15
Benturan keempat terjadi dari 11-5 Ma (Miosen akhir-Pliosen paling awal) ketika mikro-kontinen Buton-Tukang Besi dan Banggai- Sula membentur ofiolit Sulawesi Timur. Kedua mikro-kontinen ini terlepas dari Kepala Burung Papua dan bergerak ke barat oleh Sesar Sorong. Benturan ini telah membentuk jalur lipatan dan sesar Buton di selatan Sulawesi Timur dan Jalur Batui di daerah benturan Banggai dan Sulawesi Timur. Kedua benturan ini telah diikuti tectonic escapes pascabenturan dalam bentuk-bentuk rotasi lengan-lengan Sulawesi, pembentukan sesar-sesar menndatar besar Palu-Koro, Kolaka, Lawanopo, Hamilton, Matano, dan Balantak, dan pembukaan Teluk Bone. Gerak sesar-sesar mendatar ini di beberapa tempat telah membuka cekungan-cekungan koyakan (pull-apart basin) akibat mekanisme trans-tensional seperti danau-danau Poso, Matano, Towuti juga Depresi Palu.

Banggai Sula-tukang Besi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Geologi Indonesia Bagian Timur

Citation preview

Page 1: Banggai Sula-tukang Besi

Benturan keempat terjadi dari 11-5 Ma (Miosen akhir-Pliosen paling awal) ketika mikro-

kontinen Buton-Tukang Besi dan Banggai-Sula membentur ofiolit Sulawesi Timur. Kedua

mikro-kontinen ini terlepas dari Kepala Burung Papua dan bergerak ke barat oleh Sesar Sorong.

Benturan ini telah membentuk jalur lipatan dan sesar Buton di selatan Sulawesi Timur dan Jalur

Batui di daerah benturan Banggai dan Sulawesi Timur. Kedua benturan ini telah diikuti tectonic

escapes pascabenturan dalam bentuk-bentuk rotasi lengan-lengan Sulawesi, pembentukan sesar-

sesar menndatar besar Palu-Koro, Kolaka, Lawanopo, Hamilton, Matano, dan Balantak, dan

pembukaan Teluk Bone. Gerak sesar-sesar mendatar ini di beberapa tempat telah membuka

cekungan-cekungan koyakan (pull-apart basin) akibat mekanisme trans-tensional seperti danau-

danau Poso, Matano, Towuti juga Depresi Palu.

Gambar 2. Tectonic escape pascabenturan Banggai-Sula dicirikan oleh banyak hal : rotasi

lengan-lengan Sulawesi, pembukaan Teluk Bone, dan pembentukan sesar-sesar mendatar besar

yang memotong pulau ini. Escape tectonics di Sulawesi merupakan gambaran ideal model yang

dikemukakan Molnar dan Tapponnier (1982) dan Tapponnier dkk. (1982). Panah hitam adalah

arah benturan, panah kosong adalah arah escape (Satyana, 2006)

Page 2: Banggai Sula-tukang Besi

GEOLOGI BANGGAI SULA DAN TUKANG BESI

Kerangka Tektonik

Konsep escape tectonics (extrusion tectonics) yang dikemukakan oleh Molnar dan Tapponnier

(1975), Tapponnier dkk. (1982), dan Burke dan Sengör (1986) dicoba diterapkan di Indonesia

(Satyana, 2006). Escape tectonics adalah konsep tektonik yang membicarakan terjadinya gerak

lateral suatu blok geologi menjauhi suatu wilayah benturan di benua dan bergerak menuju

wilayah bebas di samudra. Karena itu, peneyebutan konsep tektonik ini lebih sesuai bila disebut :

post-collisional tectonic escape (gerak lateral menjauh pascabenturan). Eksplorasi hidrokarbon

di wilayah Indonesia membantu menunjukkan bukti-bukti bahwa telah terjadi escape tectonics

di Indonesia. Secara singkat bisa dikatakan, zone benturan dicirikan oleh jalur sesar-lipatan yang

ketat, sementara hasil escape tectonics dicirikan oleh sesar-sesar mendatar regional, sesar-sesar

normal, dan retakan-retakan atau pemekaran kerak Bumi.

