Upload
romario-vianney-langowuyo
View
269
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Urolith
Citation preview
UROLITH
I. KASUS
Nama : Tn. KR
No. Rekam Medik : 650309
Alamat : Ternate
Ruang Perawatan : Lontara 2 Bedah Urologi
Tanggal MRS : 02 Juli 2015
A. Anamnesis
Keluhan utama :
Nyeri pinggang kanan
Riwayat penyakit sekarang :
Awal nyeri dirasakan pasien pada tahun 2009, pasien merasakan
nyeri pada pinggang dan sakit perut sehingga sulit untuk
beraktivias. Awal tahun 2014, pasien merasakan nyeri pinggang
dan sakit perut lagi sehingga pasien mendapat terapi ESWL di RS
Wahidin Sudirohusodo pada bulan Februari 2014. Pasien pernah
mendapat perawatan di RS Islam Ternate selama 3 hari. Nyeri
pinggang kembali dirasakan pasien pada bulan Desember 2014.
Pada tanggal 17 Juni 2015, pasien masuk ke RS Wahidin
Sudirohusodo untuk mendapat penanganan Gastritis. Tetapi pasien
juga demam sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri pinggang yang
dirasakan pasien hilang timbul dan memberat jika beraktivitas.
Nyeri kadang menjalar ke arah bawah. Ada riwayat kencing
terputus-putus tidak ada. Kemudian riwayat kencing bercampur
pasir tidak ada. Riwayat kencing keluar batu bulan Desember ada.
Riwayat kencing bercampur nanah tidak ada. Riwayat operasi tidak
ada. Riwayat konsumsi air sumur ada.
Riwayat penyakit sebelumnya:
- Riwayat kencing berwarna merah tidak ada
1
- Riwayat kencing berpasir tidak ada
- Riwayat Asam Urat
- Riwayat Hipertensi disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus disangkal
Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
Riwayat pengobatan :
Perawatan gastritis
B. Pemeriksaan Fisis
Sakit Sedang / Gizi cukup / Composmentis
Tanda vital :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit (Tipe : Thoracoabdominal)
Suhu : 36.7oC (Axilla)
Kepala
- Ekspresi : biasa
- Simetris muka : simetris kiri = kanan,
- Deformitas : (-)
- Rambut : hitam, lurus, sukar dicabut
Mata
- Bola Mata : Eksopthalmus/Enopthalmus (-)
- Gerakan : normal, ke segala arah
- Kelopak Mata : edema (-)
- Konjungtiva : anemis (-)
- Sklera : ikterus (-)
- Kornea : jernih
Telinga
- Pendengaran : kesan normal
- Sekret : (-)
2
Hidung
- Perdarahan : (-)
- Sekret : (-)
Mulut
- Bibir : pucat (-), kering (-)
- Lidah : kotor (-),tremor (-), hiperemis (-)
- Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
- Gigi geligi : dalam batas normal
- Gusi : dalam batas normal
Leher
- Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
- Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
- DVS : R-1 cmH2O
- Kaku kuduk : (-)
Thoraks
- Inspeksi :
Bentuk : simetris kiri dan kanan (normochest)
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
Buah dada : tidak ada kelainan
Sela Iga : Normal, tidak melebar
- Palpasi :
Fremitus raba : sama pada paru kiri dan kanan
Nyeri tekan : (-)
Massa tumor : (-)
- Perkusi :
Paru kiri : sonor
Paru kanan : sonor
Batas paru-hepar : ICS VI kanan
Batas paru belakang kanan : V. Thoracal X
Batas paru belakang kiri : V. Thoracal XI
- Auskultasi :
3
Bunyi pernapasan : vesikuler,
Bunyi tambahan : Rh -/- ,Wh -/-
Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : thrill (-), ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : pekak
Batas atas jantung ICS II sinistra
Batas kanan jantung ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung ICS IV linea aksilaris anterior sinistra
- Auskultasi : bunyi jantung I/II murni regular, bising (-)
Perut
- Inspeksi : datar, ikut gerak napas
- Palpasi : nyeri tekan (+) pada regio lumbalis dextra dan suprapubis
- Perkusi : timpani (+)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas
- Edema dorsum pedis -/-, Bengkak pada persendian lutut -/-
4
C. Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Darah Rutin
WBC 12.28 4 - 10 x 103/uL
RBC 5.46 4 - 6 x 106/uL
HGB 14 12 - 16 g/dL
HCT 40.9 37 - 48%
MCV 74.9 76 - 92 pl
MCH 25.6 22 - 31 pg
MCHC 34.2 32 - 36 g/dl
PLT 260 150 - 400x103/uL
Eo 0.08 1.00 - 3.00 x 103/uL
Baso 0.03 0.00 - 0.10 x 103/uL
Neutr 9.44 52.0 - 75.0 sel
Lymph 1.84 20.0 - 40.0
