27
BAB III BUDI PEKERTI DALAM AJARAN AGAMA Merebaknya isu - isu moral di kalangan remaja seperti penggunaan narkoba, tawuran pelajar, pornografi, perkosaan, merusak milik orang, merampas, menipu, mencari bocoran soal ujian, perjudian, pelacuran, pembunuhan, dan lain - lain sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana, karena sudah menjurus kepada tindak kriminal. Kondisi ini sangat memprihatinkan masyarakat khususnya para orang tua dan para guru / dosen (pendidik), sebab pelaku- pelaku beserta korbannya adalah kaum remaja, terutama para pelajar dan mahasiswa. Banyak orang berpandangan bahwa kondisi demikian diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikanlah yang sebenarnya paling besar memberi kontribusi terhadap situasi seperti ini. Masalah moral yang terjadi pada mahasiswa tidak hanya menjadi tanggung jawab guru agama namun juga menjadi tanggung jawab seluruh pendidik. Apalagi jika komunitas suatu sekolah terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, dan ras. Berbagai konflik akan

Budi Pekerti Dalam Ajaran Agama

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Budi Pekerti Dalam Ajaran Agama

Citation preview

BAB III

BAB III

BUDI PEKERTI DALAM AJARAN AGAMA

Merebaknya isu - isu moral di kalangan remaja seperti penggunaan narkoba, tawuran pelajar, pornografi, perkosaan, merusak milik orang, merampas, menipu, mencari bocoran soal ujian, perjudian, pelacuran, pembunuhan, dan lain - lain sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana, karena sudah menjurus kepada tindak kriminal. Kondisi ini sangat memprihatinkan masyarakat khususnya para orang tua dan para guru / dosen (pendidik), sebab pelaku-pelaku beserta korbannya adalah kaum remaja, terutama para pelajar dan mahasiswa.

Banyak orang berpandangan bahwa kondisi demikian diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikanlah yang sebenarnya paling besar memberi kontribusi terhadap situasi seperti ini. Masalah moral yang terjadi pada mahasiswa tidak hanya menjadi tanggung jawab guru agama namun juga menjadi tanggung jawab seluruh pendidik.

Apalagi jika komunitas suatu sekolah terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, dan ras. Berbagai konflik akan dengan mudah bermunculan. Jika kondisi semacam ini tidak diatasi maka akan timbul konflik - konflik yang lebih besar. Akibatnya masalah moral, etika akan terabaikan begitu saja.

Padahal tujuan dari pendidikan di Indonesia adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Manusia yang mempunyai kepribadian, beretika, bermoral, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian tujuan pendidikan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya seperti yang disarikan dari UU No 20. tahun 2003, bab II, pasal 3, bahwa manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab belum terwujud.

Untuk itu perlu ditanamkan sikap jujur, saling menghargai, bertoleransi dalam diri setiap mahassiswa, karena sikap ini mempunyai dampak luas bagi kehidupan orang lain dalam masyarakat dan negara.

A. Budi Pekerti dalam Ajaran Islam

1. Pengertian Budi Pekerti dalam Islam

Dalam ajaran Islam budi pekerti disitilahkan dengan akhlak. Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu akhlaaq merupakan bentuk jamak dari kata khuluuq atau khulq, yang berarti 1) tabiat, budi pekerti, 2) kebiasaan atau adat, 3) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan, 4) agama, dan 5) kemarahan (al-ghadhab).

Secara terminologis Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Senada dengan pengertian di atas, Muhammad Daud Ali mendefinisikan akhlak dalam kalimat yang lebih ringkas, yaitu ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terbaik dan tercela tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.

Sementara Imam al-Ghazali mendefinisikan akhlak bukan sebagai disiplin ilmu, tetapi sebagai character atau personality, yaitu: suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang daripadanya lahir perbuatanperbuatan dengan mudah, tanpa proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan-perbuatan baik dan terpuji sesuai dengan akal dan syara (hukum Islam), disebut akhlak yang baik/terpuji (al-akhlaaq al-hasanah/al-mahmuudah). Sedangkan jika perbuatan-perbuatan yang timbul tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk (al-akhlaaq al-sayyiah/al-madzmumah).

Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru disebut akhlak kalau memenuhi beberapa syarat, yaitu: 1) Perbuatan tersebut dilakukan berulangulang. Kalau satu perbuatan hanya dilakukan sesekali saja, maka tidak dapat disebut akhlak, Misalnya, pada suatu saat, orang yang jarang berderma tiba-tiba memberikan uang kepada orang lain karena alasan tertentu. Dengan demikian tindakan tersebut tidak dapat disebut murah hati atau berakhlak dermawan, karena hal itu tidak melekat dalam jiwanya. Perbuatan tersebut timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih dahulu sehingga ia benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan atau dipertmbangkan secara matang, tidak disebut akhlak.