Awang H. Satyana (2007) mengidentifikasi lima peristiwa benturan di Indonesia yang

membentuk atau mempengaruhi sejarah tektonik Indonesia sepanjang Kenozoikum. Benturan

pertama adalah benturan India ke Eurasia yang terjadi mulai 50 atau 45 Ma (Eosen awal-tengah).

Benturan ini telah menghasilkan Jalur Lipatan dan Sesar Pegunungan Himalaya yang juga

merupakan suture Indus. Benturan ini segera diikuti oleh gerakan lateral Daratan Sunda

(Sundaland) ke arah tenggara, sebagai wujud escape tectonics, diakomodasi dan

dimanifestasikan oleh sesar-sesar mendatar besar di wilayah Indocina dan Daratan Sunda,

pembukaan Laut Cina Selatan, pembentukan cekungan-cekungan sedimen di Malaya, Indocina,

dan Sumatra, dan saat ini oleh pembukaan Laut Andaman. Sesar-sesar ini terbentuk di atas dan

menggiatkan kembali garis-garis suture akresi batuandasar berumur Mesozoikum di Daratan

Sunda. Sesar-sesar besar hasil escape tectonics ini adalah : Sesar Red River-Sabah, Sesar Tonle-

Page 3: Banggai Sula-tukang Besi

Sap-Mekong (Mae Ping), Sesar Three Pagoda-Malaya-Natuna-Lupar-Adang, dan Sesar

Sumatra.

Benturan kedua terjadi pada sekitar 25 Ma (Oligosen akhir) ketika sebuah busur kepulauan

samudra yang terbangun di tepi selatan Lempeng Laut Filipina berbenturan dengan tepi utara

Benua Australia di tengah Papua sekarang. Benturan ini menghasilkan jalur lipatan dan sesar

Pegunungan Tengah Papua dan segera diikuti oleh escape tectonics berupa sesar-sesar mendatar

besar dan pembentukan cekungan akibat runtuhan (collapse) di depan zone benturan. Sesar-sesar

besar tersebut adalah Sesar Sorong-Yapen (bagian awalnya), Sesar Waipoga, Sesar Gauttier, dan

Sesar Apauwar-Nawa. Pembukaan daerah cekungan (basinal area) Papua Utara (termasuk di

dalamnya Cekungan Waipoga, Waropen, Biak, Jayapura) dan Cekungan Akimeugah di selatan

zone benturan Pegunungan Tengah Papua, terbentuk akibat runtuhan untuk mengkompensasi

tinggian akibat benturan. Sesar-sesar mendatar yang terbentuk juga mempengaruhi pembentukan

cekungan-cekungan ini.

Benturan ketiga adalah benturan antara mikro-kontinen Kepala Burung dengan badan Papua

pada sekitar 10 Ma (Miosen akhir). Jalur lipatan dan sesar Lengguru menandai benturan ini.

Sesar-sesar mendatar yang menjauh dari zone benturan ini seperti Tarera-Aiduna, Sorong,

Waipoga, dan Ransiki menunjukkan escape tectonics pascabenturan. Cekungan Bintuni yang

terletak di sebelah barat Jalur Lengguru merupakan foreland basin yang terbentuk sebagai akibat

post-collision extensional structure.

Benturan keempat terjadi dari 11-5 Ma (Miosen akhir-Pliosen paling awal) ketika mikro-

kontinen Buton-Tukang Besi dan Banggai-Sula membentur ofiolit Sulawesi Timur. Kedua

mikro-kontinen ini terlepas dari Kepala Burung Papua dan bergerak ke barat oleh Sesar Sorong.

