140
DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola Adaptasi Masyarakat Terhadap Perubahan Akibat Relokasi Pasar Ikan Ke Rusunawa Rawa Bebek) Skripsi Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Penyusunan Skripsi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Dewi Sri Azizah Utami 111311100009 PROGRAM STUDI JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018

DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN

(Studi Tentang Pola Adaptasi Masyarakat Terhadap

Perubahan Akibat Relokasi Pasar Ikan Ke Rusunawa

Rawa Bebek)

Skripsi Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Penyusunan Skripsi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Dewi Sri Azizah Utami

111311100009

PROGRAM STUDI JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018

Page 2: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN

(Studi Tentang Pola Adaptasi Masyarakat Terhadap Perubahan Akibat Relokasi

Pasar Ikan Ke Rusunawa Rawabebek)

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri (UfN)

S yarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Of$ Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bkan hasil kaya asli

' saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UfN)

S yarif Hidayatullah Jakarta.

Page 3: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi,renyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Dewi Sri Azizah Utami

NIM : 1113111000009

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSTIN

(Studi Tentang Pola Adaptasi Masyarakat Terhadap Perubahan Akibat Relokasi

Pasar Ikan Ke Rusunawa Rawabebek)

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Mengetahui,Ketua Program Studi

Dr.NIP. 197609182003 122003

Jakarta, 2 Maret 2078Menyetujui,Pembimbing

Dr. Muhammad Adlin Sila, MA., ph.DNIP. 1 97009161992$TA02

ilt

Page 4: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

PENGESAIIAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

DARI RUMAH KUMUH KE RI.IMAH SUSTJN(Studi Tentang Pota Adaptasi Masyarakat Akibat Relokasi Pasar Ikan Ke

Rusunawa Rawa Bebek)

Oleh

Dewi Sri AzizahUtami1113111000009

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politikUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Maret 2018 Skripsiini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) padaProgram Studi Sosiologi.

Ketua, Sekretaris,

NrP. 1 97 609182003 1 22033

Penguji I, Penguji Il,

Dr.

@yDr. Dzuriyatun Toyibah, M.Si., M.A.NrP. 1 97608032003 122003

Diterit-na dan clinyatakan memenuhi syarat kelulusan pacla tanggal 23 lvlaret 20i 8

Ketua Proglam Studi SpsiologiFiSIP UINIIAKART

Nurhayati, M.Si

Rr. Satiti Shakuntala, M.SiNIP. 2010030111105

iv

19't 609t82003122033

Dr. Cucu NUrhayati, M.Si

Page 5: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

v

ABSTRAKSI

Skripsi ini mengeksplorasi bentuk-bentuk perubahan yang terjadi akibat

relokasi masyarakat permukiman kumuh ke rumah susun serta menggambarkan

pola adaptasi masyarakat terhadap perubahan yang terjadi. Tujuan daripada

penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana proses adaptasi yang dilakukan dan

apa saja yang dilakukan dalam rangka adaptasi terhadap sebuah lingkungan fisik

yang hampir baru sama sekali yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial dan struktur

sosial masyarakat yang harus ditata ulang oleh masyarakat eks Pasar Ikan sebagai

masyarakat relokasi di Rusunawa Rawa Bebek. Teori yang digunakan untuk

menganalisa data penelitian ini adalah teori Strukturasi yang dikembangkan oleh

Anthony Giddens. Teori ini mampu menjelaskan dan memberikan gambaran

tentang bagaimana hubungan masyarakat eks Pasar Ikan sebagai agen menghadapi

struktur yang berada di Rusunawa Rawa Bebek, di mana dalam teori ini agen dan

struktur memiliki hubungan satu dengan yang lainnya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan subyek

penelitian sebanyak tujuh informan dari data yang diperoleh melalui wawancara.

Serta pengerjaan skripsi yang dilakukan mulai bulan Mei 2017 sampai Februari

2018. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses adaptasi yang terjadi adalah

masyarakat eks Pasar Ikan di Rusunawa Rawa Bebek merubah beberapa pola

hidupnya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Misalnya seperti

menjadi lebih sadar akan lingkungan, di mana sebelumnya mereka sebagai

masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh kurang memperhatikan kebersihan

lingkungan maka di Rusunawa Rawa Bebek oleh struktur yang berlaku mereka

dibiasakan untuk hidup lebih bersih dan sadar akan kebersihan dan keindahan

lingkungan, kemudian penataan pola hidup yang lainnya adalah membangun

hubungan ketetanggan yang harmonis antar penghuni rusun dengan dalih merasa

senasib sebagai korban relokasi, dan yang terakhir menjadi lebih kompak dalam

menata kembali pranata sosial yang telah hilang. Bentuk-bentuk adaptasi tersebut

dilakukan sebagai bentuk reproduksi struktur yang mereka lakukan.

Kata kunci: adaptasi, adaptasi sosial, perubahan sosial, agen, struktur, penghuni

rusun

Page 6: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul

DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola Adaptasi

Masyarakat Terhadap Perubahan Akibat Relokasi Pasar Ikan Ke Rusunawa Rawa

Bebek). Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi untuk mendapat gelar

Sarjana Sosial Strata Satu pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penghargaan dan terima kasih setulus-tulusnya dari hati yang terdalam

untuk kedua orang tua yaitu ayahanda Ahmad Robihanka dan ibu Sukaesih yang

telah mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang serta perhatian moril maupun

materil. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat, kesehatan,

keberkahan dan Karunia di dunia dan akhirat atas jasa-jasanya yang tak terhitung

diberikan kepada penulis.

Penghargaan dan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada bapak Dr.

Muhammad Adlin Sila, MA.,Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membantu dan meluangkan banyak waktunya, serta mendengarkan berbagai keluh

kesah penulis dalam penulisan skripsi ini. Serta ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik sekaligus dosen Pembimbing Akademik (PA).

2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi

3. Ibu Joharatul Jamilah M,Si selaku sekertaris Program Studi Sosiologi

Page 7: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

vii

4. Yuliani Nanda Sari salah satu kerabat penulis yang banyak memberikan

inspirasi dan bantuan dalam proses penulisan skripsi ini. Terima Kasih

banyak loh Yul.

5. Kepala Pengelola Rusunawa Rawa Bebek Ibu Nuri Sawitri, dan sekertaris

pengelola yaitu Pak Ara. Serta masyarakat eks Pasar Ikan yang menjadi

Narasumber yaitu Ibu Ai, Ibu Nur, Ibu Siti Amini, Ibu Muriyati, Mpok Yati,

Pak Rais, Pak Suroso, Acip dan seluruh masyarakat Rusunawa Rawa Bebek

yang berjasa memberikan informasi kepada penulis.

6. Keluarga kedua penulis Yuliani Nanda Sari, Shofie Muthia Syar’ie, Ovi

Fauzia Tihamayati, Atikah Marwa Nasution, Shinta Pratandari, Ridha Illahi

Putri, Raudhatul Jannah. Terima kasih Mariana Tengker Family karena

telah menjadi teman seperjuangan sejak semester 3 sampai sekarang.

Terima kasih telah menjadi teman curhat, teman ngecakin orang, teman

belajar dan banyak pelajaran yang ku dapatkan dari kalian.

7. Irfan Yohandi seseorang yang begitu spesial, orang yang tak penah lelah

menemaniku dan banyak membantuku saat berjuang menulis skripsi, yang

tak pernah bosan mendengarkan keluhanku tentang sulitnya ini dan itu, dan

yang tak pernah lelah menyemangatiku saat ku mulai goyah.

8. Teman-teman Oprec yaitu Sari, Tiya, dan Angel yang menjadi penyemangat

penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Fatima Tussayidah adik yang selalu rela meminjamkan laptopnya untuk

dipakai dalam pengerjaan skripsi ini.

Page 8: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

viii

10. Mba Pur selaku tante yang sudah seperti orang tua kandung dalam

memberikan semangat dan masukan-masukan yang membangun

11. Pak Kasyfi, Pak Abrori dan Bu Ida selaku dosen Sosiologi yang banyak

memberikan masukan kepada penulis.

12. Syueb yaitu binatang peliharaan penulis yang setia menemaniku bergadang

di kala sunyi malam dan menjadi penyemangat ketika sedang jenuh

mengerjakan skripsi.

13. Seluruh teman-teman Jurusan Sosiologi Angkatan 2013 khususnya teman-

teman dari kelas Sosiologi 13 A yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

karena begitu banyak kekurangan. Karena itu, penulis memohon kritik dan saran

yang sifatnya membangun demi kesempurnaanya dan semoga bermanfaat bagi kita

semua. Aamiin.

Jakarta, 2 Maret 2018

Dewi Sri Azizah Utami

Page 9: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

ix

Daftar Isi

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...................................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................................... iv

ABSTRAKSI ...................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi

Daftar Isi ............................................................................................................................ ix

BAB I .................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Pernyataan Masalah ............................................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................................. 5

C. Tujuan penelitian .................................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 6

E. Tinjauan Pustaka .................................................................................................... 6

F. Penjelasan Konseptual dan Kerangka teori .......................................................... 12

1. Pengertian Relokasi. ......................................................................................... 12

2. Teori Strukturasi ............................................................................................... 13

G. Metode Penelitian ................................................................................................ 21

1. Pendekatan Penelitian ....................................................................................... 21

2. Subjek Penelitian .............................................................................................. 22

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 22

4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 23

5. Analisa Data ...................................................................................................... 25

H. Sistematika Penulisan........................................................................................... 27

BAB II ............................................................................................................................... 29

GAMBARAN UMUM PENELITIAN ............................................................................. 29

A. Pasar Ikan Penjaringan ......................................................................................... 29

B. Rumah Susun Rawa Bebek .................................................................................. 31

1. Profil Rusunawa Rawa Bebek........................................................................... 31

2. Sarana dan Prasarana Rumah Susun Rawa Bebek ............................................ 32

C. Profil Informan ..................................................................................................... 37

BAB III ............................................................................................................................. 43

HASIL DAN ANALISA PENELITIAN .......................................................................... 43

Page 10: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

x

A. Bentuk-Bentuk Perubahan Pasca Relokasi .......................................................... 43

1. Perubahan Lingkungan Fisik ............................................................................ 43

2. Perubahan Lingkungan Sosial ........................................................................... 47

3. Perubahan Legalitas Hunian ............................................................................. 51

4. Perubahan Struktur ............................................................................................ 54

B. Adaptasi Masyarakat Terhadap Perubahan Yang Terjadi .................................... 60

C. Analisa Penelitian: Refleksi Teori........................................................................ 70

BAB IV ............................................................................................................................. 77

PENUTUP ........................................................................................................................ 77

1. Kesimpulan .......................................................................................................... 77

2. Saran..................................................................................................................... 79

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 80

Page 11: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Rawa Bebek dalam dua tahun

terakhir ini namanya begitu banyak disorot di berbagai jagat media pemberitaan.

Tidak lain tidak bukan alasannya karena Rusunawa Rawa Bebek ini menjadi salah

satu rumah susun yang dipilih oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta

sebagai wadah untuk program relokasi masyarakat yang huniannya digusur oleh

Pemprov DKI Jakarta. Dalam waktu kurang dari 2 tahun, Pemprov DKI Jakarta

dibawah kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah menggusur dan

merelokasi permukiman-permukiman kumuh dan ilegal sebanyak 12 kali

penggusuran (http://www.beritasatu.com/). Namun, apa yang dilakukan oleh

Pemprov DKI Jakarta bukanlah tindakan tak berdasar.

Pemprov DKI Jakarta dalam rencana pembangunan perkotaan melakukan

revitalisasi terhadap kawasan-kawasan yang dapat dikembalikan fungsinya,

sehingga di kemudian hari berdampak pada berkurangnya permasalahan ibukota

salah satunya adalah banjir yang menjadi bencana ‘langganan’ di setiap musim

penghujan. Tujuan pokok pembangunan permukiman adalah untuk meningkatkan

tersedianya sarana rumah dan permukiman yang terjangkau oleh masyarakat,

khususnya masyarakat yang berpendapatan rendah, dan meningkatkan sistem

permukiman yang teratur, layak huni, berbudaya, ramah lingkungan, serta efisien

Page 12: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

2

untuk meningkatkan sumber daya manusia, berarti kawasan permukiman di

perkotaan perlu ditata dengan baik (Adisasmita, 2013:140).

Sejalan dengan itu, Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta kala itu

mengungkapkan bahwa penggusuran dilakukan pada permukiman yang melanggar

aturan seperti permukiman yang berdiri di bantaran kali, Ahok juga mengatakan

bahwa membiarkan warga tinggal di bantaran kali menurutnya lebih tidak

manusiawi (http://megapolitan.kompas.com/). Oleh karenanya, Pemprov DKI

Jakarta merelokasi masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh dan ilegal ke

perumahan yang layak huni dengan berbagai fasilitas namun dengan biaya yang

terjangkau oleh masyarakat.

Oleh sebab itu, skripsi ini akan menjelaskan mengenai bentuk-bentuk

perubahan yang dirasakan oleh masyarakat yang direlokasi dari permukiman yang

dianggap kumuh ke Rusunawa Rawa Bebek, dan proses adaptasi terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan yang dimaksud berupa perubahan

kondisi lingkungan fisik, lingkungan sosial dan struktur masyarakat yang kemudian

perubahan tersebut membuat masyarakat harus beradaptasi terhadap perubahan.

Hal ini menarik untuk diteliti karena penulis menjadi tahu bagaimana masyarakat

menata ulang kehidupannya dalam menghadapi perubahan-perubahan setelah

direlokasi. Masyarakat yang direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek adalah

masyarakat Pasar Ikan Penjaringan dan Masyarakat Bukit Duri

(http://www.republika.co.id). Masyarakat relokasi dari Pasar Ikan Penjaringan

yang dalam hal ini menjadi objek penelitian.

Page 13: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

3

Masyarakat permukiman Pasar Ikan telah menjadi sebuah komunitas

masyarakat pendatang yang bermukim selama bertahun-tahun di kawasan sekitar

Pasar Ikan, sehingga dalam kehidupan bermasyarakatnya telah terbangun sistem

sosial yang sedemikian rupa. Sehingga ketika direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek

dengan berbagai perubahan yang mereka rasakan, mereka harus mereproduksi

sistem sosial melalui adaptasi model hibridasi maupun yang baru sama sekali.

Perubahan yang dialami oleh masyarakat eks Pasar Ikan merupakan perubahan

(sistem) yang saling berkesinambungan satu dengan yang lainnya. Perubahan

lingkungan hidup yang begitu berbeda antara lingkungan Pasar Ikan dengan

lingkungan Rusunawa Rawa Bebek membuat masyarakat relokasi mengalami

proses adaptasi yang cukup sulit (Wawancara Ibu Nur, 16 Juni 2017).

Masyarakat eks Pasar Ikan terbiasa hidup dengan lingkungan dekat pasar

yang semrawut, kotor dan ramai. Kemudian, dalam kehidupan bermasyarakatnya

tidak banyak aturan atau dengan kata lain cenderung bebas terhadap berbagai

tindakannya serta sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya berada di sektor

informal (Wawancara Ibu Ai, 5 Juni 2017). Sebagaimana dikatakan Suparlan

bahwa kemiskinan identik dengan permukiman kumuh, kondisi fisik permukiman

kumuh yang padat, semrawut, kotor, mencerminkan kondisi miskin penghuninya

dan biasanya berdiri di dekat pabrik atau pasar-pasar yang merupakan tempat

tinggal para buruh dan pedagang kaki lima yang merupakan pendatang baru

(Suparlan, 2000:62)

Ketika direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek masyarakat harus melakukan

berbagai tindakan yang dalam hal ini sebagai proses adaptasi di lingkungan yang

Page 14: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

4

baru. Sebagai masyarakat menengah kebawah, masyarakat cukup sulit beradaptasi

dalam hal menata ulang perekonomian mereka di lingkungan yang baru, minimnya

lapangan pekerjaan untuk masyarakat yang tidak memiliki ijazah minimal SMA

Sederajat merupakan problem utama masyarakat eks Pasar Ikan di Rusunawa Rawa

Bebek (Wawancara Pak Rais, 29 Mei 2017). Sehingga untuk menyesuaikan dengan

keadaan tersebut, masyarakat eks Pasar Ikan pada awal direlokasi banyak yang

masih bekerja di Pasar Ikan Terdapat beberapa keluarga yang kepala keluarganya

bekerja di Pasar Ikan namun waktu tempuh dari Rusunawa Rawa Bebek tidak

memungkinkan untuk pulang pergi memilih untuk tinggal terpisah. Biasanya

anggota keluarga yang bekerja di Pasar Ikan menyewa rumah atau tinggal dengan

sanak saudara yang tinggal dekat dengan Pasar Ikan, sehingga waktu untuk

berkumpul dengan keluarga inti yakni hanya sepekan sekali (Hasil Observasi, 5 juni

2017).

Hal tersebut semata-mata dilakukan untuk menyesuaikan dan memenuhi

kebutuhan hidup keluarga di Rusunawa Rawa Bebek. Kemudian menanggapi hal

tersebut, Pemprov bekerja sama dengan pengelola Rusunawa Rawa Bebek dan PT.

Transjakarta menyediakan bus pengumpan Transjakarta dengan jurusan Rusun

Rawa Bebek menuju Pasar Ikan. Walaupun tidak terlalu banyak menghemat waktu

perjalanan, namun bus tersebut begitu efisien digunakan masyarakat eks Pasar Ikan

yang mau bepergian ke Pasar Ikan sehingga tidak banyak melakukan transit.

(Wawancara Ibu Ai, 5 Juni 2017)

Dengan direlokasinya tempat tinggal mereka, maka struktur sosial

masyarakat tersebut berubah secara keseluruhan. Dan dengan berubahnya elemen-

Page 15: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

5

elemen dasar kehidupan masyarakat, seperti lingkungan fisik, sosial dan struktur

sosial maka masyarakat perlu beradaptasi terhadap itu. Dengan berbagai kondisi

yang begitu berbeda antara Pasar Ikan dengan Rusunawa Rawa Bebek membuat

masyarakat eks Pasar Ikan merevisi tindakan-tindakan atau kebiasaan mereka

menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi.

Proses adaptasi yang dilakukan masyarakat eks Pasar Ikan di Rusunawa Rawa

Bebek sebagai respon terhadap perubahan mendorong penulis untuk mengambil

permasalahan tersebut dengan judul penelitian “ DARI RUMAH KUMUH KE

RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola Adaptasi Masyarakat Terhadap

Perubahan Pasca Relokasi Pasar Ikan Ke Rusunawa Rawa Bebek)”

B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana bentuk-bentuk perubahan yang dialami Masyarakat Eks

Pasar Ikan setekah direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek?

2. Bagaimana pola adaptasi masyarakat terhadap perubahan yang terjadi?

C. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perubahan masyarakat yang dialami

Masyarakat Eks Pasar Ikan setelah direlokasi ke Rusunawa Rawa

Bebek

2. Untuk mengetahui pola adaptasi masyarakat terhadap perubahan yang

terjadi

Page 16: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

6

D. Manfaat Penelitian

1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran yang jelas

mengenai perubahan yang dialami Masyarakat Eks Pasar Ikan

Penjaringan dan pola adaptasinya terhadap perubahan yang terjadi.

2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat secara

teoritis yaitu sebagai kontribusi bagi pengembangan ilmu sosiologi.

3. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

4. Dan memiliki manfaat dalam kegunaan praktis seperti implikasi hasil

penelitian terhadap kebijakan.

E. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa penelitian sebe lumnya yang berkaitan dengan tema

penelitian penulis mengenai Pola Adaptasi Sosial Masyarakat Terhadap Perubahan

yang Terjadi di Rusunawa Rawa Bebek, yaitu satu penelitian tentang Pola Adaptasi

Penghuni Rumah Susun, dan dua penelitian yang berkaitan dengan penggunaan

teori Strukturasi Anthony Giddens. Ini bertujuan untuk memberikan gambaran

perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini. Beberapa penelitian

sebelumnya sebagai berikut:

Pertama, adapun penelitian yang berkaitan dengan tema pola adaptasi

penghuni rumah susun yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ernawati Purwaningsih

dengan penelitiannya yang berjudul Strategi Adaptasi Penghuni Rumah Susun

Sombo Terhadap Lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Page 17: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

7

gambaran rumah susun Sombo serta strategi adaptasi penghuni rumah susun

terhadap lingkungannya. Dalam penelitiannya, Ernawati menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif.

Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa strategi adaptasi terhadap

lingkungan fisik rumah susun meliputi ruang rumah tinggal, ruang satu lantai, ruang

satu blok dan antarblok. Strategi adaptasi penghuni dengan ukuran ruang 3 x 6

meter antara lain dengan memfungsikan satu ruang untuk berbagai fungsi. Strategi

adaptasi lingkungan sosial antara lain dengan adanya kegiatan pengajian yang

biasanya dilakukan secara bergiliran dari blok satu ke blok lainnya. Strategi

adaptasi terhadap lingkungan budaya terlihat pada pilihan keluarga inti.

Keterbatasan ruang menjadikan penghuni rumah susun melakukan perubahan dari

keluarga luas menjadi keluarga inti. Budaya disiplin juga menjadi peranan penting,

hal ini mencakup berbagai hal, misalnya membuang sampah pada tempatnya,

menjaga kebersihan, tidak membuat kebisingan dan lain sebagainya.

Kedua, penelitian yang berkaitan dengan penggunaan teori Strukturasi

Anthony Giddens yaitu penelitian oleh Dondick Wicaksono dalam tesisnya pada

tahun 2010 yang berjudul Agen dan Struktur dalam Sektor Informal: Reproduksi

Keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) melalui Interaksi Antar Kelompok

Kepentingan. Penelitian ini melihat perselisihan antara Pedagang kaki lima (PKL)

dengan pemerintah daerah, pola resistensi dari PKL terhadap peraturan pemerintah

yang melarang berdagang di ruang publik yang dalam hal ini adalah di tiga ruas

jalan sekitar stasiun kereta api Bogor. Penggunaan teori Strukturasi menekankan

pada pemaknaan terhadap tindakan pengaturan dan pada peninjauan ulang terhadap

Page 18: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

8

aturan hukum oleh para PKL, serta juga pada mobilisasi sumberdaya PKL dalam

rutinitas mereka, tidak luput dari pembahasan mengenai resistensi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dan hasil

penelitiannya terdapat 3 pembahasan yaitu mengenai reproduksi keberadaan PKL,

eksistensi kelompok kepentingan dan konsep relasi agen dan struktur Anthony

Giddens. Di mana kelompok kepentingan ini sebagai agen yang berusaha

mempengaruhi keberlangsungan struktur. Kemudian temuan penting dalam

penelitian ini adalah bahwa teori strukturasi tidak dapat menjelaskan tentang

terbentuknya pasal yang memperbolehkan PKL membuat sebuah paguyuban PKL,

toleransinya satpol PP terhadap para PKL dan hubungan antara satpol PP dan PKL

yang dikatakan sebagai sebuah praktik sosial yang terjadi karena aspek struktural.

Ketiga, penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penggunaan teori

strukturasi dalam menganalisis adaptasi PNS (agen) terhadap perubahan sistem

kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Rifky Nurruzaman, seorang mahasiswa

program studi Sosiologi di Universitas Islam Negeri Jakarta jenjang strata satu.

Penelitiannya berjudul RELASI AGEN DAN STRUKTUR PADA PERUBAHAN

SISTEM KERJA (Studi Kasus Sistem Absensi Elektronik Fingerprint pada Dinas

Pendidikan Provinsi DKI Jakarta). Metode yang digunakan dalam penelitiannya

adalah kualitatif deskriptif. Dengan tujuan penelitian melihat relasi agen dan

struktur yang dilakukan oleh PNS terhadap perubahan sistem kerja dan sistem absen

yang kini menjadi sistem absen fingerprint.

Page 19: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

9

Hasil penelitiannya adalah relasi agen dan struktur ditandai dengan struktur

(sistem absensi fingerprint) menjadi pedoman tindakan agen, oleh sebab itu struktur

membatasi ruang gerak agen sehingga relasi yang terbentuk adalah agensi dari PNS

yang mengimprovisasi dan merevisi struktur dengan dua sifat sumberdaya

(resources) yaitu sumberdaya alokatif dan sumberdaya otoritatif. Kemudian respon

PNS terhadap perubahan sistem kerja yaitu PNS dengan kesadaran praktis dan

kesadaran diskursifnya menentukan bentuk-bentuk dan karakter tertentu dari

tindakan PNS sebagai agen.

Page 20: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

10

Matriks Tinjauan Pustaka

No Nama Penulis Judul Penelitian Fokus Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 Ernawati

Purwaningsih

Strategi Adaptasi

Penghuni Rumah Susu

Sombo Terhadap

Lingkungannya

Menggunakan

metode kualitatif

Membahas

adaptasi penghuni

rumah susun

Fokus pada

strategi adaptasi

Tidak

menggunakan

teori Strukturasi

Strategi adaptasi yang terjadi pada

penghuni rusun terbagi menjadi tiga bentuk

yaitu strategi terhadap lingkungan fisik,

strategi terhadap lingkungan sosial dan

strategi terhadap kebudayaan.

2 Dondick

Wicaksono

Agen dan Struktur

dalam Sektor

Informal: Reproduksi

Keberadaan

Pedagang Kaki Lima

(PKL) melalui

Interaksi Antar

Kelompok

Kepentingan.

Menggunakan

metode kualitatif

Menggunakan

teori Strukturasi

Anthony Giddens

Objek

penelitiannya

adalah sektor

informal/ PKL

hasil penelitiannya terdapat 3 pembahasan

yaitu mengenai reproduksi keberadaan

PKL, eksistensi kelompok kepentingan dan

konsep relasi agen dan struktur Anthony

Giddens. Temuan penting dalam penelitian

ini adalah bahwa teori strukturasi ini tidak

dapat menjelaskan bagiamana mungkin

terjadi keadaan pasal yang membolehkan

Page 21: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

11

PKL membuat Paguyuban PKL, keadaan

toleransi Satpol PP terhadap PKL, dan

keadaan hubungan kemitraan antara PKL

dengan Satpol PP dapat dijelaskan sebagai

sebuah praktik sosial yang muncul secara

langsung karena aspek-aspek struktural.

3 Rifky

Nuruzzaman

RELASI AGEN DAN

STRUKTUR PADA

PERUBAHAN

SISTEM KERJA

(Studi Kasus Sistem

Absensi Elektronik

Fingerprint pada

Dinas Pendidikan

Provinsi DKI Jakarta)

Menggunakan

teori Strukturasi

Membahas relasi

agen dan struktur

terhadap

perubahan

menggunakan

metode kualitatif

tidak membahas

adaptasi sosial

subjek

penelitiannya

bukan berupa

penghuni rusun

Relasi agen dan struktur ditandai dengan

struktur berupa aturan yang menjadi

pedoman bagi tindakan agen, namun agen

juga memiliki kapasitas mengimproviasi

dan merevisi struktur dengan tindakan

(agensi) yang dilakukan berdasarkan

kesadaran praktis dan diskursif agen.

Page 22: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

12

F. Penjelasan Konseptual dan Kerangka teori

1. Pengertian Relokasi.

Secara harfiah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia relokasi

diartikan sebagai pemindahan tempat atau pemindahan dari suatu lokasi ke

lokasi lain. Maka apabila dikaitkan dalam konteks perumahan dan

permukiman maka relokasi dapat diartikan pemindahan suatu lokasi

permukiman ke lokasi permukiman yang baru. Relokasi merupakan salah satu

wujud dari kebijakan pemerintah daerah yang termasuk kedalam kegiatan

revitalisasi. Revitalisasi sendiri berarti proses, cara dan perbuatan

menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang berdaya

(Setyaningsih, 2015).

Relokasi merupakan salah satu alternatif untuk memberikan

kesempatan kepada masyarakat yang tinggal di permukiman yang kumuh,

status lahannya tidak legal atau bermukim di lingkungan yang rawan bencana

untuk menata kembali dan melanjutkan hidupnya di tempat yang baru.

Pemerintah provinsi DKI Jakarta melakukan relokasi permukiman sekitar

Pasar Ikan tidak semena-mena hanya melakukan penggusuran, pemerintah

melakukan relokasi terhadap warga yang rumah dan kiosnya terkena

penggusuran. Warga yang terkena penggusuran kemudian direlokasi ke

Rusun Marunda dan Rawa Bebek serta kiosnya dipindahkan ke Muara Baru.

Adapun tujuan dari kebijakan Pemprov DKI menggusur kawasan Pasar

Ikan Penjaringan, yaitu untuk merevitalisasi kawasan Pasar Ikan, penertiban

Page 23: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

13

hunian liar yang berdiri di penampang basah juga ditujukan guna

mwngembalikan fungsi Stasiun Pompa Pasar Ikan. Selain itu, penertiban juga

dilakukan untuk mempercantik kawasan di Jakarta Utara serta

mengembalikan fungsi kawasan untuk mencegah banjir rob atau banjir akibat

pasang laut, kemudian lahan bekas hunian-hunian liar tersebut akan dijadikan

lahan untuk membangun Ruang Terbuka Hijau di kawasan Pasar Ikan.

Contohnya di sekitar Masjid Luar Batang akan dibangun plasa sehingga

mendukung wisata spiritual. Sementara kawasan di sekitar pasar dan Museum

Bahari akan dijadikan ruang terbuka yang dapat digunakan untuk jalan

kendaraan masuk dan tempat parkir kendaraan (http://metro.news.viva.co.id)

2. Teori Strukturasi

Dalam melihat adaptasi yang dilakukan oleh Masyarakat Eks Pasar Ikan

terhadap perubahan-perubahan yang terjadi akibat relokasi, maka penulis

menggunakan teori Strukturasi yang dikembangkan oleh Anthony Giddens.

Berangkat dari reproduksi tindakan-tindakan agen merupakan upaya

penyesuaian diri terhadap struktur baru. Dalam menghadapi perubahan,

masyarakat juga menata ulang struktur dan sistem sosial mereka.

Teori Strukturasi yang dikembangkan oleh Anthony Giddens

merupakan upaya mengintegrasikan antara agen dan struktur. Giddens

mencoba menjembatani dualisme kubu besar dalam sejarah pemikiran ilmu

sosial yaitu antara subjektivisme dan objektivisme. Subjektivisme merupakan

cara pandang yang memprioritaskan tindakan atau pengalaman individu

Page 24: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

14

diatas gejala keseluruhan contohnya seperti pemikiran fenomenologi,

etnometodologi dan psikoanalisis, mereka itu antara lain Irving Goffman,

Harold Garfinkel, dan dalam hal tertentu juga Max Weber. Sementara kubu

objektivisme ialah cara pandang yang memprioritaskan gejala keseluruhan

diatas pengalaman individu seperti fungsionalisme, strukturalisme, dan

fungsionalisme-strukturalisme, beberapa tokohnya antara lain Emile

Durkheim, Talcot Parsons, dan Louis Althusser (Wirawan, 291: 2012)

Berdasar pada prinsip dualitas (timbal balik) antara struktur dan agen

ini, Giddens kemudian membangun teori Strukturasi. Anthony Giddens

mencoba mengajukan kaitan teoritis mengenai akar dualisme, menurutnya

akar munculnya dualisme terletak pada kerancuan kita dalam melihat objek

kajian ilmu sosial. Objek kajian ilmu sosial bukanlah keseluruhan, bukan

bagian, bukan struktur dan bukan juga perorangan melainkan titik temu agen

dan struktur. Itulah praktik sosial yang berulang serta terpola dalam lintas

waktu dan ruang (Priyono, 2016:6-7)

Penjelasan tentang teori strukturasi sendiri akan dibahas pada bagian-

bagian dibawah ini secara bertahap, mulai dari konsep-konsep yang menjadi

bagian penting dalam teori ini seperti agen, agensi, struktur, dualitas struktur

agen, dan ruang waktu;

Page 25: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

15

1. Agen dan Agensi

Dalam bagian ini, akan dibahas mengenai konsep agen menurut

pembahasan Giddens. Dalam teori strukturasi, dualitas agen dan struktur

diumpamakan seperti dua sisi keping logam yang saling berdampingan dan

tak terpisahkan. Agen tidak hanya merujuk pada individu, melainkan juga

pada kelompok. Dalam teori strukturasi, Giddens menekankan bahwa

hubungan agen dan struktur bukan merupakan hubungan dualisme melainkan

relasi dualitas. Bersama dengan kesadaran praktis dan diskursif, Giddens

mendefinisikan agen sebagai berikut:

Aktor atau agen manusia –saya menggunakan istilah ini secara

bertukaran- sebagai suatu aspek yang ada pada apa yang mereka

lakukan, memiliki kemampuan memahami atas apa yang mereka

lakukan saat mereka melaksanakan perbuatan itu. Kemampuan refleksif

aktor manusia secara khas terlibat dalam suatu cara yang terus-menerus

yang memiliki rangkaian perilaku sehari-hari dalam konteks-konteks

aktivitas sosial. namun refleksifitas hanya bekerja dalam tataran

diskursif saja. Apa yang diketahui agen-agen tentang apa yang

dilakukannya dan mengapa mereka melakukannya ‒kemampuannya

mengetahui sebagai pelaku‒ kebanyakan dilakukan dalam kesadaran

praktis. (Giddens,1984:xxvii-xxviii)

Menurut Giddens di dalam diri agen terdapat tiga dimensi, Giddens

membedakannya yaitu kesadaran praktis, kesadaran diskursif dan motivasi

tak sadar (Priyono,2016:28). Tidak ada batasan antara kesadaran praktis

dengan kesadaran diskursif, namun hanya ada perbedaan antara apa yang bisa

dikatakan dan apa yang secara khas dilakukan (Giddens, 1984:8). Kesadaran

diskursif merupakan kemampuan agen dalam menjabarkan tindakannya

dengan kata-kata, sementara kesadaran praktis merupakan tindakan yang

Page 26: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

16

diterima begitu saja oleh agen, tanpa mampu mengekspresikan apa yang

mereka lakukan melalui kata-kata (Ritzer dan Goodman, 2004:570).

Giddens dalam Ritzer dan Goodman (2004:570) menyatakan bahwa

berdasarkan fokus pada kesadaran praktis ini, dapat dilakukan transisi secara

lunak dari agen menjadi agensi, agensi sebagai hal-hal yang benar-benar

dilakukan agen

Dengan kata lain, kesadaran praktis ini merupakan kunci untuk

memahami proses bagaimana berbagai tindakan dan praktik sosial kita

lambat-laun menjadi struktur, dan bagaimana struktur itu mengekang serta

memampukan tindakan/praktik sosial kita (Priyono, 2016:29). Melalui

tindakan agen (agensi) yang berdialektika dengan struktur, maka tercipta

sebuah praktik sosial. Menurut Giddens, perkara sentral ilmu sosial adalah

“praktik sosial yang berulang dan terpola dalam lintas ruang dan waktu”

(Wirawan, 2012:292).

Dalam konteks penelitian penulis, maka yang dikatakan sebagai pelaku

atau agen adalah masyarakat eks Pasar Ikan yang direlokasi ke Rusunawa

Rawa Bebek. Sementara agensi yang dilakukan Masyarakat Eks Pasar Ikan

sebagai agen adalah agen merevisi tindakannya dalam menghadapi

perubahan yang terjadi di lingkungan dan struktur yang baru. Reproduksi

struktur yang dilakukan oleh Masyarakat Eks Pasar Ikan semata-mata sebagai

pola adaptasi masyarakat terhadap perubahan.

Page 27: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

17

2. Struktur

Berbicara tentang konsep struktur dalam teori strukturasi, Giddens

memahami bahwa ‘Struktur’ mengacu pada ‘sifat struktural’, atau lebih

tepatnya ‘sifat pemolaan’, yaitu sifat-sifat pemolaan yang memungkinkan

untuk ‘mengikat’ ruang dan waktu dalam sistem sosial, kemudian sifat-sifat

ini dapat dipahami sebagai aturan dan sumber daya, yang terus menerus

terlibat ke dalam reproduksi sistem sosial (Giddens,1979:111) . Berbeda

dengan pandangan Durkhemian tentang struktur yang bersifat mengekang

(constraining), sementara dalam pemikiran Giddens struktur juga bersifat

memberdayakan (enabling) dengan kata lain memungkinkan terjadinya

praktik sosial (Priyono, 2016:22).

Dalam pandangan Giddens, agen tidak seperti wayang yang

dikendalikan oleh struktur yang bersifat eksternal dan memaksa agen, struktur

diproduksi dan direproduksi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi

yang dilakukan agen. Dalam tema penelitian yang ditulis penulis, yang

dianggap sebagai struktur tidak hanya berbagai aturan yang diberlakukan oleh

pengelola. Sementara pranata-pranata sosial yang diproduksi dan

direproduksi oleh Masyarakat Eks Pasar Ikan juga dapat dianggap sebagai

struktur. Pranata keagamaan seperti pengajian yang dibangun kembali,

dengan kepengurusan dan anggota yang berbeda, serta aturan yang disepakati

bersama dan kegiatan-kegiatan yang memberdayakan masyarakat eks Pasar

Ikan.

Page 28: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

18

Dari berbagai prinsip struktural, Giddens melihat tiga gugus besar

struktur, yaitu struktur pemaknaan atau signifikansi, struktur penguasaan atau

dominasi, dan struktur pembenaran atau legitimasi (Priyono, 2016:24).

Giddens beranggapan bahwa seluruh interaksi yang dilakukan manusia

melibatkan pemaknaan (signifikansi), penggunaan kekuasaan (dominasi),

dan sanksi normatif (legitimasi). Ketiga gugus struktur ini erat kaitannya

dengan keterulangan praktik sosial dan pembentukan sistem sosial. Yang

dimaksud dengan sistem sosial adalah pelembagaan dan regulasi praktik-

praktik sosial

3. Dualitas struktur agen

Inti dari teori strukturasi merupakan dualitas antara agen dan struktur,

di mana agen dan struktur saling berdialektika. Struktur dengan sifat

strukturalnya dan agen dengan kemampuan rasionalnya saling berhubungan

satu sama lain dan tidak terpisahkan.

For Giddens, structure and agency imply each other. Structure is

enabling, not just constraining, and makes creative actions possible, but

the repeated actions of many individuals work to reproduce and change

the social structured. The focus of Giddens’s theory is social practices

that are ‘ordered across space and time’, and it is through these that

social structures are reproduced. However, Giddens sees “structure” as

the rules and resources that enable social practices to be reproduce over

time, not as abstract, dosminating, external forces. This ‘duality of

structure’ is a way of rethinking the previous dichotomy. (Giddens and

Sutton,2014:25)

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa struktur dan agen

saling mempengaruhi satu sama lain dalam mereproduksi struktur sosial

melalui tindakan (agensi). Dualitas struktur dan agen pada hakikatnya

Page 29: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

19

memandang bahwa struktur dan agen berinteraksi dalam proses produksi dan

reproduksi institusi dan hubungan-hubungan sosial, dalam arti bahwa agen

merupakan dari struktur, namun agen juga menjadi mediasi bagi

pembentukan struktur baru (Wirawan, 2012:294). Dalam hal ini dualitas

struktur dan agen dapat diimplikasikan pada apa yang terjadi di Rusunawa

Rawa Bebek. Aturan dari pengelola sebagai struktur yang membentuk agen,

dan agen berperan juga dalam reproduksi struktur pada proses penyesuaian

diri terhadap kondisi yang baru.

4. Ruang dan waktu

Ruang dan waktu merupakan variabel krusial di dalam teori strukturasi

Giddens. Giddens menempatkan ruang dan waktu sebagai variabel yang turut

membentuk kegiatan sosial. Yang dimaksud dengan ruang (space) di sini

bukan sekadar ruang fisik, melainkan ruang sosial (social space) di mana

ruang fisik sebagai tempat interaksi manusia, sementara yang dimaksud

dengan konsep waktu (time) di sini bukan semata-mata sejarah kronologis

melainkan pengalaman belajar dari peristiwa masa lalu (Wirawan, 2012:300).

