CKR, DWI ANITA.doc

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    1/31

    BAB II

    KONSEP DASAR

    i. KONSEP MEDIS

    1. PENGERTIAN

    Cedera kepala adalah adanya deformasi berupa penyimpangan

    garis pada tulang tengkorak percepatan dan perlambatan (aselerasi dan

    deselerasi) yang merupakan perubahan bentuk yang dipengaruhi oleh

    perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan percepatan

    serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai

    akibat perputaran pada tindakan pencegahan (Price, 2000).

    Cedera kepala adalah suatu trauma yang terjadi pada kepala yang

    meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak (Brunner !uddarth,

    200").

    Cedera kepala adalah salah satu penyebab kematian dan kecacatan

    utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat

    kecelakaan lalu lintas (#ansjoer, 2000).

    2. PENYEBAB

    $i %merika !erikat &" ' disebabkan oleh kecelakaan sepeda

    motor dan jatuh merupakan penyebab umum kedua. Cedera kepala

    khususnya ajah, sering ditemukan pada kecelakaan alu lintas.

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    2/31

    *rauma primer terjadi karena benturan langsung atau tak

    langsung sedangkan trauma otak sekunder merupakan akibat dari trauma

    syaraf. ( $oenges, 2000 )

    3. PATOFISIOLOGI

    +tak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan

    glukosa dapat terpenuhi. nergi yang dihasilkan didalam sel - sel saraf

    hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. +tak tidak punya cadangan

    oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak alaupun sebentar akan

    menyebabkan gangguan perfusi. $emikian pula dengan kebutuhan

    glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari

    20 mg ' , karena akan menimbulkan koma. ebutuhan glukosa

    sebanyak 2/ ' dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila

    kadar glukosa plasma turun sampai 0 ' akan terjadi gejala - gejala

    permulaan disfungsi serebral.

    Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi

    kebutuhan kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob, yang

    dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat,

    hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat

    metabolisme anaerob. 1al ini menyebabkan timbulnya metabolik

    asidosis.

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    3/31

    $alam keadaan normal aliran darah serebral ( CB ) adalah /0 -

    "0 ml 3 menit 3 400 gr jaringan otak, yang meruakan 4/ ' dari curah

    jantung ( C+ ). aktor ardio5askuler 6

    *rauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung

    mencakup akti5itas atipikal miokardial, perubahan tekanan 5askuler dan

    edema aru. Perubahan otonom pada fungsi 5entrikel adalah perubahan

    gelombang * dan P dan disritmia, fibriasi atrium dan 5entrikel

    takikardia.

    %kibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan

    5askuler, dimana penurunan tekanan 5askuler menyebabkan pembuluh

    darah arteriol akan berkontraksi. Pengaruh persyarafan simpatik dan

    parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu

    besar.

    %kti5itas miokard berubah termasuk peningkatan frekuensi

    jantung dan menurunnya sroke ork di mana pembacaan C7P

    abnormal.*idak adanya stimulus endogen saraf simpatis memengaruhi

    penurunan kontraktilitas 5entrikel.1al ini menyebabkan penurunan

    curah jantung dan meningkatkan tekanan atrium kiri.%kibatnya tubuh

    berkompensasi dengan meningkatkan tekanan sistolik,pengaruh dari

    adanya peningkatan atrium kiri adalah terjadinya edema paru.

    aktor resratori 6

    %danya odema pada paru ada trauma kepala dan 5asokontriksi

    paru atau hipertensi paru menyebabkan hiperproe dan bronkus

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    4/31

    triksi.pernapasan chyne 8 stokes dihubungkan dengan sensitifitasyang

    meningkat pada mekanisme terhadap karbon dioksida dan episode pasca

    hiper5entiasi apnea.

    onsentrasi oksigen dan karbon dioksida dalam darah

    arterimempengaruhi aliran darah, bila Co2 rendah aliran darah

    bertambah karena terjadi 5asodilatasi. Penurunan Pco2 akan terjadi

    alkolis yang menyebabkan 5asokontriksi ( arteri kecil ) dan penurunan

    CB (cerebral blood fluid ). Bila co2 bertambah akibat gangguan sistem

    pernapasan akan menyebabkan penambahan tingginya tekanan

    intrakarnial ( **9 )

    dema otak karena trauma adalah bentuk 5asogenik pada

    kontusio otak terjadi robekan pada pembuluh kapiler atau cairan

    traumatik yang mengandung protein eksudat yang berisi albumen .

