38
TUGAS PORTOFOLIO ELEKTIF DISASTER NURSING MAKALAH KONSEP KEPERAWATAN BENCANA Oleh : DENIK ANUGRAH LESTARI NIM: 1320023

Denik Al Portofolio

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bencana

Citation preview

Page 1: Denik Al Portofolio

TUGAS PORTOFOLIO ELEKTIF DISASTER NURSING

MAKALAH KONSEP KEPERAWATAN BENCANA

Oleh :

DENIK ANUGRAH LESTARI

NIM: 1320023

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2015

Page 2: Denik Al Portofolio

Kata Pengantar

Dengan mengucapkan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya

kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Konsep Keperawatan

Bencana.

Terima kasih kami sampaikan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Dosen pembimbing Merina Widyastuti

3. Serta teman teman yang ikut berpartisipasi dalam proses

pembelajaran.

semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dan kami

mengharapkan adanya saran agar makalah kami dapat tercipta dengan sempurna.

Surabaya, Agustus 2015

Penulis

Page 3: Denik Al Portofolio

A. KONSEP KEPERAWATAN BENCANA

1. Defnisi Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik

oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007).

Penanggulangan bencana adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek

perencanaan dan penanganan bencana sebelum, saat dan sesudah terjadi

bencana yang mencakup pencegahan, pengurangan (mitigasi), kesiapsiagaan,

tanggap darurat dan pemulihan.

2. Jenis Bencana

Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis yaitu:

a. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti

kejadian-kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung

meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.

b. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena

perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan,

kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan

komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.

Sedangkan berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:

a. Bencana Lokal

Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah

sekitarnya yang berdekatan.Bencana terjadi pada sebuah gedung atau

bangunan-bangunan disekitarnya.Biasanya adalah karena akibat faktor

manusia seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan

lainnya.

b. Bencana Regional

Page 4: Denik Al Portofolio

Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area

geografis yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam,

seperti badai, banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya.

3. Fase-fase Bencana

Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya

suatu bencana, yaitu fase preimpact, fase impact dan fase postimpact.

1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana.

Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya

pada fase inilah segala persiapan dilakukan baik oleh pemerintah,

lembaga, dan warga masyarakat.

2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-

saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup

(survive). Fase impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan

bantuan-bantuan darurat dilakukan.

3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari

fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada

fungsi komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini para

korban akan mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan, marah,

tawar-menawar, depresi hingga penerimaan.

Page 5: Denik Al Portofolio

B. Prinsip Dasar Manajemen Darurat

1. Prinsip Keperawatan manajemen Darurat

Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat

serta harus dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama

menemukan/mengetahui (orang awam, perawat, para medis, dokter), baik didalam

maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat terjadi setiap saat dan

menimpa siapa saja.

Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan sebagai berikut

(Kumpulan materi mata kuliah Gadar:2005):

a. Gawat darurat

Suatu kondisi dimana dapat mengancam nyawa apabila tidak mendapatkan

pertolongan secepatnya.  Contoh : gawat nafas, gawat jantung, kejang,

koma, trauma kepala dengan penurunan kesadaran

b. Gawat tidak darurat

Suatu keadaan dimana pasien berada dalam kondisi gawat tetapi tidak

memerlukan tindakan yang darurat contohnya : kanker stadium lanjut

c. Darurat tidak gawat

Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam

nyawa atau anggota badannya contohnya : fraktur tulang tertutup.

d. d. Tidak gawat tidak darurat

Pasien poliklinik yang datang ke UGD

2. Triage Dalam Gawat Darurat

Triage adalah suatusistem seleksi pasien yang menjamin supaya tidak

ada pasien yang tidak mendapatkan perawatan medis. Tujuan triage ini adalah

agar pasien mendapatkan prioritas pelayanan sesuai dengan tingkat kegawatannya.

Page 6: Denik Al Portofolio

Pemberian label dalam triage meliputi :

a. Merah : Untuk kasus-kasus gawat darurat

b. Kuning : Untuk kasus gawat tidak darurat atau darurat tidak gawat

c. Hijau : Untuk kasus-kasus tidak gawat tidak darurat/ringan

d. Hitam : Untuk kasus DOA (datang dalam keadaan sudah meninggal).

