DATOPIK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

refrat

Citation preview

1. http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/dermatitis-atopik.pdf2. http://med.unhas.ac.id/ikkk/downloadnya/kolonisasi_mikroorganisme.pdf3. http://eprints.undip.ac.id/31178/3/Bab_2.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/31178/4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25718/4/Chapter%20II.pdf5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25618/4/Chapter%20II.pdf6. http://eprints.undip.ac.id/24412/1/Bagus.pdf7. http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/KETIDAKSEIMBANGAN%20TH-2%20DAN%20TH-1%20PADA%20DERMATITIS%20ATOPIK.pdf8. http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/1041/Biomedika_Vol.2_No.2_1_Sulistyani.pdf?sequence=19. http://www.ui.ac.id/download/guru_besar/Prof_Dr_dr_Siti_Aisah_Boediardja.pdf10. http://publikasi.umy.ac.id/index.php/pend-dokter/article/viewFile/4870/417411. http://id.wikipedia.org/wiki/Eksim Dermatitis atopik: salah satu jenis eksim yang paling sering dijumpai dan merupakan penyakit turunan. Dermatitis atopik umumnya dimulai ketika bayi dan masih anak-anak dengan gejala berupa gatal, radang kulit, dan pada sebagian penderita sering timbul asma dan demam hay (hay fever).[2] Dermatitis kontak: meliputi dermatitis kontak alergik dan iritan. Dermatitis kontak alergik disebabkan oleh reaksi kekebalan tertunda (delayed immune system) akibat kontak kulit dengan senyawa alergenik sehingga menyebabkan radang kulit dalam 48 jam setelah paparan terjadi. Beberapa agen penyebab eksim jenis ini adalah jelatang, parfum, pengawet kosmetik, metal, dan pewarna. Dermatitis kontak iritan terjadi karena paparan senyawa iritan yang dapat merusak kulit secara kimiawi, contohnya sabun keras, detergen, dan produk pembersih lainnya. Senyawa iritan tersebut dapat menghilangkan minyak dan kelembaban dari lapisan luar kulit, kemudian merusak lapisan pelindung dan memicu terjadinya peradangan.[2] Eksim numular: beberapa plak eksim yang biasanya berhubungan dengan kulit kering dan terjadi pada bagian luar dari kaki, tangan, dan lengan.[2] Eksim stasis: jenis eksim kronis pada daerah bawah kaki bagian dalam yang berkaitan dengan varises.[2]GejalaGejala utama dari timbulnya eksim ringan adalah daerah halus, sedikit memerah kering, bersisik, dapat menimbulkan gatal ataupun tidak, dan biasanya terdapat pada kaki atau lengan.[3]

HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/Eksim" \l "cite_note-tiga-4" [4] Pada penderita eksim akut, kulit akan mengalami gatal yang intens, biasanya terjadi di bagian depan siku, belakang lutut, dan wajah.[3] Namun, setiap daerah kulit mungkin terpengaruh. Selanjutnya, kulit menjadi lebih sensitif terhadap kain gatal, terutama wol.[3] Pada musim dingin, eksim akan menjadi makin parah karena udara di dalam ruangan sangat kering.[3]Faktor yang MempengaruhiBeberapa material yang dapat memperburuk eksim adalah pasir, debu, deterjen, sabun, busa sabun, parfum, stres, gangguan emosi, klorin, serta penggarukan dan penggosokan.[4] Suhu lingkungan yang ekstrem, seperti cuaca dingin dengan kelembaban yang rendah dan udara kering, juga memperburuk penyakit ini.[4] Pada beberapa kasus, alergi terhadap makanan juga memengaruhi eksim. Contohnya makanan seperti susu sapi, ikan, telur, jeruk, kacang, dan gandum.[4]PengobatanEksim ringan tidak memerlukan pengobatan, tetapi hidrasi kulit harus dijaga supaya tidak terlalu kering. Di antaranya dengan menggunakan krim hidrokortison pada area kulit yang terinfeksi beberapa kali dalam sehari.[3] Untuk penderita eksim akut, dapat menggunakan krim steroid atau obat antihistamin untuk mencegah atau mengontrol rasa gatal.[3] Beberapa pengobatan lain untuk mengatasi eksim meliputi kompres dingin, antibiotik, kortikosteroid, dan fototerapi

12. http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/05/17/dermatitis-atopik/ Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kulit reaksi inflamasi yang didasari oleh faktor herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan gejala eritema, papula, vesikel, kusta, skuama dan pruritus yang hebat. Bila residif biasanya disertai infeksi, atau alergi, faktor psikologik, atau akibat bahan kimia atau iritan.

Dermatitis atopik atau eksema adalah peradangan kronik kulit yang kering dan gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak. Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur. Penyakit ini dialami sekitar 10-20% anak. Umumnya episode pertama terjadi sebelum usia 12 bulan dan episode-episode selanjutnya akan hilang timbul hingga anak melewati masa tertentu. Sebagian besar anak akan sembuh dari eksema sebelum usia 5 tahun. Sebagian kecil anak akan terus mengalami eksema hingga dewasa.

Penyakit ini dinamakan dermatitis atopik oleh karena kebanyakan penderitanya memberikan reaksi kulit yang didasari oleh IgE dan mempunyai kecenderungan untuk menderita asma, rinitis atau keduanya di kemudian hari yang dikenal sebagai allergic march. Walaupun demikian, istilah dermatitis atopik tidak selalu memberikan arti bahwa penyakit ini didasari oleh interaksi antigen dengan antibodi. Nama lain untuk dermatitis atopik adalah eksema atopik, eksema dermatitis, prurigo Besnier, dan neurodermatitis.

Diperkirakan angka kejadian di masyarakat adalah sekitar 1-3% dan pada anak < 5 tahun sebesar 3,1% dan prevalensi DA pada anak meningkat 5-10% pada 20-30 tahun terakhir.

Sangat mungkin peningkatan prevalensi ini berasal dari faktor lingkungan, seperti bahan kimia industri, makanan olahan, atau benda asing lainnya. Ada dugaan bahwa peningkatan ini juga disebabkan perbaikan prosedur diagnosis dan pengumpulan data.

PATOGENESISSampai saat ini etiologi maupun mekanisme yang pasti DA belum semuanya diketahui, demikian pula pruritus pada DA. Tanpa pruritus diagnosis DA tidak dapat ditegakkan. Rasa gatal dan rasa nyeri sama-sama memiliki reseptor di taut dermoepidermal, yang disalurkan lewat saraf C tidak bermielin ke saraf spinal sensorik yang selanjutnya diteruskan ke talamus kontralateral dan korteks untuk diartikan. Rangsangan yang ringan, superfisial dengan intensitas rendah menyebabkan rasa gatal, sedangkan yang dalam dan berintensitas tinggi menyebabkan rasa nyeri. Sebagian patogenesis DA dapat dijelaskan secara imunologik dan nonimunologik.

Multifaktor DA mempunyai penyebab multi faktorial antara lain faktor genetik, emosi, trauma, keringat, imunologik

Respon Imun Sistemik Terdapat IFN-g yang menurun. Interleukin spesifik alergen yang diproduksi sel T pada darah perifer (interleukin IL-4, IL-5 dan IL-13) meningkat. Juga terjadi Eosinophilia dan peningkatan IgE.

Imunopatologi Kulit Pada DA, sel T yang infiltrasi ke kulit adalah CD45RO+. Sel T ini menggunakan CLA maupun reseptor lainnya untuk mengenali dan menyeberangi endotelium pembuluh darah. Di pembuluh darah perifer pasien DA, sel T subset CD4+ maupun subset CD8+ dari sel T dengan petanda CLA+CD45RO+ dalam status teraktivasi (CD25+, CD40L+, HLADR+). Sel yang teraktivasi ini mengekspresikan Fas dan Fas ligand yang menjadi penyebab apoptosis. Sel-sel itu sendiri tidak menunjukkan apoptosis karena mereka diproteksi oleh sitokin dan protein extracellular matrix (ECM). Sel-sel T tersebut mensekresi IFN g yang melakukan upregulation Fas pada keratinocytes dan menjadikannya peka terhadap proses apoptosis di kulit. Apoptosis keratinocyte diinduksi oleh Fas ligand yang diekspresi di permukaan sel-sel T atau yang berada di microenvironment Respon imun kulit Sel-sel T baik subset CD4+ maupun subset CD8+ yang diisolasi dari kulit (CLA+ CD45RO+ T cells) maupun dari darah perifer, terbukti mensekresi sejumlah besar IL-5 dan IL-13, sehingga dengan kondisi ini lifespan dari eosinofil memanjang dan terjadi induksi pada produksi IgE. Lesi akut didominasi oleh ekspresi IL-4 dan IL-13, sedangkan lesi kronik didominasi oleh ekspresi IL-5, GM-CSF, IL-12, dan IFN-g serta infiltrasi makrofag dan eosinofil.