Mono 0.89 2.00 - 8.00
DiabetesGDS 97 < 140 mg/dl
Ginjal
Hipertensi
Ureum 31 10-50 mg/dl
Kreatinin 1.80 L (< 1,3), P (< 1,1) mg/dl
Asam Urat Asam Urat 8.6 3.4 -7.0 mg/dL
Kimia HatiSGOT 15 < 38 U/L
SGPT 17 < 41 U/L
Elektrolit
Natrium 136 - 145 mmol/L
Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L
Clorida 97 – 111 mmol/L
5
D. Pemeriksaan Radiologi
- Udara usus terdistribusi sampai ke distal kolon
- Tidak tampak distal loop-loop usus, dan gambaran herring bone
- Tampak bayangan radioopaq pada regio paravertebra setinggi CV
L3 dan L4 dengan ukuran 0,1 x 0,1 cm
- Kedua psoas line dan preperitoneal fat line intak
- Tampak osteofits pada asek lateral CV L3-L4 (spondylosis
lumbalis), tulang-tulang lainnya intak
Kesan :
Tampak bayangan batu radiooaq suspek ureterolith dextra
E. Resume Klinis
Seorang pria berusia 47 tahun masuk RS dengan keluhan sakit
perut hebat dan mual, pasien juga memiliki riwayat gastritis sehingga
pasien ditangani di bagian Gastroenterohepatologi. Setelah mendapat
perawatan selama 13 hari, pasein di konsul kebagian Urologi karena
6
hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar ureum dan
kreatininnya meningkat. Sebelumnya pada tahun 2009, pasien
meengalami nyeri pada pinggang kanan. Nyeri dirasakan hilang timbul
dan menjalar ke arah bawah. Riwayat demam ada. Riwayat mual ada
dan muntah tidak ada. Riwayat pasien berobat di RS Islam Ternate
sebelum akhirnya dirujuk ke RSWS.
Riwayat penyakit sebelumnya :
- Riwayat kencing berwarna merah tidak ada
- Riwayat kencing berpasir tidak ada
- Riwayat Asam urat
- Riwayat Hipertensi disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus disangkal
D. Pemeriksaan Fisis
Sakit Sedang / Gizi cukup / Composmentis
Tanda vital :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit (Tipe : Thoracoabdominal)
Suhu : 36.7oC (Axilla)
Kepala
- Ekspresi : biasa
- Simetris muka : simetris kiri = kanan,
- Deformitas : (-)
- Rambut : hitam, lurus, sukar dicabut
Mata
- Bola Mata : Eksopthalmus/Enopthalmus (-)
- Gerakan : normal, ke segala arah
- Kelopak Mata : edema (-)
- Konjungtiva : anemis (-)
- Sklera : ikterus (-)
7
- Kornea : jernih
Telinga
- Pendengaran : kesan normal
- Sekret : (-)
Hidung
- Perdarahan : (-)
- Sekret : (-)
Mulut
- Bibir : pucat (-), kering (-)
- Lidah : kotor (-),tremor (-), hiperemis (-)
- Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
- Gigi geligi : dalam batas normal
- Gusi : dalam batas normal
Leher
- Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
- Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
- DVS : R-1 cmH2O
- Kaku kuduk : (-)
Thoraks
- Inspeksi :
Bentuk : simetris kiri dan kanan (normochest)
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
Buah dada : tidak ada kelainan
Sela Iga : Normal, tidak melebar
- Palpasi :
Fremitus raba : sama pada paru kiri dan kanan
Nyeri tekan : (-)
Massa tumor : (-)
- Perkusi :
Paru kiri : sonor
Paru kanan : sonor
8
Batas paru-hepar : ICS VI kanan
Batas paru belakang kanan : V. Thoracal X
Batas paru belakang kiri : V. Thoracal XI
- Auskultasi :
Bunyi pernapasan : vesikuler,
Bunyi tambahan : Rh -/- ,Wh -/-
Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : thrill (-), ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : pekak
Batas atas jantung ICS II sinistra
Batas kanan jantung ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung ICS IV linea aksilaris anterior sinistra
- Auskultasi : bunyi jantung I/II murni regular, bising (-)
Perut
- Inspeksi : datar, ikut gerak napas
- Palpasi : nyeri tekan (+) pada regio lumbalis dextra dan suprapubis
- Perkusi : timpani (+)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas
- Edema dorsum pedis -/-, Bengkak pada persendian lutut -/-
F. Assesment
- Batu ureter 1/3 medial dextra
- Leukositosis
G. Terapi
- IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
- Injeksi Ceftriaxone 1gr/12 jam/IV
- Injeksi Ketorolac 1amp/8 jam/IV
- Injeksi Ranitidine 1amp/ 12jam/IV
9
II. DISKUSI
1. Anatomi Organa Urinaria
Organa Urinaria terdiri atas ren, ureter, vesica urinaria, dan uretra.