3. Tindakan Keperawatan Gawat Darurat Sesuai Aspek Legal

Perawat yang membantu korban dalam situasi emergensi harus

menyadari konsekuensi hukum yang dapat terjadi sebagai akibat dari tindakan

yang mereka berikan. Banyak negara-negara yang telah memberlakukan undang-

undang untuk melindungi personal kesehatan yang menolong korban-korban

kecelakaan. Undang-undang ini bervariasi diberbagai negara, salah satu

diantaranya memberlakukan undang-undang “ Good Samaritan” yang berfungsi

untuk mengidentifikasikan bahasa/ istilah hukum orang-orang atau situasi yang

memberikan kekebalan tanggung jawab tertentu, banyak diantaranya ditimbulkan

oleh adanya undang-undang yang umum.

Perawatan yang dapat dipertanggungjawabkan diberikan oleh perawat

pada tempat kecelakaan biasanya dinilai sebagai perawatan yang diberikan oleh

perawatan serupa lainnya dalam kondisi-kondisi umum yang berlaku. Maka

perawatan yang diberikan tidaklah dianggap sama dengan perawatan yang

diberikan diruangan emergensi.

Perawat-perawat yang bekerja di emergensi suatu rumah sakit harus

menyadari implikasi hukum dari perawatan yang diberikan seperti memberikan

persetujuan dan tindakan-tindakan yang mungkin dilakukan dalam membantu

kondisi mencari bukti-bukti.

4. Fungsi Perawat Dalam Pelayanan Gawat Darurat

a. Melaksanakan asuhan keperawatan gawat darurat

Page 7: Denik Al Portofolio

b. Kolaborasi dalam pertolongan gawat darurat

c. Pengelolaan pelayanan perawatan di daerah bencana dan ruang gawat

darurat

5. Tindakan – tindakan yang Berhubungan dengan bantuan hidup dasar dan

bantuan hidup lanjut.

Pengetahuan medis teknis yang harus diketahui adalah mengenal

ancaman kematian yang disebabkan oleh adanya gangguan jalan nafas, gangguan

fungsi pernafasan/ventilasi dan gangguan sirkulais darah dalam tubuh kita.

Dalam usaha untuk mengatasi ketiga gangguan tersebut harus dilakukan

upaya pertolongan pertama yang termasuk dalambantuan hidup dasar yang

meliputi :

a. Pengelolaan jalan nafas (airway)

b. Pengelolaan fungsi pernafasan/ventilasi (breathing management)

c. Pengelolaan gangguan fungsi sirkulasi (circulation management)

Setelah bantuan hidup dasar terpenuhi dilanjutkan pertolongan lanjutan

ataubantuan hidup lanjut yang meliputi :

a. Penggunaan obat-obatan (drugs)

b. Dilakukan pemeriksaan irama/gelombang jantung (EKG)

c. Penanganan dalam kasus fibrilasi jantung (fibrilasi)

Khusus untuk kasus-kasus kelainan jantung pengetahuan tentang ACLS

(Advanced Cardiac Life Sipport) setelah tindakan ABC dilakukan tindakan D

(differential diagnosis), untuk kasus-kasus ATLS (Advanced Trauma Life

Support) setelah ABC dilanjutkan dengan D (disability) serta E (exposure)

Page 8: Denik Al Portofolio

C. penilaian sistemik sebelum, selama ,dan setelah bencana

1. Fase pertama, mitigasi: upaya untuk memperkecil dampak dari bencana,

meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. Ada 2 bentuk mitigasi yang lazim

dilakukan yaitu:

a. Mitigasi struktural merupakan upaya PRB dengan cara membangun

lingkungan fisik dengan menggunakan rekayasa struktur, seperti

pembangunan bangunan tahan gempa, pengendalian lingkungan dengan

pembuatan kanal banjir, drainase, dan terasering.

b. Mitigasi non-struktural adalah upaya PRB dengan cara merubah

prilaku  manusia atau proses alamiah, seperti penyusunan kebijakan,

peraturan perundang-undangan, PRB, pendidikan, dan penyadaran

masyarakat, modifikasi non-struktural, perubahan perilaku masyarakat.

