Upload
lenga
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
33
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Bisnis Gadai di Indonesia
Bisnis gadai dewasa ini menjadi sangat menarik, terutama setelah
diundangkannya UU anti monopoli (UU No. 5/1999) dan rencana
diundangkannya UU jasa Gadai. Greget persaingan terbuka tersebut semakin
terasa dan nyata terutama saat diadakannya seminar tentang UU Jasa Gadai.
Disisi lain perubahan lingkungan bisnis yang begitu cepat dan uncertain telah
mendorong seluruh pelaku bisnis untuk berupaya dengan ekstra keras guna
menjaga sustainability dan daya saing dalam bisnis gadai. Mengutip pendapat
ahli marketing Hermawan Kartajaya, bahwa untuk dapat sustain dalam era
persaingan bisnis yang turbulent adan uncertain adalah kemampuannya
memenuhi tuntutan komponen stakeholder utama yakni : shareholder,
customers, dan people.
Pelaku bisnis gadai yang resmi secara de jure memang hanya PERUM
Pegadaian yakni dengan kepemilikan mutlak Pemerintah dengan PP 103
tahun 2000. Namun secara de facto ternyata cukup banyak pemain bisnis
gadai antara lain: Perbankan dengan sistem Rahn (gadai syariah) yang resmi
berdasarkan UU Perbankan tahun 2000. Di samping itu banyak juga pelaku
usaha perkreditan mikro seperti Koperasi dan bahkan toko emas,
perseorangan yang menjalankan bisnis gadai dengan harga maupun prosedur
34
yang sangat bersaing. Persaingan bisnis gadai juga seudah merambah ke luar
negeri dengan adanya globalisasi. Salah satunya yakni telah mengoperasikan
bisnis gadai bekerjasama dengan Pegadaian Indonesia yakni Malaysia.
Lembaga kerjasama dengan membentuk Ar-Rahnu Serantau dan Direktur
Utama Pegadaian Indonesia tercatat sebagai pendiri dan penggagasnya.
Apabila sistem pasar bebas diterapkan, bukan tidak mungkin pesaing dari
perbankan Indonesia dan juga Lembaga Gadai Asing dengan teknologi dan
modal yang kuat mereka dapat mencaplok pangsa pasar PERUM Pegadaian di
Indonesia.
Perubahan lingkungan sangat mempengaruhi bisnis Pegadaian dan
berbagai faktor eksternal lainnya mendorong Pegadaian harus mampu
beradaptasi dengan perubahan lingkungan tersebut untuk mempertahankan
sustainability dan pertumbuhan yang going concern. Dalam melakukan
perubahan perlu dilakukan melalui pendekatan knowledge management
dimana IT Strategic Planning harus dibangun dengan matang sehingga
perubahan yang dilakukan akan berhasil.
4.2 Analisis Bisnis Internal Pegadaian
4.2.1 Profil Perusahaan dan Pusat Teknologi Informasi PERUM Pegadaian
Pegadaian sebagai lembaga bisnis milik negara dimana 100% adalah
kepemilikan Pemerintah, memiliki 2 (dua) kewajiban yang diemban dari
shareholder, yakni maksimisasi profit untuk peningkatan nilai perusahaan dan
penerimaan Negara sementara disisi lain harus mampu menjadi agen
35
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
penyaluran kredit dengan hukum gadai (Public Service Obligation/PSO).
Menginjak usianya ke-105 di akhir tahun 2006 Pegadaian telah
memiliki outlet (cabang) sebanyak 869 buah tersebar di seluruh penjuru
Indonesia, didukung sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama
sebanyak 7.454 orang. Produk andalan sebagai core business adalah Kredit
Cepat Aman (KCA) dengan kontribusi pendapatan dan omzet tertinggi.
Produk lainnya yang diarahkan untuk mendobrak grafik pertumbuhan saat
menuju kearah declining KCA sehingga Pegadaian akan tetap tumbuh secara
berkesinambungan (Sustainable growth) antara lain Kredit Angsuran Sistem
Gadai (KRASIDA), Kredit Sistem Fidusia (KREASI), Ar Rahnu (Kredit
gadai sistem syariah), Kredit Industri Rumah Tangga (KRISTA), Kredit Serba
Guna (KRESNA), Kredit Tunda Jual Gabah (KTJG), Jasa Taksiran, Jasa
Titipan, Gadai Efek, dan sinergi dengan Western Union (WU).
Hirarkhi organisasi diatasnya terdapat 13 (tiga) belas Kantor Wilayah
yang mengkoordinasikan operasional, staffing dan policy serta penghubung
(liason) bagi Kantor Cabang dengan Kantor Pusat. Kebijakan operasional
utama dikendalikan langsung dari Kantor Pusat sementara beberapa aktivitas
perusahaan didelegasikan ke Kantor Wilayah dan Kantor Cabang secara
proporsional. Rentang kendali yang demikian menjadikan Pegadaian
menghadapi permasalahan tersendiri dalam pengelolaan dan pengembangan
sistem informasi perusahaan.
36
Struktur Organisasi PERUM Pegadaian.
37
4.2.1.1 Visi dan Misi Strategi Bisnis Pegadaian
Pegadaian dalam mengembangkan bisnisnya dibangun dalam
semangat organisasi yang ingin mewujudkan visinya yakni : ”Pegadaian di
tahun 2010 menjadi perusahaan yang modern, dinamis dan inovatif dengan
usaha utama gadai”. Visi ini sebagaimana tertuang dalam Rencana Jangka
Penjang Pegadaian (RJP) yang disusun untuk setiap jangka waktu 5 (lima)
tahun.
Untuk mencapai visinya Pegadaian melaksanakan usaha dengan
mengemban misi :
• Turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan
menengah ke bawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai dan
jasa di bidang keuangan lainnya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
• Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktek riba dan pinjaman
tidak wajar lainnya.
Seiring dengan perkembangan lingkungan bisnis dan core business
Pegadaian, maka sedang disusun Rencana Jangka Panjang (RJP) Pegadaian
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun berikutnya. Kemungkinan akan dilakukan
redefinisi visi dan bentuk perusahaan untuk perubahan status menjadi
perusahaan perseroan. Perubahan tersebut juga musti terantisipasi dalam
pengembangan Rencana Strategis Sistem dan Teknologi Informasi Pegadaian.
”Pegadaian menjadi lembaga pembiayaan terdepan bagi solusi kebutuhan
38
dana masyarakat”. Dengan misi yang lebih mengarah pada solusi pendanaan
pada pangsa pasar yang dominan dewasa ini yakni masyarakat dan usaha
mikro, kecil dan menengah. Untuk dapat mewujudkan visi dan merealisasikan
misinya maka peranan sistem dan teknologi informasi sangat penting agar
dapat beroperasi dengan efisien dan efektif.
4.2.1.2 Visi dan Misi Pusat Teknologi Informasi Pegadaian
Pusat Teknologi Informasi yang disingkat dengan PUSTI adalah unit
bisnis di Pegadaian yang berfungsi sebagai perencana, pengkoordinir,
pengembang, pengelola dan pemelihara sistem dan teknologi informasi untuk
penunjang bisnis Pegadaian.
Unit PUSTI yang didirikan tahun 1999 dimana sebelumnya berupa
fungsi dengan sebutan ”Pusat Data Elektronik (PDE)”. Diawal pendiriannya
telah dicanangkan motto ”Maximize the use of information technology and
minimize the complexity of technological change”. Motto yang diadopsi dari
motto sebuah perusahaan software terkemuka karena dianggap cukup menjadi
pemacu pengembangan dan penerapan teknologi informasi bagi insan PUSTI
Pegadaian.
Semenjak tahun 2006 dicoba dirumuskan suatu visi PUSTI oleh Sdr.
Irfan Mahendra, S.Kom, M.Kom (Staff PUSTI Pegadaian) yang menurut
hemat penulis cukup visible yakni : ”Menjadi sentra pengembangan dan
penerapan sistem teknologi informasi Pegadaian dalam membangun daya saing
(competitive advantage) untuk tetap tumbuh (going concern and sustainability)”.
39
Visi tersebut rasanya seiring dengan rencana strategi Pegadaian. Visi ini perlu
diinternalisasikan ke segenap pesonil TI Pegadaian di seluruh Indonesia,
sehingga akan menjadi daya dorong yang kuat dalam mewujudkan organisasi
Pegadaian berbasis TI yang memiliki daya saing kuat di era globalisasi.