Benturan ini telah membentuk jalur lipatan dan sesar Buton di selatan Sulawesi Timur dan Jalur

Batui di daerah benturan Banggai dan Sulawesi Timur. Kedua benturan ini telah diikuti tectonic

escapes pascabenturan dalam bentuk-bentuk rotasi lengan-lengan Sulawesi, pembentukan sesar-

sesar menndatar besar Palu-Koro, Kolaka, Lawanopo, Hamilton, Matano, dan Balantak, dan

pembukaan Teluk Bone. Gerak sesar-sesar mendatar ini di beberapa tempat telah membuka

cekungan-cekungan koyakan (pull-apart basin) akibat mekanisme trans-tensional seperti danau-

danau Poso, Matano, Towuti juga Depresi Palu.

Page 4: Banggai Sula-tukang Besi

Benturan terakhir mulai terjadi pada sekitar 3 Ma (pertengahan-Pliosen) ketika tepi utara Benua

Australia berbenturan dengan busur Kepulauan Banda. Benturan ini telah membentuk jalur

lipatan dan sesar foreland sepanjang Timor, Tanimbar sampai Seram. Di wilaya Seram, jalur ini

juga banyak dipengaruhi oleh benturan busur Seram dengan mikro-kontinen Kepala Burung.

Pembukaan lateral juga terjadi mengikuti benturan busur-benua ini, pembukaan ini adalah

manifestasi tectonic escape. Sesar-sesar mendatar besar terbentuk hampir sejajar dengan

orientasi Pulau Timor. Pengalihan tempat mikro-kontinen Sumba dan pembentukan serta

pembukaan Cekungan Weber, Sawu, dan Laut Banda dapat berhubungan dengan escape

tectonics pascabenturan ini melalui mekanisme extensional structure atau collapse yang

mengikuti arc-continent collision. Kasus-kasus di Indonesia ini menunjukkan bahwa tectonic

escapes adalah gejala dan proses yang penting dalam evolusi wilayah konvergen seperti

Indonesia. Konsep escape tectonics memberikan kontribusi penting untuk pemahaman

bagaimana benua terbangun dan terpotong-potong.

Banggai-Sula Mikrokontinen merupakan bagian dari benua Australia Utara – New

Guinea. Selama zaman Mesozoic Lempeng mikro Banggai-Sula terpisah dan bergerak kearah

barat Lempeng Asia. Periode extensional ini dicirikan dengan sebuah fase transgresi klastika

jurasik dari daratan ke laut dangkal yang berada diatas anoxic shale laut dalam. Secara utama

proses sedimentasi passive margin terjadi dalam Cretaceous hingga Tersier selama

pergerakannya kearah barat.

Collision dari Banggai-Sula dengan Lempeng Asia terjadi dari Miosen Tengah hingga

Pliosen dan dihasilkan dalam kerak samudra Asia, Sulawesi ophiolite, sedang ditekan menuju

timur pada Lempeng mikro Banggai-Sula. Episode compressive merupakan hal yang

mengakibatkan terjadinya struktur sesar yang muncul di paparan Taliabu. Mengikuti aktivitas

pensesaran dan pengangkatan dari Sulawesi timus, kearah timur dihubungkan dengan

pengendapan molasses yang dimulai pada Pliosen awal. Sedimen molasses pada periode Pliosen

dan Pleistosen, mengalami progradasi kearah timur mengisi area cekungan hingga ke bagian

barat pulau Peleng.

Page 5: Banggai Sula-tukang Besi

Gambar 1. Peta Lokasi Cekungan Banggai

Di bagian utara Banggai-Sula mikrokontinen merupakan batasan dengan lempeng laut

Maluku. Sedimen yang terdeformasi menunjukan bukti obduksi menuju north-dipping bagian

Mesozoik hingga Tersier. Sequence yang terdeformasi mungkin menjadi bagian yang tersusun

atas sedimen imbrikasi dari batuan asal Banggai-Sula tapi lebih menyerupai sebuah mélange

tektonik yang menutupi laut Maluku. Jauh ke utara diketahui kandungan sedimen yang

berasosiasi dengan batuan ultrabasa dan batuan vulkanik.

Page 6: Banggai Sula-tukang Besi

Gambar 2. Keadaan Tektonik pada Cekungan Banggai.