    %lbumin pada cairan interstitial otak normal tidak didapatkan edema

    otak terjadi karena penekanan terhadap pembuluh darah dan jaringan

    sekitarnya.edema otak ini dapat menyebabkan kematian otak ( iskemia )

    dan tingginya *9 yang dapat menyebabkan herniasi dan penekanan

    batang otak atau medulla oblongata. %kibat penekanan daerah medulla

    oblongata dapat menyebabkan pernafasan ataksia dimana ditandai

    dengan irama nafas tidak teratur atau pola nafas tidak efektif.

    aktor #etabolisme 6

    Pada trauma kepala terjadi perubahan metabolisme seperti

    trauma tubuh lainnya yaitu kecenderungan retensi natrium dan air dan

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    5/31

    hilangnya sejumlah nitrogen.

    *rauma pelepasan %$1 retensi cairan

    8 haluaran urin sedikit

    8 meningkatnya

    konsentrasi elektrolit

    :etensi natrium juga disebabkan karena adanya stimulus

    terhadap hipotalamus, yang menyebabkan pelapasan %C*1 dan sekresi

    aldosteron. ;injal mengambil peran dalam proses hemodinamik ginjal

    untuk mengatasi retensi cairan dan natrium. !etelah < - & hari tidak

    perlu pemberian hidrasi dilihat dari haluaran urin. Pemberian cairan

    harus hati - hati untuk mencegah **9 . $emikian pula sangatlah

    penting melakukan pemeriksaan serum elektrolit. 1al ini untuk

    mengantisipasi agar tidak terjadi kelainan kardio 5askuer.

    Peningkatan hilangnya nitrogen adalah signifikant dengan respon

    metabolik terhadap trauma, karena dengan adanya trauma, tubuh

    memerlukan energi untuk menangani perubahan - perubahan seluruh

    sistem organ tubuh. =amun masukan makanan kurang, maka akan

    terjadi penghancuran protein otot sebagai sumber nitrogen utama. 1al

    ini menambah terjadinya asidosis metabolik karena adanya metabolisme

    anaerop glukosa. #aka dalam hal ini diperlukan masukan makanan

    yang disesuaikan dengan perubahan metabolisme yang terjadi pada

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    6/31

    trauma. Pemasukan makanan pada trauma kepala harus

    mempertimbangkan tingkat kesadaran pasien atau kemampuan

    melakukan reflek menelan.

    aktor ;astro 9ntestinal 6

    *rauma keala juga mempengaruhi sistem gastro intestinal.

    !etelah trauma kepala ( < hari ) terdapat respon tubuh dengan

    merangsang akti5itas hipotalamus dan stimulus 5agal. 1al ini akan

    merangsang lambung menjadi hiperasiditas.

    1ipotalamus merangsang anterior hipofisis untuk mengeluarkan

    steroid adrenal. 1al ini adalah kompensasi tubuh untuk menangani

    edema serebral. =amun pengaruhnya terhadap lambung adalah

    peningkatan ekskresi asam lambung yang menyebabkan hiperasiditas.

    !elain itu hiperasiditas terjadi karena adanya peningkatan pengeluaran

    katekolamin dalam menangani stress yang mempengaruhi produksi

    lambung. 1iperasiditas yang tidak ditangani akan menyebabkan

    perdarahan lambung.

    $ilihat dari seluruh proses patofisiologi yang terjadi pada trauma

    kepala, maka dapat diduga dampak masalah yang terjadi pada kasus ini.

    Pada trauma kepala keaa ringan tidak ditemukan perubahan neurologis

    yang serius karena tidak terjadi perubahan struktur dan fungsi. =amun

    pada trauma kepaka berat seperti kontusio dan laserasio, kemungkinan

    akan ditemukan gejala - gejala perubahan neurologis seperti penurunan

    kesadaran dan disfungsi senso - motoris. Pengaruh lainnya adalah

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    7/31

    perubahan sistem kardio5askuler, pernafasan, metabolisme tubuh, gastro

    intestinal atau sistem urinarius, dan lain - lain. aktor Psikologis 6

    !elain dampak masalah yang mempengaruhi fisik pasien, trauma

    kepala pada pasien adalah suatu pengalaman yang menakutkan. ;ejala

    sisa yang timbul pascatrauma akan mempengaruhi psikis pasien. ( *utu

    Pahria, 4>>" )