2. Fase kedua, kesiapsiagaan: Merencanakan bagaimana menanggapi bencana

dilakukan dalam fase ini. Hal tersebut meliputi: Merencanakan kesiapsiagaan,

penilaian kerentanan, kelembagaan, Sistem informasi, basis sumberdaya,

membangun sekolah siaga bencana, memasukkkan unsur PRB dalam kurikulum

sekolah, Sistem peringatan dini, mekanisme tanggap, pendidikan public dan

pelatihan, kesiapan logistic, membuat rencana kontijensi, kemudian diuji

coba kesiapsiagaan terhadap bencana.

3. Fase ketiga, Respon: Upaya memperkecil kerusakan yang disebabkan oleh

bencana, Pencarian dan penyelamatan korban diantaranya: Triage korban

bencana dan pemilahan korban, pemeriksaan kesehatan, dan mempersiapkan

korban untuk tindakan rujukan. Selain itu juga memfungsikan pos kesehatan

lapangan (rumah sakit lapangan), mendistribusikan logistik (obat-obatan, gizi,

air bersih, sembako), menyediakan tempat tinggal sementara dan penanganan

pos traumatic stress.

4. Fase keempat, Recovery: tindakan mengembalikan masyarakat ke kondisi normal.

Peristiwa ini menfokuskan pada perbaikan sarana dan prasarana, yaitu:

rehabilitasi dan rekonstruksi. Adapun rehabilitasi merupakan upaya untuk

membantu komunitas memperbaiki rumahnya, mengembalikan fungsi pelayanan

umum, perbaikan sarana transportasi, komunikasi, listrik, air bersih dan sanitasi,

Page 9: Denik Al Portofolio

dan pelayanan pemulihan kesehatan. Selanjutnya rekonstruksi merupakan upaya

jangka menengah dan jangka panjang seperti pembangunan kembali sarana dan

prasarana, serta pemantapan kemampuan institusi pemerintah, sehingga

terjadinya perbaikan fisik, social dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan

komunitas pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya. 

D. Aspek Legal Keperawatan Bencana

Kegawatan suatu yang menimpa seseorang yang dapat menimbulkan

proses mengancam jiwa, dalam arti pertolongan tepat, cermat dan cepat bila tidak

dapat menyebabkan seseorang meninggal atau cacat ( Seri PPGD/GELS, Materi

Tekhnis Medis  Standar Depkes 2003).Sedangkan kedaruratan adalah sebuah

tindakan atau aksi secara darurat yang dilakukan oleh seorang petugas yang

mempunyai keterampilan untuk memberikan pertolongan  agar seseorang dapat

diselamatkan jiwanya dan terhindar dari kecacatan.

Undang undang penanggulangan bencana nomor 24 tahun 2007  dalam

Bab I Tentang ketentuan umum Pasal 1 Ayat (10),”Tanggap darurat bencana

adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian

bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan  yang meliputi

kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan

dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, serta pemulihan sarana dan pra

sarana”.   

Undang undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 Pasal 32 Ayat (1) Dalam

keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta

wajib memberikan pelayanan kesehatan  bagi penyelamatan nyawa pasien dan

pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Ayat (2) Dalam keadaan darurat Fasilitas

pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta dilarang  menolak pasien

dan/atau meminta uang muka.

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Bab II

Pasal 4, setiap orang berhak atas kesehatan, dalam penjelasannya hak untuk

memperoleh kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan, agar dapat mewujudkan

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pasal ini mengatakan setiap individu

Page 10: Denik Al Portofolio

dan masyarakat berhak atas nilai nilai kesehatan serta mendapatkan pelayanan

kesehatan yang optimal dan paripurna.