Genetik Pengaruh gen maternal sangat kuat. Ada peran kromosom 5q31-33, kromosom 3q21, serta kromosom 1q21 and 17q25. Juga melibatkan gen yang independen dari mekanisme alergi. Ada peningkatan prevalensi HLA-A3 dan HLA-A9. Pada umumnya berjalan bersama penyakit atopi lainnya, seperti asma dan rhinitis. Resiko seorang kembar monosigotik yang saudara kembarnya menderita DA adalah 86%.

Reaksi imunologis DASekitar 70% anak dengan DA mempunyai riwayat atopi dalam keluarganya seperti asma bronkial, rinitis alergi, atau dermatitis atopik. Sebagian besar anak dengan DA (sekitar 80%), terdapat peningkatan kadar IgE total dan eosinofil di dalam darah. Anak dengan DA terutama yang moderat dan berat akan berlanjut dengan asma dan/atau rinitis alergika di kemudian hari (allergic march), dan semuanya ini memberikan dugaan bahwa dasar DA adalah suatu penyakit atopi.

Ekspresi sitokinKeseimbangan sitokin yang berasal dari Th1 dan Th2 sangat berperan pada reaksi inflamasi penderita Dermatitis Atopik (DA). Pada lesi yang akut ditandai dengan kadar Il-4, Il-5, dan Il-13 yang tinggi sedangkan pada DA yang kronis disertai kadar Il-4 dan Il-13 yang lebih rendah, tetapi kadar Il-5, GM-CSF (granulocyte-macrophage colony-stimulating factor), Il-12 dan INFg lebih tinggi dibandingkan pada DA akut.

Anak dengan bawaan atopi lebih mudah bereaksi terhadap antigen lingkungan (makanan dan inhalan), dan menimbulkan sensitisasi terhadap reaksi hipersentivitas tipe I. Imunitas seluler dan respons terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat akan menurun pada 80% penderita dengan DA, akibat menurunnya jumlah limfosit T sitolitik (CD8+), sehingga rasio limfosit T sitolitik (CD 8+) terhadap limfosit T helper (CD4+) menurun dengan akibat kepekaan terhadap infeksi virus, bakteri, dan jamur meningkat.

Di antara mediator yang dilepaskan oleh sel mast, yang berperan pada pruritus adalah vasoaktif amin, seperti histamin, kinin, bradikinin, leukotrien, prostaglandin dan sebagainya, sehingga dapat dipahami bahwa dalam penatalaksanaan DA, walaupun antihistamin sering digunakan, namun hasilnya tidak terlalu menggembirakan dan sampai saat ini masih banyak silang pendapat para ahli mengenai manfaat antihistamin pada DA.

Trauma mekanik (garukan) akan melepaskan TNF-a dan sitokin pro inflammatory lainnya di epidermis, yang selanjutnya akan meningkatkan kronisitas DA dan bertambah beratnya eksema.

Antigen Presenting CellsKulit penderita DA mengandung sel Langerhans (LC) yang mempunyai afinitas tinggi untuk mengikat antigen asing (Ag) dan IgE lewat reseptor FceRI pada permukaannya, dan beperan untuk mempresentasikan alergen ke limfosit Th2, mengaktifkan sel memori Th2 di kulit dan yang juga berperan mengaktifkan Th0 menjadi Th2 di dalam sirkulasi.

Faktor non imunologis Faktor non imunologis yang menyebabkan rasa gatal pada DA antara lain adanya faktor genetik, yaitu kulit DA yang kering (xerosis). Kekeringan kulit diperberat oleh udara yang lembab dan panas, banyak berkeringat, dan bahan detergen yang berasal dari sabun. Kulit yang kering akan menyebabkan nilai ambang rasa gatal menurun, sehingga dengan rangsangan yang ringan seperti iritasi wol, rangsangan mekanik, dan termal akan mengakibatkan rasa gatal.

FAKTOR-FAKTOR PENCETUSMakananBerdasarkan hasil Double Blind Placebo Controlled Food Challenge (DBPCFC), hampir 40% bayi dan anak dengan DA sedang dan berat mempunyai riwayat alergi terhadap makanan. Bayi dan anak dengan alergi makanan umumnya disertai uji kulit (skin prick test) dan kadar IgE spesifik positif terhadap pelbagai macam makanan. Walaupun demikian uji kulit positif terhadap suatu makanan tertentu, tidak berarti bahwa penderita tersebut alergi terhadap makanan tersebut, oleh karena itu masih diperlukan suatu uji eliminasi dan provokasi terhadap makanan tersebut untuk menentukan kepastiannya.

Alergen hirupAlergen hirup sebagai penyebab DA dapat lewat kontak, yang dapat dibuktikan dengan uji tempel, positif pada 30-50% penderita DA, atau lewat inhalasi. Reaksi positif dapat terlihat pada alergi tungau debu rumah (TDR), dimana pada pemeriksaan in vitro (RAST), 95% penderita DA mengandung IgE spesifik positif terhadap TDR dibandingkan hanya 42% pada penderita asma di Amerika Serikat. Perlu juga diperhatikan bahwa DA juga bisa diakibatkan oleh alergen hirup lainnya seperti bulu binatang rumah tangga, jamur atau ragweed di negara-negara dengan 4 musim.

Infeksi kulitPenderita dengan DA mempunyai tendensi untuk disertai infeksi kulit oleh kuman umumnya Staphylococcus aureus, virus dan jamur. Stafilokokus dapat ditemukan pada 90% lesi penderita DA dan jumlah koloni bisa mencapai 107 koloni/cm2 pada bagian lesi tersebut. Akibat infeksi kuman Stafilokokus akan dilepaskan sejumlah toksin yang bekerja sebagai superantigen, mengaktifkan makrofag dan limfosit T, yang selanjutnya melepaskan histamin. Oleh karena itu penderita DA dan disertai infeksi harus diberikan kombinasi antibiotika terhadap kuman stafilokokus dan steroid topikal.

MANIFESTASI KLINIS Umumnya gejala DA timbul sebelum bayi berumur 6 bulan, dan jarang terjadi di bawah usia 8 minggu. Dermatitis atopik dapat menyembuh dengan bertambahnya usia, tetapi dapat pula menetap bahkan meluas dan memberat sampai usia dewasa. Terdapat kesan bahwa makin lama dan makin berat dermatitis yang diderita semasa bayi makin besar kemungkinan dermatitis tersebut menetap sampai dewasa, sehingga perjalanan penyakit dermatitis atopik sukar diramalkan.

Terdapat tiga bentuk klinis dermatitis atopik, yaitu bentuk infantil, bentuk anak, dan bentuk dewasa.

Bentuk infantil Secara klinis berbentuk dermatitis akut eksudatif dengan predileksi daerah muka terutama pipi dan daerah ekstensor ekstremitas. Bentuk ini berlangsung sampai usia 2 tahun. Predileksi pada muka lebih sering pada bayi yang masih muda, sedangkan kelainan pada ekstensor timbul pada bayi sel sudah merangkak. Lesi yang paling menonjol pada tipe ini adalah vesikel dan papula, serta garukan yang menyebabkan krusta dan terkadang infeksi sekunder. Gatal merupakan gejala yang mencolok sel bayi gelisah dan rewel dengan tidur yang terganggu. Pada sebagian penderita dapat disertai infeksi bakteri maupun jamur.

