

3. Sampling sering dikontrol oleh keberadaan sisipan atau parting

dalam batubara, sehingga interval sampling lebih bersifat ply per

ply.

4. Perubahan (variasi) ketebalan lapisan yang cenderung gradual,

sehingga anomali-anomali yang ditemukan dapat diprediksi lebih

awal (washout, sesar, perlipatan,), sehingga pola dan kerapatan

sampling disesuaikan dengan variasi yang ada.

5. Rekomendasi pola sampling (strategi sampling) adalah dengan

interval teratur secara vertikal, bed by bed (atau ply by ply), atau

jika relatif homogen dapat dilakukan secara komposit.

d. Pada Endapan Porfiri

Karakteristik umum dari tipe endapan ini yang perlu

diperhatikan adalah :

1. Mempuyai dimensi yang besar, sehingga sampling lebih

diprioritaskan dengan pemboran inti (diamond atau percussion).

2. Umumnya berbentuk non-tabular, umumnya mempunyai kadar

yang rendah dan bersifat erratic, sehingga kadang-kadang

dibutuhkan conto dalam jumlah (volume) yang besar, sehingga

kadang-kadang dilakukan sampling melalui winze percobaan, adit

eksplorasi, dan paritan.

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 8: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3. Zona-zona mineralisasi mempunyai pola dan variabilitas yang

beragam, seperti tipe disseminated, stockwork, vein, atau fissure,

sehingga perlu mendapat perhatian khusus dalam pemilihan

metode sampling.

4. Keberadaan zona-zona pelindian atau oksidasi, zona pengkayaan

supergen, dan zona hipogen, juga perlu mendapat perhatian

khusus.

5. Mineralisasi dengan kadar hipogen yang relatif tinggi sering

terkonsentrasi sepanjang sistem kekar sehingga penentuan

orientasi sampling dan pemboran perlu diperhatikan dengan

seksama.

6. Zonasi-zonasi internal (alterasi batuan samping) harus selalu

diperhatikan dan direkam sepanjang proses sampling.

7. Variasi dari kerapatan pola kekar akan mempengaruhi kekuatan

batuan, sehingga interval (kerapatan) sampling akan sangat

membantu dalam informasi fragmentasi batuan nantinya.

e. Grab Sampling 

Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik

sampling dengan cara mengambil bagian (fragmen) yang berukuran

besar dari suatu material (baik di alam maupun dari suatu tumpukan)

yang mengandung mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang

khusus). Tingkat ketelitian sampling pada metode ini relatif

mempunyai bias yang cukup besar.

Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab

sampling ini antara lain :

1. Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan

gambaran umum kadar.

2. Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada

transportasi material, dengan tujuan pengecekan kualitas.

3. Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja

untuk memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan,

dll.

(Yusuf, 2011)

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 9: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber: http://www.ecasatoolbox.org.uk/the-toolbox/eia-country/book-of-protocols/ grab-sampling, 2009

Gambar 2.2.

Grab Sampling

f. Bulk Sampling

Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling

dengan cara mengambil material dalam jumlah (volume) yang besar,

dan umum dilakukan pada semua fase kegiatan (eksplorasi sampai

dengan pengolahan). Pada fase sebelum operasi penambangan, bulk

sampling ini dilakukan untuk mengetahui kadar pada suatu blok atau

bidang kerja. Metode bulk sampling ini juga umum dilakukan untuk uji

metalurgi dengan tujuan mengetahui recovery (perolehan) suatu

proses pengolahan. Sedangkan pada kegiatan eksplorasi, salah satu

penerapan metode bulk sampling ini adalah dalam pengambilan

conto dengan sumur uji.

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 10: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber:http://www.Bulk/2gold-sampling_mali01.jpg, 2010

Gambar 2.3.

Bulk Sampling

*Sumber:http://www.Bulk2.jpg, 2010

Gambar 2.4.