Dari penjelasan tersebut di atas, akhlak secara terminology memiliki dua pengertian, yaitu: 1) sebagai sebuah disiplin ilmu, ilmu tentang baik dan buruk (Ahmad min dan Muhammad Daud Ali) dan 2) sebagai character yang melekat dalam diri dan menjadi identitas seseorang (al-Ghazali).

2. Kedudukan Akhlak dalam Islam

Akhlak menempati posisi penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut akhlaaq al-kariimah. Penjelasan ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad s.a.w., antara lain.

Sesungguhnya saya diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR Ahmad, Baihaqi, dan Malik).

Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. (HR Tirmidzi).

Orang yang paling baik keislamannya ialah orang yang paling baik akhlaknya. (HR Ahmad).

"Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik adalah sesuatu yang paling banyak membawa manusia ke dalam surga. (HR Tirmidzi).

Tidak ada sesuatu yang lebih berat dari timbangan orang mumin pada hari kiamat daripada akhlak yang baik. (HR Tirmidzi).

3. Jenis-jenis Akhlak Islam

a. Ikhlas dalam melakukan segala amal perbuatan semata-mata karena Allah SWT.

b. Syaja'ah, yaitu berani dalam segala hal yang positif, baik mengatakan atau membela kebenaran serta dalam menghadapi tantangan dan ancaman.

c. Adil dalam memutuskan sesuatu tanpa membedakan kedudukan, status sosial ekonomi, maupun hubungan kekerabatan.

d. Bijaksana dalam menghadapi atau memutuskan suatu masalah.

e. Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri.

f. Pemurah dan suka menafkahkan hartanya, baik pada waktu lapang maupun susah.

g. Cepat bertaubat dan meminta ampun kepada Allah SWT jika melakukan suatu dosa.

h. Jujur dan benar.

i. Tenang dalam menghadapi berbagai masalah, tidak berkeluh kesah, dan gundah gulana.

j. Amanah (dapat dipercaya, bertanggungjawab).

k. Sabar dalam menghadapi setiap cobaan atau melaksanakan kewajiban ibadah dan kebaktian kepada Allah SWT.

l. Pemaaf, memaafkan kesalah orang lain tanpa dipinta terlebih dahulu.

m. Penuh kasih saying dan belah kasih.

n. Lapang hati dan tidak membalas dendam.

o. Selalu optimis menghadapi kehidupan dan penuh harap kepada Allah SWT.

p. Selalu menjaga diri dari segala sesuatu yang dapat merusakkan kehormatan dan kesucian (iffah).

q. Malu melakukan hal yang tidak baik (hayaa).

r. Rendah hati (tawaadhu).

s. Mengutamakan perdamaian daripada permusuhan.

t. Zuhud dan tidak rakus terhadap kehidupan duniawi.

u. Rido atas segala ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT.

v. Setia terhadap teman, sahabat, dan siapa saja yang terkait dengannya.

w. Bersyukur atas segala nikmat yang diberikan atau musibah yang diderita dan berterimakasih kepada sesama umat manusia.

x. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan.

y. Bertawakal setelah segala usaha dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

z. Dinamis sampai tujuan dan cita-citanya tercapai.

aa. Murah senyum dan menampilkan wajah yang ceria kepada orang lain sehingga setiap orang memandangnya merasa senamg.

ab. Selalu memperhatikan keadaan tetangga dan lingkungan tempat tinggalnya.

ac. Menghormati dan menghargai orang lain secara tulus tanpa memandang latar belakangnya, dan dihargai itu selama hasil kerja dan prestasinya bersifat positif.

ad. Menjauhi sifat iri hati dan dengki (hasud).

ae. Rela berkorban demi kepentingan dan kemaslahatan umat manusia dan dalam membela agama Allah SWT.

4. Karakteristik Akhlak Islam

Akhlak Nabi Muhammad s.a.w. biasanya disebut juga akhlak Islam. Karena akhlak itu bersumber dari al-Quran, dan al-Quran bersumber dari Allah SWT, maka akhlak Islam mempunyai ciri-ciri:

1. Kebaikannya bersifat mutlak (al-khairiyyah al-mutlaqah), yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan kebaikan yang murni, baik untuk individu maupun masyarakat, di dalam lingkungan, keadaan, waktu, dan tempat apa pun.

2. Kebaikannya bersifat menyeluruh (ash-shalahiyyah al-aamah), yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya merupakan kebaikan untuk seluruh umat manusia di segala zaman dan di semua tempat.