Bentuk anak Seringkali bentuk anak merupakan lanjutan dari bentuk infantil, walaupun diantaranya terdapat suatu periode remisi. Gejala klinis ditandai oleh kulit kering (xerosis) yang lebih bersifat kronik dengan predileksi daerah fleksura antekubiti, poplitea, tangan, kaki dan periorbita.

Bentuk dewasa DA bentuk dewasa terjadi pada usia sekitar 20 tahun. Umumnya berlokasi di daerah lipatan, muka, leher, badan bagian atas dan ekstremitas. Lesi berbentuk dermatitis kronik dengan gejala utama likenifikasi dan skuamasi.

Stigmata pada dermatitis atopik Terdapat beberapa gambaran klinis dan stigmata yang terjadi pada DA, yaitu: White dermatographism Goresan pada kulit penderita DA akan menyebabkan kemerahan dalam waktu 10-15 detik diikuti dengan vasokonstriksi yang menyebabkan garis berwarna putih dalam waktu 10-15 menit berikutnya.

Reaksi vaskular paradoksal Merupakan adaptasi terhadap perubahan suhu pada penderita DA. Apabila ekstremitas penderita DA mendapat pajanan hawa dingin, akan terjadi percepatan pendinginan dan perlambatan pemanasan dibandingkan dengan orang normal.

Lipatan telapak tangan Terdapat pertambahan mencolok lipatan pada telapak tangan meskipun hal tersebut bukan merupakan tanda khas untuk DA.

Garis Morgan atau Dennie Terdapat lipatan ekstra di kulit bawah mata.

Sindrom buffed-nail Kuku terlihat mengkilat karena selalu menggaruk akibat rasa sangal gatal.

Allergic shiner Sering dijumpai pada penderita penyakit alergi karena gosokan dan garukan berulang jaringan di bawah mata dengan akibat perangsangan melanosit dan peningkatan timbunan melanin.

Hiperpigmentasi Terdapat daerah hiperpigmentasi akibat garukan terus menerus.

Kulit kering Kulit penderita DA umumnya kering, bersisik, pecah-pecah, dan berpapul folikular hiperkeratotik yang disebut keratosis pilaris. Jumlah kelenjar sebasea berkurang sehingga terjadi pengurangan pembentukan sebum, sel pengeluaran air dan xerosis, terutama pada musim panas.

Delayed blanch Penyuntikan asetilkolin pada kulit normal menghasilkan keluarnya keringat dan eritema. Pada penderita atopi akan terjadi eritema ringan dengan delayed blanch. Hal ini disebabkan oleh vasokonstriksi atau peningkatan permeabilitas kapiler.

Keringat berlebihan Penderita DA cenderung berkeringat banyak sehingga pruritus bertambah.

Gatal dan garukan berlebihan Penyuntikan bahan pemacu rasa gatal (tripsin) pada orang normal menimbulkan gatal selama 5-10 menit, sedangkan pada penderita DA gatal dapat bertahan selama 45 menit.

Variasi musim Mekanisme terjadinya eksaserbasi sesuai dengan perubahan musim belum difahami secara menyeluruh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelembaban nisbi tinggi musim baik pada kekeringan kulit penderita DA. Pada daerah dengan kelembaban nisbi tinggi musim panas berpengaruh buruk, sedangkan lingkungan sejuk dan kering akan berpengaruh baik pada kulit penderita DA.

DIAGNOSIS Hanifin dan Lobitz (1977) menyusun petunjuk yang sekarang diterima sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis DA Mereka mengajukan berbagai macam kriteria yang dibagi dalam kriteria mayor dan kriteria minor.

Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosa DA meliputi pruritus dan kecenderungan dermatitis untuk menjadi kronik atau kronik residif dengan gambaran morfologi dan distribusi yang khas.

Dermatitis atopik dikenal sebagai gatal yang menimbulkan kelainan kulit, bukan kelainan kulit yang menimbulkan gatal. Tetapi belum ada kesepakatan pendapat mengenai hal ini, karena pada pengamatan, lesi di muka dan punggung bukan diakibatkan oleh garukan, selain itu dermatitis juga terjadi pada bayi yang belum mempunyai mekanisme gatal-garuk.

Kriteria diagnosis dermatitis atopik dari Hanifin dan Lobitz, 1977Kriteria mayor ( > 3)PruritusMorfologi dan distribusi khas :dewasa : likenifikasi fleksura

bayi dan anak : lokasi kelainan di daerah muka dan ekstensor

Dermatitis bersifat kronik residif

Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya

Kriteria minor ( > 3)XerosisIktiosis/pertambahan garis di palmar/keatosis pilarisReaktivasi pada uji kulit tipe cepat

Peningkatan kadar IgE

Kecenderungan mendapat infeksi kulit/kelainan imunitas selular

Dermatitis pada areola mammae

Keilitis

Konjungtivitis berulang

Lipatan Dennie-Morgan daerah infraorbita

Keratokonus

Katarak subskapular anterior

Hiperpigmentasi daerah orbita

Kepucatan/eritema daerah muka

Pitiriasis alba

Lipatan leher anterior

Gatal bila berkeringat

Intoleransi terhadap bahan wol dan lipid solven

Gambaran perifolikular lebih nyata

Intoleransi makanan

Perjalanan penyakit dipengaruhi lingkungan dan emosi

White dermographism/delayed blanch

PEMERIKSAAN LABORATORIUMTelah dilaporkan pelbagai hasil laboratorium penderita DA, walaupun demikian sulit untuk menghubungkan hasil laboratorium ini dengan defek yang ada.

Imunoglobulin IgG, IgM, IgA dan IgD biasanya normal atau sedikit meningkat pada penderita DA. Tujuh persen penderita DA mempunyai kadar IgA serum yang rendah, dan defisiensi IgA transien banyak dilaporkan pada usia 3-6 bulan. Kadar IgE meningkat pada 80-90% penderita DA dan lebih tinggi lagi bila sel asma dan rinitis alergika. Tinggi rendahnya kadar IgE ini erat hubungannya dengan berat ringannya penyakit, dan tinggi rendahnya kadar IgE tidak mengalami fluktuasi baik pada saat eksaserbasi, remisi, atau yang sedang mendapat pengobatan prednison atau azatioprin. Kadar IgE ini akan menjadi normal 6-12 bulan setelah terjadi remisi.

Leukosit Limfosit Jumlah limfosit absolut penderita alergi dalam batas normal, baik pada asma, rinitis alergilk, maupun pada DA Walaupun demikian pada beberapa penderita DA berat. dapat disertai menurunnya jumlah sel T dan meningkatnya sel B.

Eosinofil Kadar eosinofil pada penderita DA sering meningkat. Peningkatan ini seiring dengan meningkatnya IgE, tetapi tidak seiring dengan beratnya penyakit.

Leukosit polimorfonuklear (PMN) Dari hasil uji nitro blue tetrazolium (NBT) ternyata jumlah PMN biasanya dalam batas normal.

Komplemen Pada penderita DA kadar komplemen biasanya normal atau sedikit meningkat.

Bakteriologi Kulit penderita DA aktif biasanya mengandung bakteri patogen, seperti Staphylococcus aureus. walaupun tanpa gejala klinis infeksi.

Uji kulit dan provokasi Diagnosis DA ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis. Untuk mencari penyebab timbulnya DA harus disertai anamnesis yang teliti dan bila perlu dengan uji kulit serta uji eliminasi dan provokasi. Korelasi uji kulit hanya baik hasilnya bila penyebabnya alergen hirup. Untuk makanan dianjurkan dengan uji eliminasi dan provokasi. Reaksi pustula terhadap 5% nikel sulfat yang diberikan dengan uji tempel dianggap karakteristik untuk DA oleh beberapa pengamat. Patogenesis reaksi pustula nikel fosfat ini belum diketahui walaupun data menunjukkan reaksi iritan primer.