Sampling

g. Chip Sampling

Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode

sampling dengan cara mengumpulkan pecahan batuan (rock chip)

yang dipecahkan melalui suatu jalur (dengan lebar  15 cm) yang

memotong zona mineralisasi dengan menggunakan palu atau pahat.

Jalur sampling tersebut biasanya bidang horizontal dan pecahan-

pecahan batuan tersebut dikumpulkan dalam suatu kantong conto.

Kadang-kadang pengambilan ukuran conto yang seragam (baik

ukuran butir, jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama pada

urat-urat yang keras dan brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat

menimbulkan kesalahan seperti oversampling (salting) jika ukuran

fragmen dengan kadar tinggi relatif lebih banyak daripada fragmen

yang low grade.

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 11: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber:http://www. Chip/Rock-Chip-Sampling.jpg, 2010

Gambar 2.5.

Chip Sampling

h. Channel Sampling

Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan

conto dengan membuat alur (channel) sepanjang permukaan yang

memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara

teratur dan seragam (lebar 2-10 cm, kedalaman 2-5 cm) secara

horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan lapisan.

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 12: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber:http://densowestliferz.wordpress.com/2011/11/28/metode-sampling-pada- jenis- jenis-endapan, 2011

Gambar 2.6.

Sketsa Pembuatan Channel pada sumur uji untuk endapan berlapis

*Sumber:http://densowestliferz.wordpress.com/2011/11/28/metode-sampling-pada- jenis- jenis-endapan, 2011

Gambar 2.7.

Sketsa Pembuatan Channel Sampling Pada Endapan yang Berlapis

i. Stream sampling

Merupakan cara pengambilan conto dengan memakai alat yang

disebut hand sample cutter. Conto yang diambil harus berupa pulp

basah dan diambil searah dengan aliran yang ada pada stream

tersebut.

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 13: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber:http://www. Swber/ stream.gif, 2009

Gambar 2.8.

Stream Sampling

j. Coning quartering

Cara memperkecil jumlah percontoh yang urutan pekerjaannya

meliputi penuangan sehingga membentuk kerucut, perataan

tumpukan sehingga membentuk piringan, dan pembagian secara

radial sehingga terbentuk 4 percontoh yang identik; dua percontoh

yang berseberangan disatukan menjadi satu percontoh sedangkan

yang lain disisihkan. Cara ini merupakan cara tertua tapi masih

banyak digunakan dalam laboratorium (Denso, 2011).

Coning dan quartering terdiri dari 2 tahapan. Yang pertama

adalah membuat sampel menjadi menyerupai kerucut. Selanjutnya,

kerucut diratakan menjadi lingkaran. Kemudian, tahapan ketiga,

material yang membentuk lingkaran tersebut dibagi menjadi 4 bagian

sama besar dengan memotong dua diameter yang saling tegak lurus.

Dua bagian yang saling berseberangan diambil, sedangkan dua

lainnya ditinggalkan.

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 14: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber:http:// www.book htm/ books.png, 2009

Gambar 2.9.

Coning Quatering

k. Grain Counting

Grain counting merupakan cara sederhana secara manual

untuk memperkirakan kadar hasil sampling. Cara melakukan teknik

ini adalah dengan menjatuhkan sebagian sampel kedalam suatu

kotak persegi dengan ukuran tertentu, kemudian banyaknya masing-

masing butir (konsentrat dan tailing dalam kotak) dihitung. Agar

ketelian tetap terjaga maka ukuran butir antara mineral berharga

dengan pengotornya haruslah sama serta mudah dipisah

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 15: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber:http://www. Grain/ img78.png, 2009

Gambar 2.10.