3. Tetap, langgeng, dan mantap, yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya bersifat tetap, tidak berubah oleh perubahan waktu dan tempat, atau perubahan kehidupan masyarakat.

4. Kewajiban yang harus dipatuhi (al-iltizaam al-mustajaab), yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan hokum yang harus dilaksanakan, sehingga ada sangsi hokum tertentu bagi orang-orang yang tidak melaksanakannya.

5. Pengawasan yang menyeluruh (ar-raqabah al-muhithah), karena akhlak Islam bersumber dari Allah, maka pengaruhnya lebih kuat daripada akhlakciptaan manusia, sehingga seseorang tidak berani melanggarnya, kecuali setelah ragu-ragu dan kemudian akan menyesaliperbuatannya untuk selanjutnya bertaubat dengan sungguh-sungguh dan tidak melakukan perbuatan yang salah lagi. Ini terjadi karena agama merupakan pengawas yang kuat. Pengawas lainnya adalah hati nurani yang hidup yang didasarkan pada agama dan akal yang sehat yang dibimbing oleh agama serta diberi petunjuk oleh Allah SWT.

B. Budi Pekerti dalam Ajaran Katolik dan Kristen

Agama Kristen yang diajarkan oleh Jesus Christ (kitab Injil). Ajaran agama Kristen menitikberatkan unsur kasih sayang dan belas kasihan antara sesama manusia. Ajaran dasarnya ialah mencintai Tuhan dengan sepenuh hati dan mencintai tetangga seperti mencintai diri sendiri. Old Testament (Perjanjian Lama) menyebutkan undang-undang yang berupa The Ten Commandments yang diperkenankan Tuhan melalui para nabi bertujuan supaya manusia mengamalkan cara hidup yang baik, di antaranya jangan berzina, menghormati kedua Ibu Bapak, jangan membunuh, mencuri, dan lainnya. Old Testament juga menekankan keadilan, kejujuran dan berbuat baik.. Dalam New Testament prinsip etika turut ditekankan. Tujuan hidup bukan hanya untuk mengumpul kebendaan, kedudukan dan pangkat kerana itu tidak kekal.

1. Hubungan antar Sesama Manusia dan Lingkungan dalam Katolik

Pada dasarnya hubungan antar sesama manusia dalam agama mana pun pasti memiliki hubungan yang baik, karena di setiap agama pasti di ajarkan tentang toleransi antar umat beragama. Dengan adanya sikap toleransi antara umat beragama, maka hal yang terjadi adalah ketenangan dan ketentraman, serta akan tercipta rasa kasih sayang antar kita semua. Dalam hari - hari besar keagamaan kita juga dapat melihat, adanya rasa tenggang rasa yang tinggi dari antar umat beragama. Di dunia pendidikan juga dapat kita lihat, bagaimana aturan-aturan yang di buat oleh sekolah - sekolah, dimana tidak ada lagi adanya diskriminasi di antara siswa yang beda agama. Yang membedakannya pada dasarnya bukan dari sikap antara pemeluknya, tetapi pada hubungan antara umat dan Tuhannya.

Di lingkungan juga sangat terjaga, karena sebagian besar agama juga mengajarkan akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, dan kebersihan itu merupakan awal dari kesehatan. Bahkan Islam menyatakan bahwa Kebersihan iu sebagian dari Iman. Selain itu, kita harus memperhatikan lingkungan sekitar kita, karena lingkungan sama hal nya seperti manusia apabila kita perlakukan dengan tidak baik maka ia akan marah, oleh karena itu terjadilah bencana alam. Namun, hal tersebut juga dapat terjadi di karenakan, kehendak Yang Maha Kuasa, jadi kita tidak dapat berbuat apa-apa. Yang patut kita lakukan hanyalah berdoa..

Pada umumnya agama protestan tidak jauh berbeda dengan agama khatolik yaitu saling tolong - menolong antara umat beragama sehingga akan tercipta suatu suasana yang harmonis antar umat beragama dengan tidak menyangkutkan masalah keyakinan. Saling tenggang rasa antara umat beragama ketika umat lain sedang melakukan kegiatan keagamaan. Selain itu, dalam melakukan interaksi dengan lingkungan, mereka sangat memperhatikan kebersihan lingkungan, menjaga semua yang ada dibumi sebagai bentuk rasa syukur kepada tuhan.