DIAGNOSIS BANDING Dermatitis Kontak Alergi

Dermatophytosisataur dermatophytids

Sindrom defesiensi imun

Sindrom Wiskott-Aldrich

Sindrom Hyper-IgE

Penyakit Neoplastik

Langerhans cell histiocytosis

Penyakit Hodgkin

Dermatitis Numularis

Skabies

Dermatitis Seborrheic

Skabies Pada bayi gejala klinis DA terutama mulai dari pipi dan tidak mengenai telapak tangan serta kaki. Tanda skabies pada bayi ditandai dengan papula yang relatif besar (biasanya pada punggung atas), vesikel pada telapak tangan dan kaki, dan terdapat dennatilis pruritus pada anggota keluarga. Tungau dan telur dapat dengan mudah ditemukan dari scraping vesicle. Skabies memberi respons yang baik terhadap pengobatan dengan -benzen heksaklorida. Dermatitis seboroik infantil Penyakit ini dibedakan dari DA dengan: (1) pruritus ringan, (2) onset invariabel pada daerah pantat halus, tidak bersisik, batas jelas, merah terang, dan (3) sisik kuning gelap pada pipi, badan dan lengan. Dermatitis seboroik infantil sering berhubungan dengan dermatitis atopik. Pada suatu penelitian, 37% bayi dengan dermatitis seboroik akan menjadi DA 5-13 tahun kemudian. Dermatitis kontak Anak yang lebih tua dengan DA dapat menjadi eksema kronik pada kaki. Bentuk ini harus dibedakan dengan dermatitis kontak karena sepatu.

KOMPLIKASI Pada anak penderita DA, 75% akan disertai penyakit alergi lain di kemudian hari. Penderita DA mempunyai kecenderungan untuk mudah mendapat infeksi virus maupun bakteri (impetigo, folikulitis, abses, vaksinia. Molluscum contagiosum dan herpes).

Infeksi virus umumnya disebabkan oleh Herpes simplex atau vaksinia dan disebut eksema herpetikum atau eksema vaksinatum. Eksema vaksinatum ini sudah jarang dijumpai, biasanya terjadi pada pemberian vaksin varisela, baik pada keluarga maupun penderita. lnfeksi Herpes simplex terjadi akibat tertular oleh salah seorang anggota keluarga. Terjadi vesikel pada daerah dermatitis, mudah pecah dan membentuk krusta, kemudian terjadi penyebaran ke daerah kulit normal.

Penderita DA, mempunyai kecenderungan meningkatnya jumlah koloni Staphylococcus aureus.

PENGOBATAN Dermatitis atopik umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol. Sebagian penderita mengalami perbaikan sesuai dengan bertambahnya usia. Langkah yang penting adalah menjalin hubungan baik dengan orang tua penderita, menjelaskan mengenai penyakit tersebut secara rinci, termasuk perjalanan penyakit, dampak psikologis, prognosis, dan prinip penatalaksanaan. Langkah pertama dalam penatalaksanaan penderita DA adalah menghindari atau sedikitnya mengurangi faktor penyebab, misalnya eliminasi makanan, faktor inhalan, atau faktor pencetus sel Walaupun masih kontroversial ternyata Ibayi yang memperoleh air susu ibu lebih jarang menderita DA dibandingkan bayi yang memperoleh pengganti air susu ibu.

Penghindaran faktor alergen pada bayi berumur kurang dari l tahun akan mengurangi beratnya gejala. DA. Maka dianjurkan agar bayi dengan riwayat keluarga alergi memperoleh hanya ASI sediIkitnya 3 bulan, bila mungkin 6 bulan pertama dan ibu yang menyusui dianjurkan untuk tidak makan telur, kacang tanah, terigu, dan susu sapi. Susu sapi diduga merupakan alergen kuat pada bayi dan anak, maka bagi mereka yang jelas alergi terhadap susu dapat dipergunakanbangkan untuk menggantinya dengan susu kedelai, walaupun kemungkinan alergi terhadap susu kedelai masih ada. \60% penderita DA di bawah usia 2 tahun memberikan reaksi positif pada uji kulit terhadap telur, susu, ayam, dan gandum. Reaksi positif ini akan menghilang dengan bertambahnya usia. Walaupun pada uji kulit positif terhadap antigen makanan tersebut di atas, belum tentu mencerminkan gejala klinisnya. Demikian pula hasil uji provokasi, sehingga membatasi makanan anak tidak selalu berhasil untuk mengatasi penyakitnya.

Membutuhkan terapi yang integral dan sistemik, meliputi hidrasi kulit, terapi topikal, identifikasi dan eliminasi faktor penyebab dan pencetus dan bila perlu terapi sistemik.

Penatalaksanaan dasar diberikan untuk semua kasus baik yang ringan, sedang maupun berat, berupa berupa perawatan kulit, hidrasi, kortikosteroid topikal, antihistamin, tars, antibiotik bila perlu, identifikasi dan eliminasi faktor-faktor pencetus kekambuhan.

Perawatan Kulit Hidrasi adalah terapi DA yang esensial. Dasar hidrasi yang adekuat adalah peningkatan kandungan air pada kulit dengan cara mandi dan menerapkan sawar hidrofobik. untuk mencegah evaporasi. Mandi selama 15-20 menit 2 kali sehari tidak menggunakan air panas dan tidak menambahkan oil (minyak) karena mempengaruhi penetrasi air. Sabun dengan moisturizers disarankan Setelah mandi memberihkan sisa air dengan handuk yang lembut. Bila perlu pengobatan topikal paling baik setelah mandi karena penetrasi obat jauh lebih baik. Pada pasien kronik diberikan 3-4 kali sehari dengan water-in-oil moisturizers sediaan lactic acid. Pengobatan topikal adalah untuk mengatasi kekeringan kulit dan peradangan. Mengatasi kekeringan kulit atau memelihara hidrasi kulit dapat dilakukan dengan mandi memakai sabun lunak tanpa pewangi. Meskipun mandi dikatakan dapat memperburuk kekeringan kulit, namun berguna untuk mencegah terjadi infeksi sekunder. Jangan menggunakan sabun yang bersifat alkalis dan sebaliknya pakailah sabun atau pembersih yang mempunyai pH 7,0. Pemberian pelembab kulit penting untuk menjaga hidrasi antara lain dengan dasar lanolin, krim air dalam minyak, atau urea 10% dalam krim. Untuk mengatasi peradangan dapat diberikan krim kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid topikal golongan kuat sebaiknya berhati-hati dan tidak digunakan di daerah muka. Apabila dermatitis telah teratasi maka secepatnya pengobatan dialihkan pada penggunaan kortikosteroid golongan lemah atau krim pelembab. Untuk daerah muka sebaiknya digunakan krim hidrokortison 1%.

Dengan pengobatan topikal yang baik dapat dicegah penggunaan pengobatan sistemik. Karena perjalanan penyakit DA adalah kronik dan residif, maka untuk pemakaian kortikosteroid topikal maupun sistemik untuk jangka panjang sebaiknya diamati efek samping yang mungkin terjadi. Bila dengan kortikosteroid topikal tidak adekuat untuk menghilangkan rasa gatal dapat ditambahkan krim yang mengandung mental, fenol, lidokain, atau asam salisilat. Bila dengan pengobatan topikal ini tetap tidak adekuat, maka dapat dipertimbangkan pemberian pengobatan sistemik Kortikosteroids topikal Kortikosteroid topikal mempunyai efek antiinflamasi, antipruritus, dan efek vasokonstriktor. Yang perlu diperhatikan pada penggunaan kortikosteroid topikal adalah: segera setelah mandi dan diikuti berselimut untuk meningkatkan penetrasi; tidak lebih dari 2 kali sehari; bentuk salep untuk kulit lembab bisa menyebabkan folikulitis; bentuk krim toleransinya cukup baik; bentuk lotion dan spray untuk daerah yang berambut; pilihannya adalah obat yang efektif tetapi potensinya terendah; efek samping yang harus diperhatikan adalah: atropi, depigmentasi, steroid acne dan kadang-kadang terjadi absorbsi sistemik dengan supresi dari hypothalamic-pituitary-adrenal axis; bila kasus membaik, frekuensi pemakaian diturunkan dan diganti dengan yang potensinya lebih rendah; bila kasus sudah terkontrol, dihentikan dan terapi difokuskan pada hidrasi.

Antihistamin Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antihistamin (H1) seperti difenhidramin atau terfenadin, atau antihistamin nonklasik lain. Kombinasi antihistamin H1 dengan H2 dapat menolong pada kasus tertentu. Pada bayi usia muda, pemberian sedasi dengan kloralhidrat dapat pula menolong. Penggunaan obat lain seperti sodium kromoglikat untuk menstabilkan dinding sel mast dapat memberikan hasil yang memuaskan pada 50% penderita.

