47
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA Munirah Abd. Rahman Rahim audara, marilah kita ingat kembali materi yang disajikan dalam unit 2, 3, 4 dan 5. Di antara materi-materi sajian tersebut adalah konsep-konsep fonologi, morfologi, dan kalimat. Kajian lebih luas tentang analisis kesalahan berbahasa Indonesia yang akan dipaparkan pada unit 9 ini. S Setelah mempelajari unit 9 ini, diharapkan Anda memiliki kemampuan menganalisis kesalahan berbahasa. Pada hakikatnya materi ini dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa. Jika konsep-konsep ini benar-benar dipahami dan dikuasai, tentu Anda akan dapat menerapkannya dengan baik yang pada gilirannya tujuan Kajian Bahasa Indonesia akan tercapai. 30 Unit 9 Unit 9 Pendahuluan Pendahuluan Pendahuluan

BAC 3 Unit 9

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAC 3 Unit 9

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA

Munirah Abd. Rahman Rahim

audara, marilah kita ingat kembali materi yang disajikan dalam unit 2, 3, 4 dan

5. Di antara materi-materi sajian tersebut adalah konsep-konsep fonologi,

morfologi, dan kalimat. Kajian lebih luas tentang analisis kesalahan berbahasa

Indonesia yang akan dipaparkan pada unit 9 ini.

SSetelah mempelajari unit 9 ini, diharapkan Anda memiliki kemampuan

menganalisis kesalahan berbahasa. Pada hakikatnya materi ini dapat diterapkan

dalam pembelajaran bahasa.

Jika konsep-konsep ini benar-benar dipahami dan dikuasai, tentu Anda akan

dapat menerapkannya dengan baik yang pada gilirannya tujuan Kajian Bahasa

Indonesia akan tercapai.

Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, maka dalam unit ini Anda akan

menikmati sajian yang disusun dalam dua subunit berikut ini.

1. Subunit 1 Kesalahan Penggunaan Ejaan

2.Subunit 2 Kesalahan Diksi

Anda dapat mempelajari unit ini dengan menggunakan alat bantu video, web,

atau yang lainnya.

Subunit 1

30 Unit 9

Unit 9

Pendahuluan

Pendahuluan

Pendahuluan

Page 2: BAC 3 Unit 9

Hakikat Kesalahan Berbahasa

alam subunit ini, Anda akan mempelajari pengertian kesalahan berbahasa,

kesalahan penggunaan ejaan, dan penerapannya dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia. Mari kita ikuti dengan cermat paparannya berikut ini.

DA. Pengertian Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak

diinginkan, khususnya suatu bentuk yang tidak diinginkan oleh penyusun program

dan guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Valdman yang mengatakan bahwa

yang pertama-pertama harus dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang

menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian besar guru bahasa

menggunakan kriteria ragam bahasa baku sebagai standar penyimpangan.

Corder menegaskan bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah

pelanggaran terhadap kode bahasa (breanchas of code). Pelanggaran terhadap kode

ini bukanlah hal yang bersifat fisik semata-mata, melainkan merupakan tanda akan

kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode.

Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa di atas

dapatlah dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian

bentuk-bentuk tuturan yang meliputi kata, kalimat, paragraf yang menyimpang dari

sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang

telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku “Ejaan Bahasa Indonesia yang

disempurnakan”.

Kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi merupakan salah satu bentuk

kesalahan berbahasa secara lisan. Dalam kenyataannya pemakaian bahasa lisan dapat

disalin atau atau dipindahkan ke dalam bahasa tulis melalui lambang-lambang dalam

bentuk huruf dan tanda baca. Sehubungan dengan itu, kesalahan berbahasa dapat

terjadi dalam cara menyalin lambang-lambang bunyi bahasa ke dalam lambang-

lambang tertulis. Cara penyalinan lambang-lambang tersebut diatur oleh sistem ejaan

30 Unit 9

Page 3: BAC 3 Unit 9

yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Dengan kata lain, kesalahan

berbahasa secara tertulis dapat terjadi dalam bidang ejaan.

Sistem ejaan yang terjadi dalam pemakaian bahasa Indonesia dewasa ini, yaitu

sistem “ Ejaan Yang Disempurnakan” (EYD). Karena itu, pemakaian bahasa

Indonesia yang menyimpang dari sistem tersebut merupakan bentuk kesalahan

berbahasa dalam bidang ejaan. Untuk menganalisis kesalahan seperti itu diperlukan

adanya pemahaman yang mendalam tentang EYD.

Sistem EYD terdiri atas tiga komponen, yaitu: penulisan huruf, kata, dan tanda

baca. Seperti Anda ketahui pada bagian awal ini dalam EYD terdiri dari lima huruf

untuk melambangkan bunyi vokal, yaitu: a, i, u, e, dan o. Bunyi diftong

dilambangkan dengan tiga macam huruf rangkap, yaitu: ng, ny, sy, kh,dan ks.

Penulisan huruf ini perlu dipahami benar-benar karena akan merupakan dasar bagi

penulisan kata dan tanda baca.

Sesuai dengan penggunaannya, huruf-huruf itu diwujudkan dalam 2 bentuk,

yaitu huruf besar atau huruf kapital dan huruf kecil atau huruf biasa. Bentuk-bentuk

huruf tersebut tentu sudah Anda kenal. Dalam pemakaiannya, huruf kecil lebih

banyak digunakan daripada huruf kapital. Untuk itu, diperlukan adanya pengetahuan

penulis tentang pemakaian huruf kapital. Huruf kapital digunakan dalan hal-hal

berikut:

B. Kesalahan Penggunaan Ejaan

1.Analisis Penulisan Kata Dasar dan Jadian

a) salah dalam pemenggalang kata.