Grain Counting

l. Shovel sampling

Pengambilan sampel dengan menggunakan shovel,

keuntungan cara ini lebih murah, waktu pengambilan cepat dan

memerlukan tempat yang tidak begitu luas. Material conto yang

diambil berukuran kurang dari 2 inchi.

m. Pipe sampling

Alat yang digunakan pipa/tabung dengan diameter 0.5, 1.0, dan

1.5 inchi. Salah satu ujung pipa runcing untuk dimasukkan ke

material. Terdiri dari dua pipa (besar dan kecil) sehingga terdapat

rongga diantaranya untuk tempat conto. Digunakan pada material

padat yang halus dan tidak terlalu keras

n. Sampling Batuan

Sampling batuan dapat dilakukan pada singkapan, dalam

tambang dan inti bor. Dalam hal ini permukaan batuan dibersihkan

dengan pencucian dan conto chip diambil dalam area atau interval

yang standar. Conto batuan 500 gram umumnya diambil terhadap

batuan berbutir halus, sedangkan batuan yang berbutir sangat kasar

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 16: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

diambil lebih dari 2 Kg. Pada metode ini data dapat secara langsung

berhubungan dengan aureole primer dalam sampling detail dan

terhadap provinsi geokimia dalam sampling pengamatan awal.

Konteks geologi dan conto batuan langsung menggambarkan

struktur, jenis batuan, mineralisasi, dan alterasi pada saat conto

tersebut diambil

o. Sampling Tanah

Sampling tanah akan menguntungkan untuk beberapa area

dimana jarang ditemukan singkapan. Lubang untuksampling tersebut

dapat digali secara manual ataupun mekanis. Setelah conto tanah

diambil, terus diayak sampai – 80 mesh dan 20 – 50 gram fraksi

halus dikumpulkan untuk dianalisis. Survei tanah umumnya dibuat

pada suatu pola lintasan dengan jarak lokasi antar titik conto 300 –

1500 m pada pengamatan awal da 15 – 60 m pada survei

selanjutnya.

*Sumber:http://www.wsdot.wa.gov/Environment/HazMat/photos.htm, 2010

Gambar 2.11.

Sampling tanah

p. Sampling Sedimen

Sampling sedimen sungai merupakan komposit alami dari material di

bagian atas ( hulu ) sampai lokasi sampling. Sampling tersebut efektif

pada pekerjaan pengamatan awal dimana lokasi conto tunggal

mungkin menunjukkan area tangkapan ( catchment area 0 yang

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 17: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

sangat luas. Dalam survei yang detail, conto dapat diambil setiap 50

– 100 m sepanjang aliran, masing –masing sebanyak 50 gram

dengan ukuran butir – n 80 mesh untuk keperluan analisis.

q. Sampling Air

Sampling air merupakan salah satu metode geokimia yang

paling lama. Metode tersebut mudah dilakukan, tetapi conto air tidak

stabil untuk waktu yang singkat. Faktor – faktor yang mengontrol

kandungan logam dalam air permukaam seperti dilusi, pH,

temperatur, kompleks organik sulit untuk dievaluasi, dan kandungan

logam biasanya relatif rendah.

*Sumber: http://images.enggotea.multiply.com/image/1/photos/upload/orig, 2010

Gambar 2.12.

Sampling Air

r. Sampling Vegetasi

Sampling vegetasi diperlukan koreksi terhadap sampling tanah

dan air tanah untuk analisa kimia. Tumbuhan mengekstrak unsur –

unsur logam dari kedalaman dan mengirimnya ke dedaunan.

Interpretasi yang dihasilkan lebih kompleks dibandingkan dengan

metode lainnya. Sampling yang dilakukan sangat sederhana hanya

dengan memotong rantingbdari dedaunan. Contoh yang diambil

sekitar 100 gram daun atau ranting muda pada setiap pohon,

kemudian dikirim ke labolatorium untuk diabukandan dianalisis, conto

abu akhir umumnya sekitar 10 – 30 gram. Idealnya vegetasi

disampling pada lintasan yang seragam.

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 18: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

* Sumber:http://www.steverox.info/FieldPhotos/VegetationSampling.JPG, 2010

Gambar 2.13.

