29
Biological Hazard Bassilus Anthracis Oleh : Etika Dialogi Mitra Mhd.Fadhalna

Biological Hazard

Embed Size (px)

Citation preview

Biological Hazard

Biological HazardBassilus Anthracis

Oleh :Etika Dialogi MitraMhd.Fadhalna

KATA PENGANTARPuji dan rasa syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Biological Hazard.Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu mulai awal penulisan hingga menjadi sebuah makalah yang dapat bermanfaat bagi semua pihak. Makalah ini berjudul Bassilus AnthracisPenyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih ada kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan untuk kesempurnaan pada penulisan berikutnya dan pengayaan wawasan penyusun.Semoga makalah ini dapat memberi manfaat pada pembaca pada umumnya dan penyusun pada khusunya, dalam rangka meningkatkan wawasan keilmuan di bangku kuliah. Harapan kami makalah ini dapat digunakan dengan baik sebagaimana mestinya.

Padang, Maret 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata PengantarDaftar IsiBAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang41.2. Rumusan masalah41.3. Tujuan penulisan5BAB II LANDASAN TEORI6BAB III STUDY KASUS9BAB VI PEMBAHASAN4.1. Morfologi104.2. siklus hidup114.3. penyakit yang ditimbulkan124.4. diagnosis penyakit134.5. Pencegahan174.6. pengobatan184.7. rawatan19BAB V5.1. Kesimpulan205.2. Saran20Daftar Pustaka

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Tanpa pernah kita sadari, hidup kita sehari-hari tidak pernah luput dari incaran mikro-organisme yang tidak terlihat oleh mata telanjang. Mikroorganisme tersebut berseliweran di dekat kita. Ada beberapa jenis yang tidak berbahaya, namun beberapa jenis yang lain dapat mengancam kesehatan jika masuk ke dalam tubuh kita. Bakteri ini dapat masuk ke jaringan tubuh dan menimbulkan gejala penyakit, seperti infeksi jaringan paru, infeksi kornea dan lain sebagainya. Di sekitar kita terdapat banyak sekali bakteri. Bahkan sebenarnya kita sepenuhnya hidup di tengah-tengah lautan bakteri yang tidak tampak. Bakteri berasal dari kata Bakterion (yunani = batang kecil). Bakteri adalah organisme bersel satu yang terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukurannya dalam satuan micron (1/1000 mm). Untuk me-lihatnya kita perlu mikroskop. Di bawah lensa mikroskop kita akan tahu betapa banyak bakteri menempel di setiap benda. Bentuknya pun bermacam-macam. Ada bakteri batang,ada bakteri bulat dan ada pula bakteri yang bentuknya menggerombol seperti anggur sehingga disebut bakteri anggur. Banyak sekali penyakit yang diakibatkan oleh adanya bakteri. Menurut badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa penyakit akibat bakteri "Escherichia coli" (E. coli) yang melanda Jerman dan 11 negara lainnya di wilayah Eropa hingga kini telah mencapai 2.260 kasus dan mengakibatkan kematian 22 orang. Selain bakteri E. Coli, ada juga bakteri Bacillus Anthracis yaitu bakteri yang menyebabkan penyakit anthrax. Seringkali dalam kehidupan, kita mendengar tentang penyakit anthraks, banyak yang berpendapat atau menyatakan kalau penyakit anthraks itu disebabkan oleh virus anthraks, ternyata pendapat itu salah, yang menyebabkan penyakit anthraks adalah bakteri Bacillus Anthracis. Bacillus Anthracis merupakan bakteri patogen penyebab penyakit anthraks. Penyakit ini biasanya menyerang hewan maupun manusia yang kontak dengan hewan yang sudah terinfeksi. Nama anthrax kembali akrab di telinga kita akibat pemberitaan media yang gencar mengenai kasus teror menggunakan agen hayati (bioterorisme) baru-baru ini di Amerika. Pada kesempatan ini, tak ada salahnya kita mengenal lebih dalam mengenai bakteri Bacillus Anthracis, patogen penyebab anthrax karena penyakit ini juga dikenal di Indonesia seperti kejadian di Purwakarta (Januari 2000) dan Bogor (Januari 2001) yang lalu.

1.2. Rumusan Masalah Adapun beberapa uraian masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1.2.1. Apa itu Bacillus Anthracis? 1.2.2. Bagaimanakah ciri-ciri Bacillus Anthracis? 1.2.3. Penyakit-penyakit apa sajakah yang dapat ditimbulkan oleh Bacillus Anthracis? 1.2.4. Bagaimanakah cara penularan anthrax pada manusia dan hewan? 1.2.5. Bagaimanakah cara pengendalian penuakit antrax.