Contoh: Seharusnya

1) u-matnya 1) umat-nya

2) kalanya 2) kala-nya

b) salah dalam penulisan gabungan kata.

Contoh: Seharusnya

30 Unit 9

Page 4: BAC 3 Unit 9

1) pengikut sertaan 1) pengikutsertaan

2) mempertanggung jawabkan 2) mempertanggungjawabkan

c) kurang huruf dalam penulisan kata.

Contoh: Seharusnya

1) menggalakan 1) menggalakkan

2) karanganya 2) karangannya

d) Salah dalam penulisan partikel pun.

Contoh: Seharusnya

1) Iapun 1) Ia pun

2) teraturpun 2) teratur Pun

2. Analisis Penulisan Kata Depan

a) salah dalam penulisan kata depan di.

Contoh: Seharusnya

1) di lingkungan rumah 1) di Lingkungan rumah

2) dikota atau sebaliknya 2) Di Kota atau sebaliknya

b) Salah dalam penulisan kata depan ke.

Contoh: Seharusnya

1) kembali kejalan 1) kembali ke jalan

2) dari tahun ketahun 2) dari tahun ke tahun

3. Analisis penulisan kata serapan dari bahasa Asing

Penulisan ini dikatakan salah jika tidak sesuai dengan aturan penulisan unsur

serapan yang ditetapkan dalam buku “Peodman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

Yang Disempurnakan”

Bab IV tentang “Penulisan Unsur Serapan”

Contoh : Seharusnya

1. tipe 1. tipe

2. study 2. studi

3. sistim 3. sistem

30 Unit 9

Page 5: BAC 3 Unit 9

C. Analisis Pemakaian Tanda Baca

1. Analisis pemakaian tanda baca titik (.)

a) salah karena digunakan pada akhir judul, subjudul.

Contoh:

1) maksud dan tujuan karangan ini.

2) mengembangkan semangat belajar.

Seharusnya

1) maksud dan tujuan karangan ini

2) mengembangkan semangat belajar

b) salah karena digunakan pada singkatan yang seharusnya tidak menggunakan titik

Contoh: Seharusnya

1) U.U.D.45 1) UUD 45

2) M.P.R.R.I 2) MPR RI

2. Analisis Pemakaian Tanda Baca Koma (,)

a) salah karena menggunakan tanda koma yang semestinya tidak perlu

Contoh:

Setiap revolusi didahului evolusi ke arah tujuan yang sama, sehingga revolusi

merupakan lompatan terakhir,yang membawa evolusi sampai tujuannya, dengan

cukup mendadak

Seharusnya:

Setiap revolusi didahului revolusi ke arah tujuan yang sama, sehingga revolusi

merupakan lompatan terakhir yang membawa evolusi sampai tujuannya dengan

cukup nmendadak

3. Analisis Pemakaian Tanda Titik Koma

a) Salah karena titik koma digunakan pada akhir pernyataan yang diikuti perincian

(seharusnya menggunakan titik dua).

Contoh

30 Unit 9

Page 6: BAC 3 Unit 9

Dalam suatu kerangka karangan memuat; rencana kerja, ketentuan-ketentuan

dan pengembangan topik, sehingga kerangka karangan sangat membantu penulis

dalam membedakan gagasan tambahan serta penyusunan yang teratur dan logis.

Seharusnya

Dalam suatu kerangka karangan memuat: rencana kerja,.......

b) salah karena titik koma digunakan tidak pada tempatnya (seharusnya

menggunakan titik).

Contoh:

Isi buku hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa; hal ini dimaksudkan untuk

memperlancar pemahaman siswa terhadap isi/materi buku serta menghindari

timbulnya rasa jemu pada diri siswa

Seharusnya

Isi buku hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini dimaksudkan

untuk...................................

4. Analisis Pemakaian Tanda Titik Dua (:)

a) salah karena seharusnya menggunakan tanda titik dua tetapi ternyata tanda itu

tidak digunakan

Contoh Seharusnya

Bab : I Bab I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

5. Analisis Pemakaian Tanda Hubung

Pemakaian tanda hubung dikatakan salah jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Menggunakan tanda hubung secara mubadzir dan seharusnya dihilangkan saja.

Contoh

1)..... maka penyusun-

Ingin mengemukakan....

2) - untuk mempelajari ada atau tidaknya perbedaan prestasi belajar..........

D. Penggunaan Ejaan

30 Unit 9

Page 7: BAC 3 Unit 9

Perlu dilihat kembali bahwa ejaan merupakan konvensi suatu bahasa. Oleh

sebab itu, ejaan hanya berlaku untuk bahasa yang bersangkutan. Ejaan yang berlaku

di Indonesia adalah EYD. Hal-hal yang berkaitan dengan kapan tanda baca itu

digunakan dan bagaiman cara menggunakan dapat dibaca dalam buku EYD.

Ketentuan pokok

1. Tanda tanya (?), titik (.), titik koma (;), titik dua (:), tanda seru (!), ditulis rapat

dengan huruf terakhir yang mendahuluinya.

Contoh 22:

Ini sudah diketahui.

Apakah ada temuan baru dalam penelitian ini?

Bandingkanlah dengan contoh di atas!

2. Setelah tanda tanya (?), titik dua (:), koma (,), titik koma (;), harus ada satu spasi

kosong

Contoh :

... jelas. Langkah berikutnya adalah ....

atas perhatian Saudara, kami ucapkan.......