2. Akhlak

a. Kesucian Allah dan Kelemahan Manusia; Kesucian Allah : Allah adalah Maha Suci, sehingga tidak dapat mengunjungi kita muka dengan muka, karena dosa-dosa kita. Namun Allah mengasihi kita dapat memberi firman kepada kita, supaya kita mengenal Allah. Tuhan itu Kudus atau suci dapat kita ketahui misalnya dari peristiwa pemanggilan Yesaya sebagai Nabi Tuhan. Dalam Yesaya 6: 3 disebutkan, para Serafim berseru kepada yang lain. "Kudus, kudus, kuduslah Tuuhan semesta alam". Karena Tuhan itu kudus maka ummatnya harus merupakan umat yang kudus pula. Dalam I Petrus 1 : 16 dan Imamat 11 : 44 disebutkan : " Hendaklah kamu kudus karena Aku kudus. Sebab Akulah Kudus Allahmu, maka haruslah kamu kudus dan janganlah menyiksa diri. Kelemahan manusia karena sepasang manusia pertama yaitu Adam dan Hawa jatuh ke dalam situasi dosa karena mereka melanggar perintah Tuhan. Sebenarnya hal ini menunjukkan kesombongan manusia sebagai ciptaan Alla mamu menyamai Tuhan Sang Pencipta. Disamping itu memang ada godaan dari iblis yanhg menyerupai ular sebagi alatnya. Karena dosa sepasang manusia yang pertama maka sebagai anak cucu Adam dan Hawa akan menanggung dosa.

b. Jangan Berdusta; Dusta dilarang oleh Tuhan Allah sebab : 1) Dusta merugikan diri sendiri maupun orang lain. Hal ini jelas dalam peristiwa Abraham menipu Raja Firaun, Yakub menipu Ishak, peristiwa Anas dan Safira. 2) Dusta merupakan perbuatan yang bersumber dari kuasa iblis (Yohanes 8 : 44). Dan orang yang berdusta tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Tuhan, tetapi akan menerima hukuman Tuhan (Mazmur 5: 7, 15: 1-3).

c. Iman; Iman adalah perasaan sikap hati yang mau menerima atau mengiakan sesuatu. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Kata iman berasal dari kata "he emin" dalam bahasa Ibrani yang artinya mengamini.

d. Sopan Santun; Sopan santun adalah sikap atau tingkah laku dari manusia yang dapat diwujudkan dalam bentuk bahasa, sikap dan tingkah laku terhadap orang lain. Sopan santun terhadap orang lain diwujudkan :

Menghargai orang tua .

Taat kepada orang tua.

Mau menerima didikan orang tua.

Mau membantu melakukan pekerjaan di rumah.

Mau bersabar terhadap kelemahan, kekurangan dan kesalahan orang tuanya.

Mau membantu penghidupan orang dan keluarga.

Merawat orang tua dimasa tuanya.

Berpakaian yang rapi, punya budi pekerti yang baik.

Menghormat, mengasihi orang tuanya.

Berbuat baik terhadap sesama manusia.

e. Kekeluargaan; Ada dua macam pengertian keluarga sebagai suatu persekutuan, yang pertama lingkup yang kecil, keluarga sebagi persekutuan yang dibentuk oleh suami-istri ditambah yang ditambah dengan anak ( nuclear family). Yang kedua keluarga sebagai persekutuan yang terdiri dari jumlah keluarga yang terikat dalam pertalian darah, dalam garis vertical (kakek. Nenek, paman, bibi, cucu dsb ) maupun garis horizontal (kakak ipar, ipar, keponakn dan sebagainya). Yang kedua ini disebut keluarga besar (extended family).

f. Pertobatan; Pertobatan adalah meninggalkna dosa dan kegelapan (Efesus 5 : 8). Manusia dapat pengampunan atas dosa dan kesalahan yang diperbuat. Manusia yang bertobat adalah orang yang dengan tulus menyadari kelemahan dan dengan rindu mendambakan perdamaian dengan Tuhan Allah dan dengan sesame manusia. Hal ini seperti perumpamaan anak yang hilang kembali kepada orang Bapaknya yang penuh kasih (Lukas 15 : 7).

g. Kebaikan; Kebaikan Allah telah menyellluruh pada manusia untuk berbuat adil dan tingkah yang baik kepada orang lain dan memberi hasil kebaikan untuk membantu orang lain. Kita harus berbakti, tidak boleh menyembah berhala, cintailah diri sendiri dari pada yang lain. Berbuat baik budi anda kepada orang lain seperti berbuat baik kepada dirinya dengan sesame umat menunjukkan sifat kasih sayang.

h. Cinta Kasih; Cinta kasih adalah salah satu perbuatan manusia. Semangat membela kasih saying baik laki-laki dan perempuan atau saling mengasihi sesame umat secara alami yang terdapat dalam setiap individu baik bangsa maupun agama. Cinta kasih kalau ditingkatkan dalam budi pekerti yang luhur, jika kita kenal dalam waktu dan tempat yang diperhatikan rasa kesetiakawanan, keadilan dan kejujuran. Allah sumber segala cinta kasih, Engkau telah mengutus Putra-Mu agar kasih-Mu menjadi nyata dalam hidup dan semakin dikenal oleh orang."Barang siapa yang tidak mengaasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih". Semoga Roh Kudus telah mencerahkan hati yang dengki, iri hati dan dendam pada Allah, dengan hidup dalam kasih Tuhan memberi penampilan tingkah laku dalam cinta kasih yang berhubungan dengan budi pekerti luhur dan bijaksana (markus 12: 30-31).

