bioavailabilitas

  • Upload
    rychieq

  • View
    36

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mengenai ketersediaan hayati

Citation preview

  • I. Bioavailabilyty (F)

    Bioavailabilitas atau ketersediaan hayati adalah persentase atau fraksi dari

    dosis yang mencapai sirkulasi sistemik pasien. Ada beberapa faktor yang

    dapat mengubah ketersediaan hayati anatara lain karakteristik disolusi suatu

    bentuk kimia obat, bentuk sediaan, rute pemberian, stabilitas bahan aktif pada

    saluran cerna (GI), dan tingkat metabolism obat sebelum mencapai sirkulasi

    sistemik obat (First Pass Effect).

    a. Bentuk Sediaan

    Seperti dijelaskan sebelumnya, ketersediaan hayati dapat bervariasi antara

    bentuk formulasi yang berbeda dan dosis obat, misalnya obat digoxin

    elixir memiliki bioavailabilitas sekitar 80% (F=0,8), sedangkan kapsul

    gelatin lunak memiliki bioavailabilitas sebesar 100% (F=1,0). Hal ini

    berbeda dengan tablet, yang mana memiliki bioavailabilitas sebesar 70%

    (F=0,7). Ketika obat diberikan secara parenteral, bioavailabilitas biasanya

    dianggap 100% (F=1,0). Dengan menata ulang persamaan 1, prinsip ini

    dapat digunakan untuk menghitung dosis setara dengan obat ketika pasien

    akan menerima bentuk sediaan yang berbeda dari obat yang sama.

    Dosis dari bentuk sediaan obat baru =

    b. Bentuk Kimia (S)

    Bentuk kimia obat juga harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi

    ketersediaan hayati. Sebagai contoh, ketika garam atau ester suatu obat

    diberikan, faktor ketersediaan hayati (F) harus dikalikan dengan fraksi

    berat molekul total zat aktif. Jika S merupakan bagian dari dosis

    utamanya adalah zat aktif, maka jumlah obat yang diserap dari bentuk

    garam atau ester dapat dihitung sebagai berikut :

    Jumlah obat yang diserap atau

    Yang mencapai sirkulasi sistemik = (S) (F) (dosis)

    Faktor S harus disertakan dalam semua persamaan bioavailabilitas

    sebagai pengingat penting dalam menilai ketersediaan hayati berupa zat

    aktif. Bila obat diberikan dalam induknya atau bentuk zat aktif, S untuk

    obat 1.

  • Persamaan 2 sekarang dapat diperluas untuk memepertimbangkan faktor

    garam dan ketersedian hayati ketika menghitung dosis bentuk sedian

    baru:

    Dosis dari bentuk

    Sediaan obat baru =

    ( )( )

    Konsep penting adalah memahami dan dapat menghitung jumlah obat

    yang sesuai untuk pasien. Untuk melakukan hal ini, kedua fraksi dosis zat

    aktif (S) dan ketersediaan hayati atau fraksi dari dosis yang mencapai

    sirkulasi sistemik (F) perlu dipertimbangkan ketika menghitung dosis dan

    regimen dosis.

    c. First Pass Effect

    Karena obat-obatan diberikan secara oral diserap dari slauran cerna ke

    dalam sirkulasi darah, beberapa obat dapat dimetabolisme secara

    ekstensif mencapai sirkulasi sistemik. Istilah FIRST PASS mengacu

    pada obat yang dimetabolisme oleh hati melewati vena porta. Efek

    pertama ini terjadi secara substansial dan dapat menurunkan jumlah zat

    aktif yang mencapai sirkulasi sistemik sehingga memepengaruhi

    bioavailabilitasnya.

    II. Administrasi Rate (Ra)

    Kecepatan administrasi adlaah nilai rata-rata dimana obat diabsorpsi sehingga

    mencapai sirkulasi sistemik. Hal ini biasanya dihitung dengan membagi

    jumlah obat yang diserap pada saat dimana obat itu diberikan (Interval dosis).

    Kecepatan Administrasi = ( )( )( )

    III. Konsentrasi plasma yang diinginkan (C)

    Konsentrasi plasma didalam darah dipengauhi oleh beberapa faktor antara

    lain :

    a. Ikatan Protein

    Beberapa Negara yang bermasalah dengan penyakit dihubungka dengan

    penurunan protein plasma atau dengan penurunan ikatan obat dengan

    protein plasma. Pada situasi ini, obat-obatan yang biasanya sangat terikat

  • protein memiliki persentase lebih besar dari obat bebas atau tidak terikat

    dalam plasma. Oleh karena itu, efek farmakologis yang lebih besar dapat

    diharapkan pada setiap pemberian konsentrasi obat dalam plasma (C).

    Sehingga sebagai seorang farmasis harus bias mempertimbangkan

    perubahan ikatan protein dan apakah fraksi konsentrasi obat bebas atau

    fraksi terikat (fu) adlah perubahan ketika menginterpretasikan konsentrasi

    plasma obat yang diinginkan.

    fu =

    b. Konsentrasi protein plasma rendah

    Konsentrasi protein plasma rendah menurunkan konsentrasi plasma obat

    terikat (Cterikat), Namun konsentrasi obat bebas (Cbebas) umumnya

    tidak berefek. Oleh karena itu, fraksi obat yang bebas (fu) meningkat

    karena terjadi penurunan konsentrasi protein plasma. Konsentrasi obat

    bebas atau tidak terikat meningkat secara signifikan, karena obat bebas

    yang dilepaskan ke dalam plasma sekunder sampai pada konsentrasi

    plasma protein rendah yang seimbang dengan kompartemen jaringan.

