13
BAB III METODOLOGI Untuk mencapai tujuan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, maka perlu disusun langkah-langkah kerja yang akan ditempuh, antara lain sebagai berikut : III.1 Studi Literatur Hal ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku, jurnal penelitian dan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain, tentunya semua itu berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. III.2 Permodelan Sistem Kemudi Kendaraan System kemudi rack dan pinion umumnya digunakan untuk kendaraan penumpang atau kendaraan – kendaraan kecil yang tidak memerlukan gaya yang besar untuk memutar roda kemudi. System ini mempunyai pinion gear pada ujung tari poros lingkar kemudi yang dihubungkan dengan rack datar dengan gigi yang sesuai dengan gigi pada pinion. Pinion dengan gerak berputar dirubah oleh rack menjadi gerakan lurus. System rack dan pinion ini mempunyai rasio kemudi yang terbatas sehingga kemampuannya untuk meningkatkan gaya putar dari kemudi juga terbatas. Salah satu model dari system kemudi rack dan pinion dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Bab III Baru

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab III Baru

BAB III

METODOLOGI

Untuk mencapai tujuan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, maka

perlu disusun langkah-langkah kerja yang akan ditempuh, antara lain sebagai berikut :

III.1 Studi Literatur

Hal ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku, jurnal penelitian dan hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain, tentunya semua itu berkaitan dengan

penelitian yang akan dilakukan.

III.2 Permodelan Sistem Kemudi Kendaraan

System kemudi rack dan pinion umumnya digunakan untuk kendaraan

penumpang atau kendaraan – kendaraan kecil yang tidak memerlukan gaya yang

besar untuk memutar roda kemudi. System ini mempunyai pinion gear pada ujung

tari poros lingkar kemudi yang dihubungkan dengan rack datar dengan gigi yang

sesuai dengan gigi pada pinion. Pinion dengan gerak berputar dirubah oleh rack

menjadi gerakan lurus. System rack dan pinion ini mempunyai rasio kemudi yang

terbatas sehingga kemampuannya untuk meningkatkan gaya putar dari kemudi juga

terbatas. Salah satu model dari system kemudi rack dan pinion dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Page 2: Bab III Baru

Gambar 2.1 sistem kemudi dengan rack dan pinion

III.1.1. Analisa Dinamis

A. Analisa Sistem Kemudi Manual

Sistem kemudi manual disebut juga sebagai sitem kemudi konvensional

karena masih memanfaatkan tenaga dari pengemudi untuk membelokkan roda.

Seluruh tenaga yang diperlukan untuk membelokkan roda kendaraan berasal dari

tenaga pengemudi yang ditransmisikan ke roda melalui sistem kemudi.

Pada saat roda kemudi diputar maka di setiap link dalam sistem kemudi akan

menghasilkan gaya. Gaya- gaya tersebut akan digunakan untuk membelokkan ban

kendaraan. Besarnya gaya yang terjadi saat roda kemudi diputar di haruskan tidak

melebihi kemampuan bahan dalam menerima gaya tersebut, karena jika gaya yang

terjadi lebih besar dari kemampuan bahan maka sistem kemudi akan rusak. Maka dari

Page 3: Bab III Baru

itu diperlukan analisa gaya yang terjadi pada saat sistem kemudi diputar. Berikut ini

adalah gaya – gaya yang terjadi pada sistem kemudi.

Gambar 3.1.1 gaya mekanisme rack and pinion steering

Pada gambar di atas adalah skema mekanisme system kemudi . torsi yang dibutuhkan

untuk memutar roda depan pada kendaraan bila di asumsikan tekanan pada ban

seragam maka persamaan yang dapat digunakan adalah :

Gambar 3.1.2 Kingpin offset dan perbandingan kingpin offset dengan lebar ban

Page 4: Bab III Baru

𝑇𝑀 = 𝑀 π‘₯ πœ‡ π‘₯ 𝐡

𝐴+ 𝐸2 (Parker)

Keterangan : W = Weight on steered axle

B = Nominal width of the tire print

A = area of tire print

ΞΌ. = Friction Coefficient

E = Kingpin Offset

Gambar 3.1.3 free body diagram untuk Rack

Berdasarkan skema di atas gaya yang terjadi akibat kemudi diputar, gaya dari kingpin

kemudian diteruskan ke pinion sehingga persamaan menjadi :

Fp= Fw + Ff + mk. a (1)