i. Berpuasa; Puasa adalah ungkapan tobat dan sekaligus merupakan ulah doa yang hangat. Puasa bagi umat katholik ada dua yaitu : Jumat Agung dan Rabu Abu, puasanya selama 40 hari. Bagi umat kristiani disarankan untuk puasa dan pantang pada hari jumat yang sebagai ungkapan tobat dan laku tapa. Puasa ini bermanfaat untuk membangun semangat pengertian pengendalian diri dan menumbuhkan semangat setia kawan dengan sesame yang berkekurangan.

j. Suara Hati; Suara hati adalah salah satu perkataan manusia yang bias dikembangkan dalam budi luhur (Firman Allah). Menunjukkan tingkah laku bagi orang Kristen karena Allah yang menyelamatkan manusia. Tuhan adalah Bapak kita berarti percaya kepada Allah bapak yang menyelamakan manusia.

k. Keberanian; Keberanian ini merupakan tingkah laku pada dirinya sendiri untuk berbuat baik dan benar. Dapat dilihat dalam penampilan sifat pemberani pada saat pada saat tejadi dimana tempat dan tepat yang mendorong keberanian dan kebaikan.

l. Kesabaran; Kesabaran bagi ummat kristiani mempunyai sifat yang tidak henti-hentinya untuk menghadapi percobaan yang sedang dihadapi dirinya sendiri baik dalam menghadapi kesusahan, kesulitan penderitaan dan musibah. Manusia asalnya dari debu, kembali lagi manusia menjadi debu. Karena Allah yang mempunyai-Nya.

m. Mendoakan bagi orang yang sakit; Kita sebagai umat kristiani menyadari bahwa betapa mahalnya kesehatan yang kit miliki. Bagi mereka yang sedang sakit sebaiknya perlu dikunjungi dan didoakan agar lekas sembuh. Karena hidup di dalam masyarakat perlu saling tolong menolong, saling membantu, sebagai gambar Allah.

C. Budi Pekerti dalam Ajaran Hindu

Agama Hindu berdasarkan kepada kitab Veda yang mengandungi dasar-dasar ketuhanan dan prinsip - prinsip etika yang wajib dipegang teguh oleh pengikutnya. Prinsip tersebut ialah sifat patuh dan disiplin dalam melaksanakan upacara keagamaan. Tanda-tanda kebaikan dalam agama Hindu ialah kemerdekaan, kesihatan, kekayaan dan kebahagiaan. Tanda-tanda kejahatan pula ialah perhambaan, sakit, fakir dan kecelakaan. Prinsip etika Hindu ialah peraturan agama itu dipandang sebagai sumber segala kemuliaan akhlak manusia. Etika dalam agama Hindu bergantung kepada prinsip Brahma yang menjadi dasar kepada norma yang teratur dan bermatlamat. Ia bermaksud keadilan, kebaikan, kesucian, benar, sederhana dan suci. Brahma ini menjadi kode etika yang merangkumi semua aspek kehidupan manusia. Brahma merupakan salah satu matlamat hidup yang mesti diikuti berdasarkan kelas dan status seseorang.

Kesadaran akan adanya baik dan buruk itu di sebut kesadaran etis. Tetapi apa yang baik itu tidak selalu benar dan apa yang buruk itu tidak selalu salah. Untuk mementukan manakah perbuatan yang benar dan perbuatan yang salah, agama Hindu mengajarkan agar manusia berpedoman pada Tri Pramana (tiga ukuran):

1. Desa Kala Patra

Desa artinya tempat, kala artinya waktu. dan patra artinya keadaan. Apa yang benar pada suatu waktu belum tentu benar pula pada waktu yang lain. Apa yang benar-benar pada suatu tempat atau keadaan dapat berubah menjadi salah pada tempat dan atau keadaan yang lain, seperti :

a. Menyanyi untuk hiburan adalah benar, tetapi menyanyi di samping orang-orang yang sedang sakit tentu akan di usir karena perbuatan itu adalah salah.

b. Menghidangkan minuman es pada waktu malam yang dingin akan di terima orang dengan enggan, tapi bila dihidangkan waktu panas terik akan di sambut dengan gembira. Karena setiap akan bertindak/bertingkahlaku patutlah tindakan itu di sesuaikan dengan desa, kala, dan patra.