    4. GAMBARAN KLINIS

    ;ambaran klinis dari cedera kepala menurut #ansjoer %rif? 2000, adalah

    • Cedera epala ringan

    8 skor skala koma glasgo 4/ ( sadar penuh, atantif, o5sentatif )

    8 tidak ada kehilangan kesadaran ( misal 6 kontusio )

    8 tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang

    8 pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing

    8 pasien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma

    8 tidak adanya kriteria cedera sedang - berat

    • Cedera epala !edang

    8 skor skala glasgo > - 4& ( kontuksi, retargi 3 stupor )

    8 konkusi

    8 amnesia pasca trauma

    8 muntah

    8 tanda kemungkinan fraktur kranium

    8 kejang

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    8/31

    • Cedera epala Berat

    8 skor skala gasgo < - @ ( koma )

    8 penurunan derajat kesadaran secara progesif

    8 tanda - tanda neurologis lokal

    8 cedera kepala penetrasi 3 teraba fraktur depresi kranium.

    5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

    Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan menurut $oenges? 2000, adalah

    a. !can C* ( tanpa 3 dengan kontras ) 6 mengidentifikasi adanya !+ ,

    hemoragik, menentukan ukuran 5entrikuler, pergeseran jaringan otak.

    Catatan 6 pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada

    iskemia 3 infark mungkin tidak terdeteksi dalam 2& - 2 pasca trauma.

    b. #:9 6 sama juga dengan scant C* dengan atau tanpa menggunakan

    kontras.

    c. %ngiografi serebral 6 menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti

    pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma.

    d. ; 6 untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya

    gelombang patologis.

    e. !inar A 6 mendeteksi adanya perubahan struktur tulang ( fraktur ),

    pergeseran struktur dari garis tengah ( karena perdarahan, edema ),

    adanya frakmen tulang.

    f. B% : ( Brain %uditory 5oked :espons ) 6 menentukan fungsi

    korteks dan batang otak.

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    9/31

    g. P * ( Positron mession *omography ) 6 menunjukkan perubahan

    akti5itas metabolisme pada otak.

    h. ungsi umbal, C!! 6 dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan

    subarakhnoid.

    i. ;$% ( ;as $arah %rteri ) 6 mengetahui adanya masalah 5entilasi atau

    oksigenasi yang akan dapat meningkatkan *9 .

    j. imia 3 elektrolit darah 6 mengetahui ketidakseimbangan yang

    berperan dalam meningkatkan *9 3 perubahan mental.

    k. Pemeriksaan toksikologi 6 mendeteksi obat yang mungkin

    bertanggung ja ab terhadap penurunan kesadaran.

    l. adar antikon5ulsan darah 6 dapat dilakukan untuk mengetahui

    tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang

    6. PENATALAKSANAAN

    Penatalaksanaan medis pada cedera kepaa menurut *uti Pahria? 4>>",

    adalah 6

    • $e amethason 3 kalmethason sebagai pengobatan anti edema

    serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.

    • *herapy hiper5entilasi ( trauma kepala berat ). ntuk mengurangi

    5asodilatasi.

    • Pemberian analgetika.

    • Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu matinol 20

    ' atau glukosa &0 ' atau gliserol 40 '.

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    10/31

    • %ntibiotika yang mengandung barrier darah otak ( penisilin ) atau

    untuk infeksi anaerob diberikan metronidaDole.

    • #akanan 3 cairan. Pada trauma ringan bila muntah - muntah tidak

    dapat diberikan apa - apa, hanya cairan infus de trosa / ',

    aminofel ( 4@ jam pertama dari terjadinya kecelakaan ), 2 - < hari

    kemudian diberikan makanan lunak.

    • Pembedahan.

    Pada trauma berat, karena pada hari - hari pertama didapat

    penderita mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi

    retensi natrium dan elektrolit, maka hari - hari ertama ( 2 -

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    11/31

    7. FOKUS PENGKAJIAN

    a. %kti5itas 3 istirahat

    ;ejala 6 merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan

    *anda 6 perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, Euadreplegia,

    ataksia cara berjalan tak tegap, masalah dalam

    keseimbangan, cedera ( trauma ) ortopedi, kehilangan tonus

    otot, otot spastik.

    b. !irkulasi

    ;ejala 6 perubahan tekanan darah atau normal ( hipertensi ),

    perubahan frekuensi jantung ( brakikardia, takikardia yang

    selingi dengan brakikardia, disritmia ).

    c. 9tegritas go

    ;ejala 6 perubahan tingkah aku atau kepribadian ( tenang 3 dramastis

    ).