Dalam mewujudkan visinya Pusat Teknologi Informasi Pegadaian
berusaha mendukung terwujudnya visi Pegadaian menjadi lembaga
pendanaan modern yang inovatif dengan daya saing tinggi dengan misi antara
lain :
• Menyiapkan sumber daya manusia sistem teknologi informasi (SDM-STI)
yang berkualitas, profesional, serta memiliki integritas yang tinggi.
• Meningkatkan kapasitas dan mendorong terwujudnya pemerataan
infrastruktur sistem teknologi informasi Pegadaian.
• Meningkatkan kehandalan software dan sistem database.
• Meningkatkan kualitas pengolahan dan komunikasi data.
• Meningkatkan kualitas layanan informasi.
• Meningkatkan wawasan dan keterampilan bidang sistem teknologi
informasi SDM PERUM Pegadaian.
• Meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan sistem teknologi
informasi.
• Meningkatkan kerjasama dan kemitraan dalam usaha pengembangan
sistem teknologi informasi sesuai standarisasi dan sertifikasi.
40
4.2.1.3 Strategi korporat PERUM Pegadaian versus strategi Pusat TI
Disitir dari hasil diskusi “Pengembangan Organisasi Berbasis TI di
UGM Yogyakarta” yang dihadiri oleh Jeneral Manajer Divisi Sumber Daya
Manusia ( JM SDM) dan Jeneral Manajer Divisi Usaha Syariah (JM Syariah)
Pegadaian, terungkap bahwa teknologi informasi di Pegadaian saat ini hanya
digunakan sebagai support dalam rangka efisiensi. Sasaran efisiensi inipun
belum sepenuhnya teraplikasi, karena masih belum mampu mereduksi
kebutuhan tenaga manusia untuk pekerjaan rutin dan administratif.
Dalam konteks persaingan bisnis di era global, maka teknologi
informasi harus bersifat stratejik sehingga sasarannya tidak saja efisiensi
tetapi juga efektif dan bagian integral dari strategi organisasi. Hal tersebut
harus melalui proses “turn arround” sehingga tidak terjadi “gap teknologi”,
melalui pengembangan secara bertahap dari data capturing, data analyzing
hingga menjadi informasi untuk pengambilan keputusan manajerial baik
internal maupun ber-impact ke lingkungan eksternal, yang digambarkan sbb:
Tinggi S E K A R A N G Rendah Pengaruh TI thd strategi Tinggi
YANG AKAN DATANG
Teknologi Informasi Stratejik
Teknologi Informasi Support
Teknologi Informasi Turn arround
Gambar 4.2. Mapping IT Dalam Proses Bisnis Pegadaian
41
Gambaran berikut ini untuk memudahkan dalam pemetaan keterkaitan
kebijakan strategi korporat dengan rencana strategis Pusat Teknologi
Informasi (strategic alignment) sbb :
BUSINESS CONTRIBUTION
USER ORIENTATION
OPERATIONAL EXCELLENCE
FUTURE ORIENTATION
Optimalisasi Penggunaan TI
Pengendalian Anggaran TI
Kepuasan Pengguna TI
Efektifitas dan Efisiensi
Pengembangan
Efektifitas dan Efisiensi
Pengoperasian
Kompetensi SDM
Penguatan Aset Informasi
Kualitas Layanan TI
Gambar 4.3. Keterkaitan Strategi Korporat dengan Strategi TI
42
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa tujuan utama dari Pusat TI
Perum Pegadaian adalah optimalisasi penggunaan TI di Perum Pegadaian.
Agar tujuan strategis tersebut dapat tercapai maka perlu adanya pengendalian
anggaran TI, ketersediaan layanan TI dan kepuasan pengguna TI itu sendiri.
Pengendalian anggaran TI dapat dicapai dengan efektifitas dan efisiensi
pengembangan dan pengoperasian. Kepuasan Pengguna TI merupakan akibat
tersedianya layanan TI yang baik. Sedangkan tersedianya layanan TI
merupakan akibat dari efektifitas dan efisiensi pengembangan dan
pengoperasian TI itu sendiri.
Efektifitas dan efisiensi pengembangan dapat tercapai seiring
peningkatan kompetensi SDM TI dan penguatan aset informasi. Demikian
pula efektifitas dan efisiensi pengoperasian dapat terjadi seiring dengan
pengingkatan kompetensi SDM TI dan penguatan aset informasi.
4.2.2 Value Chain Sistem TI dalam Organisasi Pegadaian
Rencana pengembangan organisasi Pegadaian berbasis Teknologi
Informasi maka “utilisasi” jaringan yang ada perlu diperluas, karena jika
hanya digunakan sebagai media transaksi tanpa ada nilai tambah bagi
pelanggan akan menimbulkan pemborosan. Oleh karenanya pengembangan
sistem teknologi informasi harus dibangun dari “bawah” mulai dari
pembenahan database pelanggan maupun database pegawai sebagai berikut :
43
IT SEBAGAI VALUE CHAIN
REACH
EKSTERNAL
INTERNAL
RANGE
Penggunaan sistem teknologi informasi sebagai value chain akan
merubah paradigma bisnis dari “What is your business” menjadi “What is
your business model”, sehingga apabila ada pesaing yang melakukan imitasi
terhadap bisnis kita maka tidak akan menjadi masalah besar karena yang kita
“jual” adalah “business model” bukan hanya sekedar produk atau jasa saja
(Prof. Yogianto, pembahas focus group discussion UGM Yogyakarta, 2006).
4.2.3 Analisis Aplikasi dan Infrastruktur Sistem TI Pegadaian saat ini
Pengembangan aplikasi di Pegadaian telah dimulai semenjak tahun
1993 yang dimulai dari pengembangan aplikasi kepegawaian “Sistem
Kepegawaian” (SIPEG) dan di upgrade beberapa kali hingga terakhir disebut
aplikasi “Sistem Informasi Sumber Daya Manusia/Sistem Informasi
Penggajian” (SISDAM/SIAGA) untuk pengolahan penggajian dan pendataan
DSS
MIS
DATABASE
Gambar 4.4. Value Chain IT Dalam Organisasi Pegadaian
44
pegawai. Aplikasi General Ledger (GL) untuk pengolahan data keuangan di
Kanwil dan Kantor Pusat dan diupgrade menjadi “Sistem Informasi
Keuangan” (SISKEU) dan terakhir diubah menjadi “Sistem Informasi
Daerah/Sistem Informasi Pusat” (SIMDA/SISPUS) yang integral dengan
aplikasi pengolahan data operasional, keuangan dan logistik. Untuk
pengolahan data operasional yang diawali dengan transaksi di Cabang
dibangun Aplikasi “Sistem Informasi Manajemen Operasional” (SIMOP)
yang diupgrade beberapa kali sehingga terakhir menjadi “Sistem Informasi
Cabang Terpadu” (SISCADU). Aplikasi penilain kinerja berbasis TI dengan
model balance scorecard (BSC) yang berfungsi sebagai alat ukur kinerja unit
bisnis serta alat komunikasi internal. Aplikasi ini berbasis web telah
diimplementasikan sejak tahun 2005, namun kurang enforcement sehingga
tidak efektif, terutama dalam penyusunan Critical Succes Factor (CSF) dan
Key Performance Indicator (KPI).
Tools pemrograman yang digunakan tercatat sangat variatif antara
lain: clipper dos base, power builder windows base, dan PHP/Java internet
base. Pada sisi back-end (software pengolah database) juga bervariasi seperti:
xbase untuk clipper dos base, Oracle 8.15i untuk windows base, dan MySQL
untuk internet base. Masing-masing database terkait dengan jenis tools
pemrograman yang digunakan dan tidak terintegrasi secara menyeluruh.
Infrastruktur yang dipergunakan menggunakan Personal computer
(PC) based architecture dengan sistem Local Area Network (LAN)
workgroup di masing-masing unit (Kantor Cabang, Kantor Wilayah dan
45
Kantor Pusat). Terakhir dilakukan pemasangan Wide Area Network (WAN)
untuk Kantor Pusat dengan 4 (empat) Kantor Wilayah menggunakan frame
relay dari Lintasarta dengan koneksi internet melalui Internet Service
Provider terpisah. Seluruh titik akses di jaringan WAN disambungkan secara
sentral ke jaringan internet melalui router dan proxy di Kantor Pusat.
Pemanfaatan jaringan lebih pada penggunaan koneksi internet 24 jam
on line. Fasilitas jaringan komunikasi tersebut telah dipersiapkan untuk kanal
voice, namun karena tidak dilengkapi dengan penambahan PBX
interconnection, menjadikan kanal voice tersebut tidak dapat dimanfaatkan.
Jaringan back bone semula menggunakan fiber optic kemudian diganti
dengan kabel UTP category 6 dan terakhir denga kabel UTP category 7.