Dimana : Fp = Gaya pada pinion

Fw = Gaya yang dibutuhkan kemudi

Ff = Gaya gesek antara Rack dan Pinion

Mk = Massa dari steering axle

a = percepatan

besarnya Fw didapat dari torsi yang terjadi pada kingpin

𝐹𝑀 = π‘‡π‘€π‘Ÿπ‘˜

Sehingga torsi yang terjadi pada Pinion

x

Fp

m

Fw

mk.a

Ff

Page 5: Bab III Baru

Tp = Fp x rp = (Fw + Ff + mk. a) x rp

gaya yang terjadi pada roda kemudi dimana Tp = Tsteering sehingga persamaan gerak

menjadi :

𝐹𝑑π‘₯ π‘Ÿπ‘  βˆ’ 𝑇𝑝 = 𝐼𝑠 π‘₯ πœƒ

Dimana : Fd = gaya yang diberikan oleh driver

rs = radius dari steering wheel

Is = momen inersia dari steering wheel dan steering shaft

πœƒ = percepatan sudut dari steering wheel.

𝐹𝑑 = 𝐹𝑓 + 𝐹𝑀 + π‘šπ‘˜ .π‘Ž π‘₯ π‘Ÿπ‘ + 𝐼𝑠 .πœƒ 𝑠

π‘Ÿπ‘ 

Sehingga torsi yang diperlukan untuk menggerakkan steering adalah

𝑇𝑑 = 𝐹𝑓 + 𝐹𝑀 + π‘šπ‘˜ . π‘Ž π‘₯ π‘Ÿπ‘ + 𝐼𝑠 .πœƒ 𝑠

B. Analisa Material

1. Rack dan Pinion

Dalam proses perancangannya banyak metode yang telah dikembangkan

untuk merancang dan mengevaluasi hasil rancangan suatu roda gigi. Hampir di setiap

negara memiliki standard perancangan untuk roda gigi, namun diantara standard yang

ada di dunia industry roda gigi ada dua yang paling dikenal yaitu AGMA dan FZG.

Pada system kemudi, Rack dan pinion ini berfungsi untuk merubah gerakan translasi

pada link-link menjadi rotasi atau sebaliknya. Ketika roda berbelok gaya yang

dihasilkan dari kingpin akan di terima oleh rack, karena itu desain dari rack dan

pinion harus sesuai dengan gaya yang akan diterima.

Page 6: Bab III Baru

Gambar 3.1.4 rack dan pinion

Sebagaimana diketahui bahwa ada beberapa jenis roda gigi diantaranya roda gigi

lurus (spurs gear), roda gigi miring (helical gear), roda gigi kerucut (bevel gear), roda

gig hypoid (hypoid gear), roda gigi cacing (worm gear) dan roda gigi (spiroid gear).

Rumus-rumus untuk roda gigi standard

Roda gigi standard merupakan roda gigi yang mengikuti aturan geometri roda

gigi secara umum. Adapun rumus-rumus yang digunakan untuk merancang roda gigi

standard adalah sebagai berikut.

1. Diameter roda gigi, π‘‘π‘œ = π‘š. 𝑧

2. Jarak standard antar poros, π‘Žπ‘œ = 0.5 (π‘‘π‘œ1 + π‘‘π‘œ2)

Dengan subskrip 1 dan 2 adalah roda gigi 1 dan roda gigi 2.

3. Diameter kepala gigi (addendum circle), dk :

π‘‘π‘˜ = π‘‘π‘œ + 2.π‘š

4. Jika jarak terpasang antar poros (= a), lebih besar dari jarak standard antar

poros (a > ao), maka :

Jarak backlash aka nada / bertambah

Sudut tekan berubah dari Ξ±o menjadi Ξ±b dengan hubungan;

a cos Ξ±b = ao cos Ξ±o

Fw + Ff + mk. a

Page 7: Bab III Baru

Diameter kontak antar gigi dari roda gigi berubah dari harga do

menjadi db (diameter gelinding) dengan hubungan ;

db cos Ξ±b = do cos Ξ±o

kasus perpanjangan jarak antar poros dari sepasang roda gigi (point 4 di atas),

akan memberikan perubahan nilai backlash dan nilai sudut tekan. Makin jauh jarak

antar poros roda gigi maka harga backlash dan harga sudut tekan akan semakin besar

juga. Hal ini perlu diperhatikan saat pemasangan roda gigi.