1.3. Tujuan penulisan

1.3.1. Mengetahui apa itu Bacillus Anthracis.1.3.2. Mengetahui ciri ciri Bacillus Anthracis.1.3.3. Mengetahui penyakit yang ditimbulkan oleh Bacillus Anthracis.1.3.4. Mengetahui cara penularan anthrax pada manusia dan hewan.1.3.5. Mengetahui cara pengendalian penyakit antrax

BAB IILANDASAN TEORI

Studi sistematis Bacillus Anthracis dimulai akhir abad 19 oleh seorang ilmuwan besar, Robert Koch (ahli ilmu bakteri/bacteriology dari Jerman). Koch, penerima Hadiah Nobel Kedokteran 1905, untuk pertama kalinya berhasil membiakkan kultur murni Bacillus Anthracis sekaligus menunjukkan bahwa bakteri ini dapat membentuk spora serta membukti-kan Bacillus Anthracis sebagai penyebab penyakit anthrax. Bacillus Anthracis ditemukan pada tahun 1849 oleh Davaine dan Bayer, dan pada tahun 1855 telah berhasil diidentifikasi oleh Pollender. Pada tahun 1877, Robert Koch mampu membuat biak murni Bacillus Anthracis, yang membuktikan kemampuan bakteri tersebut membentuk endospora dan mengenali lebih lanjut sifat-siat bakteri anthrax tersebut. Bacillus Anthracis merupakan bakteri penyebab penyakit antrax, yang biasanya menyerang hewan ternak. Namun pada perkembangannya penyakit tersebut dapat menular ke manusia melalui luka, dan juga makanan. Antraks adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang bernama Bacillus Anthracis. Penyakit ini bersifat akut. Penyakit ini sering kali ditemui pada hewan-hewan ternak (farm animals), namun dapat menular pula pada manusia (zoonosis). Antraks masih menjadi masalah khusus di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Keberadaannya sangat ditakuti oleh masyarakat dan pelaku usaha pada bidang peternakan. Selain karena menyebabkan kerugian materi akibat matinya ternak, antraks juga bisa menyebabkan nyawa manusia melayang. Untungnya, manusia memiliki pengetahuan mengenai antraks, meski pengetahuan itu masih terbatas. Pengetahuan manusia terhadap antraks tidak terlepas dari jasa para peneliti di masa lalu. Antraks dapat diketahui sebagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri setelah melalui berbagai macam percobaan dan penelitian. Pada saat ini, bakteri antraks dapat diidentifikasi dan dikembangbiakkan dalam sebuah media tertentu. Hal tersebut dapat terwujud berkat hasil kerja keras seorang bakteriologis berkebangsaan Jerman bernama Robert Koch (1843-1910). Beberapa tahun kemudian (1881), Pasteur, "bapak imunisasi", menggunakan bakteri yang sama berhasil menunjukkan bahwa imunisasi dapat ditimbulkan melalui penyuntikan B. anthracis yang dilemahkan dengan percobaannya di depan umum yang terkenal di Pouilly Le Front, Perancis. Jadi, B. antrachis sebenarnya telah memberikan sumbangan yang besar bagi kemanusian dengan menjadi model awal studi bacteriology dan immunology.Robert Koch lahir pada tanggal 11 Desember 1843 di Clausthal-Zellerfeld, Hannover, Jerman dengan nama Robert Heinrich Hermann Koch. Ayahnya adalah seorang ahli pertambangan terkemuka. Koch menempuh pendidikan dasar di sekolah lokal yang terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya. Pada saat memasuki sekolah menengah atas, Koch menunjukkan ketertarikannya yang sangat tinggi terhadap biologi. Dalam biografi Robert Koch pada sebuah publikasi yang berjudul Nobel Lectures, Physiology or Medicine 1901-1921 dijelaskan, Koch mempelajari ilmu kedokteran di University of Gottingen pada tahun 1862. Kemudian, di tempat ini, Koch mengenal seorang profesor dalam bidang anatomi, Jacob Henle. Perkenalan tersebut tampaknya menjadi pengalaman yang bersejarah bagi Koch. Jacob Henle adalah orang pertama yang mempengaruhi Koch untuk mempelajari bakteriologi. Hal itu dirasakan Koch ketika mengetahui pendapat Henle yang menyatakan, penyakit menular disebabkan oleh organisme parasit hidup. Setelah itu, Koch pun lulus dan mendapat gelar M.D (medical doctor) pada tahun 1866. Koch kemudian menikah dengan Emmy Fraats yang memberikannya seorang anak bernama Gertrud. Penelitian Koch terhadap antraks dimulai ketika antraks menjadi penyakit hewan dengan prevalensi paling tinggi pada masa itu. Dengan berbekal sebuah mikroskop sederhana dalam laboratorium di ruangan rumahnya, Koch mencoba membuktikan secara ilmiah mengenai Bacillus yang menyebabkan antraks. Hal itu dilakukan dengan menyuntikkan Bacillus Anthracis ke dalam tubuh sejumlah tikus. Koch mendapatkan Bacillus Anthracis tersebut dari limpa hewan ternak yang mati karena antraks. Sementara itu, tikus yang suntik oleh darah yang berasal dari limpa hewan yang sehat ditemukan dalam keadaan masih hidup. Melalui percobaannya ini, Koch memperkuat hasil penelitian ilmuwan lain yang menyatakan, penyakit ini dapat menular melalui darah dari hewan yang menderita antraks . Rasa keingintahuan Koch terhadap antraks semakin besar setelah berhasil melakukan percobaan pertamanya. Casimir Davaine merupakan ilmuwan yang membuktikan penularan langsung Bacillus Anthracis di antara beberapa ekor sapi. Namun, Koch ingin mengetahui apakah Bacillus Anthracis yang tidak pernah kontak dengan segala jenis hewan dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Koch menemukan metode dalam pemurnian Bacillus dari sampel darah untuk kemudian dikembangbiakkan. Melalui metode tersebut Koch mampu mengidentifikasi, mempelajari, dan mengambil gambar Bacillus yang sedang dikembangbiakkan. Setelah itu dapat disimpulkan, jika Bacillus Anthracis berada dalam lingkungan yang tidak disukainya dan berada di luar inang, bakteri tersebut akan memproduksi spora untuk melawan lingkungan yang tidak cocok baginya. Kondisi seperti ini dapat bertahan dalam waktu yang sangat lama. Ketika kondisi lingkungan telah kembali cocok dan normal, spora akan memicu berkembangnya kembali Bacillus. Jika spora tersebut tertanam dalam tanah, maka akan menyebabkan penyebaran antraks secara spontan (spontaneous outbreak). Postulat Koch dari percobaan keduanya tersebut, Koch menyimpulkan, meskipun Bacillus tidak kontak dengan segala jenis hewan, namun mereka tetap dapat menyebabkan timbulnya antraks. Hasil penemuan tersebut didemonstrasikan oleh Koch di hadapan dua orang profesor yang bernama Ferdinand Cohn dan Cohnheim. Kedua orang profesor itu sangat terkesan dengan penemuan Koch. Pada tahun 1876 Ferdinand Cohn mempublikasikan penemuan Koch dalam sebuah jurnal. Tidak lama setelah itu, Koch menjadi cukup terkenal dan dirinya diberi penghargaan berupa sebuah pekerjaan di Kantor Kesehatan Kekaisaran (Imperial Health Office) pada tahun 1880 di Berlin. Postulat-postulat Koch menyebutkan bahwa untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab penyakit, maka organisme tersebut harus memenuhi sejumlah syarat. Pertama, ditemukan pada semua kasus dari penyakit yang telah diperiksa. Kedua, telah diolah dan dipelihara dalam kultur murni (pure culture). Ketiga, mampu membuat infeksi asli (original infection), meskipun sudah beberapa generasi berada dalam kultur. Keempat, dapat diperoleh kembali dari hewan yang telah diinokulasi dan dapat dikulturkan kembali. Setelah Casimir Davaine menunjukkan transmisi langsung anthrax bacilus di antara sapi, Koch mempelajari anthrax lebih dekat lagi. Dia menemukan metode untuk memurnikan basilus dari sampel darah dan mengembangkan kultur murni. Dia menemukan bahwa, anthrax tidak dapat hidup di luar inang atau hospes dalam waktu yang lama, namun dapat membuat spora yang dapat bertahan lama. Spora-spora ini, tertanam dalam tanah, yang adalah penyebab dari merebaknya anthraks yang spontan dan tidak dapat dijelaskan.