Sampling Vegetasi

s. Sampling Uap

Sampling uap air raksa yang digunakan sebagai petunjuk

badan bijih sulfida sejak sekitar tahun 1950-an yang diambil dari

tanah, udara maupun air. Sprektrometer portabel sering digunakan

untuk memompa gas dari lubang bor berdiameter kecil ke dalam

tanah. Conto yang paling efektif diambil dari tanah dimana

konsentarasi gas lebih ribuan kali lebih banyak darpada di udara.

Radon (Rd) dan Helium (He) dikumpulan dari conto air permukaan

dan air tanah yang terbukti efektif sebagai petunjuk mineralisasi

Uranium.

t. Trenching Adalah suatu cara pengambilan conto dengan membuat parit

pada singkapan bijih sehingga dapat diketahui bentuk endapan kadar

dan kedalaman. Paritan dibuat dengan memotong atau tegak lurus

terhadap singkapan.

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 19: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber:http://t2.gstatic.com/images, 2010

Gambar 2.15.

Trenching

u. Test Pit ( Sumur Uji )

Test Pit merupakan salah satu cara dalam pencaraian endapan

atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal.

Pembuatan sumut uji dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih

( > 2,5 m ). Pada umumnya suatu deretan ( series ) sumur uji dibuat

searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah

vertikal dan horisontal. Atau dengan kata lain Test Pit adalah suatu

cara pengambilan conto dngan jalan membuat sumuran yang dapat

dikombinasika dengan Channel Sampling.

Sumur uji ini umumnya dilakukan pada eksplorasi endapan –

endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan –

endapan berlapis

1) Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk

mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan,

varisai litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik

variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai

lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman

sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari,

misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat ( vein ).

2) Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan ( laterik atau

residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan

batas – batas zona lapisan ( zona tanah, zona residual, zona

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 20: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

laterik ), ketebalan masing – masing zona, variasi vertikal masing –

masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan

pemodelan bentuk endapan.

* Sumber:http://www.liv.ac.uk/arts_ses_images/sace/unearthed09/garrow- test-pits-web.jpg

Gambar 2.14.

Test Pit

v. Drilling Hole Sampling

Adalah cara pengambilan conto dari hasil pemboran inti dengan

menggunakan mata bor type core drill dan diamond drill.

1) Cara Core Drill

Cara pengambilan conto dengan menggunakan bor

tumbuk, biasanya dipergunakan pada batuan yang tidak begitu

keras ( uniform ) atau tidak begitu kompak ( semi massive ) dan

dapat dikerjakan dengan tangan manusia dan sangat baik

dipergunakan pada penyelidikan – penyelidikan penambangan

yang letaknya tercepncil karena tidak memakan biaya yang besar,

alat – alatnya mudah didapat dan sederhana, perawatan dan

pelayanan mudah dan transportasinya ringan serta tidak terlalu

berbelit – belit.

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 21: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber: http://toolmonger.com/wp-content/uploads/2008/06/CoreDrill450.jpg, 2010

Gambar 2.16.

Core Drill

2) Cara Diamond Drill

Cara pengambilan conto dengan menggunakan tenaga

penggerak berupa motor bensin, diesel, mesin uap, motor listrik

dan lain sebagainya.

*Sumber: http://www.corecut.co.uk/media/3254/diamond_drilling_1430072dpi.jpg, 2010

Gambar 2.16.

Diamond Drill

w. Cara Out Crop

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 22: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Adalah suatu cara pengambilan conto batuan pada permukaan

tanah yaitu dengan cara melihat batuan di sekeliling tempat yang

diselidiki. Misalnya di tempat A, ditemukan sejenis batuan, kemudian

di tempat lain didapati pula batuan yang sejenis tadi misalnya di

etmpat B dan C. Kemudian yang penting ialah mencari arah

perlapisan batuan itu, sehingga dapat pula ditemukan pula dip dan

strikenya. Selanjutnya perlu diadakan penelitian lebih lanjut misalnya

dengan pemboran, sumuran dan lain – lain.