Pembahasan tentang waktu, Giddens mengacu pada apa yang

dikemukakan oleh Heidegger, bahwa waktu, tidak semestinya diterima

sebagai unsur yang mengandung tiga dimensi saja yaitu masa lalu (past),

masa sekarang (present), dan masa yang akan datang (future), melainkan

harus diterima unsur yang didalamnya mengandung empat dimensi, dengan

Page 30: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

20

menambahkan kehadiran (presencing) sebagai unsur keempat yang

menyatukan semuanya (Giddens, 1981:32)

Dalam mengembangkan teori strukturasi, Giddens mengenalkan dua

gagasan yang relevan dengan konteks ruang dan waktu, yaitu konsep lokal

atau daerah (locale) dan konsep tentang kesediaan kehadiran (presence

availability) sebagaimana yang ada dalam relasi-relasi antara integrasi sistem

dan sosial (Giddens, 1984,182). Untuk mengartikan ruang, Giddens memilih

menggunakan terma ‘daerah’ (locale) daripada sebagai ‘tempat’ (space).

Alasannya adalah terma ini mengandung sebuah konotasi ruang yang

digunakan sebagai setting untuk interaksi sosial, setting disini bukan hanya

sebagai lingkungan fisik tempat ‘berlangsungnya’ interaksi, melainkan

sebagai setting interaksi yang dimanfaatkan secara rutin oleh agen dalam

melanggengkan komunikasi (Giddens, 1979:394)

Suatu bagian penting yang terdapat dalam teori strukturasi adalah

rutinitas, karena rutinitas merupakan dasar dari kegiatan sosial sehari-hari.

Rutinitas yang dilakukan orang sehari-hari dapat diartikan sebagai suatu pola

yang melalui ruang dan waktu.

Page 31: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

21

G. Metode Penelitian

Metode penelitian mengacu pada sekumpulan teknik yang digunakan dalam

suatu penelitian untuk memilih kasus, mengukur dan mengamati kehidupan sosial.

Kemudian mengumpulkan dan menyempurnakan data, menganalisa data serta

melaporkan hasilnya (Neuman, 2013). Penjelasan tentang penggunaan metode

penelitian sendiri akan dijelaskan pada bagian-bagian selanjutnya secara bertahap,

mulai dari pendekatan penelitian yang digunakan, subjek penelitian, lokasi

penelitian, waktu penelitian dan teknik analisis data.

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis

penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono, penelitian kualitatif digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang alamiah di mana peneliti sebagai instrumen kunci,

analisis bersifat induktif dan hasil penelitian lebih menekankan pada makna

daripada generalisasi (Sugiyono,2007:1). Penelitian kualitatif berusaha

membangun makna tentang suatu fenomena berdasarkan pandangan-pandangan

dari para partisipan (Creswell,2016,24). Dalam hal ini, Penelitian kualitatif

merupakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui apa dan

bagaimana, seberapa banyak, seberapa jauh status tentang masalah yang diteliti.

Maka penelitian ini akan mendeskripsikan apa saja bentuk-bentuk perubahan yang

dirasakan masyarakat dan bagaimana adaptasi masyarakat terhadap perubahan yang

terjadi pasca direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek.

Page 32: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

22

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam hal ini adalah Masyarakat Eks Pasar Ikan yang

direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek. Masyarakat Eks Pasar Ikan yang dipilih

berdasarkan rekomendasi dari pihak pengelola, pengelola merekomendasikan dua

nama yang sekiranya dapat memberikan gambaran informasi yang mencukupi. Dua

nama tersebut adalah Bapak Rais selaku ketua RW dan Ibu Ai sebagai pedagang

yang aktif dan banyak memiliki kenalan dengan masyarakat antar RT lainnya di

Pasar Ikan. kemudian dari Pak Rais dan Bu Ai penulis meminta rekomendasi

narasumber yang mumpuni dijadikan sebagai informan. Sesuai dengan teknik

pengambilan sample yang digunakan berupa teknik snowball sampling.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat untuk melakukan penelitian ini, sesuai

dengan studi kasus yang diambil yaitu di Rusunawa Rawa Bebek. Rusunawa Rawa

Bebek berlokasi di Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur. Di mana Rusunawa Rawa

Bebek ini merupakan salah satu tempat relokasi warga yang rumahnya terkena

penggusuran Pasar Ikan Penjaringan. Sebanyak 165 Kepala Keluarga (KK)

dipindahkan dari Pasar Ikan Penjaringan ke Rusunawa Rawa Bebek. Rusunawa

Rawa Bebek terdiri dari beberapa blok, penulis melakukan penelitian di Blok A, B,

C dan D di mana blok tersebut adalah blok yang dihuni oleh Masyarakat Eks Pasar

Ikan.

Peneliti melakukan observasi dan wawancara di berbagai tempat di

Rusunawa Rawa Bebek, seperti selasar rusun blok A dan B yang banyak digunakan

Page 33: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

23

sebagai tempat berdagang oleh masyarakat eks Pasar Ikan, kemudian penulis

melakukan pengamatan di mushola Al-Hijrah di Blok D yang digunakan untuk

berbagai kegiatan kegamaan Masyarakat Eks Pasar Ikan dan RPTRA Rusunawa

Rawa Bebek yang digunakan oleh berbagai kalangan mulai dari anak-anak maupun

orang tua. Serta beberapa kali penulis melakukan wawancara di rumah penghuni

rusun, seperti rumah Ibu Nuraini (Ai), Pak Rais dan Ibu Siti Amini.

Sementara untuk waktu penelitian yang diperlukan sekitar empat sampai

enam bulan, yaitu pada bulan Mei-September 2017. Dalam waktu tersebut peneliti

akan melakukan proses observasi dengan menjadi bagian dari masyarakat yang

direlokasi dan melakukan wawancara secara mendalam dengan narasumber utama

yaitu masyarakat yang direlokasi dari permukiman dan Pasar Ikan Penjaringan.

Pertengahan bulan Maret, penulis baru mulai mendatangi Rusunawa Rawa

Bebek untuk survei lokasi, dua pekan kemudian penulis kembali ke Rusunawa

Rawa Bebek untuk memberikan surat izin penelitian kepada pengelola Rusunawa

Rawa Bebek dengan sedikit wawancara dan meminta data mengenai Rusunawa

Rawa Bebek. Kemudian pada tanggal 29 Mei 2017 penulis baru mulai penelitian di

Rusunawa Rawa Bebek.

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian lapangan (field research),

sehingga untuk mendapatkan sumber data berupa data primer maupun data

sekunder diperlukan teknik penelitian sebagai berikut:

Page 34: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

24

1. Observasi

Penulis melakukan observasi untuk mendapatkan data sejelas mungkin

dengan cara mengamati, merasakan, dan menyaksikan dengan seksama

secara langsung bagaimana kondisi kehidupan di Rusunawa Rawa Bebek

serta berbagai kegiatan yang terjadi dan dilakukan oleh subjek penelitian.

Dalam proses observasi, penulis dengan posisinya sebagai instrumen

penelitian mencoba berbaur dengan subjek penelitian. Setiap kejadian yang

penulis lihat, dengar, maupun rasakan tak lupa penulis catat dengan catatan

kecil serta merekam percakapan dengan alat bantu rekam dari handphone.

Observasi dilakukan penulis melalui pengamatan secara langsung ke

lokasi penelitian. Dengan melakukan observasi penulis dapat mengetahui

gambaran yang lengkap dan menyeluruh mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan proses adaptasi masyarakat Eks Pasar Ikan di Rusunawa Rawa Bebek.

2. Wawancara

Selain menggunakan teknik observasi yaitu dengan melihat, mendengar

dan merasakan dengan segala indera. Penulis juga melakukan teknik

wawancara mendalam. Wawacara mendalam merupakan teknik penelitian

berupa mengajukan pertanyaan, mendengarkan, mengungkapkan minat, dan

merekam apa yang dikatakan (Neuman, 2013:493). Dalam hal ini, wawancara

dilakukan kepada subjek penelitian dengan membangun rapport agar

narasumber dapat memberikan gambaran yang sebenar-benarnya.

Dalam pemilihan narasumber untuk diwawancarai, penulis

menggunakan teknik pengambilan sampel berupa snowball sampling, yang

Page 35: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

25

dalam hal ini diawali dengan mewawancarai pengelola Rusunawa Rawa

Bebek dan meminta rekomendasi narasumber. Kemudian selanjutnya dengan

cara yang sama sampai menggelinding menyerupai bola salju. Dalam

penelitian ini penulis mewawancarai sebanyak 8 informan, diantaranya

kepala UPRS Rawa Bebek dan masyarakat Eks Pasar Ikan yang memiliki

pengetahuan dan pengalaman yang sesuai dengan bahasan penelitian.

3. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, studi dokumentasi dilakukan guna mendapatkan

data sekunder berupa dokumen tentang Rusunawa Rawa Bebek yang penulis

dapatkan dari pengelola Rusunawa Rawa Bebek. Selain itu, beberapa jurnal,

artikel dan tesis yang berkaitan dengan tema penelitian ini dan penggunaan

teori strukturasi dalam studinya.

5. Analisa Data

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, oleh karena itu

langkah-langkah analisa data mengambil dari langkah-langkah analisis data

kualitatif yang dikemukakan oleh Cresswell (2016) yaitu sebagai berikut; Langkah

pertama, dimulai dengan mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis dari

berbagai sumber, kemudian menelaah dan mempelajari data secara keseluruhan.

Kemudian direduksi data dan mulai melakukan koding. Lalu menerapkan proses

koding untuk mendeskripsikan setting (ranah), orang (partisipan), kategori dan

tema yang akan dianalisis.

Page 36: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

26

Langkah selanjutnya adalah menerapkan pendekatan naratif dalam

menyampaikan hasil analisis, pembahasannya meliputi pembahasan tentang

kronologi, peristiwa atau keterhubungan antar tema. Dan langkah terkahir dari

analisis data adalah membuat interpretasi dalam penelitian kualitatif atau memaknai

data. Pemaknaan data dapat berupa interpretasi pribadi peneliti atau berupa makna

yang berasal dari perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi dari

literatur atau teori. Dalam hal ini peneliti menegaskan apakah hasil penelitiannya

merupakan pembenaran atau bahkan mmenyangkal informasi atau teori

sebelumnya.

Singkatnya, gambaran analisis data yang dikatakan Cresswell. sama dengan

apa yang dikatakan Neuman yaitu analisa data melibatkan pemeriksaan, pemilahan,

penggolongan, evaluasi, perbandingan, sintesis dan perenungan data yang

dikodekan serta mengkaji data mentah dan data yang direkam. Dalam hal ini

pengolahan data diawali dengan mempelajari hasil wawancara dan observasi,

kemudian penulis menganalisa data tersebut dari awal hingga akhir penulisan.

Selanjutnya menarik kesimpulan dengan mengkaji dari data yang telah didapat.

Page 37: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

27

H. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini, penulis menyusun dalam 4 bab, setiap bab berisi dari sub-

sub bab pembahasan yang memiliki keterkaitan antara bab dengan sub-sub bab

yang satu dengan yang lainnya, yaitu sebagai berikut:

BAB I :Pendahuluan

Bab ini terdiri dari pernyataan masalah atau latar

belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan

dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka

teori, metodologi penelitian dan sistmatika pnulisan

BAB II :Gambaran Umum Penelitian

Bab ini terdiri dari penjelasan mengenai gambaran

umum lokasi penelitian, yang meliputi: pemaparan

data tentang profil Rumah Susun Rawa Bebek,

struktur kelembagaan dalam rumah susun, kapasitas

hunian rumah susun, dan jumlah Kartu Keluarga

(KK) yang direlokasi dari Pasar Ikan Penjaringan ke

Rumah Susun Rawa Bebek

BAB III :Temuan dan Analisis Data

Pada Bab ini penulis memaparkan analisis hasil

penelitian yang meiputi : kondisi sosial ekonomi

masyarakat permukiman dan Pasar Ikan sebelum

Page 38: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

28

direlokasi dan dampak sosial ekonomi yang

dirasakan oleh masyarakat yang direlokasi ke rumah

susun rawa bebek.

BAB IV :Penutup

Penutup sebagai bab terakhir memuat kesimpulan

dan saran dari seluruh hasil pembahasan yang telah

dijelaskan pada bab-bab sebelumnya

DAFTAR PUSTAKA : Halaman daftar pustaka berisi rujukan pustaka

yang diacu dalam penulisan skripsi ini. Pustaka

yang diacu dipastikan berasal dari sumber yang

terpercaya misalnya buku teks, elektronik (e-book),

jurnal ilmiah, laporan penelitian dan dokumen resmi

lainnya

Page 39: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

29

BAB II

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan beberapa poin penting yang berkaitan

dengan gambaran umum penelitian. Pertama, penulis memulai dengan

mendeskripsikan kondisi Pasar Ikan Penjaringan. Kedua, penulis mendeskripsikan

kondisi Rusunawa Rawa Bebek. Ketiga, profil informan. Pembahasan ini untuk

memberikan gambaran kepada pembaca mengenai lokasi asal Masyarakat Eks

Pasar Ikan dan lokasi yang saat ini menjadi tempat tinggal Masyarakat Eks Pasar

Ikan.

A. Pasar Ikan Penjaringan

Pasar Ikan Penjaringan terletak di Jakarta Utara dekat dengan

Pelabuhan Sunda Kelapa secara administratif masuk kedalam Kelurahan

Penjaringan Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara. Berawal dari berdagang

di Pasar Ikan, orang-orang pendatang untuk sementara tinggal di sekitar Pasar

Ikan dan lambat laun menjadi sebuah permukiman atau biasa disebut

kampung Akuarium yang kemudian tercatat sebagai RT 01, 011, dan 012

dalam RW 04 kelurahan Penjaringan.

Kampung Akuarium mulai ramai dipadati penduduk sejak tahun

1980an (https://www.cnnindonesia.com). Kemudian, seiring perkembangan

zaman, kebutuhan akan lahan di wilayah sekitar Pasar Ikan menjadi semakin

bertambah. Masih dalam cakupan Kampung Akuarium erdapat juga

Page 40: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

30

permukiman yang berdiri di atas tanah pemprov DKI, yang kemudian tercatat

menjadi RT 02 RW 04 Kelurahan Penjaringan.

RT 02 mulai dipadati penduduk pada akhir tahun 1999, berawal dari

informasi dari mulut ke mulut mengenai adanya tanah tak bertuan, maka

masyarakat berbondong-bondong membangun rumah yang akhirnya menjadi

salah satu permukiman ilegal yang padat penduduk (Hasil Wawancara ibu Ai,

5 Juni 2017). Jadi permukiman ilegal yang berada di sekitar Pasar Ikan ada 4

RT yaitu RT 01,02, 011 dan 012 di RW 04 Kelurahan Penjaringan . Awal

tahun 2016, Pasar Ikan menjadi sebuah nama yang viral di berbagai media

karena menjadi salah satu wilayah yang terkena program pemerintah Provinsi

DKI Jakarta yaitu relokasi permukiman kumuh dan ilegal ke rusunawa yang

telah disediakan pemprov DKI.

Untuk menemukan gambaran tentang kondisi fisik permukiman Pasar

Ikan, penulis memerlukan dokumentasi atau cerita dari masyarakat Pasar Ikan

sendiri. Karena kondisi Pasar Ikan saat ini dengan dahulu sudah berbeda.

Menurut penelitian dan penelusuran yang dilakukan penulis, dahulu Pasar

Ikan merupakan kawasan yang selalu ramai karena aktivitas pasar yang

beroperasi 24 jam, dan permukiman sekitar Pasar Ikan dikatakan oleh

masyarakat Pasar Ikan adalah permukiman yang cukup padat, dan dapat

dikatakan relatif kumuh (Wawancara Pak Suroso,8 Juli 2017).

Dengan kondisi bangunan rumah semi permanen, letaknya sangat

berdempetan antara satu rumah dengan rumah yang lain, memberikan kesan

Page 41: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

31

kondisi permukiman yang begitu semrawut. Kemudian letaknya sangat dekat

dengan sungai yang terhubung dengan laut, namun sungai ini nampak sudah

begitu tercemar, selain banyak sampan yang sedang terparkir di atas sungai

tersebut, banyak pula sampah yang tergenang di sungai itu. Air sungai sudah

tidak terlihat sisi bersihnya dan ketika pertama kali mendatangi tempat

tersebut akan tercium aroma yang tidak sedap (Hasil Observasi Pasar ikan, 3

Juli 2017).

Dari penelusuran yang dilakukan oleh penulis, dapat dikatakan bahwa

kondisi yang ada di Pasar Ikan memang jauh dari kata layak. Hal ini

digambarkan oleh kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang

kehidupan masyarakat, seperti tidak adanya ruang terbuka hijau dan sarana

olahraga. Hal tersebut ditambah dengan kebiasaan masyarakat yang buruk

yaitu membuang sampah ke sungai dan tidak melakukan pengelolaan sampah

rumah tangga dengan baik (Wawancara Ibu Ai, 5 Juni 2017). Hal ini semakin

mempertegas bahwa permukiman Pasar Ikan dapat dikatakan sebagai

permukiman kumuh.

B. Rumah Susun Rawa Bebek

1. Profil Rusunawa Rawa Bebek

Rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Rawa Bebek merupakan

rusun yang dibangun dan dikelola oleh Unit Pengelola Rumah Susun (UPT)

yang berada di bawah naungan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman

Provinsi DKI Jakarta yang kemudian saat ini digunakan oleh Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta sebagai tempat relokasi untuk warga yang rumahnya

Page 42: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

32

terkena relokasi dalam berbagai program pemerintah, seperti daerah Pasar

Ikan Penjaringan, Bukit Duri, Krukut dan Kalijodo. Untuk kepengelolaan

Rusunawa Rawa Bebek, saat ini kepala unit pengelola Rusunawa Rawa

Bebek adalah Nuri Sawitri S.E, adapun untuk susunan organisasi dan

sumberdaya manusia Unit Pengelola Rusunawa Rawa Bebek adalah sebagai

berikut:

Susunan Organisasi Unit Pengelola Rusunawa Rawa Bebek

Sumber: Data profil UPRS Rawa Bebek

2. Sarana dan Prasarana Rumah Susun Rawa Bebek

Rumah Susun Rawa bebek dibangun dengan visi yaitu mewujudkan

perumahan, permukiman dan bangunan gedung yang andal, legal dan

berwawasan lingkungan (Data Profil Rusunawa Rawa Bebek). Oleh

karenanya, rumah susun rawa bebek dilengkapi dengan berbagai fasilitas

KEPALA UPRS RAWA

BEBEK

Nuri Sawitri, SE

KA. SATUAN

PELAKSANA

PENERTIBAN

Sigit Tunggoro,

S.Sos

BENDAHARA

PENERIMAAN

BENDAHARA

PENGELUARAN

Ani Daniarsih,

SH

KA. SUBBAG

TATA

USAHA

Ara S.Sos

PENGURUS

BARANG

Nunung

Tresnawati

KA. SUBBAG

KEUANGAN

Fitri Aulia,

SH,MAP

KA. SATPEL

PELAYANAN

Ade

Setyartini, SH

KA. SATPEL

PRASARANA DAN

SARANA

Cahaya

Prihatiningsih, SH

Page 43: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

33

sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan yang layak bagi

penghuninya.

Kehidupan ratusan kepala keluarga yang dulu tinggal di permukiman

kumuh dan ilegal seperti masyarakat Pasar Ikan penjaringan dan masyarakat

Bukit Duri berubah sejak direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek. Mereka

mendapatkan hak menempati rusun ini untuk kehidupan yang lebih layak

secara kondisi fisik, sosial dan diikuti oleh kelayakan perekonomian.

Rusunawa Rawa Bebek terdiri dari 17 Blok, dengan unit sebanyak 1700.

Relokasi Pasar Ikan menempati 4 Blok dengan 163 unit terisi dari 250 unit

yang disediakan, dan total 610 jiwa dari Pasar Ikan (Data Profil Rusunawa

Rawa Bebek).

Untuk relokasi Pasar Ikan, warga eks Pasar Ikan menempati tower Blok

A, B,C dan D. Blok tersebut terdiri dari 5 lantai, dengan masing-masing unit

hunian berukuran 36m², setiap satu unit terdiri dari dua kamar tidur, ruang

tamu, kamar mandi dan dapur (Hasil Observasi, 14 Juli 2017). Dari segi

sarana dan prasarana, di Rusunawa Rawa Bebek terdapat sarana dan

prasarana yang menunjang kehidupan yang layak seperti adanya puskesmas,

mushola, paud, sarana kebersihan, sarana olahraga futsal, RPTRA (Ruang

Publik Terbuka Ramah Anak), dan aula untuk perkumpulan rukun warga

serta selasar rusun yang dapat digunakan untuk berbagai aktifitas (Hasil

Observasi, 29 Mei 2017).

Untuk sarana kegiatan ibadah, Rusunawa Rawa Bebek hanya

membangun mushola karena sebagian besar penghuni rumah susun beragama

Page 44: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

34

Islam. Terdapat satu mushola di Blok D dan diberi nama Mushola Al-Hijrah.

Mushola ini dilengkapi oleh beberapa perlengkapan kegiatan ibadah, seperti

speaker, mukena, sarung, Al-Quran, peralatan marawis dan peralatan untuk

kegiatan mengaji (Hasil Observasi,29 Mei 2017).

Untuk sarana kebersihan sudah dikelola oleh unit pengelola, pengelola

menyediakan petugas kebersihan yang setiap pagi dan sore hari bertugas

menyapu dan mengepel selasar dan halaman sekitar rusun, juga di setiap blok

terdapat dua tong sampah, yaitu dibedakan tong sampah organik dan tong

sampah bukan organik. Untuk puskesmas, di Rusunawa Rawa Bebek hanya

terdapat satu puskesmas di blok Gelatik (blok relokasi Bukit Duri),

puskesmas ini buka setiap hari senin-jumat, dan tidak dipungut biaya untuk

pelayanan di puskesmas ini hanya dengan membawa fotokopi ktp dan KK

(Hasil observasi dan Wawancara, 14 Juli 2017).

Untuk sarana olahraga, terdapat sarana olahraga berupa lapangan futsal.

Selain itu, pengelola juga membangun RPTRA yang dilengkapi sarana

bermain dan belajar untuk anak berupa ayunan, jungkat-jungkit, perpustakaan

dan sebagainya yang dibuka setiap hari mulai pukul 03.00 sampai dengan

pukul 22.00 (Hasil Observasi, 20 September 2017). Dan masih banyak lagi

ruang terbuka di Rusunawa Rawa Bebek yang dapat digunakan untuk area

parkir kendaraan, menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti acara resepsi

pernikahan, acara 17 agustusan dan lain-lain (Hasil Wawancara, 14 Juli

2017). Untuk keamanan di Rusunawa Rawa Bebek, unit pengelola juga

menyediakan petugas keamanan yang berjaga selama 24 jam.

Page 45: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

35

Untuk akses transportasi ke Rusunawa Rawa Bebek, Pemprov telah

menyediakan bus pengumpan Transjakarta yang dikhususkan untuk melayani

penghuni rusun. Bus pengumpan Transjakarta yang disediakan untuk

Rusunawa Rawa Bebek sebanyak 3 unit bus berukuran sedang dengan jurusan

Rawa Bebek- Bukit Duri, Rawa Bebek-Pasar Ikan, dan Rawa Bebek-

Penggilingan dan akan bertambah sesuai permintaan dan kebutuhan

(Wawancara Pengelola, 24 Maret 2017). Sarana transportasi Transjakarta

dengan jurusan tersebut disediakan oleh Pemprov DKI untuk memudahkan

masyarakat relokasi untuk pulang pergi ke daerah asal mereka. Pemprov DKI

juga memberikan hak istimewa kepada masyarakat relokasi berupa gratis

menggunakan layanan Transjakarta dengan menunjukan kartu kependudukan

rusun. Untuk transportasi anak sekolah, Pemprov DKI juga telah

menyediakan bus sekolah yang dapat mengantarkan siswa yang tinggal di

rusun menuju sekolahnya (Wawancara Ibu Nur, 16 juni 2017).

Kemudian, di selasar Rusunawa Rawa Bebek juga dilengkapi kios-kios

yang disewakan dengan harga yang relatif murah, yaitu Rp.80.000 perbulan

(Wawancara Ibu Ai, 5 Juni 2017). Sementara untuk masyarakat yang tidak

mau menyewa kios dapat menggunakan selasar rusun sebagai tempat

berdagang. Banyak masyarakat yang berdagang hanya menggunakan meja

dan etalase, ada pula yang memakai gerobak. Dagangan yang dijual pun

bermacam-macam, ada yang membuka warung makan, warung kopi, warung

sembako, sayur-sayuran dan sebagainya (Hasil Observasi, 29 Mei 2017).

Page 46: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

36

Selain itu, di selasar setiap blok disediakan kursi-kursi yang dapat

digunakan untuk menunggu Transjakarta atau sekedar berbincang-bincang

dengan tetangga, aula untuk perkumpulan rukun warga, toilet umum, untuk

penyandang disabilitas pun ada toilet khusus (Hasil Observasi, 29 Mei 2017).

Kemudian, pengelola juga begitu memperhatikan lansia, sehingga dibuatkan

beberapa unit rumah di lantai dasar sehingga untuk lansia tidak perlu naik dan

turun tangga.

Harga sewa perunit rumah yang dikenakan untuk umum dengan warga

relokasi berbeda, harga sewa untuk umum setiap bulannya harus membayar

Rp.470.000/bulan, sementara warga relokasi hanya membayar

Rp.310.000/bulan per tanggal 20, di luar listrik dan air, sistem pembayaran

melalui Bank DKI (Wawancara Pengelola, 24 Maret 2017). Untuk listrik,

setiap unit rusun dilengkapi listrik 1300watt dengan pembayaran listrik

menggunakan token pulsa. Untuk penyediaan air bersih, menurut observasi

yang dilakukan penulis, diketahui pemasok air bersih di Rusunawa Rawa

Bebek adalah perusahaan air bersih AETRA, untuk biayanya sebesar Rp.

5,500,- perkubik (Wawancara Pak Rais, 29 Mei 2017).

Kondisi Rusunawa Rawa Bebek yang telah digambarkan tersebut

begitu berbanding terbalik dengan kondisi tempat tinggal Masyarakat Eks

Pasar Ikan sebelum direlokasi. Oleh karenanya, dengan direlokasinya

masyarakat Pasar Ikan menjadi masyarakat Rusunawa Rawa Bebek, maka tak

dapat dipungkiri akan terjadi beberapa perubahan-perubahan baik perubahan

yang berarti maupun tidak. Setidaknya dari segi kondisi fisik berubah, maka

Page 47: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

37

masyarakat yang terelokasi perlu melakukan adaptasi terhadap perubahan

eksternal yang terjadi agar dapat melanjutkan kelangsungan hidupnya

senyaman mungkin.

C. Profil Informan

1. Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Rawa Bebek

Nuri Sawitri S.E saat ini menjabat sebagai kepala UPRS dibawah

naungan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), terhitung

sejak bulan Maret 2017. Menurut beliau, UPRS Rusunawa Rawa Bebek tidak

mengetahui alasan direlokasinya masyarakat Pasar Ikan, Bukit Duri maupun

kali krukut. Pihak UPRS hanya menyediakan dan menambahkan unit rusun

sesuai permintaan dari dinas PUPR yang bekerjasama dengan Pemprov DKI.

Beliau juga mengatakan bahwa masyarakat relokasi mendapat

berbagai perlakuan khusus, seperti mendapat subsidi harga sewa yang

menjadi lebih murah dibanding penghuni rusun yang bukan relokasi,

mendapat fasilitas berupa penyediaan bus transjakarta dengan jurusan ke

daerah asalnya seperti jurusan Rusunawa Rawa Bebek-Pasar Ikan, dan

berbagai sarana dan prasarana yang terus diperlengkap agar menunjang

perumahan layak huni dan manusiawi. Hal berikut merupakan program dari

pemprov DKI. (Wawancara Ibu Nuri, 24 Maret 2017)

2. Nuraini (Ai)

Ibu Nuraini atau akrab disapa ibu Ai (45), ibu beranak empat ini dalam

kesehariannya bekerja membantu menambah pendapatan rumah tangga

Page 48: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

38

dengan berdagang nasi uduk di selasar Rusunawa Rawa Bebek. Beliau

merupakan salah seorang dari Masyarakat Eks Pasar Ikan yang dengan

senang hati direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek. Beliau tidak pernah

menyesalkan kebijakan pemprov yang menggusur rumah yang telah ia

tempati selama 15 tahun. Di Rusunawa Rawa Bebek beliau tinggal di blok A

lantai 2. Di Pasar Ikan, bu Ai tinggal di RT 02 RW 04. Sebelum direlokasi,

Ibu Ai juga berdagang, yaitu berdagang nasi dan lauk matang. Selain itu, ibu

Ai juga menyewakan kamar-kamar rumahnya sebagai kost untuk para pekerja

yang bekerja di Pasar Ikan atau Pelabuhan. Pendapatan utama keluarga ibu

Ai adalah dari suaminya yang bekerja sebagai security (Wawancara Ibu Ai, 5

Juni 2017)

3. Nuraini (Nur)

Ibu Nuraini biasa dipanggil ibu Nur, Masyarakat Eks Pasar Ikan yang

kini tinggal di Rusunawa Rawa Bebek blok A lantai 2. Dalam kesehariannya

Ibu Nur sama halnya dengan Ibu Ai yaitu berdagang, dengan alasan yang

sama yaitu untuk menambah pendapatan rumah tangga karena suaminya

bekerja sebagai buruh proyek yang penghasilannya tidak menentu, sehingga

untuk dapat bertahan hidup di Rusunawa Rawa Bebek beliau berdagang

makanan ringan yang dimulai dengan modal kecil-kecilan. Ketika di Pasar

Ikan, Ibu Nur tinggal di RT 01 RW 04. Ibu Nur juga sebelumnya bekerja

sebagai pedagang di sekitaran Pasar Ikan, beliau menjual nasi dan lauk

matang. Di Rusunawa Rawa Bebek beliau hanya tinggal bersama ketiga anak

laki-lakinya, sementara suami dan anak perempuannya tinggal di rumah

Page 49: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

39

saudara yang tinggal di dekat Pasar Ikan, suami dan anak perempuannya

memutuskan untuk tidak ikut tinggal di rusun karena bekerja di daerah sekitar

Pasar Ikan (Wawancara Ibu Nur, 16 Juni 2017)

4. Muriyati

Muriyati seorang pedagang nasi dan lauk matang sejak masih di Pasar

Ikan dan sampai di Rusunawa Rawa Bebek tetap berdagang nasi dan lauk

matang. Beliau tinggal bersama suami dan anak satu-satunya. Beliau

mengatakan bahwa suaminya tidak bekerja karena saat ini dalam keadaan

sakit sehingga sudah tidak mampu bekerja. Sementara anaknya bekerja di

salah satu perusahaan swasta. Untuk memenuhi kebutuhan hidup di

Rusunawa Rawa Bebek, Muriyati tak bisa hanya bertumpu pada anaknya,

sehingga Muriyati memutuskan untuk tetap berdagang walaupun beliau

mengakui bahwa pendapatan dari berdagang di rusun tidak seberapa bahkan

pernah mengalami kerugian (Wawancara Ibu Muriyati,12 Juni 2017).

5. Siti Amini

Siti Amini merupakan seorang ibu rumah tangga, beliau merupakan

istri dari bapak Mahadi yang kini ditunjuk menjadi ketua RT di Rusunawa

Rawa Bebek. Ibu Siti saat ini dalam kesehariannya sebagai ibu rumah tangga.

Sebelum direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek, beliau bekerja sebagai asisten

rumah tangga di daerah pasar pagi yang lokasinya tak jauh dari Pasar Ikan.

Namun ketika direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek beliau tidak bekerja

Page 50: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

40

menjadi asisten rumah tangga lagi, karena jarak dari Rusunawa Rawa Bebek

yang sudah tidak memungkinkan untuk pulang pergi.

Sementara pak Mahadi tetap bekerja sebagai tukang ojek dan

merangkap sebagai ketua RT, bedanya waktu di Pasar Ikan pak Mahadi

menjadi tukang ojek pangkalan yang ‘mangkal’ di Pasar Ikan. sedangkan di

rusunawa tidak ada pangkalan ojek sehingga pak Mahadi hanya

mengantarkan langganan-langganan saja seperti langganan ojek ke sekolah-

sekolah. Pak Mahadi dan bu Siti tinggal di Rusunawa Rawa Bebek bersama

satu orang anaknya, beliau memiliki 3 orang anak, 2 anaknya telah menikah

dan berkeluarga sementara satu anaknya masih berada di sekolah menengah

pertama (SMP) (Wawancara Ibu Siti, 14 Juli 2017).

6. Mpok Yati

Ibu muda bernama Yati atau sering dipanggil Mpok Yati merupakan

seorang ibu rumah tangga biasa, namun saat ini beliau menambah kesibukan

dengan membuka toko kelontong di selasar Rusunawa Rawa Bebek.

Sebelumnya beliau tidak pernah berdagang, namun karena beliau merasa

bahwa berdagang di rusun saat ini cukup ramai, jadi beliau memutuskan

berdagang agar dapat menambah pendapatan rumah tangga karena beliau

mengakui pengeluarannya saat ini semakin banyak terlebih pada biaya listrik

dan air. Beliau mengaku sudah sejak kecil tinggal di Pasar Ikan, beliau

tinggal di Pasar Ikan RT 01 RW 04. Beliau mengaku orang tuanya membeli

Page 51: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

41

tanah dengan harga yang cukup murah saat itu kemudian membangun rumah

seadanya (Wawancara Mpok Yati, 20 September 2017).

7. Rais

Rais yang kini dipilih sebagai salah satu ketua RW di Rusunawa Rawa

Bebek, sebelumnya seorang pegawai di salah satu perusahaan umum di

jakarta. Saat ini beliau hanya bekerja sebagai freelancer dan sebagai ketua

RW. Beliau mengakui bahwa sudah sejak kecil beliau tinggal di Pasar Ikan.

beliau begitu tidak terima ketika rumahnya yang telah ditempati puluhan

tahun harus rata dengan tanah begitu saja, karena menurutnya Pasar Ikan

sudah menjadi kampungnya. Dan keadaan di Rusunawa Rawa Bebek menurut

beliau tidak lebih baik dari Pasar Ikan, karena banyak sekali warganya yang

mengeluhkan sulitnya perekonomian di rusun. Ketika di Pasar Ikan beliau

tinggal di RT 12 RW 04, dan saat ini tinggal di Rusunawa Rawa Bebek di

blok B lantai 2 (Wawancara Pak Rais, 29 Mei 2017).

8. Suroso

Suroso salah seorang Masyarakat Eks Pasar Ikan yang kini tinggal di

Rusunawa Rawa Bebek blok C. Sebelumnya beliau tinggal di Pasar Ikan RT

02 RW 04, beliau mengaku telah tinggal selama 15 tahun di Pasar Ikan.

Sebelumnya beliau tinggal bersama orang tuanya di Luar Batang, dan masih

memiliki saudara yang kini tinggal di Luar Batang. Sebelum direlokasi beliau

membuka toko kelontong di depan rumah dan di dekat Pasar Ikan, namun saat

ini beliau mengaku tidak memiliki modal yang banyak untuk membuka toko

Page 52: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

42

kelontong, sehingga di Rusunawa Rawa Bebek hanya istrinya yang berjualan

nasi dan lauk matang di selasar rusun blok A (Wawancara Pak Suroso, 8 Juli

2017).

Page 53: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

43

BAB III

HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

A. Bentuk-Bentuk Perubahan Pasca Relokasi

Setiap masyarakat yang mengalami relokasi ke sebuah tempat tinggal yang

baru, tentunya mengalami berbagai perubahan dalam kehidupannya. Perubahan

yang sudah pasti terjadi ketika sebuah masyarakat yang notabene masyarakat

permukiman kumuh direlokasi ke perumahan yang berbentuk hunian vertikal

tentunya mengalami berbagai perubahan sebagai berikut.

1. Perubahan Lingkungan Fisik

Dalam kasus penggusuran dan relokasi, perubahan kondisi fisik

merupakan hal yang utama. Umumnya masyarakat yang direlokasi adalah

masyarakat yang tinggal di kondisi permukiman kumuh nan liar. Menempati

tanah milik pemerintah setelah bertahun-tahun, maka ketika terdapat

kebijakan untuk direlokasi mau tidak mau masyarakat tersebut harus

menerima konsekuensinya. Mereka yang tergusur salah satunya adalah

masyarakat permukiman Pasar Ikan. Kehidupan ratusan kepala keluarga yang

sebelumnya tinggal di permukiman kumuh dan ilegal kini berubah sejak

direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek. Perubahan kondisi fisik dari rumah

tapak menjadi rumah vertikal, lingkungan yang relatif kumuh menjadi

lingkungan perumahan layak huni.

Page 54: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

44

Kondisi fisik permukiman Pasar Ikan pada dasarnya adalah

permukiman padat penduduk yang berdiri di atas lahan milik pemerintah.

Masyarakat Pasar Ikan pun menyadari bahwa mereka tinggal di lingkungan

yang kumuh dan tidak sehat terlebih untuk anak-anak. Permukiman dengan

segala keadaan yang kurang menunjang untuk layak huni digambarkan oleh

salah satu narasumber bernama Ibu Ai sebagai berikut

“sebenernya ya, kita dipindahin kesini ada bagusnya juga yang biasanya

ga punya wc jadi punya wc. Maksudnya kan kalau orang yang ngontrak

kan wcnya rame-rame, kalau saya kan rumah sendiri. Kan orang di sini

banyak yang ngontrak, ya yang gak punya wc jadi punya dong, yang

tadinya kotor dekat kali di sini jadi bersih. Kan kehidupan disana kan

namanya kumuh, daerah Pasar Ikan kumuh kan.” (Wawancara Ibu Ai,

5 Juni 2017)

Lebih lanjut Ibu Ai juga mengakui bahwa dahulu rumahnya berdiri di

bantaran sungai yang terhubung dengan laut atau biasa disebut dengan

sebutan kali buntu oleh masyarakat sekitar. Kemudian Ibu Ai juga

menjelaskan bahwa kondisi permukiman Pasar Ikan minim fasilitas, seperti

tidak adanya sarana olahraga maupun ruang terbuka hijau (Hasil Observasi,

3 Juli 2017). Lingkungan kumuh dan tidak ramah anak ini juga dituturkan

oleh narasumber yang akrab disapa Ibu Nur:

“...ya kalau di sini ya emang enak buat anak-anak kan ga deket kali,

hawanya (red: udara) juga sehat lah ya, kalo di sono kan deket kali

banyak sampah apalah buat anak juga kurang bagus, anak saya nih si

acip maennya di kali...” (Wawancara Ibu Nur, 16 Juni 2017)

Narasumber lainnya juga mengakui bahwa permukiman Pasar Ikan

yang dahulu mereka tempati merupakan permukiman kumuh yang berdiri

diatas tanah pemerintah. seperti pernyataan Pak Rais sebagai berikut:

Page 55: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

45

Pak Rais menuturkan bahwa tanah yang ditempati adalah tanah milik

pemerintah DKI Jakarta

“ya kita tau sendiri lah Pasar Ikan adalah sebuah pasar, ya sejenis pasar

dan di sekitar Pasar Ikan itu ada perkampungan-perkampungan, baik itu

perkampungan nelayan atau perkampungan pedagang yang berdagang

di pasar. Ya perkampungan biasa, perkampungan padet, rumahnya

banyak yang dibikin tingkat untuk dikontrakan, Cuma ya kita

dipindahin kesini ya karena kita tinggal di tanah pemerintah”

(Wawancara Pak Rais, 29 Mei 2017)

Lebih lanjut Pak Rais menggambarkan kondisi fisik permukiman Pasar Ikan

“ya dibilang kumuh bisa dibilang kumuh juga, ada banyak yang

rumahnya berdiri di pinggir kali, deket pasar juga ada banyak bangunan

semi permanen, tapi ga jarang juga kan yang rumahnya udah bagus,

udah dibikin permanen segala macamnya lah.. Kumuh bagi pemerintah

tapi mewah buat kami sebagai kelas menengah kebawah” (Wawancara

Pak Rais, 29 Mei 2017)

Permukiman Pasar Ikan yang berada di lingkungan pasar semakin

membuat permukiman tersebut menjadi semrawut, becek dan kotor. Lokasi

permukiman Pasar Ikan juga begitu dekat dengan sungai yang terhubung

dengan laut. Sungai dengan warna air yang sudah menghitam, sampah yang

berserakan, dan bau tak sedap yang menyengat, sementara masyarakat tinggal

di dekatnya. Sungai tersebut semakin mencerminkan kekumuhan

permukiman Pasar Ikan (Hasil Observasi, 3 Juli 2017) .