    *anda 6 cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung,

    depresi dan impulsif.

    d. liminasi

    ;ejala 6 inkontinensia kandung kemih 3 usus atau mengalami

    gangguan fungsi.

    e. #akanan atau Cairan

    ;ejala 6 mual, muntah dan mengalami perubahan selera.

    *anda 6 muntah ( mungkin proyektil ), gangguan menelan ( batuk,

    air liur keluar, disfagia ).

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    12/31

    f. =eurosensori

    ;ejala 6 kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian,

    5ertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling,

    baal pada ekstremitas, perubahan pada penglihatan.

    *anda 6 perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status

    mental ( orientasi, ke aspadaan, perhatian ), perubahan

    pupil ( respon terhadap cahaya ), de5iasi pada mata,

    genggaman lemah, tidak seimbang.

    g. =yeri 3 enyamanan

    ;ejala 6 sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,

    biasanya lama.

    *anda 6 ajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri

    yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.

    h. Pernafasan

    *anda 6 perubahan ola nafas ( apnea yang diselingi oleh

    hiper5entilasi ). =apas berbunyi, stridor, tersedak. :onki,

    mengi positif ( kemungkinan karena aspirasi ).

    i. eamanan

    ;ejala 6 trauma baru 3 trauma karena kecelakaan.

    *anda 6 fraktur 3 dislokasi, gangguan penglihatan, kulit 6 laserasi,

    abrasi, perubahan arna, gangguan rentang gerak, tonus

    otot hilang. $emam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.

    j. 9nteraksi !osial

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    13/31

    *anda 6 afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara

    berulang - ulang, disartria, anomia.

    ( $oenges,2000 )

    a. KONSEP KEPERAWATAN

    4. Pengkajian $ata $asar

    a. Biodata

    9nformasi biografi sangat membantu menyusun ri ayat pada

    tempatnya. 9nformasi tersebut meliputi nama, alamat, umur, jenis

    kelamin, status perka inan, pekerjaan dan asal etnik indi5idu dengan

    maksud untuk memperoleh profil pasien yang ebih lengkap dan

    membina saling percaya. ( !meltDer, 2002 ? @& )

    #engajukan pertanyaan mengenai pekerjaannya sekarang dapat

    mengungkap mengenai status ekonomi dan latar belakang

    pendidikannya. %lamat berhubungan dengan untuk mengidentifikasi

    bahaya kebakaran, olusi ( suara, udara, air ) dan fasilitas sanitasi

    yang toidak memadai yang berhubungan dengan kasus penyakit ini.

    %gama erat hubungannya dengan tingkat pemahaman atau

    pencerahan keberadaannya dan dapat mengarahkan kebiasaan

    seseorang pendekatan terhadap masalah kesehatan serta dapat

    mempengaruhi bagaimana seseorang menghadapi kesakitan.

    ( !meltDer, 2002 ? 2 - @@ )

    b. $ata Biologis

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    14/31

    8 eluhan tama

    merupakan keluhan utama yang dirasakan misalnya nyeri pada

    atas bibir.

    8 :i ayat esehatan !ekarang

    kapan pasien datang, keluhan utama yang biasa dirasakan pasien.

    8 :i ayat esehatan $ahulu

    menjelaskan apakah pasien pernah mengalami seperti sekarang

    dan tindakan yang sudah dilakukan untuk menanganinya.

    8 :i ayat epera atan eluarga

    adakah anggota keluarga yang lain yang sakit seperti sekarang ini.

