Click here to load reader
Upload
helmifkua07
View
97
Download
22
Embed Size (px)
DESCRIPTION
E
Citation preview
DEFINISI E.S.O MENURUT WHOTiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan, yang terjadi pada dosis yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapiMONITORING EFEK SAMPING OBATAspek yang harus dipertimbangkan dalam pemakaian obat adalah: 1. Efektivitas 2. Keamanan 3. Mutu 4. Rasional 5. HargaAspek keamanan tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya efek samping obat (E.S.O)
Masalah ESO
persentase terus meningkat akibat jumlah obat yang beredar semakin banyak tanpa disertai informasi yang proporsional
ADANYA E.S.O AKAN MENAMBAH MASALAH DALAM HAL:Morbiditas → Penderitaan
Perawatan/ → Pekerjaan dan perpanjangan penyerapanmasa perawatan dana & fasilitas
obat yg sering dilaporkan pada Negara berkembang
aspirin, NSAID, anti-influenza, digoxin, anti-coagulan, diuretik, antimikroba, glukokortikoid, antineoplasma, ADO + insulin (90 %)
OBAT ANTI INFLAMASI NON-STEROID
Fungsi
ANALGETIK,
ANTIPIRETIK,
ANTI INFLAMASI
OAINS : POTENSIAL
- Nyeri
- Radang
Bukti :
DUNIA : 30 Juta orang / hari
AS : 70 Juta resep / tahun, 15 Juta orang penggunaan kronik
INGGRIS : 20% pasien dokter umum
IRONIS : Efektifitas selalu diiringi efek samping
EFEK SAMPING OAINS
TGI - Diare, Mual, Erosi, Pendarahan, Ulserasi,
GINJAL - Retensi Na+ ,Kerusakan Ginjal, Udem.
S S P - Pusing,Sakit Kepala, Gangguan Penglihatan dan
Pendengaran
KULIT - Eksatema, Alergi
HATI - Aktivitas Transaminase, Aktivitas Alkaliposfatase
DARAH - Trombopenia, Leukopenia
UTERUS - Kontraksi Dihambat
PERNAFASAN - Bronkokonstriksi
KEBIASAAN YANG MEMPERBERAT EFEK SAMPING PADA SALURAN CERNA
1. PENGGUNAAN BERSAMA KORTIKOSTEROID
2. PENGGUNAAN BERSAMA OAINS LAIN
3. MEROKOK
4. STRESS
5. ALKOHOL
6. KOPI
7. MAKANAN DAN MINUMAN YANG MENURUNKAN pH CAIRAN LAMBUNG
8. CABE
9. VITAMIN C
2. Steroid
Penggunaan steroid
Penyakit-Penyakit Rematik
Penyakit Ginjal (SN)
Penyakit Alergi
Asma Bronkial
Infeksi (TB Paru)
Penyakit Mata
Penyakit Kulit
Penyakit GI (Kolitisulseratif kronis, crohn desease)
Penyakit hati (Autoimun)
Hematologi(ITP)
Udema Otak
Shock dengan defisiensi kortisol
Penakit lain (saikoidosis, SGB)
Transplantasi
Stroke dan trauma cord spina
Dll.
EFEK SAMPING PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID
Tempat Macam efek samping
1. Saluran cerna
2. Otot
3. Susunan saraf pusat
4. Tulang
5. Kulit
6. Mata
7. Darah
8. Pembuluh darah
9. Kelenjar adrenal bagian kortek
10. Metabolisme protein, KH dan lemak
11. Elektrolit
Hipersekresi asam lambung, mengubah proteksi gaster, ulkus peptikum/perforasi, pankreatitis, ileitis regional, kolitis ulseratif.
Hipotrofi, fibrosis, miopati panggul/bahu.
Perubahan kepribadian (euforia, insomnia, gelisah, mudah tersinggung, psikosis, paranoid, hiperkinesis, kecendrungan bunuh diri), nafsu makan bertambah.
Osteoporosis,fraktur, kompresi vertebra, skoliosis, fraktur tulang panjang.
Hirsutisme, hipotropi, strie atrofise, dermatosis akneiformis, purpura, telangiektasis.
Glaukoma dan katarak subkapsular posterior
Kenaikan Hb, eritrosit, leukosit dan limfosit
Kenaikan tekanan darah
Atrofi, tidak bisa melawan stres
Kehilangan protein (efek katabolik), hiperlipidemia,gula meninggi, obesitas, buffalo hump, perlemakan hati.
