Decom Cordis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Decompensatio Cordis

Citation preview

MEIRISA RAHMA PRATIWI04121001041

1.bagaimana pathogenesis dyspnoe dan edema yang dikaitkan dengan kasus?

3. bagaimana hubungan factor usia dan jenis kelamindengan dyspnoe dan edema pada kasus ini?

1. bagaimana etiologi decompensatio cordis? Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokard atau kardiomyopati. Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan ventrikel ( stenosis katup atrioventrikuler ), gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil ( Price. Sylvia A, 1995).

Menurut Carwis, J. Euzabeth (2002) Etiologi dari gagal jantung di sebabkanoleh beberapa hal :a. Disfungsi myocardb. Beban tekanan berlebih pembebanan Sistolikc. Beban volume berlebih pembebanan Diastolikd. Peningkatan kebutuhan metabolismee. Gangguan pengisian (hambatan intake)

Penyebab kegagalan jantung dikategori kepada tiga penyebab : Stroke volume : isi sekuncup Kontraksi kardiak Preload dan afterload Meliputi :1. Kerusakan langsung pada jantung (berkurang kemampuan berkontraksi), infark myocarditis, myocarial fibrosis, aneurysma ventricular 2. Ventricular overload terlalu banyak pengisian dari ventricle Overload tekanan (kebanyakan pengisian akhir : stenosis aorta atau arteri pulmonal, hipertensi pulmonari Keterbatasan pengisian sistolik ventricular Pericarditis konstriktif atau cardomyopati, atau aritmi, kecepatan yang tinggi,tamponade, mitra; stenosis Ventrucular overload (kebanyakan preload) regurgitasi dari aourta, defek seftum ventricalar2. bagaimana patofisiologi decompensatio cordis? Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel. Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme primer yang dapat di lihat :1. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik.2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin aldosteron, dan3. Hipertrofi ventrikel.Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung. Kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif. Menurunnya curah sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon simpatik kompensatorik. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik merangang pengeluaran katekolamin dari saraf saraf adrenergic jantung dan medulla adrenal. Denyut jantuing dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah curah jantung. Juga terjadi vasokonstriksi arteria perifer untuk menstabilkan tekanan arteria dan redistribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ organ yang rendah metabolismenya seperti kulit dan ginjal, agar perfusi ke jantung dan otak dapat dipertahankan.Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian peristiwa :1. Penurunan aliran darah ginjal dan akhirnya laju filtrasi glomerulus.2. Pelepasan rennin dari apparatus juksta glomerulus.3. Iteraksi rennin dengan angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan angiotensin I.4. Konversi angiotensin I menjadi angiotensin II.5. Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal.6. Retansi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul.Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau bertambahnya tebal dinding. Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium; tergantung dari jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal jantung,sarkomer dapat bertambah secara parallel atau serial. Respon miokardium terhadapbeban volume, seperti pada regurgitasi aorta, ditandai dengan dilatasi dan bertambahnya tebal dinding.