3. Tanda hubung (-), tanda pisah ( __ ), dan garis miring ( / ) diketik rapat dengan

huruf yang mendahului dan yang mengikutinya. Dalam pengetikan, tanda pisah

ditulis dengan menggunakan tanda hubung ganda ( - - ).

Contoh:

Rangkaian temuan ini – evolusi dan teori kenisbian—telah mengubah

Cara-cara yang dilakukan cukup.

Penelitian ini didanai DPP tahun anggaran 1991/1992.

E. Contoh Kesalahan Berbahasa

A. Huruf Kapital/Besar

Contoh tidak baku: Contoh baku:

Soelarso, Gubernur Jatim Soelarso, gubernur Jatim

Silahkan anda masuk Silakan Anda masuk!

30 Unit 9

Page 8: BAC 3 Unit 9

Atas perhatian bapak, Atas perhatian Bapak,

Kami ucapkan kami ucapkan

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dan saran

B. Penulisan Kata

Contoh tidak baku Contoh baku

dibelakang di belakang

kesamping ke samping

dari pada daripada

mempertanggung jawabkan mempertanggungjawabkan

C. Tanda Baca

1) Tanda titik (.)

Contoh tidak baku Contoh baku

.... jangka waktu. ... jangka waktu.

Rp. Rp

2) Tanda Koma (,)

Contoh tidak baku Contoh baku

Mereka telah berusaha, Mereka telah beusaha,

Saya tidak datang, kalau Saya tidak datang kalau

turun hujan. hujan turun.

Saya akan datang tetapi Saya akan datang, tetapi

hujan turun. hujan turun

Endang Purnomowati S. H Endang Purnomowati, S. H.

17.50 meter 17,50 m

3). Tanda Tanya (?)

Contoh tidak baku Contoh baku

Kapan kamu berangkat? kapan kamu berangkat?

Yang menjadi masalah ada- yang menjadi masalah

lah apakah hal itu bener? adalah apakah hal itu benar?

30 Unit 9

Page 9: BAC 3 Unit 9

4) Tanda Seru (!)

Contoh tidak baku Contoh baku

Tidak mau! tidak mau!

5) Tanda kurung ( (....) )

Contoh tidak baku Contoh baku

DIP (Daftar Isian Proyek) DIP (Daftar Isian Proyek)

Latar belakang(LM) latar belakang (LM)

6) Tanda Elip ( ... )

Contoh tidak baku Contoh baku

Menggaambarkan ......utuh. menggambarkan ... utuh.

Kajian Bahasa Indonesia 4-15

.................dapat diamati ...dapat diamati mela-

melalui........ lui.....

7) Tanda garis miring ( / )

Contoh tidak baku Contoh baku

Jalan Danau Towuti G3F / 14 Jalan Danau Towuti G3F/14

Tahun anggaran 1993/ 1994 Tahun anggaran 1993/ 1994

30 Unit 9

Latihan Latihan

Page 10: BAC 3 Unit 9

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan

berikut!

1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan kesalahan berhasa Indonesia!

2. Kemukakan tiga komponen system EYD, beserta contohnya!

3. Tuliskanlah contoh kesalahan berbahasa dari segi penggunaan huruf kapital,

penulisan huruf, dan tanda baca!

Pedoman Jawaban Latihan

1. Kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemekaian bentuk bentuk tuturan yang

meliputi kata, kalimat, paragraf yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa

Indonesia yang berlaku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang telah

ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku “Ejaan Bahasa Indonesia yang

disempurnakan”

2. Tiga komponen sistem EYD:

Penulisan huruf

Penulisan kata

Penulisan tanda baca

Contoh komponen sistem EYD:

Penulisan huruf

Vokal

a, i, u,e, dan o

Konsonan

b, c, d,f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z

Penulisan kata

Mata

30 Unit 9

Page 11: BAC 3 Unit 9

Kado

Penulisan tanda baca

Titik (.)

Koma (,)

3. Contoh kesalahan berbahasa dari segi:

Penggunaan huruf kapital

Silakan anda masuk.

Atas perhatian bapak,

Penuliksan kata

Dibelakang

Dari pada

Tanda baca

Rp.

Ending Purnomo S. H

30 Unit 9

Tes Formatif 1Tes Formatif 1

Page 12: BAC 3 Unit 9

1. Pelanggaran terhadap kode bahasa (breanchas of code) merupakan pernyataan

dari….

A. Corde

B. Albert Valdman

C. Tarigan

D. Stainhaver

2. Melalui apakah bahasa Indonesia ragam lisan dipindahkan ke dalam bahasa

ragam tulis?

A. tata bahasa baku

B. lambang-lambang dalam bentuk huruf dan tanda baca

C. kalimat dan paragraf

D. Fonologi bahasa Indonesia

3. Penggunaan tanda koma yang benar, kecuali….

A. 17, 5 meter

B. Adik belajar, ketika kakak tidur.

C. Kapan, paman berangkat?

D. Endang Sri Rahayu, M. Ag.

4. Penulisan gabungan kata yang tepat adalah….

A. mempertanggungjawabkan

30 Unit 9

Page 13: BAC 3 Unit 9

B. pengikut sertaan

C. ketidak adilan

D. bertanggungjawab

5. Penyebab pelanggaran kode selain bersifat fisik adalah….

A. tidak mengetahui pengertian kesalahn berbahasa

B. pemakaian bentuk tuturan yang sempurnah

C. tidak menggunakan ragam bahasas baku

D. kuarang sempurnanya pengetahuan dan penmguasaan kode

6. Di bawah ini, penggunaan tanda tanya yang tepat, kecuali….

A. Ke mana Agung pergi?

B. Atas perhatian Saudara?

C. Kapan tim Indonesia bertanding?

D. Apakah ada temuan baru dalam penelitian ini?

7. Penulisan partikel pun yang benar, kecuali….

A. maupun

B. iapun

C. mereka pun

30 Unit 9

Page 14: BAC 3 Unit 9

D. meskipun

8. Penggunaan tanda titik dua yang benar adalah….

A. Ibu membeli: sapu dan ember

B. contoh; Aan membantu temannya kemarin

C. BAB: I

D. Paman membeli alat tulis kantor seperti: pulpen, pensil, penggaris, dan

lain-lain.