Ditempat lain, sesar normal periode Pliosen akhir hingga Pleistosen diakibatkan bagian

dari gaya tekanan compressive awal, dihasilkan dari subsidence pada selat Peleng. Kompleks

Collisi / terusan sabuk diinterpretasikan terbentuk sebagai suatu hasil dari proses kolisi, yang

terjadi selama Kala Miosen, dari Lempeng Mikro Kontinen Banggai-Sula dan sebuah Busur

vulkanik Tersier, yang membentuk daerah yang dikenal sebagai Sulawesi Tengah pada saat ini.

Proses Collisi menghasilkan lipatan yang mempengaruhi daerah disekitarnya, penujaman, dan

imbrikasi dari sedimenter, dan juga pada ubduksi dari salah satu massa ophiolit terbesar di dunia,

yakni Sabuk Ophiolit Sulawesi Bagian Timur.

Lempeng Mikro Kontinen Banggai-Sula diinterpretasikan mempunyai lokasi awal yang jauh ke

arah timur dari lokasinya yang sekarang, dipredeksikan di dekat daerah New Guinea Bagian

Tengah, dan membentuk Lempeng Kontinen Mayor dari Australia-New Guinea, dimana

lempeng ini sendiri terbentuk sebagai hasil dari proses pemisahan dari Gondwana, yang terjadi

selama Masa Mesozoikum. Pada saat proses pemisahan berlangsung, lempeng mikro mengalami

pemekaran ke arah barat, dan subduksi kerak oceanic yang cenderung ke arah barat,

Page 7: Banggai Sula-tukang Besi

berhubungan dengan bagian tepi dari lempeng mikro yang dikenal pada saat sekarang ini dengan

Sulawesi Barat.

Inisial sedimentasi yang berada di atas basement batuan beku atau metamorfik dari Lempeng

mikro Banggai-Sula yang berumur Paleozoikum Akhir dimulai dari sedimen laut dangkal hingga

laut dalam, sedimen klastik berumur Jura, sedimen khas hasil pemisahan, batas pemekaran

sikuen. Batupasir laut dangkal dan material lempung dijumpai pada daerah Peleng Timur dan

fasies laut dalam, termasuk turbidit, dijumpai pada daerah bagian barat dari Sulawesi Timur.

Sedimentasi pasif yang terjadi selama Zaman Kapur hingga Paleogen, sebagai hasil dari proses

pemekaran ke arah barat dari lempeng mikro yang berkesinambungan. Adanya singkapan yang

muncul di permukaan yang terbatas dan data well memperlihatkan bahwa sedimentasi karbonat

dimulai pada Kala Eosen pada bagian selatan dan barat dari wilayah ini, sementara di daerah lain

di bagian timur sedimentasi karbonat tidak jelas terjadi hingga Kala Miosen. Pada

suatu paparan (shelf) dengan kaberadaan karbonat yang ekstensif, dilokalisir oleh pertumbuhan

terumbu karang, mengelilingi wilayah Banggai Sula selama Kala Miosen.

Selama Kala Miosen Akhir hingga Pliosen Awal, collisi dari lempeng mikro dengan bagian luar,

busur non-vulkanik menghasilkan gaya kompresi yang mengarah ke timur, terobosan dan

imbrikasi dari sedimenter, dan obduksi dari ophiolit mulai dari tepian lempeng Asia ke Lempeng

Mikro Banggai-Sula. Plat Banggai-Sula bersama dengan sedimenter bagian atas pada akhirnya

merupakan plat yang yang berada di dalam overthrust sedimenter Tersier dan Mesozoik dan

batuan beku ultrabasa yang membentuk kompleks collisi pada saat ini. Bersama dengan sedimen

flysch, yang dihasilkan oleh proses erosi dari kompleks collisi, terjadi di depan dari penunjaman

bagian timur. Komponen utama dari sedimen ini adalah debris ophiolit.

1. Stratigrafi

Banggai Sula Mikrokontinen memiliki urutan stratigrafi yang diurutkan berdasarkan

umur dari Paleozoikum hingga Kuarter (Gambar.3).