Sistem komunikasi data yang digunakan adalah sistem file transfer
dengan fasilitas e-mail dan/atau messaging. Kemudian dikembangkan dengan
sistem file transfer via situs intranet dari Kantor Cabang ke Kantor Wilayah
dan Kantor Pusat. Dikombinasikan dengan sistem manajemen kas yang
bersinergi dengan jaringan perbankan.
Di awal pembangunanya setiap aplikasi dirancang secara terpisah dan
sektoral sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit. Strategi
pengembangan tersebut menjadikan permasalahan serius dalam
mengintegrasikan data dan permasalahan lain untuk pemeliharaan dan
pengelolaannya. Kemudian dengan tidak adanya panduan terintegrasi dalam
pengembangan aplikasi dan seringnya perubahan dengan tidak ada
dokumentasi sistem hal tersebut lebih mempersulit dalam pengembangan
46
aplikasi lebih lanjut. Sehingga berakibat dengan sistem pemeliharaan “tambal-
sulam” dan tahapan data capturing dalam sistem informasi menjadi tidak
pernah “mature”.
Permasalahan lain terkait dengan aplikasi yang telah dibangun dan
penyediaan infrastruktur yang tidak terencana secara integral menjadikan
utilitas jaringan tidak optimal dalam komunikasi data. Hal ini dikarenakan
tidak adanya aplikasi yang dapat memanfaatkan sistem jaringan terpasang
tersebut. Apabila diibaratkan dengan sistem transportasi darat, telah
disediakan jalur tol untuk mobil-mobil kecepatan tinggi dan bebas hambatan,
tetapi sarana mobil yang dipergunakan untuk pengangkutan masih bekelas
1000 cc, akibatnya tidak ada bedanya dengan menggunakan jalur normal.
Jalur transportasi adalah media jaringan dan sistem komunikasi, sedangkan
mobil dan perangkatnya adalah software aplikasi dan hardware (komputer).
Sistem komunikasi data dan konsolidasi data antar jenjang
menggunakan sistem file transfer sangat berpeluang adanya “redudansi” dan
inkonsistensi data. Kondisi tersebut menjadikan sistem dengan dual input
sangat mungkin adanya “human error” dan “technical error” dibandingkan
dengan sistem “single input multi report”. Antara lain proses konsolidasi
sistem file transfer yang terlupa/terlambat mentransfer data, “corrupted data”
baik karena inkonsistensi media maupun prosesnya. Dengan sistem “single
input multi report”, maka input data (data capturing) hanya terjadi sekali di
unit pusat transaksi, kemudian data ditransfer melalui aplikasi dan database
secara otomatis dan terprogram. Unit pada hirarki di atasnya (konsolidasi)
47
cukup menggunakan metode “query” dan grouping laporan, kemudian unit
verifikasi dan validasi serta koreksi diperankan oleh unit/fungsi terpisah.
4.2.4 Analisis SWOT
Untuk mengidentifikasi dan menentukan langkah serta posisi
Perusahaan dalam konteks persaingan bisnis maka analisis SWOT ini banyak
dipergunakan. Analisis ini menggunakan parameter kajian baik dari aspek
internal maupun eksternal. Analisis SWOT merupakan kependekan dari
Strength (Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities (Peluang) dan
Thread (Ancaman). Analisis ini dipergunakan di Pegadaian yang tertuang
dalam Rencana Jangka Panjang (Rencana Strategis) dengan pembobotan
untuk masing-masing faktor sbb:
Variabel Internal
Faktor Operasi dan Pemasaran................................................ : 28 %
Faktor Keuangan..................................................................... : 27 %
Faktor Organisasi dan SDM.................................................... : 20 %
Faktor Sarana Prasarana dan Teknologi Informasi................. : 15 %
Faktor Pengendalian Internal .................................................. : 10 %
Variabel Eksternal
Faktor Ekonomi....................................................................... : 45 %
Faktor Politik dan Pemerintahan............................................. : 30 %
Faktor Sosial Budaya .............................................................. : 15 %
Faktor Teknologi..................................................................... : 10 %
48
Meskipun perlu dikritisi bahwa faktor teknologi ditempatkan pada
urutan terakhir dengan alasan pengelolaan perusahaan tidak terlalu tergantung
pada teknologi tinggi mengingat proses bisnisnya sudah baku dan sederhana.
Namun karena hal tersebut bukan bagian dari pembahasan Group Field
Project penulis, maka hal tersebut masuk dalam catatan khusus penulis.
Setelah dilakukan pengukuran bobot dengan skala kuantifisir dari
Lemah sekali = 1, Lemah = 2, Cukup = 3, Kuat = 4 dan Kuat Sekali = 5 serta
pemberian nilai positif (+) untuk factor kekuatan dan peluang, sedangkan
kelemahan dan ancaman nilai negatif (-), maka posisi Pegadaian adalah sbb :
(
I I I STRATEGI BERTAHAN
HIDUP ANCAMAN T ( - )
I V STRATEGI
DIVERSIFIKASI
S ( + ) KEKUATAN
W ( - ) KELEMAHAN
I I STRATEGI STABIL
O ( + ) PELUANG STRATEGI
BERTUMBUH I
Stable
Concentric Diversification
Conglomerate Diversification
Niche
Turn Around
Maintenance
Gambar 4.5. Grafik Hasil Analisis SWOT Pegadaian
49
4.2.5 Analisis Model Porter (Porter’s Five Forces Analysis)
Gambar 4.6. Analisis Model Porter
Para Pesaing Industri
Kondisi persaingan yang ada dalam industri jasa gadai dapat dikatakan
rendah karena fakta yang ada membuktikan bahwa sampai saat ini dalam
industri jasa gadai Perum Pegadaian merupakan satu-satunya perusahaan yang
bergerak dalam industri jasa gadai secara nasional di Indonesia. Namun
demikian untuk masa kedepan dengan diundangkannya UU Jasa Gadai,
memungkinkan dibukanya Lembaga Gadai Swasta yang akan bermunculan di
seantero Indonesia. Secara otomatis kondisi persaingan akan berubah menjadi
sangat tajam. Hal tersebut teridentifikasi dari banyaknya antusiasme
masyarakat bisnis dalam menyambut segera diundangkannya UU Jasa Gadai.
50
Kekuatan (daya tawar) Konsumen/Nasabah.
Nasabah Pegadaian memiliki posisi tawar yang moderat hingga tinggi
karena segmen sekarang yang non bankable dan pilihan lembaga sejenis
sudah mulai banyak alternatif terutama setelah UU anti mnopoli dan ke depan
akan semakin banyak pilihan atau alternatif sumber pembiayaan jangka
pendek selain yang ditawarkan oleh Perum Pegadaian, sehingga switching
cost untuk mereka cenderung melemah.
Kekuatan (daya tawar) Pemasok.
Sebagai lembaga jasa pembiayaan, produk Pegadaian adalah menjual
kredit modal kerja dan konsumtif kepada masyarakat sedangkan sumber
pendanaan Pegadaian adalah modal sendiri (Pemerintah) dan pinjaman pihak
ketiga. Tidak seperti perbankan dimana sumber pendanaannya berasal dari
tabungan dan deposito yang biaya modalnya murah. Oleh karenanya kekuatan
daya tawar pemasok (modal) cukup moderat. Hal tersebut dikarenakan dari
sisi pemerintah kita sangat sulit mendapatkan pasokan modal karena
regulasinya sangat ketat serta diperketatnya penambahan penyertaan modal
pemerintah karena keterbatasan APBN. Sedangkan modal kerja dari pinjaman
komersial biaya modalnya cukup tinggi dibanding dari modal sendiri
(pemerintah). Disisi lain begitu mudahnya untuk mendapatkan pasokan modal
dari perbankan dan pihak ketiga lainnya tesebut, bahkan mereka bersaing
dengan menawarkan special rate ke Pegadaian.
51
Ancaman Pendatang Baru
Pelaku bisnis gadai secara de jure memang hanya Perum Pegadaian
(dengan kepemilikan mutlak oleh Pemerintah PP103/2000) namun faktanya
setelah terbitnya UU Antimonopoli terdapat cukup banyak pemain bisnis
gadai antara lain seperti usaha koperasi, toko emas, perseorangan, atau bahkan
perbankan sendiri yaitu dengan sistem Rahn (gadai syariah) yang resmi
berdasarkan UU Perbankan tahun 2000. Hal ini menunjukkan bahwa industri
jasa gadai ini cukup terbuka bagi pendatang baru. Di sisi lain Faktor
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Perum Pegadaian dapat
dikatakan cukup tinggi dikarenakan jaringan yang luas, keamanan dan
kualitas pelayanan yang baik. Bila hal ini diasumsikan sebagai salah satu
entry barier, maka dapat dikatakan bahwa ancaman pendatang baru masih
cukup moderat. Kondisi tersebut akan berubah saat diundangkannya UU Jasa
Gadai dalam waktu dekat ini, dimana kran pembukaan lembaga gadai swasta
sangat terbuka lebar, dengan demikian ancaman pendatang baru di industri
jasa gadai akan menjadi cukup tinggi.