9. Kesalahan berbahasa secara tertulis dapat terjadi dalam bidang….

A. ejaan

B. fonologi

C. lafal

D. fonem

10. Sistem ejaan yang digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia saat ioni

adalah….

A. Ejaan Yang Disempurnakan

B. konsep-konsep fonologi

C. hakikat kesalahan berbahasa Indonesia

D. pengumpulan kode-kode bahasa

30 Unit 9

Page 15: BAC 3 Unit 9

Pedoman Kunci Jawaban Tes Formatif I

1. A. Corde

2. B. lambang-lambang dalam bentuk huruf dan tanda baca

3. C. Kapan, paman berangkat?

4. A. mempertanggungjawabkan

5. D. kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan kode

6. B. atas perhatian saudara?

7. B. iapun

8. D. Paman membeli alat tulis kantor seperti: pulpen, pensil, penghapus, dan

lain-lain.

9. A. ejaan

10. A. Ejaan Yang Disempurnakan

30 Unit 9

Rangkuman

Dalam buku yang berjudul “Common Error In Languange

Learning”. H.V.George mengemukakan bahwa kesalahan

berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak

diinginkan (unwanted form), khususnya suatu bentuk yang

tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru.

Kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-

bentuk tuturan yang meliputi kata, kalimat, paragraf yang

menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta

pemakaian ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan

sebagaimana dinyatakan dalam buku “Ejaan Bahasa Indonesia

yang disempurnakan”

Sistem EYD terdiri atas tiga komponen, yaitu: penulisan

huruf, kata, dan tanda baca. Seperti Anda ketahui pada bagian

awal ini dalam EYD terdiri dari lima huruf untuk

melambangkan bunyi vokal, yaitu: a, i, u, e, dan o. Bunyi

diftong dilambangkan dengan tiga macam huruf rangkap,

yaitu: ng, ny, sy, kh,dan ks. Penulisan huruf ini perlu dipahami

benar-benar karena akan merupakan dasar bagi penulisan kata

dan tanda baca.

Page 16: BAC 3 Unit 9

Subunit 2

Subunit 2

Kesalahan Bentukan Kata

Saudara, pada subunit ini, Anda akan diajak untuk mempelajari materi

tersebut secara lebih mendalam, meliputi: kesalahan bentukan, dan kesalahan

imbuhan. Agar dapat memahani kajian ini dengan baik. Silakan Anda cermati uraian

berikut.

30 Unit 9

Page 17: BAC 3 Unit 9

A. Kesalahan Bentukan

Faktor afiksasi memegang peranan penting dalam pemakaian bahasa

Indonesia, khususnya dalam segi pembentukan kata. Menurut posisinya, afiks atau

imbuhan bahasa Indonesia terbagi atas tiga jenis imbuhan, jenis awalan, akhiran, dan

sisipan. Di antara ketiga jenis imbuhan, jenis yang disebut terakhir tidak begitu

produktif dalam peristiwa pembentukan kata. Karena itu, kesalahan

pemakaian jenis imbuhan tersebut tidak begitu banyak dilakukan para pemakai

bahasa Indonesia jika dibandingkan dengan kedua jenis imbuhan lainnya.

Dalam kata bentuk-bentuk awalan menduduki posisi awal kata. Awalan yang

tinggi frekuensi pemakaiannya yaitu: awalan meng-, ber-, pe-, ber-, di-, ke-, ter-, dan

se-. Di antara awalan itu di samping ada yang memiliki bentuk yang tetap, terdapat

pula yang mengalami bentuk perubahan bunyi. Hal itu tidak menutup kemungkinan

para pemakai bahasa Indonesia dalam melakukan kesalahan mengucapkan bentuk-

bentuk tersebut. Kesalahan lainnya dapat terjadi dalam segi fungsi awalan itu, baik

dalam segi gramatikalnya maupun semantisnya. Kesalahan-kesalahan dalam

pemakaian awalan akan kita analisis pada bagian pertama modul.

Akhiran bahasa Indonesia yang produktif yaitu akhiran an, kan, dan i.

Akhiran ini tidak mengalami perubahan bentuk. Tetapi dalam segi fungsinya, banyak

pemakai bahasa Indonesia yang melakukan kesalahan menggunakan akhiran ini.

Kesalahan berbahasa Indonesia dalam bidang akhiran, akan dibahas pada bagian

kedua modul ini.

Dalam pemakaian bahasa Indonesia terdapat sistem penggabungan imbuhan,

baik antara awalan dengan akhiran ataupun awalan dengan awalan. Dalam peristiwa

pembentukan kata penggabungan tersebut ada yang bersifat serempak, dan ada pula

yang sifatnya bertahap. Kesalahan pemakaian imbuhan dalam kedua macam

penggabungan ini akan kita analisis pada bagian akhir modul ini.