Organ-organ ini berfungsi menghasilkan darah melalui proses filtrasi darah
dan mengumpulkan urine untuk sementara waktu.(1)
a. REN
Ren ada dua buah, berada di sebelah kiri dan kanan columna
vertebralis. Berbentuk seperti kacang merah dengan ukuran panjang 11
cm, lebar 6 cm, dan tebal 3 cm. Ukuran berat kira-kira 135-150 gram.
Berwarna agak kecoklatan. Mempunyai ekstremitas cranialis ( = polus
cranialis) dan ekstremitas inferior ( = polus caudalis), facies anterior,
dan facies posterior, kedua pertemuan tersebut bertemu pada margo
lateralis dan margo medialis. Kira-kira pada pertengahan margo
medialis terbentuk suatu cekungan yang dinamakan hilum renale, yang
merupakan tempat masuknya arteri renalis dan serabut-serabut saraf,
serta tempat keluarnya vena renalis dan ureter.Secara relatif ren pada
anak-anak lebih besar daripada orang dewasa. Ren ikut bergerak dengan
gerakan repsirasi. (1)
Struktur ren terdiri atas cortex renalis dan medulla renalis yang
masinga-masing berbeda warna dan bentuk. Cortex renalis berwarna
pucat, mempunyai permukaan yang kasar. Medulla renalis terdiri atas
pyramedes renalis (pyramis renalis Malpighii) berjumlah antara 12-20
buah, berwarna agak gelap. Basis dari bangunan pyramis ini disebut
basis pyramidis berada pada korteks dan apexnya disebut papilla renalis
terletak menghadap ke medial bermuara pada calyx minor. (1)
Hilum renale meluas membentuk sinus renalis dan di dalam sinus
renalis terdapat pelvis renalis yang merupakan pemebesaran dari ureter
kearah cranialis. Pelvis renalis terbagi menjadi 2-3 buah celices renalis
majores dan setiap calyx mayor terbagi menjadi 7-14 buah calices
renalis minores. (1)
10
Ren terletak di bagian posterior cavum abdominis, retroperitoneal, di
sebelah kiri dan kanan columna vertebrali, setinggi vertebra lumbalis 1-
4 pada posisi berdiri. Kedudukan ini bisa berubah mengikuti perubahan
posisi tubuh. Ren dexter terletak lebih rendah dari yang sinister
disebabkan karena hepar terletak di sebelah cranial dari ren. Pada
wanita kedudukan ren kira-kira setengah vertebra lebih rendah
dibanding pria. (1)
Ren difiksasi pada tempatnya oleh fascia renalis, corpus adiposum
pararenale dan vasa renalis.
Gambar 3. Anatomi Ginjal
b. URETER
Ureter adalah suatu saluran yang dibentuk oleh jaringan otot polos
dengan ukuran 25-30 cm, menghubungkan ren dengan vesica urinaria.