Ancaman Produk/Jasa Pengganti
Produk/jasa pengganti jasa kredit dengan skim Gadai oleh Pegadaian
bersifat subsider dengan model jasa kredit seperti dengan skim tanpa agungan
(Kratu Kredit), pinjaman dengan jaminan kepercayaan, dan skim kredit
lainnya. Begitu banyaknya alternatif produk/jasa pengganti, menjadikan
ancaman produk/jasa pengganti ini bagai Pegadaian menjadi cukup tinggi.
52
4.2.6 Penjabaran Strategi dengan Balanced Scorecard (BSC)
Sebagai salah satu alat analisis dalam menyusun rencana strategis IT
disamping untuk pengukuran kinerja perusahaan, BSC diperkenalkan pertama
kali oleh Robert S. Kaplan, seorang profesor akuntansi dari Harvard
University, dan David P. Norton, presiden Renaissance Solution, Inc,
perusahaan konsultan internasional dari Boston. Balanced Scorecard (BSC)
merupakan sebuah terobosan untuk mengurai kinerja perusahaan secara lebih
dalam. Pada masa sebelum BSC dimunculkan, kinerja perusahaan hanya
diukur dari sisi finansial/akuntansi semata dan melupakan sisi lainnya.
Balanced Scorecard menyediakan pihak manajemen Pegadaian suatu
instrumen yang dibutuhkan untuk mengemudikan perusahaan kepada
keberhasilan persaingan. Misi dan strategi perusahaan diterjemahkan oleh
BSC ke dalam seperangkat ukuran menyeluruh yang memberikan kerangka
kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen stratejik.
Pengukuran kinerja BSC didasarkan pada lima perspektif yaitu:
1. Perspektif Keuangan (Finansial), dimana perusahaan harus dapat
mengelola keuangan dengan baik sehingga tercapai kinerja keuangan yang
baik dan dipercaya oleh para shareholder. Ada dua obyektif yang harus
dicapai dalam perspektif ini yaitu:
a. Peningkatan Pendapatan
Peningkatan pendapatan ini dapat dilakukan dengan
- Meningkatkan omzet usaha inti
- Meningkatkan omzet usaha lain
53
b. Penilaian Kinerja Keuangan, yang dapat dilakukan dengan:
- Melaksanakan audit atas laporan keuangan dan pemberian opini
auditnya.
- Melaksanakan praktek Good Corporate Governance (GCG)
- Perolehan rating obligasi
- Penilaian tingkat kesehatan
- Penilaian ROI dan ROE
2. Perspektif Pelayanan Pelanggan (Service), dimana perusahaan dituntut
untuk mampu mengembangkan hubungan baik dengan pelanggan
sehingga visi dan misi perusahaan dapat dicapai. Obyektif yang harus
dicapai menurut perspektif ini adalah meningkatnya kualitas pelayanan.
Hal ini dapat dicapai dengan :
- Pembukaan kantor cabang baru
- Pembukaan unit dan usaha pelayanan baru
- Peningkatan cabang yang memenuhi standar pelayanan
- Memacu pertumbuhan atau peningkatan jumlah pelanggan/nasabah
dari tahun sebelumnya.
- Menurunkan atau meminimalkan jumlah keluhan pelanggan
3. Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process), dimana
perusahaan memiliki kemampuan dalam memperbaiki bisnis sehingga
kinerja perusahaan meningkat. Hal yang ingin dicapai dalam perspektif ini
adalah meningkatnya efektifitas operasional perusahaan yang dapat
diperoleh dengan :
54
- Menciptakan standar operasional perusahaan yang baku
- Meningkatkan kecepatan proses pelayanan pelanggan
- Meningkatkan kecepatan penanganan keluhan pelanggan
4. Perspektif Proses Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth)
dalam upaya untuk mencapai visi dan misinya, perusahaan dapat
melakukan perubahan dan perbaikan aktivitas perusahaan melalui inovasi
produk maupun inovasi proses. Hal yang ingin dicapai dalam perspektif
ini adalah memiliki sistem dan prosedur yang sesuai kebutuhan dan
memiliki struktur organisasi yang efektif. Hal ini dapat dicapai dengan :
- Melakukan review terhadap efektifitas SOP, dan
- Melakukan evaluasi terhadap efektifitas organisasi
5. Perspektif Sumber Daya Manusia (Human Resources), kunci keberhasilan
dalam pencapaian tujuan perusahaan jasa pembiayaan semacam Pegadaian
adalah optimalisasi pemberdayaan SDM yang dimiliki. Dengan memiliki
kinerja SDM yang baik, maka pencapaian visi dan misi perusahaan akan
cepat dan mudah direalisasikan. Untuk itulah Pegadaian memasukkan
unsur ini sebagai varian dari persepktif BSC yang umum. Obyektif yang
harus dicapai menurut perspektif ini adalah memiliki sumber daya yang
profesional. Beberapa indikator yang dapat dijadikan tolok ukur
pencapaian SDM yang profesional antara lain yaitu :
- Keseimbangan/kewajaran proporsi biaya diklat terhadap biaya
pegawai
- Menyusun standar jam pelatihan minimal bagi para karyawan
55
- Meningkatkan proporsi SDM yang memiliki keahlian atau sertifikasi
dari keseluruhan pegawai
- Implementasi budaya dan sistem penghargaan bagi karyawan
Adapun model BSC di Perum Pegadaian adalah sebagai berikut:
Gambar 4.7. Model BSC Perum Pegadaian
56
4.2.7 Analisis Critical Success Factor (CSF)
Dari obyektif selanjutnya disusun analisis critical succes factor
berdasarkan prinsip perspektif Balanced Score Card (BSC) yang terdiri dari :
Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal,
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan serta Perspektif Sumber daya
manusia. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut :
Perspektif Keuangan:
Bahwa Perum Pegadaian harus mampu mengamankan obyektif dari
bisnis perusahaan dengan kondisi:
1. Tersedianya sistem dan prosedur yang andal
2. Adanya sumber daya manusia yang kompeten
3. Menaati prosedur akuntansi keuangan yang berlaku
Perspektif Pelayanan Pelanggan:
Dari perspektif pelayanan pelanggan untuk dapat memenuhi obyektif
yang diinginkan maka perlu bagi Perum Pegadaian untuk dapat menciptakan:
1. Program pemasaran yang intensif
2. Jenis-jenis unit dan usaha pelayanan
3. Adanya kebijakan dan pedoman standarisasi kualitas pelayanan
4. Tersedianya database nasabah
5. Adanya customer care unit
57
Perspektif Proses Bisnis Internal:
Peningkatan efektifitas operasional perusahaan dilihat dari persepektif
proses bisnis internal dapat dicapai apabila kondisi-kondisi berikut ini telah
terpenuhi :
1. Jumlah standar operasional perusahaan yang baku
2. Kecepatan proses pelayanan
3. Kecepatan penanganan keluhan pelangggan
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran:
Sistem dan Prosedur yang disesuaikan dengan kebutuhan serta struktur
organisasi yang efektif dapat dicapai apabila :
1. Adanya kebijakan sistem dan prosedur yang fleksibel
2. Adanya kebijakan organisasi yang fleksibel.
Perspektif Sumber Daya Manusia:
Sumber daya manusia yang profesional dapat tercapai apabila :
1. Tersedianya perencanaan pengembangan SDM berbasis kompetensi.
2. Tersedianya program diklat yang berkesinambungan.
3. Tersedianya SDM yang memiliki kompetensi
4. Tersedianya manual pedoman budaya perusahaan
5. Adanya kebijakan reward dan punishment
4.2.8 Analisis IT Balanced Scorecard (IT-BSC)
Bagaimana IT dipandang sebagai hal yang strategic di perusahaan
dilihat dari perspektif sbb :
58
• Business Contribution, yakni bagaiman manajemen puncak memandang
unit TI?
• Operational Excellence, yakni seberapa efektif dan efisien proses TI
dalam Perusahaan?
• User Orientation, yakni bagaimana user memandang unit TI
• Future Orientation, yakni bagaiman TI diposisikan untuk memenuhi
kebutuhan masa depan.
Visi dan
Strategi
Bagaimana manajemen puncak memandang unit TI?