30 Unit 9

Page 18: BAC 3 Unit 9

Dalam kenyataan sering sekali terjadi kesalahan dalam proses pembentukan

kata dengan awalan–awalan tersebut. Perhatikanlah kata bentukan yang bergaris pada

kalimat di bawah ini!

(1) Dialah yang melola KUD di desainnya.

Dialah yang mempelopori pendirian KUD di desanya.

(2) Di sekolah itu ia mencoba menerapkan sistem pendidikan modern.

Di sekolah itu ia mencoba menterapkan sistem pendidikaan modern.

Di sekolah itu mencoba menerapkan sistem pendidikan modern.

Kalau Anda analisis, kata melola terbentuknya oleh adanya unsur me- + lola.

Dilihat dari konsonan awal (1) yang dihadapi awalan tersebut, pembentukan kata

seperti itu tidak memerlukan peristiwa nasalisasi. Tetapi, jika dilihat dari bentuk

dasarnya (lola), bentuk tersebut tidak terdapat dalam kosakata bahasa Indonesia.

Dalam kamus bahasa Indonesia tidak ada kata lola; yang ada yaitu kata kelola.

Karena itu, kesalahan bentukan kata melola bukan terdapat pada kesalahan

fonologinya, melainkan terjadi pada bentuk dasar atau kata dasarnya .

Kata mempelopori terbentuk dari unsur meN+ pelopor+ i. Bentuk pelopor

terdapat dalam kosakata bahasa Indonesia. Sebagai kata serapan, kata tersebut sudah

tidak dirasakan lagi keasingannya. Karena itu, sesuai dengan tabel yang pertama,

yaitu me- menghadapi p, akan terjadi peristiwa nasalisasi dengan meluluhkan p oleh

nasal m. Jadi, kata bentukan tersebut bukan mempelopori, melainkan memelopori.

Pada kata (2) kata mentrapkan terbentuk dari unsur meN-+kan. Sesuai dengan

proses nasalisasi awalan me dengan bentuk dasar bersuku tunggal (trap), bentuk yang

lebih tepat bukan men, melainkan menge seperti pada kalimat berikutnya. Walaupun

demikian, dalam bentukan tesebut kata dasar bukan trap melainkan terap. Hal ini

sesuai dengan kata dasar pada bentuk kata berikutnya yaitu menterapkan. Tetapi,

proses nasalisasi pada kata tersebut tidak sesuai dengan ketentuan pada tabel pertama,

yaitu luluhnya t oleh n. Jadi, yang tepat adalah menerapkan.

Dari contoh-contoh kesalahan bentuk kata di atas, dapat Anda simpulkan bahwa

kesalahan pembentukan kata dengan awalan terjadi dalam jenis kesalahan berikut:

30 Unit 9

Page 19: BAC 3 Unit 9

( 1 ) kesalahan dalam bentuk nasalisasi

( 2 ) kesalahan dalam bentuk kata dasar

( 3 ) kesalahan akibat derajat keasingan kata dasar serapan

( 4 ) kesalahan akibat pengaruh awalan bahasa daerah

( 5 ) kesalahan akibat penggalan awalan atau penguasaan bentuk kata kerja

Kata bentukan berawalan me, seperti mengambil, memukul, membuat,

berdasarkan jenis katanya, termasuk jenis verbal. Kata-kata tersebut dibentuk dari

kata dasar ambil, pukul, buat ( kata kerja), cangkul, gulai, darat (kata benda), lebar,

tinggi, kuning (Kata Sifat). Jenis kata dasar itu masih dapat dibagi lagi berdasarkan

sifat-sifatnya; misalnya cangkul (nama alat), gulai (nama masakan) darat ( nama

tempat) dan sebagainya. Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa awalan me

berfungsi membentuk jenis kata verbal. Fungsi awalan dalam segi penjenisan kata ini

dalam bidang kebahasaan termasuk fungsi gramitik.

Fungsi gramatis awalan ber, juga sebagai pembentuk kata verbal. Jenis kata

dasarnya dapat Anda tentukan berdasarkan contoh kata berikut: bertemu, bekerja,

bergembira, berpadu dan sebagainya. Walaupun kedua awalan di atas sama-sama

sebagai pembentuk jenis kata verbal, terdapat segi perbedaan di antara kata-kata yang

dibentuknya. Baik kata berawalan ber maupun me dapat berbentuk kata kerja

transitif, tetapi dalam fungsi kalimat objek kata kerja berawalan ber- tidak dapat

dijadikan subjek. Contoh:

( 1 ) a. Ayahnya sedang memagar kebun. ( kebun : objek)

Kebun dipagar oleh ayahnya.

b. Kebunnya berpagar bambu. ( Tidak dapat dibentuk menjadi kalimat:

Bambu dipagar oleh kebunnya)

Dalam fungsi kalimat, kata dengan bentukan kedua awalan itu dapat bersifat

intransitif (tidak berobjek). Contoh:

Kapalnya sudah mendarat.

Kapalnya sudah berderet.

30 Unit 9

Page 20: BAC 3 Unit 9

Pada contoh ktalimat ( 1 ) dan ( 2 ) terdapat kata kerja berawalan di; yaitu dipagar .

Jelas kata dasar kedua kata itu masing-masing kata benda dan kata kerja. Kalimat

yang dibentuk oleh kedua kata itu adalah kalimat pasif. Karena itu, fungsi awalan di

adalah membentuk kata kerja pasif.

Selain itu terdapat juga makna awalan pe yang tidak bertumpu pada makna

awalan me; contoh:

( 1 ) Ayahnya petani. (orang yang bertani)

( 2 ) Ayahnya pejabat pemerintah. ( orang yang punya jabatan )

( 3 ) Ayahnya seorang petatar (yang ditatar ).