BAB IIISTUDY KASUSBacillus anthracis meupakan bakteri pathogen penyebab penyakit anthraks. Penyakit ini biasanya menyerang hewan ternak maupun manusia yang kontak dengan hewan yang sudah terinfeksi. Bacillus anthracis merupakan bakteri berbentuk batang, berukuran 1,6 m, tidak mempunyai alat gerak atau motil, merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob. Bacillus anthracis memiliki dua tahap dalam siklus hidupnya yaitu fase vegetatif dan spora.Salah satunya adalah bakteri Bacillus Anthracis yaitu yang menyebabkan penyakit anthrax merupakan penyakit yang bersifat zoonotik, disebabkan oleh Bacillus anthracis. Anthrax berasal dari bahasa Yunani yang berarti batu bara. Pemberian nama tersebut erat kaitannya dengan anthrax bentuk kulit dengan manifestasi klinis berupa luka yang berwarna kehitaman. Beberapa nama lain penyakit tersebut antara lain: Milzband (German); Charbon (Perancis); Malignant pustula; Malignant carbuncle; Splenic fever; Woolsorters disease; dan Radang llimfa.Pada hewan, yang menjadi tempat masuknya kuman adalah mulut dan saluran cerna. Adapun pada manusia, masuknya spora lewat kulit yang luka (antraks kulit), membran mukosa (antraks gastrointestinal), atau lewat inhalasi ke paru-paru (antraks pernafasan). Spora tumbuh pada jaringan tempat masuknya mengakibatkan edema melalui saluran getah bening ke dalam aliran darah, kemudian menuju ke jaringan, terjadilah sepsis yang dapat berakibat kematian. Pada antraks inhalasi, spora Bacillus anthracis dari debu wol, rambut atau kulit terhirup, terfagosit di paru-paru, kemudian menuju ke limfe mediastinum dimana terjadi germinasi, diikuti dengan produksi toksin dan menimbulkan mediastinum haemorrhagic dan sepsis yang berakibat fatal.Beberapa alasan yang mendasari penyakit anthrax menjadi penting dan strategis karena: kemampuan menular yang tersifat zoonotik, bakteri mampu membentuk spora yang mempunyai ketahanan tinggi di lingkungan, sehingga sulit dipradikasi. Pandangan umum anthrax identik dengan kematian menyebabkan kepanikan tersendiri. Dewasa ini penyakit anthrax semakin populer karena dapat digunakan sebagai senjata biologis.