Retensi Na/air, kehilangan kalium (astenia, paralisis, tetani, aritmia kor)
Menurun, rentan terhadap infeksi, reaktivasi Tb dan herpes simplek, keganasan dapat timbul.
12. Sistem immunitas
Mata
Pemberian KS sistemik dan topikal dapat menimbulkan efek samping berupa katarak, glaukoma, dan yang lebih jarang seperti emboli retina, makulopati serta infeksi.8
Mekanisme terjadinya katarak akibat penggunaan KS masih belum jelas dan meliputi peningkatan kadar glukosa, disebabkan karena meningkatnya glukoneogenesis; hambatan Na+/K+
ATPase; meningkatnya permeabilitas kation; hambatan glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD); hambatan sintesis RNA; hilangnya ATP; dan ikatan kovalen steroid pada protein lensa.8
Penggunaan KS sistemik dan lokal dapat berhubungan dengan meningkatnya insiden hipertensi ocular. Sebanyak 30% pasien yang mendapatkan tetes mata deksametason selama 4 minggu, ditemukan peningkatan okular.8 Kortikosteroid menstabilkan membran lisosom goniosit yang menyebabkan terjadinya akumulasi glikosaminoglikan polimerisasi dalam trabecular meshworks (TM) sehingga meningkatkan resistensi outflow. Kortikosteroid menyebabkan peningkatan ekspresi kolagen, elastin dan fibronektin dalam TM dan menginduksi ekspresi sialoglikoprotein. Kortikosteroid juga menghambat fagositosis sel endotel, yang menyebabkan penumpukan debris dalam TM. Mutasi gen myocilin menghasilkan pembentukan produk gen abnormal yang ketika diproduksi dalam konsentrasi besar akan menyebabkan tersumbatnya TM dan peningkatan tekanan intra okular. Kortikosteroid mempengaruhi morfologi TM dengan peningkatan sintesis retikulum endoplasmik, kompleks golgi, vesikel sekretori, dan peningkatan ukuran nuklear dan sel.10
Muskuloskeletal
Efek samping KS jangka panjang pada muskuloskeletal meliputi osteoporosis, osteonekrosis dan miopati.
Osteoporosis
Penggunaan KS jangka panjang dapat meningkatkan terjadinya osteoporosis dan resiko terjadinya patah tulang terutama pada vertebra dan femur proximal. Sebanyak 30-50% fraktur akibat osteoporosis terjadi pada pasien yang mendapatkan KS jangka panjang. Banyak penelitian yang menunjukkan hubungan penggunaan KS dengan pengaruhnya terhadap densitas tulang. Kelainan mulai terjadi pada 6 bulan pertama dan diperkirakan berlanjut selama KS digunakan.7 Mekanisme terjadinya osteoporosis adalah multifaktorial yaitu, berkurangnya aktivitas osteoblast sehingga mempengaruhi pembentukan tulang, meningkatnya resorbsi tulang sehingga
berpengaruh terhadap aktivitas osteoklas. Kejadian patah tulang pada individu yang mengkonsumsi steroid adalah antara 10%-20% dan faktor resiko yang mempengaruhinya adalah usia di bawah 15 tahun dan lebih dari 50 tahun, early menopause atau wanita amenore, kaheksia, mobilitas terbatas, pengkonsumsi alkohol, perokok, rendah asupan kalsium, dan ada riwayat patah tulang sebelumnya.7,11 Untuk pemakaian KS >3 bulan dilakukan pemeriksaan densitas tulang, pemberian kalsium 1500 mg/hari dan vitamin D 400 unit dua kali sehari.3
Osteonekrosis
Osteonekrosis yang dikenal sebagai nekrosis avaskular juga merupakan efek samping dari KS sistemik. Faktor risiko dari osteonekrosis adalah trauma fisik, konsumsi alkohol berlebih, merokok, dan meningkatnya kadar trigliserida. Insiden osteonekrosis akibat KS meningkat berhubungan dengan riwayat transplantasi ginjal sebelumnya, pasien dengan SLE, konsumsi alkohol, ada gangguan metabolisme lipid.6 20% pasien dengan osteonekrosis memiliki gambaran X-rays yang normal, maka dari itu dilakukan pemeriksaan bone scan dan magnetic resonance imaging (MRI). Pasien juga rutin ditanyakan mengenai keterbatasan gerak sendi dan rasa nyeri yang dirasakan.3
Steroid miopati