3. bagaimana manifestasi klinis decomp.cordis? Manifestasi tersering dari gagal jantung kiri adalah dispnea, atau perasaan kehabisan napas. Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan complianceparu akibat edema dan kongesti paru dan oleh peningkatan aktivitas reseptor regang otonom di dalam paru. Dispnea paling jelas sewaktu aktivitas fisik (dyspneu deffort). Dispnea juga jelas saat pasien berbaring (ortopnea) karena meningkatnya jumlah darah vena yang kembali ke toraks dari ekstremitas bawah dan karena pada posisi ini diafragma terangkat.Dispnea nokturnal paroksismaladalah bentuk dispnea yang dramatik; pada keadaan tersebut pasien terbangun dengan sesak napas hebat mendadak disertai batuk, sensasi tercekik, dan mengi. Manifestasi lain gagal jantung kiri adalah kelelahan otot, pembesaran jantung, takikardia, bunyi jantung ketiga (S3) gallop, ronki basah halus di basal paru, karena aliran udara yang melewati alveolus yang edematosa. Terjadi krepitasi paru karena edema alveolar dan edema dinding bronkus dapat menyebabkan mengi. Seiring dengan bertambahnya dilatasi ventrikel, otot papilaris bergeser ke lateral sehingga terjadi regurgitasi mitral dan murmur sistolik bernada tinggi. Dilatasi kronis atrium kiri juga dapat terjadi dan menyebabkan fibrilasi atrium yang bermanifestasi sebagai denyut jantung irregularly irregular (tidak teratur secara tidak teratur). (Kumar et al, 2007; Gray et al, 2005)Manifestasi utama dari gagal jantung kanan adalah bendungan vena sistemik dan edema jaringan lunak. Kongesti vena sistemik secara klinis tampak sebagai distensi vena leher dan pembesaran hati yang kadang-kadang nyeri tekan. Bendungan ini juga menyebabkan peningkatan frekuensi trombosis vena dalam dan embolus paru. Edema menyebabkan penambahan berat dan biasanya lebih jelas di bagian dependen tubuh, seperti kaki dan tungkai bawah. Pada gagal ventrikel yang lebih parah, edema dapat menjadi generalista. Efusi pleura sering terjadi, terutama di sisi kanan, dan mungkin disertai efusi perikardium dan asites. Pada gagal jantung kanan ditemukan dispneu, namun bukan ortopneu atau PND. Pada palpasi mungkin didapatkan gerakan bergelombang (heave) yang menandakan hipertrofi ventrikel kanan dan/atau dilatasi, serta pada auskultasi didapatkan bunyi jantung S3atau S4ventrikel kanan.4. bagaimana prognosis dan tatalaksana decomp.cordis? (farmakoterapi)

Prognosis Gagal Jantung

Pada sebagian kecil pasien, gagal jantung yang berat terjadi pada hari/ minggu-minggu pertama pasca lahir, misalnya sindrom hipoplasia jantung kiri, atresia aorta, koarktasio aorta atau anomali total drainase vena pulmonalis dengan obstruksi. Terhadap mereka, terapi medikmentosa saja sulit memberikan hasil, tindakan invasif diperlukan segera setelah pasien stabil. Kegagalan untuk melakukan operasi pada golongan pasien ini hampir selalu akan berakhir dengan kematian. (1,3) Pada gagal jantung akibat PJB yang kurang berat, pendekatan awal adalah dengan terapi medis adekuat, bila ini terlihat menolong maka dapat diteruskan sambil menunggu saat yang bik untuk koreksi bedah. (1,4)Pada pasien penyakit jantung rematik yang berat yang disertai gagal jantung, obat-obat gagal jantung terus diberikan sementara pasien memperoleh profilaksis sekunder, pengobatan dengan profilaksis sekunder mungkin dapat memperbaiki keadaan jantung. (1)