Terletak retroperitoneal, sebagian berada pada cavum abdominis
disebut pars abdominalis, dan sebagian lain berada dalam cavitas pelvis
11
disebut pars pelvica. Kedua bagian ini kurang lebih sama panjang,
merupakan kelanjutan dari pelvis renalis, meninggalkan ren melalui
hilum renale, berada di sebelah dorsal vasa renalis, berjalam descendens
pada permukaan m.psoas major. (1)
Ureter dexter berada di sebelah dorsal duodenum pars descendens
dan menyilang radix mesenterii di bagian dorsal. Ureter menyilang
arteri iliaca communis atau pangkal arteri iliaca externa, berjalan di
sebelah ventro-caudal arteri iliaca interna lalu menyilang arteri
umbilicalis serta vasa obturatoria dan nervus obturatorius di sebelah
medialnya. Selanjutnya berjalan sepanjang dinding lateral pelvis, lalu
membelok ke medial menuju ke dinding dorsal vesica urinaria. (1)
Kedua ureter bermuara ke dalam vesica urinaria dengan jarak 5 cm
satu sama lain. Berjalan obliq sepanjang 2 cm di dalam dinding vesica
urinaria sebelum bermuara ke dalam vesica urinaria. Muara terseut
berbentuk lubang yang pipih disebut ostium ureteris yang pada vesica
urinaria yang kosong berjarak 2,5 cm satu sama lain, sedangkan pada
vesica urinaria yang terisi penuh jarak antara kedua muara tersebut
adalah 5 cm. Ureter menyempit di tiga tempat, masing-masing pada
tempat peralihan pelvis renalis menjadi ureter, ketika menyilang arteri
iliaca communis, dan ketika bermuara ke dalam vesica urinaria. (1)
c. VESICA URINARIA
Vesica urinaria adalah sebuah kantong yang dibentuk oleh jaringan
ikat dan otot polos, berfungsi sebagai tempat penyimpanan urin.
Apabila terisi hingga 200-300 cc, maka akan timbul keinginan untuk
miksi. Dalam keadaan kosong, bentuk vesica urinaria agak bulat.
Terletak di dalam pelvis. Pada wanita, letaknya lebih rendah daripada
pria(1)
Dalam keadaan kosong, vesica urinaria mempunyai 4 buah dinding,
yaitu facies superior, facies infero-lateralis (dua buah), dan fascies
posterior. Facies superior berbentuk segitiga dengan sisi basis
12
menghadap ke arah posterior. Facies superior dan facies inero-lateralis
bertemu dibagian ventral membentuk apex vesicae. Facies infero-lateral
satu sama lain bertemu di anterior membentuk sisi anterior yang bulat
dan dibagian inferior membentuk collum vesicae. Facies posterior
membentuk fundus vesicae (basis vesicae). (1)
Gambar 4. Anatomi Ureter
d. URETRA
Merupakan suatu saluran fibromuskuler yang dilalui oleh urine
keluar dari vesica urinaria. Saluran ini menutup apabila kosong. Pada
pria uretra dilalui juga oleh semen (spermatozoa). Ada beberapa
perbedaan antara uretra feminina dan masculina. (1)
URETRA FEMININA
Panjang uretra feminina 4 cm, terletak dibagian anterior vagina.
Muaranya disebut ostium uretrae externum, berada di dalam vestibum
vaginae, diventralis dari ostium vaginae, di antara kedua ujung anterior
labia minora. Berjalan melalui diafragma pelvis dan diafragma
urogenitale. Pada dinding dorsal terdapat suatu lipatan yang menonjol ,
13
membentuk cristra uretralis. Uretra difiksasi pada os.pubis oleh serabut-
serabut ligamentum pubovesicale. (1)
URETRA MASCULINA
Dimulai dari collum vesicae, mempunyai ukuran panjang 20cm,
berjalan menembus glandula prostate, diafragma pelvis, diafragma
urogenitale, dan penis. Uretra masculina dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
pars prostatica, pars membranacea, dan pars spongiosa. (1)
Uretra pars prostatica berjalan menembus prostat, mulai dari basis
prostat sampai pada apex prostat dengan panjang kira-kira 3 cm.
Mempunyai lumen yang lebih besar daripada bagian lainnya. (1)
Uretra pars membranacea berjalan ke arah caudo-ventral, mulai dari
apex prostat menjuju ke bulbus penis dengan menembus diafragma
pelvis dan diafragma urogenitale. Merupakan bagian yang tersempit
dan terpendek serta kurang mampu berdilatasi. Ukuran panjang 1-2 cm,
terletak 2,5 cm di sebelah dorsal tepi caudal symphysis osseum pubis.