Katabolisme protein akibat penggunaan KS dapat menyebabkan berkurangnya massa otot, sehingga menimbulkan kelemahan otot dan miopati. Miopatik biasanya terjadi pada otot proksimal lengan dan tungkai, bahu dan pelvis, dan pada pengobatan dengan dosis besar. Pada miopati yang terjadi adalah hambatan uptake glukosa pada otot skeletal sehingga terjadi pemecahan protein otot. Kortikosteroid bekerja secara langsung pada protein otot dengan stimulasi degradasi protein dan menghambat sintesis protein.8
3.Metabolisme dan sistem endokrin
Efek KS terhadap metabolisme dan sistem endokrin meliputi gangguan dalam metabolisme glukosa, yang dapat menyebabkan terjadinya diabetes, hiperlipidemia, dan insufesiensi adrenal.8
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemi. Beberapa mekanisme dalam timbulnya hiperglikemi dan steroid-induced diabetes meliputi penurunan sensitivitas insulin perifer, peningkatan produksi glukosa hepatik, dan inhibisi sekresi serta produksi insulin pankreatik.6 Hiperlipidemia adalah efek samping KS yang sering dijumpai. Pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan rendah lemak dan kalori.8
Penggunaan KS jangka panjang, yaitu lebih dari 1 tahun dapat berefek pada aksis hipotalamus pituitary adrenal. Gejala yang dirasakan adalah letargi, lemah, nausea, anoreksia, demam,
orthostatic hypotension, hipoglikemi, dan penurunan berat badan. Selain itu, supresi terhadap aksis hipotalamus pituitary adrenal dapat menyebabkan Cushing syndrome (moon face, buffalo hump, obesitas sentral), insufesiensi adrenal, dan gangguan pertumbuhan.8
4. Sistem kardiovaskular
Hipertensi dan dislipidemia adalah efek samping yang juga disebabkan KS. Mekanisme glucocorticoid-induced hypertension belum diketahui secara jelas, namun berhubungan dengan vasokonstriksi (dari katekolamin dan hambatan vasodilator), retensi natrium, dan ekspansi volume intravaskular.6,8
Sistem saraf pusat
Perubahan mood dan gangguan kognitif dapat terjadi pada penggunaan KS sistemik. Hipomania dan mania adalah gejala awal yang sering terjadi, dan dapat berkelanjutan menjadi depresi. Pemberian antipsikotik, anti kejang, dan anti depresan dapat membantu mengembalikan perubahan mood.3
Sistem gastrointestinal
Efek samping terhadap gastrointestinal berupa ulkus peptikum, kandidiasis, dan pankreatitis. Belum ada mekanisme jelas mengenai ulkus peptikum akibat efek samping KS. Namun, penelitian yang dilakukan pada hewan menunjukkan bahwa KS dapat meningkatkan sekresi asam lambung, mengurangi mukus lambung, dan menyebabkan hiperplasia sel parietal dan sel gastrin. Ada beberapa faktor risiko terjadinya ulkus peptikum, seperti ada riwayat ulkus peptikum sebelumnya, merokok, konsumsi alkohol dan obat-obatan.11
Sistem imun
Efek samping KS adalah meningkatnya risiko terhadap segala jenis infeksi dan risiko reaktivasi tuberkulosis (TB) laten serta insiden terhadap varisela.11 Inhibisi sistem imun spesifik dan reaksi inflamasi merupakan target utama dari pengobatan KS.8
Kulit
Baik KS topikal maupun sistemik sama-sama dapat menimbulkan efek samping ke kulit. Kelainan pada kulit yang dijumpai berupa purpura, telengiektasis, atropi, striae, pseudoscars, dan reaksi akne formis atau acne rosacea. Kortikosteroid sistemik dapat menginduksi terjadinya akne atau folikulitis dengan beragam papulopustul pada dada, dan punggung. Akne vulgaris dapat semakin memburuk ketika terapi KS dilanjutkan, walupun KS memiliki efek anti-inflamasi. Akne formis atau acne rosacea dapat terjadi akibat penggunaan KS inhalasi atau akibat penggunaan KS topikal.6
Antibiotika
Contoh Amoksisilin
Indikasi : Infeksi saluran kemih, otitis media,sinusitis, bronkitis kronis, salmonelosis,gonorrhoe, juga untuk profilaksisendokarditis dan terapi tambahan
Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah diare/faeces yang encer (9%), mual (3%), kemerahan kulit dan urtikaria (3%), muntah (1%) dan vaginitis (1%). Sistem hemopoietik dan limfotik : anemia, trombositopenia, trombositopenik purpura, eosinofilia, leukopenia dan agranulositosis.