1. LANDASAN HUKUM PELAYANAN GAWAT DARURAT

a) UU NO 9 Tahun 1960 Pokok Kesehatan

b) UU NO 6 Tahun 1963 Tenaga Kesehatan

c) UU NO 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran

d) UU NO 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

e) UU NO 36 Tahun  2009 Kesehatan

f) UU NO 44 TAHUN 2009 Rumah sakit

g) PP NO 32 TAHUN 1996 Tenaga Kesehatan

h) PP NO 51 Tahun  2009 Pekerjaan Kefarmasian

i) Berbagai Peraturan Menteri Kesehatan

2. ASPEK ASPEK HUKUM DAN PERLINDUNGAN HUKUM

PELAYANAN GAWAT DARURAT

Dalam Undang undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 Bab I

Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat (1) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna  yang menyediakan pelayanan rawat Inap,

Rawat Jalan dan Rawat Darurat.  Ini membuktikan bahwa rumah sakit wajib

memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien atau penderita dengan arti

kata setiap rumah sakit wajib memiliki sarana, pra sarana dan SDM dalam

pengelolaan pelayanan gawat darurat, ini membuktikan adanya kepastian hukum

dalam pelayanan gawat darurat di rumah sakit”.

Gawat darurat adalah suatu kondisi klinik yang memerlukan pelayanan

medis. Gawat  

Darurat medis adalah suatu kondisi dalam pandangan penderita,

keluarga, atau siapapun yang bertanggung jawab dalam membawa penderita  ke

rumah sakit memerlukan pelayanan medis segera. Penderita gawat darurat

memerlukan pelayanan yang cepat, tepat, bermutu dan terjangkau.  (Etika dan

Hukum Kesehatan,  Prof.Dr.Soekijo Notoatmojo 2010).

Page 11: Denik Al Portofolio

            Kepmenkes RI nomor  1239/Menkes/SK/XI/2001 Tentang  Registrasi dan

Praktik Keperawatan, Pasal 20, Dalam darurat yang mengancam jiwa

seseorang/pasien, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan

diluar kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 15, Pelayanan dalam

keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditujukan untuk

penyelamatan jiwa. 

            Permenkes Nomor RI HK.02.02.MENKES/148/2010, tentang regitrasi dn

izin praktik keperawatan Pasal 10 Ayat (1), Dalam darurat yang mengancam jiwa

seseorang/pasien, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan

diluar kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam pasal  8, Pasal 11 poin (a)

Perawat berhak Memperoleh perlindungan hukum.

            Permenkes Nomor  152/Menkes/Per/IV/2007  Tentang Izin dan

penyelenggaran Praktik Kedokteraan dan kedokteran Gigi, BAB III Pasal  15

Ayat  (I), Dokter dan dokter Gigi dapat memberilan pelimpahan suatu tindakan

kedokteran  dan tindakan  kedokteran gigi  , kepada perawat, bidan atau tenaga

kesehatn lainnya secara tertulis.  

Tingkat pasien gawat darurat :

1. Kelompok dengan cedera ringan yang tanpa pelayanan medis tidak akan

mengancam nyawanya.

2. Kelompok dengan cedera sedang/berat yang jika diberi pertolongan akan

dapat menyelamatkan jiwanya.

3. Kelompok dengan cedera sangat berat atau parah yang walau diberi

pertolongan tidak akan menyelamatkan jiwanya (Etika dan Hukum

Kesehatan,  Prof.Dr.Soekijo Notoatmojo 2010).

Kompetensi perawat bencana meliputi :

1. Triage gawat darurat / bencana

2. Pelaksana penyelamatan kehidupan dasar

3. Pelaksana tindakan kep gadar

4. Pemenuhan keb klien gadar

5. Monitoring

Page 12: Denik Al Portofolio

6. Dokumentasi

7. Penanganan kepanikan klien dan keluarga

8. Penanganan sukarelawan bencana

Page 13: Denik Al Portofolio

E. Perawatan darurat selama bencana

Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat

setelah keadaan stabil.Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim

survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu

juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan. Perawat harus melakukan

pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama.Ada

saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih

efektif. (Triase )

TRIASE :

1. Merah---paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam

kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok,

trauma dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan

kesadaran, luka bakar derajat I-II

2. Kuning --- penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury

dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena

dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama

30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel,

fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat

II

3. Hijau --- prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur

tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan

dislokasi

4. Hitam --- meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat

selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal

Peran perawat

1. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan

psikologis korban.

2. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada

kehidupan normal.

Page 14: Denik Al Portofolio

3. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu

yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana

kecacatan terjadi

Page 15: Denik Al Portofolio

F. Asuhan Psikososial Bagi Para Korban Dan Keluarga

Stresor yang terjadi pada bencana meliputi stresor fisik, lingkungan dan

pikiran. Stresor fisik adalah cedera fisik yang diakibatkan oleh bencana dari

tingkat ringan sampai berat, dan dapat pula mengakibatkan korban meninggal.

Masyarakat yang selamat dan tinggal di pengungsian juga rentan mengalami

gangguan kesehatan fisik. Stresor lingkungan adalah rusak dan hilangnya harta

benda (rumah, sawah, ladang dll). Respon individu terkait bencana dan stressor

yang menyertainya bervariasi sesuai dengan kemampuan dalam melakukan

adaptasi dengan kondisi kehidupan yang berubah. Ansietas dan depressi

merupakan respon yang paling sering ditemukan sejalan dengan proses kehilangan

yang terjadi. Kondisi ini dapat cepat pulih, namun pada individu tertentu dapat

berakibat lebih lanjut. Untuk itu diperlukan penanganan segera agar ketahanan

mental dan pemulihan kondisi kejiwaan dapat terjadi sehingga masyarakat dapat

membangun kembali kehidupan dengan semangat baru yang penuh harapan.

Post traumatic stress disorder(PTSD) merupakan salah satu masalah

kejiwaan yang dapat terjadi pada korban bencana. PTSD adalah gangguan ansietas

yang terjadi akibat peristiwa traumatic/bencana yang mengancam keselamatan

dan membuat individu merasa tidak berdaya. PTSD ada tiga macam yaitu PTSD

akut terjadi 1-3 bulan setelah bencana, PTSD kronik terjadi setelah tiga bulan, dan

PTSD dengan onset yang memanjang (with delayed onset).

Tanda dan gejala PTSD dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a. Merasakan kembali peristiwa traumatic (reexperiencing symptom), merasakan

kejadian terjadi kembali, muncul dalam bentuk bayangan, mimpi buruk,

bertindak seakan peristiwa terulang kembali, merasa sangat menderita jika

mengingatnya dan disertai detakan jantung yang hebat dan berkeringat.

b. Menghindar (avoidance symptom), yaitu menghindar terhadap hal yang

mengingatkan terhadap peristiwa trauma. Hal ini dapat distimulus dari pikiran

sendiri atau lingkungan yang menimbulkan perasaan yang tidak

menyenangkan. Tanda dan gejala yang muncul adalah usaha keras menghindari

Page 16: Denik Al Portofolio

pikiran, perasaan atau perbincangan tentang peristiwa traumatis, menghindari

orang atau tempat yang mengingatkan peristiwa traumatis, sulit mengingat

kejadian traumatis, kehilangan minat melakukan hal-hal positif, merasa jauh

dari orang lain, sulit merasakan kesenangan, tidak punya harapan dan merasa

kehidupan terputus.

c. Waspada (hyperarousal symptom), mengalami peningkatan mekanisme

fisiologik tubuh pada saat tubuh istirahat. Tanda dan gejala yang muncul

seperti sulit tidur, tidur tetapi gelisah, mudah dan lekas marah dan meledak-

ledak, sulit berkonsentrasi, selalu awas seakan bahaya mengincar, gelisah,

tidak tenang dan mudah terpicu/waspada.

Strategi Penanggulangan Dampak Psikososial Pada Bencana

Masalah psikososial pada korban bencana dapat dikelompokkan sesuai dengan

dampak bencana yang dialami yaitu:

1. Masyarakat yang selamat disertai orang yang dicintai juga selamat dan harta

bendapun selamat. 