    ( Perry Potter, 2002 )

    c. Pola ungsional

    $alam peenyusunan *9 ini penulis menggunakan teori kepera atan

    fungsional menurut 7irginia 1anderson mendefinisikan kepera atan

    sebagai berikut 6 F membantu indi5idu yang sakit dan yang sehat

    dalam melaksanakan akti5itas yang memiliki konstribusi terhadap

    kesehatan dan penyembuhannya dimana indi5idu tersebut akan

    mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan,

    kemauan dan pengetahuan yang dibutuhkan, dan hal ini dilakukan

    dengan cara membantu mendapatkan kembali kemandiriannya

    secepat mungkinG. ( Perry Potter, 200/ ? 2 & )

    #odel konseptual kepera atan menurut 7irginia 1anderson 6

    4. Bernafas $engan =ormal

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    15/31

    Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh pera at adalah

    membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta

    menggunakan bantal, alas dan sejenisnya sebagai alat pembantu

    klien agar dapat bernafas dengan normal dan kemampuan

    mendemonstrasikan dan menjelaskan pengaruhnya kepada klien

    pera at harus aspada terhadap tanda - tanda obstruksi jalan

    nafas dan siap memberikan bantuan dalam keadaan tertentu.

    2. ebutuhan %kan =utrisi

    Pera at harus mampu memberikan penjelasanmengenai tinggi

    dan berat badan yang normal, kebutuhan nutrisi yang diperlukan,

    pemilihan dan penyediaan makanan untuk itu pera at harus

    mengetahui kebiasan, kepercayaan klien tentang nutrisi.

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    16/31

    9stirahat dan tidur sebagian tergantung pada relaksasi otot, untuk

    itu pera at harus mengetahui tentang pergerakan badan yang

    baik, di samping itu juga di pengaruhi oleh emosi ( stress ), di

    mana stress merupakan keadaan normal dari akti5itas, di anggap

    patologis apabila ketegangan dapat di atasi atau tidak terkontrol

    dengan istirahan dan tidur.

    ". ebutuhan Berpakaian

    Pera atan dasarnya meliputi membantu klien memilihkan

    pakaian yang tepat dari pakaian yang tersedia dan membantu

    untuk memakainnya, pera at tidak boleh memaksakan kepada

    klien pakaian dalam pasien, hal itu dapat menghilangkan rasa

    kebebasan klien.

    . #empertahankan*emperatur *ubuh dan !irkuasi

    Pera at harus mengetahui pisiologi panas dan bisa mendorong

    ke arah tercapainnya keadaan panas maupun dingin dengan

    merubah temperatur, kelembapan atau pergerakan udara atau

    dengan memotifasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi

    akti5itasnya. #enu makanan dan pakaian mempengaruhi dalam

    hal ini.

    @. ebutuhan akan Personal 1ygiene

    lien harus di sediakan fasilitas 8 fasilitas peralatan, dan bantuan

    dari pera at sangat dibutuhkan untuk membesihkan kulit,

    rambut, kuku, hidung, mulut dan giginya.

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    17/31

    >. ebutuhan :asa %man dan =yaman

    $alam kaadaan sehat setiap orang bebas mengontrol keadaan

    sekelilingnya atau mengubah keadaan itu bila beranggapan sudah

    tidak cocok lagi, jika sakit sikap tersebut tidak dapat

    dilakukannya, pera atan biasanya meliputi melindungi klien dari

    trauma dan bahaya yang timbul.

    40. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan

    keinginan, rasa takut dan pendapat.

    einginan rasa takut dan pendapat dalam keadaan sehat, tiap

    gerakan emosi tampak pada ekspresi fisik, pera at mempunyai

    tugas sebagai penerjemah dalam hubungan klien dengan tim

    kesehatan lain memajukan kesehatannya. Penciptaan lingkungan

    yang terapeutik sangat membantu dalam hal ini.

    44. ebutuhan !piritual

    $alam memberikan pera atan dalam situasi apapun kebutuhan

    spiritual klien harus di hormati dan pera at harus membantu

    dalam pemenuhan kebutuhan itu. Pera at dan petugas kesehatan

    lainnya harus menyadari bah a keyakinan, kepercayaan dan

    agama membantu dalam hal ini.

    42. ebutuhan Bekerja

    $alam pera atan dasar maka penilaian terhadap interprestasi

    terhadap kebutuhan klien adalah sangat penting, rasa keberatan

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    18/31

    terhadap terapi bedrest dirasakan pada meningkatnya perasaan

    tidak berguna karena tidak aktif.

    4

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    19/31

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    20/31

    :3 menentukan pilihan inter5ensi. Penurunan tanda 3 gejala

    neuroogis atau kegagalan dalam pemulihannya setelah

    serangan a al mungkin menunjukkan bah a pasien itu perlu

    dipindahkan ke pera atan intensif untuk memantau tekanan

    *9 dan atau pembedahan

    8 Pantau 3 catat status neurologis secara teratur dan bandingkan

    dengan nilai standar ( misal 6 ;C! ).