Penggunaan kortikosteroid oral sangat terbatas, hanya pada kasus sangat berat dan diberikan dalam waktu singkat, misalnya prednison 0,5-1,0 mg/kgBB/hari dalam waktu 4 hari.

Merupakan terapi standar, tetapi belum tentu efektif untuk menghilangkan rasa gatal karena rasa gatal pada DA bisa tak terkait dengan histamin.

Tars Mempunyai efek anti-inflamasi dan sangat berguna untuk mengganti kortikosteroid topikal pada manajemen penyakit kronik. Efek samping dari tar adalah folikulitis, fotosensitisasi dan dermatitis kontak.

Antibiotik sistemik Antibiotik sistemik dapat dipertimbangkan untuk mengatasi DA yang luas dengan infeksi sekunder. Antibiotik yang dianjurkan adalah eritromisin, sefalosporin, kloksasilin, dan terkadang ampisilin Infeksi di curigai bila ada krusta yang luas, folikulits, pioderma dan furunkulosis. S. aureus yang resisten penisilin merupakan penyebab tersering dari flare akut. Bila diduga ada resistensi penisilin, dicloxacillin atau sefalexin dapat digunakan sebagai terapi oral lini pertama. Bila alergi penisilin, eritromisin adalah terapi pilihan utama, dengan perhatian pada pasien asma karena bersama eritromisin, teofilin akan menurunkan metabolismenya. Pilihan lain bila eritomisin resisten adalah klindamisin.. Dari hasil pembiakan dan uji kepekaan terhadap Staphylococcus aureus 60% resisten terhadap penisilin, 20% terhadap eritromisin, 14% terhadap tetrasiklin, dan tidak ada yang resisten terhadap sefalosporin Imunoterapi dengan ekstrak inhalan umumnya tidak menolong untuk mengatasi DA pada anak.

Identifikasi dan eliminasi faktor-faktor eksaserbasi Sabun dan baju yang bersifat

iritatif dihindari. Baju iritatif dari wol dihindari. Demikian juga keringat dapat juga mengiritasi kulit. Stres sosial dan emosional juga harus dihindari. Eliminasi alergen makanan, binatang dan debu rumah.

Selain manajemen dasar dilaksanakan pada DA berat terapi imunomodulasi sudah harus dilaksanakan.

Kortikosteroid sistemik. Efek perbaikannya cepat, tetapi flare yang parah sering terjadi pada steroid withdrawal. Bila tetap harus diberikan, tapering dan perawatan intensif kulit harus dijalankan.

Thymopentin. Untuk dapat mengurangi gatal-gatal dan eritem digunakan timopentin subkutan 10 mg/ dosis 1 kali/hari selama 6 minggu, atau 3 kali/minggu selama 12 minggu.

Interferon-gamma. Dosis yang digunakan g /m2/ hari subkutan diberikan selama 12 minggu.ug-100uantara 50

Siklosporin A. Pemberian per oral 5 mg/kg/hari selama 6 minggu. Dapat pula diberikan secara topikal dalam bentuk salep atau gel 5%.

Tacrolimus. Digunakan takrolimus 0,1 % dan 0,03 % topikal dua kali sehari. Obat ini umumnya menunjukan perbaikan pada luasnya lesi dan rasa gatal pada minggu pertama pengobatan. Tacrolimus tidak mempengaruhi fibroblasts sehingga tidak menyebabkan atropi kulit.

Pimecrolimus Pemakaian pimecrolimus 1,0 % mereduksi gejala sebesar 35 %.

Gammaglobulin Bekerja sebagai antitoksin, antiinflamasi dan anti alergi. Pada DA Gammaglobulin intravena (IVIG) adalah terapi yang sangat mahal, namun harus dipertimbangkan pada kasus kasus khusus.

Probiotik Lactobacillus rhamnosus GG 1 kapsul (109) kuman/dosis dalam 2 kali/hari memperbaiki kondisi kulit setelah 2 bulan.

Perlakuan khusus diperlukan untuk penderita DA Berat. Penentuan gradasi berat-ringannya DA dapat mempergunakan kriteria Rajka dan Langeland sebagaimana tabel berikut :

I. Luasnya lesi kulit

fase anak/dewasa

< 9% luas tubuh 1

9-36% luas tubuh 2

> 36 % luas tubuh3

fase infantil

< 18% luas tubuh 1

18-54% luas tubuh 2

> 54% luas tubuh 3

II. Perjalanan penyakit

remisi > 3 bulan/tahun 1

remisi < 3 bulan/tahun 2

Kambuhan3

III. Intensitas penyakit

gatal ringan, gangguan tidur + 1

gatal sedang, gangguan tidur + 2

gatal berat, gangguan tidur + 3

Penilaian skor

3-4 : ringan

5-7 : sedang

8-9 : berat

13. http://lpp.uns.ac.id/bukuteks/images/flippingbook/Dermatitis%20Atopik%28Eksema%29,Harijono%20Kariosentono/pdf/Dermatitis%20Atopik%20_Eksema_.pdf14. http://www.dokterirga.com/dermatitis-atopik/MANIFESTASI KLINISManifestasi klinis dari Dermatitis Atopik adalah adanya perasaan gatal, adanya makula eritematosa, papel, atau papulovesikel, daerah eksematous yang berkrusta, likenifikasi dan eksoriasi. Kekeringan dari kulit dan infeksi sekunder.Berdasarkan gambaran klinis dan umur penderita, Dermatitis Atopik terbagi dalam 3 type, yaitu :Tipe Bayi ( infantil )Biasanya timbul pada usia 2 bulan 2 tahun. Umumnya diawali sebagai suatu plak eritematous yang cukup gatal pada pipi disertai dengan berkembangnya vesikel-vesikel intraepidermal yang kemudian ruptur dan pecah menghasilkan lesi kulit basah dengan daerah berkrusta.Predileksinya biasa terdapat pada wajah, kulit kepala, daerah yang tertutup popok, tangan, lengan, kaki atau tungkai bayi terbentuk ruam berkeropeng yang berwarna merah dan berair.Tipe Anak-anak ( Childhood )Biasanya timbul pada usia 4-10 tahun. Pada anak-anak dan dewasa, ruam seringkali muncul dan kambuh kembali hanya pada 1 atau beberapa daerah, terutama lengan atas, sikut bagian depan atau di belakang lutut. Lesi biasanya kurang eksudatif atau tidak basah dan dimulai dengan eritem yang cukup gatal, papel infiltrat dengan sedikit bersisik (skuama).Bila proses berlangsung kronis sering terlihat adanya likenifikasi awal serta hiperpigmentasi.Tipe Dewasa ( adult )Merupakan tipe lanjutan infantil, ataupun dapat timbul pertama kali. Bentuk lesi dari tipe ini selalu kering, diawali dengan lak eritem, vesikel atau papel, bersisik (squama) disertai gatal hebat dan adanya likenifikasi.Predileksi kulit secara klasik ditemukan pada daerah fossa cubiti dan poplitea, leher depan dan belakang, dahi serta daerah sekitar mata.

Dermatitis Atopik adalah sautu peradangan menahun ( kronik residif ) pada lapisan atas kulit (epidermis) yang menyebabkan rasa gatal; seringkali terjadi pada bayi dan anak-anakdengan riwayat atopi pada individu dan keluarganya (asma, rhinitis alergi, konjungtivitis alergi, dan DA ). Juga disertai lesi eritem, ekskoriasi dan likenifikasi pada tempat-tempat predileksi.penderita rinitis alergika atau penderita asma dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang menderita rinitis alergika atau asma.

ETIOLOGITerdapat beberapa teori yang dapat dikaitkan dengan etiologi DA :Faktor HerediterRiwayat keluarga ditemukan sekitar 70% pada semua kasus. Pada kondisi atopi kontrol dari produksi IgE di bawah pengaruh suatu gen dominan pada kromosom 11q13.ImunologikAdanya peningkatan dari antibodi IgE total dan IgE spesifik di dalam serum terhadap antigen dari makanan atau inhalasi.