Seketika mereka yang terbiasa hidup di lingkungan kumuh, harus

pindah tempat tinggal sejauh ±27 km dari Pasar Ikan. Lingkungan fisik yang

begitu bebeda dengan tempat tinggal terdahulunya, kini masyarakat

permukiman Pasar Ikan harus tinggal di rumah susun yaitu Rusunawa Rawa

Bebek yang terletak di Jakarta Timur. Dari segi fisik dan berbagai fasilitas,

Page 56: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

46

Rusunawa Rawa Bebek terlihat begitu berbanding terbalik dengan

permukiman Pasar Ikan. Hunian vertikal ini dilengkapi fasilitas untuk

menunjang hunian yang layak.

Masyarakat tak lagi disuguhkan pemandangan sungai yang kotor dan

berbagai aktifitas keramaian pasar. Karena di rusun kondisi tempat tinggal

mereka telah berubah, mereka kini tinggal di rusun yang mengharuskan

mereka naik dan turun tangga untuk melakukan aktifitas sosialnya. Selain itu,

kondisi rusun yang bersih juga mengajarkan mereka hidup lebih disiplin.

Karena tak ada lagi kali di belakang rumah, maka mereka membuang sampah

sesuai pada tempatnya dan pengelolaannya dikelola oleh petugas kebersihan

yang disediakan oleh pengelola rusun. Kini masing-masing rumah memiliki

WC sehingga tidak lagi bergantian menggunakan WC umum untuk keperluan

mandi cuci kakus (MCK).

Untuk anak-anak, kini orang tua tidak perlu begitu khawatir anaknya

bermain di tempat yang menjadi sarang penyakit. Rusunawa Rawa Bebek

telah memfasilitasi ruang terbuka hijau ramah anak, sehingga anak-anak

memiliki sarana bermain dan belajar. Namun dengan fasilitas dan bangunan

rumah yang memadai tersebut, masyarakat diharuskan mengikuti berbagai

aturan yang diberlakukan oleh pihak pengelola rusun. Karena rusun ini

merupakan hunian sewa, maka masyarakat yang tinggal di rusun ini

diwajibkan membayar sewa setiap bulannya. Ditambah mereka juga perlu

membayar listrik dan air yang mereka gunakan. Kendati demikian,

masyarakat relokasi tetap mendapat hak istimewa berupa biaya sewa yang

Page 57: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

47

terjangkau dan fasilitas gratis menggunakan bus Transjakarta. Seperti yang

diungkapkan oleh Ibu Ai berikut ini mengenai fasilitas transjakarta gratis:

“sekarang udah enak, udah ada busway yang ke Pasar Ikan jadi

terjangkau lah. Enak lah, mau nengok sodara tinggal naik yang jam

sekian tinggal nunggu. Di sono turunnya di halte pakin depan

apartemen Mitra Bahari, enak ga bayar” (Wawancara Ibu Ai, 5 Juni

2017)

Perubahan kondisi fisik tempat tinggal masyarakat pada gilirannya

diikuti berbagai perubahan lainnya seperti perubahan lingkungan sosial dan

perubahan struktur. Kemudian, dengan adanya beberapa perubahan tersebut

membuat masyarakat harus beradaptasi yaitu adaptasi yang dilakukan dalam

bentuk reproduksi tindakan-tindakan sosial mereka.

2. Perubahan Lingkungan Sosial

Berpindahnya sebuah komunitas atau masyarakat ke tempat tinggal

yang baru tentunya membawa perubahan di berbagai bidang kehidupan. Tak

dapat dihindari, perubahan sosial pun pasti terjadi. Khususnya untuk

masyarakat Pasar Ikan yang telah bertahun-tahun menetap di Pasar Ikan,

maka kehidupan sosial masyarakat Pasar Ikan telah terbentuk sedemikian

rupa. Keberadaan Pasar Ikan, selain sebagai tempat perputaran ekonomi

masyarakat, juga menjadi tempat di mana masyarakat dapat berinteraksi dan

membangun sebuah hubungan sosial dengan masyarakat antar RT maupun

pekerja-pekerja di pasar dan pelabuhan Sunda Kelapa (Hasil Observasi, 3 Juli

2017) Namun, ketika dipindahkan ke Rusunawa Rawa Bebek hubungan

sosial mereka sedikit ataupun banyak mengalami perubahan.

Page 58: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

48

Di Rusunawa Rawa Bebek, di mana masyarakat yang direlokasi tidak

hanya dari Pasar Ikan, melainkan juga masyarakat yang direlokasi dari Bukit

Duri yang tinggal di tower yang sama dengan masyarakat relokasi dari Pasar

Ikan. Oleh karenanya, tetangganya berubah total. Karena diketahui relokasi

Pasar Ikan tidak hanya dipindahkan ke Rusunawa Rawa Bebek. Ada juga

yang direlokasi ke Rusunawa Marunda dan Muara Kapuk. Berikut penuturan

Ibu Nur:

“iya jadi untuk ngambil rusun itu sedapetnya, di sono (rusun marunda)

kan udah penuh jadi ada yg kesini, kalau yang marunda penuh jadi

kesini, terus kalau disini penuh jadinya ke kapuk, pada mencar

warganya” (Wawancara Ibu Nur, 16 Juni 2017)

Narasumber lain yaitu Pak Suroso, menyatakan hal yang sama sebagai

Masyarakat Eks Pasar Ikan mengakui bahwa masyarakat yang direlokasi ke

Rusunawa Rawa Bebek tidak sebanyak ketika dahulu di Pasar Ikan. Berikut

pernyataannya

“ iya, kalau Pasar Ikan yang pindah kesini cuma 180 KK, kalau di Pasar

Ikan mah banyak, 500an KK kurang lebih mah ada. Orang banyak

warganya, perkampungan padet terus banyak yang

ngontrak”(Wawancara Pak Suroso, 8 Juli 2017)

Sebelum dipindahkan ke rusun tipe keluarga, Masyarakat Eks Pasar

Ikan untuk sementara selama satu tahun menempati rusun lajang yaitu rusun

yang diperuntukan bagi yang belum berkeluarga. Di rusun lajang Rawa

Bebek, Masyarakat Eks Pasar Ikan dibagi dalam dua blok yaitu blok A dan

blok F. 4 RT yang direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek diacak untuk

Page 59: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

49

pembagian blok dan unit rusunnya, sehingga yang awalnya tidak mengenal

menjadi saling mengenal dan bertetangga (Hasil Observasi, 5 Juni 2017).

Begitu pula ketika dipindahkan ke rusun tipe keluarga yaitu blok A, B,

C dan D. Untuk penentuan blok dan unitnya dilakukan dengan sistem undian.

Serta di blok yang sama ditambah dengan masyarakat relokasi dari Bukit Duri

(Hasil observasi, 8 Juli 2017). Seperti yang dinyatakan oleh beberapa

narasumber, pernyataan Ibu Ai sebagai berikut.

“ iya nyampur di sini sekarang tetangganya ga cuma dari Pasar Ikan,

ada dari Bukit Duri. Jadi kita mah ga ngerasa tetangganya berkurang ya

walaupun yang Pasar Ikannya cuma dikit tapi kan jadi nambah dari

Bukit Duri, trus ada yang dari krukut juga, tapi paling banyak Bukit

Duri sih.” (Wawancara Ibu Ai, 5 Juni 2017)

Lebih lanjut Ibu Ai menjelaskan perubahan kondisi sosial yang dirasakanya

ketika di Rusunawa Rawa Bebek.

“baru semua, bareng sama Bukit Duri kan. terus biar dikata ada yang

dari Pasar Ikan kan dulu di Pasar Ikan kita ga tetanggaan, paling tau

doang dia siape dia siape trus pas di sini malah jadi tetangga selantai

jadi kenal dah tuh wataknya si ini si itu.” (Wawancara Ibu Ai, 5 Juni

2017)

Narasumber lain yaitu Ibu Muryati mengatakan hal serupa, bahwa saat ini

tetangganya hampir semuanya baru. Berikut kutipan pernyataan Ibu Muryati:

“Ya lain-lain lagi, tergantung kocokannya. Mencar-mencar, beda beda

bloknya. Ya tetangganya jadi banyak, ada yang dari Bukit Duri juga...

dulu kan saya sama dia ( seraya menunjuk pedagang sebelah tokonya)

bukan tetangga, emang sama sama dari Pasar Ikan, tapi jadi tetangga

mah baru pas disini kita satu blok. Denger-denger sih mau ditambah

lagi yang Bukit Duri, ini yang Bukit Duri belom semuanya pindah

kesini. (Wawancara Bu Muriyati,15 Juni 2017)

Sehingga yang terjadi demikian, masyarakat relokasi Pasar Ikan dengan

masyarakat relokasi Bukit Duri menjadi bertetangga dan menjadi satu

Page 60: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

50

kesatuan masyarakat Rusunawa Rawa Bebek. Seperti yang diharapkan oleh

Pak Rais sebagai ketua RW di Rusunawa Rawa Bebek. Berikut kutipannya:

“ di sini masyarakatnya harus berbaur, jangan sampai berfikir saya

dari Pasar Ikan, saya dari Bukit Duri ,saya dari kali krukut, yang saya

tau kalian warga saya warga Rusunawa Rawa Bebek karena kalian

tinggal di sini bukan di sana” (Wawancara Pak Rais, 29 Mei 2017)

Selain perubahan komposisi tetangga yang sudah pasti dirasakan oleh

masyarakat yang terelokasi. Untuk anak sekolah, perubahan lingkungan

sekolah yang termasuk lingkungan sosial untuk anak juga ikut berubah.

Sebagian besar orang tua memilih untuk memindahkan sekolah anaknya ke

sekolah yang lebih dekat dengan tempat tinggal, sehingga hampir tidak ada

anak sekolah yang masih bersekolah di daerah Pasar Ikan. Karena jarak yang

terlampau jauh dari Rusunawa Rawa Bebek ke Pasar Ikan, waktu perjalanan

yang digunakan pun tidak akan efisien untuk an ak sekolah.

Perubahan lingkungan sekolah tentunya menuntut anak untuk

beradaptasi dengan sekolah barunya. Seperti yang dirasakan oleh anak dari

Ibu Nur yaitu Acip, sebagai berikut

“dulu sekolah di Al-Falah luar batang, terus pindah ke SD di rawa

kuning sini, SD 13 rawa kuning. kalo di sini naek ojek 5rb ke SD 13

Rawa Kuning. kalau di Pasar Ikan mah deket dia jalan kaki ke sekolah.

Alhamdulillah si di sini dapet negeri, kalau di al falah bayar kan

namanya swasta ya. Jadi ngga bayaran di sini” (Wawancara Ibu Nur,

16 Juni 2017)

Selain anak dari Ibu Nur, anak dari Ibu Siti Amini yaitu Dewi juga harus

mengalami pindah sekolah. Berikut penuturannya Ibu Siti Amini

“iya madrasah Al-Fallah, kalau kesini pindah jadi ke sekolah negeri.

Smp 146, enak sih jadi ngga bayaran. Tapi di al-falah juga ga mahal

Page 61: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

51

sih, sebulannya 100rb kalau uang pangkalnya 500rb. waktu di alfalah

anak saya rangking terus tau, pas di sini nggak, susah kali ya?

Saingannya banyak kali ya?” (Wawancara Ibu Siti Amini, 14 Juli 2017)

Keadaan ini pada gilirannya ikut merubah sistem sosial yang telah

dibangun di tempat asalnya. Pada sistem sosial maupun ekonomi masyarakat

harus kembali beradaptasi, karena terjadinya perubahan-perubahan yang

telah disebutkan. Maka dalam proses kelangsungan hidupnya, Masyarakat

Eks Pasar Ikan harus dengan menata ulang sistem sosial dan ekonomi mereka,

agar tetap dapat bertahan hidup dan menjadi masyarakat yang seutuhnya

walaupun dengan kondisi yang berbeda sama sekali.

3. Perubahan Legalitas Hunian

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Pasar Ikan dan sekitarnya

digunakan sebagai kawasan niaga pasar dan pelelangan ikan di pertengahan

abad 19 tepatnya tahun 1846. Pasca kemerdekaan, kawasan sekitar Pasar Ikan

menjadi permukiman ilegal oleh berbagai pendatang dari luar

(https://properti.kompas.com/). Oleh karena itu Pemprov DKI menggusur

dan merelokasi hunian-hunian liar yang tidak memiliki sertifikat hak milik.

Masyarakat eks Pasar Ikan pun secara sadar menempati tanah tersebut, seperti

yang dikatakan oleh ibu Ai sebagai berikut:

“di Kampung Akuarium emang banyak rumah kan terus mereka ga rela

karena dia bilang dia ada sertifikat kalau kita mah emang ga ada, kalau

saya kan pernah ngadep (menghadap) ke kelurahan. Saya pernah tanda

tangan di atas materai bunyinya begini ‘gapapa ngebangun rumah tapi

bilamana Pemprov DKI akan pakai tanah itu akan di gusur’ itu april 2011.

Tapi kan kita kan kalau di gusur ya gusur aja tapi masa ga dikasih uang

paku. Gitu, saya udah tanda tangan di penjaringan. Nah udah gitu kan

banyak yang dijual-jualin, kalau saya kan saya pake sendiri. Banyak yang

dijual, dilimpahin ke orang jadi ngga tau kalau ada janji, kalau saya mah

Page 62: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

52

masih inget kalau saya tanda tangan di kelurahan... Yang pertamanya

(tanda tangan) ya itu Pak Iwan Konto sama Pak Jamaludin. Susah juga sih

kita mau nuntut kan kita pernah tanda tangan, kalau pendatang kan ga pada

tau. Dia rumahnya dibagus-bagusin, beli 30 juta, ngebangun 300 juta, salah

siapa?. Kalau kita mah pinggir kali, kalau mau rubuh ya baru benerin”

(Wawancara Ibu Ai, 5 Juni 2017)

Beberapa informan juga menyatakan hal serupa, bahwa mereka tidak

memiliki legalitas atas tanah yang mereka tempati, berikut pernyataan Pak

Suroso:

“iyasih kita ga punya sertifikat, namanya juga tanah garap. Tapi waktu

Jokowi ga gitu gitu amat, kandang ayam aja dapet ganti rugi, orang dulu

tuh sebelum saya yang di waduk pluit ada yang dapet 50 juta. Itu temen

saya yang jaga disana. Jokowi manusiawi juga. Ga kaya (gubernur) ini.

Jokowi bagus. Kita juga kan udah lama ya disana udah enak lah tapi

disuruh pindah gitu aja, mana kurang lagi sosialisasinya, tau tau dateng aja

ngegusur” (Wawancara Pak Suroso, 8 juli 2017)

Di dukung oleh pernyataan ibu Muriyati yang mengaku membeli rumah

namun tidak ada sertifikat hak milik. Berikut pernyataannya:

“ngga ada (sertifikat) sih, tapi dulu jaman Jokowi kalau penggusuran ada

gantinya, orang yg di kolong jembatan atau di empang aja dapet ganti

perkamar 4 juta apalagi yang di daratan. Itu mangkanya banyak yang sakit

hati sama Ahok karena ga dapet ganti, harusnya sama rakyat kecil ganti

kek sedikit walaupun ga seutuhnya. ya kasih uang ini lah, ya berapa gitu

untuk modal lah.” (Wawancara Ibu Muriyati, )

Walaupun tinggal di tanah yang ilegal dan cenderung kumuh,

masyarakat eks Pasar Ikan mengaku bahwa mereka telah nyaman di Pasar

Ikan karena cukup mudah untuk bertahan hidup di Pasar Ikan. masyarakat eks

Pasar Ikan sebagai masyarakat kelas menengah kebawah mengakui bahwa

sebagian besar mereka bekerja di sektor informal, sehingga ketika direlokasi

yang menjadi kekhawatiran terbesar mereka adalah tidak dapat memenuhi

kebutuhan hidup.

Page 63: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

53

“saya mah betahnya di sono itu karna dagangan rame, nyari duitnya

gampang, cuma saya ngga sukanya di sono tuh ga bagus pergaulannya,

sama tetangga juga ga mulus hubungannya, bodoamatan orang sono mah

sama tetangga. Kan beda sama di sini mah, orangnya bae bae. Kalo ada

informasi bantuan bantuan gitu langsung pada ngasih tau di sini mah. Di

sono mah boro-boro” (wawancara Ibu Nur, 25 Maret 2018)

Tanpa legalitas yang jelas maka bangunan yang berdiri di sekitar Pasar Ikan

tepatnya RT 01, RT 02, RT 11, dan RT 12 dianggap sebagai hunian liar.

Mereka yang merelokasi diri ke Rusunawa yang telah disediakan, menyadari

bahwa mereka salah tinggal di tanah pemerintah, sehingga tidak ikut

melakukan aksi protes dengan tetap bertahan di lahan bekas penggusuran .

Rusunawa Rawa Bebek sebagai rumah susun yang dibangun oleh

pemerintah dalam rangka menyediakan perumahan, permukiman dan

bangunan yang legal serta berwawasan lingkungan memiliki dasar hukum

yang jelas (Data Profil Pengelola Rusunawa Rawa Bebek, 2017). Oleh karena

itu, masyarakat eks Pasar Ikan yang direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek

mengalami perubahan status legalitas hunian yang ditempati. Apabila

sebelumnya mereka tinggal di hunian liar yang melanggar hukum, maka kini

mereka tinggal di tempat yang legal serta layak huni. Masyarakat eks Pasar

Ikan pun mengakui bahwa lebih nyaman tinggal di hunian yang jelas

statusnya. Mereka yang memilih direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek

berpikir lebih baik tinggal di Rusunawa Rawa Bebek yang sudah jelas

legalitasnya. Seperti yang dikatakan Ibu Nur berikut ini:

“nyaman mah saya sekarang lebih enak di sini lah kalo kata saya, kan di

sono mah kita was was ya tiap hari takut digusur, di sini mah engga, kalo

udah bisa nyari duitnya mah di sini enak bayar apa apa juga jadi kerasa

Page 64: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

54

murah. Yang penting kita rajin deh udah, tergantung gimana kitanya aja”

(Wawancara Ibu Nur, 25 Maret 2018)

Di dukung oleh pernyataan Ibu Ai sebagai berikut:

“saya bilang kalau saya mah ga mau protes-protes, ngapain? Orang kita

emang salah kok, kita gak punya sertifikat, terus saya sendiri juga kan

pernah tanda tangan surat perjanjian. Jadi saya ga pernah ada dendam-

dendam sama Ahok, ya kalau saya ngebangun rumah terus besoknya

digusur anggep aja kalah main judi. Lagi pula kita dipindahin kesini kan

enak, tuh rumahnya bagus bayarnya murah, kita minta keringanan

misalnya belom bisa bayar sama pengelola dingertiin, kita minta ada bus

ke Pasar Ikan dikasih, kurang apalagi coba? Kalo udah lama-lama di sini

juga enak ko, ayam aja dilepas di mana aja bisa idup, masa kita yang punya

akal pikiran ga bisa cari makan.” (Wawancara Ibu Ai, 25 Maret 2018)

4. Perubahan Struktur

Perubahan yang sudah pasti terjadi berikutnya adalah perubahan

struktur. Struktur mengacu pada yang didefinisikan oleh Giddens merupakan

aturan dan sumberdaya. Giddens memahami Struktur tidak hanya bersifat

mengekang, melainkan struktur diimplikasi dalam reproduksi sistem sosial.

struktur diimplikasikan serta direproduksi melalui rutinitas sehari-hari dari

interaksi yang dilakukan manusia. Dalam konteks penelitian ini, Masyarakat

Eks Pasar Ikan di tempat asalnya yaitu permukiman Pasar Ikan memiliki

struktur sebagai masyarakat permukiman kumuh dan ilegal, oleh karenanya

masyarakat tidak perlu membayar sewa rumah yang mereka tempati, namun

ketika dipindahkan ke Rusunawa Rawa Bebek yang memiliki aturan bahwa

rumah yang ditempati adalah rumah sewaan, masyarakat Pasar Ikan kini

dibebani tanggungan biaya sewa perbulan.

Page 65: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

55

Selain itu, tarif dari daya listrik dan debit air yang digunakan begitu

berbeda antara di Pasar Ikan dengan Rusunawa Rawa Bebek. Seperti yang

diungkapkan oleh Ibu Siti Amini

“iya dulu di sana kita rumahnya udah bagus, bangun rumah sendiri ngga

ngontrak, jadi ngga mikirin bayar sewanya. Beneran deh saya mah

pusing banget, dari yang biasanya ga bayar jadi bayar”(Wawancara Ibu

Siti Amini, 14 Juli 2017)

Lebih lanjut Ibu Siti Amini menjelaskan pengeluarannya terkait kebutuhan

sewa rusun

“kalau di Pasar Ikan listrik sama air murah, beda banget disini ya.

Listriknya ampun dah disini mah, beli yang 23 ribu masuknya cuma 13

kwh” (Wawancara Ibu Siti Amini, 14 Juli 2017)

Tentunya perubahan struktur ini berdampak pada sistem perekonomian

mereka yaitu bertambahnya pengeluaran perbulan. Senada dengan yang

dikatakan oleh Ibu Muriyati

“subsidi listrik diputus, di sini pakai listriknya yang 1300 watt, kan

pakai token ya jadi mahal, pengeluarannya gede buat listrik. saya 50rb

buat 5 hari sebulan berapa tuh? kalau gitu boro-boro buat bayar rusun.

Belom lagi aernya 5500/kubik nya di sini. Kalau di Pasar Ikan listrik

sama air murah, rumah sendiri ga ngontrak.” (Wawancara Ibu Muriyati,

12 Juni 2017)

Rais juga mengeluhkan hal yang sama terkait relokasi membawa dampak

pada sistem perekonomiannya karena pengeluarannya semakin banyak,

sehingga bertahan hidup di rusun dirasa cukup sulit. Pak Rais menuturkan

“ya makin sulit, sudah tidak punya pekerjaan, sewa rusun walaupun

dapat dikatakan murah ya lantai 1 dengan dua kamar hanya 306rb cuma

ya itu aja biaya lainnya itu seperti listrik dan air...” (Wawancara Pak

Rais, 29 Mei 2017)

Page 66: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

56

Pak Rais pun menjelaskan rincian pengeluaran untuk listrik dan air

“kita kan voucher ya, bisa 400, paling minim 250rb lah. Air pun tidak

subsidi tadinya di Pasar Ikan kita 1200/kubik karena kita kan menengah

kebawah dan itu juga subsidi dari pam, disini rumah milik negara kok

ga ada subsidi, 5500/’kubik” (Wawancara Pak Rais, 29 Mei 2017)

Aturan untuk membayar sewa setiap bulan sudah diatur dalam bentuk

peraturan dan tata tertib penghuni Rusunawa Rawa Bebek. Kurang lebih

aturannya mengharuskan penghuni rusun membayar sewanya setiap bulan.

Dan untuk penghuni yang berstatus masyarakat relokasi mendapat

keringanan biaya sewa yang telah disubsidi oleh pemerintah. hal ini yang

tidak dirasakan oleh Masyarakat Eks Pasar Ikan, di mana ketika di Pasar Ikan

mereka tidak perlu membayar sewa rumah. Tak hanya sistem sosial yang

banyak berubah, namun juga pada perekonomian sebagian kecil atau besar

ikut terdampak. Masyarakat Pasar Ikan, terbiasa dekat dengan pasar sehingga

mata pencaharian dominan masyarakatnya adalah pedagang. Sejauh yang

peneliti temui, masyarakat Pasar Ikan memiliki mata pencaharian utama

sebagai pedagang dan pekerja-pekerja serabutan.

Selain aturan untuk membayar sewa setiap bulan, pengelola Rusunawa

Rawa Bebek juga mengeluarkan beberapa aturan mengikat lainnya,

diantaranya adalah memelihara lingkungan rusun serta larangan membawa

miras dan narkoba. Seperti yang tertera dalam hak dan kewajiban penghuni

rusun pada surat perjanjian sewa. Sementara di Pasar Ikan, masyarakat dapat

lebih bebas menentukan kepedulian akan kondisi lingkungannya. Tidak

Page 67: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

57

adanya aturan yang mengikat untuk memelihara lingkungan sehingga

lingkungannya menjadi kumuh.

Selain itu, untuk penggunaan narkoba dan miras, menurut penuturan

salah satu narasumber bahwa di daerah Pasar Ikan, masyarakat maupun ketua

RT dan ketua RW kurang memiliki kontrol sosial sehingga penggunaan miras

dan narkoba dapat lebih bebas di Pasar Ikan. Sementara di rusun, dengan

peraturan yang mengenakan sanksi yang begitu tegas maka mau tak mau

masyarakat mengikuti aturannya. Diketahui bahwa sebelumnya masyarakat

Pasar Ikan kurang peduli dengan tetangga sekitar yang menggunakan narkoba

atau mengkonsumsi miras (Wawancara Ibu Ai, 5 Juni 2017). Jarang ada

tindak lanjut atas perbuatan terlarang tersebut. Karakteristik masyarakat Pasar

Ikan sebagai masyarakat permukiman kumuh menjadi salah satu struktur

yang terbentuk di permukiman Pasar Ikan.

Oleh karena itu struktur Masyarakat eks Pasar Ikan yang sebelumnya

adalah masyarakat kumuh yang tidak banyak memiliki aturan dalam

melakukan rutinitas kehidupan sehari-harinya, kini berbeda dengan keadaan

di Rusunawa Rawa Bebek yang memiliki banyak aturan sehingga

mengharuskan mereka melakukan adaptasi dengan melakukan produksi dan

reproduksi atas tindakan mereka.

Selain aturan dari pengelola yang sifatnya mengikat, masyarakat eks

Pasar Ikan dan eks Bukit Duri sebagai masyarakat Rusunawa Rawa Bebek

saat ini juga mereproduksi pranata-pranata sosial. Seperti pranata keagamaan

Page 68: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

58

dalam bentuk pengajian baik pengajian untuk ibu-ibu, remaja maupun anak-

anak. Selain itu, peringatan hari-hari besar keagamaan seperti Maulid Nabi,

Isra Mi’raj dan sebagainya turut dibangun lebih aktif di Rusunawa Rawa

Bebek guna meningkatkan nilai religiusitas masyarakat dan mempererat tali

silaturahmi antar warga (Wawancara Mpok Yati, 25 Maret 2018)

Kemudian dalam pranata politik, pengelola Rusunawa Rawa Bebek

memberikan kebebasan pada masyarakat untuk menentukan susunan struktur

sosial mereka yang dalam hal ini yaitu kepengurusan RT dan RW serta

aturan-aturan terkait kehidupan bertetanggaan. Seperti kutipan wawancara

dengan pengelola Rusunawa Rawa Bebek berikut:

“...RW nya di sini RW 17. Kami kasih mereka kebebasan untuk memilih

siapa ketua RT dan ketua RW nya, karena yang mengetahui karakter

mereka ya hanya masyarakat itu yang tau. Nanti juga kan mereka

bergabung sama Bukit Duri jadi nanti mereka harus bermusyawarah dulu.”

(Wawancara ketua UPRS Rawa Bebek, 24 maret 2017)

Dalam hal mereproduksi struktur, masyarakat eks Pasar Ikan sebagai

agen memiliki kekuasaan untuk menentukan struktur sosial mereka.

Masyarakat eks Pasar Ikan memilih ketua RT dan ketua RW yang berasal dari

Masyarakat relokasi Pasar Ikan dan disetujui oleh Masyarakat eks Bukit Duri.

Selanjutnya, ketua RT dan ketua RW mewakili masyarakat Rusunawa Rawa

Bebek membuat berbagai aturan untuk menjadikan masyarakat relokasi

menjadi masyarakat yang lebih baik dan teratur. Aturan-aturan tersebut seperti

ketua RT dan ketua RW dalam rangka menjaga kebersihan rusun sebagai salah

satu kewajiban penghuni rusun, maka masyarakat Rusunawa Rawa Bebek

Page 69: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

59

mengadakan kegiatan kerja bakti setiap hari minggu (Hasil Observasi, 9 juli

2017)

Kegiatan kerja bakti dan gotong royong ini sebelumnya tidak pernah ada

di Pasar Ikan maupun Bukit Duri, dan kini di Rusunawa Rawa Bebek mereka

memproduksi struktur yang sebelumnya tidak ada. Kegiatan-kegiatan tersebut

dilakukan guna meningkatkan solidaritas antar penghuni Rusunawa Rawa

Bebek. Seperti pernyataan salah satu informan berikut:

“dulu di tempat saya (Pasar Ikan) ngga pernah sih ada kerja bakti, masing-

masing aja lah. Udah ada tukang sampah jadi ngandelin tukang sampah

aja, kalo sedikit-sedikit atau pas tukang sampahnya lagi ga dateng kita

buang ke kali sedikit mah...arisan sama pengajian juga jarang. Di lajang

ada tuh arisan tapi pas di sini bubar, gatau nih lagi nungguin RT nya

ngegerakin lagi” (Wawancara Ibu Nur, 25 Agustus 2017)

Selain kerja bakti dan gotong royong dalam hal menjaga kebersihan

rusun, terdapat beberapa aturan-aturan yang ditetapkan dan disetujui oleh

masyarakat Rusunawa Rawa Bebek. Salah satunya adalah untuk tidak

bergadang di luar hunian, serta melaporkan berbagai tindakan penyimpangan

seperti pencurian, tawuran, penyalahgunaan narkoba dan miras, dan tindakan

kriminal lainnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga nama baik penghuni

Rusunawa Rawa Bebek. Masyarakat Rusunawa Rawa Bebek dituntut aktif

agar terciptanya lingkungan rusun yang aman dan nyaman. Berikut

penuturan salah satu informan mengenai aturan yang dibuat oleh masyarakat

rusun:

“iya sekarang mah banyak aturannya, kita kan di sono biasa 24 jam

rame ya, di sini kaga boleh tau. Kalo ada yang begadang diluar terus

ketauan ditegor tau... nah kalo di sini ketatnya kalo ada masalah-

masalah yang kaya gitu, kaya kemaren ada yang nyuri HP orang

Page 70: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

60

Bukit Duri tuh, nah kan langsung diamanin kan ke petugas. Yang

ngelaporin bukan yang keilangan tau, trus jadi bahan omongan di

sini, kalo di sono (Pasar Ikan) kan ngga, lu mau gimana-gimana juga

dibiarin aja. Terus itu emaknya jadi malu ketemu tetangga

juga”(wawancara Ibu Ai, 5 Juni 2017)

Selain peraturan-peraturan tersebut, pengelola juga mengadakan

pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pelatihan membatik dan menjahit

Namun, pelatihan tersebut kurang diminati oleh masyarakat relokasi di rusun

khususnya masyarakat eks Pasar Ikan (Wawancara Pak Rais, 29 Mei 2017).

Dalam hal ini, masyarakat eks Pasar Ikan menggunakan kekuasaannya untuk

memberi masukan kepada pengelola bahwa kebutuhan masyarakat eks Pasar

Ikan adalah akses transportasi yang mudah untuk dapat ke Pasar Ikan karena

sebagian masyarakat eks Pasar Ikan masih bekerja di Pasar Ikan. Oleh karena

itu, pengelola menerima masukan dari masyarakat sehingga yang terjadi

demikian adalah disediakan bus pengumpan Transjakarta dengan jurusan

Rusunawa Rawa Bebek ke Pasar Ikan dan Rusunawa Rawa Bebek ke Bukit

Duri.

B. Adaptasi Masyarakat Terhadap Perubahan Yang Terjadi

Adaptasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

penyesuaian diri terhadap lingkungan, pekerjaan atau pelajaran (http://kbbi.go.id/).

Adaptasi merupakan sebuah penyesuaian diri manusia terhadap lingkungannya,

baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Adaptasi menempatkan indvidu

atau kelompok untuk senantiasa selalu mengikuti perubahan-perubahan yang

terjadi, jika dihadapkan pada posisi di mana mereka merasa tidak sesuai maka

Page 71: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

61

manusia akan mencari dan kemudian memilih tingkah laku yang dianggap cocok

dalam menghadapi lingkungan tersebut.

Bennet sebagaimana dikutip oleh Sarwindah (1995), mengemukakan bahwa

upaya adaptasi merupakan keterlibatan manusia secara aktif dalam menghadapi

perubahan yang terjadi, adaptasi bersifat selalu berkembang yang diwujudkan dari

tindakan yang nyata. Tindakan tersebut bertujuan untuk menjelaskan: a) Bagaimana

manusia memenuhi kebutuhannya, b) bagaimana manusia itu menyesuaikan

kehidupannya pada lingkungan yang dihadapinya, c) bagaimana manusia

membentuk suatu lingkungan sehubungan dengan kehidupan beserta tujuan-tujuan

yang hendak dicapainya (Sarwindah,1995:24).

Lebih lanjut Bennet mengemukakan bahwa terdapat konsep kunci untuk

membahas dinamika kehidupan dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan,

salah satunya adalah tindakan strategi, yaitu tindakan yang dilakukan atau

direncanakan dalam upaya penyesuaian demi tercapainya tujuan dalam proses

pemanfaatan sumberdaya, maka di dalamnya terdapat upaya rasionalisasi,

mekanisasi, dan orientasi pada kemajuan (Sarwindah, 1995:34). Hal ini senada

dengan pemikiran Giddens bahwa agen memiliki kemampuan untuk menentukan

apa yang dilakukannya, sehingga terdapat upaya rasionalisasi dalam setiap tindakan

agen.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia sangat dipengaruhi oleh

lingkungan hidupnya. Oleh karenanya, ketika terjadi perubahan pada lingkungan

maka akan mempengaruhi pola adaptasi mereka. Pola adaptasi Masyarakat Eks

Page 72: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

62

Pasar Ikan terhadap perubahan dibagi menjadi 3 adaptasi sesuai perubahan yang

terjadi. Pertama, adaptasi terhadap perubahan lingkungan fisik berupa berubahnya

pola pikir dan kebiasaan masyarakat. Pola pikir dan kebiasaan masyarakat yang

berubah seiring perubahan lingkungan fisik salah satunya adalah cara mereka

membuang sampah. Ketika masih di Pasar Ikan, rumah mereka yang dekat dengan

kali membuat mereka malas membuang sampah di pengolahan sampah yang

semestinya. Sehingga mereka kerap membuang sampah sembarangan, atau

sampahnya di buang saja ke kali. Seperti penuturan Ibu Ai berikut ini

“buangnya ke kali, kan belakang rumah saya kali buntu tuh. Ya sedikit

sedikit buangnya, satu ember saya buang di kali aja karena males kan

keluar jauh. Waktu ada berita soal ikan-ikan pada mati karena banyak

limbah itu saya panik karena saya merasa buang sampahnya ke kali kan”

(Wawancara Ibu Ai, 5 Juni 2017)

Selain Ibu Ai, narasumber lain juga mengakui bahwa ketika di Pasar Ikan

beliau sering membuang sampah ke kali dekat rumahnya, hal tersebut sebagaimana

dinyatakan oleh Ibu Siti Amini

“iya kadang kalo males, kalo cape kan abis pulang kerja yaudah sesekali

buang ke kali buntu” (Wawancara Ibu Siti Amini, 14 Juli 2017)

Kemudian, Ibu Siti Amini menambahkan bahwa tetangganya di Pasar Ikan

memiliki kebiasaan membuang sampah ke kali. Pernyataannya sebagai berikut

“Bersih sih di sini, beda sama Kampung Bar u, orang-orangnya dulu buang

sampah ke kali. Kalo di sini mau buang ke kali mana coba?” (Wawancara

Ibu Siti Amini, 14 Juli 2017)

Kebiasaan membuang sampah ke kali yang dahulu dilakukan di Pasar Ikan

terjadi karena letak rumah yang dekat dengan kali sehingga membuat

masyarakatnya menjadi malas untuk memperhatikan kebersihan lingkungannya.

Page 73: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

63

Sementara di Rusunawa Rawa Bebek, masyarakat dengan kondisi tempat tinggal

yang baru dan tentunya keadaan kebersihan lingkungan yang berbeda dengan Pasar

Ikan, membuat Masyarakat Eks Pasar Ikan harus beradaptasi dengan lingkungan

barunya. Lingkungan perumahan yang bersih membawa masyarakat beradaptasi

dengan lingkungan yang bersih, sehingga pola hidup masyarakat terhadap

kebersihan ikut menyesuaikan dengan lingkungannya.

Kini Masyarakat Eks Pasar Ikan dihadapkan dengan lingkungan fisik yang

bersih, sehingga mereka merubah pola kebiasaanya menjadi hidup lebih bersih dan

sehat juga. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan

baru. Salah satu perubahan perilaku yang dilakukan oleh Masyarakat Eks Pasar

Ikan sebagai adaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan fisik yaitu dengan

membuang sampah pada tempatnya, tidak malas untuk membersihkan area sekitar

rumah dan tempat berdagang, serta menjaga kebersihan tempat-tempat umum. Hal

tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan salah satu informan yaitu Ibu Nur

“iya saya jadi seneng bersihin di sini (read: tempat berdagang/selasar

rusun), gara-gara udah bersih dari sononya kali ya, jadi gaenak kalo kotor”

(Wawancara Ibu Nur, 16 Juni 2017)

Dipertegas oleh pernyataan Ibu Muriyati sebagai informan yang juga berdagang di

selasar Rusunawa Rawa Bebek

“iya lah, saya juga bersihin lantai ini kan namanya banyak orang wara wiri,

jadi lantainya gampang kotor, ya saya bersihin yang bagian saya aja.

Karena petugas kebersihan dari pengelola kan cuma bersihin pagi sama

sore, kalo siang siapa lagi yang bersihin kalo bukan kita?” (Wawancara Ibu

Muriyati, 12 Juni 2017)

Page 74: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

64

Para pedagang di selasar Rusunawa Rawa Bebek blok A dan blok B dengan

kesadaran membersihkan tempat berdagangnya agar terlihat lebih bersih, hal ini

semata-mata karena lingkungan rusun yang terbilang bersih, sehingga membawa

perubahan perilaku masyarakatnya menjadi lebih memperhatikan kebersihan.

Walaupun sudah ada petugas kebersihan yang disediakan oleh pengelola Rusunawa

Rawa Bebek, rupanya suasana rusunawa yang bersih membawa perubahan perilaku

masyarakat yang menempatinya. Seperti yang terjadi oleh Ibu Ai yang mengakui

memiliki perubahan dalam pengelolaan sampah. Sebelumnya Ibu Ai mengakui

bahwa beliau sering membuang sampah ke sungai, sementara ketika di Rusunawa

Rawa Bebek sudah tidak melakukan hal tersebut. Berikut pernyataannya.

“di sini buang sampahnya di bawah nih (read: sambil menunjuk tong

sampah besar), terus di bawah sini (read: selasar) juga dibersihin pihak

kebersihan pengelola. Tiap pagi sama sore dipel, jadi kitanya biasa bersih

ikut kebawa jadi suka bersihin lantai bawah juga.” (Wawancara Ibu Ai, 5

Juni 2017)

Selain beberapa pernyataan dari beberapa informan yang penulis dapatkan,

dalam kehidupan sehari-hari yang peneliti lihat selama observasi juga seringkali

peneliti mendapati masyarakat Rusunawa Rawa Bebek yang menjaga kebersihan

seperti membersihkan lantai tempat mereka berdagan g di selasar rusun, seperti

menyapu dan mengepel lantai yang seringkali kotor karena banyaknya orang yang

lewat. Sementara di fasilitas-fasilitas umum rusun seperti toilet umum, mushola dan

RPTRA, penulis selalu mendapati fasilitas tersebut dalam keadaan bersih. Tentunya

kebersihan fasilitas-fasilitas tersebut juga karena partisipasi masyarakat dalam

Page 75: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

65

menjaga kebersihan rumah susun, yang tak hanya memperhatikan kebersihan

hunian tetapi juga ikut menjaga kebersihan rusunawa secara keseluruhan.