BAB IVPEMBAHASAN4.1. Morfologi Bacillus Anthracis berukuran besar yaitu 1-1,3 X 3-10 mikron meter, dengan ke-empat sudutnya membentuk siku-siku. Bakteri anthrax mampu membentuk spora, berbentuk oval, yang berukuran 0,75 X 1,0 mikron meter. Berbentuk batang lurus dengan susunan dua dua atau seperti rantai. Dinding sel dari bakteri ini merupakan polisakarida somatik yang terdiri dari N-asetilglukosamin dan D-galaktosa. Selanjutnya, dalam sel bakteri antraks ini juga terdapat eksotoksin kompleks yang terdiri atas protective Ag (PA), lethal factor (LF), dan oedema factor (EF). Peran ketiganya itu terlihat sekali dalam menimbulkan gejala penyakit antraks. Tepatnya, ketiga komponen dari eksotoksin itu berperan bersama-sama. Protective Ag berfungsi untuk mengikat reseptor dan selanjutnya lethal factor. Sedangkan oedema factor akan memasuki sistem sel dari bakteri. Oedema factor merupakan adenilsiklase yang mampu meningkatkan cAMP sitoplasma sel, sedangkan fungsi spesifik dari lethal factor masih belum diketahui.

Mar. 4Biological Hazard

21Ciri Ciri:

1. Berbentuk batang lurus 2. Ukuran 1,6m 3. Merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob 4. Bersifat Patogen 5. Tidak tahan terhadap suhu tinggi 6. Mempunyai kemampuan membentuk spora 7. Tidak mempunyai alat gerak (motil) 8. Berkapsul dan tahan asam 9. Dinding sel bakteri merupakan polisakarida somatik yang terdiri dari N-asetilglukosamin dan D-galaktosa 10. eksotoksin kompleks yang terdiri atas Protective Ag (PA), Lethal Factor (LF), dan Edema Factor (EF)

Klasifikasi:

Kingdom : Bacteria Filum : Firmicutes Kelas : Bacilli Ordo : Bacillales Famili : Bacillaceae Genus : Bacillus Spesies : Bacillus anthracis

4.2. Siklus hidup

Siklus hidup anthrax terdiri atas dua fase, yaitu fase vegetatif dan fase spora.

Fase Vegetatif

Berbentuk batang, berukuran panjang 1-8 mikrometer, lebar 1-1,5 mikrometer. Jika spora antraks memasuki tubuh inang (manusia atau hewan memamah biak) atau ke-adaan lingkungan yang memungkinkan spora segera berubah menjadi bentuk vegetatif, kemudian memasuki fase berkembang biak. Sebelum inangnya mati, sejumlah besar bentuk vegetatif bakteri antraks me-menuhi darah.Bentuk vegetatif biasa keluar dari dalam tubuh melalui pendarahan di hiung, mulut, anus, atau pendarahan lainnya. Ketika inangnya mati dan oksigen tidak tersedia lagi di darah bentuk vegetatif itu memasuki fase tertidur (dorman/tidak aktif). Jika kemudian dalam fase tertidur itu ber-kontak dengan oksigen di udara bebas, bakteri antraks membentuk spora (prosesnya di-sebut sporulasi). Bentuk vegetatif juga dapat terbawa oleh nyamuk atau serangga pengisap darah yang menggigit korban yang berada pada fase akhir. Bisa juga terbawa serangga yang memakan bangkai korban. Serangga ini kemudian dapat menularkan bakteri itu ke inang lainnya, hingga menyebabkan antraks kulit.

Fase Spora

Berbentuk seperti bola golf, berukuran 1-1,5 mikrometer. Selama fase ini bakteri dalam keadaan tidak aktif (dorman), menunggu hingga dapat berubah kembali menjadi bentuk vegetatif dan memasuki inangnya. Hal ini dapat terjadi karena daya tahan spora antraks yang tinggi untuk melewati kondisi tak ramah--termasuk panas, radiasi ultraviolet dan ionisasi, tekanan tinggi, dan sterilisasi dengan senyawa kimia. Hal itu terjadi ketika spora menempel pada kulit inang yang terluka, termakan, atau--karena ukurannya yang sangat kecil--terhirup. Begitu spora antraks memasuki tubuh inang, spora itu berubah ke bentuk vegetatif.