Di kelilingi oleh m.spinchter urethrae membranacea pada diafragma
urogenitale. (1)
Uretra pars spongiosa berada di dalam corpus spongiosum penis,
berjalan dalam bulbus penis, corpus penis sampai pada glasn penis.
Panjang kira-kira 15 cm terdiri dari bagian yang fiks dan bagian yang
mobile. Lumen uretra pars spongiosa lebih besar dibandingkan bagian
lainnya. Membentuk pelebaran di dua tempat, masing-masing di dalam
bulbus penis, disebut fossa intrabulbaris dan pada glans penis
dinamakan fossa navicularis uretrae. (1)
2. Definisi Urolith
Urolith adalah batu yang terdapat di ginjal .(3) Urolith dapat terdiri
atas batu ginjal (Nephrolith), batu ureter (Ureterolith), batu buli-buli
(Vesicolith), dan batu uretra (Uretrolith). Urolith yang kami maksud
dalam judul laporan kasus ini adalah batu ginjal (Nephrolith) dan batu
ureter (Ureterolith).
14
Nephrolith adalah renal calculus atau batu ginjal.(3) Batu gnjal
merupakan keadaan tidak normal di dalam ginjal dan mengandung
komponen Kristal dan matriks organic. Lokasi batu ginjal dijumpai
khas di kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat terhenti di uterter
atau di kandung kemih. Batu ginjal sebagian besar mengandung batu
kalsium. (4)
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta
seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum lebih dari dua kaliks
ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut
batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada system pelvikalises ginjal
(penyempitan infundibulum dan stenosis ureteropelvik) mempermudah
timbulnya batu saluran kemih. (5)
Ureterolith adalah batu yang menyangkut atau terbentuk di ureter. (3)
Batu yang tidak terlalu besar dari ginjal dapat didorong oleh peristaltic
otot-otot system pelvikalises dan masuk di ureter menjadi batu ureter. (5)
3. Epidemiologi
Batu saluran kemih menurut tempatnya digolongkan menjadi batu
ginjal dan batu kandung kemih. Batu ginjal merupakan keadaan tidak
normal di dalam ginjal dan mengandung komponen kristal serta matriks
organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas di calyx atau pelvis dan bila
akan keluar dapat terhenti di ureter atau di kandung kemih. Batu ginjal
sebagian besar mengandung batu kalsium. Batu oksalat, kalsium
oksalat, atau kalsium fosfat secara bersama dapat dijumpai 65-85% dari
jumlah keseluruhan batu ginjal, jenis batu tersebut juga dapat terbentuk
di ureter maupun di buli-buli. Dari 96 batu saluran kemih ditemukan
batu dengan kandungan asam urat tinggi, bentuk murni sebesar 25%
dan campuran bersama kalsium oksalat/ kalsium fosfat sebesar 79%,
sedangkan batu kalsium oksalat / kalsium fosfat sebesar 73%. (4,8)
15
Di Negara maju, batu pada saluran kemih banyak dijumpai pada
saluran kemih bagian atas, sedangkan di negara berkembang lebih
banyak dijumpai batu kandung kemih. Peningkatan kejadian batu pada
saluran kemih bagian atas terjadi di abad-20, proporsi batu ginjal
dijumpai relatif meningkat dibanding proporsi batu kandung kemih.
Sekitar 80% pasien batu ginjal merupakan batu kalsium, dan
kebanyakan terdiri dari kalsium oksalat atau agak jarang sebagai
kalsium fosfat (4)
Sedangkan hubungan antara nefrolitiasis dan infeksi saluran kemih
adalah kompleks dan sulit dianalisis baik secara fisiopatologi maupun
dari sudut pandang klinisnya. Saat ini, kebanyakan penelitian lebih
fokus pada bakteri yang membantu perkembangan terjadinya batu di
ginjal. Secara khusus, batu ginjal terdiri atas 2 kelompok besar, yaitu: (6)
batu kalsium yang dikarakteristikkan dengan batu oksalat dan batu
fosfat
batu non-kalsium yang terdiri dari batu urat, batu cystine, batu
bentuk jarang, batu yang infeksius, batu yang terdiri dari trifosfat,
amonium, dan magnesium (batu struvit).