Kedua, adaptasi terhadap perubahan lingkungan sosial. Sebagaimana telah

disebutkan pada sub bab sebelumnya, Masyarakat Eks Pasar Ikan dihadapkan

dengan lingkungan sosial yang baru. Dalam menghadapi lingkungan sosial yang

baru sama sekali ini Masyarakat Eks Pasar Ikan tentunya harus melakukan adaptasi

dengan tetangga baru. Adaptasi yang dilakukan masyarakat terhadap lingkungan

sosial baru adalah dengan merubah pola interaksi dan membangun hubungan sosial

yang harmonis dengan tetangga baru mereka, di mana hal ini tidak terjadi ketika

mereka masih tinggal di Pasar Ikan

Hubungan sosial yang terjadi di lingkungan Rusunawa Rawa Bebek

sebenarnya tidak jauh berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Hubungan

sosial antar penghuni Rusunawa Rawa Bebek bersifat kerjasama dan hubungan

yang bersifat konflik. Contoh hubungan yang bersifat kerjasama dapat dilihat dalam

kehidupan sehari-hari antar penghuni. Antara masyarakat relokasi Pasar Ikan

maupun relokasi Bukit Duri yang saling berbaur dan menyatu satu sama lain. Hal

ini disebabkan rasa memiliki kesamaan nasib sebagai masyarakat relokasi. Seperti

yang dikatakan pak Suroso sebagai berikut

“nah ini orang Bukit Duri juga bae nih, kalo kita ada yang kesusahan dia

mau bantu gitu, ya karna sama sama ngerasa warga relokasi kali ya jadi ya

suka tolong menolong. Saya akuin di sini kita jadi lebih solid, jadi saling

ngerti. Bagus sih... misalnya nih kan kita orang Pasar Ikan dulu minta ya

ke pengelola kalo kita harus ditempatin di lantai 1 sama 2, tapi ternyata

orang Bukit Duri ada yang lebih butuh di lantai itu jadinya kita ada aja yang

ngalah” (Wawancara Pak Suroso, 8 Juli 2017)

Page 76: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

66

Hubungan tolong menolong dalam kehidupan masyarakat Rusunawa Rawa

Bebek juga tercermin seperti mereka sering berbagi baik dalam bentuk makanan

atau yang lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Mpok Yati sebagai berikut:

“(dengan tetangga di Pasar Ikan) Deket sih deket, cuma ya gitu pada cuek-

cuek banget. Terus antar tetangga juga suka pada berantem, suka pada

sengkek (keras kepala) dah orangnya. Kalo di sini kan ngga, ga banyak

masalah sama tetangga.Tetangga samping saya nih baik banget kalo lagi

masak banyak gitu suka pada ngasih ke tetangga, lah yang di Pasar Ikan

mah ibarat kata ya kita kelaperan juga dicuekin aja.” (Wawancara Mpok

Yati, 20 September 2017)

Senada dengan yang dikatakan oleh Ibu Siti Amini seperti yang diujarkannya

berikut:

“kalau di sini kan kita sama-sama susah ya, jadi ya jarang sih. Tapi ada nih

yang orang Bukit Duri bae bener, nenek-nenek suka ngasih kalau ada

makanan atau kalau lagi masak banyak, kadang saya gaenak ya karena saya

lebih muda terus saya juga boro-boro ngasih ke dia. Bae banget tau, waktu

mau lebaran ngasih daging, suka dianterin, mana daging udah mateng

tinggal makan, ini juga kue dikasih dua toples, saya mah ngga bisa kebeli.

Saya kan jadi gaenak ya, malu soalnya saya gabisa kasih apa apa. Tapi ya

kita juga kalo ada yang minta timun suri yang kemaren hasil panen si bapak

mah ambil aja kalo mau” (Wawancara Ibu Siti Amini, 14 Juli 2017)

Hubungan sosial yang dibangun oleh Masyarakat Eks Pasar Ikan dengan

masyarakat relokasi lainnya semata- mata untuk membangun berbagai pranata yang

hilang dan dengan komposisi masyarakat yang berbeda dengan sebelumnya, maka

Masyarakat Eks Pasar Ikan dan masyarakat penghuni rusun lainnya bersatu menjadi

satu kesatuan masyarakat yang kemudian menata kembali struktur sosialnya.

Kemudian dalam membangun sebuah masyarakat yang utuh, masyarakat rusunawa

harus membangun pranata-pranata sosial yang menjadi struktur masyarakat

tersebut.

Page 77: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

67

Dalam membangun hubungan sosial dan melakukan interaksi sosial di

Rusunawa Rawa Bebek, masyarakat eks Pasar Ikan memanfaatkan fasilitas rusun

sebagai sarana untuk melakukan interaksi sosial dengan penghuni rusun lainnya.

Tempat-tempat yang sebelumnya menjadi sarana berinteraksi masyar akat eks Pasar

Ikan yaitu di Pasar Ikan dan Pelabuhan Sunda Kelapa. Sementara di Rusunawa

Rawa Bebek, masyarakat beradaptasi dengan lingkungan yang baru dengan

menggunakan sarana yang tersedia di rusun seperti RPTRA dan Selasar rusun.

Selasar rusun digunakan oleh masyarakat Rusunawa Rawa Bebek untuk

berkumpul-kumpul atau sekedar berbincang dan bertegur sapa dengan tetangga.

Ketiga, adaptasi terhadap perubahan struktur. Perubahan struktur yang terjadi

di Rusunawa Rawa Bebek, masyarakat melakukan adaptasi dengan caranya

masing-masing. Struktur yang paling jelas berubah yaitu di Rusunawa Rawa Bebek

mereka diharuskan mematuhi aturan membayar sewa rusun dan beberapa

tanggungan lainnya. Berbagai struktur yang ada di Rusunawa Rawa Bebek tersebut

mempengaruhi sistem sosial ekonomi masyarakat karena berhubungan dengan

pengeluaran. Masyarakat Pasar Ikan yang direlokasi ke Pasar Ikan harus memutar

otak untuk menata ulang perekonomian mereka.

Mereka sebagai masyarakat kelas menengah kebawah banyak yang tidak

memiliki pekerjaan tetap, oleh karena itu banyak dari mereka yang mengandalkan

berdagang sebagai mata pencaharian utama mereka. Prinsipnya pedagang selalu

mencari lapak yang ramai pembeli. Ketika di Pasar Ikan, yang dikatakan selalu

ramai 24 jam maka ketika masyarakat berdagang di sekitar maupun di dalam Pasar

Ikan mereka tidak pernah sepi pembeli. Beberapa pedagang di Pasar Ikan yang

Page 78: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

68

terelokasi ke Rusunawa Rawa Bebek mengeluhkan omset yang begitu turun tajam.

Contoh kecilnya adalah Nur, dahulunya beliau berdagang nasi dan lauk matang di

sekitar Pasar Ikan, namun dengan berbagai keadaan di Rusunawa Rawa Bebek

membuat Nur memutar otak untuk berdagang di rusun. Berikut penjelasan Nur

“dulu saya di deket Pasar Ikan nya jualan nasi sama lauk mateng gitu, rame

banget dagangan saya, saya sehari bisa habis 7 liter (nasi), ga seharian sih

ya cuma sampe jam 2 siang saya dari pagi, lumayan sehari bisa dapet

300rb. Kalau disini wah saya bingung, apalagi di lajang saya sempet

berenti, ga jualan. Suami saya kan namanya kerja di proyek ya kalau ada

ya ada kerjaan, kalau lagi ga ada ya nganggur. Jadi gapunya modal buat

dagang lagi, terus sempet mau coba dagang nasi tapi ga mungkin karena di

blok F waktu itu saya udah banyak yang jualan nasi udah gitu pada ga laku,

akhirnya saya jadi jualan ini ciki-ciki (red: makanan ringan)” (Wawancara

Ibu Nur, 16 Juni 2017)

Senasib dengan Ibu Nur, beberapa pedagang di Rusunawa Rawa Bebek

mengeluhkan sepi pembeli di rusun, terlebih ketika mereka di rusun tipe lajang.

Oleh karena itu, banyak diantara mereka yang nunggak membayar sewa rumah dan

air. Struktur tersebut membawa dampak pada perubahan pengeluaran setiap

bulannya. Untuk menyesuaikan pengeluaran yang kini berbeda dengan

sebelumnya, masyarakat beradaptasi dengan berbagai cara. Berbagai cara yang

mereka lakukan untuk bertahan hidup di Rusunawa Rawa Bebek, diantaranya

dengan menambah pendapatan keluarga walaupun hal ini terbilang sulit dengan

keadaan rusun yang berbeda dengan Pasar Ikan. Kemudian, untuk tetap bertahan

hidup mereka juga menyiasati beberapa pengeluaran lainnya.Seperti yang dialami

beberapa informan berikut:

“saya di sini kalau ada tetangga yang mau digosokin atau dicuciin

pakaiannya saya lakonin (kerjakan), lumayan buat nambah-nambahin

pemasukan kan. Abis si bapak begitu kan penghasilannya disini turun

Page 79: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

69

drastis,sedangkan kita kebutuhannya makin banyak” (Wawancara Ibu Siti

Amini, 14 Juli 2017)

Tidak jauh berbeda, Ibu Ai menyatakan hal serupa:

“bener deh disini berat banget tanggungannya, kita yang biasanya punya

kontrakan sekarang malah ngontrak, kan mikir ya mesti gimana buat

nutupinnya. Makanya saya selain jualan, terima pesenan kue kue juga. Kan

lumayan dapet untungnya” (Wawancara Ibu Ai, 5 Juni 2017)

Pengeluaran rumah tangga Masyarakat Eks Pasar Ikan yang kian bertambah

tidak diiringi dengan pendapatan yang bertambah, justru pendapatan dirasa makin

berkurang. Dalam beradaptasi dengan keadaan tersebut, Masyarakat Eks Pasar Ikan

kemudian menyiasatinya dengan berbagai cara, salah satunya dengan menekan

belanja rumah tangga, seperti yang dilakukan Ibu Siti Amini:

“kalau dulu saya kan belanja seminggu sekali ya, penuhin kulkas. Terus

kalo buat sehari-hari saya paling beli, beli soto atau pecel ayam, paling 35

ribu sekali makan. Kalau disini mah mending masak, lebih irit. Belanja

25rb bisa buat seharian. Terus anak saya kan dapet KJP, kalo dulu KJP

anak saya buat bayaran sekolah waktu di Al-Falah Kalo sekarang kan

sekolah ga bayaran, jadi KJPnya bisa buat beli kebutuhan sehari-hari tau,

bisa dibelanjain ke carefour atau dibelanjain ke sembako murah yang 85

ribu dapet sembako itu loh” (Wawancara Ibu Siti Amini, 14 Juli 2017)

Begitu pula dengan Ibu Nur, agar tetap dapat bertahan hidup di rusun maka

bu Nur menyiasatinya dengan berbagai cara, mulai dari berdagang makanan ringan

yang dirintis dengan modal awal seadanya, kemudian lebih sering menggunakan

KJP untuk membeli kebutuhan pangan daripada kebutuhan sekolah anaknya,

bahkan agar tetap dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan ketiga anak laki-

lakinya, ibu Nur tidak tinggal serumah dengan suami dan anak pertamanya.

Dikarenakan suami dan anaknya bekerja di Pasar Ikan, sehingga mereka lebih

Page 80: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

70

memilih untuk tinggal bersama saudara yang tinggal di Luar Batang. Berikut

penuturannya:

“suami saya ga tinggal disini, suami saya di Luar Batang sama anak saya

yang pertama, soalnya pada kerja disana, jadi ketemu seminggu sekali aja.

Saya tiap minggu ke Luar Batang sama anak-anak dari sini naek busway

tuh enak cepet, nanti dari sana saya dikasih uang buat bayar rumah, aer

atau listrik. Kalau uang hasil dagang kan buat muter lagi, keuntungannya

paling buat ongkos sekolah si atip (anak bungsu bu Nur). KJP nya si atip

juga sekarang buat beli sembako murah yang dapet telor, beras, ayam sama

daging. Lumayan kan buat makan sehari-hari” (wawancara Ibu Nur, 25

Agustus 2017)

Hal-hal tersebut yang telah dipaparkan dalam sub bab ini adalah berbagai

pola adaptasi masyarakat dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi,

adaptasi yang dilakukan berupa tindakan masyarakat secara sadar merubah

perilaku, pola pikir dan kebiasaan-kebiasaannya agar dapat menyesuaikan dengan

struktur yang ada di Rusunawa Rawa Bebek.

C. Analisa Penelitian: Refleksi Teori

Analisa penelitian ini menggunakan teori stukturasi yang dikembangkan oleh

Anthony Giddens. Melihat adaptasi dari kacamata teori strukturasi penulis

menggunakan konsep dualitas agen dan struktur. Masyarakat Eks Pasar Ikan

sebagai agen, sementara struktur berupa aturan dari pengelola dan pranata-pranata

yang terbentuk di Rusunawa Rawa Bebek. Sebagaimana telah disebutkan, teori

strukturasi berdasar pada relasi dualitas antara agen dan struktur. Dalam konsep

adaptasi, agen melakukan adaptasi terhadap struktur.

Untuk memahami teori strukturasi Giddens perlu adanya pembagian konsep,

yaitu pertama, dualitas agen dan struktur merupakan pola adaptasi Masyarakat Eks

Pasar Ikan sebagai agen, sementara aturan dari pengelola maupun berbagai fasilitas

Page 81: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

71

di rusun sebagai media produksi dan reproduksi struktur yang baru di tempat tinggal

yang baru. Kedua, perubahan sosial yang ditandai dengan struktur memfasilitasi

individu dengan aturan yang membimbing tindakan mereka berupa penyesuaian

diri. Ketiga, ruang dan waktu menciptakan ketertiban dengan cara menjelaskan

lingkungan dan menyusun kehidupan sosial yang diprediksi.

Dualitas agen dan struktur pada masalah ini adalah dalam bentuk agen

beradaptasi terhadap struktur yang berbeda dengan sebelumnya. Sebagaimana telah

disinggung sebelumnya, Masyarakat Eks Pasar Ikan yang kini tinggal dan menetap

di Rusunawa Rawa Bebek dikatakan sebagai agen. Sementara struktur aturan,

berupa aturan-aturan dari pihak pengelola Rusunawa Rawa Bebek dan pranata-

pranata sosial yang terbentuk sebagai struktur sumberdaya. Kemudian Masyarakat

Eks Pasar Ikan sebagai agen beradaptasi dengan struktur tersebut, sehingga untuk

dapat menyesuaikan diri dengan struktur tersebut masyarakat melakukan beberapa

rasionalisasi terhadap tindakan-tindakannya. Seperti menjadi pedagang agar dapat

memenuhi kebutuhan membayar sewa, hal ini dillakukan karena Masyarakat Eks

Pasar Ikan tidak memiliki ijazah SMA sederajat, sehingga banyak dari mereka yang

mengandalkan berdagang dan bekerja serabutan sebagai mata pencaharian utama.

Kondisi di Rusunawa Rawa Bebek nyatanya mendukung Masyarakat Eks

Pasar Ikan untuk berdagang, yaitu disediakannya selasar yang dapat digunakan

sebagai tempat berdagang serta daya beli dari Masyarakat Eks Bukit Duri yang

cukup tinggi. Sehingga pola yang terbentuk adalah Masyarakat Eks Pasar Ikan

sebagian besar menjadi pedagang di Rusunawa Rawa Bebek sementara sebagian

Page 82: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

72

besar Masyarakat Eks Bukit Duri sebagai pembeli (Hasil Observasi dan Wawancara

Ibu Nur, 25 Agustus 2017).

Struktur berupa aturan membayar sewa rumah dan aturan menjadi dasar bagi

agen untuk melakukan tindakan berupa penyesuaian seperti menyiasati pendapatan

dan pengeluaran rumah tangga. Masyarakat Eks Pasar Ikan ditandai sebagai

masyarakat relokasi yang merupakan struktur pemaknaan (signifikansi).

Sebagaimana Priyono (2016) menjelaskan bahwa terdapat tiga gugus besar struktur,

yaitu, Pertama, struktur penandaan atau pemaknaan (signifikansi) yang

menyangkut skemata simbolik, pemaknaan, penyebutan dan wacana. Kedua,

Struktur dominasi berkaitan dengan penguasaan yang mencakup penguasaan agen

terhadap struktur. Dalam hal ini Masyarakat Eks Pasar Ikan sebagai agen memiliki

kekuasaan terhadap produksi dan reproduksi sistem sosial yang kemudian

dikatakan sebagai struktur di Rusunawa Rawa Bebek. Ketiga, struktur legitimasi

yang menyangkut peraturan normatif dan terungkap dalam tata hukum. Struktur

legitimasi di Rusunawa Rawa Bebek berupa berbagai aturan dari pengelola dan

sanksi normatif apabila dilanggar yang telah disetujui oleh Masyarakat Eks Pasar

Ikan sebagai agen.

Dalam perubahan struktur yang dirasakan oleh masyarakat eks Pasar Ikan di

Rusunawa Rawa Bebek, struktur yang berupa aturan maupun sumberdaya apabila

dikaitkan dalam tiga gugus besar struktur yaitu struktur signifikansi atau

pemaknaan, struktur dominasi atau kekuasaan, dan struktur legitimasi atau

pengesahan, maka yang terjadi demikian adalah sebagai berikut:

Page 83: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

73

Misalnya dalam struktur yang dibuat oleh pengelola berupa menjaga

kebersihan Rusunawa Rawa Bebek. Pemaknaan dari struktur tersebut adalah

Rusunawa Rawa Bebek dianggap sebagai huniah yang bersih dan layak huni.

Sementara dominasinya adalah struktur tersebut memang dibawah kewenangan

pengelola sebagai pemilik kekuasaan di Rusunawa Rawa Bebek. Sementara

struktur legitimasinya adalah aturan tersebut memang secara sah berpedoman pada

perundang-undangan yang berlaku.

Kemudian untuk struktur yang berupa pranata-pranata sosial yang diproduksi

dan direproduksi berupa pengajian, kerja bakti dan kegiatan gotong royong lainnya

dimaknai sebagai kesepakatan bersama. hal hal tersebut yang menjadikan dasar

bagi agen untuk melakukan praktik sosial. Praktik sosial yang mereka lakukan

sebagai masyarakat relokasi adalah penyesuaian tindakan-tindakan mereka yang

sesuai dengan tempat tinggal mereka saat ini.

Praktik sosial yang dilakukan oleh Masyarakat Eks Pasar Ikan sebagai agen

yang beradaptasi dengan struktur yaitu untuk memenuhi struktur aturan,

masyarakat menyiasati pendapatan rumah tangga dengan membuka usaha

berdagang dan mengatur ulang pengeluaran (hidup lebih hemat) (dilakukan

berdasarkan kesadaran diskursif).

Kemudian merevisi tindakan menjadi hidup lebih bersih dan lebih peduli

dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial (dilakukan

berdasarkan kesadaran praktis dan diskursif), serta mereproduksi sistem sosial

sehingga tercipta sebuah struktur baru (pranata-pranata sosial) melalui sifat struktur

Page 84: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

74

memberdayakan (enabling). Struktur dengan sifatnya yang selain mengekang

(constraining) melainkan juga memberdayakan (enabling) membuat Masyarakat

Eks Pasar Ikan memiliki kemampuan untuk mengintervensi pereproduksian

struktur.

Selanjutnya dalam pembahasan Giddens mengenai tiga hal penting yang

mendasari terjadinya tindakan (agensi), disebutkan bahwa terdapat model

stratifikasi agen yang terdiri dari 3 yaitu refleksif monitoring action, rationalization

of action, dan motivation of action (Giddens,1989:6). Ketiga tingkatan agensi ini

yang mendasari terjadinya sebuah interaksi sosial. agensi yang dilakukan oleh

Masyarakat Eks Pasar Ikan berada pada tingkatan rasionalisasi tindakan, di mana

rasionalisasi tindakan ini dibagi menjadi dua tipe kesadaran yaitu kesadaran praktis

dan kesadaran diskursif.

Tindakan-tindakan yang dilakukan agen dalam masalah ini berdasar pada

rasionalisasi tindakan agen yang dilakukan dalam upaya penyesuaian diri.

Mengubah pola hidup dari yang sebelumnya mencerminkan kekumuhan menjadi

lebih peduli akan lingkungan adalah sebuah tindakan yang dilakukan berdasarkan

kesadaran praktis agen, karena tindakan dilakukan begitu saja tanpa banyak alasan

yang dapat dikatakan oleh agen. Sementara tindakan agen seperti menyiasati

pendapatan dan pengeluaran rumah tangga –menambah pendapatan dengan

berdagang, dan mengurangi pengeluaran dengan hidup hemat—dilakukan

berdasarkan kesadaran diskursif agen karena agen memiliki landasan analitis dalam

melakukan hal tersebut.

Page 85: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

75

Pada pembahasan mengenai ruang dan waktu, sebagaimana Priyono

menjelaskan bahwa tindakan bersifat kodrati atau dengan kata lain tidak ada

tindakan tanpa ruang dan waktu. Dalam konsep ruang (locale), di mana setting

ruang digunakan sebagai tempat berlangsungnya interaksi sosial yang dilakukan

secara rutin dan dimanfaatkan untuk melanggengkan komunikasi, dalam hal ini

ruang dan waktu yang terjadi dalam aktivitas sosial Masyarakat Eks Pasar Ikan

telah berbeda, apabila sebelumnya ruang yang digunakan dalam berlangsungnya

interaksi sosial yaitu di Pasar Ikan, Pelabuhan Sunda Kelapa dan Masjid yang

digunakan untuk ruang berkumpul masyarakat. Maka saat ini pada kondisi ruang

yang berbeda, masyarakat melakukan interaksi sosial di selasar rusun, RPTRA, bus

Transjakarta dan aula rusun yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial masyarakat

relokasi.

Dalam konsep waktu, agen memproduksi dan mereproduksi pola-pola

interaksi melalui perjumpaan tatap muka atau dengan kata lain yaitu kehadiran

(precensing). Jadi dalam interaksi sosial yang dilakukan Masyarakat Eks Pasar Ikan

di Rusunawa Rawa Bebek terjadi dalam ruang dan waktu. Dan interaksi menempati

setting tertentu yang berlangsung pada masa tertentu. Yang kini keadaanya berbeda

dari sebelumnya, dalam setting interaksi di Pasar Ikan yang berlangsung pada kurun

waktu sebelum tahun 2015, maka interaksi sosial Masyarakat Eks Pasar Ikan

sebagai masyarakat relokasi menempati setting Rusunawa Rawa Bebek yang

berlangsung pada waktu saat ini.

Selanjutnya dalam konteks perubahan sosial, perubahan sosial dapat

dimaknai sebagai perubahan yang terjadi dalam sistem sosial maupun modifikasi-

Page 86: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

76

modifikasi perilaku masyarakat. Sebagaimana Macisionis dalam Stzompka bahwa

perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola

pikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu (Sztompka, 2008:5) Oleh karena itu,

berbagai pola adaptasi masyarakat yang berbentuk perubahan pola pikir dan

perilaku termasuk praktik sosial yang dilakukan secara rutin dalam kehidupan

sehari-hari dapat ditransformasikan. Lambat laun, yang kemudian terjadi

memungkinkan sebuah transformasi struktural. Transformasi struktural ini dapat

dikatakan sebagai sebuah proses perubahan sosial.

Page 87: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

77

BAB IV

PENUTUP

Pada bab penutup ini penulis akan menyampaikan dua poin penting, yaitu: 1)

Kesimpulan yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian, 2) Saran berupa

anjuran mengenai pemberian kontribusi pada penelitian ini

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah menjawab dua

pertanyaan pada penelitian ini, Pertama, Bagaimana perubahan yang dialami oleh

Masyarakat Eks Pasar Ikan selama di Rusunawa Rawa Bebek?. Kedua, Bagaimana

Pola adaptasi masyarakat terhadap perubahan yang terjadi yang dilakukan oleh

Masyarakat Eks Pasar Ikan di Rusunawa Rawa Bebek?

Pada pertanyaan pertama, perubahan-perubahan yang dialami oleh

Masyarakat Eks Pasar Ikan pasca relokasi berupa perubahan-perubahan yang

berkesinambungan, perubahan yang terjadi tidak hanya semata-mata perubahan

kondisi fisik lingkungan hidup, dari perubahan lingkungan hidup kemudian diikuti

perubahan pada berbagai pranata sosial dan ekonomi. Apabila merujuk pada konsep

dasar perubahan sosial, maka perubahan yang terjadi pada Masyarakat Eks Pasar

Ikan dapat dikatakan sebagai perubahan sosial. sebagaimana telah disebutkan

bahwa perubahan yang terjadi pada Masyarakat Eks Pasar Ikan mencakup

perubahan pada pranata atau institusi sosial masyarakat. Perubahan-perubahan

tersebut juga menuntut masyarakat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

Sebagaimana yang dijelaskan untuk menjawab pertanyaan kedua di bawah ini.

Page 88: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

78

Pada pertanyaan kedua, mengenai pola adaptasi yang dilakukan masyarakat

terhadap perubahan yang terjadi, adaptasinya apabila dianalisa dengan teori

strukturasi maka adaptasi merupakan strukturasi (dualitas agen dan struktur).

Konsep-konsep yang digunakan dalam teori strukturasi adalah agen, struktur dan

dualitas agen dan struktur itu sendiri yang terpola dalam ruang dan waktu. Dalam

hal ini yang menjadi agen adalah Masyarakat Eks Pasar Ikan, dan yang menjadi

Struktur di Rusunawa Rawa Bebek berupa aturan (rules) adalah aturan atau tata

tertib yang diberlakukan oleh pengelola terhadap masyarakat relokasi di Rusunawa

Rawa Bebek, struktur berupa aturan tersebut tidak ada dalam struktur masyarakat

Pasar Ikan ketika di Pasar Ikan.

Sementara struktur berupa sumberdaya (resources) yang merupakan hasil

dialektika antara agen dan struktur adalah pranata-pranata sosial yang direproduksi

oleh Masyarakat Eks Pasar Ikan bersama dengan Masyarakat Eks Bukit Duri

sebagai kesatuan masyarakat Rusunawa Rawa Bebek seperti membentuk karang

taruna, pengajian dan berbagai kegiatan lainnya. Sehingga yang terjadi demikian

adalah model adaptasi yang dilakukan oleh Masyarakat Eks Pasar Ikan adalah

model hibridasi, yaitu bentuk penyesuaian diri yang dilakukan dengan merevisi

tindakan namun ada beberapa nilai-nilai yang tetap dibawa. Masyarakat Eks Pasar

Ikan sebagai masyarakat relokasi di Rusunawa Rawa Bebek kerap merevisi

tindakannya contohnya seperti lebih sadar akan kebersihan lingkungan agar sesuai

dengan keadaannya saat ini karena bukan lagi sebagai masyarakat yang tinggal di

permukiman kumuh, menjadi lebih suka bergotong royong dan tolong menolong

dengan tetangga. Menurut teori Strukturasi, Masyarakat sebagai agen pada

Page 89: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

79

dasarnya bertindak dengan didasari oleh kesadaran praktis dan diskursifnya. Oleh

karenanya, Masyarakat Eks Pasar Ikan melakukan penataan ulang terhadap

perubahan yang terjadi agar kembali ke keseimbangan.

2. Saran

Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti lainnya, untuk

menyempurnakan penelitian yang sudah ada. Dalam penelitian, penggunaan teknik

dan metode penelitian juga perlu ditambahkan agar penelitian ini bisa berkembang.

Dalam proses penelitian kualitatif penulis menyarankan untuk fokus dalam

melakukan observasi pada proses penelitian, tidak hanya terfokus pada wawancara,

karena dari pengalaman penulis data yang didapatkan dari observasi akan sangat

natural dan sesuai dengan kondisi yang ada. Dalam melakukan wawancara agar

mendapatkan jawaban yang senatural mungkin, maka peneliti harus membangun

rapport dengan informan.

Terlebih ketika peneliti merupakan orang asing dari subjek penelitian, maka

membangun rapport harus lebih ekstra. Selain itu penulis menyarankan dalam

melakukan penelitian harus memperhatikan konsep etic dan emic, dimana etic

merujuk pada pandangan orang luar yang digunakan untuk generalisasi dan emic

menujukkan kerangka berpikir dari subjek peniliti. Karena dengan memahami dua

konsep tersebut, akan memudahkan penulis dalam membuat kerangka berfikir dan

membuat analisa data.

Page 90: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

80

Daftar Pustaka

Buku, Jurnal/Artikel, dan Tesis

Henrry, B, dan Priyono. 2016. Anthony Giddens Suatu Pengantar. Jakarta: Kepustakaan

Populer Gramedia

Giddens, Anthony. 2011. The Constitution Of Society Teori Strukturasi untuk Analisis

Sosial (dialihbahasakan oleh Adi Loka Surjono). Yogyakarta:Pedati.

Giddens, Anthony dan Philip W Sutton. 2014. Essential Concepts in Sociology.

Cambrige:Polity Press

Giddens, Anthony. 1981. A Contemporary Critique Of Historical Materialism. Los

Angeles: University of California Press.

Ritzer, George dan Douglas J Goodman. 2004. Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai

Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Wirawan, I. B. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial, Definisi

Sosial dan Perilaku Sosial. Jakarta:Kencana

Piotr, Sztompka. 2008. The Sociologi of Change (dialihbahasakan oleh Alimandan).

Jakarta: Prenada

Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta

Cresswell, Jhon W. 2016. Research Design (Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif,

dan Campuran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Neuman, W. Lawrence. 2013. Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif (dialihbahasakan Oleh Edina T. Sofia). Jakarta: Indeks.

Adisasmita, Rahardjo. Pembanguunan Kawasan dan Tata Ruang. Graha Ilmu:

Yogyakarta. 2013

Suparlan, Pasudi. 2003. Pembangunan dan Kemiskinan. Vol. 5. Jurnal Polisi

Indonesia

Wiroto, Dondick Wicaksono. 2010. Agen dan Struktur dalam Sektor Informal: Reproduksi

Pedagang Kaki Lima (PKL) Melalui Interaksi Antar Kelompok Kepentingann

[tesis]. Universitas Indonesia

Nurrazaman, Rifki. 2016. Relasi Agen dan Struktur Pada Perubahan Sistem Kerja (Studi

Kasus Sistem Absensi Elektronik Fingerprint pada Dinas Pendidikan Provinsi DKI

Jakarta) [skripsi]. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Sarwindah. 1995. Pola Adaptasi Penghuni di Lingkungan Permukiman Rumah Susun.

[Tesis]. Universitas Indonesia.

Page 91: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

81

DOKUMEN DAN SURAT KABAR

UPRS Rawa Bebek, Perjanjian Sewa Bagi Penghuni Satuan Rumah Susun Sederhana

Sewa. Nomor : /-076. 43. Dokumen. 2017

UPRS Rawa Bebek. Data BLUD Rawa Bebek. Tahun 2017

Wicaksono, Bayu Adi dan Fajar Ginanjar Mukti. “Tujuan Ahok Menggusur Warga dari

Luar Batang”. Diakses dari http://metro.news.viva.co.id/news/read/759212-

tujuan-ahok-menggusur-warga-dari-luar-batang pada 13 April 2017 pukul

17.00

Alsadad, Rudi “Ahok: Jauh Tidak Manusiawi Mengajari Rakyat Salah Demi Menang

Pilkada”. Diakses pada 28 September 2017 pukul. 18.55 dari

http://megapolitan.kompas.com/read/2017/01/13/21531961/ahok.jauh.tidak.man

usiawi.mengajari.rakyat.salah.demi.menang.pilkada

Tambun, Lenny Trisia. “Selama Menjadi Gubernur DKI, Ahok Telah Lakukan 12

Penggusuran”. Diakses pada 17 Oktober 2017 Pukul 13.55 dari

http://www.beritasatu.com/megapolitan/389284-selama-menjadi-gubernur-dki-

ahok-telah-lakukan-12-penggusuran.html

Pratiwi, Priska Sari. “Riwayat Kampung Akuarium, Penelitian Hingga Penggusuran”.

Diakses pada 27 Oktober 2017 Pukul 01.01 dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160415192424-20-

124299/riwayat-kampung-akuarium-penelitian-hingga-penggusuran

Alexander, Hilda B. “Pasar Ikan dan Luar Batang, Riwayat "Batavia" dengan Karakter

Beragam” Diakses pada 11 januari 2018 pukul 14.00 dari

https://properti.kompas.com/read/2016/04/15/123207421/Pasar.Ikan.dan.

Luar.Batang.Riwayat.Batavia.dengan.Karakter.Beragam

Jamil, Ahmad Islamy. “Melihat Rusunawa Rawa Bebek Dari Dekat”. Diakses pada

tanggal 2 November 2017 Pukul 13.15 dari

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-

nasional/16/10/29/ofrqau361-melihat-rusunawa-rawa-bebek-dari-dekat

Page 92: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

lxxxv

Lampiran

Pedoman Wawancara

I. Sewaktu di Pasar Ikan

1. Sejak kapan tinggal di Pasar Ikan?

2. Bagaimana awal mulanya tinggal di Pasar Ikan?

3. Bagaimana kondisi lingkungan rumah di Pasar Ikan?

4. Bagaimana mata pencaharian masyarakat Pasar Ikan?

5. Bagaimana hubungan dengan tetangga di Pasar Ikan?

6. Bagaimana kegiatan gotong-royong di Pasar Ikan?

7. Bagaimana kegiatan keagamaan di Pasar Ikan?

8. Bagaimana pergaulan anak dan remaja di Pasar Ikan?

9. Bagaimana perasaan anda tinggal di tanah ilegal dalam arti melanggar hukum?

10. Bagaimana perasaan anda ketika dikatakan sebagai masyarakat yang kumuh?

II. Perubahan di Rusunawa Rawa Bebek

1. Bagaimana perasaan ketika direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek?

2. Apa yang dirasakan ketika tinggal di Rusunawa Rawa Bebek yang jelas legalitasnya

dan layak huni?

3. Apa saja perubahan yang dirasakan?

4. Adakah sebuah kebiasaan yang hilang?

5. Apakah mendapat bantuan/subsidi dari pemerintah?

6. Bagaimana dengan kepengurusan RT dan RW di Rusunawa Rawa Bebek.

7. Adakah aturan atau norma baru yang ditetapkan oleh masyarakat Rusunawa Rawa

Bebek?

III. Respon Terhadap Perubahan

1. Apa yang dilakukan dalam menghadapi perubahan lingkungan rumah?

2. Apa yang dilakukan dalam menghadapi perubahan mata pencaharian?

3. Apa yang dilakukan dalam mengahadapi tetangga dan orang-orang baru?

4. Bagaimana hubungannya dengan tetangga baru? Khususnya dari Bukit Duri?

5. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap aturan-aturan dari pengelola?

6. Bagaimana perasaan anda dalam menerima fasilitas dan bantuan/subsidi yang

diberikan untuk penghuni Rusunawa Rawa Bebek?

Page 93: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

lxxxvi

TRANSKIP WAWANCARA

INFORMAN 1

Kepala UPRS Rawa Bebek: Nuri Sawitri S.E

Rusun Bujang Lajang Rawa bebek, 24 maret 2017

Penulis : Ada berapa Kepala Keluarga yang direlokasi ke Rusunawa Rawa Bebek?

Ibu Nuri : kalau dari Pasar Ikan ya sekarang ada 185 KK, total semuanya ada 561 KK

Penulis : yang direlokasi ke sini, apakah hanya dari Pasar Ikan dan Bukit Duri bu?

Ibu Nuri : ada yang dari kali krukut juga, tapi ngga banyak. Yang paling banyak Bukit Duri, baru

Pasar Ikan

Penulis : Rusunnya dibentuk tahun berapa?

Ibu Nuri : tahun 2015

Penulis : saat ini ada berapa blok?

Ibu Nuri : sekarang ada 10 blok, yang rusun bujang lajang ada 6 blok, dari blok A,B,C,D,E sama

F, sama ada blok burung ada 4 blok, itu blok Merpati, gelatik, cendrawasih sama merak,

nah itu nanti ada lagi yang blok summarecon itu ada 4 blok. Jadi nanti ada 14 blok. Ada

yang sedang berjalan lagi ini nanti dibangun yang 11 lantai.

Penulis : kalau yang dari Pasar Ikan tinggalnya di sini (rusun bujang lajang) ya bu?

Ibu Nuri : iya untuk sementara, nanti harus pindah ke rusun summarecon itu.

Penulis : emangnya kenapa bu dipindahin bu?

Ibu Nuri : ya karena di rusun bujang lajang ini kan tipe studio jadi itu tipe 24 ya ukurannya hanya

6x4 meter, kalau di rusun summarecon itu nanti rusun keluarga, tipe 36 ukurannya 6x6

meter jadi ada kamarnya dua. Kalau rusun bujang lajang kan memang diperuntukan

untuk pekerja yang belum berkeluarga, jadi terlalu kecil kalau untuk keluarga

Penulis : oh jadi nanti rusun yang ini buat lajang aja bu?

Ibu Nuri : iya untuk lajang, karena ini kan peruntukannya memamng untuk pekerja ya, lajang

tapi bekerja hehe. Jadi nanti yang dari Pasar Ikan dan krukut yang sekarang nempatin

rusun lajang harus pindah di rusun yang baru bergabung dengan relokasi Bukit Duri

yang sedang proses penggusuran tuh tau kan?

Penulis : oh begitu bu, oh iya bu Rusunawa Rawa Bebek dibentuk emang untuk warga relokasi

atau gimana bu?

Ibu Nuri : tidak hanya untuk warga relokasi ya, tapi memang ini rusunawa yang juga menjadi

salah satu rusun tujuan untuk relokasi

Penulis : harga sewa berapa?

Ibu Nuri : kalo di rusun lajang itu 450, kalau untuk yang relokasi itu 300.000 jadi sama tuh semua

lantai, karna di sini kan pakai lift. Nah kalau nanti di summarecon beda-beda setiap

Page 94: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

lxxxvii

lantainya, semakin atas semakin murah. Setiap lantainya beda 50.000. yang lantai 1 nya

303.000. di luar listrik dan air.

Penulis : oh begitu bu, ini Rusunawa nya dibawah kepengelolaan pemprov atau gimana bu?

Ibu Nuri : di bawah dinas perumahan, ini tanahnya ya tanah pemprov

Penulis : di sini sarana dan prasarana serta fasilitas nya apa saja bu?

Ibu Nuri : kalau di sini fasilitasnya kita sediain ada tempat tidur tingkat, ada meja 2 sama lemari

1. Tapi kalau di rusun summarecon itu kosong. Tapi banyak sarana yang

menunjangnya, di sana di lantai bawahnya kita sediain buat yang mau jualan ada

kiosnya dengan harga sewa yang cukup murah ya, ada aula juga, ada hunian buat yang

lansia atau difable ya jadi ngga usah naik tangga, terus udah ada puskesmasnya juga

di sana, ada pertpustakaan, ada paud sama ada lapangan basket, futsal juga, dan nanti

akan dibuatkan ruang terbuka hijau juga ya

Penulis : wah lengkap banget ya bu, terus bu di sini tuh banyak aturan dan tata tertibnya ga

sih?

Ibu Nuri : aturan dan tata tertib pasti ada ya, di setiap perjanjian sewa rusun ada tata tertib

sebagaimana hak dsan kewajiban penghuni rusun yang harus dipenuhi ya. nanti minta

sama ara datanya

Penulis : oh iya baik bu, tapi kalau aturan-aturan yang tidak tertulis di sini apa aja tuh bu yang

selalu dihimbau sama pengelola?

Ibu Nuri : ga banyak sih ya, karena kan bukan keinginan mereka juga untuk tinggal di sini.

Mereka terpaksa ke sini dan mengikuti aturan dan tata tertib yang berlaku di sini jadi

kita juga mau banyak menekankan aturan jadi ga enak ya. Tapi karena kalian tinggal

di rumah kita ya umpamanya, jadi kalian harus ikutin bagaimana aturan kita, yang

paling sering kita himbau itu ya untuk tidak menunggak sewa ya, walaupun kita ngerti

bagaimana sulitnya mereka di tempat baru tapi kan itu kewajibannya. Terus kita juga

sering menghimbau agar menjaga kebersihan dan keindahan rusunnya ya, ini rusun

baru kan sayang kalau nanti rusunnya jadi jelek karena ga dirawat sama penghuninya.