Berbagai keadaan yang bisa memperburuk dermatitis atopik:1. Stres emosional2. Perubahan suhu atau kelembaban udara3. Infeksi kulit oleh bakteri4. Kontak dengan bahan pakaian yang bersifat iritan (terutama wol).5. Pada beberapa anak, alergi makanan bisa memicu terjadinya dermatitis atopik.

Penderita dermatitis atopik biasanya juga memiliki penyakit alergi lainnya. Hubungan antara dermatitis dan penyakit alergi tersebut tidak jelas; beberapa penderita memiliki kecenderungan yang sifatnya diturunkan untuk menghasilkan antibodi secara berlebihan (misalnya immunoglobulin E) sebagai respon terhadap sejumlah rangsangan yang berbeda.

PATOGENESISPatogenesis penyakit terdiri dari 3 teori, yaitu :a. Teori GenetikDasar imunopatogenesis penyakit dermatitis atopik diatur oleh gen atau lokus genetik. Meskipun demikian ada 4 dasar fenomena imunopatogenesis penyakit dermatitis atopik yang diatur oleh gen atau lokus genetik :1. Peningkatan IgE spesifik2. Peningkatan respon IgE total3. Peningkatan aktifitas sel-sel inflamasi, misalnya sel mast, basofil dan eosinofil, serta sel helpet 2 (Th2) setelah paparan alergen4. Hiperaktifitas jaringanb. Teori ImunologiTeori imunologik didasarkan pada :1. Sebagian besar (75%) menderita dermatitis atopik yang mempunyai riwayat atopik pada diri sendiri atau keluarganya.2. Penderita Dermatits atopik sering memberikan reaksi positif pada uji klinik yang memakai antigen makanan dan antigen lingkungan.3. Kira-kira 80% penderita dermatitis atopik memberikan reaksi positif terhadap lebih dari 1 alergen pada uji kulit tipe cepat.c. Teori PsikosomatikTeori psikosomatik menyatakan bahwa dermatitis atopik disebabkan oleh neurosis yang mengakibatkan respon vegetatif abnormal yang menahun. Neurosis itu dapat disebabkan oleh kecemasan, perasaan bermusuhan, frustasi, perasaan bersalah dan sebagainya.

15. http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/dermatitis-atopik-_-951000103224Dermatitis Atopik, juga dikenal sebagai ekzema atopik, adalah suatu kondisi medis yang kronis yang ditandai dengan kulit yang kemerahan, kering, meradang dan gatal, biasanya pada lapisan dalam sendi (seperti siku dan lutut). Apabila kulit yang meradang memburuk, mungkin akan menjadi lecet atau terbentuk lepuhan. Kondisi ini dapat memburuk atau membaik seiring dengan waktu, kadang-kadang hilang ketika orang tersebut telah menjadi remaja. Namun, penyakit ini dapat kambuh beberapa waktu kemudian. Kebanyakan kasus untuk penyakit ini biasanya muncul sebelum usia 5 tahun dan terutama terjadi pada orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan dan di iklim yang kelembabannya rendah. Penyebab untuk penyakit ini telah diidentifikasi, tetapi perlu diingat bahwa penyakit ini merupakan faktor keturunan. Sayangnya, penyakit ini tidak dapat disembuhkan, tapi dapat dikontrol melalui pemakaian obat-obatan dan menghindari alergen yang potensial. Komplikasi biasanya hanya terjadi apabila pemakaian obat-obatan tidak dilakukan dengan benar.16. http://buletinkesehatan.com/dermatitis-atopik-eksim-pada-anak/Dermatitis atopik atau eksim adalah penyakit kulit reaksi inflamasi yangb didasari oleh faktor herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan gejala eritema, papula, vesikel, kusta, skuama dan pruritus yang hebat. Bila residif biasanya disertai infeksi, atau alergi, faktor psikologik, atau akibat bahan kimia atau iritan.

Dermatitis atopik mungkin terkait dengan penyakit atopik lainnya (imunoglobulin E [IgE]) misalnya, reaksi alergi akut terhadap makanan, asma, urtikaria, dan rhinitis alergi. Dermatitis atopik memiliki morbiditas yang sangat besar, dan kejadian dan prevalensi tampaknya. akan meningkat. Dermatitis atopik merupakan penyakit pertama yang hadir dalam serangkaian penyakit alergi seperti alergi makanan, asma, dan rinitis alergi, memprovokasi atopik march teori, yang menunjukkan bahwa Dermatitis atopik awal atau berat dan sensitisasi kulit untuk lingkungan alergen dapat menyebabkan penyakit alergi berikutnya di lain permukaan epitel penghalang misalnya, saluran pencernaan atau pernapasan.

Penyebab Dermatitis atopik

Menurut orang awam, penyakit dermatitis atopik adalah penyakit yang menular. Hal ini dilihat dari keadaan penderita yang pada umumnya kurang memperhatikan kebersihan, sehingga disimpulkan bahwa penyakit dermatitis atopik ini menular. Padahal penyakit dermatitis atopik ini dapat juga dipengaruhi faktor genetik. Namun sebenarnya apa penyebab penyakit dermatitis atopik ini belum diketahui pasti. Dermatitis atopik berhubungan dengan aktifitas daya tahan tubuh yang berlebihan, itu menurut para ahli. Hal ini menyebabkan tubuh melakukan reaksi yang berlebihan terhadap iritan atau bakteri yang sebenarnya tidak berbahaya bagi kulit. Oleh karena itu, penyakit ini banyak ditemukan pada keluarga yang memiliki riwayat penyakit asma. Beberapa penyebab yang diperkirakan adalah kulit kering, iritasi sabun dan detergen, atau bahan kimia lainnya. Selian itu kondisi stres, alergi dan infeksi patogen juga dapat menyebabkan penyakit ini.

Gejala penyakit dermatitis atopik

Gejala yang paling utama bagi penderita dermatitis atopik adalah rasa gatal yang tidak tertahankan di bagian yang terkena. Gejala tersebut disertai dengan kulit bersisik, peradangan dan bersifat kambuh-kambuhan yang mana akan dirasakan di bagian yang gatal. Kadang sebelum adanya tanda di kulit, rasa gatal sudah muncul. Kulit kemerahan umumnya muncul pada tangan, wajah, lutut, kaki dan beberapa bagian tubuh lainnya. Selain itu, pada kulit yang terkena gejala penyakit tersebut menebal, sangat kering atau menjadi keropeng.

Pada pemiik kulit putih, kulit yang terkena dermatitis ini akan mempunyai warna merah muda kemudian lama kelamaan menjadi coklat. Sedangkan pada kulit yang lebih gelap, gejalanya akan mempengaruhi pigmen kulit sehingga dapat menjadi lebih terang atau lebih gelap. Dermatitis atopik sendiri adalah penyakit episodik, sehingga terkadang kulit akan membaik, lalu memburuk lagi dan begitu seterusnya.

Gejala dermatitis atopik pada anak

Dermatitis atopik cenderung datang dan pergi sendiri. Beberapa anak akan mengatasi itu sementara yang lain akan terus diganggu oleh selama bertahun-tahun yang akan datang. Anda harus ingat ini adalah penyakit terkendali.

Dermatitis atopik kadang muncul pada beberapa bulan pertama setelah bayi lahir.

Pada wajah, kulit kepala, daerah yang tertutup popok, tangan, lengan, kaki atau tungkai bayi terbentuk ruam berkeropeng yang berwarna merah dan berair.

Dermatitis seringkali menghilang pada usia 3-4 tahun, meskipun biasanya akan muncul kembali.

Pada anak-anak dan dewasa, ruam seringkali muncul dan kambuh kembali hanya pada 1 atau beberapa daerah, terutama lengan atas, sikut bagian depan atau di belakang lutut.

Warna, intensitas dan lokasi dari ruam bervariasi, tetapi selalu menimbulkan gatal-gatal.

Rasa gatal seringkali menyebabkan penggarukan yang tak terkendali sehingga penyakitnya semakin buruk.