*Sumber:http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2d/Outcrop_Showing_ Layering_of_Lignite_and_Consolidated_Calcareous_Mud.jpg, 2011

Gambar 2.17.

Outcrop

x. Drift And Cross Cut

Adalah cara pengambilan conto pada sisi – sisi dari drift dan

cross out oleh channel tegak lurus pad formasi / lapisan batuan.

Hasilnya biasanya mempunyai contoh yang dapat digambarkan k.l.

25 ft.

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 23: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber: http://farm5.static.flickr.com/4137/4858672055_1b41d00395.jpg, 2010

Gambar 2.18.

Drift and Cross Cut

y. Trencing Float

Adalah suatu cara pengambilan conto fragmen – fragmen atau

pecahan – pecahan bijih yang lapuk atau tererosi dengan cara

penjejakan atau penurutan atau kegiatan pengamatan pada sungai –

sungai.

*Sumber: http://www.marathon-gold.com/Theme/Marathon/files/images/ Photo2F.jpg, 2010

Gambar 2.19.

Trenching float

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 24: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan

dalam mengumpulkan fragmen-fragmen batuan dalam satu conto atau

melakukan pengelompokan conto (sub-channel) yang tergantung pada

tipe (pola) mineralisasi, antara lain :

1. Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam,

yang diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar.

Contohnya pada pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan

laterit atau residual.

2. Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang

diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona mineralisasi.

3. Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam

satu analisis kadar atau dibuat komposit.

4. Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel

sampling per tebal seam (lapisan) atau ply per ply (jika terdapat

sisipan pengotor).

*Sumber:http://densowestliferz.wordpress.com/2011/11/28/metode-sampling-pada-

jenis- jenis-endapan, 2011 Gambar 2.11.

Sketsa Pembuatan Sub-Channel pada Mineralisasi Berupa Urat

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 25: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Informasi-informasi yang harus direkam dalam pengambilan

conto dari setiap alur adalah sebagai berikut :

1. Letak lokasi pengambilan conto dari titik ikat terdekat.

2. Posisi alur (memotong vein, vertikal memotong bidang perlapisan,

dll.).

3. Lebar atau tebal zona bijih/endapan (lebar horizontal, tebal semu,

atau tebal sebenarnya).

4. Penamaan (pemberian kode) kantong conto, sebaiknya mewakili

interval atau lokasi sub-channel.

5. Tanggal pengambilan dan identitas conto.

Sedangkan informasi-informasi yang sebaiknya juga dicatat

(dideskripsikan) dalam pengambilan conto adalah :

1. Mineralogi bijih atau deskripsi endapan yang diambil contonya.

2. Penaksiran visual zona mineralisasi (bijih, waste, pengotor, dan lain-

lain).

3. Kemiringan semu atau kemiringan sebenarnya dari badan bijih.

4. Deskripsi litologi atau batuan samping.

5. Dan lain-lain yang dianggap perlu dalam penjelasan kondisi endapan.

2.2.2.Metode Mechanical Sampling

Pada metode sampling juga terdapat mechanical sampling

diaman metode ini biasanya digunakan untuk mengambil conto dalam

jumlah yang besar dibandingkan dengan hand sampling. Disamping itu

dengan cara ini didapatkan hasil yang lebih representatif. Alat yang

digunakan dalam mechanical sampling adalah riffle sampler dan vesin

sampler (Anonim, 2009)

a. Riffler Sampler

Alat ini bentuknya persegi panjang dan pada bagian dalam

dibagi menjadi beberapa sekat yang arahnya saling berlawanan.

Riffle-riffle ini yang berfungsi sebagai pembagi conto agar dapat

terbagi sama rata.

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 26: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber:http:/www. sample-splitter-sp174.jpg

Gambar 2.12.

Riffle Sampler

b. Vesin sampler

Pada bagian dalam dilengkapi dengan revolving cutter, yaitu

pemotong yang dapat berputar pada porosnya sehingga akan

membentuk area yang bundar sehingga dapat memotong seluruh alur

bijih.