BUSINESS CONTRIBUTION
Objectives Measures Targets
OPERATIONAL EXCELLENCE
Seberapa efektif dan efisien proses TI dalam perusahaan?
Objectives Measures Targets
USER ORIENTATION
Bagaimana user memandang unit TI?
Objectives Measures Targets
FUTURE ORIENTATION
Bagaimana TI diposisikan untuk memenuhi kebutuhan masa depan?
Objectives Measures Targets
Gambar 4.8. Analisis Balanced Score Card TI Pegadaian
59
Penjelasan empat perspektif dalam IT- BSC yakni:
n Business Contribution
Perspektif ini menunjukkan apa yang dapat disumbangkan oleh TI
kepada bisnis perusahaan dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
investasi yang ditanamkan. Ukuran kinerja yang dapat dipakai antara lain:
- Kontrol terhadap pengeluaran TI.
- Nilai bisnis dari proyek-proyek TI.
- Kemampuan TI membantu perusahaan mempunyai bisnis baru.
n User Orientation
Perspektif ini merepresentasikan evaluasi user terhadap TI. Tujuan
utamanya adalah agar unit TI dapat menjadi penyedia aplikasi dan layanan TI
yang lebih disukai oleh user (user friendly). Beberapa ukuran kinerja yang
dapat dipakai antara lain:
- Supplier aplikasi yang lebih disukai.
- Supplier operasi yang lebih disukai.
- Kemitraan dengan user
- Kepuasan user
n Operational Excellence
Perspektif ini merepresentasikan seberapa efektif dan efisien proses TI
dilakukan untuk mengembangkan dan menyampaikan aplikasi dan layanan.
Beberapa ukuran kinerja yang dapat dipakai antara lain:
- Efektifitas dan efisiensi pengembangan.
- Efektifitas dan efisiensi pengoperasian.
60
n Future Orientation
Perspektif ini berusaha merepresentasikan sumber daya manusia dan
teknologi yang diperlukan oleh TI untuk menyampaikan layanannya. Tujuan
utamanya adalah untuk mengembangkan berbagai peluang yang bisa
menjawab tantangan masa depan. Beberapa ukuran kinerja yang dapat dipakai
antara lain:
- Penyelenggaraan training dan edukasi staff TI.
- Peningkatan keahlian staff TI.
- Penelitian mengenai teknologi baru yang berguna bagi perusahaan.
- Memperpanjang umur portofolio aplikasi.
KEUANGAN BUSINESS
CONTRIBUTION
PELANGGAN USER ORIENTATION
PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN
FUTURE ORIENTATION
PROSES BISNIS INTERNAL
OPERATIONAL EXCELLENCE
TRADITIONAL BSC IT BSC
Gambar 4.9. Perbandingan Perspektif BSC Tradisional dengan IT BSC
61
IT-BSC juga merupakan sistem manajemen strategi yang di dalamnya
terdapat rantai sebab akibat, yakni hubungan sebab akibat harus terjadi juga
antara ukuran hasil dan ukuran kinerja. Dan karena hasil tergantung pada
dorongan kinerja, maka menjadi penting untuk memahami pendorong kinerja
dan memonitornya secara berkala untuk mengambil aksi korektif jika kinerja
mulai menyimpang dari target yang telah ditetapkan.
62
4.2.9 Analisis Konsolidasi BSC - CSF (Consolidated BSC and CSF Analysis)
Perspektif Keuangan
Objektif Pengukuran Action (CSF) IS Required
1. Peningkatan
pendapatan
(revenue)
• Peningkatan omzet usaha inti
dan omzet usaha lain
• Tersedianya sistem
dan prosedur yang
handal
• Tersedianya SDM
yang kompeten
• Data pendapatan dan biaya usaha inti
& usaha lain
• Data asset perusahaan
• Data net income
2. Memperoleh
penilaian
kinerja
keuangan yang
baik
• Opini audit
• Mendapatkan penilaian
GCG
• Mendapatkan rating obligasi
• Mendapatkan penilaian
tingkat kesehatan
• ROI
• ROE
• Taat prosedur
akuntansi dan
keuangan
• Laporan auditor independent
• Laporan Keuangan
• Standar pelaksanaan GCG
• Data pelaksanaan GCG
• Nilai Obligasi
• Bunga Obligasi
• Jumlah Investasi
• Jumlah ekuitas
• jumlah pendapatan
63
• Jumlah biaya
• Net Income
• Rasio keuangan
Perspektif Pelayanan Pelanggan (service)
Objektif Pengukuran Action (CSF) IS Required
• Jumlah cabang baru • Adanya program
pemasaran yang
intensif
• Jumlah cabang
• Jumlah omzet tiap cabang
• Jumlah pelanggan tiap-tiap cabang
• Jumlah unit dan usaha
pelayanan
• Tersedianya jenis-
jenis unit dan usaha
pelayanan
• Data unit dan usaha pelayanan
• Data sarana & prasarana operasional
• Meningkatnya
kualitas
pelayanan
• Jumlah cabang yang
memenuhi standar pelayanan
• Adanya kebijakan
dan pedoman
standarisasi kualitas
pelayanan
• Data cabang
• Standar pelayanan
• Pelaksanaan pelayanan oleh cabang.
64
• Pertumbuhan jumlah nasabah
dari tahun sebelumnya
• Tersedianya database
nasabah
• Jumlah cabang
• Jumlah pelanggan per cabang
• Data segmentasi pelanggan
• Prosentasi penurunan jumlah
keluhan pelanggan
• Adanya customer
care unit
• Jumlah cabang
• Jumlah pelanggan per cabang
• Jumlah keluhan pelanggan
• Karakter Nasabah
• Preferensi pelanggan
• Ekspektasi pelanggan
Perspektif Proses Bisnis Internal
Objektif Pengukuran Action (CSF) IS Required
• Meningkatnya
efektivitas
operasional
perusahaan • Jumlah SOP yang baku • Tersedianya SOP
yang handal
• Data Penyimpangan prosedur
• Data Pelanggaran disiplin dan
• Data penyimpangan target dan
realisasi operasional
65
• Kecepatan pengambilan keputusan
operasional
• Data perubahan revisi SOP
• Kecepatan proses pelayanan
(minimal)
• Kecepatan penanganan
keluhan pelanggan
• Adanya standar
pelayanan
• Data kepuasan pelanggan
• Data kecepatan proses pelayanan
• Jumlah & waktu penanganan
keluhan
• Data rasio produktivitas karyawan
• Data rasio perputaran modal kerja
dan pendapatan
• Rasio asset turn over
66
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran (Learning and Growth)
Objektif Pengukuran Action (CSF) IS Required
• Memiliki sistem
dan prosedur
yang sesuai
dengan
kebutuhan
• Jumlah review terhadap
efektivitas SOP
• Adanya kebijakan
sistem dan prosedur
yang fleksibel
• Data SOP Perusahaan dan deviasi
pelaksanaannya dari hasil audit
• Data pelaksanaan kegiatan operasional
perusahaan
• Data feedback pengembangan SOP
yang sesuai dengan perkembangan
pasar dan operasional perusahaan
• Memiliki
struktur
organisasi yang
efektif
• Jumlah evaluasi terhadap
efektivitas organisasi
• Adanya kebijakan
organisasi yang
fleksibel
• Data kebijakan organisasi
• Data kompetensi organisasi dan
kompetensi individu
• Data pelaksanaan kebijakan
organisasi
• Deviasi antara kebijakan dan
pelaksanaan
• Data rentang kendali dan beban kerja
antar unit bisnis
• Job Description yang jelas
67
Perspektif Sumber Daya Manusia
Objektif Pengukuran Action (CSF) IS Required
• Proporsi biaya diklat
terhadap biaya pegawai
• Tersedianya
perencanaan dan
pengembangan SDM
berbasis kompetensi
• Data Profil kepegawaian
• Data gap kompetensi jabatan
dengan kompetensi individu
• Data diklat
• Data biaya diklat
• Data biaya pegawai
• Data kebutuhan pengembangan
(diklat) pegawai
• Jumlah jam pelatihan setiap
karyawan (minimal)
• Tersedianya program
diklat yang
berkesinambungan
• Data kepegawaian
• Data jam pelatihan setiap pegawai.
• Data Silabus diklat
• Data evaluasi pra dan pasca diklat
• Memiliki SDM
yang
professional
• Jumlah SDM yang memiliki
keahlian/ sertifikasi dari
seluruh jumlah pegawai
• Tersedianya SDM
yang memiliki
kompetensi
• Data kepegawaian
• Data pegawai yang telah memiliki
sertifikat/keahlian
68
• Jumlah seluruh pegawai
• Data kebutuhan sertifikasi
fungsi/jabatan
• Implementasi budaya
perusahaan
• Tersedianya manual
pedoman budaya
perusahaan
• Pedoman budaya perusahaan
• Informasi pelaksanaan budaya
perusahaan
• Implementasi merit system • kebijakan reward and
punishment system
• Data pegawai.