Penggarukan dan penggosokan juga bisa merobek kulit dan menciptakan jalan masuk untuk bakteri sehingga terjadi infeksi. Dengan alasan yang belum pasti, penderita dermatitis atopik jangka panjang kadang mengalami katarak pada usia 20-30an tahun. Pada penderita dermatitis atopik, herpes simpleks yang biasanya hanya menyerang daerah yang kecil dan ringan, bisa menyebabkan penyakit serius berupa eksim dan demam tinggi (eksim herpetikum).

Pengobatan dermatitis atopik

Dermatitis atopik umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol. Sebagian penderita mengalami perbaikan sesuai dengan bertambahnya usia. Langkah pertama dalam penatalaksanaan penderita dermatitis atopik adalah menghindari dan mengurangi faktor penyebab, misalnya makanan, faktor inhalan, atau faktor pencetus sel, walaupun masih kontroversial ternyata bayi yang memperoleh air susu ibu lebih jarang menderita dermatitis atopik dibandingkan bayi yang memperoleh pengganti air susu ibu.

Perawatan Kulit Hidrasi adalah terapi dermatitis atopik yang esensial. Dasar hidrasi yang adekuat adalah peningkatan kandungan air pada kulit dengan cara mandi dan menerapkan sawar hidrofobik untuk mencegah evaporasi. Mandi selama 15-20 menit 2 kali sehari tidak menggunakan air panas dan tidak menambahkan oil (minyak) karena mempengaruhi penetrasi air.

Pengobatan topikal adalah untuk mengatasi kekeringan kulit dan peradangan. Mengatasi kekeringan kulit atau memelihara hidrasi kulit dapat dilakukan dengan mandi memakai sabun lunak tanpa pewangi. Jangan menggunakan sabun yang bersifat alkalis

Antibiotik : Empiris terapi antimikroba harus komprehensif dan harus mencakup semua patogen mungkin dalam konteks pengaturan klinis. Untuk pengobatan infeksi klinis oleh S aureus, kloksasilin atau sefaleksin digunakan. Pada infeksi streptokokus, sefaleksin lebih disukai. Jika tidak efektif, penisilin dan klindamisin dalam kombinasi yang efektif. Pertimbangkan infeksi stafilokokus dalam setiap suar dermatitis atopik.

- See more at: http://buletinkesehatan.com/dermatitis-atopik-eksim-pada-anak/#sthash.s2JBcWRH.dpuf

17. http://milissehat.web.id/?p=13118. http://www.kesehatan123.com/1876/dermatitis-atopik-eksim/Meskipun dermatitis atopik (dermatitis atopi) dapat terjadi pada usia apapun, namun paling sering dermatitis atopik mempengaruhi bayi dan anak kecil. Dalam beberapa kasus, mungkin bertahan sampai dewasa atau muncul di kemudian hari. Sejumlah besar pasien cenderung memiliki program jangka panjang untuk penyakit yang menyebabkan gejala ruam khas ini. Dalam kebanyakan kasus, terdapat periode dimana waktu penyakit ini menjadi lebih buruk, eksaserbasi yang diikuti dengan periode ketika kulit memperbaiki atau membersihkan seluruhnya disebut remisi. Banyak anak dengan dermatitis atopik menjadi permanen dari penyakit ketika mereka semakin tua, meskipun kulit mereka mungkin tetap agak kering dan mudah teriritasi.

19. http://zulkiflithamrin.blogspot.com/2007/05/dermatitis-atopik.htmlDermatitis Atopik adalah sautu peradangan menahun pada lapisan atas kulit yang menyebabkan rasa gatal; seringkali terjadi pada penderita rinitis alergika atau penderita asma dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang menderita rinitis alergika atau asma. ETIOLOGIPenderita dermatitis atopik biasanya juga memiliki penyakit alergi lainnya. Hubungan antara dermatitis dan penyakit alergi tersebut tidak jelas; beberapa penderita memiliki kecenderungan yang sifatnya diturunkan untuk menghasilkan antibodi secara berlebihan (misalnya immunoglobulin E) sebagai respon terhadap sejumlah rangsangan yang berbeda. Berbagai keadaan yang bisa memperburuk dermatitis atopik: Stres emosional Perubahan suhu atau kelembaban udara Infeksi kulit oleh bakteri Kontak dengan bahan pakaian yang bersifat iritan (terutama wol). Pada beberapa anak-anak, alergi makanan bisa memicu terjadinya dermatitis atopik.GEJALADermatitis atopik kadang muncul pada beberapa bulan pertama setelah bayi lahir. Pada wajah, kulit kepala, daerah yang tertutup popok, tangan, lengan, kaki atau tungkai bayi terbentuk ruam berkeropeng yang berwarna merah dan berair. Dermatitis seringkali menghilang pada usia 3-4 tahun, meskipun biasanya akan muncul kembali. Pada anak-anak dan dewasa, ruam seringkali muncul dan kambuh kembali hanya pada 1 atau beberapa daerah, terutama lengan atas, sikut bagian depan atau di belakang lutut. Warna, intensitas dan lokasi dari ruam bervariasi, tetapi selalu menimbulkan gatal-gatal. Rasa gatal seringkali menyebabkan penggarukan yang tak terkendali sehingga penyakitnya semakin buruk. Penggarukan dan penggosokan juga bisa merobek kulit dan menciptakan jalan masuk untuk bakteri sehingga terjadi infeksi. Dengan alasan yang belum pasti, penderita dermatitis atopik jangka panjang kadang mengalami katarak pada usia 20-30an tahun. Pada penderita dermatitis atopik, herpes simpleks yang biasanya hanya menyerang daerah yang kecil dan ringan, bisa menyebabkan penyakit serius berupa eksim dan demam tinggi (eksim herpetikum).Sepertti digambar di bawah ini :

diagnosa dapat ditegakkan dengan berdasarkan gejala-gejala, hasil pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit rinitis alergika atau asma pada keluarga penderita.Gejala-gajala dermatitis atopik umumnya sangat mengganggu, berupa rasa gatal yang amat sangat dan menimbulkan kelainan kulit yang kurang menarik dipandang dari segi kosmetik (kulit kering disertai penebalan, erythema disertai garis-garis garukan).Stres psikologis ikut berperan untuk berkembangnya penyakit dermatitis, misal konflik perkawinan dan masalah orang tua yang terlalu dominan atau menguasai dapat diikuti dengan rasa gatal yang hebat. Selain itu penyakit dermatitis sendiri dapat menimbulkan perasaan tidak puas yang kemudian dapat berganti menjadi suatu kecemasan, depresi dan rasa jengkel. Hal ini pun akan menimbulkan garukan yang lebih parah lagi. Faktor psikososial selain ikut berperan untuk berkembangnya penyakit dermatitis juga dapat menjadi faktor pencetus atau presipitasi terjadinya eksaserbasi.Faktor-faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah faktor suhu udara (dingin atau panas) dan kelembaban udara. Seperti halnya penyakit alergi lain (hay fever dan asma brohichiale), dermatitis atopik umumnya memiliki riwayat keluarga. Artinya sering ditemukan faktor predispesisi yang diturunkan . Kulit dianggap sebagai cermin keadaan jiwa, terlihat jelas, misal pada peristiwa marah kulit muka menjadi kemerah-merahan dan berkeringat, pada saat takut kulit menjadi pucat dan dingin. Fiske et al mengatakan bahwa kecemasan dan rasa permusuhan dihubungkan dengan menggaruk (keadaan luka garukan)