Penulis : oh di sini dituntut untuk hidup bersih juga ya bu?

Ibu Nuri : iya jadi masyarakatnya ngga Cuma dipindahin rumahnya aja tapi dibangun juga

karakter masyarakatnya biar peduli lingkungan

Penulis : oh selain itu bu, ada pemberdayaan lainnya juga bu di sini?

Ibu Nuri : oh iya ada kita nanti akan adain pelatihan membatik sama pelatihan tata boga. Kalau

di sini yang udah berjalan waktu itu kita adakan budidaya lele sama tanaman hidroponik

ya kemarin sudah panen.

Penulis : oh seperti itu bu, kalau pengelola di sini membentuk organisasi untuk masyarakat

rusun ga bu?

Ibu Nuri : di sini ada organisasi GKI yaitu gerakan kepedulian indonesia yang berkolaborasi

sama Pemprov melalui Dinas perumahan untuk memberdayakan warga rusun

Penulis : oh contohnya memberdayakan seperti apa tuh bu?

Ibu Nuri : oh kalau untuk saat ini memang belum ya, nanti akan diaktifkan ketika semua warga

relokasi sudah pindah ke summarecon. Jadi nanti akan membuat kegiatan-kegiatan

Page 95: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

lxxxviii

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat khususnya dari anak-anak ya di

RPTRA. Cuma kan kalau sekarang RPTRA nya belum dibangun

Penulis : oh begitu bu, kalau organisasi organisasi dari masyarakatnya seperti karang taruna

ada ga bu?

Ibu Nuri : oh kalau setahu saya ada ya, di sini sudah mereka bentuk, dan cukup aktif terlebih

dalam kegiatan seperti 17 agustusan. Tapi nanti mungkin akan berubah lagi ketika

sudah bergabung dengan Bukit Duri karena kan mereka akan tinggal bersama jadi ga

bisa itu karang taruna dari Pasar Ikan saja atau dari Bukit Duri saja, sebisa mungkin

kita satukan. Oh iya itu satu lagi yang akan kami hambau terus ke warga relokasi,

karena nanti mereka akan tinggal dalam satu blok maka mereka harus menjaga

keharmonisan antar masyarakat Rusunawa Rawa Bebek.

Penulis : oh iya ya bu takutnya nanti ada sentimen atau konflik antar kelompok, nah kalau untuk

kepengurusan kependudukannya gimana bu?

Ibu Nuri : oh untuk RT dan RW nya ya?

Penulis : iya bu di sini masuknya kelurahan cakung ya bu?

Ibu Nuri : iya kelurahan cakung, Rwnya di sini RW 17. Kami kasih mereka kebebasan untuk

memilih siapa ketua RT dan ketua RW nya, karena yang mengetahui karakter mereka

ya hanya masyarakat itu yang tau. Nanti juga kan mereka bergabung sama Bukit Duri

jadi nanti mereka harus bermusyawarah dulu.

Penulis : oh jadi ngga ditentuin sama pengelola ya bu siapa ketua RT sama ketua RW nya?

Ibu Nur : oh iya kita nggak nentuin, kita Cuma menyediakan fasilitas-fasilitas berserta tata tertib

yang berlaku

Penulis : tapi di sini suka ada keluhan ga bu?

Ibu Nuri : wah banyak, bukan ada lagi

Penulis : gimana menyikapi laporan atau keluhan itu bu?

Ibu Nuri : . Banyak mereka yang ngeluh ga bisa bayar karena mereka jadi ngga kerja semenjak

di sini karena untuk kerja di Pasar Ikan terlalu jauh dan memakan waktu apalagi naik

transjakarta banyak sekali transitnya. Makanya nanti untuk tindak lanjutnya kami akan

sediakan juga Transjakarta yang langsung jurusan Pasar Ikan, jadi dari sini langsung ke

Pasar Ikan, jadi buat yang mau ke Pasar Ikan kita permudah. Intinya mereka di sini

kami kasih kehidupan yang layak.

Penulis : oh itu sebagai bentuk perlakuan istimewa untuk warga relokasi bukan bu?

Ibu Nuri : ya bisa jadi, karena pemprov tidak lepas tangan begitu aja terhadap warga yang

direlokasi. Karena mereka juga kan ngga dapet kompensasi atas penggusuran, jadi

waktu awal di sini selama 3 bulan gratis biaya sewa rusun, kemudian sewa rusun yang

seharusnya Rp.450.000 disubsidi menjadi Rp.300.000, terus untuk anak-anak mereka

pun di sini semua dipindahinnya ke sekolah negeri kalau negeri kan ngga kena bayaran

ya.

Penulis : oh jadi benar-benar diminimalisir pengeluaran mereka ya bu... tapi saat ini banyak

yang nunggak bu?

Ibu Nuri : banyak hahaha ya begitu kan alasannya mereka ngga ada pekerjaan, mereka dagang

sepi

Page 96: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

lxxxix

Penulis : oh tapi ada sanksi nya ga bu buat yang belum bayar?

Ibu Nuri : ya paling kena denda kan untuk yang belum bayar, ga banyak sih dendanya Cuma

6000 hahaha, tapi nanti juga kita kasih SP (surat peringatan) 1, terus SP 2 terus baru

kita sidak.

Penulis : oh kalau untuk pelanggaran tata tertib dan aturan yang lain bu itu ada sanksi tegasnya

ga bu?

Ibu Nuri : ya ada misalnya menggangu keamanan rusun ya bisa kita cabut perjanjian sewanya

Penulis : oh begitu ya bu, nah kalau soal keamanan nanti di summarecon akan ada sistem

keamanan yang dikelola sama pengelola atau biarkan masyarakat membentuk sendiri

bu?

Ibu Nuri : oh itu kita sediakan, nanti akan kita sediakan security yang akan berjaga 24 jam di

rusun

Penulis : kalau untuk kebersihannya bu bagaimana bu?

Ibu Nuri : kebersihan juga di sini kita yang atur, ada dari dinas kebersihannya yang akan

mengambil sampah di bak sampah di lantai bawah yang telah disediakan, kalau

warganya tinggal buang sampah dari atas itu nanti ada bak sampahnya. Terus untuk

kebersihan lainnya juga seperti yang saya katakan tadi kita minta ke warganya untuk

tetap menjaga kebersihan dan keindahan, walaupun di sisi lain ada petugas kebersihan

yang akan kami sediakan untuk membersihkan berbagai sarana dan prasarana yang ada.

Penulis : oh begitu bu, tapi kalau untuk kegiatan-kegiatan yang diadakan masyarakatnya juga

masyarakat memiliki kebebasan bu?

Ibu Nuri : oh iya dong, kami bebaskan mau adakan kegiatan apapun asal positif dan tidak

mengganggu, tidak merusak. Kalau kegiatan seperti pengajian, atau acara 17an kan

bagus jadi ya boleh-boleh aja.

Penulis : nah bu kalau hubungan pengelola sama warga rusun ini bagaimana bu?

Ibu Nuri : oh kita baik-baik aja sama warga relokasi mana pun, kita melayani mereka dengan

baik-baik, kami terima semua masukan, keluhan mereka dan kami sampaikan keluhan

mereka ke pemprov melalui dinas perumahan.

Penulis : wah gitu ya bu, nah bu kan saya akan melakukan penelitian di sini ya bu. Kira-kira

ibu bisa kasih rekomendasi ga bu dua orang siapa yang bisa saya jadiin narasumber bu?

Ibu Nuri : siapa ya? (berfikir sejenak) kalau menurut saya bisa wawancarai pak rais itu yang saya

dengar orang Pasar Ikan milih dia untuk jadi ketua RW nantinya, satu lagi sama ibu

siapa sih itu namanya lupa... (kemudian bertanya ke salah satu staff) “ra itu siapa yang

orang Pasar Ikan yang ibu-ibu yang deket ama lu?”... oh ibu Nuraini. Iya coba aja

wawancarain mereka dulu. Tapi bikin surat izin dari dinas perumahan dulu ya baru

nanti izin kesini lagi.

Penulis : oh iya baik bu, terimakasih banyak ya bu.

Ibu Nuri : iya sama sama, sukses ya skripsinya.

Page 97: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

xc

Transkip Observasi 1

Pasar Ikan dan sekitarnya, 19 April 2017

15.15-18.30

Penulis tiba di pasar ikan pukul 15.15, ketika peneliti terlihat kebingungan dimana letak kampung

akuarium ada seorang warga yang bertanya “mau kemana?” kemudian penulis mengutarakan tujuan

penulis yaitu mencari tahu letak keberadaan kampung akuarium dan pasar ikan

“kalau kampung akuarium disitu yang ada motor belok kiri” ujar seorang bapak sambil menunjukan

arahnya

“terimakasih pak” ucap peneliti kemudian berlalu menuju kampung akuarium yang ditunjukan oleh si

bapak

Sesampainya di lokasi yang dahulunya disebut “kampung akuarium”, pandangan saya menyapu ke

seluruh sisa sisa gusuran tersebut. Tepat di depan tempat saya berdiri, terdapat sebuah mushola bernama

Mushola Al-Hijrah dan tepat di di depan mushola tersebut terdapat sebuah panggung kecil dengan

banner bertuliskan “peringatan 1 tahun penggusuran paksa pasar ikan” di panggung tersebut banyak

anak-anak seusia tanggung sedang bercengkrama. Pemandangan lainnya yang terlihhat jelas adalah sisa

sisa reruntuhan bangunan dan, terdapat bangunan-bangunan kecil di beberapa tepat yang terlihat seperti

gubuk terbuat dari triplek dan seng.

Gambar 1 . Panggung peringatan 1 tahun penggusuran diambil pada tanggal 19 April 2017

Gambar 2. Masih terdapat bangunan-bangunan untuk tempat tinggal warga yang memilih

bertahan diatas puing-puing

Page 98: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

xci

Menelisik kondisi fisik “bekas” kampung akuarium lebih dalam, terdapat beberapa tenda-tenda yang

dibangun di atas tanah tak bertuan itu. Tak jarang pula peneliti melihat berbagai ungkapan-ungkapan

seperti “kembalikan kampung kami” yang dicoretkan di berbagai tempat seperti tembok-tembok dan

seng ataupun dalam bentuk banner dan spanduk.

Gambar 3. Ungkapan dari warga ataupun berbagai kalangan yang kontra dengan relokasi pasar

ikan

Ketika sedang berjalan menyusuri lebih dalam kampung akuarium yang telah direlokasi, penulis

mencoba mengajak ngobrol seorang ibu yang sedang membakar sampah berupa plastik

Perbincangan antara peneliti dan ibu yang diketahui bernama Wuriani ini membicarakan bagaimana

kondisi pasar ikan sebelum direlokasi, ibu wuriani dengan senang hati menggambarkan kondisi pasar

ikan sebelum direlokasi, menceritakan bagaimana huru hara ketika penggusuran dan bagaimana

reaksinya ketika harus direlokasi.

Setelah berbincang sekitar 30 menit dengan ibu wuriani, peneliti kembali melakukan pengamatan

terhadap kondisi fisik dan sosial warga pasar ikan. Saat itu jam menunjukan pukul 17.00, peneliti

melihat berbagai suasana permukiman kumuh terlebih ketika peneliti mencoba melihat sampan milik

warga yang bekerja menyewakan jasa penyebrangan ke pelabuhan menggunakan sampan.

Page 99: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

xcii

Gambar 4. Sampan milik warga sebagai alat untuk mata pencaharian warga pasar ikan

Aroma tidak sedap menyambut peneliti ketika penelit sampai ke tempat sampan-sampan tersebut

“diparkir”, sungai yang masih terhubung dengan laut itu berwarna coklat kehitaman dengan beberapa

sampah berserakan. Bau anyir yang menusuk hidung membuat peneliti tidak nyaman berlama-lama di

sana, jadi peneliti hanya bertanya kepada seorang warga berapa tarif naik sampah dan warga terbebut

menyebutkan “5000 rupiah kalau ke pelabuhan aja, kalau keliling2 saya kurang tahu, tanya orangnya

aja” ujarnya seorang bapak yang berada dalam sebuah perahu berukuran sedang. Kemudian sayaa

bertanya kepada penyedia jasa tersebut, dan pria paruh baya ini hanya menjawab singkat “gocap”

kemudian berlalu dan duduk-duduk bersama warga lainnya di sebuah sampan penghubung antara

kampung akuarium dengan perkampungan seberangnya yang terpisah oleh sungai kecil tersebut.

Waktu sudah semakin sore, peneliti berniat menyudahi pengamatan hari ini. Tak lupa peneliti

mengambil gambar sisa-sisa bangunan pasar ikan yang telah di robohkan satu tahun yang lalu.

Ketika di jalan menuju halte transjakarta, peneliti sempat kepikiran untuk mengunjungi pelabuhan,

karena menurut beberapa kali wawancara peneliti dengan para warga pasar ikan, mereka mengatakan

bahwa pelabuhan cukup berpengaruh terhadap kondisi perekonomian masyarakat pasar ikan. Setelah

mempertimbangkan estimasi waktu, akhirnya peneliti berbelok ke pelabuhan sunda kelapa. Berjalan

sekitar 500 meter dari musem bahari, peneliti sampai di pelabuhan.

Ketika di pelabuhan penulis dihampiri oleh seorang bapak bernama lutfi, pak lutfi awalnya

menawarkan jasa keliling pebuhan naik sampan, tetapi peneliti tolak karena hari mulai petang.

Kemudian terdapat sedikit perbincangan antara peneliti dengan pak lutfi.

Peneliti memulai sedikit bertanya ke pak lutfi “orang pasar ikan banyak pak yang suka ke pelabuhan?”

“banyak, mereka sering ada yang kesini” ujar pak Lutfi

“biasanya ngapain mereka kesini pak?” tanya peneliti lagi

“mereka kan pada jasa sewa sampan kaya saya gini, trus ada juga yang jadi kuli-kuli pelabuhan” jawab

pak lutfi

Tak banyak yang peneliti tanyakan ke pak lutfi karena keterbatasan waktu. Peneliti hanya sekitar 15

menit di pelabuhan, setelah mendokumentasikan suasana pelabuhan, peneliti memutuskan untuk

pulang.

Page 100: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

xciii

Transkip Observasi 2

Rusunawa Rawa Bebek, 29 mei 2017

13.00-19.15

Siang itu dikala teriknya matahari, penulis menoleh jam yang tertera di Handphone penulis, terpampang

pukul 12. 55. Sudah bersiap diri untuk turun dari Transjakarta jurusan Penggilingan-Rusun Rawa

Bebek, penulis lupa melihat jam, sehingga penulis pastikan jam 13.00 penulis mulai menginjakan kaki

di Rusunawa rawa Bebek.

“blok A bang blok A” teriak seorang anak laki-laki. Karena banyak penumpang yang turun di Blok A,

penulis memutuskan untuk ikut turun di Blok A.

Setelah bus pengumpan tersebut melaju, penulis melihat pemandangan Rusunawa Rawa Bebek Blok

A. Diikuti menoleh ke kiri dan ke kanan, penulis melihat sebuah bangunan rumah berlapis dengan warna

yang mencolok dan ornamen hiasan betawi menambah keindahan bangunan yang baru dihuni ini.

Sekeliling rusunawa rawa bebek saat itu terlihat begitu gersang dengan masih terhampar tanah-tanah

kosong dan tanah yang sedang dalam tahap awal pembangunan sebuah gedung baru.

Penulis mulai melakukan observasi di Rusunawa Rawa Bebek Blok A dengan melihat-lihat berbagai

fasilitas dan kondisi fisik Rusunawa Rawa Bebek. Tak banyak aktifitas yang dilakukan oleh penghuni

rusun saat itu.

Masuk menyusuri rusun lebih jauh terdapat 4 tower rusun yang saling berhadapan dengan berinisial A,

B, C dan D. Cat yang masih terlihat mentereng begitu mencerminkan bahwa bangunan ini adalah

bangunan yang baru jadi.

Dari keempat blok tersebut, semuanya memiliki fasilitas yang sama. Di lantai dasar rusun masing-

masing memiliki toilet umum untuk laki-laki, perempuan maupun toilet disabilitas. Kemudian terdapat

2 unit rusun untuk lansia, ruangan aula serba guna, ruko yang berjajar sebanyak 8 ruang, ruang

keamanan/ security dan terdapat satu musholla di Blok D.

2 jam berlalu penulis mengamati keadaan keempat blok yang masih sangat sepi. Terlihat hanya satu

atau dua orang yang turun dan kemudian kembali naik ke huniannya. Penulis duduk di sebuah bangku

yang disediakan di selasar Blok A guna menunggu bus pengumpan.

Suasana rusun yang gersang membuat rasa dahaga begitu mengganggu puasa kala itu. Penulis berfikir

mungkin ini alasan rusun ini begitu sepi saat siang hari.

Setelah berperang dengan rasa bosan mengamati Blok A, penulis menyusuri blok yang lain. Sebenarnya

terdapat 3 blok lagi di belakang blok D, yang terkenal dengan sebutan Blok Burung. Disebut blok

burung karena setiap bloknya memakai nama burung seperti blok gelatik, blok cendrawasih dan blok

merpati. Apabila dibandingkan dengan blok A,B,C maupun D, blok burung ini terlihat lebih ramai.

Dari informasi yang penulis ketahui, blok burung ini adalah tempat relokasi masyarakat dari bukit duri

yang lebih dahulu direlokasi. Ketika sedang melihat-lihat ke blok burung ini kemudian penulis disapa

oleh seorang bapak-bapak menggunakan baju koko menuju mushola, ya kala itu adzan ashar sedang

berkumandang

“nyari siapa neng? Celingak celinguk aja” ujar bapak tersebut

Spontan penulis tersenyum dan menjawab pertanyaan beliau “oh ngga pak ga nyari siapa-siapa disini,

Cuma lagi mengamati aja nih pak, kebetulan saya bukan warga rusun pak” jawab penulis dengan

canggung

“oh begitu, mari neng udah iqomah saya solat dulu” ucap si bapak dengan terburu-buru menuju mushola

yang terlihat agak ramai. Sementara apabila dibandingkan dengan mushola di blok D, sangat berbeda

Page 101: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

xciv

keadaannya. Karena tak ada seorang pun yang solat di mushola blok D, penulis sampai bingung apakah

ini benar musholla atau bukan? Tapi di dalam ruangan tersebut terdapat karpet yang biasa ada di

musholla maupun masjid.

Kemudian penulis kembali ke blok A, terlihat beberapa pedagang mulai membuka tempat

berdagangnya, membersihkan dan menyiapkan apa yang akan dijualnya. Kemudian penulis

menghampiri salah satu ibu-ibu yang sudah tidak sibuk menyiapkan dagangannya. Setelah beliau

merasa sudah rapih beliau duduk santai menunggu pembeli yang datang. Segera penulis menghampiri

warung beliau, dengan ramah beliau melemparkan senyuman kepada penulis dan menyuruh penulis

duduk di bangku kayu memanjang yang memang disediakan untuk pembeli. Kemudian terjadilah

perbincangan penulis dengan ibu tersebut

“mau beli apa nih? Tapi masih jam segini, buka puasanya masih lama masa mau beli es” ujarnya seraya

tertawa kecil

“iya ibu nanti aja saya belinya, saya numpang duduk dulu ya bu di sini sambil nunggu maghrib” jawab

penulis

“iya gapapa sini aja, masih sepi juga noh yang jualan, ini (kamu) bukan orang sini ya? kayaknya ga

pernah liat dah” tanya ibu tersebut sambil sedikit-sedikit membersihkan etalase

“iya ibu saya dewi mahasiswa uin yang sedang melakukan pengamatan buat bikin skripsi bu di sini,

saya juga mau wawancarain masyarakat relokasi pasar ikan bu” ungkap penulis

“saya dari pasar ikan saya, mau cari siapa emangnya?” tanyanya kembali

“saya sih hari ini mau ketemu pak RW nya bu, namanya pak Rais kalau tidak salah bu, ibu tau ga bu

rumahnya di blok yang mana?” ujar penulis

“oh (terdiam sejenak)... siapa si itu ya Rwnya, iya saya tau tuh Rais Rais itu tapi saya lupa dia bapaknya

siapa sih ya itu nama anaknya” jawab ibu tersebut sambil berfikir dan mencoba mengingat, kemudian

ibu tersebut bertanya ke anaknya yang sedang duduk di bangku untuk menunggu bus “tip itu sapa si

pak RW disini tuh bapaknya sapa ya itu yang cewe temen atip”

“bapaknya sarah?” tanya anaknya untuk memastikan

“nah iya itu rumahnya dimana dia tip?” tanya ibu kepada anaknya

“di blok B lantai 2, tapi atip gatau nomer berapa” jawab si anak

“nah di blok B lantai 2 neng, kesono aja sekarang tuh nanti tanya sama orang blok B kan banyak juga

yang jualan tuh dibawah”

“wah iya bu coba ya saya ke blok B dulu, nanti saya kesini lagi bu, makasih sebelumnya bu” ujar penulis

seraya meniggalkan blok A menuju Blok B.

Ya benar apa yang dikatakan ibu tersebut, kali ini sudah agak banyak pedagang yang membuka

dagangannya dan siap dijual. Penulis menghampiri seorang ibu yang sedang menjaga toko kelontong

dan bertanya kepada beliau dimana rumah pak Rais lebih tepatnya, kemudian dengan ramah ibu tersebut

memberi tahu unit hunian pak rais.

Lalu penulis meuju unit hunian pak Rais, awalnya hanya ingin mencari urutan unit huniannya saja,

namun ada seorang ibu yang menegur penulis dan bertanya saya mencari rumahnya siapa. Tak ragu

saya menjawab sedang mencari rumah pak RW. Tak disangka-sangka ibu tersebut keluar rumah dan

mengetuk hunian pak RW dan mengatakan bahwa ada yang mencarinya.

Page 102: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

xcv

Dengan sedikit terkejut, penulis segera menghampiri seorang wanita muda yang ternyata merupakan

istri pak RW. Tanpa sepatah kata yang diucapkan ke penulis, beliau segera memanggil pak RW,

sementara penulis menunggu di depan pintu.

Tak lama kemudian Pak Rais keluar dan melontarkan pertanyaan “oh dari mana nih dek?”

Penulis mencium tangan dan kemudian mengungkapkan maksud dan tujuan penulis untuk meminta

waktu beliau untuk wawancara sekaligus meminta izin untuk penelitian di rusunawa rawa bebek.

Beliau menyuruh penulis masuk seraya berkata “saya mewakili sebagian warga saya di pasar ikan,

belum bisa terima dengan keadaan ini sekalipun ini rumah bagus, cukup mewah tetapi warga saya

sangat terbebani dalam hal masa depan terkait ekonomi itu yang sangat penting. Bisa ditanyakan ke

pengelola siapa sih warga pasar ikan yang sudah tidak ada hutang atau terbilang lunas baik sewa rusun,

air atau listrik. Saya kategorikan yang bisa melunasi itu hanya 10% dari seluruh warga”

Kemudian penulis memulai wawancara dengan transkip wawancara sebagaimana transkip wawancara

informan 2

Page 103: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

xcvi

Transkip Wawancara

Informan 2

Wawancara tanggal 30 Mei 2017

Tempat: Rusunawa Rawa Bebek, Blok B Lantai 2

I. IDENTITAS INFORMAN

Nama : Rais

Usia : 45

Status : Menikah

Pekerjaan : Freelance dan Ketua RW

Jumlah anggota keluarga : memiliki 3 anak yang masih sekolah

Ketika di Pasar Ikan tinggal di RT 12

II. TINGGAL DI PASAR IKAN

Awal mula tinggal di pasar ikan?: Dari nenek moyang Pasar Ikan itu sudah ada, ya

udah turun temurun lah. Dari kakek. Ya kita kan orang bugis, dari zaman di sunda kelapa

ada sejarah perahu pinishi ya itu keluarga saya sudah ada disitu. Lahir dan besar di situ,

sebelum pasar ikan padat seperti itu keluarga saya sudah di situ, merantau. Itu kan baru

rame tahun 80an baru banyak pendatang dari mana mana pada dateng.

Pekerjaan ketika di pasar ikan?: tadinya saya kerja di perum, semenjak relokasi

kesini ya udah berenti sekarang saya hanya freelance-freelance aja

Kondisi fisik Pasar ikan yang bapak ketahui?: ya kita tau sendiri lah pasar ikan adalah

sebuah pasar, ya sejenis pasar dan di sekitar pasar ikan itu ada perkampungan-

perkampungan, baik itu perkampungan nelayan atau perkampungan pedagang yang

berdagang di pasar. Ya perkampungan biasa, perkampungan padet, rumahnya banyak yang

dibikin tingkat untuk dikontrakan... permukiman kumuh kata pemerintah, cuma ada yang

ngincar sepertinya untuk dibuat sebuah apartemen, karena itu pasar ikan wadahnya bagus,

aliran airnya banyak. Alhamdulillah ga sebanyak disini nyamuknya, walaupun kumuh. Ya

dibilang kumuh bisa dibilang kumuh juga, ada banyak yang rumahnya berdiri di pinggir

laut, deket pasar juga ada banyak bangunan semi permanen, tapi ga jarang juga kan yang

rumahnya udah bagus, udah dibikin permanen segala macamnya lah. Kumuh bagi

pemerintah tapi mewah buat kami sebagai kelas menengah kebawah

Hubungan dengan tetangga di pasar ikan?: kalau di pasar ikan sih saya biasa aja

ya, berhubungan baik sama semuanya, semuanya dalam arti tetangga-tetangga dekat rumah

saya ya. Kalau disini kan saya RW, ya sama siapa aja jadi kenal, karena disini kan kita

nyampur ya RT berapa RT berapa... pastilah hidup bermasyarakat, dalam hal kerja bakti ya

sudah pasti rutinitas, apalagi pertemuan-pertemuan musyawarah aktif lah, Cuma dalam

bentuk hal pertemuan karena kita hampir 100%, ya saya katakan hanya 3 kepala keluarga

lah yang non muslim, jadi kita selalu mengadakan pertemuan di mesjid2 dalam kegiatan

apapun,seperti karang taruna ada kok... (rutinitasnya) yaa aktif lah aktif, tapi lebih aktif

disini di jakarta timur nih. RW waktu di sana cukup santai ya kerjanya, kalau saya disini

cukup cape (diselingi tertawa)

Pendapatan dan pengeluaran di pasar ikan?

Page 104: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

xcvii

(saya pribadi) Alhamdulillah, saya seumur-umur dek, saya pribadi nih dari mungkin saya

mulai ngerti jajan sampe saya punya anak tiga seperti ini.. ee gapunya duit di sini sering

saya ngalamin, seribu rupiah pun gak punya, bayangin punya anak 3, sekolah semua.

Pusing ga?

(kalau masyarakat) : ada sekitar 30% masyarakat yang membuka usaha yang berada di

dalam pasar nya, tetapi ada juga yang berbentuk jasa, tenaga-tenaga. Kan pasar ikan deket

sama beberapa tempat wisata seperti kota tua, sunda kelapa, trus ada wisata-wisata lautnya

ya otomatis ada yang sewain sampan untuk ngantar-ngantar turis segala macam. Jadi disana

kita ngga sulit ya nyari duitnya. Mangkanya kalau dibilang faktor ekonomi itu lah yang

sangat utama, biasanya mah ada aja gitu di hari-hari libur kerjaan mah. Kemudian kan ada

makam-makam di luar batang, nah bisa aja jualan walaupun hanya air mineral ditaruh di

meja ada yang beli. Kalau di sini hari libur ya udah begini aja, lapangan pekerjaan di sini

susah, untuk ngelamar kemana-mana susah karena bersaing dengan yang muda-muda, trus

warga saya juga tidak ada ijazah trus udah tua siapa yang mau nerima?. Nah itu saya sudah

coba usulkan dengan kadis dinas perumahan apabila membutuhkan cleaning service atau

apa tolong lah pakai warga saya. Dengan tidak adanya ijazah ya itu tidak keterima.

Iya (di sini) rumah bagus tapi ngontrak, di sana rumah saya rumah sendiri bahkan punya

kontrakan disini malah ngontrak, di sana omset saya sehari bisa 200-500 ribu perhari saya

dapet. Di sini 50 ribu aja sulit. Ga ada pembeli, siapa yang mau beli disini. Ini aja bulan

puasa biasanya kan rame, tapi ya gini sepi... di sini ya makin sulit, sudah tidak punya

pekerjaan, sewa rusun walaupun dapat dikatakan murah ya hanya 306.000 cuma ya itu aja

biaya lainnya itu seperti listrik dan air . maksud saya tuh tolong deh 1 rupiah pun tidak ada

bantuan untuk saudara-saudara kami warga pasar ikan.... listrik kita kan voucher ya, bisa

400.000, paling minim 250.000 lah. Air pun tidak subsidi tadinya di pasar ikan kita

1200/kubik karena kita kan menengah kebawah dan itu juga subsidi dari pam, disini rumah

milik negara kok ga ada subsidi, 5500/’kubik

III. PERUBAHAN YANG DIRASAKAN DI RUSUNAWA RAWA BEBEK

Bagaimana lingkungan rusunawa rawa bebek?: ya disini rusun ya, rusun yang baru

jadi. Jadinya semuanya masih bagus, sebenernya termasuk murah ya disini lantai 1 dengan

dua kamar hanya 306rb, kamar mandi bagus. Beda sama pasar ikan ya, apalagi banyak

warga saya yang tinggalnya deket kali nah itu rumah dibikin seadanya. Tapi kami nyaman

disana walaupun terlihat tidak layak.

Bedanya tinggal di pasar ikan dengan rusunawa rawa bebek?:Lingkungan

disini sangat berbeda ya sama pasar ikan, ya seperti yang kita ketahui di pasar ikan

itu dekat dengan pasar, rame, deket laut. Ya kalau disini kan beda, Cuma tembok

aja yang kita liatin hehe disini masih sepi juga walaupun banyak yang direlokasi

kesini tapi kalau siang-siang sepi disini orang pada males keluar.

Bagaimana organisasi sosial di Rusunawa Rawa Bebek ?:Ada karang taruna,

aktif dibentuk sejak tanggal 6 juni 2016. berjalan sih, Cuma ya income dari masyarakat

itu ketika kita melakukan sebuah aktifitas yang menggunakan dana, agak terbentur disitu.

Seperti kegiatan-kegiatan 17 agustus ya alakadarnya aja karena cuma dari swadaya

masyarakat aja, tidak ada bantuan-bantuan dari mana mana, termasuk dari pengelola juga

nggak.

Ada pelatihan dari pengelola?: Ada pelatihan membatik untuk ibu-ibu, waktu itu,

namun setelah bu vero udah ga kesini ya udah selesai... banyak sebenernya, pelatihan

bogasari misalnya ya tapi kesananya ga ada kelanjutannya. Saya sih hanya berusaha keras

agar warga saya tidak mengingat kembali apa yang sudah terjadi, pemerintah sudah seperti

Page 105: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

xcviii

itu, saya sebagai seorang muslim itu kehendak Allah mungkin lewat pemerintah, kita ga

pernah tau apa yang bakal terjadi. Saya hanya mengharapkan bagaimana upaya2

pemerintah untuk mensejahterakan warga bukan hanya diberikan sebuah wadah, kami

seperti burung yang tinggal di sebuah sangkar yang mewah cuma tidak ada

penghasilan.tidur di tempat kumuh tapi saya bisa tidur nyenyak

IV. KEBIASAAN YANG BERUBAH

Kebiasaan apa saja yang berubah?: 99% berubah, contohnya ya kita dalam hal

lingkungan pasar kalau dalam bahasa sundanya kan ngabuburit ya, kita bicara pas bulan

ramadhan ya. Semua warga berlomba2 untuk mencari sampingan, entahlah jualan cendol,

gorengan, ya takjil lah ya karyawan2 pasar ikan ada aja yang beli. Kedua, disaat seperti ini

kita kan ada di lingkungan laut, kalau orang jakarta pusat, jakarta selatan mungkin

ngabuburitnya ke taman, kalau kita ngabuburitnya ke laut mungkin cari ikan, kerang atau

mancing malemnya kita jual bisa menghasilkan. kalau di sini mati lah, orang laut disuruh

pindah ke rawa-rawa. Jadi ya kalau saya pribadi disini dirumah aja. Mau ngabuburit

kemana disini? Orang puasa pada males naik turun tangga juga kan. Orang pasar disuruh

ke perumahan. Orang pasar yang sehari2nya berniaga, usaha, ya ada ajalah, namanya kita

hidup di lingkungan pantai asal jangan malas untuk bertahan hidup ya alhamdulillah

Penggunaan kjp untuk apa?: kjp tidak semua bisa dapat, karena data dari jakarta utara

semuanya bentrok di catatan sipilnya, orang yang di rawa bebek datanya terhapus semua.

Jadi tidak bisa. Beberapa kali saya ngeluh tapi ya jawabnya sedang diusahakan pak. Kalau

anak saya yang nomer 2 tuh dapat dia KJP, dapat setiap bulannya 100rb dipakai beli

sembako murah buat meringankan kebutuhan lah. Kalau untuk keperluan sekolah dia

gunakan yang setiap 6 bulan dapat 1,2jt cukup lah karna ga bayaran kan sekolah negeri.

Kegiatan-kegiatan masyarakat disini gimana? Seperti pengajian, nurul

mustofa, kerja bakti dan sebagainya?: Kita disini belum dibentuk pengajian ya,

karena nunggu masyarakat bukit duri siapa tau memang sudah ada pengajian jadi

bisa gabung saja. Jangan sampai terpecah pengajian khusus pasar ikan atau bukit

duri. Ini juga kepengurusan masjid dibawah memang saat ini masih pasar ikan yang

mendominasi, tapi kalau bukit duri mau ikut mengurus ya itu lebih baik. Kita gotong

royong melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan.

V. HUBUNGAN DENGAN TETANGGA DI RUSUNAWA RAWA BEBEK

Bagaimana hubungan dengan tetangga saat ini?: : saya disini jadi banyak kenalan

ya, sama warga pasar ikan yang baru saya kenal ya semua baik-baik saja. Kadang suka

cerita-cerita gimana kehidupan disini sekarang, mereka suka mengeluh ya kita sama kan

korban penggusuran juga jadi sama sama ngerasain lah, jadi harus berbaur, jangan sampai

berfikir saya dari pasar ikan, saya dari bukit duri saya dari kali krukut, yang saya tau kalian

warga saya warga rusun rawa bebek karena kalian tinggal di sini bukan di sana. Sebisa

mungkin jangan sampai ada perselisihan yang membuat perpecahan antara warga ini

dengan warga itu sehingga muncul sentimen antar kampung.

Bagaimana hubungan masyarakat pasar ikan dengan masyarakat bukit

duri?: ya berjalan dengan baik, kalau tidak berjalan saya kampleng semua... tapi jarang

sih ya saya ketemu warga bukit duri, karena kan warga bukit duri baru sedikit yang pindah

kesini. Warga bukit duri yang baru loh ya, yang akan tinggal satu blok sama kita di blok

sini. Bukan yang blok burung itu.

Catatan: Pak Rais merekomendasikan penulis untuk mewawancarai Pak Suroso dan Bu

Nuraini dari RT 2 dan Ibu Muriyati dari RT 11

Page 106: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

xcix

Transkip Observasi 3

Rusunawa Rawa Bebek, 5 Juni 2017

11.35-17.00

Ya, lagi-lagi penulis tiba di Rusunawa Rawa Bebek pada siang hari. Kali ini mendekati pukul 12.00

penulis tiba di Rusunawa Rawa Bebek. Penulis menggunakan transportasi bus pengumpan transjakarta

lagi untuk dapat sampai ke rusunawa rawa bebek. Ketika di dalam bus pengumpan penulis sempat

berbincang-bincang dengan seorang ibu yang pernah melihat penulis ketika penulis melakukan

observasi di rusunawa rawa bebek tanggal 29 mei lalu.

Ibu tersebut menyapa seraya bertanya pada penulis

“kayaknya kemarenan saya liat eneng, dari bukit duri?”

Penulis sontak menjawab dan juga bertanya “oh nggak bu, saya lagi penelitian di rusun bu buat skripsi

saya, ibu dari pasar ikan ya bu?”

“iya” jawabnya singkat

“di blok mana bu tinggalnya?” tanya penulis untuk melanjutkan percakapan

“di blok C saya, alhamdulillah si sekarang di blok ini (B) udah enak, ada kamarnya, ada dapurnya”

ujarnya memberi tahu

“oh iya sebelumnya di rusun lajang ga ada kamar sama dapurnya ya bu?”

“iya kaga ada, kan bikin orang gabetah ya, mana sepi banget lagi. Pernah kaga ke rusun lajang?”

jawabnya dengan antusias

“iya dulu pernah bu, waktu relokasi pasar ikan masih di lajang hehe”

“nah iya itu tau kan gimana tuh sepinya? Cuman emang enaknya pake lift dia kaga naek turun tangga

dia”

“hehe iya bu ada plus minusnya ya bu... ibu maaf kan ibu orang pasar ikan ya bu, ibu kenal ibu nuraini

ga bu?”

“nuraini yang mana tuh ya? ada dua orang pasar ikan yang namanya nuraini”

Penulis berfikir sejenak, dan kemudian menjawab

“oh itu bu yang dulunya tinggal di RT 2 waktu di pasar ikan, tau ga bu?”

“oh tau saya, orangnya yang kecil suka ada di blok A itu dia”

“oh emang rumahnya di Blok A bu?”

“iya di blok A dia, tapi gatau dah lantai berapanya”

“oh baiklah bu nanti saya tanyain ke warga blok A saja, makasih banyak ya bu”

Percakapan penulis dengan ibu yang tidak diketahui namanya berhenti sampai di situ, karena kala itu

bus sudah tiba di Rusunawa Rawa bebek penulis segera turun di Blok A.

Sesampainya di Blok A yang siang itu terlihat sepi, hanya terdapat satu atau dua pedagang yang

membuka tokonya kala itu. Kemudian penulis bertanya kepada seorang ibu pedagang toko kelontong

Page 107: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

c

dan menanyakan unit hunian ibu Nuraini (Ai). Kemudian beliau memberi tahu unit hunian ibu Ai karena

kebetulan beliau merupakan tetangga yang tinggal satu lantai dengan ibu Ai.

Segera penulis mengunjungi unit hunian ibu Ai, menyusuri lantai demi lantai hanya pemandangan yang

sepi dan tak terlihat seorangpun berada di luar unit hunian. Sesampainya di unit hunian yang diberitahu

ibu pedagang tersebut, penulis memastikan nomor unit hunian sudah benar.

Penulis mendapati hunian ibu Ai dalam keadaan kosong, karena penulis telah berusaha mengetuk-

ngetuk namun tidak ada seorangpun yang keluar.Kemudian penulis memutuskan untuk kembali lagi

beberapa jam kemudian. Penulis kembali ke selasar rusun blok A.

Sekitar 15 menit duduk di kursi yang disediakan untuk menunggu bus pengumpan transjakarta,

kemudian penulis memutuskan untuk solat dzuhur terlebih dahulu. Mushola yang bernama mushola Al-

Hijrah itu terlihat sepi. Hanya ada satu orang pria paruh baya yang sedang melantunkan dzikir.

Setelah penulis selesai salat, penulis melihat tak ada seorang pun yang singgah di musholla ini. Sejauh

pengamatan penulis kala itu di mushola, walaupun mushola terlihat baru dan terlihat belum dibentuk

kepengurusannya namun untuk peralatan dan perlengkapan ibadah seperti mukena, Al-Quran, peralatan

kosidah, meja untuk mengaji, speaker dan lain sebagainya sudah cukup lengkap.

Selesai dari mushola penulis kembali ke blok A, sambil menyusuri Blok B dan Blok C yang terlihat

masih begitu sepi.

Dua jam berlalu penulis mengamati hiruk pikuk suasana ramadhan di Rusunawa Rawa Bebek. Beberapa

kali bus transjakarta yang masuk maupun keluar Rusunawa Rawa Bebek pun terlihat sepi. Hanya bus

jurusan Bukit Duri yang masih telihat sedikit ramai, karena memang di Rusunawa Rawa Bebek

sebenarnya lebih banyak masyarakat relokasi dari Bukit Duri.