2.2.3.Analisis Ayak

Dalam sampling dikenal dengan analisis ayak dengan tujuan

adalah untuk mengetahui :

1. Jumlah produksi suatu alat

2. Distribusi partikel pada ukuran tertentu

3. Ratio of concentration

4. Recovery suatu mineral pada setiap fraksi

Peralatan yang diperlukan dalam analisis ayak antara lain

ayakan, timbangan, mikroskop dan alat sampling. Untuk melakukan

analisis lebih baik digunakan dua ayakan dengan salah satunya dipakai

sebagai pembanding.

Ukuran yang digunakan bisa dinyatakan dengan mesh maupun

mm (metrik). Yang dimaksud mesh adalah jumlah lubang yang terdapat

dalam satu inchi persegi (square inch), sementara jika dinyatakan dalam

mm maka angka yang ditunjukkan merupakan besar material yang

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 27: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

diayak. Perbandingan antara luas lubang bukaan dengan luas

permukaan screen disebut prosentase opening.

Pelolosan material dalam ayakan dipengaruhi oleh beberapa

hal, yaitu :

a. Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan

b. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan

c. Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel

d. Komposisi air dalam material yang akan diayak

e. Letak perlapisan material pada permukaan sebelum diayak 

Kapasitas screen secara umum tergantung pada :

1. Luas penampang screen

2. Ukuran bukaan

3. Sifat dari umpan seperti ; berat jenis, kandungan air, temperatur

4. Tipe mechanical screen yang digunakan

Efisiensi screen dalam mechanical engineering didefinisikan

sebagai perbandingan dari energi keluaran dengan energi masukan.

Dengan demikian dalam screening bukannya efisiensi melainkan ukuran

keefektifan dari operasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi effisiensi screen :

1. Lamanya umpan berada dalam screen

2. Jumlah lubang yang terbuka

3. Kecepatan umpan

4. Tebalnya lapisan umpan

5. Cocoknya lubang ayakan dengan bentuk dan ukuran rata-rata

material yang diolah.

Dari hasil pengayakan dilakukan analisa mikroskop sehingga

didapatkan hasil bahwa pada ukuran butir yang paling kecil derajat

liberasinya makin besar. Dengan demikian berarti makin kecil ukuran

butir makin sempurna material terliberasi atau terbebaskan dari ikatan

gangue mineral.

Selain itu dari hasil pengayakan yang dilakukan dengan dua

ayakan akan dapat dibandingkan satu sama lainnya sehingga dapat

diketahui efisiensi pengayakan yang paling baik.

Derajat liberasi adalah perbandingan antara jumlah berat

mineral bebas dan berat mineral yang sama seluruhnya (bebas dan

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 28: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

terikat). Efisiensi yaitu perbandingan antara undersize yang lolos dengan

undersize yang seharusnya lolos.

Sampling batubara merupakan sampling yang tersulit dari

semua sampling solidmaterial. Hal ini dikarenakan batubara merupakan

heterogen solid material. Selain itu parameter yang ditentukan dari

batubara memeliki sifat-sifat penyebaran yang bervariasi.Oleh karena itu

dalam melakukan sampling batubara harus betul-betul mengikuti kaidah-

kaidah atau standard yang digunakan (Anonim, 2011)

Ada 3 faktor yang menentukan bahwa suatu sampel dapat

dikatakan representative atau tidak,yaitu :

1. Teknik pengambilan sample dan alat yang digunakan

2. Massa atau jumlah sampel yang diambil

3. Periode atau interval pengambilan.Untuk memperoleh sampel yang

representative, maka ketiga faktor diatas harus dilakukan dengan

baik menurut standard yang digunakan.