20. http://doktercorner.blogspot.com/2013/05/dermatitis-atopik.htmlDermatitis atopik (DA) adalah dermatitis yang terjadi pada orang yang mempunyai riwayat atopi. Atopi diperkenalkan pertama kali oleh Coca dan Cooke tahun 1923, yang berasal dari bahasa yunani, yang berarti penyakit aneh ataupun hipersensivitas abnormaluntuk melawan fakor-faktor lingkungan, yang dijumpai pada penderita ataupun keluarganya, tanpa sensitasi yang jelas sebelumnya. Dermatitis ini sering disertai dengan riwayat penyakit alergi pada keluarga atau perorangan seperti asma, hay fever, dan rhinitis. Dermatitis atopik mengenai 3% dari semua anak. 1) EtiologiTerdapat stigma atopi (herediter) pada pasien/anggota keluarga berupa :a). Rhinitis alergik, asma bronchial, hay fever.b). Alergi terhadap berbagai alergin protein (polivalen).c). Pada kulit : dermatitis atopi, dermatografisme putih, dan kecenderungan timbulurtikariad). Reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas dingin) dan ketegangan(stress).e). Resistensi menurun terhadap infeksi virus dan bakteri.f). Lebih sensitive terhadap serum dan obat.g). Kadang-kadang terdapat katarak juvenilis.2) Manifestasi klinikSelalu terdapat pruritus. Terdiri atas tiga bentuk, yaitu:a). Bentuk infantil (2 bulan-2 tahun). Karena letaknya didaerah pipi yang berkontak dengan payudara, sering di sebut ekzema susu. Terdapat eritema berbatas tegas, dapat disertai papul-papul dan vesikel-vesikel miliar, yang menjadi erosif, eksudatif dan berkrusta. Tempat predileksi kedua pipi, ekstremitas bagian fleksor dan ekstensor.b). Bentuk anak (3-10 tahun). Lesi tidak eksudatif lagi, sering disertai hyperkeratosis, hiperpigmentasi dan hipogmentasi. Tempat predileksi tengkuk, fleksor kubita dan fleksor popliteal.c). Bentuk dewasa (13-30 tahun). Pada anamnesis terdapat bentuk infantil dan bentukanak. Lesi selalu kering dan dapat disertai likenifikasi dan hiperpigmentasi. Tempatpredileksi tenkuk serta daerah fleksor kubital dan popliteal.Manifestasi lain berupa kulit kering dan sukar berkeringat, gatal-gatal terutama jikaberkeringat. Berbagai kelainan yang dapat menyertainya ialah xerosis kutis, iktiosis,pomfoliks, pitiriasis alba, keratosis pilaris (berupa papul-papul miliar, di tengahnyaterdapat lekukan), dll. 3) PenatalaksanaanSemua rangsang yang dapat memperhebat penyakit harus di hindarkan, misalnya pada kelainan kulit, tidak boleh memakai cita kasar/wool, kamar harus bebas debu, juga perubahan suhu yang mendadak harus dihindarkan. Makanan tidak mempengaruhi penyembuhan penyakit, tetapi dapat mempengaruhi terjadinya kekambuhan. Oleh karena itu makanan yang menyebabkan residif harus di hindari. Pengobatan lokal (lebih penting dari pada pengobatan umum). Obat pilihan ialah obat yang mengandung kortison.21. MEDICINE STUFF. 2013. SEKILAS DERMATIIS ATOPIK

Merupakan kondisi pada kulit yang ditandai dengan papel eritem serta likenifikasi, kadang-kadang madidans terutama pada wajah dan permukaan ekstensor siku dan lutut serta dihubungkan dengan adanya faktor atopi pada penderita dan keluargnya. Patogenesis : Belum diketahui Sebagian besar penderita ditemukan riwayat stigmata atopi (asma bronkial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik, dermatitits atopik) dalam keluarganya. Juga ditemukan peningkatan jumlah Ig-E dalam serum. Individu dengan kondisi atopi lebih mudah bereaksi terhadap antigen lingkungan (makanan dan inhalan), menimbulkan sensitisasi tipe dadakan / alergi anafilaksis (reaksi alergi tipe 1). Rasa gatal (pruritus) dan reaktivitas kulit yang kuat merupakan tanda penting pada dermatitis atopik. Diagnosis : Sangat gatal - stigma atopi - bersifat krnonis residif Umur 2 bulan - 2 tahun, 4- 10 tahun dan di atas 12 tahun. Simetris dan bilateral pada pipi, fossa kubiti dan poplitea. Effloresensi : Polimorf (eritema, papel, vesikel, erosi, ekskoriasi, skuama dan krusta) Diagnosis Banding : Dermatitis seboroik Dermatitis kontak Dermatitis numularis Sindrom wiskot-aldrich Darier disease Pemeriksaan Penunjang : Prick test (tes tusuk menggunakan alergen hirup dan alergen makanan) Kadar Ig-E total da Ig-E spesifik berdasarkan hasil prick test. Konsultasi : Bagian THT dan Interna Perawatan : Rawat jalan poliklinik Terapi : Hindari faktor penyebab eksaserbasi : perubahan suhu yang mendadak, sering menggunakan sabun, pakaian wool terlalu ketat, garukan keras, faktor emosi, iklim, diet (susu, telur, gandum). Sistemik : Antihistamin (sebagai anti pruritus dan sedasi) : Difenhidramin HCl secara i.m 10-20 mg/dosis, 3 kali per/hari sedangkan dosis untuk anak 0,5 mg/kgBB/dosis, 3 kali/hari. Klorfeniramin maleat dengan dosis 3-4 mg/dosis sebanyak 3x/hari. Dosis untuk anak 0,09 mg/kgBB/dosis, 3 kali sehari. Prometasine HCl dengan dosis 25-50 mg/dosis, 2-3 kali sehari. Dosis bayi 2,5-5 mg/kgBB/hari, 1-2 kali/hari, sedangkan dosis anak 5-10 mg/kgBB 1-2 kali/hari. Kortikosteroid Digunakan hanya pada kasus akut dan berat dan diberikan dalam jangka pendek lalu tappering off. Prednison : 5- 10 mg/dosis, 2-3 kali per hari. Deksametason : 0,5-1 mg/dosis, 2-3 kali per hari. Antibiotika Eritromisin : 250-500 mg/dosis, 3-4 kali sehari, sedangkan dosis anak 15-25 mg/kgBB/dosis, 3 kali sehari. Pengobatan Topikal: tergantung pada keadaan lesinya. Akut dan eksudatif : kompres larutan faali. Kering, non eksudatif : kortikosteroid topikal (hidrokortison, diflukortikolon valerat) Lama Perawatan : Tergantung pada proses penyembuhan luka Penyulit : Infeksi sekunder

Read more at: http://medicinestuffs.blogspot.com/2013/07/dermatitis-atopik.htmlCopyright MedStuffs

22. http://www.klinikestetika.com/tips-artikel/artikel-kesehatan/88-dermatitis-atopikKLINIK ESTETIKA. 2012. DERMATITIS ATOPIK

Penyebab pasti nya tidak diketahui tetapi ada kaitannya dengan faktor keturunan. Penyakit ini merupakan suatu cacat kulit warisan yang cenderung berlangsung di dalam suatu keluarga. Eczema tidak menular dan tidak ada kaitan dengan kesehatan anda pada umumnya. Penderita Eczema memiliki kulit yang kering dan mudah teriritasi oleh sabun, detergent dan pakaian wool yang kasar. Cuaca yang terlalu panas dan terlalu dingin seringkali merangsang eczema. Alergi-alergi tertentu dapat memperburuk eczema, namun bukan sebagai penyebab eczema.

23. http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/dermatitis-atopik.pdfBiasanya gejala dan tanda pada dermatitis atopik mulai timbul ketika usia 6 bulan, jarang sebelum usia

8 minggu. Umumnya dermatitis atopi sering mengalami kekambuhan, jarang sembuh 100%. Sebagian

besar dermatitis atopi dapat sembuh dengan bertambahnya umur tetapi dapat juga menetap sampai usia

dewasa.

Bentuk klinis dari dermatitis atopik terbagi atas:

Bentuk infantil (2 bulan 2 tahun)

Nama awam adalah eksema susu. Kelainan kulit berupa eritema berbatas tegas, dapat disertai papulpapul

dan vesikel-vesikel miliar. Biasa mengenai daerah kedua pipi, tangan dan kaki.

Bentuk anak (3 10 tahun)

Merupakan kelanjutan dari bentuk infantil. Kulit tampak lebih kering (xerosis) yang bersifat kronik dan

mengenai daerah fleksura antekubiti (lipat lengan), poplitea (lipat paha), tangan kaki dan periorbita.

Bentuk dewasa (13 30 tahun)

Kelanjutan dari bentuk infantil dan anak. Lesi selalu kering dan terdapat likenifikasi (kulit menjadi

tebal dan keras). Distribusi ialah di tengkuk serta daerah fleksura antekubiti (lipat lengan), poplitea

(lipat paha).