Kemudian tanpa penulis sadari, terdapat bus jurusan pasar ikan yang berhenti di Blok A dan

menurunkan penumpang. Dari kejauhan terdengar seorang ibu yang teriak “neng tuh yang namanya

nuraeni, yang baru naek noh barusan” teriak seorang ibu ke arah penulis yang sedang duduk.

Ternyata sauara tersebut adalah suara ibu pedagang yang tadi penulis tanyakan unit hunian ibu Nuraini

(Ai), sontak penulis segera berterima kasih dan setengah jam kemudian kembali mengunjungi unit

hunian ibu Ai.

Pukul 15. 36 penulis tiba di rumah Ibu Ai, saat itu dengan keadaan pintu yang terbuka lebar dan terlihat

seorang Ibu bersama anak remaja perempuan di Ruang tamu sedang melakukan aktifitas, penulis

memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud dan tujuan penulis untuk mewawancarai

beliau.Dengan senang hati beliau bersedia menjadi salah satu narasumber penulis, seraya melakukan

kegiatannya yaitu membuat kotak untuk pesanan kue yang dilakoni Ibu Ai.

Setelah melakukan bincang-bincang yang cukup panjang, akhirnya penulis memutuskan untuk

menyudahi observasi dan wawancara hari ini. Tepat pukul 17.00 WIB penulis meninggalkan Rusunawa

Rawa Bebek. Pemandangan Rusunawa Rawa Bebek yang terakhir penulis lihat sore itu masih sama

seperti sebelumnya penulis ke Rusunawa Rawa Bebek. Terdapat beberapa pedagang yang berjualan,

baik jualan takjil maupun makanan lainnya, tetapi tak begitu ramai pembeli.

Page 108: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

ci

Transkip Wawancara

Informan 3

Wawancara tanggal 5 Juni 2017

I. IDENTITAS INFORMAN

Nama : Nuraini (Ai)

Usia : 45

Status : Menikah

Pekerjaan : Pedagang Nasi Uduk, Suami bekerja sebagai security di dekat

pasar ikan

Jumlah anggota keluarga : memiliki 4 anak, 3 yang masih sekolah

II. Kehidupan Di Pasar Ikan

Awal mula tinggal di Pasar Ikan?: saya mah lahirnya di deket mesjid kramat luar batang,

rumah orang tua di luar batang tapi masa mau tinggal sama orang tua mulu. Namanya kita

denger-denger kan di sana ada tanah garap ya udah kita ambil lah karena deket situ juga

ada rumah kakak saya. ya namanya tanah tak bertuan daripada ditempatin buaya mending

ditempatin manusia, dibangun lah udah 15 tahun. Tahun 2000, bangun serentak ada 58

rumah di RT 2...Cuma di kampung akuarium emang banyak rumah kan, mereka ga rela

karena dia bilang dia ada sertifikat kalau kita mah emang ga ada, kalau saya kan pernah

ngadep ke kelurahan saya pernah tanda tangan di atas materai bunyinya begini “gapapa

ngebangun rumah tapi bilamana Pemprov DKI akan pakai tanah itu akan di gusur” itu april

2011. Perjanjian tapi kampung baru doang itu RT 2. Tapikan kita kan kalau di gusur ya

gusur aja tapi masa ga dikasih uang paku. Gitu, saya udah tanda tangan di (kelurahan)

Penjaringan. Nah udah gitu kan banyak yang dijual-jualin, kalau saya kan saya pake sendiri.

Banyak yang dijual, dilimpahin ke orang jadi ngga tau kalau ada janji, kalau saya mah

masih inget kalau saya tanda tangan di kelurahan.

Bagaimana kondisi lingkungan fisik pasar ikan?: ya ga terlalu kumuh sih kalau daerah

rumah saya di kampung baru ga terlalu kumuh, tapi kalau daerah pasar ikan kan kumuh itu

deket pasar gitu . Enak di sini sebenernya ya, kita dipindahin kesini ada bagusnya juga yg

biasanya ga punya wc jadi punya wc. Maksudnya kan kalau orang yang ngontrak kan

wcnya rame-rame, kalau saya kan rumah sendiri. Kan orang di sini banyak yang ngontrak,

ya yang gak punya wc jadi punya dong, yang tadinya kotor dekat kali di sini jadi bersih,

Kan kehidupan disana kan namanya kumuh ya cuma daerah pasar ikan kumuh kan.

Bagaimana hubungan sosial dengan tetangga pasar ikan?

Deket ya deket sama yang satu RT, secara udah 15 tahun kita sejejeran rumahnya ibarat

kata mah. Suka kenal juga sama yg 1 RW, suka ketemu di pasar atau walaupun ga

tetanggaan pasti anaknya sekolah satu sekolahan, suka tegor sapa. Sama orang yang

ngontrak juga deket kan suka beli makanan di kita.Cuma ya kalau permasalahan antar

tetangga mah ada aja.

Aturan-aturan yang berlaku di pasar ikan?

yaiya kalau aturan buat gotong royong antar tetangga itu ada, cuman yaaa kadang-kadang

aktif, kadang-kadang ngga aktif kalau kegiatan mah. Cuman misalkan kayak ngelarang-

larang kayaknya jarang deh. RT sama Rwnya ga peduli masyarakatnya mau gimana juga.

Misalnya kalau anak muda disana suka nongkrong-nongkrong, ada tawuran juga dah...sama

anak muara baru, kemaren ada yang meninggal tuh.. yaa narkoba juga banyakk, ya gara-

Page 109: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cii

gara narkoba. Banyak yang meninggal. Jadi bisa diitung dengan jari nih, setiap satu orang

pasti ada, setiap satu rumah pasti ada korbannya... Apalagi orang mabok, aduhhhh!!!! orang

tempat minumannya di Pasar Ikan. Maksudnya tempat jualannya di situ. Warganya ya cuek

kalau ngga punya anak laki...“ah ga ganggu gua ini” gitu kali ya pikirannya kali ya. Kan

susah ntar kalau dilarang “lu rese lu” gitu, jadi ribut ntar kan, jarang sih ada yang

ngelaporin, orang pada mikirnya gaenak kali ya sama tetangga, dibiarin aja nanti paling

ketauan sendiri. Masing-masing aja lah daripada ntar ribut.

Kebiasaan-kebiasaan masyarakat di pasar ikan?

Namanya di pasar ikan ya orang-orangnya kerjaannya pada dagang aja, disono banyak yang

dagang. Dagang apa aja. Kalo kebiasaan yang paling jeleknya ya itu kita kadang suka males

ya buang sampah keluar, jadi dikit-dikit buang ke kali, kan rumah kita belakangnya kali

buntu tuh.

Terus waktu di pasar ikan juga kita kan namanya ada aja ya duit mah, suka jalan-jalan kita

ke pluit village atau ke manga dua, makan gitu. Atau anak-anak ngajak berenang di ancol,

kan deket tuh ya. kalo malem juga kan disono mah rame terus ya, suka nyari makan kita

malem-malem beli bakso kek atau apa kek deket pasar.apalagi kalo ada pasar kaget, bareng-

bareng suka ke pasar kaget ama tetangga.

III. Kehidupan di Rusunawa Rawa Bebek

Bagaimana lingkungan fisik rusunawa rawa bebek?: enak, di sini rumah idaman.

Rumah idaman kalau di bawah trus ga bayar, ada tamannya. Enak 2 kamar, ada ruang tamu

ya kan? Dapur, nyuci piring nya berdiri, kalau dulu nyuci piring jongkok.

Bagaimana perasaan tinggal di rusunawa rawa bebek? Sejak awal sampai saat ini: :

euhhhh beda banget. Stress lu. Mau kemana-mana ko jauh yah. Dulu kan belom ada

busway. Dulu kan “ya Allah dilempar ke sini sama si Ahok sialan”. Udah gitu pas pindah

di Lajang ga ada dapur kan ya. satu petak doang, dapurnya kan jauh ke depan yang

kerangkeng-kerangkeng itu. Kan keder, kitamah makannya di sono, masaknya mah di sini.

Saya dulu jualan, di sini ngga jualan. Bapaknya dulu 6 bulan tuh dia ngontrak di sana, kan

belom ada busway, seminggu sekali baru pulang, malam minggu baru pulang.Di sini udah

terbiasa tinggal di rusun, sekarang juga saya udah mulai jualan lagi, tapi yang modalnya ga

gede, Cuma yang saya kaget, listriknya mahal. Di lajang listrik sebulan 50rb, di sini 20rb

buat 2 hari, saya juga udh jarang gosok, mesin cuci, kipas angin sama tv doang pakenya,

lampu cuma satu yang saya gunain, kalau abis keluar dr kamar mandi langsung matiin.

Pinter-pinter ngatur duitnya dah disini.

Bagaimana hubungan ketetanggaan di rusun rawa bebek?: nyampur di sini sekarang

tetangganya ga cuma dari pasar ikan, ada dari bukit duri. Jadi kita mah ga ngerasa

tetangganya berkurang ya walaupun yang pasar ikannya cuma dikit tapi kan jadi nambah

dari bukit duri, trus ada yang dari krukut juga, tapi paling banyak bukit duri sih.

Tetangganya baru semua, bareng sama bukit duri kan. terus biar dikata ada yang dari pasar

ikan kan dulu di pasar ikan kita ga tetanggaan, paling tau doang dia siape dia siape trus pas

di sini malah jadi tetangga selantai jadi kenal dah tuh wataknya si ini si itu. Ya baik-baik

ajalah sama aja kaya dulu, sama tetangga yang dulu juga kalo ketemu masih suka ngobrol-

ngobrol ya tapi udah ga sering kayak dulu kan sekarang kita beda blok, jadi jauh aja

berasanya. Jauh karena naek turun tangga kali ya hahaha

Bagaimana hubungan dengan warga bukit duri?: yaaa deket, kita kan yang namanya

sama tetangga yah deket-deket aja lah. Dibikin happy aja, yang penting kitamah ngga

nyolek, yang pentingmah lu baik gua baik.

Adakah kebiasaan-kebiasaan yang berubah?: berubah banyak, kaya temen gua noh

males banget keluar rumah sekarang, sampe gua katain “sombong lu sekarang dirumah

Page 110: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

ciii

mulu”, kalo gua kan dagang ya jadi keluar rumah terus, ya ada mulu dah di bawah. Terus

sekarang kan tetangganya banyak orang bukit duri, ngomongnya jadi “gue-gue” jadi kaya

orang betawi tinggal di sini.

Kebiasaan yang udah ilang mah ya buang sampah ke kali, kan ga ada kali disini juga harus

hidup bersih, sayang lah rumah udah bagus begini kan kaya apartemen haha

Sama kita udah gapernah belanja, maen ke mall udah gapernah tuh udah hampir 2 tahun,

ngirit disini mah yang penting cukup makan sama bayar kontrakan. Pake kjp juga sekarang

mah udah bukan buat bayaran sekolah atau beli perlengkapan sekolah, kita lebih mentingin

beli sembako murah yang bisa pake kjp. Karna kan di sini anak sekolah ga bayaran, ongkos

irit karna tiap hari naek bus sekolah, buku udah dari sekolah, perlengkapan paling berapa

sih, ketutup lah sama kjp.

Bagaimana hubungan masyarakat relokasi dengan pengelola?: baik-baik aja sih, lu

tanya nih sama Pak Ara pasti dia kenal ama bu nuraeni. Deket saya sama pak Ara. Cuma

ada beberapa orang yang rese yang ga suka sama pengelola, padahal mah pengelola

pengertian ama kita, harusnya kan kita namanya ngontrak ama pengelola ya kita harus

tunduk ama peraturannya ya, tapi ini mah enak pengelolanya dengerin kita ngeluh

begimana juga terus dicariin solusi kaya kita minta pasar ikan harus di lantai 1 sama 2

dikasih, terus kita minta ketua Rwnya orang pasar ikan dikasih.

IV. ATURAN-ATURAN DI RUSUNAWA RAWA BEBEK

Apa saja aturan-aturan dari pengelola?: banyak di sini mah aturannya, apa coba? Bayar

rusun lah hahaha tapi di sini bagus bikin kita jadi pinter-pinter ngatur duit, gimana sih

caranya hidup hemat kita jadi belajar. Ibarat kata dulu kemana2 naek ojek, naek angkot,

sekarang naek busway gratis, anak naek bus sekolah gratis, tinggal kita nyari duit buat

bayar rusunnya...Terus di sini juga kita diajarin hidup kaya orang bener, ga kaya orang

kumuh gitu dulu kan kita urakan banget kan gua udah bilang ama lu dulu gua buang

sampahnya di kali, lah sekarang kita bersih coy, buang sampah di bak sampah tuh tiap lantai

ada pintu kecilnya, liat kaga lu?...Kalo dari aturan masyarakatnya mah ga ada kayaknya,

cuman itu doang tuh pak RT suka kaga ngebolehin kita begadang-begadang, takutnya

disangka yang aneh-aneh sama pengelola. Kalo di sono mah kita mau begadang sampe

tepar juga lu kaga ada yang ngelarang.

Apakah memiliki pengaruh terhadap kelangsungan hidup masyarakat?: ya itu

masyarakatnya kita jadi lebih teratur aja kalo gua ngerasanya, gua aja biasanya pake daster

kalo jualan, sekarang mah malu tau pake daster, jadi mentingin keindahan gitu hahaha

Bagaimana masyarakat menyikapi aturan-aturan tersebut?: ya bagus ko aturan-

aturannya bikin kita jadi berkembang, berubah ga kaya dulu.

Adakah aturan-aturan yang terbentuk dari dalam masyarakat?: Ya itu doang pak RT

nya rese kita kaga boleh begadang-begadang di sini (lantai bawah), ya gitu lah RT nya jadi

bikin aturan-aturan.

Kegiatan-kegiatan kemasyarakatan disini bagaimana?: Kalo sekarang udah ada,

pengajian udah ada. Pengajian anak-anak, pengajian remaja ada. Arisan juga ini mau

diadain tau kita yang orang-orang blok A...Iya nyampur semua sama orang bukit duri.

Catatan: Ibu Ai merekomendasikan Mpok Yati untuk diwawancarai.

Page 111: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

civ

Transkip Observasi 4

Rusunawa Rawa Bebek, Senin, 12 Juni 2017

13.30-19.00

Hari ini penulis datang lebih siang dari biasanya, kali ini rencana penulis adalah bertemu dengan pak

suroso dan meminta waktunya untuk wawancara. Sama seperti hari-hari sebelumnya, kondisi Rusunawa

Rawa Bebek terlihat sangat sepi. Hanya terdapat pria paruh baya sedang duduk menunggu bus

pengumpan transjakarta di kursi yang disediakan di Blok D tepat di depan ruang keamanan.

Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, kini penulis memutuskan untuk turun dari bus pengumpan

transjakarta di Blok D. Tanpa tujuan yang jelas kala itu karena belum mengetahui unit hunian pak

Suroso. Penulis duduk tepat disamping pria paruh baya tersebut, dan mencoba menegur serta memulai

percakapan

“Nunggu bus ya pak?” tanya penulis dengan lembut

“iya neng” jawabnya singkat

Penulis kembali bertanya “emang mau kemana pak? Ke pasar ikan atau ke bukit duri?”

“ke bukit duri, biasanya cepet nih” jelasnya

“oh bapak relokasi dari bukit duri ya pak?” selidik penulis

“iya tapi masih tahap pindahan ini, rumah (di Bukit Duri) belom dibongkar Cuma udah ngambil rusun

aja daripada keabisan kan” jawabnya dengan semangat

“oh jadi ini belum pada pindah pak yang dari bukit duri ke sini?” ujar penulis

“belom kalo yang saya mah, baru sedikit ini yang ngambil rusun. Orang pasar ikan neng?”

“oh ngga pak ini saya lagi pengamatan aja nih pak disini” jawab penulis spontan

“oh kirain dari pasar ikan” jawabnya seraya melihat jam tangan yang menunjukan pukul 13.45

Penulis akhirnya menyadari bahwa masyarakat relokasi dari bukit duri belum sepenuhnya pindah ke

rusunawa rawa bebek. Penulis seketika berfikir “pantas saja rusun selalu sepi baik di atas maupun di

selasar, ternyata karena unit huniannya belum banyak yang terisi”

Tak lama bus pengumpan yang ditunggu bapak tersebut datang, dan dengan tergesa-gesa pria tersebut

meninggalkan penulis seraya berkata “duluan ya” diiringi dengan senyuman, penulis pun membalasnya

“mari pak”

Kini penulis mecoba menyambangi Blok C yang jarang sekali penulis datangi karena sangat jarang ada

masyarakat yang bercengkrama di Blok C. Ya, hal itu disebabkan di selasar blok B tidak diperkenankan

untuk berdagang, karena di lantai dasar blok C terdapat ruangan pengelola, ruangan kontrol CCTV dan

sebagainya. Namun ketika penulis melihat lebih dalam ruangan pengelola ternyata masih ruangan

kosong, belum diisi. Sehingga pengelola masih bekerja di ruang pengelola yang berada di rusun lajang.

Kemudian penulis kembali mencari tempat yang dapat digunakan penulis untuk duduk. Sambil duduk,

penulis mengamati masyarakat relokasi di rusunawa rawa bebek. Hanya terdapat satu atau dua orang

yang berada di selasar rusunawa rawa bebek. Sebagian besar pedagang memilih untuk membuka toko

atau dagangannya ketika hari mulai sore dan mendekati maghrib.

Pukul 14.37 penulis masih melihat suana rusun yang sepi. Begitu jarang masyarakat yang melakukan

kegiatan “ngabuburit”. Setengah jam berlalu penulis masih di blok D, tak lama kemudian adzan ashar

mulai berkumandang. Dari berbagai blok mulai berdatangan bapak-bapak yang akan menunaikan shalat

Page 112: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cv

ashar berjamaah. Penulis pun segera mengikuti ke mushola untuk juga mengikuti shalat ashar

berjamaah. Terlihat jamaah shalat kala itu hanya satu shaf laki-laki, sementara perempuan tak ada

satupun dari masyarakat rusunawa rawa bebek, sehingga hanya penulis lah jamaah perempuan kala itu.

Setelah itu penulis kembali melihat-lihat di sekitar selasar blok A dan Blok B, mencari tahu apakah

penulis akan mendapati pedagang yang sudah membuka warungnya. Menyapu pandangan ke seluruh

bagian lantai dasar Rusunawa Rawa Bebek blok per blok, penulis melihat salah seorang wanita muda

yang mulai membuka warungnya, setelah dirasa rapi. Penulis kemudian menyambangi warung tersebut

dan membeli dagangannya. Karena pedagang tersebut begitu ramah dalam melayani pembeli, maka

penulis memberanikan diri untuk bertanya-tanya

“ibu maaf ibu relokasi dari pasar ikan bukan bu?” ujar penulis

“oh iya iya saya dari pasar ikan, kenapa gitu?” jawabnya seraya memberikan kembalian.

“ini bu saya mau tanya, ibu kenal sama yang namanya pak suroso ga bu? Dulunya tinggal di RT 2”

tanya penulis

Berfikir sejenak kemudian ibu tersebut menjawab “saya juga dulu tinggalnya di RT 2, tapi saya lupa

pak Suroso yang mana, mungkin kalo istrinya saya kenal, tau ga nama istrinya?”

“wah saya gatau juga bu nama istrinya, Cuma tau nama pak suroso aja... hmm kalau ibu muriyati ibu

kenal ga bu? Dahulunya sih tinggal di RT 11 bu” sambung penulis

“nah ibu muriyati ini samping saya dagangnya, yang orang jawa kan orangnya?” ujarnya

“wah saya kurang tau juga bu orang jawa atau bukan, Cuma tahu dulunya tinggal di RT 11 bu” jawab

penulis

“saya gatau juga ya ibu ini (muriyati) dari RT 11 apa bukan, tapi tungguin aja deh disini coba, bentar

lagi juga buka nih dagangannya.. sini sini duduk” ujar ibu tersebut seraya mempersilahkan penulis

menunggu di kursi yang disediakan warungnya.

Sambil menunggu ibu Muriyati, penulis tetap mengamati masyarakat Rusunawa Rawa Bebek, sampai

pukul 16.00 pun belum banyak pedagang yang membuka dagangannya. Tak banyak juga pembeli yang

datang ke warung ini, sehingga ibu tersebut dapat sesekali meninggalkan dagangannya untuk

mengambil sesuatu di unit huniannya di lantai atas.

Pukul 17.00 penulis belum juga mendapati Ibu Muriyati membuka warung dagangannya, namun tak

lama kemudian tanpa penulis sadari ibu Muriyati datang dan mulai merapikan etalase dagangannya.

“neng itu ibu muriyati udah buka” tegur ibu pedagang yang tadi

penulis segera menoleh ke warung ibu Muriyati, namun dagangannya belum sepenuhnya rapi jadi

penulis menunggu beberapa menit agar tidak mengganggu ibu muriyati yang sedang beberes. Setelah

dirasa ibu muriyati mulai santai, penulis mendatangi ibu Muriyati, tanpa lupa berterimakasih kepada

ibu pedagang yang mempersilahkan penulis untuk menunggu Ibu Muriyati di warungnya.

“ibu maaf jualan gorengan juga ya bu, berapaan ini bu?” sapa penulis

“iya gorengan satu seribu, dua ribu (dapat) tiga” jawab ibu Muriyati kental dengan logat jawa ngapak

“ini Ibu jualan nasi sama lauk matang juga ya bu?” tanya penulis

“iya ni jualan indomie juga” jawabnya singkat

“yaudah ibu saya beli gorengannya sama nasi nanti ya bu setelah berbuka, tapi saya boleh nunggu

maghrib di sini ga bu?” ujar penulis

Page 113: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cvi

“boleh boleh gapapa duduk aja disitu” jawab ibu muriyati seraya membersihkan meja yang akan

digunakan penulis

“ibu maaf sebelumnya, ibu benar ibu Muriyati bu?” tanya penulis

“iya saya ibu muriyati, kenal dari mana sama saya ya?” ujar ibu muriyati dengan sedikit bingung

“ini bu tadi saya tanya sama ibu sebelah itu (seraya menunjuk ibu pedagang samping dagangan ibu

muriyati), saya tanya kenal sama ibu muriyati yang waktu di pasar ikan tinggal di RT 11, lalu katanya

ibu namanya ibu muriyati namun ibu itu gatau ibu dulu tinggal di RT berapa bu” jelas penulis

“oh iya benar saya dulu tinggal di RT 11 deket pasar ikan” jawab Ibu Muriyati memastikan

“oh berarti benar ibu yang direkomendasikan pak RW untuk saya wawancarai bu, jadi kenalin bu saya

dewi, saya mahasiswa UIN yang sedang penelitian disini jadi saya berniat untuk mewawancarai ibu,

ibu bersedia ga bu saya wawancarai?” ujar penulis menjelaskan maksud kedatangan penulis

“wah wawancara apa tuh? Saya kurang ngerti kalo diwawancarain begitu” jawabnya diiringi tertawa

“ini ko bu Cuma mau tanya-tanya pengalaman waktu di pasar ikan bu, tapi maaf bu bukannya saya

berniat untuk mengingat-ingat kan ibu kepada penggusuran” jawab penulis dengan rasa tidak enak hati

“oh boleh boleh kalau itu, wawancara sekarang aja nih sambil nunggu maghrib” ujar ibu Muriyati

mempersilahkan

Maka selanjutnya penulis mewawancarai ibu muriyati, dengan transkip wawancara dilampirkan setelah

transkip observasi ini.

Sekitar hampir 45 menit penulis mewawancarai Ibu Muriyati dengan dibarengi ibu Muriyati melayani

pembeli yang membeli takjil maupun lauk matang untuk berbuka puasa. Setelah selesai mewawancarai

ibu Muriyati dan berbuka puasa di warung ibu Muriyati, penulis segera bergegas dan tak lupa

berterimakasih dengan ibu Muriyati. Syukurlah dengan senang hati Ibu Muriyati diwawancarai dan

memberikan informasi yang cukup untuk penulis.

Penulis segera bergegas ke Mushola Al-Hijrah untuk menunaikan shalat maghrib. Ternyata ketika

penulis sampai di Mushola, shalat maghrib berjamaah belum dilaksanakan. Tak lama setelah penuls

mengambil wudhu, terdengar iqomah menyeru. Penulis melihat pada shaf laki-laki hanya ada 2 shaf,

dan perempuan hanya 6 orang termasuk penulis, 4 orang ibu-ibu dan satu anak kecil berusia sekitar 10

tahun.

Setelah selesai Shalat maghrib, jamaah segera meninggalkan mushola dan tersisa pria paruh baya yang

melantunkan dzikir-dzikir. Matahari sudah terbenam, lampu-lampu di Rusunawa sudah sepenuhnya

menyala. Penulis berjalan menuju blok A, terlihat di blok B mulai sedikit ramai karena terdapat

sekumpulan ibu-ibu yang sedang berbincang dan bersenda gurau. Begitu pula dengan Blok A, anak-

anak kecil yang sedari tadi hanya satu atau dua yang penulis lihat, kini mulai banyak anak kecil yang

bermain di lantai dasar Rusunawa Rawa Bebek. Kemudian dari kejauhan penulis melihat ibu Ai sedang

duduk-duduk dan mengobrol dengan dua orang ibu-ibu. Penulis segera menyapa dan menyalami ibu

Ai. Ibu Ai pun bertanya

“dari mana lu? Tumben ampe malem lu di sini”

“iya nih bu tadi abis dari Blok B sama Blok D, ini juga saya mau pulang bu mau nunggu bus bu” jawab

penulis

“barusan lewat itu bis nya, tapi lu mah turun di walikota doang kan? Bisa naek apaan aja, tunggu aja 15

menit lagi paling keluar, tadi rame disini banyak yang nunggu”

“oh mau pada kemana tuh bu?” tanya penulis

Page 114: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cvii

“biasa pada jalan-jalan, ada yang mau pulang ke pakin juga. Nyampenye jam berapa tuh ye” ujar Ibu

Ai

“ibu kan dulu tinggal di RT 2 ya bu? Ibu kenal pak Suroso ga bu?” tanya penulis ke Ibu Ai sembari

menunggu bus datang

“kenal ini warung bininya, cuman lagi tutup nih warungnya, biasanya mah ada disini dia, pokoknya

yang orangnya item tuh dia” jawab ibu Ai

“kayaknya lagi pulang si ke luar batang dia” sela ibu yang duduk disamping ibu Ai.

“eh iya ini lu waktu itu gua suruh wawancarain nur kan? Ini yang namanya nur” ucap bu Ai ke penulis

Spontan penulis tersenyum dan menyapa ibu Nur yang merupakan rekomendasi dari Ibu Ai, penulis

segera memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud penulis untuk meminta waktunya untuk

wawancara di lain hari

“oh ini ibu Nur? Ibu saya dewi mahasiswa UIN Jakarta yang lagi penelitian di sini, ibu saya mau

wawancarain ibu kira-kira ibu bersedia ga bu? Tapi ngga sekarang bu wawancaranya” jelas penulis

kepada ibu Nur

“ini nur dia lagi penelitian buat skripsinye, mau nanya-nanya gimana kita di pasar ikan dulu. Kan enak

ya di pasar ikan mah rame” sela ibu Ai dengan diselingi candaan

“oh wawancara aja sini, kapan aja saya mah bisa orang saya ada disini mulu. Kayaknya saya juga pernah

ngeliat situ beberapa hari yang lalu, lagi duduk disitu nunggu bus” jawab ibu Nur

“di pasar ikan mah enak lampunya kaga mahal ya nur, bener deh sini pusing sama lampunya doang

mahal banget” sambung ibu Nur dengan berbicara ke ibu Ai dan penulis

Tak lama kemudian, bus yang penulis tunggu sudah datang. Sayang sekali penulis belum bisa

berbincang lebih lama dengan ibu Ai da Ibu Nur. Penulis segera berpamitan kepada keduanya dan

meninggalkan rusunawa rawa bebek.

Catatan: Ibu Nur dan ibu Ai memiliki nama yang sama yaitu “Nuraini” sehingga penulis membedakan

nama panggilan ibu Ai dan Ibu Nur. Oleh tetangga di Rusunawa ibu Ai terkadang dipanggil ibu Nur

juga.

Page 115: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cviii

Transkip Wawancara

Informan 4

Rusunawa Rawa Bebek Blok B, 12 Juni 2017

I. IDENTITAS INFORMAN

Nama : Muriyati

Usia : 45

Status : Menikah

Pekerjaan : Pedagang Nasi dan Lauk Matang, Suami tidak bekerja karena

sakit

Jumlah anggota keluarga : memiliki 1 anak yang sudah bekerja

Di Pasar Ikan tinggal di RT 11, di Rusunawa Rawa Bebek tinggal di Blok D.

II. KEHIDUPAN DI PASAR IKAN

Awal mula tinggal di Pasar Ikan?: : udah lama, saya udah lupa dari tahun berapa. Dari

anak saya masih kecil... awalnya saya pindah, saya ngontrak rumah di situ. terus saya kan

dagang ternyata rame banget, terus karena udah lama di situ akhirnya yang punya

rumahnya jual sama tanahnya ke saya... 35juta. ngga ada (sertifikatnya) sih, tapi dulu jaman

Jokowi kalau penggusuran ada gantinya, orang yg di kolong jembatan atau di empang aja

dapet ganti perkamar 4jt apalagi yang di daratan

Bagaimana kondisi lingkungan fisik pasar ikan?: ya biasa aja kaya rumah-rumah

biasanya. saya deket sama pasarnya sama pelabuhan, : ngga ko ga terlalu kumuh, rumahnya

udah pada permanen. Kalo kumuh yang deket kali kumuh itu. ya (rumahnya) ga bagus-

bagus banget sih, sama ini (rusun) bagusan ini. Ya namanya kita udah nyaman di sana kan

matapencahariannya gampang

Bagaimana hubungan sosial dengan tetangga pasar ikan?: ya kalau soal ngobrol-

ngobrol mah sama kayak disini juga suka ngobrol antar tetangga, disini kalau untuk tempat

tinggal mah enak tapi kalau soal mata pencaharian mah beda... hmm biasa aja sih, ga terlalu

yang deket-deket banget sama tetangga, paling tetangga nongkrong di warung saya yaudh

ngobrol-ngobrol biasa lah sama kaya di sini, Cuma kalo di sini kan kita lebih banyak curhat

curhat misalnya lagi susah nih cerita di sini ngumpul-ngumpul, terus nanti mah ada yang

bisa bantu jadinya dibantuin, jadi ya sama sama ngerasain jadi korban gusuran

Aturan-aturan yang berlaku di pasar ikan?: : ngga sih, jarang ada yang ngelarang-

ngelarang di sana mah, masing-masing aja sama anggota keluarganya. Beda loh sama di

sini, kalo di sini mah ada perjanjiannya. Pas perjanjian sewa gak boleh bawa narkoba nanti

kita bisa diusir. Kalo di sana punya rumah sendiri siapa yang mau ngusir?.. ya pokoknya

cuek-cuek aja, yang penting kerja nyari uang bisa buat makan. Ga ngurusin orang lain

Pendapatan dan pengeluaran di Pasar Ikan?: iya rame dagang di sono mah, ya sekitar

3 sampai 5 juta, jarak 5 tahun aja saya udh bisa bangun rumah. Kalau di sini mah boro-boro

3 juta... iya sama jualan ini (nasi dan lauk matang) juga, pokoknya bagusan di pasar ikan

lah, kan disana banyak kuli-kuli pelabuhan terus makan nya di tempat saya. jadi lebih

ramai disana dagangan lebih laku. Udah gitu semuanya murah, mau belanja deket sama

Page 116: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cix

pasar tinggal jalan kaki... di sini lebih murah sewa rumahnya, tapi listriknya lebih mahal

karena ini wattnya 1300. Kalo di Pasar Ikan kan kita ga mikirin bayar (kontrak rumah) tiap

bulan, bayar listrik sama aer mah ga banyak

Kegiatan-kegiatan kemasyarakatan di Pasar Ikan?: ga ada, ga pernah ada gituan

(organisasi pemuda atau majelis masjid) di sono mah anak muda cuek-cuek aja... ga ada

tuh, ga pernah ada acara apa apa sih waktu saya tinggal di sana. 17an juga ga rame di RT

saya ga ngadain apa apa. Saya mah sibuk dagang aja seharian, di sini ada kegiatan-kegiatan

ngebatik gitu juga ga ikut-ikutan.

III. PERUBAHAN YANG DIRASAKAN DI RUSUNAWA RAWA BEBEK

Perubahan yang seperti apa terkait lingkungan fisik? : di sini mah bagus rumahnya,

ada kamar dua, kalo di lajang kan ga ada kamarnya, Cuma sepetak doang. Kalo pasar ikan

mah rumahnya ga sebagus-bagus di sini

Apakah tetangganya berubah?: ya lain-lain lagi, tetangga saya banyak yang di marunda,

banyak yang ga dapet rusun juga. Kalo di sini tergantung kocokannya, pas di lajang kita

udah beda tetangga semua RT dicampur, terus di sini tetangga yang di lajang mencar-

mencar di blok yang beda-beda. Ya bagusnya tetangganya jadi banyak,nanti ada yang dari

bukit duri juga... iya, dulu kan saya sama dia (menunjuk pedagang sebelah tokonya) bukan

tetangga, emang sama sama dari pasar ikan, tapi jadi tetangga mah baru pas disini kita satu

blok. Di sini juga rame karena bakal ditambah lagi yang dari bukit duri, ini yang bukit duri

belom semuanya aja pindah kesini.... ya banyak lah, rumahnya beda, tetangganya beda,

penghasilan di sini sama di Pasar Ikan beda banget..

Bagaimana tata tertib sebagai penghuni rusun, baik dari pengelola maupun ke

masyarakatnya?: kalo di sini mah ada perjanjiannya. Pas perjanjian sewa gak boleh bawa

narkoba nanti kita bisa diusir. Kalo di sana punya rumah sendiri siapa yang mau ngusir?...

. Di sini rumah bagus fasilitas lengkap tapi kan bayar, kalo di sana kan engga... subsidi

listrik diputus, di sini pakai listriknya yang 1300 watt, kan pakai token ya jadi mahal,

pengeluarannya gede buat listrik. saya 50rb buat 5 hari sebulan berapa tuh? kalau gitu

boro-boro buat bayar rusun. Belom lagi aernya 5500/kubik nya di sini. Kalau di pasar ikan

listrik sama air murah, rumah sendiri ga ngontrak.... (soal kebersihan) pengelola selalu

negesin biar jaga bareng-bareng rusunnya, tuh di tembok-tembok juga dipasangin

peringatan biar jaga kebersihan. Kalo di Pasar Ikan mana ada kan suka suka kita, mau

rumah kita bersih atau ngga namanya rumah sendiri mikirnya, kalo ini kan kita ngontrak

sama orang jadinya.

IV. ADAPTASI YANG DILAKUKAN TERHADAP PERUBAHAN

Adaptasi terhadap lingkungan rumah yang baru?: : sama aja sih, paling jadi males

keluar kalau saya udah naek ke atas ya udah di atas aja, males kemana-mana. Terus kalau

dulu nyuci baju bisa setiap hari, sekarang jadi berapa hari sekali, karna kan saya ga bisa

naek turun rusun terus saya harus jagain ini sedangkan rumah saya di blok D, jadi nyucinya

sekalian banyak biar hemat aer juga. jadi kalo selama di sini kita jadi ngatur duitnya jadi

irit banget, biasa kemana-mana naik ojek sekarang naik bus biar ga ongkos. Setiap harinya

mikirin buat bayar rusun dulu yang penting.

Adaptasi terhadap tetangga baru?: : ya masing-masing aja, kita sama tetangga ya Cuma

tegor menegor sama tetangga baru, gamau nyari masalah lah sama tetangga

Adaptasi terhadap aturan dan tata tertib baru?: ya keberatan, tapi mau gimana kan kita

yang harus ngikutin. ya kita taat aturan, kalau pengelola bilang ini kita ikutin selagi itu baik

buat kita, cuma sayangnya di sini subsidinya itu kenapa harus diputus, udah ga ada bantuan,

kita di sini dagang sepi jadi kita yang harus mikir gimana buat muterin modalnya, mikirin

gimana kurang-kurangin pake listrik sama aer buar ga mahal bayarnya

Page 117: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cx

Transkip Observasi 5

Rusunawa Rawa Bebek Blok A, Jumat 16 Juni 2017

10.00-18.30

Hari ini penulis tiba di Rusunawa Rawa Bebek sedikit lebih pagi, tepat pukul 10.00 penulis menginjakan

kaki di Rusunawa Rawa Bebek. Seperti biasa, kondisi rusun yang penulis temui adalah suasana

rusunawa rawa bebek yang sepi. Tak banyak masyarakat rusunawa rawa bebek yang berada di lantai

dasar Rusunawa Rawa Bebek. Kemudian penulis memutuskan untuk naik ke lantai 1 dan 2 blok A.

Melihat-lihat suasana jejeran unit hunian yang terlihat bersih, rapi, dan masih sangat terlihat sebagai

bangunan baru. Sebagian besar unit hunian lantai 1 dan 2 sudah terisi,namun suasananya tetap sunyi,

tanpa ada satu orang pun yang keluar dari rumah, pintunya pun tertutup rapat-rapat.

Ya mungkin karena bulan Ramadhan, sehingga masyarakat memilih untuk tidak banyak melakukan

aktifitas yang tak berarti di luar rumah.

Satu jam kemudian sekitar pukul 11.00 terlihat beberapa anak sekolah dasar yang baru pulang sekolah

dan langsung naik ke unit huniannya masing-masing. Di beberapa kursi untuk menunggu bus

transjakarta terdapat beberapa orang yang sedang menunggu bus.

Penulis saat ini berada di Blok A, tower blok A yang berhadapan dengan Blok D membuat penulis dapat

melihat seseorang dari Blok D menuju Blok A membawa banyak belanjaan. Penulis dapat memastikan,

wanita paruh baya yang membawa belanjaan tersebut adalah ibu Nur. Segera penulis datangi untuk

membantu membawakan beberapa belanjaannya.

Sesampainya di Blok A, Ibu Nur memanggil anaknya yang sedang bermain di tanah kosong yang akan

dijadikan RPTRA.

“Acip sini dulu bantuin mama” panggil Ibu Nur ke anaknya

Acip yang mendengar panggilan ibunya langsung berlari datang ke Ibu Nur. Segera Ibu Nur menyuruh

Acip untuk menaruh belanjaan yang penulis bawa untuk ditaruh di laci meja dagangan Ibu nur,

sementara Ibu Nur naik ke unit huniannya untuk beberes rumah. Penulis pun membantu Acip menaruh

barang dagangan Ibu Nur.

Setelah rapi, penulis duduk di kursi tempat dagang Ibu Nur bersama Acip. Acip tidak kembali bermain

di lahan kosong tersebut, karena cuaca yang semakin panas membuatnya takut ‘batal puasa’ kalau

bermain dibawah terik matahari.

Acip pun mulai bertanya-tanya ke penulis

“kak lagi ngapain kak? Kok dari kemaren acip liat kakak kesini mulu kak?” tanya acip penuh selidik

“kakak mau wawancara sama orang-orang pasar ikan cip, dulu kamu tinggal di pasar ikan kan?” ujar

penulis

“iya kak” jawab acip singkat

Penulis kembali mengajak acip ngobrol

“sekarang sekolah di mana cip?”

“di SD 13 sini kak” jawabnya sambil menunjuk ke arah sekolahnya

“oh yang di rawa kuning ya? dulu di pasar ikan sekolahnya di mana cip?” tanya penulis kembali

“dulu mah acip di Al-Falah kak, enak kak Al-Falah mah deket dari rumah acip, tinggal jalan kaki aja”

ujar Acip menjelaskan

Page 118: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxi

“enak karena deket cip? Emangnya di sini kalo sekolah acip naek apa cip?” tanya penulis lagi

“berangkat acip naek ojek kak, kalo pulangnya kalo duit acip abis acip jalan kak lewat situ” jelas acip

sambil menunjuk arah rusun Blok Burung

“emang di situ ada tembusannya cip? Ga jauh jalannya? Eh bukannya ada bus sekolah ya cip?”