Pada sampling terdapat teknik pengambilan sampel dan alat

yang digunakan, adalah : 

a. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel harus ditentukan dan

disesuaikan dengan kondisi materialyang akan diambil dan alat

yang digunakan. Teknik pengambilan sample yang salah,akan

menyebabkan hasil dari sampel tersebut bias. Teknik sampling

harus betul-betul diperhatikan terutama pada sampling secara

manual. Sebagai contoh, dalam pengambilan sampel dari falling

stream, shovel atau ladle yang digunakan harus masuk ke seluruh

stream batubara. Apabila hanya sebagian stream yang diambil

maka sampel yang diperoleh akan bias. Selain itu yang perlu

diperhatikan adalah muatan sample dalam ladle. Ladle harus terisi

sampel secukupnya dan tidak boleh berlebihan (overfill).

Pengambilan sampel yang overfill juga akan menyebabkan

bias, karena partikel yang besar-besar akan jatuh, dan sebagian

besar sample yang terambil adalah fine coal. Jadi teknik

pengambilan sampel harus disesuaikan dengan situasi, kondisi,

batubarayang akan diambil samplenya. Seorang sampler yang

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 29: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

profesional harus menguasaiteknik sampling yang disesuaikan

dengan situasi dan kondisi batubara yang akan diambil sampelnya. 

b. Alat yang digunakan

Selain teknik pengambilan sample, yang tak kalah

pentingnya yang harus diperhatikan adalah alat yang digunakan

untuk mengambil sample tersebut. Alat yang digunakan untuk

melakukan sampling memiliki ukuran dan bentuk yang ditentukan

oleh standard. Penggunaan alat yang tidak sesuai dengan standard,

akan mengakibatkan bias padasample yang diperoleh dan akan

menyebabkan kesalahan pada hasil analisanya.

Menurut Japannese Industrial Standard M.8105-1966, rencana

pengambilan contoh meliputi beberpa hal, diantaranya adalah :

1. Ukuran Populasi

Populasi adalah sekumpulan besar material yang akan diambil

contohnya. Besarnya populasi akan berpengaruh pada kuantitas atau

jumlah contoh yang harus diambil. Semakin besar pengambilan

dilakukan, maka semakin baik data yang diperoleh, tetapi perlu

diingat segi biaya, waktu, serta tenaga.

2. Increment

Adalah jumlah satuan mineral yang dikumpulkan dari populasi

sebagai bagian dari contoh yang diperoleh dengan sekali

pengambilan contoh.

3.  Bentuk dan ukuran material

Bentuk dan ukuran material akan menentukan cara

pengambilan sampel/setiap increment-nya. Keberhasilan analisis

terhadap bahan galian ditentukan berhasil tidaknya hasil sampling.

Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan

diambil tergantung pada beberapa faktor, antara lain:

1. Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.

2. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi

3. Lokasi pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi, atau

barren),

4. Kedalaman pengambilan conto, yang berhubungan dengan letak dan

kondisi batuan induk.

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063

Page 30: BAB II PBG

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

5. Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.

Selain itu dengan melakukan sampling yang baik dan benar,

sangat besar manfaatnya dalam proses selanjutnya karena conto yang

cukup sebagai patokan untuk mengontrol apakah proses pengolahan

tersebut berjalan dengan baik atau sebaliknya. Tentunya dari hasil

sampling ini tidak dapat begitu saja untuk mengontrol proses

pengolahan tapi harus dilakukan suatu analisis dengan mikroskop.

Sampel yang telah dikumpulkan harus disiapkan sebelum

dilakukan analisis. Ini dikarenakan untuk menjaga kualitas dari analisa

yang hanya akan berhasil jika mengikuti prosedur atau kriteria-kriteria

tertentu. Kriteria terpenting dari pengujian adalah ukuran sampelnya.

Analisa kimia dan analisa lainnya hanya bisa dilakukan pada benda

berukuran kecil atau pasir/tanah halus. Oleh karena itu, material

berukuran besar perlu direduksi, sehingga ukuran partikel tersebut

representatif untuk dilakukan pengujian.

   

Ahmad Ali Syafi’iH1C110063