Penatalaksanaan untuk gagal jantung didasarkan pada usaha untuk menentukan diagnosa yang tepat, menyingkirkan kelainan yang menyerupai gagal jantung, dan memberikan pengobatan untuk mengurangi keluhan. Secara umurn tindakan dan pengobatan untuk gagal jantung didasarkan pada 4 aspek, yaitu: 1. Mengurangi beban kerja. 2. Memperkuat kontraktilitas miokard. 3. Mengurangi kelebihan cairan dan gararn. 4. Melakukan tindakan dan pengobatan khusus terhadap penyabab, factor-faktor pencetus, dan kelainan yang mendasari.Umumnya semua penderita gagal jantung dianjurkan untuk membatasi aktivitas fisik sesuai dengan berat ringannya keluhan. Pada penderita gagal jantung ringan mungkin hanya perlu membatasi aktivitas yang lebih berat dari biasanya, narnun untuk penderita gagal jantung berat harus di rawat di rumah sakit untuk menjalani tirah baring. Semua penderita wajib diberi edukasi mengenai sebab-sebab dan faktor-faktor pencetusnya agar dapat menghmdari hal-hal yang memperberat kondisinya.Tujuan utama pengobatan gagal jantung adalah untuk mengurangi gejala akibat bendungan sirkulasi, memperbaiki kapasitas kerja dan kualitas hidup, serta memperpanjang harapan hidup. Untuk gagal jantung yang tetap bergejala walaupun penyakit yang mendasarinya telah diobati memerlukan pembatasan aktivitas fisik, pembatasan asupan garam, dan obat.untuk itu pendekatan awal adalah memperbaiki berbagai gangguan yang mampu pulih untuk menghilangkan beban kardiovaskuler yang berlebihan, seperti ; mengobati hipertensi, mengobati anemia, mengurangi berat badan, atau memperbaiki stenosis aorta. ( Tjay, 2000 ) Pengobatan gagal jantung yaitu dapat dilakukan dengan mengurangi beban awal dengan cara pemberian diuretik, nitrat, atau vasodilator lainnya. Sedangkan untuk mengurangi beban akhir dapat dilakukan dengan pentberim pengharnbatan ACE. Untuk kontraktilitas dapat ditingkatkan dengan obat-obat inotropik seperti digitalis, dopamine,dan dobutamin. ( Lily, dkk, 1996) Kebanyakan penderita gagal jantung memperlihatkan gangguan fungsi sistolik. Pada penderita dernikian terapi obat dimaksudkan untuk : a Menghdangkan gejala bendungan sirkulasi dengan memperbaiki kontraktilitas miokard. b. Mengurangi beban pengisian ventrikel dan menurunkan tahanan perifer Karena penyembuhan fungsi pompa pada prinsipnya tidak bisa dicapai, maka penanganan khususnya ditujukan pada prevensi memburuknya penyakit dan meringankan gejalanya. Obat-obat yang umum digunakan untuk pengobatan ini adalah :1. Diuretika Diuretika dapat mengeluarkan kelebihan cairan, sehingga pembebanan jantung berhang. Untuk ini banyak digunakan diuretikum kuat fkosemida (oral tiga sampai empat dd delapan puluh sarnpai lirna ratus mg), atau untuk efek cepat intravena lifnaratus mg i.v. Bila fiuosemid tidak menghasilkan efek secukupnya (rekistpssi diuretdw), maka dapat ditambahkan thiazida Pada keadaan tidak akut biasanya dapat diberikan suatu thiazida dengan efek lebih berangsur-angsur. ( Tjay, 2000 ) Meskipun dampak dari diuretik mengurangi beban awal tidak memperbaiki curah jantung atau kelangsungan hidup, namun demikian diuretika merupakan pengobatan garis pertama untuk gagal jantung, karena dapat mengurangi simtom dan mencegah perawatan mahal di rumah sakit. Bila gagal jantung dan beban cairan ringan, biasanya cukup dengan membatasi cairan dan menggunakan diuretika oral.2. Glikosida jantung (digoksin) Dapat untuk memperkuat daya kontraksi jantung yang lemah, sehingga mernperkuat fhgsi pompa Sering kali diuretika dikombinasi dengan digoksin, yang juga berdaya mengatasi resistensi diuretikadengan jalan memperbaiki voleme-menit jantung. Zat-zat inotrop positif lainnya, seperti doparninergika (dopamine, ibopamin, dan lain-lain), tidak dianjurkan karena kerjanya terlalu hat tanpa memiliki efek kronotrop negatif. Obat-obat ini hanya digunakan i.v pada keadaan akut (shock jantung, dan sebagainya). Penghambat fosfodiesterase pun tidak dianjurkan berhubung efek bwuknya terhadap sel-sel jantung. 3. Penghambat ACE (enalapril, lisinopril, dan lain-lain) Banyak digunakan paad gagal jantung kronis, juga setelah infark pada pasien tertentu. AT-11-blockers (losartan, valsartan, irbesartan, dan lain- lain) kini sudah banyak digunakan pula. Obat-obat ini berkhasiat vasodilator perifer dan mengurangi preload maupun afkerload darah, yakni beban darah masing-masing sebelum dan sesudah mencapai jantung. 4. Vasodilator koroner Merniliki efek yang dapat mengurangi beban jantung, seperti nitroprusida (i.v.), prazosin, dan hidralizin. Obat-obat ini menurunkan afterload dengan jalan vasodilatasi arteri. Nitrat sebagai dilator vena mengurangi preload darah. Mengenai penggunaan antagonis Ca tidak ada kesepakatan berhubungan dengan efek inotrop negatihyaTerapi gagal jantung terdiri atas :1. Terapi spesifik terhadap kausa yang mendasari gagal jantung ( revaskularisasi pada PJK, penggantian katup untuk penyakit katup yang berat ).2. Terapi non spesifik terhadap sindroma klinis gagal jantung.