Gambar 2.1.11. Backlash akibat perpanjangan jarak poros

Page 8: Bab III Baru

B.3. Roda Gigi Miring (Helical Gear)

Pinion yang digunakan pada system kemudi ini adalah tipe helical gear,

sehinggga gaya yang terjadi pada pinion adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1.6 gaya yang terjadi pada helical gear

Gambar 2.1.7 gaya pada helical gear

Page 9: Bab III Baru

Circumferential force 𝐹𝑑 = 2000𝑇

𝑑

Axial force πΉπ‘Ž = 𝐹𝑑 π‘‘π‘Žπ‘›π›½

Radial force πΉπ‘Ÿ = 𝐹𝑑 tanπ‘Žπ‘Ÿ =𝐹𝑑 tan π‘Ž

cos 𝛽

Dimana diketahui: 𝐹𝑑= Fp= Fw + Ff + mk. a

Maka menurut teori dari AGMA :

π‘†π‘Žπ‘‘ = π‘†π‘Žπ‘‘ .𝐾𝐿

𝐾𝑇 .𝐾𝑅

𝐹𝑑 =π‘†π‘Žπ‘‘ .𝐾𝑣 . 𝑏. 𝐽

πΎπ‘œ .𝑃.𝐾𝑠 .πΎπ‘š

Dimana: πΎπ‘œ= overload factor

𝐾𝑠= size factor

𝐾𝑣= dynamic factor

πΎπ‘š= load distribution factor

𝐽 = geometri factor

K = correction factor

π‘†π‘Žπ‘‘= maksimum tegangan desain yang diizinkan (psi)

π‘†π‘Žπ‘‘ = tegangan yang diizinkan pada material (psi)

P = diametral pitch

b = face width (in)

Page 10: Bab III Baru

2. Analisa Material pada Poros

desain pada steering shaft dapat dihitung berdasarkan bahwa hanya menerima beban

puntir sehingga

𝑃𝑑 = 𝑓𝑐 .𝑃

Dimana : Pd = daya rencana (kW)

Fc = factor koreksi

P = daya nominal out put (kW)

Momen puntir rencana

𝑇 = 9.74 π‘₯ 105𝑃𝑑𝑛

Maka diameter poros

𝑑𝑠 = 5.1

πœπ‘Ž 𝐾𝑑𝐢𝑏𝑇

13

Dimana πœπ‘Ž =𝜎𝐡

𝑠𝑓1 .𝑠𝑓2

Keterangan : πœπ‘Ž= tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2)

𝜏𝐡= kekuatan tarik (kg/mm2)

3.Analisa Material pada Tie Rod

Pada tie rod, memiliki ulir yang berfungsi untuk mengatur panjang dan

pendeknya. Kekuatan material ditemtukan berdasarkan gaya yang bekerja pada tie

rod tersebut dalam hal ini beban yang akan diterima oleh ulir. Pada system kemudi

gaya yang bekerja pada tie rod umumnya adalah gaya aksial / gaya tarik sehingga

persamaan yang berlaku.

Page 11: Bab III Baru

Gambar 2.1.7 Gaya aksial pada tie rod

πœŽπ‘‘ =π‘Š

𝐴=

π‘Š

πœ‹4 . 𝑑2

Dimana W (kg) adalah beban tarik aksial, πœŽπ‘‘ adalah tegangan tarik yang terjadi pada bagian

berulir pada diameter inti d1 (mm). untuk diameter luar β‰₯ 3 (mm), umumnya diameter inti d1

= 0.8 d, sehingga (d1/d)2 = 0.64. jika πœŽπ‘Ž (kg/mm

2) adalah tegangan yang diizinkan, maka

πœŽπ‘‘ = π‘Š

πœ‹

4 (0.8𝑑)2

≀ πœŽπ‘Ž

Dari persamaan sebelumnya diperoleh

𝑑 β‰₯ 4π‘Š

πœ‹πœŽπ‘Ž x 0.64 atau 𝑑 β‰₯

4π‘Š

πœŽπ‘Ž

4.Analisa pada Baut dan Mur

Pada system kemudi ini bila steering wheel diputar maka pada link dimana baut dan

mur berada mengalami gaya geser sehingga

FP

Fw

Page 12: Bab III Baru

Gambar 2.1.8 Gaya geser yang terjadi pada mur dan baut

πœπ‘› = π‘Š

πœ‹.𝐷. 𝑗. 𝑝. 𝑧

Dimana j.p adalah tebal akar ulir dan untuk ulir metris dapat diambil jβ‰ˆ 0.75

FP

FW

Page 13: Bab III Baru

III.3 Diagram Alir Penelitian

start

Studi Literatur

Permodelan Sistem

Analisa Gaya

Proses Perhitungan

Pemilihan Material

Analisa Hasil

Perhitungan

Ya

Finish

Tidak