Click here to load reader
Upload
arif-rahman-hakim
View
8
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pangan
Citation preview
BIOKIMIA PANGAN
EFEK KEMASAN PADA KESEHATAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biokimia Pangan yang diampu
oleh Dra. Nies Suci Mulyani,M.Si.
Oleh :
Aswardi 24030110130066
Maryani Kusuma W. 24030110110031
Nyken Herlyna 24030110141032
JURUSAN KIMIAFAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG
2013
Latar Belakang
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan
barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan
dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau
mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi
dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di
samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu
hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang
memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi
promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik
pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan
dalam perencanaannya.
Budaya kemasan sebenarnya telah dimulai sejak manusia mengenal sistem
penyimpanan bahan makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan secara
tradisional diawali dengan memasukkan bahan makanan ke dalam suatu wadah
yang ditemuinya. Dalam perkembangannya di bidang pascapanen, sudah banyak
inovasi dalam bentuk maupun bahan pengemas produk pertanian. Temuan
kemasan baru dan berbagai inovasi selalu dikedepankan oleh para produsen
produk-produk pertanian, dan hal ini secara pasti menggeser metode pengemasan
tradisional yang sudah ada sejak lama di Indonesia.
Salah satu contoh kemasan yaitu plastik. Penggunaan plastik untuk
kemasan makanan sudah meluas, bahkan sudah menjangkau desa-desa terpencil.
Bahan tersebut lebih mudah didapat. Harganya relatif murah dan praktis, sehingga
mampu menyisihkan bahan pembungkus makanan alami seperti daun pisang,
daun jati dan daun kelapa muda. Namun ternyata pemakaian plastik yang makin
meluas tidak disertai perhatian terhadap dampak negatif yang ditimbulkannya.
Selain merusak lingkungan, penggunaan plastik untuk kemasan makanan
berpotensi mengganggu kesehatan manusia. Pada makalah ini akan dibahas
berbagai hal yang berhubungan dengan kemasan makanan.
Pengemasan Tradisional
Ragam kemasan makanan tradisional yang sering dijumpai seperti
kemasan dengan menggunakan daun pisang, kelobot jagung (pelepah daun
jagung), daun kelapa/enau (aren), daun jambu air dan daun jati. Cara
pengemasannya pun dilakukan dengan berbagai macam cara seperti dapat dilihat
dalam Tabel berikut :
Cara mengemas Bahan kemasan
Menggulung Daun pisang
Daun bambu
Daun/kelobot jagung
Melipat Daun pisang
Daun jambu
Membalut Daun pisang
Daun kelapa
Menganyam Daun kelapa
Pengemasan, disamping bertujuan untuk melindungi makanan tradisional dari
kerusakan, juga merupakan daya pikat-bagi orang agar tergiur menikmatinya.
Persyaratan Bahan Kemas
Dalam menentukan fungsi perlindungan dari pengemasan, maka perlu
dipertimbangkan aspek-aspek mutu produk yang akan dilindungi. Mutu produk
ketika mencapai konsumen tergantung pada kondisi bahan mentah, metoda
pengolahan dan kondisi penyimpanan. Dengan demikian fungsi kemasan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Kemampuan/daya membungkus yang baik untuk memudahkan dalam
penanganan, pengangkutan, distribusi, penyimpanan dan penyusunan/
penumpukan.
Kemampuan melindungi isinya dari berbagai risiko dari luar, misalnya
perlindungan dari udara panas/dingin, sinar/cahaya matahari, bau asing,
benturan/tekanan mekanis, kontaminasi mikroorganisme.
Kemampuan sebagai daya tarik terhadap konsumen. Dalam hal ini
identifikasi, informasi dan penampilan seperti bentuk, warna dan
keindahan bahan kemasan harus mendapatkan perhatian.
Persyaratan ekonomi, artinya kemampuan dalam memenuhi keinginan
pasar, sasaran masyarakat dan tempat tujuan pemesan.
Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau
standar yang ada, mudah dibuang, dan mudah dibentuk atau dicetak.
Dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi kemasan tersebut maka
kesalahan dalam hal memilih bahan baku kemasan, kesalahan memilih desain
kemasan dan kesalahan dalam memilih jenis kemasan, dapat diminimalisasi.
Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut maka kemasan harus memiliki
sifat-sifat :
Permeabel terhadap udara (oksigen dan gas lainnya).
Bersifat non-toksik dan inert (tidak bereaksi dan menyebabkan reaksi
kimia) sehingga dapat mempertahankan warna, aroma, dan cita rasa
produk yang dikemas.
Kedap air (mampu menahan air atau kelembaban udara sekitarnya).
Kuat dan tidak mudah bocor.
Relatif tahan terhadap panas.
Mudah dikerjakan secara massal dan harganya relatif murah.
Fugsi Kemasan
1. Harus dapat mempertahankan produk agar bersih dan memeberikan
perlindungan pada bahan panganterhadap kotoran dan pencemaran
lainnya.