Page 8: Banggai Sula-tukang Besi

Batuan alas (basement) merupakan basal klastik berumur Paleogen tipis (Eosen akhir-Oligosen

awal) dan batuan karbonat, dan dalam skala regional berupa batuan karbonat dan klastik

(Kelompok Salodik).

Pra Jurasik

Metamorphic Tanpa Nama

Basement berupa batuan metamorf terdiri atas slate, schist, dan gneiss yang mungkin

sudah mengalami proses deformasi pada periode Paleozoikum Atas. Selama Permian Akhir

hingga Triassic batuan granite bercampur dengan Basement. Tingkat metamofisme tinggi

dihasilkan oleh intrusi ini yang sebagiannya merupakan hornfel. Batuan alas (Basement) dari

Lempeng Mikro Banggai Sula terlihat dalam bentuk outcrop/singkapan di Pulau Peleng dan

beberapa singkapan yang terdapat di Tomori PSC, merupakan sekis primer yang terintrusi oleh

Granit berumur Perm hingga Trias.

Granit Banggai

Granit diperkirakan berumur Permian Akhir hingga Triassic. Terdapat bermacam-macam

intrusi di daerah ini, termasuk Orthoclase merah kaya granit, granadiorit, diorite kuarsa,

mikrodiorit, syenite porphiri, aplite dan pegmatite. Di Banggai dan Selatan Taliabu, granit

terlihat segar dan ini menjadi dalil kemunculannya relatif masih baru sebagai hasil dari proses

pengangkatan dan pensesaran. Terlihat jelas seperti pada pulai Kano, granit mengalami

pelapukan secara intensif, ini memungkinkan terjadi selama periode pembukaan benua yang

berasosiasi dengan rifting pada Jurassic Awal. Variasi outcrop dari batuan yang berumur

Mesozoikum terekam sebagai jendela tektonik di Cekungan Banggai, terutama pada sabuk

ophiolit. Batuan yang berumur Trias hingga Kapur terbentuk dan meliputi batugamping pelagic

dan batulempung, batugamping laut dangkal dan turbidit, dan batupasir. Keduanya merupakan

reservoir potensial dan batuan induk yang terekam. Diperkirakan sekitar 14.000 kaki dari

sedimen Tersier dikenali pada bagian tengah wilayah lepas pantai dari blok Tomori dari

Page 9: Banggai Sula-tukang Besi

interpretasi seismic. Sedimen-sedimen tersebut cenderung menebal secara signifikan kearah

barat dan barat daya.

Gambar 3. Stratigrafi Regional Cekungan Banggai.

Mangole Vulkanik

Muncul dengan ketebalan sekitar 1000m di Banggai, Taliabu, dan Mangole dan termasuk

didalamnya rhyolite, dasit, ignimbrite lithic tuff dan breksi pada Pulau Bangga yang

mengandung fragmen batuan metamorf. Sedimentasi karbonat terus berlangsung hingga zaman

Page 10: Banggai Sula-tukang Besi

Kuarter dan pengangkatan pada zaman recent secara ekstensiv memunculkan beberapa dari

endapan-endapan ini.

Formasi Luwuk/Peleng

Terbentuknya batugamping pada Formasi Luwuk dan Peleng ditemukan lebih banyak

pada Pulau Peleng. Tipe sedimen utama digambarkan sebagai karang konglomerat karena ini

terbentuk oleh campuran acak dari karang-karang yang hancur, molusca, algae dan foraminifera.

Pengendapan terjadi dibawah kondisi energy yang tinggi, dalam beberapa kasus kemungkinan

berasosiasi dengan lereng curam sesar aktif yang mengindikasikan seluruh wilayah tetap

menyisakan aktifitas geologi yang aktif.

Endapan Recent, Alluvium

Berupa lempung, lanau, pasir dan gravel yang berasosiasi dengan rawa-rawa, sungai dan

pantai yang muncul dalam lokasi yang bermacam-macam disekitar pesisir dan dekat bibir sung.

DAFTAR PUSTAKA

http://igedemahendrawijaya040590.blogspot.com/2012/09/geologi-regional-banggai-sula.html

Page 11: Banggai Sula-tukang Besi