    :3 mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan

    potensial peningkatan *9 dan bermanfaat dalam

    menentukan lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan

    ssp.

    8 Pantau *$, catat adanya hipertensi sistolik secara terus - menerus

    dan tekanan nadi yang semakin berat.

    :3 normalnya, autoregulasi mempertahankan aliran darah otak

    yang konstan pada saat ada fluktuasi tekana darah sistemik.

    8 Pantau pernafasan meliputi pola dan iramanya, seperti adanya

    periode apnea setelah hiper5entilasi yang disebut pernafasan

    cheyne - stukes.

    :3 nafas yang tidak teratur dapat menunjukkan lokasi adanya

    gangguan serebral 3 peningkatan *9 dan memerlukan

    inter5ensi yang lebih lanjut.

    8 5aluasi keadaan pupil, catat ukuran, ketajaman, kesamaan antara

    kiri dan kanan, dan reaksinya terhadap cahaya.

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    21/31

    :3 reaksi pupil diatur oleh saraf kranial akulumotor ( 999 ) dan

    berguna untuk menentukan apakah batang otak masih baik.

    8 Catat ada 3 tidaknya reflek - reflek tertentu seperti reflek menelan,

    batuk dan babinski, dan sebagainya.

    :3 penurunan reflek menandakan adanya kerusakan pada tingkat

    otak tengah atau batang otak dan sangat berpengaruh

    langsung terhadap keamanan pasien.

    8 Pertahankan kepala 3 leher pada posisi tengah atau pada posisi

    netral, sokong dengan gulungan handuk keci atau bantal kecil.

    :3 kepala yang miring pada salah satu sisi menekan 5ena

    juguralis dan menghambat aliran darah 5ena, yang

    selanjutnya akan meningkatkan *9 .

    8 Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan,

    dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya.

    :3 petunjuk non 5erbal ini mengindikasikan adanya peningkatan

    *9 atau menandakan adanya nyeri ketika pasien tidak dapat

    mengungkapkan keluhannya secara 5erbal.

    8 Batasi pemberian cairan sesuai indikasi. Berikan cairan melalui 97

    dengan alat kontrol.

    :3 pembatasan cairan mungkin diperlukan untuk menurunkan

    edema serebral? meminimalkan fluktuasi aliran 5askuler,

    tekanan darah ( *$ ) dan *9 .

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    22/31

    b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan

    neuro5askuler ( cedera kepala pusat pernafasan otak )

    riteria hasil 6 mempertahankan pola pernafasan normal 3 efektif,

    bebas sianosis, dengan ;$% dalam batas normal.

    9nter5ensi 6

    8 Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.

    :3 perubahan dapat menandakan a itan komplikasi pulmonal

    ( umumnya mengikuti cedera otak ) atau menandakan lokasi 3

    luasnya keterlibatan otak.

    8 Catat kompetensi reflek gag 3 menelan dan kemampuan pasien

    untuk melindungi jalan nafas sendiri.

    :3 kemampuan memobilisasi atau membersihkan sekresi penting

    untuk pemeliharaan jalan nafas. ehilangan reflek menelan

    atau batuk menandakan perlunya jalan nafas buatan atau

    intubasi.

    8 %ngkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miring sesuai

    indikasi.

    :3 untuk memudahkan ekspansi paru 3 5entilasi paru dan

    menurunkan adanya kemungkinan lidah jatuh yang

    menyumbat jalan nafas.

    8 %njurka pasien untuk melakukan nafas dalam yang efektif jika

    pasien sadar.

    :3 mencegah 3 menurunkan atelektasis.

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    23/31

    8 %uskultasi suara nafas, perhatikandaerah hipo5entiasi dan adanya

    suara - suara tambahan yang tidak normal.

    :3 untuk mengidentifikasikan adanya masalah paru seperti

    atelektasis, kongesti atau obstruksi jalan nafas.

    8 akukan rongen toraks uang.

    :3 melihat kembali keadaan 5entilasi dan tanda - tanda 5entilasi

    yang berkurang.

    8 Berikan oksigen.

    :3 memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu

    dalam pencegahan hipoksia.

    c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi

    sensori, transmisi dan 3 atau integritasi ( trauma atau defisit

    neurologis ).

    riteria hasil 6 melakukan kembali 3 mempertahankan tingkat

    kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.