4.3. Penyakit yang ditimbulkan

Penyakit yang ditimbulkan oleh Bacillus anthracis yaitu anthraks kulit, anthraks saluran pencernaan, anthraks saluran pernapasan, dan dapat sampai ke otak yang disebut anthraks otak atau meningitis. Anthraks kulit terjadi karena disebabkan infeksi pada kulit sehingga spora Bacillus anthracis dapat masuk melalui kulit. Anthraks saluran pencernaan yang disebabkan karena spora Bacillus anthracis yang tebawa oleh makanan yang telah terinfeksi dan sampai ke saluran pencernaan. Anthraks saluran pencernaan yang disebabkan karena spora Bacillus anthracis yang terhirup

Cara Penularan Anthrax pada Hewan dan Manusia.

Hampir semua hewan berdarah panas bisa terkena penyakit antraks. Di Indonesia, penyakit ini sering dijumpai pada kerbau, sapi, kambing, domba, kuda, dan babi. Dari segi epidemiologi Bacillus Anthracis ini menyukai tanah berkapur dan tanah yang bersifat basa (alkalis). Umumnya antraks menyerang hewan pada musim kering (kemarau), dimana rumput sangat langka, sehingga sering terjadi pada ternak (terutama kuda) tertular lewat makan rumput yang tercabut sampai akarnya. Lewat akar rumput inilah bisa terbawa pula spora dari antraks. Anthrax merupakan penyakit zoonis yang menyerang sapi, domba, kuda, dan lain-lain bahkan dapat menyerang manusia. Pada umumnya ada 3 cara penularan penyakit anthrax ke manusia, yaitu: Kontak langsung dengan bibit penyakit yang ada di tanah/rumput, hewan yang sakit, maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang sakit seperti kulit, daging, tulang dan darah. Bibit penyakit terhirup oleh orang yang mengerjakan bulu hewan (domba dll) pada waktu mensortir. Penyakit dapat ditularkan melalui pernapasan bila seseorang menghirup spora Antraks. Memakan daging hewan yang sakit atau produk asal hewan seperti dendeng, abon, dan lain-lain. Ada beberapa jenis anthrax, yang pertama adalah "cutaneous anthrax" yang disebabkan oleh infeksi melalui luka di kulit. Jenis ini meliputi >95% kasus yang dilaporkan di seluruh dunia, termasuk kasus di Bogor, Januari tahun ini. Spora dari binatang yang terinfeksi, misalnya di tempat penjagalan, masuk ke kulit korban melalui lubang luka. Dalam waktu 1-2 hari kemudian, muncul benjolan yang gatal, disusul dengan gelembung cairan kemudian borok hitam. Apabila cepat diobati, >99% dapat sembuh total. Tapi seperti yang terjadi di Indonesia, biasanya hal ini kurang diperhatikan sehingga infeksi lebih lanjut ke jaringan lain melalui aliran darah yang bisa menimbulkan kondisi yang lebih parah dan mematikan. Jenis kedua yang terbanyak berikutnya adalah "gastro intestinal anthrax" yang disebabkan oleh infeksi melalui makanan/daging yang sudah tertular. Spora B. antrachis sangat stabil, sehingga lebih baik dihindari memakan daging dari ternak yang mati karena anthrax. Contoh di Indonesia adalah peristiwa di Purwakarta, Jabar awal tahun 2000 akibat mengkonsumsi daging burung unta terinfeksi yang dijual murah. Gejalanya adalah sakit perut yang mendadak, disertai rasa mual, muntah-muntah dan mencret berat. Bila sudah parah, akan sampai kepada pendarahan dalam perut. Kalau tidak segera diobati, resiko kematiannya mencapai 25-60%. Yang terakhir adalah "inhaled anthrax". Jenis ini disebabkan oleh spora yang terhirup oleh korban. Jadi hanya mungkin disebabkan oleh ulah manusia yang menyebarkan spora tersebut dalam tindakan terorisme atau perang. Contohnya kasus di Amerika baru-baru ini dan ke-celakaan pabrik pembuat senjata biologis Rusia tahun 1979 di kota Sverdlovsk (sekarang disebut kota Yekaterinburg). Dalam kasus ini, anthrax sangat mematikan (90% kemungkinan tewas). Ini disebabkan karena spora B. antrachis langsung terbawa ke dalam tubuh melalui paru-paru dan berinteraksi dengan sel macrophage yang menjadi sasaran pertamanya. Selain itu, gejala awalnya setelah 1-5 hari terinfeksi (masa inkubasi), sangat mirip dengan flu biasa, seperti batuk-batuk, panas dan badan lemah. Sehingga ketika kondisi makin parah seperti sulit bernafas, sudah dipastikan korban tidak tertolong lagi karena protein racun sudah menyebar ke mana-mana dan tidak bisa dimusnahkan dengan antibiotika.