“ada kak lewat situ kan ada pintu rahasia, jadi ga jauh banget jalannya, kalo lewat sini (depan) jauh

kak, kalo bus sekolah kan jalannya jam setengah 6 kak, acip baru masuk jam setengah 7, kepagian acip

datengnya, di sekolah masih sepi” jelasnya panjang lebar

“oh gitu cip, tinggal di sini betah ga cip?” tanya penulis

“betah aja, enak kak rumahnya bagus, apalagi di lajang ada liftnya” ucapnya dengan spontan

“kalo temennya di sini gimana cip? Banyak temen baru ga cip?”

“ga ada kak” jawabnya singkat

“temen acip banyak yang di marunda kak, ada juga yang ikut pindah kesini waktu di lajang trus sekarang

dia pesantren, disini maen ama si keling doang” sela acip sebelum penulis kembali melontarkan

pertanyaan

“hahaha si keling siapa cip? Dari pasar ikan juga? Emang ga maen sama anak bukit duri cip?”

“ada itu anaknya item banget kak sama di sini (blok A) juga rumahnya. Ga ada anak bukit duri yang

acip kenal kak”

“makanya kenalan cip, kan acip orangnya gampang deket tuh ama orang” jawab penulis

Acip hanya tersenyum tersipu malu. Tak lama kemudian ibu Nur turun dan memanggil Acip untuk

mengganti pakaian sekolahnya.

Karena sudah dzuhur, penulis pun memutuskan untuk ke mushola dahulu, namun sebelumnya penulis

janjian dengan ibu Nur untuk wawancara sekitar pukul 16.00

Ya, sama seperti sebelumnya, suasana mushola Al-Hijrah sepi. Namun di depan mushola terdapat meja

dan satu orang lelaki berbusana koko. Ternyata beliau adalah pengurus penyaluran zakat. Setelah selesai

shalat, penulis mendatangi penyaluran zakat tersebut untuk sedikit bertanya-tanya

“mau zakat dek?” tanya pria paruh baya tersebut kepada penulis

“oh ngga pak hehe, saya mau nanya-nanya boleh ga pak?” pinta penulis

“tanya apa dek?” ujarnya

“bapak dari pasar ikan pak?” tanya penulis

“iya dek dari kampung baru (RT 2) saya, kenapa dek?” jawabnya

“oh di sini banyak ya pak yang dari kampung baru.. udah banyak pak yang bayar zakat di sini?”

“baru sedikit dek, ini aja daritadi belom ada yang bayar” ujarnya

“oh gitu pak, sebelumnya waktu di pasar ikan bapak jadi pengurus penyalur zakat juga pak?”

“oh nggak, dulu mah si itu siapa si namanya saya lupa orangnya pindah ke marunda, ga kesini. Saya

mah dulu ngojek. Ini karna ga ada langganan (ngojek) aja jadi saya yang ngisi ini, daripada ga ada”

jelas pria paruh baya tersebut

Page 119: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxii

“oh gitu pak, ini juga baru banget ya pak musholanya jadi belom ada kepengurusannya ya pak?” tanya

penulis

“iya dek ini masih baru banget musholanya, kita pindah kesini juga masih baru banget, belom ada

sebulan kayaknya. Dulu kan kita sementara di lajang dulu setaun” ujar beliau

“oh iya bapak saya dewi mahasiswa UIN Jakarta yang lagi penelitian di sini pak, mohon maaf bapak

namanya siapa pak?” ujar penulis memperkenalkan diri

“oh mahasiswa, saya kira orang gelatik (Blok Burung). Saya mahadi, dulu di lajang sering juga

mahasiswa yang datang buat wawancara, pernah ngga ke lajang dulu?” tanya pak Mahadi

“oh iya pernah pak tapi dulu saya Cuma nganter doang, ngga ikut wawancara” jawab penulis

Belum sempat melanjutkan percakapan dengan pak mahadi, tiba-tiba datang tiga orang yang ingin

membayar zakat. Penulis segera berpamitan dengan pak Mahadi untuk melihat-lihat kondisi rusun yang

lain.

Penulis melihat jam yang tertera di Handphone yaitu pukul 14.05. untuk menghabiskan waktu sekitar

dua jam penulis bingung harus melakukan pengamatan di mana. Penulis kemudian kembali ke blok A.

Penulis melihat Blok A masih dalam keadaan sepi, penulis duduk di kursi tempat menunggu bus

pengumpan transjakarta, melihat berbagai interaksi masyarakat rusunawa rawa bebek seraya menunggu

warung ibu Nur buka. Tak lama kemudian, seorang wanita bertubuh gempal datang dan duduk di

samping penulis, kemudian memulai percakapan dengan penulis selagi menunggu bus.

“mau ke pasar ikan apa ke bukit duri neng?” ucap ibu tersebut dengan ramah

“ oh nggak bu saya lagi duduk aja disini hehe” jawab penulis

“kirain lagi nunggu bis juga, saya mau ke bukit duri ini, yang bukit duri udah lewat belom ya?” tanya

beliau

“wah seinget saya bu tadi barusan yang terakhir lewat itu bukit duri bu...”

“yahhhhh, lama lagi deh” potong beliau

“oh emangnya tiap berapa menit sekali bu?” tanya penulis

“kan bisnya cuman satu jadi nunggu yang bukit duri balik kesini dulu, yaudah deh saya naek yang ke

penggilingan aja” ujarnya menggebu-gebu

“oh begitu bu, iya bu tunggu aja paling juga sebentar lagi bu yang reguler hehe” ujar penulis

Ibu tersebut pun segera menelpon seseorang yang sepertinya sedang menunggunya. Setelah selesai

menelpon, ibu tersebut menoleh ke penulis dan memulai perbincangan lagi dengan penulis

“saya ditungguin anak saya ini daritadi, anak saya udah marah aja mau kondangan katanya mama lama”

ujar beliau

Spontan penulis tersenyum dan menjawab “oh ibu mau kondangan, pantesan udah dandan cantik banget

bu hehe”

“hahaha tapi udah keringetan juga ini saya, ini lama juga lagi yang penggilingan. Kamu orang pasar

ikan? tinggal di blok mana?” tanya beliau

“oh ngga bu saya bukan warga rusun, saya mahasiswa yang lagi pengamatan di sini bu hehe” jawab

penulis

Page 120: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxiii

“oh mahasiswa, kuliah di mana? Kalau anak saya baru lulus tuh kemarin, baru wisuda” ujar beliau

dengan semangat

“saya di UIN Jakarta bu, oh ibu anaknya kuliah di mana bu? Wah selamat ya bu buat anaknya udah

wisuda”

“UIN di mana tuh ya? anak saya di Uhamka situ pasar rebo tau ga?” kata beliau

“UIN di ciputat bu tanggerang selatan dekat lebak bulus bu...ohhh Uhamka saya tau bu atuh deket dari

rumah saya bu pasar rebo” ujar penulis menjelaskan

“buset jauh ya tanggerang, kesini naek apaan? Emang rumah kamu di mana?” tanya beliau

“iya jauh bu kalau dari sini, rumah saya mah di condet bu jakarta timur” jawab penulis

“oh di condet, yang deket PGC ya itu?”

“nah iya bu deket PGC, itu ada bus masuk tuh bu... kayaknya yang penggilingan bu” ujar penulis dengan

menunjuk bus yang terlihat masuk Rusunawa Rawa Bebek.

Dan ternyata benar saja bus tersebut merupakan bus jurusan Rusun Rawa Bebek- Penggilingan. Dengan

tergesa-gesa ibu tersebut naik bus pengumpang yang sedari tadi ditunggu. Penulis pun tetap mengamati

Rusunawa Rawa Bebek di tempat ini. Dua jam berlalu, kemudian ibu Nur mulai sibuk membereskan

warungnya, terlihat beberapa pedagang takjil juga mulai membuka dagangannya. Pembeli pun satu per

satu mulai berdatangan.

Setelah selesai merapikan meja dan etalase dagangannya, Ibu Nur duduk di kursi yang disediakan tak

lama ibu Nur duduk datanglah tiga orang wanita yang kemudian duduk di samping ibu Nur. Terdengar

oleh penulis bahwa mereka sedang membicarakan kampung akuarium yang akan dibangun kembali

oleh pemprov DKI dibawah pemerintahan Anies-Sandi. Tak lama kemudian ketika bus pengumpan

transjakarta datan, ketiga wanita tersebut bergegas naik bus tersebut entah dengan tujuan kemana.

Penulis segera menghampiri Ibu Nur, dengan sedikit perbincangan kecil guna memulai wawancara.

“udah rapi bu?” tanya penulis seraya duduk di samping Ibu Nur

“Udah nih, tuh kalo sore gini udah mulai rame disini. Bentar lagi pada jajan ni anak-anak kecil (yang)

pada kaga puasa” ucap Ibu Nur

Baru selesai ibu Nur bicara seperti itu, benar saja ada anak kecil yang membeli makanan ringan di

warung ibu Nur. Seraya melayani satu atau dua pembeli yang datang Ibu Nur pun bersedia

diwawancarai. Observasi dan wawancara hari ini selesai setelah berbuka dan selesai menunaikan shalat

maghrib di Rusunawa Rawa Bebek

Hasil Transkip Wawancara Ibu Nur di halaman selanjutnya, sebagai berikut

Page 121: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxiv

Transkip Wawancara

Informan 5

Wawancara tanggal 16 Juni 2017

I. IDENTITAS INFORMAN

Nama : Nuraini (Nur)

Usia : 45

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga dan Berdagang kecil-kecilan

Jumlah anggota keluarga : memiliki 4 anak, 1 anak sudah bekerja, 2 anak

yang masih sekolah

Ketika di pasar ikan tinggal di RT 01, Di Rusunawa Rawa Bebek tinggal di Blok

A

VI. KEHIDUPAN DI PASAR IKAN

Awal mula di Pasar Ikan?: sebelumnya saya bukan di pasar ikan, di luar batang dulu trus

pindah ke pasar ikan. Di RT 1 saya, deket sama pasar. Saya pindah kesitu ikut sama suami

tapi sekarang suami saya tinggalnya di luar batang sama nak pertama saya. Suami saya

sama orang tuanya, anak saya yang cewe juga ikut di sana karna kerja disana, suami saya

juga gitu kerjanya masih di deket pasar ikan jadi ga ikut kesini. Di sini Cuma saya acip

sama kakaknya tuh dua lagi anak saya.

Bagaimana kondisi lingkungan fisik pasar ikan?: kalo di sono kan deket kali banyak

sampah apa buat anak juga kurang bagus, cuma di sini cari duitnya doang susah... kalau

rumahnya ya samping-sampingan, padet sih. Kan banyak yang di gang-gang gitu

rumahnya... rata-rata rumahnya dibikin tingkat buat kontrakan kecil-kecilan. Kalo sama ini

(rusun) ya bagusan rusun, murah juga disini sewanya, Cuma lampunya (listrik) doang yang

mahal

Bagaimana hubungan ketetanggaan (sosial) di Pasar Ikan?: ya deket deket aja saya

mah sama tetangga, Cuma ya kita emang jarang ngumpul-ngumpul ga kaya di sini kan saya

di bawah mulu jadi nongkrong ama siapa aja. Kalo di sono kan dagang di deket pasar jadi

ya paling ngobrol ama pembeli apa pelanggan gitu... jarang sih kalau bantu-bantu.. oh kalo

disono mah musti diminta kita kasih harga berapa gitu, ya bayar kalo buat bantu-bantuin

masak atau bantuin apa juga. Kadang ga mikirin juga ama tetangga minta bayarannya

mahal. ya beberapa orang ada yang suka duduk-duduk di warung gitu, kalo saya mah jarang

si kalo di sono. Saya ga ikut-ikutan soalnya suka pada ngomongin orang.

Bagaimana aturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat di Pasar Ikan?: ga

pernah ada aturan-aturan apa larangan-larangan sih, mikirnya lu lu gue gue

Pendapatan dan pengeluaran di Pasar Ikan?: dulu saya di deket Pasar Ikan nya jualan

nasi sama lauk mateng gitu, rame banget dagangan saya, saya sehari bisa habis 7 liter (nasi),

ga seharian sih ya cuma sampe jam 2 siang saya dari pagi, lumayan sehari bisa dapet 300rb.

Kalau disini wah saya bingung, apalagi di lajang saya sempet berenti, ga jualan. Suami saya

kan namanya kerja di proyek ya kalau ada ya ada kerjaan, kalau lagi ga ada ya nganggur.

Jadi ga punya modal buat dagang lagi, terus sempet mau coba dagang nasi tapi ga mungkin

karena di blok F waktu itu saya udah banyak yang jualan nasi udah gitu pada ga laku,

akhirnya saya jadi jualan ini ciki-ciki (red: makanan ringan...Rame di sana mah, namanya

saya dagang deket Pasar kan ada aja yang beli. Sehari bisa dapet Rp. 300.000 tau, itu ga

Page 122: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxv

sampe sehari kan saya kalau udah setengah hari udah pulang. Di sana biaya-biaya ga gede,

lampu (listrik) sama aer murah, rumah kaga bayar, cukup lah di sana mah.

Bagaimana kegiatan keagamaan masyarakat di Pasar Ikan?: kalau pengajian di pasar

ikan kurang, kalau di (rusun) lajang saya ikut pengajian tiap malem jumatan, kalau di sini

(Blok A) ga yasinan ga ada apa, kepengen saya mah diadain gitu ya. kurang aktip disana

mah, makanya anak saya kalau disana mah dateng ustadz nya ke rumah ngajarin ngaji,

dateng. Di sini mah anak mau ngaji, ga ada pengajian, ustadznya juga ga ikut ke sini lagi.

makanya gatau nanti abis lebaran ada pengajian apa ngga... ga ada di sono mah, kalo anak-

anaknya mau ikut yang kegiatan majelis taklim paling ke luar batang, itu di mesjidnya rame

suka ada acara-acara kaya gitu. Kan bagus ya anak-anaknya kegiatannya bener... kalo anak

Pasar Ikan mah bandel-bandel, suka tawuran, mangkanya saya ngeri punya anak cowo 3

takut ikut-ikutan bener deh

Kegiatan kemasyarakatan atau gotong royong di Pasar Ikan?: ga ada, gotong royong

apaan di sono, pas digusur aja pada masing-masing aja. Ini saya kan hampir ngga dapet

rusun, cuman akhirnya saya dibantuin sama temennya suami saya, bukan sama tetangga

saya... ga ada setau saya mah, ga pernah ada karang taruna segala macem begitu di Pasar

Ikan mah.. di Pasar Ikan juga ga ada arisan, pas di lajang ada tuh terus kan udahan. Nah

gatau mau mulai lagi apa ngga, saya mah maunya adain lagi. Cuma orang-orangnya pada

mencar beda blok jadi belom ada omongan... ga ada tuh, ga pernah ada kerja bakti apalagi

siskamling, siapa yang mau gerakin coba di sono, udah tetangga saya pada cuek cuek aja

terus RT sama Rwnya begitu. Masing-masing aja udah

VII. PERUBAHAN YANG DIRASAKAN DI RUSUNAWA RAWA BEBEK

Perubahan yang seperti apa terkait lingkungan fisik? : ya kalau di sini ya emang enak

buat anak-anak kan ga deket kali, hawanya (red: udara) juga sehat lah ya, kalo di sono kan

deket kali banyak sampah apalah buat anak juga kurang bagus, anak saya nih si acip

maennya di kali...betah di sini mah bagus rumahnya, bersih saya seneng. Enak lah

pokoknya, si acip juga maennya noh di RPTRA bagus sekarang jelas paling maen bola di

situ

Bagaimana hubungan ketetanggaan di rusun rawa bebek?: ya deket saya mah

ama siapa aja, Cuma enak sekarang nih ya tetangganya ga rese. Rese dah pokoknya, suka

ngomongin orang terus kurang rasa kebersamaannya loh. Beda sama di sini ya tetangganya

sekarang bae bae banget... iya suka ngebantu, suka bagi-bagi makanan gitu kalo dia lagi

masak banyak. Kan kita jadi kaga enak ya, nanti kalo kita gilirannya masak banyak saya

balikin piringnya dia sambil kasih makanan juga. iya kaya gitu, jadi kita deket sama

tetangga. Kalo ketemu juga negor nyapa tau mau kemana gitu nanti ngobrol-ngobrol di sini

sambil nunggu busnya ngga cuek-cuek aja di sono mah, malah kalo dikasih makanan piring

saya suka kaga balik

Kegiatan gotong-royong dalam kehidupan bermasyarakat di Rusunawa Rawa

Bebek?: ada, kita di sini ada jadwal kerja bakti, kalo minggu suka ada senam juga tau di

RPTRA, terus kalau 17an rame di sini ngadain lomba-lomba seru tau... iya itu karang

tarunanya, sekarang udah ada karang tarunanya dicampurin sama Bukit Duri. Itu anak-anak

Bukit Duri yang aktif, soalnya kan Bukit Duri banyak anak mudanya, di RPTRA buat

belajar bareng tiap malem buat bantuin yang ada PR apa tugas sekolah sekarang anak-anak

tugasnya banyak, si acip aja ada PR mulu... udah ada di sini pengajian anak-anak ada,

pengajian remaja ada, pengajian yasinan ibu-ibu tiap malem jumat ada. Udah enak di sini...

pak RW nya, terus minta ke anak muda yang bisa ngaji buat ngajarin anak-anak ngaji

Page 123: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxvi

bayarnya sukarela kita aja orang tua, kalo ga mampu bayar juga tetep diajarin sama dia.

Siapa sih itu anak nya cowo saya lupa namanya. Dia masih kerja juga di Pasar Ikan.

Bagaimana tata tertib sebagai penghuni rusun, baik dari pengelola maupun

masyarakatnya?: tata tertibnya yang paling ditekenin di sini tuh biar kita bersih, bener-

bener ngga boleh jorok. Kalau soal bayar rumah nunggak satu bulan dua bulan masih

dimaklumin tapi kalo soal lantai kotor tuh ga boleh. Tempat sampah di sini (selasar rusun)

disediain banyak biar ga buang sampah sembarangan. Petugasnya sekarang juga siang-

siang ada yang negebersihin sekarang mah, terus ditembok-tembok ditempelin peringatan

gitu, udah gitu di sini kan ada cctv ya ketauan tau kalo kita jorok kaga bersih misalnya

tempat dagangnya nanti ditegor pas ada sidak atau pas pengelola lagi ada yang kesini.

Makanya nih pak Rtnya pak mahadi bawel banget kalo turun lagi duduk-duduk di sini

ngebilangin mulu “jaga kebersihannya” gitu. Soalnya nanti kan dia kena tegor juga dibilang

ga bisa ngatur masyarakatnya sebagai ketua RT

VIII. ADAPTASI YANG DILAKUKAN TERHADAP PERUBAHAN YANG TERJADI

Adaptasi terhadap lingkungan rumah yang baru?: ya itu kita di sini diajarin hidup

bersih, kita dikasih contohnya buat ngejaga kebersihan rusun, sekarang tukang bersih-

bersih yang dari pengelola jadi makin sering bersihin lantainya. Terus karna kita udah biasa

dibersihin kali ya, jadi kalo ini (lantai dasar) kotor kita ga betah. Kalo saya itu ya jadi suka

bersih saya. Kita udah ga seenaknya buang sampah ke kali, gimana ga mau digusur ya

orang kumuh di sono mah. Terus kita kalo mau ngobrol-ngobrol ama tetangga kan enak di

sini sambil nunggu bus misalnya, atau ga di RPTRA enak. Beda lah pokoknya di sini udah

betah udah bisa ngatur hidup kita enaknya gimana.

Adaptasi terhadap tetangga baru?: orang Bukit Duri sama aja sih kita di sini udah sama

aja udah sama sama orang rusun rawa bebek sekarang.... oh itu sih paling kita

terpengaruhnya yang suka bagi-bagi makanan kalo lagi masak banyak itu kita ikutin, kalo

dulu kan sama tetangga di Pasar Ikan boro boro bagi-bagi makanan.

Adaptasi terhadap aturan dan tata tertib baru?: kita di sini sekarang kan bukan rumah

sendiri, jadi kita mau ga mau atur gimana caranya dapet duit buat cukupin kebutuhan, kaya

saya nih sama suami saya. Suami sama anak pertama saya tinggal di luar batang, saya sama

anak-anak di sini. Saya dagang buat nyukupin kebutuhan makan anak, buat bayar rusun,

lampu sama aernya dari anak saya sama dari suami saya. Di sini yang istrinya pada dagang

banyak loh buat nambahin penghasilannya karena sekarang kan tanggungannya banyak

tau.... orang di sini jadi pada mau jualan soalnya liat kita tetangganya sekarang dagang rame

jadi pada dagang... udah pada betah di sini. Makin lengkap semuanya juga, udah pada tau

gimana celah celahnya... kan kita ga punya uang nih tadinya, terus modal kecil-kecilan buat

dagang biar ada pemasukan sedikit, terus kalo ada duit kita kaga boros-borosin. Kita masak

biar makan kaga beli, kan boros kalo makan pada beli. Beli baso apa mie ayam udah 10rb

satu orang sekali makan, kalo saya berempat jadi 40rb sekali makan, kalo dua kali makan

jadi 80rb. Coba kalo masak, 25 apa 30rb juga udah bisa buat makan seharian... Kemaren

alhamdulillah dapet KJP 450rb duitnya ga dipake, katanya buat beli tas nanti abis lebaran,

paling yang tiap bulan 100rb saya ambil buat beli beras, telor pokoknya buat makan

sekeluarga aja, , kalau di Pasar Ikan kan ada bayaran sama beli-beli buku segala macem ya,

jadi buat bayaran gitu terus sisanya buat beli baju, sepatu sama buku tulis palingan. Kalo

di sini Alhamdulillah nih ngga bayaran, buku juga dipinjemin dari sekolah jadi ringan lah,

KJPnya bisa buat beli peralatan sekolah sama bisa saya ambil buat beli beras, telor, ayam,

pokoknya buat makan sekeluarga di sini dah. iya Alhamdulillah banget kebantu, kita kan

di sini susah ya, jadi pinter-pinternya kita pake duitnya gimana, kalo mama nya masak kan

jadi anak ga banyak jajan

Page 124: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxvii

Transkip Observasi 6

Rusunawa Rawa Bebek, Sabtu 8 Juli 2017

05.05-20.00

Hari ini penulis datang ke Rusunawa Rawa Bebek lebih pagi dari biasanya. Penulis kali ini ditemani

oleh seseorang untuk datang lebih pagi, karena niat penulis adalah untuk melihat kegiatan masyarakat

eks pasar ikan dari pagi sampai malam. Penulis tiba di Rusunawa Rawa Bebek pukul 05.05, salah satu

tujuan penulis datang sebelum pukul 05.30 adalah agar penulis dapat melihat bus sekolah yang

menjemput anak-anak sekolah dari Rusunawa Rawa Bebek menuju sekolahnya. Namun tanpa penulis

sadari, penulis datang di hari sabtu. Di mana tak ada bus sekolah yang akan mengangkut anak-anak

sekolah, karena hari sabtu merupakan hari libur akhir pekan untuk seluruh anak sekolah di Jakarta. Hehe

kira-kira seperti itulah kecerobohan penulis

Sesampainya di Rusunawa Rawa Bebek, penulis segera ke mushola untuk sholat subuh. Di Mushola

penulis melihat terdapat dua orang pria paruh baya sedang membaca Al-Quran. Setelah shalat, penulis

mencari tempat duduk. Kemudian penulis duduk di bangku yang disediakan untuk menunggu bus

pengumpan transjakarta di Blok D. Kali ini ada security yang menjaga di ruang keamanan di Blok D.

Security tersebut menghampiri penulis dan bertanya kepada penulis

“pada mau kemana pagi-pagi?” tanya beliau seraya duduk dekat penulis

“oh ngga kemana-kemana pak, saya lagi mengamati aja nih. Saya mahasiswa UIN yang lagi penelitian

di sini pak hehe” jawab penulis

“oh saya kira orang sini lagi nunggu bus... udah izin belum sama pengelola?” tanya beliau

“oh sudah kok pak, saya juga bawa surat izinnya pak.” Jawab penulis sambil mengeluarkan surat izin

yang penulis bawa

“ooh bagus dah, yaudah silahkan dilanjutkan penelitiannya, semangat yah” ucap beliau seraya

meninggalkan penulis dan kembali masuk ke ruangan keamanan.

Kala itu penulis melihat suasana Rusunawa Rawa Bebek mulai ramai, terlihat beberapa warga

Rusunawa yang sedang melakukan olahraga lari pagi mengelilingi Rusunawa Rawa Bebek. Tak jarang

juga penulis melihat anak-anak kecil bermain di area rusunawa Rawa Bebek, karena hari ini merupakan

hari libur sekolah. Bermain sepeda, bermain sepak bola, maupun hanya berlari-larian anak-anak

tersebut terlihat begitu bahagia. Suasana Rusunawa yang ramah anak membuat orang tua tidak khawatir

membiarkan anak-anaknya bermain di luar rumah.

Sekitar pukul 06.00 penulis melihat beberapa petugas kebersihan yang sedang membersihkan lantai

dasar Rusunawa Rawa Bebek di setiap bloknya. Menyapu, pel dan membersihkan tembok yang dirasa

kotor, serta membersihkan toilet umum.

Para pedagang mulai membuka warungnya, sejak penulis tiba di Rusunawa Rawa Bebek penulis

mendapati beberapa pedagang sudah membuka dagangannya. Seperti warung kopi, depot air isi ulang

di Blok A, tukang nasi uduk dan tukang sayur di Blok B. Penulis merasa kali ini sepertinya suasana

Rusunawa Rawa Bebek sudah mulai ramai, tak seperti beberapa kali sebelumnya penulis datang yaitu

mendapati kondisi Rusunawa Rawa Bebek yang sangat sepi.

Penulis pun berjalan-jalan menyusuri setiap blok Rusunawa Rawa Bebek, merasakan segarnya udara

pagi di Rusunawa Rawa Bebek. Kemudian penulis bertemu dengan Ibu Ai yang baru saja belanja dari

Blok Burung. Penulis segera menyalami dan menyapa ibu Ai.

“lu gini hari udah di sini aja, ngapain lu pagi-pagi kesini?” tanya Ibu Ai.

Page 125: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxviii

“hehe iya nih bu, tadinya mau ngeliat bus sekolah eh lupa ini hari sabtu. Yaudah deh jalan-jalan aja

jadinya” jawab penulis

“ibu abis belanja bu? ko belanjanya di blok burung bu? di blok B kan ada tukang sayur bu?” sambung

penulis

“iya di sono lebih murah soalnya hehe lu tau lah emak-emak beda gope juga diitung” jawab Ibu Ai

diselingi tertawa

“ohahaha bener juga bu” jawab penulis

“yaudah gua balik dulu ya mau masak gua” ujar Ibu Ai sambil melenggangkan kakinya menuju blok

A.

Namun, sepertinya hari ini penulis sedang tidak fokus. Karena hari ini penulis sebenarnya berencana

akan mewawancarai pak Suroso namun belum tahu di mana unit hunian pak Suroso. Kemudian penulis

pergi menuju blok B, dengan tujuan mencari tempat untuk sarapan. Penulis pun mengunjungi dagangan

Ibu Muriyati dan memutuskan untuk sarapan di warung Ibu Muriyati, tak banyak perbincangan dengan

ibu Muriyati saat itu, karena yang penulis lihat Ibu Muriyati cukup sibuk saat itu sebab banyak pembeli

yang satu per satu berdatangan untuk membeli lauk matang maupun dagangan yang lainnya.

Blok B yang berhadapan dengan blok C membuat penulis dapat melihat sebuah pemandangan yang

tidak biasa di Blok C. Selasar Blok C yang biasanya merupakan blok paling sepi, kini penulis melihat

di Blok C terdapat banyak anak kecil dan beberapa anak muda dengan usia sekitar 20 tahun sedang

melakukan sebuah kegiatan. Dengan rasa penasaran, penulis bertanya kepada Ibu Muriyati tentang apa

yang sedang mereka lakukan, Ibu Muriyati pun menjelaskan bahwa hal itu merupakan acara yang

beberapa minggu sekali dilakukan untuk membantu meningkatkan minat belajar anak, acara tersebut

difasilitasi oleh pengelola Rusunawa Rawa Bebek.

Kemudian penulis mencoba melihat lebih dekat, ternyata saat ini mereka sedang melakukan lomba

mewarnai. Wah kegiatan yang mengasikan bukan untuk anak-anak?

Dari Blok B kemudian penulis menoleh ke Blok A, terlihat warung Ibu Nur sudah buka. Penulis pun

segera mendatangi warung ibu Nur untuk membeli beberapa camilan makanan ringan, sekaligus ingin

bertanya di mana unit hunian pak Suroso.

Ibu Nur dengan kesehariannya yang ramah dan interaktif terhadap orang lain, beliau menyapa penulis

terlebih dahulu.

Beliau mengatakan “eh kesini lagi?” dengan senyuman yang sumringah

“iya nih bu hehe masih mau wawancara bu, wawancarain pak Suroso” ujar penulis

“oh pak suroso nanti siang dia jam 12an ada di sini, tungguin aja, ini warung istrinya kan” ucap Ibu Nur

seraya menunjuk tempat berdagang istri dari Pak Suroso yang belum dibuka.

“oh yaudah bu saya numpang nunggu di sini boleh ga bu?” tanya penulis

“ya boleh lah sini aja sini duduk” jawab Ibu Nur mempersilahkan

Penulis membeli beberapa camilan dan minuman di warung Ibu Nur selagi menunggu pak Suroso,

hingga kemudian beberapa jam telah berlalu tak terasa adzan dzuhur sudah berkumandang. Segera

penulis menunaikan shalat dzuhur menuju mushola Al-Hijrah, kali ini pemandangan yang berbeda juga

terlihat yaitu jamaah shalat dzuhur pun bertambah. Sedikit lebih banyak dari sebelumnya, jamaah

perempuan pun ada yang shalat berjamaah di Rusunawa Rawa Bebek. Setelah dari Mushola, penulis

kembali ke Blok A, dengan tujuan menunggu pak Suroso dan mencari makan siang. Sesampainya

penulis di Blok A, Ibu Nur langsung memberi tahu bahwa pak suroso sedang minum kopi di tempat

Page 126: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxix

mie ayam. Dalam hati penulis “wah kebetulan sekali saya mau makan, sekalian saja saya meminta

waktu pak suroso untuk wawancara”

Tanpa berlama-lama, penulis segera menghampiri penjual mie ayam dan memesan mie ayam serta

duduk di hadapan pak suroso yang saat itu sedang menyeruput kopinya yang masih satu gelas penuh.

Selagi menunggu mie ayam pesanan penulis datang, penulis mendengar percakapan pak suroso dengan

seorang wanita paruh baya, yang kala itu sedang bercerita dengan menggebu-gebu. Beberapa kali pak

suroso menanggapi wanita tersebut. Karena membicarakan program Kartu Jakarta Pintar (KJP), penulis

pun mencoba ikut berkomentar dalam obrolan tersebut, kurang lebih sebagai berikut percakapannya

“kenapa ibu keponakannya? Saya dengar tidak bisa dapat KJP bu?” tanya penulis kepada wanita paruh

baya yang selanjutnya penulis inisialkan sebagai ibu NS

Belum sempat Ibu NS menjawab, pak Suroso sudah lebih dahulu menjawab mewakili Ibu NS

“ini dia keponakannya kaga bisa sekolah gara-gara terhambat biaya, padahal anaknya mau sekolah loh

tapi sayang gapunya duit jadi susah mau sekolah” ujar pak Suroso menjelaskan

“iya dia baru lulus SD, cuman nemnya kecil jadi gabisa dapet (sekolah) negeri, mau masuk swasta kan

biayanya mahal, kalo di sono (Pasar Ikan) mah ada Al-Falah ya murah bayarnya, lah di sini di mana

coba” ujar ibu NS menambahkan

“oh begitu bu, terus ngga dapet KJP juga bu?” tanya penulis

“ngga, katanya data nya lah begini begitu, kalo anak saya dapet KJP dua duanya. kasian anaknya udah

ngerengek aja minta sekolah tapi orang tuanya ngga ada duit” jelasnya kembali

“kalau anak saya kemarin nemnya sebenernya bisa buat masuk negeri, tapi anaknya malah minta ‘pak

angga mau pesantren aja’, ya saya mah sebagai orang tua seneng lah anak saya malah minta pesantren”

ujar pak suroso ketika bercerita mengenai anaknya

Kemudian mie ayam pesanan penulis pun tiba, tak lupa menawarkan pak suroso dan Ibu NS kemudian

penulis segera menyantap mie ayam tersebut. Seraya menyantap makanan, sesekali penulis bertanya ke

pak suroso tentang anak-anak sekolah yang direlokasi dari pasar ikan. setelah selesai makan dan

berbincang-bincang ringan, penulis pun mengutarakan maksud penulis untuk wawancara. Dengan

senang hati pak suroso meluangkan waktunya untuk diwawancarai saat itu juga. Sementara Ibu NS telah

pergi meninggalkan kami sedari tadi ketika beliau sudah selesai makan.

*Transkip wawancara Pak Suroso dilampirkan setelah transkip observasi ini

Setelah selesai mewawancarai pak Suroso, pak suroso enggan untuk dimintai foto. Sehingga penulis

tidak dapat memaksa. Namun, pak Suroso merekomendasikan penulis untuk mewawancarai pak

Mahadi sebagai seseorang yang banyak mengetahui selak-beluk pasar ikan, dan saat ini akan resmi

ditunjuk sebagai ketua RT 01 RW17 di Rusunawa Rawa Bebek.

Ketika mendengar nama pak Mahadi, penulis merasa tidak asing dengan nama tersebut, namun penulis

lupa. Pak Suroso juga tak lupa memberi tahu unit hunian pak mahadi, sehingga saat itu juga penulis

dapat mendatangi unit hunian pak Mahadi.

Sekitar pukul 14.00 penulis menyambangi unit hunian pak Mahadi. Namun, bukan pak mahadi yang

penulis dapati. Melainkan istrinya, ketika penulis menjelaskan niat penulis kepada istrinya, segera Istri

pak mahadi pergi melihat ke balkon blok A yang menghadap ke sebuah lahan kosong. Dari kejauhan

penulis melihat sosok yang dikatakan sebagai pak Mahadi. Ya, seketika penulis ingat bahwa pak

Mahadi merupakan seorang pria paruh baya yang tempo hari sedikit berbincang-bincang dengan penulis

ketika beliau sedang menjadi pengurus penyaluran zakat.

Page 127: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxx

Namun kala itu pak Mahadi terlihat sedang sibuk dengan kegiatannya di lahan kosong, Istrinya pun

memberi tahu bahwa pak mahadi sedang mengambil dan membersihkan sisa-sisa hasil panen timun suri

yang ditanamnya ketika bulan puasa yang lalu.

Penulis pun bertanya “pak mahadi kira-kira selesainya kapan itu bu?”

“wah kalo dibiarin mah bisa sampe sore disitu, bentar saya panggilin ya” jawab Istri pak mahadi dengan

lembut

Seketika penulis mencegah beliau “gausah bu, gapapa kok bu kalau pak Mahadinya lagi sibuk, saya

tunggu aja, nanti saya kesini lagi bu”

“gapapa neng? Yaudah nanti ibu bilangin ke bapak kalau ada yang nyariin ya neng” jawab istri pak

Mahadi

Kemudian penulis berpamitan dan segera kembali ke lantai dasar Blok A, seperti biasa penulis duduk

di kursi tempat menunggu bus pengumpan transjakarta. Kini warung-warung yang berdagang baik di

ruko maupun di selasar mulai ramai pembeli. Selidik demi selidik, nyatanya setelah lebaran hampir

semua masyarakat relokasi Bukit Duri telah mengisi hunian di Rusunawa Rawa Bebek.

Penulis pun menyadari saat ini jumlah bus pengumpan yang beroperasi semakin bertambah. Kemudian,

pantas saja banyak wajah baru yang penulis temui di rusun saat ini. Pembeli di warung Ibu Nur pun

terlihat semakin banyak, terlihat berbeda dengan keadaan sebelum relokasi bukit duri pindah ke Rusun.

Di mana pedagang banyak yang mengeluh sepi pembeli, tak jarang mereka yang justru gulung tikar

karena tidak dapat memutar modal penjualan.

Namun dengan ramainya kondisi rusun saat ini, penulis melihat lantai dasar Rusunawa Rawa Bebek

terutama Blok A menjadi lebih kotor. Ibu Nur dan pedagang lainnya menjadi lebih sering

membersihkan lantai sekitar tempat dagang mereka. Karena menurut pengamatan penulis, petugas

kebersihan yang disediakan pengelola rusun hanya membersihkan 2 kali dalam satu hari yaitu pagi dan

sore hari atau pagi dan malam hari.

Hari ini, sore hari di rusunawa rawa bebek begitu berbeda dengan beberapa hari sebelumnya saat penulis

observasi di Rusunawa Rawa Bebek. Sangat jelas kini Rusunawa Rawa Bebek menjadi lebih ramai.

Banyak anak-anak kecil yang bermain di sekitar rusun, dan banyak anak-anak remaja tanggung yang

berkumpul-kumpul sekedar untuk berbincang-bincang atau bersenda gurau. Ya, remaja-remaja tersebut

sebelumnya tidak pernah penulis lihat berada di lingkungan rusunawa Rawa bebek, dan benar saja

dugaan penulis bahwa mereka berasal dari bukit duri ketika penulis menanyakan apakah mereka dari

pasar ikan atau bukit duri mereka menjawab bahwa mereka relokasi dari bukit duri tahap ke dua.

Waktu telah menunjukan pukul 17.23, penulis berniat untuk kembali ke rumah pak Mahadi. Tanpa

berlama-lama berfikir penulis pun segera menuju rumah pak Mahadi. kali ini penulis bertemu langsung

dengan pak mahadi, pak mahadi pun menyadari bahwa sempat bertemu dengan penulis tempo hari. Pak

Mahadi dengan senang hati ketika penulis menyampaikan maksud penulis untuk mewawancarai pak

mahadi, namun tidak untuk saat itu juga penulis meminta waktu pak mahadi. setelah berbincang

beberapa menit untuk menentukan waktu yang tepat untuk wawancara maka diputuskan untuk penulis

kembali ke rumah pak mahadi tanggal 12 Juli 2017.

Setelah itu penulis berpamitan dan kembali ke lantai dasar lagi, kemudian penulis memutuskan untuk

menunggu waktu maghrib di Blok D. Menit demi menit telah berlalu, kemudian kumandang adzan

maghrib pun terdengar. Matahari secara perlahan mulai tenggelam, dan anak-anak kecil yang sedari

tadi bermain di sekitar rusun segera masuk ke unit huniannya masing-masing. Beberapa pria berbusana

baju kokoh pun terlihat keluar dari setiap blok menuju Mushola Al-Hijarah untuk menunaikan shalat

berjamaah. Begitu pula wanita-wanita yang telah mengenakan mukena untuk ikut shalat berjamaah

segera bergegas menuju tempat shalat wanita, penulis pun segera mengambil wudhu dan ikut shalat

berjamaah. Penulis melihat perubahan yang cukup berarti dengan penambahan jumlah jamaah shalat

maghrib kala itu. Terlihat kurang lebih 3 shaf laki-laki dan 2 shaff perempuan, tak jarang pula anak-

Page 128: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxxi

anak seusia 10 tahun yang ikut shalat berjamaah saat itu. Setelah selesai shalat, anak-anak tersebut

segera mengambil alat-alat yang mereka gunakan untuk mengaji seperti Iqro, Juzz amma, Al-Quran

dan tempat untuk menaruh Al-Quran ketika sedang dibaca.

Penulis pun penasaran, penulis bertanya ke salah satu anak tersebut

“ini mau pada ngaji ya? ustadz nya siapa?” tanya penulis dengan ramah

“iya kak ini lagi pada hafalan, dikasih tugas ngehapal kita, ustadznya kak kiki kak”jawabnya dengan

penuh kepolosan

“oh ini dibentuk pengajiannya udah lama atau belum?” tanya penulis kembali

“baru seminggu lebih kak” celetuk seorang anak cowok yang sedari tadi mendengar obrolan penulis

dengan anak betubuh gempal ini.