Dasar-dasar terapi Gagal Jantung KongestifMasalahTerapi

Preload meningkatRestriksi garam, diuretika, venodilator

Curah jantung rendah, tahanan vaskuler sistemik meningkatArteriolar dilator/inhibitor ACE

Kontraktilitas menurunObat inotropik positif

Frekwensi denyut jantung cepatFibrilasi atrialTakikardia sinusTingkatkan blok Atrio-VentrikulerPerbaiki kemampuan ventrikel kiri

Sediaan digitalisNama SediaanDosis DigitalisasiDosis PemeliharaanMulai bekerjaLama bekerja

1.Digoxin (Lanoxin) 0,25 mg/tablet1,5 3 mg, diselesaikan dalam 3 4 hari0,125 0,5 ml/hari4 6 jam2 6 hari

2.Deslanoside (Cedilanid-D) 0,4 mg/ampul2 ml.1,6 mg, diselesaikan dalam 24 jam0,2 0,4 mg/hari1 2 jam3 6 hari

Sediaan DiuretikaJenis DiuretikKemasanDosis AwalDosis Pemeliharaan

DIURETIKA RINGAN1.Hidroklorotiazid (HCT)2.Klortalidon (Hygroton)POTASSIUM SPARING DIURETICSSpironolakton (Aldactone)DIURETIKA KUATFurosemide (Lasix, Impugan, Naclex, dll)25 dan 50 mg/tab.

50 mg/tablet

25 dan 100 mg/tab.

20 mg/ampul 2 ml25 50 mg/hari

50 mg/hari

75 mg/hari

20 80 mg/hari25 50 mg/hari

25 50 mg/hari

25 100 mg/hari

0 40 mg/hari

Sediaan VasodilatorJenis Vasodilator ArterialKemasanDosisEfek samping

1.Kaptopril (Capoten)25, 50, dan 100 mg/tabletDimulai dengan dosis 6,25 12,5 mg ditingkatkan sampai 70 100 mg/hari, diberikan 1 jam sebelum makan, dibagi dalam 3 dosis.Gangguan pengecapan.Gatal-gatal.Neutropenia.Proteinuria.

2.Nifedipin (Adalat)10 mg/tablet30 60 mg/hari, dibagi dalam 3 dosis.Muka merah (flushing).Nyeri kepala.Berdebar.

3.Prazosin (Minipress)1 dan 2 mg/tabletDimulai dengan dosis kecil 0,5 1 mg pada malam hari, ditingkatkan secara bertahap sampai 6 12 mg/hr.First-dose syncope.BerdebarMengantuk.Lemah badan.Hidung buntu.

4.Hidralazine (Apresoline)25 dan 50 mg/1 tab.100 200 mg/hari dibagi dalam 3 4 dosis.Nyeri kepala.Berdebar dan angina.Hipotensi postural.SLE.