4.4. Diagnosis Penyakit

Gejala penyakit pada hewan

Hewan dapat tertular antraks melalui pakan (rumput) atau minum yang terkontaminasi spora. Spora yang masuk ke dalam tubuh melalui oral dan akan mengalami germinasi, multiplikasi di sistem limfe dan limpa, menghasilkan toksin sehingga menyebabkan kematian (biasanya mengandung 109 kuman/ml darah) (OIE, 2000) . Antraks pada hewan dapat ditemukan dalam bentuk perakut, akut, subakut sampai dengan kronis . Untuk ruminansia biasanya berbentuk perakut dan akut, kuda biasanya berbentuk akut, sedangkan anjing, kucing dan babi biasanya berbentuk subakut sampai dengan kronis . Gejala penyakit pada bentuk perakut berupa demarn tinggi (42C), gemetar, susah bernafas, kongesti mukosa, konvulsi, kolaps dan mati. Darah yang keluar dari lubang kumlah (anus, hidung, mulut atau vulva) berwarna gelap dan sukar membeku. Bentuk akut biasanya menunjukan gejala depresi, anoreksia, demam, nafas cepat, peningkatan denyut nadi, kongesti membran mukosa . Pada kuda terjadi enteritis, kolik, demam tinggi, depresi dan kematian terjadi dalam waktu 48 - 96 jam . Sedangkan pada bentuk subakut sampai dengan kronis, terlihat adanya pembengkakan pada lymphoglandula pharyngeal karena kuman antraks terlokalisasi di daerah itu (OIE, 2000) .

Gejala penyakit pada manusiaGejala yang muncul bervariasi, tergantung bagaimana infeksi didapat, apakah melalui kulit, inhalasi, atau saluran pencernaan.Antraks Kulit pada manusia

Lebih dari 95% kasus antraks mengenai kulit. Gejala bisa muncul dalam waktu 1 - 12 hari setelah terpapar bakteri. Gejala awal yang muncul berupa benjolan merah-coklat yang gatal, tetapi tidak terasa nyeri. Benjolan kemudian berubah menjadi lepuhan yang akhirnya pecah dan membentuk keropeng disertai pembengkakan di sekitarnya. Kelenjar getah bening di dekatnya bisa ikut membengkak dan penderita bisa merasa tidak enak badan, terkadang disertai dengan nyeri otot, sakit kepala, demam, mual, dan muntah. Sekitar 20% penderita yang tidak diobati akan meninggal, tetapi dengan pengobatan yang baik kematian jarang terjadi.

Antraks Inhalasi (Penyakit Woolsorter's)

Antraks bentuk ini lebih serius dan terjadi akibat spora antraks yang terhirup ke saluran nafas. Spora antraks dapat berada di paru-paru selama berminggu-minggu, tetapi pada akhirnya spora masuk ke dalam sel-sel darah putih, bertambah banyak, dan menyebar ke kelenjar getah bening di dada. Bakteri menghasilkan toksin yang membuat kelenjar getah bening menjadi bengkak, pecah, dan berdarah, menyebabkan infeksi menyebar ke struktur jaringan di sekitarnya. Cairan infeksius terkumpul pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada.Gejala-gejala dapat terjadi dalam waktu 1-43 hari sejak paparan. Awalnya, gejala-gejala yang muncul tidak jelas dan mirip dengan gejala flu, yaitu ditandai dengan adanya demam, nyeri otot yang ringan, rasa tidak enak pada dada, dan batuk kering. Setelah beberapa hari kemudian, penderita tiba-tiba menjadi sulit bernafas, terasa nyeri di dada, dan mengalami demam tinggi. Tekanan darah dapat turun dengan cepat sehingga bisa terjadi syok dan koma. Gejala-gejala ini tampaknya disebabkan oleh adanya pelepasan toksin bakteri yang hebat.

Infeksi pada otak dan cairan di sekitar lapisan yang meliputi otak (meningoencephalitis) seringkali terjadi. Banyak penderita yang meninggal dalam waktu 1-2 hari setelah gejala-gejala berat muncul, bahkan dengan pengobatan dini. Tanpa pengobatan, semua penderita antraks inhalasi akan meninggal.Antraks Pada Saluran Cerna

Antraks bentuk ini jarang terjadi. Antraks pada saluran cerna terjadi akibat seseorang makan daging yang terkontaminasi. Bakteri tumbuh di dalam mulut, tenggorokan, atau usus, dan melepaskan toksin yang menyebabkan perdarahan hebat serta kematian jaringan. Gejala-gejala yang dialami penderita dapat berupa demam, sakit tenggorokan, pembengkakan di leher, nyeri perut, diare berdarah, dan muntah darah. Meskipun dengan terapi, antraks pada saluran cerna dapat menyebabkan kematian pada sekitar setengah penderita.