2. Harus memberikan perlindungan pada bahan panganterhadap kerusakan
fisik, air, oksigen, dan sinar.
3. Harus berfungsi secara benar, efisien, dan ekonomis,dalam proses
pengepakan yaitu selama selama pemasukan bahan pangan dalam
kemasan.
4. Harus mempunyai suatu tingkat kemudahan untukdibentuk menurut
rancangan, dan bukan saja memberi kemudahan pada konsumen.
5. Harus memberikan pengenal, keterangan dan daya tarikpenjualan. Unit-
unit pengepakan yang dijual harus dapat menjual apa yang dilindunginya
dan melindungi apa yang dijual.
Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Daya Awet Bahan Pangan Yang
Dikemas
1. Sifat alamiah dari bahan pangan dan mekanisme bahan tersebut
mengalami kerusakan.
2. Ukuran bahan pengemas sehubungan denganvolumenya.
3. Kondisi atmosphere (suhu & kelembaban) kemasan dibutuhkan untuk
melindungi selama pengangkutan dan sebelum digunakan.
4. Ketahanan bahan pengemas secara keseluruhan terhadap air, gas, bau,
termasuk ketahanan dari tutup,penutup, dan lipatan.
Penggolongan Kemasan
Cara-cara pengemasan sangat erat berhubungan dengan kondisi komoditas
atau produk yang dikemas serta cara transportasinya. Pada prinsipnya pengemas
harus memberikan suatu kondisi yang sesuai dan berperan sebagai pelindung bagi
kemungkinan perubahan keadaan yang dapat memengaruhi kualitas isi kemasan
maupun bahan kemasan itu sendiri. Kemasan dapat digolongkan berdasarkan
beberapa hal antara lain:
1. Frekuensi Pemakaian
Kemasan Sekali Pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung
dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik es,
bungkus permen, bungkus daun, karton dus, makanan kaleng.
Kemasan yang Dapat Dipakai Berulang Kali (Multi Trip), seperti beberapa
jenis botol minuman (limun, bir) dan botol kecap. Wadah-wadah tersebut
umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi
pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik.
Kemasan yang Tidak Dibuang (Semi Disposable). Wadah-wadah ini
biasanya digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah
dipakai, misalnya kaleng biskuit, kaleng susu, dan berbagai jenis botol.
Wadah-wadah tersebut digunakan untuk penyimpanan bumbu, kopi, gula,
dan sebagainya.
2. Struktur Sistem Kemas Berdasarkan letak atau kedudukan suatu bahan
kemas di dalam sistem kemasan keseluruhan dapat dibedakan atas :
Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan
(kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe)
Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi
kelompok kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah
kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus,
keranjang tempe, dan sebagainya.
Kemasan Tersier dan Kuartener, yaitu apabila masih diperlukan lagi
pengemasan setelah kemasan primer, sekunder dan tersier. Umumnya
digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan.
3. Sifat Kekakuan Bahan Kemas
Kemasan fleksibel, yaitu bila bahan kemas mudah dilenturkan,
misalnya plastik, kertas, foil.
Kemasan kaku, yaitu bila bahan kemas bersifat keras, kaku, tidak tahan
lenturan, patah bila dipaksa dibengkokkan. Misalnya kayu, gelas,
dan logam.
Kemasan semi kaku/semi fleksibel, yaitu bahan kemas yang memiliki
sifat-sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku, seperti botol
plastik (susu, kecap, saus) dan wadah bahan yang berbentuk pasta.
4. Sifat Perlindungan Terhadap Lingkungan
Kemasan Hermetis, yaitu wadah yang secara sempurna tidak dapat dilalui
oleh gas, misalnya kaleng dan botol gelas.
Kemasan Tahan Cahaya, yaitu wadah yang tidak bersifat transparan,
misalnya kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan
pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan
yang difermentasi.
Kemasan Tahan Suhu Tinggi, jenis ini digunakan untuk bahan pangan
yang memerlukan proses pemanasan, sterilisasi, atau pasteurisasi.
5. Tingkat Kesiapan pakai
Wadah Siap Pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk
yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah
botol, wadah kaleng, dan sebagainya.
Wadah Siap Dirakit atau disebut juga wadah lipatan, yaitu kemasan yang
masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya kaleng
dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat
dari kertas, foil atau plastik.
Risiko Pengemasan
1. Kondisi penyimpanan, harus diperhatiakan sehingga dapat menekan
kemungkinan yang terjadi serendah mungkin.
2. Wadah yang digunakan telah disterilkan sebelum digunakan,atau setelah
wadah diisi.
3. Risiko lain kemungkinanan masuknya racun dari bahan pengemas
kedalam bahan makanan atau pemindahan bau dari bahan pengemas ke
produk pangan tersebut.
Contoh Kemasan Makanan dan Dampaknya Pada Kesehatan
Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan,
kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Ada begitu banyak bahan
yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang
bersentuhan langsung dengan makanan. Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi
makanan yang dikemasnya. Berikut bahan kemasan makanan yang perlu
diwaspadai.