Awalan per-

Karena awalan ini sejalan dengan awalan ber-, makna awalan ini pun bertumpu

pada makna awalan ber-. Makna awalan per- di antaranya:

(1) Tindakan yang membuat lebih; contoh:

Pertinggi tiang bendera itu. ( buat supaya bertambah tinggi)

(2) Penegas makna, contoh:

Pergunakan barang ini! ( lebih keras daripada kata gunakan)

Pertanyakan hal itu kepadanya.

(3) Pelaku, contoh: perburu, pertapa, pekerja dan pelajar

Awalan ke-

1) Yang dikenai perbuatan (bertumpu pada makna awalan di), contoh:

Kekasih (yang dikasihi), Ketua (yang dituakan)

Kumpulan, contoh:

Kelima orang tahanan itu sudah dibebaskan.

Kami bertanya kepada kedua pasang mempelai itu.

Awalan se-

1) Menyatakan makna “satu”,

contoh:

30 Unit 9

Page 21: BAC 3 Unit 9

Ia melihat serombongan penari ibukota.

Baru sehari itu terbakar.

2) Menyatakan makna”sama dengan atau “seperti”;

contoh:

Rumah sekampung itu terbakar.

Besok ada acara lomba deklamasi siswa SMA se-Sulawesi Barat .

Kemampuan seseorang dalam menggunakan kata-kata bentukan, bukan

diperoleh dari cara menghafalkan semua bentuk dan makna setiap kata bentukan yang

ada dalam suatu bahasa. Kemampuan itu diperoleh berdasarkan penguasaan kosakata

dan sistem morfologis bahasa tersebut. Sistem morfologis awalan bahasa Indonesia,

sebagaimana telah Anda pelajari, mencakup sistem bentuk dan fungsi, baik fungsi

gramatis maupun semantik. Sistem tersebut diperoleh dari hasil penalarannya

terhadap kebiasaan pemakai bahasa dalam menggunakan awalan yang ada.

Sehubungan dengan hal di atas, analisis terhadap segi kesalahan berbahasa

dalam segi awalan, dapat pula dilakukan melalui cara-cara yang berdasar pada

bentukan-bentukan yang sudah ada dan benar menurut sistem bahasa. Jadi, bila Anda

menganalisis kesalahan pemakaian awalan bahasa Indonesia dalam segi fungsi,

misalnya, analisis Anda dapat dilakukan melalui analisis fungsi awalan secara

gramatis dan semantis.

Untuk itu, perhatikanlah contoh kesalahan pemakaian awalan bahasa Indonesia

ada kata-kata bergaris dalam kalimat ini.

1) Sebelum pergi, ia disepatu dahulu.

2) Sepulangnya dari sekolah, ia ketabrak mobil.

3). Gunung yang paling tertinggi di Pulau Sumatra yaitu Gunung Kerinci.

B. Kesalahan Bidang Imbuhan

Akhiran merupakan jenis imbuhan atau afiks yang menduduki posisi akhir

kata bentukan. Ada tiga macam akhiran bentukan utama bahasa Indonesia, yaitu

akhiran an, kan, dan i. Dalam peristiwa pembentukan kata ketiga akhiran itu tidak

30 Unit 9

Page 22: BAC 3 Unit 9

mengalami perubahan bentuk. Contoh: makan+_an manjadi makanan, lari+ kan

menjadi larikan garam+ i menjadi garami.

Walaupun demikian, terdapat keistimewaan pada peristiwa pembentukan kata

dengan –i. Hal ini –i tidak pernah menghasilkan kata bentukan dari kata dasar yang

terakhir dengan fonem i, misalnya kata dasar lari, mati, suci, padi tidak dapat

dibentuk menjadi larii, matii, suci dan sebagainya.

Dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan pemakaian akhiran baik

dalam segi bentuk ataupun fungsinya. Perhatikanlah contoh berikut!

1) Kursi ruang tamu itu.

Kursi ruang tamu itu.

2) Besarin sedikit bajumu.

Bawain senjata.

3) Letakin senjata.

Kontrakin saja rumahmu.

Ditinjau dari segi bentuk kata, pemakaian akhiran i pada contoh kalimat-

kalimt (1) dari sistem akhiran i bahasa Indonesia. Dalam hal ini, kata dasar kursi

berakhir dengan /i/ sehingga tidak mungkin dibentuk lagi dengan akhiran i. Tetapi,

dilihat dari fungsinya i pada kedua bentukan itu berfungsi gramatik; yaitu membentuk

kata kerja transitif. Begitu pula, akhiran tersebut berfungsi semantik, yaitu

mengandung makna “memberikan“ atau “membubuhkan”. Cara lain untuk

mengemukakan maksud atau gagasan yang terkandung dalam bentuk tersebut yaitu

pembentukan kata dengan menggunakan akhiran in seperti terlihat pada contoh

kalimat di bawahnya.

Kata besaran pada contoh kalimat (2) terbentuk oleh unsur besar+-an. Dalam

kedua kata tersebut an merupakan bentuk akhiran bahasa Indonseia. Fungsi

gramatisnya, akhiran tersebut membentuk kata benda (besaran) dari jenis sifat

(besar) seperti halnya pada kata manisan, asinan, paduan, dan sebagainya. Menurut

fungsi semantisnya, akhiran tersebut mengandung makna “yang dikenai tindakan”.

Jadi, kata tersebut berarti “yang dimaniskan, diasinkan, dan dipadukan sehingga,

30 Unit 9

Page 23: BAC 3 Unit 9

kedua kata di atas dapat diartikan sebagai “yang dibesarkan”. Kedua kata itu misalnya

digunakan pada kalimat.