Anthraks salur perut (gastrointestinal anthrax)

Anthraks ini berlaku apabila daging jewan yang dijangkiti ini tidak dimasak dengan betul sebelum dimakan. Ini adalah karena sporran anthraks mampu bertahan suhu yang tinggi. Apabila sporran anthraks memasuki saluran perut, antrkas akan menjangkiti mereka yang mempunyai luka yang sedia ada disaluran perut. Anthraks akan merebak dengan cepat dan boleh membawa maut sekiranya lewat dirawat. Sporran antraks memerlukan suhu 121oC selama sekurang-kurangnya 30 menit untuk mati 25%-60% daripada kasus yang tidak dirawat membawa kematian.Antraks secara dihidu (penyakit penyisih bulu/woolsortesi disease) apabilasporan antraks memasuki paru-paru seperti yang berlaku kepada orang yang bekerja sebagai penyisih bulu biri-biri, antraks menyebabkan demam mengejut yang teruk dengan sakit dibagian dada. Antraks merebak dengan cepat menjadi batuk berdarah dan membawa maut sekiranya rawatan gagal mengawal jangkitan antraks. Jangkitan secara dihidup dianggap paling berbahay dan memerlukan rawatan antibiotic dalam tempo 24 jam dari jangkitan untuk berjaga. Sekiranya tidak, kadar kematian dipercayai 99%.Kematian akibat serangan anthraks adalah disebabkan kekurangan oksigen. Kejutan sampingan, salur darah bertambah telap, kegagalan pernapasan dan kegagalan jantung. Kematian sering berlaku secara mengejut tanpa disangka-sangka. Aras toksin dalam saluran darah meningkat pda peringkat akhir selari dengan jumlah antraks di dalam darah. Hewan yang selamat daripada serangan antraks menjadi kebal kepada jangkitan semula. Jangkitan kali kedua amat jarang berlaku.

Urutan penyakit :1. Satu sporran memasuki badan, tidak ada gejala2. 1 6 sporan menjangkiti system lymph. Selsema, tekak kering3. 6 8 sporan membentuk bacteria semakin sehat untuk beberapa jam4. 8 bakteria membiak, menghasilkan toksin yang meningkat dnegan pantas. Sesak nafas secara tiba-tiba, berpeluh, kulit menjadi biru (cyanosis-kurang oksigen5. 9 kekurangan oksigen menyebabkan kematian sel. Kegagalan pernapasan dan jantung berfungsi.

Bagaimanapun juga, terdapat ancaman antraks secara psikologis, contohnya ancaman pencemaran makanan di pasaraya dengan antraks, kesanya juga amat luas disebabkan orang akan ramai keluar rumah meskipun hanya untuk mendapatkan makanan yang kiranya baik di konsumsi. Begitu juga ancaman serangan abgi pengangkutan awam seperti kereta api, bus dan kappa terbangkan menjadikan keadaan porak poranda.Selain itu, terdapat juga masalah kekurangan obat yang tidak mencukupi untuk merawat pasien, bisa menyebabkan kadar kematian yang tinggi ini berlaku jika jumlah mangsanya tinggi, seperti serangan spora antraks di tempat orang ramai berkumpul seperti didisko, pesta, konser, pangung wayang, atau di stadium sukan. Masa untuk menerima rawatan, menjadikan bekalan obat tidak mencukupi dalam waktu 24 jam setelah jangkitan. Oleh karena itu marilah kita berdoa agar kita dijauhkan dari bacillus antraks.

4.5. Pencegahan Anthrax

1. Pada Hewan:1. Menjaga kebersihan kandang.2. Vaksinasi anthrax.3. Melaksanakan prosedur penyembelihan ternak dengan benar yaitu dengan cara ternak dipotong di RPH (Rumah Pemotongan Hewan). Ternak diistirahatkan minimal 12 jam sebelum disembelih. Selanjutnya dilaksanakan pemeriksaanante mortem, penyembelihan sesuai dengan tata cara Islam di bawah pengawasan petugas yang berwenang dan pemeriksaan daging (post mortem). Pemberian cap/stempel pada daging sebagai tanda bukti sehat dan layak dikonsumsi, jika hewan diduga dan atau positif anthrax dilarang untuk disembelih.4. Setiap ternak atau bahan asal hewan yang diperjualbelikan harus disertai Surat Keterangan Kesehatan Hewan dan Bahan Asal Hewan dari daerah asal ternak.

2. Pada Manusia:1. Dilarang keras memakan daging yang tercemar anthrax. Memanfaatkan atau bersentuhan dengan daging, jeroan, kulit, tanduk, tulang, dan rambut atau bagian tubuh lainnya dari hewan/ternak penderita anthrax.2. Mencuci bersih bahan makanan sebelum dimasak.3. Memasak daging sampai matang. Spora anthrax dapat dimusnahkan pada suhu 90C selama 45 menit atau 100C selama 10 menit. Spora juga dapat musnah pada oven dengan suhu 140C selama 3-4 jam, autoclave 120C, 2 atm selama 30 menit.4. Mencuci tangan sebelum makan.5. Pendidikan kesehatan agar pekerja berhati-hati untuk menghindari terjadinya luka/lecet dan menghindari kontaminasi luka/lecet tersebut dengan bakterinya6. Agar pekerja meningkatkan kebersihan dan hygiene pribadi dilingkungan pekerjaannya (cuci tangan sebelum makan).7. Pekerja dilengkapi dengan masker untuk menyaring udara pernapasan terutama pengumpul wol.8. Pekerja yang beresiko tinggi untuk tertulasi agar divaksinasi terhadap antrax (vaksin wright).9. Bangkai hewan dibakar atau dibukur sedalam mungkin disertai kapur