Susunan Saraf Pusat : Hiperaktif, agitasi, ansietas, insomnia, konfusi, kejang, perubahan perilaku, pening.Kulit : Acute exanthematous pustulosis, rash, erytema multiform, sindrom stevens-johnson, dermatitis, tixic ephidermal necrolisis, hypersensitif vasculitis, urticaria.GI : Mual, muntah, diare, hemorrhagic colitis, pseudomembranous colitis, hilangnya warna gigi.Hematologi : Anemia, anemia hemolitik, trombisitopenia, trombositopenia purpura, eosinophilia, leukopenia, agranulositosi.Hepatic : AST (SGOT) dan ALT (SGPT) meningkat, cholestatic joundice, hepatic cholestatis, acute cytolitic hepatitis.Renal : Cristalluria
Penggunaan antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak tepat dapat menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti:
1. Sensitasi / hipersensitif
Banyak obat setelah digunakan secara lokal dapatmengakibatkan kepekaan yang berlebihan, kalau obat yang samakemudian diberikan secara oral atau suntikan maka adakemungkinan terjadi reaksi hipersentitiv atau allergi sepertigatal-gatal kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebihhebat lagi dapat terjadi syok, contohnya Penisilin dan Kloramfenikol. Guna mencegah bahaya ini maka sebaiknyasalep-salep menggunakan antibiotika yang tidak akan diberikansecara sistemis (oral dan suntikan).
2.Resistensi
Jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atauwaktu terapi kurang lama, maka hal ini dapat menyebabkanterjadinya resistensi artinya bakteri tidak peka lagi terhadap obatyang bersangkutan. Untuk mencegah resistensi, dianjurkanmenggunakan kemoterapi dengan dosis yang tepat atau denganmenggunakan kombinasi obat.
3.Super infeksi
Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimanasifat dan penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksiyang pertama. Supra infeksi terutama terjadi pada penggunaanantibiotika broad spektrum yang dapat mengganggukeseimbangan antara bakteri di dalam usus saluran pernafasandan urogenital.Spesies mikroorganisme yang lebih kuat atau resisten akan kehilangan saingan, dan berkuasa menimbulkan infeksi barumisalnya timbul jamur Minella albicans dan Candida albicans .Selain antibiotik obat yang menekan sistem tangkis tubuh yaitukortikosteroid dan imunosupressiva lainnya dapat menimbulkansupra infeksi. Khususnya,anak-anak dan orangtua sangat mudahdijangkiti supra infeksi ini.
Urticaria secondary to penicillin.
4. AntiHipertensi
Diuretik
Contohdiuretika
Thiazide, misalnyaHCT
Diuretikakuat, misalnyafurosemid(lasix)
Diuretikahematkalium(potassium sparing diuretics),
Toksisitas diuretika
Hipokalemia, kecuali pada diuretika hematkalium
Hipomagnesia
Impair glucose tolerance
Peningkatan konsentrasi lemak serum
Peningkatan konsentrasi asam urat
Vasodilator, contoh
Hidralazin
Minoxidil
Nitroprussid
Calcium Channel Blockers (CCB), misalnyanifedipin, amlodipin, felodipin, dll)
Efek samping
Sakitkepala
Mual
Muntah
Jantungberdebar
flushing
PenghambatAngiotensin
Contoh obat
Misalnya captopril, enalapril, lisinopril atau losartan, valsartan
EfektoksikACE inhibitors
Hipotensi, biasanyaterjadipadadosisawalpemberianpadapenderitahipovelimikarenadiuretika, pembatasangaramdandiare
Hiperkalemia, padagangguanginjalataudiabetes
Batukkering, Angioedema (tidak pada ARB)
Tidakbolehdiberikanpadawanitahamiltrimester 2 dan3
Gambar Retina mata normal
Gambar 4. Multipel cotton wool spot (panah putih) dan perdarahan retina (panah hitam) dan papiledema.