5.Sodium Nitropruside (Nipride)50 mg serbuk/vial, diencerkan dengan 500 ml D5 = 100 Ug/ml :harus dengan infusion pump.Botol dan selang infus harus dibungkus dengan aluminium foil untuk menghindari cahaya.Harus larutan baru.0,5 5 Ug/kg/menit atau 0,005 0,05 ml/kg/menit rata-rata 3 U gr/kg/menit atau 0,03 ml/kg/menit.Mual, muntah.Nyeri kepala.Hipotensi.Hindari ekstravasasiHati-hati pada gangguan hati atau ginjal.

VENOUSIsosorbid dinitrat (Cedocard, Isordil, Isorbid, Vascardine)5 dan 10 mg/tablet30 60 mg/hari, dibagi dalam 3 4 dosis.Nyeri kepala.Hipotensi postural.

LEARNING ISSUEA. PENGERTIAN DECOMPENSASI CORDIS Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.(Dr. Ahmad ramali.1994) Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung ( Tabrani, 1998; Price ,1995).Macam-macam gagal jantung :a. Gagal jantung kiri adalah kegagaln ventrikel kiri untuk memompakan darah berkurang reaksi pendorong, peningkatan tekana akhir diastol ventrikel kiri (pre-load). Dampak paru-paru mengalami peningkatan kapiler paru. Sehingga cairan didorong ke alveoli dan interstitial. Sehingga menyebabkan dypsnea, oedema paru, Efusi pleura, orthopnea dan batuk.b. Gagal jantung kanan adalah kegagalan ventrikel kanan akibat beban yang bertambah atau melawan tekanan tinggi pada sirkulasi sehingga sekuncup turun. Akibatnya beban atrium kanan pada saat diastolik menjadi berat. Keadaan ini akan menaikan tekanan dan bendungan sistemik, peningkatan volume dan tekanan akan mendorong cairan keluar dari vaskuler ke jaringan intersttial sehingga timbul oedema pada ekstrimitas bawah, ascites.c. Gagal jantung kongestif adalah kegagalan jantung kiri dan kanan yang terjadi bersama-sama, biasanya lebih dahulu gagal jantung kiri kegagal jantung kanan. Umumnya di tandai dengan bendungan sistemik dan paru.B. ETIOLOGIMekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokard atau kardiomyopati. Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan ventrikel ( stenosis katup atrioventrikuler ), gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil ( Price. Sylvia A, 1995).

Menurut Carwis, J. Euzabeth (2002) Etiologi dari gagal jantung di sebabkanoleh beberapa hal :a. Disfungsi myocardb. Beban tekanan berlebih pembebanan Sistolikc. Beban volume berlebih pembebanan Diastolikd. Peningkatan kebutuhan metabolismee. Gangguan pengisian (hambatan intake)