• Kebijakan reward dan punishment
• Daftar Reward
• Daftar prestasi pegawai
• Daftar Punishment
• Daftar pegawai yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan
eksternal dan internal
69
4.3 Analisis Aplikasi dan Infrastruktur yang Dibutuhkan
Pegadaian
4.3.1 Aplikasi dan Infrastruktur yang dibutuhkan dan sudah tersedia, tapi
perlu pengembangan.
Aplikasi SISDAM/SIAGA
Aplikasi ini telah tersedia untuk pengelolaan data Sumber Daya Manusia,
perlu dikembangkan lebih baik lagi untuk dapat mengolah data secara
integral dengan data operasional dan keuangan serta pencatatan kehadiran.
Hal tersebut akan menjadikan sistem penggajian hanya dapat dilakukan
pemrosesan bila setiap perubahan komponen histori data kepegawaian telah
terupdate dengan kondisi riil. Demikian juga setiap kebutuhan alokasi
personil untuk pengembangan dan kebutuhan SDM dapat diolah dari data
operasional dipadu dengan data SDM secara riil tanpa ada double entri atau
sistem interface tambahan. Integrasi dengan sistem aplikasi Keuangan
menjadikan lebih memudahkan dalam proses analisis terpadu antara alokasi
budget dan realisasi biaya sumber daya manusia. Sistem aplikasi berbasis
web akan memberikan fitur lebih sempurna untuk aplikasi ini.
Aplikasi SIMDA/SIMPUS
Aplikasi ini telah tersedia untuk pengolahan data operasional dan keuangan
perusahaan di tingkat Kanwil dan Pusat pada saat penukisan tesis ini telah
bergantu nama menjadi SISWIL/SISPUS. Aplikasi ini pada dasarnya tidak
perlu ada input ulang dan atau menggunakan struktur data terpisah dengan
70
hanya menampung data konsolidasi per cabang tiap bulannya, namun
disempurnakan dengan sistem database tunggal dan terintegrasi dengan
pusat transaksi yakni aplikasi SISCADU. Sehingga akan menghilangkan
”duplikasi” atau ”redudansi”. Aplikasi di Kanwil dan Kanpus hanyalah
merupakan query reporting untuk analisis dan konsolidasi. Sistem
komunikasi tidak harus ”on line real time” namun cukup ”on line
periodical”. Yang berarti sinkronisasi data antara Cabang dengan Kanwil
dan Pusat dapat delay sehari (end of day) dengan mengubah aplikasi
menjadi berbasis web maka fiturnya akan lebih sempurna.
Aplikasi SISCADU
Aplikasi ini telah tersedia untuk pengolahan data transaksi dan pelayanan di
cabang sebagai sumber transaksi. Aplikasi ini perlu disempurnakan dari sisi
desain database yang lebih pada sistem database relasional dimana engine-
nya mampu mengolah dengan sistem query. Dengan sistem database
sekarang cukup lemah dari sisi integritas dan security yang memungkinkan
adanya penerobosan secara backdoor. Demikian juga dari sisi scurity yang
terintegrasi. Sistem aplikasi database terpusat dan terintegrasi dengan fitur
Structure Query Language sehingga efektivitas proses dan integritas data
dapat lebih terjamin. Aplikasi ini merupakan aplikasi strategik perusahaan
yang sistem desainnya sangat unik dan perlu di jaga confidentiality sebagai
core sistem. Pengembangan aplikasi SISCADU sebagai core aplication
bagi proses bisnis Pegadaian, sehingga memungkinkan Pegadaian sebagai
mengelola model bisnisnya untuk franchising.
71
Aplikasi Penilaian kinerja berbasis TI (IT-BSC)
Aplikasi ini adalah tools untuk penilaian kinerja per unit bisnis dengan model
Balance Scorecard (BSC) dan telah diimplementasikan sejak tahun 2005,
namaun perlu penyempurnaan mekanisme pengelolaan serta perumusan Key
Performance Indikator. Aplikasi ini berbasis WEB dengan tools PHP dan
database MySQL. Aplikasi ini bersifat intranet yang hanya dapat diakses oleh
Pegawai Pegadaian, server menggunakan platform Linux Fedora 4 yang
dikelola secara internal di PUSTI dan di rooting ke Internet Provider.
Apabila aplikasi ini diterapkan dengan benar dan baik akan menjadi alat ukur
kinerja yang lebih transparan, reliabel, akuntabel, independen dan fair.
Sehingga akan menjadikan Pegadaian sebagai BUMN yang menerapkan Good
Corporate Governance dalam penilaian kinerjanya.
4.3.2 Aplikasi dan Infrastruktur yang dibutuhkan dan belum tersedia
Memperhatikan proses bisnis dan objective yang telah dijelaskan pada
bagian sebelumnya, hasil analisis existing aplikasi serta consolidated BSC,
maka penerapan system dan teknologi informasi diarahkan pada percepatan
proses pelayanan core bisnis Pegadaian serta peningkatan daya saing
competitive advantage). Berupa aplikasi strategis inovasi proses operasional
untuk menggantikan fungsi manusia dalam melaksanakan pekerjaan rutin dan
terprogram (clerical). Dengan demikian memungkinkan penurunan biaya
operasional dan juga harga jual jasa. Hal tersebut untuk mendukung
peningkatan value chain dan untuk efektivitas serta efisiensi operasional.
72
4.3.2.1 Aplikasi dan Infrastruktur Jangka Pendek (Required)
Dalam jangka pendek perlu segera dikembangkan sistem aplikasi yang
dapat digunakan sebagai pendukung operasional perusahaan seperti:
• Customer relationship management (CRM) yang akan dapat me-“record”
setiap profile pelanggan dengan lengkap untuk kepentingan “knowledge
management” sehingga perusahaan akan dapat mengelola preferensi,
demand dan needs dari pelanggan. Bahkan dapat dianalisa potensi pasar
dan pengembangan produk yang lebih sesuai dengan tuntutan pelanggan.
Aplikasi ini efektif bila dibangun dengan sistem berbasis web, yang dapat
langsung berinteraksi dengan nasabah terutama di kota-kota besar. Dalam
pengembangan lebih lanjut, aplikasi ini dapat disinergikan dengan sistem
e-payment di perbankan sehingga memungkinkan nasabah melakukan
transaksi dari ATM untuk penerimaan uang pinjaman yang diberikan,
demikian juga dengan pelunasan kredit.
• Aplikasi otomasi proses penaksiran percepatan proses layanan dan
inventory managemen untuk penanganan barang gudang di cabang.
Aplikasi ini bisa merupakan ekstended dari aplikasi SISCADU. Sasaran
lain dengan penerapan aplikasi ini dalah untuk mengurangi sumber daya
manusia dalam proses produksi sehingga dalam jangka panjang akan
menurunkan sewa modal yang dikenakan kepada nasabah sehingga
memiliki daya saing yang tinggi. Karakteristik aplikasi ini adalah proses
penaksiran yang terotomasi dengan bantuan alat barcode sistem dalam
73
pencatatan transaksi dan manajemen keluar masuk barang jaminan dari
dan kedalam gudang dengan akurat. Proses ini dilengkapi dengan
infrastruktur mekanisasi sistem untuk menggerakan barang jaminan dari
saat barang masuk dari nasabah hingga ke proses penaksiran dan terakhir
ke penyimpanan, demikian juga sebaliknya saat pelunasan/ pengeluaran
barang jaminan. Return dari pengembangan aplikasi dan infrastruktur
untuk otomasi proses ini dapat disusutkan dalam periode 5-10 tahun, di
sisi lain dapat mengurangi tenaga manusia untuk bagian penyimpan/
penjaga gudang dan akurasi/percepatan proses keluar masuk barang
jaminan.
• Aplikasi Asset management yang memungkinkan melakukan analisis
terhadap asset perusahaan yang dapat ditingkatkan produktivitasnya untuk
menambah jenis pendapatan diluar core business. Aplikasi ini bisa berupa
ekstended dari aplikasi SIMDA/SIMPUS yang sekarang telah ada.
• Aplikasi gadai efek yang dapat mengelola transaksi gadai efek serta
terintegrasi dengan sistem informasi pasar modal.
• Aplikasi e- learning dan aplikasi diklat integrasi dengan aplikasi SISDAM
untuk pengelolaan informasi pendidikan dan pelatihan.