Adanya akhiran “-an” dalam bahasa daerah menyebabkan adanya bentukan-

bentukan kata yang menyimpang dari sistem akhiran bahasa Indonesia dewasa ini.

Perhatikan pemakaian akhiran -an pada kalimat berikut:

1) Masih tinggian saya daripada kamu.

2) Rambutnya kutuan.

3) Ia masih ingusan.

4) Dia anak sekolahan.

Pada contoh (1), dengan an, kata dasar jenis sifat dibentuk menjadi kata jenis

sifat juga. Bandingkan dengan fungsi gramatis akhiran an sebagaimana telah Anda

pelajari. Menurut fungsi semantiknya akhiran an pada kata itu mengandung makna

perbandingan atau komporatif yang berarti “lebih”. Kata bentukan pada kalimat (2)

dan (3) adalah jenis sifat yang dibentuk dari kata dasar jenis benda. Ini sesuai dengan

bentukan pada contoh uraian akhiran –an, seperti kata bulanan, harian, meteran.

C. Kesalahan Berbahasa dalam Penggabungan Imbuhan

Dalam peristiwa pembentukan kata sering terjadi peristiwa penggabungan

imbuhan, baik antara awalan dengan awalan ataupun antara awalan dengan akhiran.

Dalam hal ini terdapat dua macam penggabungan, yaitu penggabung yang dilakukan

secara serempak dan penggabungan yang dilakukan secara bertahap. Hal yang

pertama, misalnya terjadi pada kata kekuatan, perdebatan, pemukulan. Dalam hal ini

ke-an, per-an dan peN-an secara serempak membentuk ketiga kata bentukan di atas

dengan menggunakan kata dasar kuat, debat dan pukul. Karena kedua macam

imbuhan itu masing-masing tidak berdiri sendiri, maka makna yang dikandungnya

pun merupakan satu kesatuan. Imbuhan seperti itu disebut dengan istilah konfiks.

Lain halnya dengan me-kan, per-kan, memper-kan. Misalnya pada kata

menggunakan, pergunakan, mempergunakan. Dalam hal ini akhiran kan lebih dahulu

berfungsi pada kata bentukan itu daripada me-, per-, memper-. Bentukan imbuhan

30 Unit 9

Page 24: BAC 3 Unit 9

seperti ini tidak sama fungsinya dengan konfiks, untuk itu, perhatikan proses

bentukan kata-kata di atas.

( 1 ) ke-an + kuat = kekuatan

per-an+ debat = perdebatan

peng-an + pukul = pemukulan

( 2 ) guna + kan = gunakan, me+ gunakan = menggunakan

guna= - kan = gunakan, per-+gunakan = pergunakan

Untuk mengetahui pemahaman Anda terhadap materi di atas, kerjakanlah latihan

berikut!

1. Uraikan jenis kesalahan yang terjadi dalam pembentukan awalan!

2. Jelaskan kesalahan pembentukan kata dalam penggabungan imbuhan!

30 Unit 9

LATIHAN

Page 25: BAC 3 Unit 9

3. Jelaskanlah peranan afiksasi!

pedoman Jawaban Latihan

1. ( 1 ) kesalahan dalam bentuk nasalisasi

( 2 ) kesalahan dalam bentuk kata dasar

( 3 ) kesalahan akibat derajat keasingan kata dasar serapan

( 4 ) Kesalahan akibat pengaruh awalan bahasa daerah

( 5 ) Kesalahan akibat penggalan awalan atau penguasaan bentuk kata kerja

2. Dalam peristiwa pembentukan kata sering terjadi peristiwa penggabungan

imbuhan, baik antara awalan dengan awalan ataupun antara awalan dengan

akhiran. Dalam hal ini, terdapat dua macam penggabungan, yaitu

penggabungan yang dilakukan secara serempak dan penggabungan yang

dilakukan secara bertahap.

3. Faktor afiksasi memegang peranan penting dalam pemakaian bahasa Indonesia,

khususnya dalam segi pembentukan kata. Menurut posisinya, afiks atau

imbuhan bahasa Indonesia terbagi atas tiga jenis imbuhan, jenis awalan,

akhiran, dan sisipan. Di antara ketiga jenis imbuhan, jenis yang disebut terakhir

tidak begitu produktif dalam peristiwa pembentukan kata.

30 Unit 9

Rangkuman

Faktor afiksasi memegang peranan penting dalam pemakaian bahasa Indonesia, khususnya dalam segi pembentukan kata. Menurut posisinya, afiks atau imbuhan bahasa Indonesia terbagi atas tiga jenis imbuhan, jenis awalan, akhiran, dan sisipan.

Dalam kata bentuk-bentuk bentukan awalan menduduki posisi awal kata. Awalan yang tinggi frekuensi pemakaiannya yaitu: awalan meng-, ber-, pe-, ber-, di-, ke-, ter-, dan se-. Dan akhiran bahasa Indonesia yang produktif yaitu akhiran an, kan, dan i.

Kesalahan pembentukan kata dengan awalan terjadi dalam

jenis kesalahan berikut:

(1) kesalahan dalam bentuk nasalisasi

(2) kesalahan dalam bentuk kata dasar

(3) kesalahan akibat derajat keasingan kata dasar serapan

(4) kesalahan akibat pengaruh awalan bahasa daerah

(5) kesalahan akibat penggalan awalan atau penguasaan

bentuk kata kerja.