4.6. Pengobatan

Jenis Obat Untuk mencegah penyakit anthrax dapt digunakan vaksin anthrax. Anthrax dapat diobati dengan menggunakan antibiotik, seperti : amoxicillin, Vanomycin, Ciprofloxacin, Doxicyline, Eritromycin, Penicillin, Tetracycline, Streptomycine, Chloramphenicol

Cara Penggunaan Anthrax kulit : Procaine penicilline 2 x 1,2 juta IU diberikan secara intramuskuler (im) selama 5-7 hari. Atau dengan Benzyl penicilline 250.000 IU secara im setiap 6 jam. Anthrax Saluran Pencernaan : Tetracycline 1 gram per hari Anthrax Saluran Pernapasan : Penicilline G 18-24 juta IU per hari IVFD, ditambah dengan Streptomycine 1-2 gram. Selain antibiotika perlu diberikan juga obat-obat symtomatis lain. Perlu diperhatikan mengingat pilihan obat untuk Antraks adalah penicilline, sehingga sebelum diberikan harus dilakukan skin test terlebih dahulu. Bila penderita/tersangka hypersensitif terhadap penicilline dapat diberikan tetracycline, chloramphenicol atau erytromycine.

4.7. Rawatan

Vaksin anthrax memerlukan tiga suntikan dalam waktu dua minggu, diiukuti dengan suntikan pada 6, 12, 18 bulan berikutnya. Suntikan perangsang tahunan di perlukan untuk mengekalkan kekebalan terhadap antraks. Wanita mengandung pacut mengelak suntikan vaksin disebabkan kesan vaksin terhadap janin tidak diketahui. Vaksin antraks berkesan selepas empat minggu dari waktu suntikan pertama.Obat antibiotic perlu diberikan kepada orang yant tidak divaksinasi. Antibiotic yang bisa digunakan adalah penicillin, tetracyclines, fluoroquinolones, erythromycin dan clhoramphenicol. Ciprofloxacin dan cloxycycleni digunakan untuk anthrak yang kebal kepada antibiotic biasa. Antraks secara dihidu memerlukan rawatan antibiotic dalam waktu 24 jam dari waktu jangkitan untuk berpeluang sembuh. Radang otak mungkin menjadi serangan kedua dari jangkitan utama, tetapi amat jarang berlaku.

BAB VPENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Bacillus Anthracis ditemukan pada tahun 1849 oleh Davaine dan Bayer, dan pada tahun 1855 telah berhasil diidentifikasi oleh Pollender. Pada tahun 1877, Robert Koch mampu membuat biak murni Bacillus Anthracis, yang membuktikan kemampuan bakteri tersebut membentuk endospora dan mengenali lebih lanjut sifat-siat bakteri anthrax tersebut. Bacillus Anthracis merupakan bakteri penyebab penyakit antrax, yang biasanya menyerang hewan ternak. Bacillus Anthracis berukuran besar yaitu 1-1,3 X 3-10 mikron meter, dengan ke-empat sudutnya membentuk siku-siku. Bakteri anthrax mampu membentuk spora, berbentuk oval, yang berukuran 0,75 X 1,0 mikron meter. Berbentuk batang lurus dengan susunan dua dua atau seperti rantai. Dinding sel dari bakteri ini merupakan polisakarida somatik yang terdiri dari N-asetilglukosamin dan D-galaktosa. Penyakit yang ditimbulkan oleh Bacillus anthracis yaitu anthraks kulit, anthraks saluran pencernaan, anthraks saluran pernapasan, dan dapat sampai ke otak yang disebut anthraks otak atau meningitis. Anthraks kulit terjadi karena disebabkan infeksi pada kulit sehingga spora Bacillus anthracis dapat masuk melalui kulit. Anthraks saluran pencernaan yang disebabkan karena spora Bacillus anthracis yang tebawa oleh makanan yang telah terinfeksi dan sampai ke saluran pencernaan. Anthraks saluran pencernaan yang disebabkan karena spora Bacillus anthracis yang terhirup

4.2. SARANPada kesempatan ini, tak ada salahnya kita mengenal lebih dalam mengenai bakteri Bacillus Anthracis, patogen penyebab anthrax karena penyakit ini juga dikenal di Indonesia seperti kejadian di Purwakarta (Januari 2000) dan Bogor (Januari 2001) yang lalu. Penanangan masalah ini menjadi tanggung jawab semua pihak,sehingga penanganan sedini mungkin dapat mencegah terjadinya penularanpenyakit anthrax.

DAFTAR PUSTAKA

Priyonggo, Reko.,2005,Jurnal : Mewaspadai Penyakit Anthraks Yatim, Faisal., 2004, Macam-Macam Penyakit Menular Dan Pencegahannya, 80-86, Pustaka Populer Obor, Jakarta Anonim,2004, http://www.litbang.depkes.go.id, Bacillus anthracis diakses tgl 29 April 2008

http://penyakitperitoritis.blogspot.com/2012/09/antraks-merupakan-penyakit-yang.htmlwww.biotek-indonesia.net/http://id.wikipedia.org/wiki/Antrakshttp://sehat-aja-yuk.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-penyakit-anthrax.html