2. Masyarakat yang selamat tetapi harta benda rusak dan hancur; atau

masyarakat yang selamat tetapi kehilangan orang yang dicintai. 

3. Masyarakat yang selamat disertai dengan kehilangan orang yang dicintai dan

kehilangan harta benda

Masyarakat yang kena dampak bencana umumnya tinggal di

pengungsian, namun ada juga yang mengungsi ke rumah keluarga (yang

mempunyai sistem pendukung sosial).

Untuk itu strategi penanggulangan atau pendekatan psikososial dibagi

sebagai berikut: kegiatan di tempat pengungsian, kegiatan di tempat barak

pengganti rumah, kegiatan di rumah atau kembali ke desa.

Teknik pada keluarga dan individu

Page 17: Denik Al Portofolio

Pada saat kegiatan kelompok kecil dapat diidentifikasi anggota

kelompok yang mempunyai kebutuhan khusus misalnya yang kehilangan anggota

keluarga, rumah, harta benda, cedera, gangguan jiwa. Lakukan perawatan sesuai

dengan masalah yang dialami secara profesional yaitu oleh perawat jiwa atau

dokter jiwa. Diagnosa keperawatan yang dapat diidentifikasi adalah Ansietas,

PTSD, Harga diri rendah (situasional/kronik), Keputusasaan, Ketidakberdayaan,

Gangguan citra tubuh, Risiko perilaku kekerasan, Gangguan sensori persepsi:

halusinasi, Isolasi sosial, Risiko bunuh diri, Defisit perawatan diri. Pertimbangkan

rujukan yang diperlukan ke puskesmas, dan rumah sakit.

Page 18: Denik Al Portofolio

G. Perawatan Kelompok Rentan

Kelompok yang paling sering menanggung risiko dalam situasi darurat

adalah perempuan, anak-anak, orang lanjut usia, penyandang cacat dll.Kerentanan

tertentu mempengaruhi kemampuan orang untuk menghadapi dan bertahan hidup

dalam suatu bencana, dan mereka yang paling beririko harus diidentifikasi dalam

setiap konteks.

Berikut ini merupakan standar tandar bantuan gizi untuk kelompok

berisiko:

a. Bayi berumur kurang dari enam bulan harus diberi ASI secara

eksklusif atau dalam kasus-kasus khusus dapat diberikan susu

pengganti ASI yang tepat dalam jumlah yang memadai.

b. Anak-anak berumur 6-24 bulan mempunyai akses terhadap

makanan tambahan yang bergizi dan sarat energi.

c. Perempuan yang hamil atau menyusui mempunyai akses terhadap

gizi dan bantuan tambahan

d. Perhatian khusus diberikan untuk melindungi, meningkatkan dan

mendukung perawatan gizi bagi wanita usia subur.

e. Informasi, pendidikan dan pelatihan yang tepat tentang gizi

diberikan kepada para professional yang relevan, juru rawat, dan

lembaga-lembaga yang bergerak dalam praktek pemberian makan

bayi dan anak.

f. Akses kaum lanjut usia untuk mendapatkan makanan yang bergizi

dan dukungan gizi yang tepat dilindungi, ditingkatkan, dan

didukung.

g. Keluarga yang mempunyai anggota keluarga sakit kronis, termasuk

mereka yang menderita HIV/AIDS dan anggota keluarga yang

mempunyai kecacatan tertentu mempunyai akses terhadap

makanan bergizi yang tepat dan dukungan gizi yang memadai.

h. Terbangun system berbasis komunitas untuk menjamin perawatan

individu-individu yang rentan secara semestinya.

Page 19: Denik Al Portofolio

H. MANAJEMEN KORBAN MASSAL DI RS

Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan

tugas yang menantang, dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. Sistem

Pelayanan Tanggap Darurat ditujukan untuk mencegah kematian dini (early)

karena trauma yang bisa terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam sejak

cedera (kematian segera karena trauma, immediate, terjadi saat trauma. Perawatan

kritis, intensif, ditujukan untuk menghambat kematian kemudian, late, karena

trauma yang terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelah trauma).