4. Etiopatogenesis
Batu dapat terbentuk bila dijumpai satu atau beberapa faktor
pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan
batu. Orang yang normal dapat mengekskresikan nukleus kristal kecil.
Proses pembentukan batu dimungkinkan dengan kecenderungan
ekskresi agregat kristal yang lebih besar dan kemungkinan sebagai
kristal kalsium oksalat dalam air kemih. Diperkirakan bahwa agregasi
kristal menjadi cukup besar sehingga tertinggal dan biasanya ditimbun
pada duktus kolektivus akhir yang selanjutnya timbunan akan
membesar. Pengendapan ini diperkirakan timbul pada bagian sel epitel
yang mengalami lesi. Kelainan ini disebabkan oleh kristal sendiri. (4)
16
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko pembentukan
batu : (7)
1. Konsentrasi mineral yang tinggi dalam urin, khususnya kalsium
2. Menghabiskan waktu untuk bekerja pada suasana yang panas
sehingga terjadi dehidrasi
3. Penyebab biokimia, seperti : hiperkalsiuria, hipositraturia,
hiperurikosuria
4. Abnormalitas struktural, seperti : obstruksi pelviureteric junction
5. Faktor diet
Infective nephrolithiasis diperkirakan sebagai akibat dari infeksi
saluran kemih dengan bakteri. Pada sebagian besar kasus, kebanyakan
berasal dari genus proteus yang memproduksi urease, sebuah enzim
yang dapat memecah urea dalam urin sehingga meningkatkan pH urin
dan menyebabkan presipitasi dan agregasi kristal struvit. Salah satu
bentuk batu infektif yang paling sering adalah batu staghorn yang
mengisi renal pelvis.(6)
Gambar 5. Peranan genus proteus dalam proses terjadinya batu (6)
17
5. Diskusi Radiologi
Pemeriksaan pencitraan pada traktus urinarius dapat dilakukan
dengan berbagai macam modalitas.
1. Foto BNO
Pada tahap awal pemeriksaan radiologis traktus urinarius,
dibutuhkan foto BNO untuk menilai dengan baik apakah ada
abnormalitas pada tulang-tulang; batas-batas soft tissue dari hati, limfe,
dan regio psoas; dan keadaan gas pada usus; dan juga ada atau tidaknya
kalsifikasi. Pada kasus tertentu, seperti pada kasus kali ini, secara khusus
kita harus memperhatikan kalsifikasi pada regio dimana ginjal, ureter
dan vesica urinaria berada (9)
Gambar 6. Foto BNO Pasien Laporan Kasus
- Udara usus terdistribusi sampai ke distal kolon
18
- Tidak tampak distal loop-loop usus, dan gambaran herring bone
- Tampak bayangan radioopaq pada regio paravertebra setinggi CV
L3 dan L4 dengan ukuran 0,1 x 0,1 cm
- Kedua psoas line dan preperitoneal fat line intak
- Tampak osteofits pada aspek lateral CV L3-L4 (spondylosis
lumbalis), tulang-tulang lainnya intak
Pada foto BNO pasien tampak gambaran radioopak pada
paravertebra kanan setinggi CV L3 dan L4 dengan ukuran 0,1 x 0,1 cm.
Gambaran radioopak pada regio ini bisa berarti ada batu pada ureter.
Sedikit yang dapat diperoleh dengan mencoba menebak komposisi
kimia dari batu opak dengan melihat densitasnya. Beberapa referensi,
bagaimanapun, dapat dipakai untuk kepentingan radiologi. Kalkuli
oksalat biasanya lebih padat daripada tulang; batu sistin umumnya
kurang padat dari tulang rusuk yang berdekatan atau processus
transversus dan memberi ground-glass appearance, dan batu asam urat
murni yang radiolusen. Kalsifikasi papila sloughed dari nekrosis papiler
mungkin menunjukkan karakteristik yang bebentuk segitiga dengan
cincin kalsium. Batu di ureter dapat sangat sulit untuk ditemukan
mengingat fakta bahwa sepertiga dari ureter dapat berada di atas tulang.
Sebuah batu seringkali hanya ditemukan ketika IVU menunjukkan hold-
up dari media kontras dalam ureter, dan penilaian kedua kemudian
dilihat pada foto BNO (2)
19