    9nter5ensi 6

    8 5aluasi 3 pantau secara teratur perubahan orientasi, kemampuan

    berbicara, aam erasaan 3 afektif, sensorik, dan proses pikir.

    :3 fungsi serebral bagian atas biasanya terpengaruh lebih dulu

    oleh adanya gangguan sirkuasi, oksigenasi.

    8 Catat adanya perubahan yang spesifik dalam hal kemampuan

    seperti memusatkan kedua mata dengan mengikuti instruksi 5erbal.

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    24/31

    :3 membantu melokalisasi daerah otak yang mengalami

    gangguan dan mengidentifikasi tanda perkembangan terhadap

    eningkatan fungsi neurologis.

    8 1ilangkan suara bising 3 stimulus yang berlebihan sesuai

    kebutuhan.

    :3 menurunkan ansietas, respon emosi yang berebihan 3 bingung

    yang berhubungan dengan sensorik yang berlebihan.

    8 Berikan stimulasi yang bermanfaat 6 5erbal, penciuman, sentuhan

    dam pendengaran.

    :3 pilihan masukan sensorik secara cermat bermanfaat untuk

    menstimulasi pasien koma dengan baik selama melatih

    kembali fungsi kognitifnya.

    d. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis ?

    konflik psikologis.

    riteria hasil 6 mempertahankan 3 melakukan kembali orientasi

    mental dan realitas biasanya.

    9nter5ensi 6

    8 kaji rentang perhatian, kebingungan, dan catat tingkat ansietas

    pasien.

    :3 rentang perhatian 3 kemampuan untuk berkonsentrasi

    mungkin memendek secara tajam yang menyebabkan dan

    merupakan potensi terhada terjadinya ansietas yang

    mempengaruhi proses pikir pasien.

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    25/31

    8 Pastikan dengan orang terdekat untuk membandingkan kepribadian

    3 tingkah laku pasien sebelum mengalami trauma dengan respons

    pasien sekarang.

    :3 masa pemulihan cedera kepala meliputi fase agitasi, respon

    marah, dan berbicara 3 proses pikir yang kacau.

    8 Helaskan pentingnya melakukan neurologis secara berulang dan

    teratur.

    :3 pemahaman bah a pengkajian dilakukan secara teratur untuk

    mencegah 3 membatasi komlikasi yang mungkin terjadi.

    8 $engarkan dengan penuh perhatian semua hal yang diungkapkan

    pasien.

    :3 perhatian dan dukungan yang diberikan ada indi5idu akan

    meningkatkan harga diri dan mendorong kesinambungan

    usaha tersebut.

    8 9ntruksikan untuk melakukan tehnik relaksasi. Berikan akti5itas

    yang beragam

    :3 dapat membantu untuk memfokuskan kembali perhatian

    pasien dan untuk menurunkan ansietas.

    8 1indari meninggalkan pasien sendirian ketika mengalami agitasi,

    gelisah, atau berontak.

    :3 ansietas dapat mengakibatkan kehilangan kontrol dan

    meningkatkan kepanikan.

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    26/31

    e. erusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi

    atau kognitif ? penurunan kekuatan 3 tahanan.

    riteria hasil 6 I melakukan kembali 3 mempertahankan posisi

    fungsi optimal.

    I mempertahankan 3 meningkatkan kekuatan dan

    fungsi bagian tubuh yang sakit dan 3 atau

    kompensasi.

    9nter5ensi 6

    8 Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada

    kerusakan yang terjadi.

    :3 mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional

    dan mempengaruhi pilihan inter5ensi yang akan dilakukan.

    8 letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan

    karena tekanan.

    :3 perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran

    terhadap berat badan dan meningkatkan sirkulasi pada

    seluruh bagian tubuh.

    8 !okong kepala dan badan, tangan dan lengan, kaki dan paha ketika

    pasien berada pada kursi roda.

    :3 mempertahankan kenyamanan, keamanan, dan postur tubuh

    yang normal dan mencegah 3 menurunkan resiko kerusakan

    kulit pada daerah koksigis.

    8 Berikan 3 bantu untuk melakukan latihan rentang gerak.

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    27/31

    :3 mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi 3 posisi normal

    ekstremitas dan menurunkan terjadinya 5ena yang statis.