Penyebab kegagalan jantung dikategori kepada tiga penyebab : Stroke volume : isi sekuncup Kontraksi kardiak Preload dan afterload Meliputi :1. Kerusakan langsung pada jantung (berkurang kemampuan berkontraksi), infark myocarditis, myocarial fibrosis, aneurysma ventricular 2. Ventricular overload terlalu banyak pengisian dari ventricle Overload tekanan (kebanyakan pengisian akhir : stenosis aorta atau arteri pulmonal, hipertensi pulmonari Keterbatasan pengisian sistolik ventricular Pericarditis konstriktif atau cardomyopati, atau aritmi, kecepatan yang tinggi,tamponade, mitra; stenosis Ventrucular overload (kebanyakan preload) regurgitasi dari aourta, defek seftum ventricalar decompensai cordis terbagi atas dua macam meliputi :1. Decompensasi cordis kiri/gagal jantung kiri Dengan berkurangnya curah jantung pada gagal jantung mengakibatkan pada akhir sistol terdapat sisa darah yang lebih banyak dari keadaan keadaan normal sehingga pada masa diatol berikutnya akan bertambah lagi mengakibatkan tekanan distol semakin tinggi, makin lama terjadi bendungan didaerah natrium kiri berakibat tejadi peningkatan tekanan dari batas normal pada atrium kiri (normal 10-12 mmHg) dan diikuti pula peninggian tekanan vena pembuluh pulmonalis dan pebuluh darah kapiler di paru, karena ventrikel kanan masih sehat memompa darah terus dalam atrium dalam jumlah yang sesuai dalam waktu cepat tekanan hodrostatik dalam kapiler paru-paru akan menjadi tinggi sehingga melampui 18 mmHg dan terjadi transudasi cairan dari pembuluh kapiler paru-paru..Pada saat peningkatan tekanan arteri pulmonalis dan arteri bronkhialis, terjadi transudasi cairanin tertisiel bronkus mengakibatkan edema aliran udara menjadi terganggu biasanya ditemukan adanya bunyi eksspirasi dan menjadi lebih panjang yang lebih dikenal asma kardial fase permulaan pada gagal jantung, bila tekanan di kapiler makin meninggi cairan transudasi makin bertambah akan keluar dari saluran limfatik karena ketidaka mampuan limfatik untuk, menampungnya (>25 mmHg) sehingga akan tertahan dijaringan intertissiel paru-paru yang makain lama akan menggangu alveoli sebagai tempat pertukaran udara mengakibatkan udema paru disertai sesak dan makin lama menjadi syok yang lebih dikenal dengan syak cardiogenik diatandai dengan tekanan diatol menjadi lemah dan rendah serta perfusi menjadi sangat kurang berakibat terdi asidosis otot-otot jantung yang berakibat kematian. Gagalnya kkhususnya pada ventrikel kiri untuk memompakan darah yang mengandung oksigen tubuh yang berakibat dua al: Tanda-tanda dan gejela penurunan cardiak output seperit dyspnoe de effort (sesak nafas pada akktivitas fisik, ortopnoe (sesak nafas pada saat berbaring dan dapat dikurangi pada saat duduk atau berdiri.kemudian dispnue noktural paroksimalis (sesak nafas pada malam hari atau sesak pada saat terbangun) Dan kongesti paru seperti menurunnya tonus simpatis, darah balik yang bertambah, penurunan pada pusat pernafasan, edema paru, takikakrdia, Disfungsi diatolik, dimana ketidakmampuan relaksasi distolik dini ( prosesaktif yang tergantung pada energi ) dan kekakuan dindiing ventrikel

2. Decompensasi cordis kananKegagalan venrikel kanan akibat bilik ini tidak mampu memeompa melawan tekanan yang naik pada sirkulasi pada paru-paru, berakibat membaliknya kembali kedalam sirkulasi sistemik, peningkatan volume vena dan tekanan mendorong cairan keintertisiel masuk kedalam(edema perier) (long, 1996). Kegagalan ini akibat jantung kanan tidak dapat khususnya ventrikel kanan tidak bisa berkontraksi dengan optimal , terjadi bendungan diatrium kanan dan venakapa superior dan inferiordan tampak gejal yang ada adalah udemaperifer, hepatomegali, splenomegali, dan tampak nyata penurunan tekanan darah yang cepat., hal ini akibaat vetrikel kanan pada saat sisitol tidak mampu mempu darah keluar sehingga saat berikutnya tekanan akhir diatolik ventrikel kanan makin meningkat demikin pula mengakibatkan tekanan dalam atrium meninggi diikuti oleh bendungan darah vena kava supperior dan vena kava inferior serta selruh sistem vena tampak gejal klinis adalah terjadinya bendungan vena jugularis eksterna, bven hepatika (tejadi hepatomegali, vena lienalis (splenomegali) dan bendungan-bedungan pada pada ena-vena perifer. Dan apabila tekanan hidristik pada di pembuluh kapiler meningkat melampui takanan osmotik plasma maka terjadinya edema perifer. C. PATOFISIOLOGI Berdasarkan hubungan antara aktivitas tubuh dengan keluhan dekompensasi dapat dibagi berdasarkan klisifikasi sebagai berikut:I. Pasien dg P. Jantung tetapi tidak memiliki keluhan pd kegiatan sehari-hariII. Pasien dengan penyakit jantung yang menimbulkan hambtan aktivitas hanya sedikit, akan tetapi jika ada kegaiatn berlebih akan menimbulkan capek, berdebar, sesak serta angina III. Pasien dengan penyakit jantung dimana aktivitas jasmani sangat terbatas dan hanya merasa sehat jika beristirahat. IV. Pasien dengan penyakit jantung yang sedikit saja bergerak langsung menimbulkan sesak nafas atau istirahat juga menimbulkan sesak nafas.