2. Pratyaksa, Anumana, dan Sabda

a. Pratyaksa adalah memperoleh kebenaran atas dasar pengamatan secara langsung.

b. Anamana adalah memperoleh kebenaran atas dasar pertimbangan secara logika (akal sehat).

c. Sabda pramana adalah memperoleh kebenaran atas dasar pertimbangan-pertimbangan orang - orang yang dapat dipercaya.

3. Sastratah, Garutah, dan Swatah

a. Sastratah adalah pertimbangan-pertimbangan atas dasar Susastra.

b. Garutah adalah pertimbangan-pertimbangan atas dasar nasehat/wejangan para guru.

c. Swatah adalah pertimbangan-pertimbangan atas dasar belajar sendiri dari pengalaman dan sebagainya.

D. Budi Pekerti dalam Ajaran Budha

1. Empat Kebenaran Mulia (Etika)

Pengajaran Budha diasaskan oleh Siddartha Gautama. Menurut ajaran Buddha, terdapat Empat Kebenaran Mulia atau etika yang diperjuangkan yaitu:

a. Hidup manusia penuh penderitaan.

b. Manusia menderita kerana nafsu.

c. Manusia perlu menghapuskan nafsunya untuk melepaskan diri daripada penderitaan dan mencapai nirwana.

d. Penderitaan dapat dihapuskan dengan mengamalkan Jalan Lapan Lapis Mulia.

Jalan Lapan Lapis Mulia menurut ajaran Budha ialah pengetahuan yang baik, pemikiran yang baik, pertapaan yang baik, perkataan yang baik, keinginan yang baik, kelakuan yang baik, usaha yang baik dan kehidupan yang baik.

2. Kerangka dasar ajaran Budha

Adapun kerangka dasar ajaran Budha ialah:

a. Ajaran tentang sradha (keyakinan); Penganut Budha harus memiliki keyakinan terhadap Tuhan, adanya para Budha, kitab suci dan nirwana.

b. Ajaran tentang sila (etika); Sila atau budi pekerti manusia dititikberatkan supaya manusia boleh mencapai suatu kebijaksanaan yang sempurna. Kesempurnaan ini dapat diperoleh dengan mengamalkan enam jalan sempurna yaitu pemberian dalam bentuk kebendaan dan moral, keseimbangan, keteguhan dan kebersihan perbuatan, perkataan dan pemikiran, pemikiran yang tenang dan seimbang, semangat yang berkobar - kobar dan penuh perjuangan untuk mencapai tujuan dan niat untuk mempersatukan pemikiran.

c. Ajaran tentang ritual (bhakti); Rasa hormat dan sujud kepada sesuatu yang harus dihormati. Dalam agama Budha kata etika sering pula dijelaskan dengan kata Sila. Dan yang dimaksud dengan etika dalam bahasa Indonesia adalah kesusilaan yang berarti hal-hal yang berkenaan dengan perbuatan baik. Dalam agama Budha sila merupakan dasar utama dalam pelaksanaan ajaran agama, mencakup semua prilaku dan sifat - sifat baik, yang termasuk ajaran moral dan etika.

Memadamkan keinginan hanya terlaksana dengan perbuatan moral serta disiplin hidup dan mencapai puncaknya pada konsentrasi dan meditasi. Untuk mengikis habis sebab penderitaan Sang Budha memberikan cara-cara terbaik yang dinamakan Jalan Utama Beruas Delapan atau "Ariya Atthangika Magga" yang merupakan Way of life seorang Buddhis, terdiri dari :

a. Pandangan benar (samma-ditthi )

b. Pikiran benar (samma-sankhapa )

c. Ucapan benar (samma-vacca )

d. Perbuatan benar (samma-kamanta )

e. Mata pencaharian benar (samma-ajiva )

f. Daya upaya benar (samma-vayama )

g. Perhatian benar (samma-sati )

h. Konsentrasi benar (samma-samadhi )

Jalan Utama Beruas Delapan atau"Ariya Atthangika Magga" ini dapat dibagi atas tiga golongan yaitu :

a. Kebijaksanaan (Panna)

1. Pengertian yang benar, artinya mengerti dan dapat menembus tentang hakekat hidup ini yang ditandai adanya Dukkha (penderitaan), Dukkha Samudaya (sebabnya penderitaan), Dukkha Nirodha (lenyapnya penderitaan) dan Magga (jalan untuk melenyapkan penderitaan). Jadi ukuran manusia bijaksana menurut agama Budha memiliki pengertian yang benar tentang Dukkha, Sebab Dukkha, Lenyapnya Dukkha dan Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha

2. Pikiran yang benar, artinya pikirannya penuh dengan pikiran yang tidak membenci (Dosa), pikiran yang tidak serakah (lobha) dan pikiran yang tidak bodoh (Moha).