    Oleh karena itu, jika volume distribusi (V) relative lebih besar, hanya

    terjadi peningkatan kecil pada C bebas.

    Hubungan antara konsentrasi plasma obat dan konsentrasi protein plasma

    sebagai berikut :

    = (1-fu)

    + fu

    c. Peningkatan konsentrasi protein plasma

    Banyak obat-obatan yang bagaimanapun terikat pada fase akut reaktif

    protein, alfa-asam glikoprotein. Protein plasma ini telah dikenal secara

    signifikan akan menurun dan meningkat dalam kondisi klinis tertentu.

    Sayangnya konsentrasi alfa-asam glikoprotein hamper tidak pernah diuji

    dalam pengaturan klinis, sehingga sulit untuk mengevaluasi hubungan

    antara konsentrasi total obat dan fraksi tidak terikat protein secara

    signifikan seringkali sulit. Sebuah evaluasi yang teliti terhadap respon

  • klinis pasien diukur, serta evaluasi dari setiap maslah medis secara

    bersaman yang dapat mempengaruhi konsentrasi protein plasma dan

    ikatan obat diperlukan.

    d. Ikatan afinitas

    Ikatan afinitas protein plasma untuk obat juga dapat mengubah fraksi obat

    yang bebas (fu). Misalnya protein plasma pad pasien dengan uremia

    kehilangan afinitas untuk fenitoin dibandingkan protein yang ada dalam

    individu nonuremia. Hasilnya fu untuk fenitoin pada pasie uremia

    diperkirakan kisaran 0,2 0,3 kontras dengan nilai normal 0,1.

    IV. Volume Distribusi

    Volume distribusi obat atau volume distribusi nyata tidak membutuhkan

    banyak kompartemen fisiologi dalam tubuh. Kompartemen dengan bentuk

    sederhana diperlukan untuk menghitung jumlah total obat dalam tubuh

    apabila seluruh obat berada didalam tubuh pada konsentrasi yang sama

    ditemukan didalam plasma

    Volume distribusi merupakan suatu fungsi dari kelarutan air vs lemak dan

    ikatan protein obat dalam plasma dan jaringan. Faktor-faktor yang menjaga

    obat dalam plasma atau meningkatkan C sperti kelarutan dalam lemak

    rendah, meningkatnya ikatan protein plasma, atau menurunya ikatan jaringan.

    Faktor faktor yang menurunkan C seperti menurunya ikatan protein plasma,

    meningkatnya ikatan jaringan dan meningkatnya kerutan dalam lemak.

    Loading dose

    Dikarenakan volume distribusi adalah faktor yang menghitung semua

    obat dlaam tubuh, ini merupakan variable yang penting dalam

    memperkirakan loading dose yang diperlukan untuk mempercepat

    pencapaian konsentrasi plasma, rumus loading dose seperti dibawah ini :

    Loading dose = ( )( )

    ( )( )

    Faktor yang dapat mengubah volume distribusi (V) dan loading dose

    Penurunan ikatan jaringan pada pasien uremik biasanya menyebabkan

    penurunan volume distribusi nyata pada p\beberapa pasien. Penurunan

  • ikatan jaringan akan meningkatkan C denganmenyediakan obat untuk

    tetap tidak berubah, dibutuhkan loading dose yang lebih kecil.

    Pada kasus lain perlu untuk meningkatkan volume distribusi nyata karena

    banyak obat yang tersedia dalam plasma seimbang dengan jaringan dan

    sisi yang berikatan dengan jaringan. Penurunan ikatan protein plasma

    bagaimana pun juga meningkatkan fraksi obat bebas atau obat aktif

    sehingga C yang diinginkan menghasilkan respon terapeutik yang

    menurun. Penurunan ikatan protein plasma meningkatkan V dan

    menurunkan C, sehingga menghasilkan efek yang itdak menguntungkan

    pada loading dose.

    Model 2 Kompartemen

    Pada perhitungan farmakokinetik terdapat beberapa situasi yang lebih

    cocok membayangkan tubuh memeiliki 2 kompartemen ata lebih.

    Kompartemen pertama dibayangkan lebih kecil, volume keseimbanagn

    cepat, biasanya terdiri dari plasma atau darah dan organ atau jaringan

    yang memeiliki kecepatan aliran darah tinggi dan kesetimbangaan cepat

    dengan darah atau konsentrasi obat dalam plasma. Kompartemen pertama

    memiliki volume yang disebut Vi. Kompartemen kedua menyeimbangkan

    obat dengan waktu lebih lama disebut Vt.

    Karena terkadang dibutuhkan obat didistribusikan ke dalam Vt,

    penggunaan perhitungan loading dose yang cepat berdasarkan V (Vi+Vt)

    akan menghasilkan C awal yang lebih tinggi daripada yang diprediksi

    karena volume distribusi awal (Vi) selalu lebih kecil dari Vt).

    Konsekuensi dari prediksi yang kuang teapat tergantung profil organ

    target seolah-olah berlokasi di Vi atau Vt.

    V. Clearance (CL)

    Clearance dapat diartikan sebagai kemampuan