Konsep terjadinya gagal jantung dan efeknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar dapat dilihat pada gambar berikut

Patofisiologihipertensi,iskemia,infark,mitral valve/aorta valve defect

penurunan kontraktilitas miokardium

penurunan curah jantung

menurunkan volume darah arteri efektif

lepasnya muatan saraf simfatis menaikkan pelepasan reninangiotensin II

tekanan darah dipertahankan

menaikkan teknan vena vasokontriksi ginjal menaikkan sekresi aldosterom

menurunkan GFR nefron menaikkan reabsorbsi Na+ dan H20oleh tubulus

menurunkan ekskresi Na+ dan H20 dalam urin

menaikkan Na dan H2O total tubuh

edema

Tanda dan gejala Dampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau sisitem pulmonal antara lain : Lelah Angina Cemas Oliguri. Penurunan aktifitas GI Kulit dingin dan pucat Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balikdari ventrikel kiri, antaralai : Dyppnea Batuk Orthopea Reles paru Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan : Edema perifer Distensi vena leher Hari membesar Peningkatan central venous pressure (CPV D. MANIFESTASI KLINIKmenurut Arif Mansjar DKK (2001 : 434) manifestasi klinis dari gagl jantung adalah:a. Gagal jantung kanan:1) Tekanan vena perifer 2) Distensi vena3) Eodema4) Ascites5) Hepatomegali6) Pertambahan berat badan7) Penurunan keluaran Urine (nocturia)8) Gallop ventrikel kanan G39) Nyeri tekan abdomen pada kuadran kanan atas10) Syanosis11) Lemah12) Ronkhi

E. DIAGNOSTIK 1. Keluhan penderita berdasarkan tanda dan gejala klinis2. Pemeriksaan fisik EKG untuk melihat ada tidaknya infark myocardial akut, dan guna mengkaji kompensaai sepperti hipertropi ventrikel3. Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik pada penyakit jantung kotoner4. Film X-ray thorak untuk melihat adanya kongesti pada paru dan pembesaran jantung5. esho-cardiogram, gated pool imaging, dan kateterisasi arteri polmonal.utuk menyajikan data tentang fungsi jantung

E. PENGOBATAN pada decompensasi cordisPada dasarnya pengobnatan penyakit decompensasi cordis adalah sbb:1. pemenuhan kebutuhan oksigen pengobatan faktor pencetus istirahat 2. perbaikan suplai oksigen /mengurangi kongesti pengobatan dengan oksigen pengaturan posisi pasien deni kebcaran nafas peningkatan kontraktilitas myocrdial (obat-obatan inotropis positif) penurunan preload (pembatan sodium, diuretik, obat-obatan, dilitasi vena) penurunan afterload (obat0obatan dilatasi arteri, obat dilatasi arterivena, inhibitor ACE