b. Sila

1. Perkataan yang Benar; Kita dapat berkata yang benar, bilamana pikiran kita bersih dari kebencian, keserakahan dan kebodohan. Tetapi kita tidak akan dapat berkata yang benar bilamana pikiran kita penuh dengan kebencian, keserakahan dan kebodohan. Karena itu agar kita dapat berkata dan berbuat yang benar, kita harus membersihkan pikiran kita dari pikiran Lobha, Dosa dan Moha. Yang dimaksud dengan berkata yang benar disini adalah : tidak berbohong, tidak menipu, tidak memfitnah, tidak omong kosong, tidak membicarakan kejelekan orang lain, tidak menyakiti hati orang lain dan lain-lainnya.

2. Perbuatan yang benar; Perbuatan yang benar juga bersumber pada pikiran yang positif, demikian pula halnya dengan perbuatan yang jahat bersumber pada pikiran yang negatif. Yang dimaksud dengan perbuatan yg benar adalah: tidak membunuh, tidak mencuri dan tidak berzinah.

3. Mata Pencaharian yang benar; Mata pencaharian sangat penting artinya didalam kehidupan ini dan alangkah menyedihkan, bilamana ada orang yang tidak mempunyai mata pencaharian. Tetapi kita harus berusaha untuk memiliki mata pencaharian yang benar. Mata pencaharian yang tidak benar adalah menjual minuman keras, menjual racun, menjual senjata untuk perang, menjual budak dan segala benda yang menyebabkan ketagihan seperti : ganja, morfin, narkoba dan lain-lainnya.

c. Samadhi (Meditasi)

Meditasi kami tidak babarkan. Jadi mata pencaharian yang benar adalah hidup dari mata pencaharian yang benar, dengan menghindari hidup dari mata pencaharian yang tidak halal, yang menyebabkan orang lain menderita. Misalnya menjual narkoba adalah merupakan kejahatan, karena narkoba yang diperjualbelikan ini akan merusak moral masyarakat terutama kalangan remajanya.

Melalui meditasi dan cinta kasih Metta dan Karuna dapat membawa umat Budha dalam kehidupan nyata. Dalam pandangan hidup agama Budha dapat dikatakan bahwa keberadaan moral merupakan hal penting dalam hidup. Dan perjuangan moral sesuai dengan ajaran Budha mengandung sifatnya yang rasional dan filosofis, dari dasar moral ajaran Budhisme, Yang demikian diletakkan disiplin moral dan manifestasi moral sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia.

Unsur dalam disiplin moral Budha yang meliputi Panna, Sila dan Samadhi menyangkut ajaran- jaran yang mengatur hubungan antara individu, keluarga, masyarakat, seperti Vinaya Pitaka (untuk Bhikkhu) dan Gihi Pitaka (untuk umat awam). Dengan ajaran ini Bhikhu harus menganut dasa silanya (10 larangan) sedangkan umat awam melalui latihan kesusilaan yang disebut Pancasila Buddhis (5 larangan) yang isinya:

1. Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak melakukan pembunuhan makhluk hidup.

2. Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak melakukan pencurian atau mengambil barang yang bukan haknya.

3. Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan zinah

4. Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak berdusta, berbohong, berkata kasar dan omong kosong.

5. Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak memakan dan meminum zat - zat atau jenis - jenis barang yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.

E. Substansi Budi Pekerti Agama-agama: Mencintai Dengan Tulus

Pesan sangat dalam setiap agama adalah kasih. Tuhan mengasihi umat-Nya, dan tetap mau mengasihinya sekalipun umatnya berbuat dosa. Tuhan senantiasa menanti umat-Nya yang bertobat dan kembali ke jalan Tuhan yang benar. Tuhan telah menunjukkan kasih-Nya kepada manusia dengan berbagai bentuk dan cara, melalui tindakan dan firman-Nya, melalui para nabi dan Rasul-Nya, bahkan melalui berbagai peristiwa dan kejadian dalam kehidupan sehari-hari. Begitu besarnya cinta Tuhan kepada kita, sehingga kita tidak menyadarinya, atau bahkan tidak mampu memahaminya. Sedemikian besar kasih Tuhan kepada kita, sehingga tanda-tanda kasih-Nya yang yang begitu besar dan banyak menjadi luput dari perhatian kita. Bahea kita bisa hidup, dan masih hidup hingga sekarang, sesungguhnya merupakan suatu tanda cinta kasih Tuhan yang amat besar kepada kita.