4.3.2.2 Aplikasi dan Infrastruktur Jangka Panjang (Potential)
Dalam jangka panjang perlu segera dikembangkan sistem aplikasi
yang dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan daya saing dan terus
bertumbuh (sustainable growth) antara lain:
74
• Aplikasi data warehousing dan data mining, yakni apliaksi yang
mengintegrasikan data internal dan eksternal untuk analisis pengambilan
keputusan eksekutif (Executive Information System).
• Aplikasi lelang online yang mengakomodasi proses lelang di kantor
cabang dan juga eksekutornya PT Balai Lelang Artha Gasia (PT BLAG)
yakni anak perusahaan Pegadaian yang mengelola lelang asset untuk
Pegadaian dan umum. Aplikasi ini untuk mengeksekusi proses lelang
agunan yang tidak ditebus, dan juga untuk lelang asset-asset yang
dipercayakan ke PT BLAG. Dengan aplikasi ini memungkinkan perluasan
penjualan lelang dengan harga yang optimal sehingga tidak merugikan
nasabah dan juga mengefektifkan proses kerja di Cabang. Sehingga
Cabang berfungsi penuh sebagai sentra marketing dan profit center.
• Aplikasi e-document yang diperlukan untuk pengelolaan administrasi
persuratan dan korespondensi formal perusahaan secara elektronik.
Aplikasi ini akan menjadikan sistem operasional perusahaan yang modern.
4.3.3 Aplikasi dan Infrastruktur Strategic yang diprioritaskan
4.3.3.1. Gap Analisis Aplikasi
a. Portofolio Aplikasi Berjalan (Existing)
Dari uraian analisis existing aplikasi, dapat dipetakan ke dalam diagram
portofolio aplikasi dengan memperhatikan faktor sebagai berikut :
• Tingkat ketergantungan perusahaan terhadap aplikasi TI dalam
mencapai keseluruhan kinerja.
75
• Potensi kontribusi aplikasi TI dalam mencapai tujuan bisnis masa
depan.
Gambar 4.10 Portofolio Aplikasi Berjalan
Keterangan :
(*) Aplikasi yang sedang berjalan, yakni peta aplikasi yang telah
diimplementasi hingga sekarang.
(**) Aplikasi baru, sedang dalam tahap implementasi, yakni aplikasi yang
telah dan sedang dirancang, dibangun dan disosialisasikan, sehingga
dalam waktu dekat akan segera diimplementasikan
HIGH POTENTIAL
SUPPORT
Microsoft Office 2000, XP (*) Sistem Operasi LINUX (**)
Siswil/Sispus Modul Logistik (*)
KEY OPERATIONAL
Siscadu, SISWIL, SISPUS (*)
SISDAM/SIAGA (*)
Aplikasi Penilaian kinerja (Balanced Score Card ) (*)
STRATEGIC
Siswil/Sispus Modul Keuangan (*)
76
b. Portofolio Aplikasi Masa Depan (proposed)
Sedangkan pemetaan aplikasi masa depan dapat digambarkan sbb :
Gambar 4.11 Portofolio Masa Depan
Keterangan :
(*) Aplikasi yang sedang berjalan
(**) Aplikasi baru, sedang dalam tahap implementasi
($) Rekomendasi aplikasi untuk menunjang strategi
(?) Rekomendasi aplikasi untuk dipertimbangkan
HIGH POTENTIAL
CRM (?) , Data Warehouse (?)
SUPPORT
Microsoft Office, 2000, XP (*)
,
Sistem Operasi LINUX (**)
Aplikasi Lelang on line (?)
STRATEGIC
SISCADU MODUL OTOMASI OPERASIONAL ($) Asset manajemen (?)
SISDAM modul DSS (?)
SISDAM modul Adm & Payroll (*)
Siswil/Sispus modul Keuangan dan Logistik (*)
SISCADU MODUL PELAYANAN (*) Apikasi Gadai Efek (?) Aplikasi Western Union (?)
KEY OPERATIONAL
77
4.3.3.2. Gap Analysis Infrastruktur
No Infrastruktur Keadaan saat ini Keadaan yang diinginkan
1. Hardware Sebagian besar PC dg teknologi dibawah Pentium 4 memory 128 MB
• Minimal Pentium 4 memory 256 MB
• Standarisasi spesifikasi dan teknologi
2. Sistem Ops. Windows dan Linux Linux (Pegadaian Goes To Open Source)
3. Database Managemen System
• Xbase dan Relational DBMS
• Tersebar, partial (workgroup), konsolidasi berupa data rekap
• Structure Query language (SQLbase)
• Terintegrasi dan terpusat
• Seluruh unit mengakses sumber database yang sama.
4. Jaringan dan komunikasi data
• Sebagian besar off line
• Unit yg sudah online belum termanfaatkan optimal
• Seluruh Kanwil Online dengan Pusat (dedicated line dg VPN IP)
• Untuk cabang menggunakan VPN dial.
5. Sumber Daya Manusia (SDM)
• User Sebagian besar GAPTEK
• SDM Bagian TI belum optimal dan belum merata kompetensi dan kapabilitasnya
• User yang IT minded
• Pemerataan/peninngkatan kompetensi dan kapabilitas SDM Bagian TI
• Pembenahan sistem karir fleksibel untuk SDM bagian TI secara horizontal dan vertical
• Pembekalan pengetahuan SOP seluruh proses bisnis untuk SDM bagian TI
78
VSAT
KANTOR CABANG …di PAPUA
KANTOR CABANG …DI MANADO
MODEM DIAL-UP
(TELKOMNET)
MODEM DIAL-UP
(TELKOMNET)
MODEM DIAL-UP
(TELKOMNET)
FTP SERVER KANWIL
ADMINISTRATOR FTP SERVER
KANWIL
KANTOR WILAYAH PERUM PEGADAIAN SELINDO
FTP SERVER KANTOR
PUSAT
KANTOR PUSAT JAKARTA
Kantor Cabang di …di ….dst
Kantor cabang …di ……
KANTOR CABANG …di KUPANG
ISP DAN NETWORK PROVIDER
VSAT
INTERNET GATEWAY ISP
INTERNET
Gambar 4.12 Jaringan Komunikasi Data Yang Berjalan
79
Laser printer
L
L
Laser printer
KANTOR PUSAT
KANWIL PEGADAIAN KANWIL PEGADAIAN
Distribution Switch Distribution
Switch
L
L
KANWIL PEGADAIAN
Distribution Switch
PSTN
CPP non Utama CPP UTAMA
Internet
ISP
VPN dial
VPN IP
Work From Home/Remotely
MPLS/
Gambar 4.13 Struktur Jaringan Data Yang Dinginkan
80
4.4 Rekomendasi dan Roadmap Sistem dan Teknologi Informasi
4.4.1. Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan dengan gambling di atas,
maka dapat disusun rekomendasi berdasarkan kelompok sbb :
• Perancangan strategi STI
Berdasarkan pada teori Earl (1993, p7) maka strategi yang
direkomendasikan dalam perancangan STI di Pegadaian dengan
pendekatan kombinasi business led yakni strategi STI diturunkan dari
strategi bisnis dalam hal ini Rencana Jangka Panjang (RJP) sehingga bisa
searah. Dikombinasikan dengan pendekatan method driven yakni dalam
beberapa hal perlu melibatkan konsultan ahli guna sinkronisasi strategi
bisnis dengan pengembangan STI sekaligus pengembangan sumber daya.
Dilengkapi pendekatan administratif yakni dengan perencanaan sumber
daya yang ada dan yang diperlukan di masa mendatang. Secara
organisasional juga perlu dilakukan persetujuan kebijaknaan STI oleh
manajemen.
• Aplikasi
Pendekatan untuk menghubungkan manajemen STI di Pegadaian dengan
proses bisnis dihubungkan dengan proses bisnis direkomendasikan untuk
aplikasi yang bersifat srategis seperti : SISCADU modul otomasi
operasional menggunakan Strategi Centrally Planned. Yakni manajemen
senior dan eksekutif perlu mengetahui pengembangan yang sedang terjadi,
81
karena dampaknya terhadap strategi bisnis di masa depan, dan melibatkan
lintas Divisi terkait disamping Divisi TI.
• Teknologi
Standarisasi hardware dan pengadaan dengan cara terdistribusi oleh
Kantor Wilayah, dengan demikian akan mengurangi beban biaya
distribusi baik di saat maupun daerah. Masing-masing dengan spesifikasi
yang jelas dilakukan audit/control kualitas (quality control) secara regular
setiap bulannya.