1. Kertas
Beberapa Kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan
majalah) yang sering digunakan untuk membungkus makanan, terdeteksi
mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Di dalam tubuh
manusia, timbal masuk melalui saluran pernapasan atau pencernaan menuju
sistemperedaran darah, dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain
seperti ginjal, hati,otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal ini pada orang
dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit) dan
paralysis (kelumpuhan). Keracunan yang terjadi pun bisa bersifat kronis dan
akut.
Untuk terhindar dari makanan yang terkontaminasi logam berat timbal,
memang susah-susah gampang. Banyak makanan jajanan seperti pisang
goreng, tahu gorengm dan tempe goreng yang dibungkus dengan koran karena
pengetahuan yang kurang dari si penjual. Padahal bahan yang panas dan
berlemak mempermudah berpindahnya timbel makanan tersebut.Sebagai
usaha pencegahan, taruhlah makanan jajanan tersebut di atas piring.
2. Styrofoam
Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu
pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini
membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya.
Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis
pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan
bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu
mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang,
mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah,
lebih aman, serta ringan.
Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang
mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya.
Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu
penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan
reproduksi manusian akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.
Saat ini masih banyak restoran siap saji yang masih menggunakan
styrofoam sebagai wadah bagi makanan atau minumannya. Sebisa mungkin
Anda harus menghindari penggunaan styrofoam untuk makanan atau
minuman panas, karena sama halnya dengan plastik, suhu yang tinggi
menyebabkan perpindahan komponen kimia dari styrofoam ke dalam makanan
Anda.
3. Kaleng
Pada umumnya, produk makanan yang dikemas dalam kaleng akan
kehilangan citra rasa segarnya dan mengalami penurunan nilai gizi akibat
pengolahan dengan suhu tinggi. Satu hal lagi yang juga cukup mengganggu
adalah timbulnya rasa taint kaleng atau rasa seperti besi yang timbul akibat
coating kaleng tidak sempurna. Bahaya utama pada makanan kaleng adalah
tumbuhnya bakteri Clostridium botulinum yang dapat menyebabkan
keracunan botulinin. Tanda-tanda keracunan botulinin antara lain tenggorokan
menjadi kaku, mata berkunang-kunang dan kejang-kejang yang membawa
kematian karena sukar bernapas. Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan
kaleng yang tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng yang bocor
sehingga makanan didalamnya terkontaminasi udara dari luar.Untungnya
racun botulinin ini peka terhadap pemanasan.
Cermat memilih kaleng kemasan merupakan suatu upaya untuk
menghindari bahaya-bahaya yang tidak diinginkan tersebut.Boleh-boleh saja
memilih kaleng yang sedikit penyok, asalkan tidak ada kebocoran. Selain itu
segera pindahkan sisa makanan kaleng ke tempat lain agar kerusakan kaleng
yang terjadi kemudian tidak akan mmepengaruhi kualitas makanannya.
4. Plastik
Setiap hari kita menggunakan plastik, baik untuk mengolah,
menyimpan atau mengemas makanan.Ketimbang kemasan tradisional seperti
dedaunan atau kulit hewan, plastik memang lebih praktis dan tahan lama.
Kelemahannya adalah, plastik tidak tahan panas dan tahan lama dan dapat
mencemariproduk akibat migrasi komponen monomer yang akan berakibat
buruk terhadap kesehatan konsumen. Selain itu, plastik juga bermasalah untuk
lingkungan karena merupakan bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan
cepat dan alami. (non-biodegradable).
Perlu diingat bahwa sebenarnya plastik itu tidak berbau dan berwarna.
Jadi, hindari penggunaan plastik yang bau dan berwarna. Jadi hindari
penggunaan plastik yang bau dan berwarna gelap untuk membungkus
makanan secara langsung.
Plastik kresek hitam yang sering digunakan sebagai pembungkus
gorengan, gelas plastik yang dipakai untuk air mendidih, botol kemasan air
mineral yang diterpa sinar matahari setiap hari, serta penggunaan plastik
kiloan untuk membuat ketupat, adlaah contoh-contoh penggunaan kemasan
plastik yang salah dan sangat berbahaya. Akibat dari penggunaan plastik yang
tidak sesuai dengan fungsinya ini, dikhawatirkan akan terjadi perpindahan
komponen kimia dari plastik ke dalam makanan.
Beberapa kemasan plastik berasal dari material polyetilen
polypropilenpolyvinylchlorida yang jika dibakar atau dipanaskan dapat
menimbulkan dioksin, suatu zat yang sangat beracun dan merupakan
penyebab kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang.
Menjaga plastik agar tidak berubah selama digunakan sebagai pengemas
merupakan cara tentram untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut.
Daftar Pustaka
Beberapa Kemasan Makanan dan Efeknya bagi Kesehatan,
www.gentongmas.com diakses tanggal 05 Oktober 2013
Macam – macam kemasan makanan, www.wikipedia.com diakses tanggal 05
Oktober 2013