Kasih dari Tuhan harus hidup dalam hati orang beriman, sehingga masing-masing mampu hidup dengan saling mencintai. Kuta semua percaya bahwa Tuhan mencintai kita manusia, dan bahwa dia telah memerintahkan kita juga untuk mencintai. Itulah sebabnya kita mau dan berjuang untuk hidup saling mencinta. Firman atau perintah Tuhan agar kita saling mencintai tersebar di semua kitab keagamaan, sehingga perintah tersebut merupakan perintah kepada seluruh umat beragama, entah agama apapun dia, entah kapanpun dan di mana pun dia berada. Cinta menjadi cirri setiap agama yang maju. Cinta merupakan bahasa universal untuk seluruuh umat manusia. Namun perlu diingat, cinta dari Tuhan adalah cinta yang tanpa batas,yang mengatasi segala sekat pemisah. Itulah cinta yang tulus, yang hendak kita kembangkan dalam diri kita, terutama sebagai bentuk umat beragama dan umat beriman.

1. Tuhan Mencintai Manusia

Cinta yang ingin kita perdalam dan kita kembangkan dalam hidup kita adalah cinta yang didasarkan pada cinta Tuhan dan perintah cinta-Nya kepada manusia. Maka bagaimana umat beragama memahami cinta dan kebaikan Tuhan kepada manusia, serta apa saja firman atau perintah Tuhan yang berkaitan dengan ajakan hidup mencntai dan mengasihi.Bagi kita umat beragama, hal sangat pokok yang menjadi perjuangan kita adalah kebahagiaan dan kedamaian bahkan keselamatan bagi manusia. Sebenarnya hal tersebut sudah merupakan kehendak Tuhan bagi manusia, tetapi bahwa hal-hal itu sering jauh dari dari manusia, tidak lain karena manusia sendiri kurang berjuang untuk mewujudkannya. Dengan berbagai cara Tuhan menunjukkan kasih-Nya kepada manusia ia telah mnegutus para nabi dan rasul-Nya, untuk menyampaikan kehendak-Nya, untuk menyadarkan manusia agar meninggalkna jaln kebinasaan dan berbalik ke jalan yang benar. Ini semua dimaksudkan tuhan sepaya manusia bias damai dan bahagia, selamat dan tidak binasa. Dengan berbagai cara penyampaian, para nabi dan rasul Tuhan selalu menekankan agar umat manusia hidup dengan baik, dan saling mengasihi.

2. Perintah Untuk Mencintai

Perintah untuk mencintai, yang merupakan dasar bagi penghayatan kita untuk saling mencitai, terdapat dalam banyak teks di berbagai kitab suci keagamaan. Kalau kita membuka hati terhadapnya, niscaya kita dapat menyelami pesannya untuk kita, dalam kondisi di mana kita sedang hidup dan berada. Cinta adalah hal utama bagi kita, Dengan memiliki cinta maka yang lain akan ikut serta, karena dasar dari semuanya adalah cinta.

3. Wujud Cinta Kasih

Bagaimana konkretnya wujud cinta kasih itu, kitab suci keagamaan juga menyinggung nya, akan tetapi sebagian besar ajaran tentang cinta kasih telah dikembangkan dalam berbagai ajara-ajaran resmi keagamaan, yang juga menjadi pedoman dalam praktek penghayatan umat dalam kondisi nyata.

4. Menghayati Cinta Tulus Dalam Hidup Sehari-hari

Pengalaman manusiawi kita memperlihatkan bahwa cinta kasih merupakan hal sangat mendasar dalam hidup manusia. Tidak salah ada yang mengatakan bahwa cinta kasih adalah kebutuhan utama manusia. Artnya,semua perbuatan baik yang kita lakukan, dan semua hal baik yang kita terima, merupakan pancaran dari cinta kasih. Cinta itu membuahkan

Dalam Hadist Nabi Muhammad dikatakan : "Belumlah sempurna iman kalian sebelum kalian mampu mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri. Antara orang yang beriman satu dengan orang yang beriman lain itu bagaikan sebuah bangunan, di mana suatu bagian memperlakukan bagian yang lain. Antara orang yang beriman satu dengan orang yang beriman lain bagaikan sebuah jasad/badan, jika satu bagian jasad merasakan sakit maka bagian jasad yang lain akan mengalami sakit pula."

"Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah bagi orang yang mencaci kamu." (Luk. 6:27-28).

Semakin tegas perintah kasih ini ketika Yesus melanjutkan dalam ayat berikutnya : "Barang siapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipipmu yang lain, dan barang siapa mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu, dan janganlah meminta kembali kepada orang yang memngambil kepunyaanmu. Dan, sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka." (Luk. 6:29-31, Mat. 5:39).

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, Jil. ke-3, Cet. ke-3, h. 102.

NN, Modul Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bina Sarana Informatika, 2005, h. 46.