5. Obat anti hiperglikemik oral
Indikasi Pemberian OHO
Kontrol kadar gula darah dan atau HbA1c tidak dapamencapai target dengan terapi non farmakologis Diabetes sesudah usia 40 tahun Diabetes diderita kurang dari 5 tahun Jika memakai insulin dosisnya <40 unit/hari Diberikan pada penderita diabetes dengan beratbadan normal atau lebih
Biguanid (Metformin)
Dosis 500-2000mg/hari (2-3X dosis), Diminum kapan saja tidak berhubungan makan
Efek samping
Menurunkan glukosa, tdak menyebabkan hipoglikemik Dengan kombinasi dg sulfonilurea, hipoglikemik terjadikrn pengaruh sulfonilurea Monoterapi -> me↓ glukosa darah puasa (60-70 mg/dl) dan A1C (1-2%) Pemakaian tunggal -> me↓glukosa darah 20% Tidak mnyebabkan kenaikan berat badan Gangguan pencernaan, antara lain mual, muntah, diare ringan. Anoreksia. Asidosis laktat,
terutama terjadi pada penderita gangguan ginjal dan/atau hati, atau pada peminum alkohol. Gangguan penyerapan vitamin B12.
Sulfonilurea (Glibenklamid)
Diminum 30’ -15’sebelum makan Rash, sering pada generasi pertama (tolbutamid &khlorpropamid) Dispepsia & mual BB naik (efek anabolik karena peningkatan sirkulasiinsulin) Hipoglikemia (terutama pada lansia o.k. khorpropamid& glibenklamid (10% angka kematian) Ikterik kolestatik (gangguan fungsi hati) & penekanansumsum tulang (jarang) Hati-hati pada pasien IHD (menutup ATP-K+ channel jantung prekondisi iskhemik).
Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi . (Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992).Sesuai Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi. yang dimaksud dengan golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek (obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter diapotek, diserahkan oleh apoteker), obat keras, psikotropika dan narkotika. Untuk obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter maka pada kemasan dan etiketnya tertera tanda khusus.
Penggolongan Obat berdasarkan jenisnya dibagi menjadi :
1. Obat Bebas
Obat bebas sering juga disebut OTC (Over The Counter) adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Parasetamol, vitaminObat bebas ini dapat diperoleh di toko/warung, toko obat, dan apotik.
2. Obat Bebas Terbatas (Daftar W: Warschuwing)
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. disertai tanda peringatan dalam kemasannya:P1. Awas! Obat Keras. Bacalah Aturan Memakainya.P2. Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelanP3. Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dan badan.P4. Awas! Obat Keras. Hanya Untuk Dibakar.P5. Awas! Obat Keras. Tidak Boleh Ditelan.P6. Awas! Obat Keras. Obat Wasir, jangan ditelan.
Contoh obat : CTM, Antimo, nozaObat bebas terbatas dan obat bebas disebut juga OTC (over the counter)Obat bebas terbatas ini dapat diperoleh di toko obat, dan apotik tanpa resep dokter.
3. Obat Keras (Daftar G : Gevarlijk : berbahaya)
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Asam Mefenamat, semua obat antibiotik (ampisilin, tetrasiklin, sefalosporin, penisilin, dll), serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat diabetes, obat penenang, dll) Obat keras ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter.
4. Obat Psikotropika dan Narkotika (Daftar O)
a. PsikotropikaObat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital, ekstasi, sabu-sabu Obat psikotropika ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter.
b. Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, PetidinNarkotika digolongkan menjadi 3 golongan :
Narkotika golongan I
Contohnya : Tanaman Papaver Somniferum L kecuali bijinya, Opium mentah, Opium masak, candu, jicing, jicingko, Tanaman koka, Daun koka, Kokain mentah, dll
Narkotika golongan II
Contohnya : Alfasetilmetadol, Alfameprodina, Alfametadol, Alfaprodina, dll
Narkotika golongan III
Contohnya : Asetildihidrokodeina, Dekstropropoksifena, Dihidrokodeina, Etilmorfina, dll
Obat narkotika ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter
Lebih jelasnya lihat 5 artikel Narkotika, Penggolongan Narkotika, dan Narkotika golongan I, II, III dan UU Narkotika No. 35 thn 2009 di : LABEL NARKOTIKA
Sumber: Depkes RI (2006) Bina kefarmasian dan kemendiknas RI, Farmasetika dasar, IMO dll