Page 26: BAC 3 Unit 9

1. Pendapat yang menyatakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran

terhadap kode bahasa, pandangan ini dilakukan oleh....

A. Tarigan

B. Corder

30 Unit 9

Tes formatif ITes formatif I

Page 27: BAC 3 Unit 9

C. Albert

D. Vaklman

2. Salah satu bentuk kesalahan berbahasa lisan adalah kesalahan di bidang....

A. fonologi

B. ejaan

C. tanda baca

D. huruf kapital

3. Kata gabung yang penulisannya salah adalah....

A. ikut serta

B. tanya jawab

C. bertanggung jawab

D. keikut sertaan

4. Penulisan kata depan yang tidak tepat adalah....

A. Di sinjai

B. Ke kampus

C. Di rumah

D. Di sini

5. Penulisan unsur serapan yang tidak tepat adalah....

A. tipe

B. studi

C. sistem

D. edukasi

6. Penulisan huruf kapital yang tidak tepat adalah....

A. Di mana rumah Saudara kamu?

30 Unit 9

Page 28: BAC 3 Unit 9

B. Mengapa Anda tidak hadir kemarin?

C. Tolong Bapak berikan alamat lengkap!

D. Rumah Saudarakah yang berwarna hijau itu?

7. Contoh kesalahan penggunaannya tanda titik dua adalah....

A. Adik suka menonton : pertandingan sepak bola.

B. Adik bertanya : Dimana rumahmu?”

C. Adik menanyakan bahwa : dia suka menonton sepak bola .

D. Acara dimulai pada hari : minggu

Waktu : pukul 15 . 30

Tempat : lapangan karebosi

8. Contoh kesalahan penggunaan tanda seru adalah....

A. Lanjutkan saja pekerjaanmu!

B. Jelaskan pengertian wacana!

C. Di mana kontor ayahmu!

D. Uraikan jenis-jenis paragraf!

9. Pemakaian akhiran yang tidak tepat adalah.....

A. Bereskan pekerjaan rumahmu.

B. Bersihkan ruangan ini.

C. Saya terima masukan anda.

D. Cabuti rumput-rumput itu.

10. Contoh kesalahan kata yang berimbuhan adalah....

A. merubah

B. mengubah

C. perubahan

30 Unit 9

Page 29: BAC 3 Unit 9

D. diubah

Pedoman Kunci Jawaban Tes Formatif I

1. B . Corder

2. A . fonologi

3. C . tanya jawab

4. B. Ke kampus

5. C. sistem

6. A. Di mana rumah saudara kamu?

7. D. Acara dimulai pada hari : minggu

Waktu : pukul 15 . 30

Tempat : lapangan karebosi

8. C. di mana konter Ayahmu!

9. A. bereskan pekerjaan rumahmu.

10. A. merubah

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terdapat

pada bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar.

Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda

terhadap materi subunit 1.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar

Tingkat penguasaan = Jumlah soal X 100%

30 Unit 9

Page 30: BAC 3 Unit 9

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :

90 – 100% = baik sekali

80 - 89% = baik

70 – 79% = cukup

< 70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat

melanjutkan dengan unit selanjutnya. Selamat untuk Anda! Tetapi apabila tingkat

penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali materi

subunit 1 terutama bagian yang belum Anda kuasai.

30 Unit 9

Page 31: BAC 3 Unit 9

Daftar PustakaAlwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Azman, Nur. 1997. Intisari Bahasa Indonesia. Jakarta: Penabur Ilmu.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Halim, Amran. 1987. Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Husain, Abdul Razak. 1995. Inilah Bahasa Indonesia Baku : Solo. Aneka

Muslika. 2005. Menjadi Guru Propesional. Bandung: Rosdakarya.

Moeliono, Anton: 1985. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Nababan, Sri Utari Subiyakto. 1997. Metedologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Nurhadi. .1987. Kapita Selekta Kajian Bahasa dan Pengajarannya. Malang: FPBS IKI

Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:Gramedia.

Kusno. 1986. Tata Bahasa Indonesia. Bandung: CV. Rosda

Rahim, Abd. Rahman. 2003. Teknik Investigasi dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis. Makalah. Disajikan dalam Simposium Nasional Pembelajaran Indonesia yang I, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta 21-26 Oktober.

........... 2004. Benteng Fort Rotterdam sebagai Sumber Belajar. Makalah Disajikan dalam Simposium Nasional Pembelajaran Indonesia yang II, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta 14-19 Oktober.

Rahim, Abd. Rahman. 2008. Meretas Bahasa Mengkaji Pragmatik : Makassar: Berkah Utami.

Sholiha,dkk. 2003. Beda Soal Uji Kemahiran Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Rusyana, Yus. 1984. Pusparagam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Ilmu

32 Unit 9

Page 32: BAC 3 Unit 9

Samsuri. 1985. Analisis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Suroso, dkk. 2006. Pernik-Pernik Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka.

Verhaar, J. W. M. 1980. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Madha Universitas.

Widjono. HS. 2005. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Yohanes,Yan sehadi. 1991. Tinjauan Kritis Teori Morfologi dan Sintaksis Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Zamroni. 2004. Paradigma Pendidikan. Jakarta: Universitas Paramadina.

32 Unit 9

Page 33: BAC 3 Unit 9

Glosarium

Referensi : petunjuk

Interferensi : pengacauan

Adjaceney Pairs : penggalangan pasangan percakapan

Turn Talking : giliran bicara

Repairs : percakapan lanjutan

Subtitusi : pengganti

Elipsis : pelepasan

Repetisi : pengulangan

32 Unit 9

Page 34: BAC 3 Unit 9

32 Unit 9