I. Konsep asuhan Keperawatan1. Pengkajian1. Aktivitas dan IstirahatGejala : Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa berdenyut dan berdebar. Mengeluh sulit tidur (ortopneu, dispneu paroksimal nokturnal, nokturia, keringat malam hari). Tanda: Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan karena kerja, takpineu, dispneu. 2. Sirkulasi Gejala: Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik hipertensi, kongenital: kerusakan arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung dan palpitasi, serak, hemoptisisi, batuk dengan/tanpa sputum, riwayat anemia, riwayat shock hipovolema.Tanda: Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung; S1 keras, pembukaan yang keras, takikardia. Irama tidak teratur; fibrilasi arterial. 3. Integritas Ego Tanda: menunjukan kecemasan; gelisah, pucat, berkeringat, gemetar. Takut akan kematian, keinginan mengakhiri hidup, merasa tidak berguna. Kepribadian neurotik, 4. Makanan/CairanGejala: Mengeluh terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan diuretik.Tanda: Edema umum, hepatomegali dan asistes, pernafasan payah dan bising terdengar krakela dan mengi.5. Neurosensoris Gejala: Mengeluh kesemutan, pusingTanda: Kelemahan 6. Pernafasan Gejala: Mengeluh sesak, batuk menetap atau nokturnal.Tanda: Takipneu, bunyi nafas; krekels, mengi, sputum berwarna bercak darah, gelisah.7. KeamananGejala: Proses infeksi/sepsis, riwayat operasiTanda: Kelemahan tubuh 8. Penyuluhan/pembelajaran Gejala: Menanyakan tentang keadaan penyakitnya.Tanda: Menunjukan kurang informasi. B. Pemeriksaan Penunjang 1. Foto polos dada- Proyeksi A-P; konus pulmonalis menonjol, pinggang jantung hilang, cefalisasi arteria pulmonalis.- Proyeksi RAO; tampak adanya tanda-tanda pembesaran atrium kiri dan pembesaran ventrikel kanan. 2. EKGIrama sinus atau atrium fibrilasi, gel. mitral yaitu gelombang P yang melebar serta berpuncak dua serta tanda RVH, LVH jika lanjut usia cenderung tampak gambaran atrium fibrilasi. 3. Kateterisasi jantung dan Sine AngiografiDidapatkan gradien tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri pada saat distol. Selain itu dapat dideteksi derajat beratnya hipertensi pulmonal. Dengan mengetahui frekuensi denyut jantung, besar curah jantung serta gradien antara atrium kiri dan ventrikel kiri maka dapat dihitung luas katup mitral.

Analisa Data Data yang dikumpulkan dikelompokkan meliputi : data subyektif dan data obyektif kemudian dari data yang teridentifikasi masalah dan kemungkinan penyebab dapat ditentukan yang menjadi acuan untuk menentukan diagnosa keperawatan. Meliputi :Data subjektifitas Status respiratorik : dypnea, othopnea,(faktor-faktor pencetu, derajatnya, faktor-faktoryang meringankan) Tanda-tanda retensi cairan : kenaikan BB, pedel edema lkakki, kulit terasa bengkak Kenyamann nyeri abdomen, nyeri angina Pengetahuan dan jenispengobatan Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengkonfensasi Kemampuan penyesuaian Pemahaman khusus mengenai kondisiData objekif Edema : lokasi dan derajatnya Distensi abdomen Penimbangan BB setiap hari biasanya setelah pengosongan kandung kemih dan sebelum makan pagi Unyi naas Riti gallop dan auskultasi jantung Tingakt kesadaran Kesulitan bernafas dan kelaian nadi

DAFTAR PUSTAKA

Tabrani, (1998), Agenda Gawat Darurat Jilid 2, Penerbit Alumni Bandung

Guyton, (1991), Fisiologi Manusia, EGC, Jakarta

Barbara Engram, (1995), Perawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta

Dongoes M.E, Marry F, Alice G (1997) Nursing Care Plans, F.A davis Company, Philadelphia.

Carpennito L.J (1997), Nursing Diagnosis, JB. Lippincot, New York

Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis Pendekatam Holistik, Penerbit EGC, Jakarta.

Price Sylvia A ( 1993) , Patofisiologi, Penerbit EGC, Jakarta.

Lily ismudiati rilanto dkk, (2001). Buku Ajar Kardiologi, penerbit Fakultas Kedokteran Unversitas Indonesia, GayaBaru Jakarta.

Long. C.B (1996) Medical Surgical. Nursing. CV. Mosby St Louis, USA 37