    8 Berikan pera atan kulit dengan cermat, massase dengan

    pelembab, dan ganti linen 3 pakaian yang basah dan pertahankan

    linen tetap bersih.

    :3 meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit dan menurunkan

    resiko terjadinya ekskoriasi kulit.

    8 Pantau pola eliminasi dan berikan 3 bantu untuk dapat melakukan

    defekasi secara teratur.

    :3 defekasi yang teratur merupakan kebutuhan yang sederhana

    tetapi merupakan tindakan yang amat enting untuk mencegah

    terjadinya komplikasi.

    f. :esiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan jaringan rusak ?

    kulit rusak.

    riteria hasil 6I bebas tanda - tanda infeksi

    I mencapai penyembuhan luka tepat aktu bila ada

    9nter5ensi 6

    8 Berikan pera atan aseptik dan antiseptik, pertahankan tehnik cuci

    tangan yang baik.

    :3 cara pertama untuk menghindari terjadinya infeksi

    nosokomial.

    8 +bser5asi daerah kulit yang mengalami kerusakan ( seperti 6 luka,

    garis jahitan ).

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    28/31

    :3 deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk

    melakukan tindakan dengan segera.

    8 Pantau suhu tubuh secara teratur. Catat adanya demam.

    :3 dapat mengindikasikan perkembangan sepsis yang

    selanjutnya memerlukan e5aluasi atau tindakan dengan

    segera.

    8 Batasi pengunjung yang dapat menularkan infeksi atau cegah

    pengunjung yang mengalami infeksi saluran nafas bagian atas.

    :3 menurunkan pemajanan terhadap F pemba a kuman

    penyebab infeksi F.

    8 Berikan antibiotik sesuai indikasi.

    :3 terapi profiaktik dapat digunakan pada pasien yang

    mengalami trauma, kebocoran C!! atau setelah dilakukan

    pembedahan untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi

    nosokomial.

    g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

    perubahan kemampuan untuk mencerna nutrien.

    riteria hasil 6 tidak mengalami tanda - tanda malnutrisi.

    9nter5ensi 6

    8 aji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan

    mengatasi sekresi.

    :3 faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan

    sehingga pasien harus terlindung dari aspirasi.

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    29/31

    8 %uskultasi bising usus, catat adanya penurunan 3 hilangnya atau

    suara yang hiperaktif.

    :3 fungsi saluran pencernaan biasanya tetap baik pada kasus

    cedera kepala.

    8 Haga keamanan saat memberikan makan pada pasien, misal

    meninggikan kepala.

    :3 menurunkan resiko regurgitasi dan 3 atau terjadinya aspirasi.

    8 Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam aktu yang sering

    dengan teratur.

    :3 meningkatkan proses pencernaan dan toeransi pasien

    terhadap nutrisi yang diberikan.

    8 aji feses, cairan ambung, muntah darah dan sebagainya.

    :3 perdarahan sub 3 akut dapat terjadi dan perlu inter5ensi dan

    metode alternatif pemberian makan.

    8 onsultasi dengan ahli giDi.

    :3 merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi

    kebutuhan kalori 3 nutrisi tergantung pada usia, BB.

    h. urang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan

    berhubungan dengan kurang pemajanan ? tidak mengenal informasi 3

    sumber - sumber.

    riteria hasil 6 mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, aturan

    pengobatan, potensial komplikasi.

    9nter5ensi 6

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    30/31

  • 8/19/2019 CKR, DWI ANITA.doc

    31/31

    ( $oenges, 2000 )

    &. 9mplementasi

    $i sesuaikan dengan inter5ensi yang akan dilakukan

    /. 5aluasi

    a. $iagnosa 4 6 mempertahankan tingkat kesadaran biasa 3 perbaikan,

    kognisi, dan fungsi motorik 3 sensorik.

    b. $iagnosa 2 6 mempertahankan pola pernafasan normal 3 efektif,

    bebas sianosis, dengan ;$% dalam batas normal.

    c. $iagnosa < 6 melakukan kembali 3 mempertahankan tingkat

    kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.

    d. $iagnosa &6 mempertahankan 3 melakukan kembali orientasi mental

    dan realitas biasanya.

    e. $iagnosa /6 mempertahankan 3 meningkatkan kekuatan dan fungsi

    bagian tubuh yang sakit dan 3 atau kompensasi.

    f. $iagnosa "6 bebas tanda - tanda infeksi