“oh baru seminggu?” tanya penulis untuk memastikan

“iya kak diajarinnya sama kak kiki tapi kadang kak kiki kerja jadi suka ga ada pengajian kalo ga ada

kak kiki nya” ujar seorang anak kecil perempuan berambut panjang

Kali ini penulis dapat lebih lama dalam melakukan observasi sehingga dapat sampai lebih dari jam

19.00 karena penulis tidak menunggu bus pengumpan transjakarta dan tidak stuck apabila terjebak

macet.

Malam hari di rusunawa rawa bebek terlihat tidak ada yang istimewa, hanya di beberapa warung

terdapat beberapa pria dan wanita dewasa yang sedang bersenda gurau dengan sesama masyarakat

rusunawa rawa bebek.

Satu jam kemudian, tepat pukul 20.00 penulis melihat kondisi Rusunawa Rawa Bebek mulai sepi.

Beberapa pedagang mulai menutup warungnya, penulis pun memutuskan untuk menyudahi observasi

untuk hari ini.

Page 129: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxxii

Transkip Wawancara

Informan 6

Rusunawa Rawa Bebek, 8 Juli 2017

I. IDENTITAS INFORMAN

Nama : Suroso

Usia : 49

Status : Menikah

Pekerjaan : Petugas PPSU dan istri yang berdagang

Jumlah anggota keluarga : memiliki 1 anak yang masih sekolah

Ketika di Pasar Ikan tinggal di RT 2, saat ini tinggal di blok C Rusunawa Rawa Bebek

II. KEHIDUPAN DI PASAR IKAN

Awal mula tinggal di Pasar ikan?: lama saya di sana, saya dari tahun 1974. Waktu saya

masih kecil sih bapak (orang tua) tinggal di situ. Saya kan pernah punya rumah juga di luar

batang itu, warisan orang tua semacam di perumahan gitu tapi kena gusur buat apartemen

mitra bahari. Setelah saya digusur itu akhirnya saya nempatin tanah garap. ya dulu kan

namanya tanah garap, cuman udah beranak cucu disitu.

Bagaimana kondisi lingkungan fisik pasar ikan?: ya saya rasa sama aja ya sama

kampung-kampung di jakarta juga banyak yang kaya pasar ikan, ya namanya ada pasar

pasti deket situ rame, orang pada mau (tinggal) deket pasar.. ya kalau dibilang kumuh ya

kumuh sih, cuma ya emang deket sama kali deket sama pasar jadi kaya yang kumuh banget

keliatannya. Kalo sama di sini ya jauh di sini mah cakep banget, gedung baru namanya

juga...kalau saya mah pribadi mending pindah udah, daripada disono penyakit juga ya, kena

abu, panas, apalagi deket kali, air bersih susah. Tapi ga dipungkiri juga namanyaa mata

pencahariannya di sana, di sini kan susah

Bagaimana hubungan ketetanggaan di pasar ikan?: kita namanya udah tetanggaan

bertahun-tahun mah deket ya deket ya, tapi rata-rata ya cuek-cuek aja. Apalagi sama

pengontrak, jarang yang deket, yang punya rumah sama yang ngontrak aja jarang deket,

kan disana mah banyak pengontrak ya, ya cuek lah intinya sama tetangga... lebih ke masing-

masing aja di sana mah, kalo ketemu doang suka negor wajar dong.

Adakah kegiatan gotong-royong dalam kehidupan bermasyarakat di Pasar Ikan?

Bagaimana aturan-aturan yang terbentuk di pasar ikan?: ya begitu masing-masing aja

kita... terkait penggunaan narkoba kalau orang kampung baru sih kayaknya ga ada, di sana

cenderung bebas ya kalau soal begitu kita bodoamat, gamau tau. Gatau kalau di pasar

ikannya. Saya sih deket ke pasar ikan tapi saya jarang ke pasar ikan karena saya usahanya

di luar batang, jadi condongnya ke luar batang... ngga ada (larangan) sih, abis anak muda

mah makin dilarang malah makin dilakuin kan. Jadi dari orang tua masing-masing aja

gimana ngejaga anaknya.

Kebiasaan-kebiasaan masyarakat di pasar ikan?: Kebiasaan ya? apa ya? kalo saya ya

kan saya anggota PPSU, orang pasar ikan mah ga peduli ama sampah, buang seenaknya

aja. Jadi itu yang bikin keliatan kumuh, karna ga mikirin kebersihan. Tapi beda nih, kalo

saya perhatiin di sini rumahnya pada bersih-bersih banget, rapih juga di sini, beda banget

dah. Anak-anak juga kan biasanya mah maennya di deket kali di sono mah, jorok kan.

Page 130: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxxiii

III. PERUBAHAN YANG DIRASAKAN SELAMA DI RUSUNAWA

RAWABEBEK

Bagaimana lingkungan fisik rusunawa rawa bebek?: yah ini mah jelas ya bagus,

cukup mewah lah untuk kita yang biasa hidup di perkampungan, bentuk bentukan

rumahnya serba modern, nyuci piring aja udah kaga jongkok disini mah, beda banget sama

di pasar ikan. intinya bagus rusun ini...sekarang udah cukup betah ya, karna ruangan di sini

banyak, kamar ada 2. Walaupun ga pake lift tapi cukup lah kalau buat rumah udah layak

banget ini. Cuma ya bedanya kita dulu biar rumah jelek juga kan ga bayar, ga mikirin tiap

bulannya, kalo di sini rumah bagus tapi punya pemprov bukan punya sendiri.

Bagaimana hubungan ketetanggaan di rusun rawa bebek?: kalau pasar ikan yang

pindah kesini cuma 180 kk, kalau di pasar ikan mah banyak, 500an kurang lebih mah ada.

Orang banyak warganya, perkampungan padet terus banyak yang ngontrak... kalau warga

pasar ikan nya mah iya berkurang, tapi di sini kan nyampur sama bukit duri, jadi nambah

kenalan juga. Tapi saya jadinya ngobrol-ngobrolnya sama yang tinggal di blok A aja... baru

sih tapi ga semuanya baru, kan ada beberapa yang masih tetangga saya, ya sama aja sih

deket saya mah sama siapa aja.

nah ini orang bukit duri juga bae nih, kalo kita ada yang kesusahan dia mau bantu gitu, ya

karna sama sama ngerasa warga relokasi kali ya jadi ya suka tolong menolong. Saya akuin

di sini kita jadi lebih solid, jadi saling ngerti. Bagus sih... misalnya nih kan kita orag pasar

ikan dulu minta ya ke pengelola kalo kita harus ditempatin di lantai 1 sama 2, tapi ternyata

orang bukit duri ada yang lebih butuh di lantai itu jadinya kita ada aja yang ngalah

Kegiatan gotong-royong dalam kehidupan bermasyarakat di Rusunawa Rawa

Bebek?: ada di sini orang-orangnya jadi pada sadar kebersihan, dari RT RW nya juga aktif

ngadain kerja bakti, bagus sih di sini warganya aktif.

Bagaimana tata tertib sebagai penghuni rusun, baik dari pengelola maupun ke

masyarakatnya?: oh iya jelas di sini kita ketat banget, kalo aturan dari pengelola yang

kaya begitu mah bagus sebenernya, jadi kita ngga khawatir sama pergaulan anak kita, karna

kan temennya anak-anak rusun juga yang ga boleh kena begituan juga... kalo RT RW nya

ga banyak bikin aturan, Cuma banyak menghimbau gimana kita tinggal di rusun berbaur

sama warga warga yang lain jangan sampe berantem.

IV. ADAPTASI YANG DILAKUKAN TERHADAP PERUBAHAN YANG TERJADI

Adaptasi terhadap lingkungan rumah yang baru?: wah awal-awal mah sulit, banyak

banget yang beda di Pasar Ikan sama di rusun. Pasar Ikan kita deket pasar, biasa rame eh

di sini jauh dari pasar terus sepi.terus kan kita namanya muter otak ya buat nyesuaiin sama

bayar rusun dan segala macamnya kita jadi cari pendapatan sampingan terus kita musti

pinter ngatur keuangan, ngebatesin jajan anak, istri saya aja jadi tiap hari masak tuh waktu

awal-awal di lajang, waktu di lajang mah bener-bener dah cuma satu petak, di sini mah

udah enak deh fasilitas juga udah lengkap tinggal kita ngejaganya aja.

Adaptasi terhadap tetangga baru?: kita di sini sama warga Bukit Duri atau sama yang

dari Pasar Ikan tetep ya berhubungan baik, kita ga mau cari musuh. Gamau lah ada

berantem-berantem cuman karena lu orang Bukit Duri gua orang Pasar Ikan. gamau kita.

Malah kita jadi lebih solid di sini karena sama sama korban gusurannya ahok, jadi kita

berusaha lah bangun bareng-bareng kehidupan di sini. Intinya kita jadi lebih solid padahal

sebelumnya sama tetangga cuek cuek aja, sekarang kalau tetangga ada kesusahan kita yang

bisa bantuin ya kita bantuin.

Page 131: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxxiv

Adaptasi terhadap aturan dan tata tertib baru?: aturan yang paling ngaruh itu kan bayar

rusun ya, ya kita mau tinggal di sini ya harus ikutin aturan dari pengelolanya. Ya pinter-

pinternya kita aja sama keadaan sekarang, kaya misalnya ini kan sekarang rusun rame, apa

salahnya kita buka usaha yang belom ada di sini misalnya pangkas rambut kan belom ada...

kalau sama aturan-aturan yang laen sejauh ini menurut saya aturannya bagus ya, kita

dipindahin kesini ga cuman dipindahin doang, kita diajarin hidup bermasyarakat yang baik

gimana. Awal awal emang berat karena susah nyesuaiinnya, di sini seret pendapatannya

tapi lama-lama kan bisa kita tau celah-celahnya

Catatan: Pak Suroso merekomendasikan Pak Mahadi untuk diwawancarai

Page 132: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxxv

Transkip Observasi 7

Rusunawa Rawa Bebek, Rabu 14 Juli 2017

05.15-16.00

Pagi ini, penulis kembali datang sebelum pukul 05.30 dengan tujuan melihat bus sekolah mengangkut

anak-anak sekolah di Rusunawa Rawa Bebek secara langsung. 10 menit penulis menunggu, dari

kejauhan terlihat Bus Sekolah yang mulai memasuki area Rusunawa Rawa Bebek. Di Blok A terdapat

cukup banyak anak sekolah berseragam SMP dan SMA sederajat. Ketika pintu bus mulai dibuka,

segeralah mereka berdesakan untuk masuk dan berebut bangku dalam bus. Dari luar bus terlihat, bahwa

hampir seluruh bangku bus terisi oleh anak-anak tersebut. Kemudian bus melanjutkan menuju blok B

dan D. Tak banyak yang menunggu di blok D, namun tetap ada satu atau dua pelajar yang menunggu

di Blok D. Kemudian bus sekolah melaju menuju blok burung dan mengangku cukup banyak pelajar

dari blok burung. Sehingga penumpang dalam bus terlihat cukup padat.

Kala itu penulis juga tak lupa untuk bertanya-tanya kepada salah satu orang tua dari pelajar yang

menggunakan fasilitas berupa bus sekolah tersebut yang merupakan salah satu narasumber penulis yaitu

ibu Ai. Ibu Ai menjelaskan bahwa dalam kesehariannya anaknya yang merupakan pelajar SMP 146

menggunakan fasilitas bus sekolah yang disediakan pemprov DKI Jakarta dan Pengelola Rusunawa

Rawa bebek. Ibu Ai pun bercerita bahwa ketika di Pasar Ikan, anaknya pergi ke sekolah menggunakan

angkutan umum yang bayar hanya dengan Rp.2000. namun dengan adanya bus sekolah di rusunawa

rawa bebek, maka Ibu Ai tidak terlalu khawatir, baik dalam hal keamanan maupun uang saku anaknya.

Hal senada juga diungkapkan oleh orang tua dari salah satu pelajar yang setiap harinya menggunakan

bus sekolah, sebut saja ibu Diana

“enaknya di sini ada bus sekolah, ya ngeringanin lah. Coba kalo ga ada, mau naek apa anak saya? Di

sini ga ada angkot, mau ga mau naek ojek. Ojek ama tetangga ceban (sepuluh ribu), Grab (ojek online)

juga segitu” ucap Ibu Diana disela-sela obrolan penulis dengan Ibu Ai

“anak-anak di sini hampir semuanya menggunakan bus sekolah bu setiap berangkat dan pulang

sekolah?” tanya penulis kepada Ibu Ai dan Ibu Diana

“lah iya udah beda dong, kalo disono kita naek angkot, kalo di sini kita serba naek bis, anak sekolah

naek bis sekolah, emak-emaknya naeknya busway (Bus Transjakarta) kalo kemana-mana” Jawab Ibu

Ai dibarengi dengan tertawa

Kemudian ibu Ai juga bercerita walaupun untuk awal-awal direlokasi cukup sulit untuk bertahan hidup,

maka seiring berjalannya waktu ketika beliau sudah paham dengan keadaannya, beliau sudah dapat

mengatasi berbagai masalahnya serta sudah memiliki polanya sendiri dalam menyesuaikan diri dengan

keadaan yang baru sama sekali. Dengan banyaknya bantuan yang diberikan oleh pemprov DKI sebagai

pertanggungjawaban atas digusurnya rumah mereka, Ibu Ai merasa bersyukur dan dapat menata ulang

kehidupannya. Contohnya kini ibu Ai menjadi hidup lebih bersih karena memiliki hunian yang begitu

bagus dan bersih, Ibu AI juga bersykur karena saat ini memiliki tetangga baru sehingga beliau dapat

kembali membangun hubungan sosial seluas-luasnya. Kemudian, penataan ulang yang dilakukan terkait

dengan penggunaan KJP, bus Transjakarta maupun bus sekolah, menjadi salah satu pola yang terjadi

dalam proses adaptasi di Rusunawa Rawa Bebek. Apabila sebelumya ibu Ai menggunakan KJP untuk

membeli perlengkapan sekolah saja, maka kini untuk menyiasatinya beliau pun membeli sembako

Page 133: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxxvi

murah yang dapat dibeli menggunakan saldo KJP. Alasan Ibu Ai memakai saldo KJP untuk membeli

sembako murah adalah agar dapat meringankan pengeluaran rumah tangga setiap bulan.

Setelah sekitar 30 menit berbincang-bincang, Ibu AI dan Ibu Diana berpamitan dan segera menuju unit

huniannya masing-masing untuk mengurus keperluan rumah tangga mereka.

Sekitar pukul 07.00 penulis mencoba menyambangi blok burung. Sebelumnya penulis pernah sekali ke

blok ini, masih sama seperti sebelumnya blok ini begitu ramai. Penulis melihat penjual sayur yang

begitu ramai di kerumuni pembeli. Kemudian penulis melihat di selasar blok cendrawasih terdapat

sebuah puskesmas yang sedang tutup. Dengan kertas yang menempel di Kaca bertuliskan bahwa

pelayanan puskesmas tidak dipungut biaya apabila mmbawa fotokopi ktp dan fotokopi kk.

Sebelumnya penulis berfikir bahwa yang kurang dari rusunawa rawa bebek adalah tidak adanya sarana

kesehatan, namun hari ini penulis baru mengetahui bahwa selama ini ada puskesmas yang melayani

penghuni rusun dengan gratis.

Setelah mengamati puskesmas yang kala itu sedang tidak buka, penulis memutuskan untuk kembali ke

Blok A, sekiranya pukul 09.00 warung ibu nur telah dibuka. Dan keadaan rusun blok A dan B pun mulai

ramai terlebih di tempat menunggu bus. Kini penulis makin tidak bisa membedakan mana warga

relokasi Bukit Duri dan mana warga relokasi Pasar Ikan. karena semuanya berbaur berinteraksi di

selasar, di depan warung, di tempat menunggu bus maupun di lorong-lorong setiap lantai rusun.

Hari ini penulis memiliki janji untuk wawancara pak Mahadi setelah dzuhur, pada waktunya pun penulis

segera menyambangi unit hunian pak mahadi. Namun yang penulis dapati bukan pak mahadi,

melainkan istrinya. Istri pak mahadi mengatakan bahwa pak mahadi saat ini sedang mengantar

pelanggan ke daerah harapan indah, istri pak Mahadi pun mempersilahkan penulis menunggu di dalam

karena dirasa pak mahadi tidak akan lama maka penulis mengiyakan tawaran istri pak Mahadi.

Ketika itu istri pak Mahadi atau yang biasa dipanggil ibu siti, saat itu sedang masak sehingga penulis

ditinggal untuk beberapa lama tak lupa disuguhi minum dan camilan. Sekitar pukul 13.00 anak dari ibu

siti pulang sekolah, dengan malu-malu anak ibu siti yang bernama Dewi ini menyalami penulis

kemudian segera masuk ke kamar dan tidak keluar lagi. Setelah selesai masak ibu siti menyuruh Dewi

makan dan menawarkan penulis untuk ikut makan, namun penulis menolak karena sebelum ke rumah

ibu siti penulis makan dahulu.

Satu jam berlalu namun pak Mahadi belum juga pulang, ibu siti pun berinisiatif untuk menelpon pak

Mahadi. Dan ketika ditelepon ternyata pak mahadi mengatakan akan pulang selepas maghrib. Karena

pak mahadi mendadak diajak mengantar penumpang ke bekasi. Kemudian ibu siti pun menawarkan

untuk mewawancarai dirinya, karena kurang lebih dirinya tahu banyak mengenai kehidupan di Pasar

Ikan

*Akhirnya penulis memilih untuk mewawancarai ibu siti, transkip wawancara ibu siti dilampirkan

setelah transkip observasi ini

Setelah selesai mewawancarai ibu siti, penulis pun memutuskan untuk segera pulang, karena hari pun

mulai sore. Pukul 16.00 penulis menyudahi penelitian hari ini.

Page 134: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxxvii

Transkip Wawancara

Informan 7

Wawancara tanggal 14 Juli 2017

I. IDENTITAS INFORMAN

Nama : Siti Amini

Usia : 45

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga dan Suami bekerja sebagai tukang ojek serta

menjabat sebagai ketua RT

Jumlah anggota keluarga : memiliki 3 anak, 1 anak masih sekolah

II. KEHIDUPAN DI PASAR IKAN

Awal mula tinggal di Pasar Ikan?: asal mah saya lahir di luar batang, kalau orang tua

dari pandeglang. Jadi hidupnya di jakarta, punya rumah sedikit sedikit... terus disana kan

matok-matok tanah, rumah saya di luar batang dijual sama ipar trus berantem karena

rebutan terus denger denger ada tanah garap bisa matok yaudah tuh si bapak (suami) ikut

matok tanah trus mulai beli beli triplek alhamdulillah punya rumah sendiri jadi ga ngontrak.

Udah 16 tahun deh disitu, tahun 2000 udah jadi tuh, berarti 1999 kali yah, iya semuanya,

pertama-tamaa kita patungan 50.000an buat bikin jalanan trus nguruk ngambil tanah di

ancol rame-rame, sampe enak jalanannya motor udah bisa masuk. Waktu pindahan mah

saya nangis mulu karena ngga rela rumah udah bagus begini, sampe ngga mau makan tau...

ada 50an KK di RT 2.. akuarium? udah lama itumah, lama sebelum adanya kampung baru

Bagaimana lingkungan fisik Pasar Ikan?: kampung baru rumahnya udah bagus-bagus,

dulu mah rumah saya udah begini bagus, udah keramik. Cuman ya emang sih ga sebagus

di sini, ga serapih di sini. Di sana bangunanya pada tingkat tapi ya gitu jadi kamar-kamar

kecil pada ngontrakin rumahnya, jadi rame disana mah banyak pengontrak. Itu juga

jeleknya kita deket kali, yang kalinya kotor itu.

Bagaimana hubungan ketetanggaan di Pasar Ikan?: ya deket tapi ga deket-deket

banget, kalau saya mah jarang ngumpul-ngumpul karena saya kan kerja setiap hari... suka

ngobrol-ngobrol, kadang-kadang ngobrol-ngobrol di depan rumah saya kan ada terasnya

tuh depannya. Tapi saya ngga boleh ngomongin orang sama suami saya, suka ngomel si

bapak kalau ngomongin orang

Kegiatan-kegiatan gotong royong di Pasar Ikan?: ga ada lagi, Cuma itu doang gotong

royong bikin jalan sama mushola yang pas pertama pada matok. Kesininya mah udah ga

ada lagi... kerja bakti ada tapi jarang-jarang, siskamling juga kadang-kadang ada, kadang

nggak. Dulu pernah ada trus bubar. Jadi masing-masing aja jaga keamanan. Kalo di sana

kurang sih gotong royong nya...maulidan jarang-jarang, kalau yang setiap tahunnya ada itu

di masjid kramat luar batang.

Aturan-aturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat di Pasar Ikan?: ga ada

aturan-aturan sih, cuek aja kita disana masing-masing aja asal ngga ganggu kita juga ga

bakal ganggu... ga ada, kita masing-masing aja. Kalo ada masalah narkoba atau tawuran

gitu ga ada yang ngelaporin ke RT atau RW... gaenak kalo sama tetangga begitu, biarin aja

dia kena ciduk sendiri. Lagian RT nya juga begitu si, mangkanya si bapak jadi RT di sini

Page 135: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxxviii

peraturannya ketat. Kita kan di rumah orang ya sekarang jangan sampe kita ngerusak daerah

atau nama rusun rawa bebek... biasa aja sih di sana mah, ga pernah ngelarang-ngelarang

kita sama tetangga. Kalo ada apa apa sama tetangga juga saya mah ga boleh ngomong-

ngomongin gitu. Jadi ya diem diem aja

Kebiasaan-kebiasaan di Pasar Ikan?: waktu di Pasar Ikan mah ga kebanyakan mikir buat

ini itu, misalnya kita mau jalan-jalan yaudah tinggal jalan, kadang ke mangga dua sekedar

makan makan, nonton mah ngga. Trus ke ragunan. Kalau disini mah udah gapernah

kemana-mana, kemarin diajakin jalan-jalan kemana gitu lupa, gamau saya, mendingan

uangnya buat belanja... saya ga suka nabung , paling saya suka beli perhiasan. Saya suka

sih beli perhiasan, gatau kenapa hobi aja ngumpulin perhiasan... ,suka main arisan juga

seminggu 300.000, dapetnya 13 juta... kalo kebiasaan buruknya suka pada buang sampah

ke kali, malah ada yang rumahnyaga bikin septictank jadi buangnya langsung ke kali kan

jorok ya... kalau anak-anak mudanya rada bandel-bandel, suka pada nongkrong-nongkrong

di samping museum, ya biasalah anak muda kalo udah nongkrong-nongkrong.

Pendapatan dan pengeluaran di Pasar Ikan?: bapak ngojek, kalau saya kerja momong

anak, nyuci, gosok di daerah pasar pagi. Bantuin bapak lah daripada nganggur ya, saya mah

emang dari gadis maunya kerja aja. Saya udah berapa tahun kerja di pasar pagi itu, pas

pindah kesini bapak ngga mau nganter karena jauh, cape naek motor. Udah jadi berenti gitu

aja,nyesel banget disini jadi nganggur deh. Padahal bosnya baik banget loh itu... enak,

bukan gampang lagi di sana mah cari duitnya. Bapaknya banyak langganan disana, nganter-

nganter yang beli sayur, trus kalau ada orang kapal kalo ngasih duit bisa sampe 150.000

sehari . Lumayan lah kalau ada kapal dateng lumayan. Jadi bapak sehari bisa dapet sampe

200.000, belum termasuk yang langganan. bapak ngojek nganter anak sekolah 2 orang,

sebulan 300.000 buat satu orangnya lumayan dah. Terus saya kerja dibayarnya bulanan

700.000. Daripada disini aduh saya suka nangis tau, kalau disini mah boro-boro dah, nih

seharian ini aja ga ngojek bapaknya, baru dapet ini nganter ke cikarang... Listrik juga murah

bayarnya kan Cuma 450 watt. Ini mah aduh beli listrik paling 23.000 masuknya cuma

13.000 Kwh. Pokoknya enak di kampung baru dah.. , Cuma emang di sana lebih boros buat

belanja sama jajan, karena kita namanya ada duit ya. kalau saya kan masak kalau minggu

aja yaa, jadi kalo hari-hari makan paling beli. Beli soto atau pecel lele, habis 35 buat bertiga

sekali makan. Seminggu sekali aja saya belanja, penuhin kulkas... 2 minggu sekali ke tanah

abang beli baju... hahaha ya gitu, paling beli yang 300an. Kalau gajian kan belanja, disini

mah boro-boro. Makan makan juga alhamdulillah, kalau disini mah...

III. PERUBAHAN YANG DIRASAKAN SELAMA DI RUSUNAWA RAWABEBEK

Bagaimana lingkungan fisik Rusunawa Rawa Bebek?: bagus sih di sini, mendingan

deh daripada di lajang, lajang mah ga ada kamarnya. Kalo ini tuh ada dua kamarnya, ada

dapurnya enak masak ga di luar. Walaupun ga ada liftnya tapi bagus sih rumahnya.

Bagaimana hubungan ketetanggaan di Rusunawa Rawa Bebek?: tetangganya di sini

baru lagi, mencar semua, beda beda RT kita dulunya, waktu di lajang juga gitu emang

udah dicampur semua. Tapi enak saya malah seneng jadi banyak kenalnya. iya ada yang ke

marunda juga... ngga ngerasa tetangga berkurang juga, malah nambah dari bukit duri. Kalau

ketemu suka nyapa, ramah-ramah kok, baik muda maupun tua. suka nyapa kalau ketemu...

Suka ngobrol juga, orang Bukit Duri baek-baek bener. Mau deket sama orang baru gitu.

Suka berbagi, suka tolong menolong kalo ada yang susah, suka jenguk kalo ada yang sakit...

ada nih yang orang bukit duri bae bener, nenek-nenek suka ngasih kalau ada makanan,

kadang saya gaenak ya karena saya lebih muda terus saya juga boro-boro ngasih ke dia.

Bae banget tau, waktu mau lebaran ngasih daging, suka dianterin, mana daging udah

Page 136: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxxix

mateng tinggal makan, ini juga kue dikasih 2 toples, saya mah ngga bisa kebeli. Saya kan

jadi gaenak ya, malu soalnya saya gabisa kasih apa apa. Paling saya Cuma bisa kasih timun

suri yang kemaren dipanen sama bapak. itu iseng aja tanem timun suri, pas udah panen

banyak yang minta ya dikasih aja, kadang ada yang mau bayarin tapi saya bilang gausah

ya berbagi aja ama tetangga ya. dulu jarang kalau warga pasar ikan mah bagi-bagi gitu.

Kegiatan-kegiatan gotong royong sebagai penghuni rusun?: ya itu kita saling bantu

kalo ada yang kesusahan, terus kalau ada kegiatan-kegiatan kaya 17an itu bareng-bareng

sama Bukit Duri. Terus kan bapak ngadain kerja bakti setiap minggunya, terus kadang ada

gerakan kepedulian indonesia itu bikin-bikin acara gitu di RPTRA. Karang tarunanya aktif

ngajarin anak-anak di perpustakaan RPTRA, sama ngajarin ngaji anak-anak kalo maghrib.

Ada juga yang ngadain kelas menari gitu si yang saya denger dari si Dewi. Cuma kalo

pengajian ibu-ibu belom ada di sini, udah ada si yang ngomong ke RW biar sampein ke

warganya. Cuma belom dapet ustadzahnya. Jadi saya sementara kalo mau pengajian di sini

ikut ke pengajian di Pulogebang bareng sama bu RW.

Aturan-aturan yang berlaku di Rusunawa Rawa Bebek?: banyak di sini aturannya,

bayar rusun, jaga kebersihan, ga boleh ngerusak, ga boleh bawa narkoba atau miras,

menjaga hubungan harmonis dengan tetangga tuh yang saya inget waktu baca surat

perjanjiannya. Kalo si bapak bikin aturan sama pak RW nya biar kita ingetin terus ke warga

biar ga jorok, apalagi yang dagang di bawah harus jaga kebersihan. Terus ngga boleh

nongkrong-nongkrong kalo udah tengah malem, takutnya nanti dicurigain sama pengelola.

IV. ADAPTASI YANG DILAKUKAN TERHADAP PERUBAHAN

Adaptasi terhadap perubahan lingkungan fisik?: Bersih sih di sini, beda sama kampung

baru, orang-orangnya dulu buang sampah ke kali. Kalo di sini mau buang ke kali mana

coba?... Enak di sini bersih rapih teratur kita. Jadi ga Cuma rumahnya doang kita dikasih

bagus, tapi kita diajarin bersih juga di sini... palingan kalo saya mah jadi males keluar aja

karena cape naek turun tangga, jadi kalo abis belanja langsung naek ke atas udah ga turun-

turun lagi.

Adaptasi terhadap perubahan lingkungan sosial?: Kita semenjak di sini jadi mau deket

sama orang baru gitu. Suka berbagi, suka tolong menolong kalo ada yang susah, suka

jenguk kalo ada yang sakit... ih iya tau saya mah biasanya di Pasar Ikan ya tetangga sakit

juga kita ga tau, tapi orang Bukit Duri mah tau loh kalo ada tetangganya yang sakit apa

kesusahan, jadi kitanya juga jadi ikut suka tolong menolong... iya saya deket, malah dulu

sama tetangga ga ada yang sedeket ini,ga ada yang se bae ini juga soalnya. Kitanya jadi

kebawa sama kebiasaannya Bukit Duri suka bagi-bagi makanan misalnya, ya paling ngga

kaga cuek dah ama tetangga. Biar kata ngomongnya rada kasar tapi rasa kebersamaannya

jadi berasa di sini bener deh.

Adaptasi terhadap aturan-aturan di Rusunawa Rawa Bebek?: banyak di sini mah, kita

yang biasanya hidup kaga banyak aturan sekarang banyak aturan dari pengelola, gaboleh

ini itu. Terus musti bayar ini itu, jadinya banyak yang berubah. Ada yang jadi males keluar

rumah karena cape naek turun tangga kaya saya, jadi saya deketnya sama yang selantai

biasanya. Terus kita di sini lebih bersih ya, walaupun enakan di kampung baru tapi beda

bersihnya di sini kita ga buang sampah ke kali... karena di sini juga si bapak susah cari

duitnya, banyak yang kita batesin, kita jadi belajar hidup hemat, ngatur keuangan gimana

biar cukup buat bayar rusun, beli listrik, bayar air. mangkanya dewi juga jajannya dibatesin

10rb aja sehari berangkat sekolah dianter bapaknya, pulang sekolah naek BS, untung

anaknya ngerti tau, terus makan ga boleh beli, jadinya mendingan masak lebih irit. KJPnya

dewi dipake buat beli sembako murah, soalnya dewi kan masuk negeri jadi ngga kepake

Page 137: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxxx

buat bayaran sekolah... listrik juga sekarang lebih dihemat, udah ga pake mesin cuci trus

jarang nonton tv juga di sini mah. Kalau di sana mah ga terlalu mikirin listrik, mesin cuci

juga tiap hari saya pakai, air juga enak bayarnya Ya gitu nyiasatinnya sekarang mah biar

kita betah tinggal di sini.

Page 138: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxxxi

Transkip Wawancara

Informan 8

Wawancara tanggal 20 september 2017

I. IDENTITAS INFORMAN

Nama : Mpok Yati

Usia : 45

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga dan pedagang mie ayam

Jumlah anggota keluarga : memiliki 3 anak yang masih sekolah

Ketika di Pasar Ikan tinggal di RT 12, di Rusunawa Rawa Bebek tinggal di

Blok B

II. KEHIDUPAN DI Pasar Ikan

Bagaimana lingkungan fisik Pasar Ikan?: ya namanye dulu mah kampung rame (padat)

ye rumahnya banyak, orangnya juga banyak. Rame gitu dah, apalagi Pasar Ikan kan 24 jam

tuh. Di kampung akuarium tuh orang-orangnya ga pada mikirin kebersihan, kan akuarium

mah deket banget sama pasarnya tuh jadi kotor banget, kalo ujan becek terus bau dah.

Kampung baru juga samanya, kampung baru kumuhnya karna rumahnya di pinggir kali.

Orang-orang pada suka males buang sampah ke depan, jadinya pada buang sampah di kali.

Kalinya lu tau ga? Jorok tau... Ya seneng mah di pasar ikan, lah buset udah jadi kampung

sendiri namanya udah bertahun-tahun disana. Udah enak ga bayar rumah, walaupun

lingkungannya begitu kan berantakan banget tapi ya udah nyaman aja disana

Bagaimana hubungan ketetanggaan di Pasar Ikan?: Deket sih deket, karena kita udah

lama tinggal disitu aja kali ya. cuma ya gitu sebenernya mah pada cuek-cuek banget. Terus

sama tetangga juga suka pada berantem, suka pada sengkek dah orangnya. Kalo di sini kan

ngga, ga banyak masalah sama tetangga. Kaya saya sama orang Bukit Duri nih tetangga

samping saya nih bae bener kalo lagi masak banyak gitu suka pada ngasih ke tetangga, lah

yang dipasar ikan mah kita kelaperan juga ibarat kata ya dicuekin aja. Lebih masing-masing

aja di Pasar Ikan, berasa si bedanya.

Kegiatan-kegiatan gotong-royong dan kemasyarakatan di Pasar Ikan?: Oh kalau di

deket-deket rumah saya mah ngga ada pengajian, kalau mau ikut pengajian paling ikut ke

pengajian ibu-ibu di luar batang atau di kampung baru kayaknya ada deh

Kebiasaan-kebiasaan remaja di Pasar Ikan?: Yah jangan ditanya itumah, tawuran

sering sama anak muara baru ato ga sama anak luar batang, kalo narkoba yah sama aja sih

beberapa orang ada yg kena kasus narkoba, nah kalo minum-minum tuh banyak. Tiap

malem minggu pada nongkrong-nongkrong depan museum tuh trus belinya di pasar ikan

kan deket tuh ya.

Aturan-aturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat di Pasar Ikan?: Cuek

cuek aja sih kalo ada yang minum-minum ga pada ngusir, kalo yang narkoba mah ga

terang2an kan. Makenya ngumpet2, tau tau nanti mah ketangkep aja kalo ga ketangkep ya

mati. Di sono mah bebas-bebas aja tau suka-suka aja lah. Kaya misalnya di sono juga mau

genjrang genjreng (main gitar) apa ga dengerin dangdutan pake speaker kenceng-kenceng

Page 139: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxxxii

juga ga ada yang ngelarang. Lah kalo di sini coba berisik sedikit nih, langsung pengelola

atau security dateng dah ngegedor ngebilangin gaboleh berisik.

III. PERUBAHAN YANG DIRASAKAN SELAMA DI RUSUNAWA RAWABEBE.K

Bagaimana lingkungan fisik Rusunawa Rawa Bebek?: ya disini lebih bersih sih, ya

cakep lah rumahnya bagus... Ya kalau dulu kan rumah saya lingkungannya ga kaya gini,

kalo soal bersih mah disini lebih bersih deh

Bagaimana hubungan ketetanggaan di Rusunawa Rawa Bebek?: Kalau tetangga disini

saya ada yang tetangga baru, ada yang tetangga di pasar ikan. Di lantai ini tetangga saya

pasar ikan semua, tapi dulu kita ga se RT. Kalo diatas nih (lantai 4) itu orang bukit duri

semua... Hmm saya mah deket sama sape aje, sama orang bukit duri juga saya suka negor

biar kata kita kaga kenal ya kita namanya tinggal se daerah sekarang masa ga coba buat

sosialisasi... Ga kok, tetangganya ternyata bae bae bener. Yang orang pasar ikan misalnye

kita tau muka doang disini jadi tetangga, dan ternyata orangnya baik, diajak ngobrolnya

enak. Kalo kita pintu kebuka atau lagi nyapu ngepel di depan sini suka negor. Intinya ga

cuek cuek kaya tetangga saya dulu.

Kegiatan-kegiatan gotong royong sebagai penghuni rusun?: Di sini ada PKK sekarang,

ada kan tuh tugas pokoknya kita harus gotong royong, banyak deh kegiatannya ada

pengajian ibu-ibu, anak-anak, anak anak tanggung juga ada. Diajarin marawisan gitu

bareng sama Bukit Duri... ada kerja bakti tiap minggunya soalnya kan petugas

kebersihannya libur tuh kalo minggu jadinya kita adain kerja bakti di sini... pokoknya di

sini aktif deh.

Aturan-aturan yang berlaku di Rusunawa Rawa Bebek?: beuh banyak aturan di sini...

kaya tadi saya bilang di sini ga boleh berisik sedikit... terus kaya misalnya kebersihan di

sini kita diatur juga, klo pengelola liat depan rumahnya berantakan gitu langsung ditegor

kita, terus dibawah nih kita kan jualan ya kalo depan dagangannya kotor langsung ditegor

juga. Pengelola kalo hari kerja rajin banget keliling. Makanya kalo kata saya mah kita di

sini dididik bener-bener, biar ga urakan kaya waktu di Pasar Ikan.

IV. ADAPTASI YANG DILAKUKAN TERHADAP PERUBAHAN

Adaptasi terhadap perubahan lingkungan fisik?: Ya gitu awal2 pada nganggur, yang

dulunya dagang sempet berenti tuh waktu baru2 dipindahin ke lajang, ada juga tetangga

gua yang sempet dagangnya tetep di pasar ikan trus pulangnya kesini tapi lama2 orang juga

mikir kok cape amat bolak balik pasar ikan kesini jauh, udah berapa jam aja itu dijalan.

Nah kalo sekarang nih dari yang gua rasain udah mulai ada kemajuan, dagangan udah mulai

rame yang beli, karena kan sekarang yang bukit duri udah pada dipindahin kesini jadi ada

aja yang beli, kalau dulu mah waktu di lajang orang2 pasar ikan doang isinya, sama sama

susahnya ama kita jadi kan dulu pikirannya daripada beli makan mendingan masak. Jadi

yang dagang sepi pembeli, pas dipindahin kesini karena udah nyampur ama warga bukit

duri, yang pada dagang jadi pada banyak yang beli rata2 orang bukit duri.

Adaptasi terhadap perubahan lingkungan sosial?: Ga kok, di sini tetangganya ternyata

bae bae bener. Yang orang pasar ikan misalnye kita tau muka doang pas disini jadi tetangga,

dan ternyata orangnya baik, diajak ngobrolnya enak. Kalo kita pintu kebuka atau lagi nyapu

ngepel di depan sini suka negor. Intinya ga cuek cuek kaya tangga saya dulu. Jadi kita suka

negor sama tetangga, suka bantu juga... (dengan warga dari Bukit Duri) Bae ko sama juga,

cuman kan orang bukit duri kayak orang betawi, ngomongnya gue gue. Kadang suka

kebawa nih tetangga saya orang pasar ikan ga biasa ngomong betawi tapi pas disini tinggal

selantai sama orang bukit duri bahasanya jadi ke betawian... ya namanya hidup tetanggaan

ya jadi begitu lingkungan kan banyak kepengaruh. Lingkungan sosial itu pengaruh banget

loh buat sikap sama pribadi orang. Hehe kaya orang bener ye gue ngomong

Page 140: DARI RUMAH KUMUH KE RUMAH SUSUN (Studi Tentang Pola

cxxxiii

Adaptasi terhadap aturan-aturan di Rusunawa Rawa Bebek?: Namanya sekarang kita

banyak tanggungannya kan bayar kontrakan, bayar aer, beli pulsa listrik. Ya jadi kita cari-

cari tambahan lah. Jangan disamain kaya masih di Pasar Ikan ye, di Pasar Ikan kita kaga

kerja juga ada kontrakan tiap bulan barang gope (Rp.500.000) mah megang, belom laki kita

kerja kan, bayar listrik murah kita cuma 450watt kan, paling sebulan berapa si... ya sama

aturan mah kita taat ya, daripada kita gapunya rumah kan. Jadi yang ngga biasa kita biasa

biasain, misalnya kaya di sono kita ga biasa kerja bakti, di sini kita biasain kerja bakti

bebersih... ya lu tempatin diri dah di mana lu tinggal. Di Pasar Ikan lu boleh bebas, di sini

kalo ga boleh ya ga boleh, saya sendiri mah ikutin aja sih selagi aturannya baik buat saya,

kan kaya ini kita sebenernya diajarin lebih tertib gitu