Jaringan dan pheriperal
Teknologi jaringan yang dikenal ada 2 (dua), yaitu: (1) sistem jaringan
komputer untuk satu lokasi tertentu dengan Local Area Network (LAN);
dan (2) sistem jaringan komputer yang menghubungkan antara jaringan-
jaringan computer yang ada di beberapa lokasi terpisah dengan tujuan
untuk mengintegrasikan keseluruhan sistem yang terpisah-pisah oleh jarak
yang jauh denganvWide Area Network (WAN).
Client dan Server, teknologi jaringan dimana salah satu komputer yang
terpasang dijadikan server sebagai pusat penyimpanan file atau program
aplikasi yang di share dalam jaringan. Server juga kadang memiliki
hubungan dalam jaringan dengan peripheral share lainnya seperti printer.
Dengan memiliki server maka dapat menghemat pemakaian kapasitas
penyimpanan setiap komputer dan menghindari duplikasi. Sedang
komputer yang terhubung dengan server disebut client/workstation.
82
Sistem jaringan ini yang sekarang digunakan, direkomendasikan untuk
dilakukan pengembangan konektivitas dengan menggunakan media
komunikasi sebagai alat transfer data antar network sehingga tidak perlu
dengan sambungan komunikasi fisik.
Pengkabelan sebagai media penghubung fisik setiap client/workstation
sehingga data ditransfer dan diolah oleh para pengguna jaringan.
Network Interface Card (NIC). NIC atau biasa disebut adapter, biasanya
dipasang di komputer. NIC ini untuk computer (PC) produksiterbaru
sudah integrate dengan mainboard.
Hub atau repeater merupakan perangkat interkoneksi dari pengguna
jaringan computer untuk menyalurkan semua paket data termasuk e-mail,
dokumen pengolah kata, spreadsheet, grafik, printing, melalui port dari
workstation ke semua port yang ada di hub. Semua user yang terhubung
ke hub dalam satu ”segment”, akan menggunakan kapasitas bandwidth
secara ”sharing”. Dengan bertambah banyaknya user dalam satu segment,
berarti semakin banyak user yang menggunakan bandwidth tersebut.
Sehingga kapasitas masing-masing user berkurang seiring dengan
bertambahnya pengguna.
83
Tabel 4.1. Jenis-jenis Kabel yang Digunakan dalam Sistem Jaringan Komputer
Tipe Kabel Teknologi Kecepatan Konektor Jarak Maksimum
Thick
Coaxial 10Base5 10 Mbps AUI 500 meter
Thin
Coaxial 10Base2 10 Mbps BNC 185 meter
UTP Cable
Cat. 5 10/100 BaseT
10 Mbps
100 Mbps RJ-45 100 meter
UTP Cable
Cat 6 10/100/1000BaseT
10 Mbps
100 Mbps
1000 Mbps
RJ-45 100 meter
Fiber Optic
62.5/125
MM
10/100Base FX
FDDI
10/100/1000BaseT
10 Mbps
100 Mbps
1000 Mbps
ST/SC/MIC 2 km
Fiber Optics
8.7/125 SM
10/100Base FX
FDDI
10/100/1000BaseT
10 Mbps
100 Mbps
1000 Mbps
ST/SC/MIC 10 km
84
Switch penghubung antar computer yang lebih pintar dari hub dan
menawarkan dedicated bandwidth untuk masing-masing user. Switch
menyalurkan data berdasarkan informasi dari tiap-tiap packet header.
Agar transmisinya tidak terganggu dengan port lain, maka oleh switch
dibuatkan koneksi temporer antara port asal dan port tujuan, dan
kemudian memutuskan koneksi tersebut begitu perbincangan
selesai.hanya kepada user yang dituju.
Router untuk fungsi serumpun dengan hub dan switch, router masih lebih
pintar karena menggunakan pengalamatan untuk membedakan router atau
workstation mana yang harus menerima paket selanjutnya. Router akan
mengirim pesan ke tujuan berdasarkan jalur yang sudah dipetakan yang
biasa disebut routing table. Router juga dapat mengakomodir jaringan
dengan bahasa yang berbeda jika dalam komputer menggunakan protocol
yang berbeda. Sebagai contoh protocol seperti Internet Protocol (IP),
Internet Packet Exchnage (IPX), dan AppleTalk. Router tidak hanya
berfungsi sebagai penghubung jaringan di satu lokasi atau gedung akan
tetapi juga sebagai interface untuk pengkoneksian WAN lainnya.
Pendekatan Pemilihan Teknologi Jaringan dengan mengexpand
jaringan computer yang sudah ada di Pegadaian hanya tinggal dilengkapi
dengan media komunikasi untuk dapat berkomunikasi on line periodical.
Hal tersebut mengingat cakupan wilayah Pegadaian yang cukup luas
85
tersebar, sehingga akan sangat tinggi investasinya sementara
kebutuhannya untuk sinkronisasi data secara periodical.
Sistem operasi yang direkomendasikan dapat menggunakan Linux yang
telah ditetapkan oleh PUSTI, disini perlu mempersiapkan tenaga teknis
yang mampu mengembangkan dan mengelola sistem operasi tersebut.
Sehingga kedepan dapat diwujudkan Pegadaian Go Open Source
(PEGOS), yakni penggunaan dan pengembangan sistem operasi linux
hasil kreasi tenaga ahli Pegadaian sendiri.
Database Management Systems (DBMS), direkomendasikan
menggukana database tunggal berbasis Structure Query Language (SQL)
yakni dapat menggunakan Oracle ataupun MySQL, sehingga model
integrasi dan komunikasi data akan semakin padu dan mudah
pengelolaannya.
• Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), direkomendasikan untuk
dapat mendukung penerapan PEGOS, perlu disiapkan tenaga ahli sistem
operasi Linux. Disamping itu lebih dikuatkan tenaga yang menguasai
proses bisnis di Pegadaian dan dilengkapi pengetahuan TI. Karena fungsi
utamanya adalah untuk mensinkronkan pengembangan dan penerapan TI
dengan kebutuhan bisnis perusahaan, selain untuk me-maintain sistem dan
teknologi informasi di Pegadaian. Oleh karenanya investasi untuk
pengembangan SDM bidang TI harus secara terus menerus dan
berkelanjutan yang bersertifikasi bidang jaringan, aplikasi, maupun audit.
86
4.4.2. Roadmap
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1. Aplikasi • Siscadu modul otomasi operasional
• Gadai efek • E-learning • Aplikasi diklat
• CRM • SisdamModul DSS
• Asset management
• Or ERP
• Lelang on line/ e-procurement
• Siscadu remote transaction
• Maintenance dan pengembangan sesuai kebutuhan perusahan
• Maintenance dan pengembangan sesuai kebutuhan perusahan
2. Tools • Power Builder • PHP
• PHP web base aplikasi
• PHP web base aplikasi
• PHP web base aplikasi
• PHP web base aplikasi
3. DBMS • Clipper xbase • Oracle
• SQL anywhere • MySQL
• Dataware housing and datamining
• Dataware housing and datamining
• Dataware housing and datamining
4. Sistem Operasi
• Migrasi Linux kanwil dan Kanpus
• All Linux (Open Source)
• All Linux (Open Source)
• All Linux (Open Source)
• All Linux (Open Source)
5. Hardware • Upgrade Pentium 4 ke atas, memori min 256
• Replacement hardware yang habis umur ekonomis
• Replacement hardware yang habis umur ekonomis
• Replacement hardware yang habis umur ekonomis
Replacement hardware yang habis umur ekonomis
87
6. Jaringan • MPLS Frame
relay (13 Kanwil
+ KPPP)
• VPN IP/MPLS
dengan output
RJ-45
• Switch Layer 3
• VPN Dial untuk
remote area
(Cabang)
• VPN IP/MPLS
dengan output
RJ-45
• Switch Layer 3
• VPN IP Cabang
Utama/Cab
Induk
• VPN dial untuk
remote area
(Cabang)
• VSAT untuk
remote area (no
VPN dial
provided)
• VPN IP/MPLS
dengan output RJ-
45
• Switch Layer 3
• VPN IP Cabang
Utama/Cab Induk
+ Cab Kls 1
• VPN dial untuk
remote area
(Cabang)
• VSAT untuk
remote area (no
VPN dial
provided)
• VPN IP/MPLS
dengan output RJ-
45
• Switch Layer 3
• VPN IP Cabang
Utama/Cab Induk
+ Cab Kls 1
• VPN dial untuk
remote area
(Cabang)
• VSAT untuk
remote area (no
VPN dial
provided)
7. SDM • Program pelatihan
bersertifikat
• Penataan Struktur
Organisasi (IT
Governance)
Continued Continued Continued Continued