Kematian dini diakibatkan gagalnya oksigenasi adekuat pada organ vital

(ventilasi tidak adekuat, gangguan oksigenisasi, gangguan sirkulasi, dan perfusi

end-organ tidak memadai), cedera SSP masif (mengakibatkan ventilasi yang

tidak adekuat dan / atau rusaknya pusat regulasi batang otak), atau keduanya.

Cedera penyebab kematian dini mempunyai pola yang dapat diprediksi

(mekanisme cedera, usia, sex, bentuk tubuh, atau kondisi lingkungan). Tujuan

penilaian awal adalah untuk menstabilkan pasien, mengidentifikasi cedera /

kelainan pengancam jiwa dan untuk memulai tindakan sesuai, serta untuk

mengatur kecepatan dan efisiensi tindakan definitif atau transfer kefasilitas

sesuai.

Bencana adalah setiap keadaan dimana jumlah pasien sakit atau cedera

melebihi kemampuan sistem gawat darurat yang tersedia dalam memberikan

perawatan adekuat secara cepat dalam usaha meminimalkan kecacadan atau

kematian (korban massal), dengan terjadinya gangguan tatanan sosial, sarana,

prasarana (Bencana kompleks bila disertai ancaman keamanan). Bencana

mungkin disebabkan oleh ulah manusia atau alam. Keberhasilan pengelolaan

bencana memerlukan perencanaan sistem pelayanan gawat darurat lokal,

regional dan nasional, pemadam kebakaran / rescue, petugas hukum dan

masyarakat.

1. Tingkat respon bencana

Akan menentukan petugas dan sarana apa yang diperlukan ditempat

kejadian : 

Respons Tingkat I : Bencana terbatas yang dapat dikelola oleh petugas

sistim gawat darurat dan penyelamat lokal tanpa memerlukan bantuan dari

Page 20: Denik Al Portofolio

luar organisasi.

Respons Tingkat II : Bencana yang melebihi atau sangat membebani

petugas sistim gawat darurat dan penyelamat lokal hingga membutuhkan

pendukung sejenis serta koordinasi antar instansi. Khas dengan banyaknya

jumlah korban.

Respons Tingkat III : Bencana yang melebihi kemampuan sumber sistim

gawat darurat dan penyelamat baik lokal atau regional. Korban yang

tersebar pada banyak lokasi sering terjadi. Diperlukan koordinasi luas

antar instansi.

2. Penilaian Ditempat Dan Prioritas Triase

Bila jumlah korban serta parahnya cedera tidak melebihi kemampuan

pusat pelayanan, pasien dengan masalah mengancam jiwa dan cedera

sistem berganda ditindak lebih dulu. Bila jumlah korban serta parahnya

cedera melebihi kemampuan *) dst dibawah algoritma

3. Jalur untuk Transport Korban

Petugas keamanan bersama petugas medis menetapkan perimeter sekitar

lokasi bencana yang disebut Zona Panas. Ditentukan jalur yang dinyatakan

aman untuk memindahkan korban ke perimeter kedua atau zona dimana

berada Area Tindakan Utama. Tidak seorangpun diizinkan melewati

Page 21: Denik Al Portofolio

perimeter Zona Panas untuk mencegah salah menempatkan atau

memindahkan pasien secara tidak aman tanpa izin.

4. Keamanan.

Mengamankan penolong dan korban. Petugas keamanan mengatur semua

kegiatan dalam keadaan aman bagi petugas rescue, pemadaman api,

evakuasi, bahan berbahaya dll. Bila petugas keamanan melihat keadaan

berpotensi bahaya yang bisa membunuh penolong atau korban, ia punya

wewenang menghentikan atau merubah operasi untuk mecegah risiko

lebih lanjut.

Semua anggota Tim Tanggap Pertama dapat bekerja bersama secara cepat

dan efektif dibawah satu sistem komando yang digunakan dan dimengerti,

untuk menyelamatkan hidup, untuk meminimalkan risiko cedera serta

kerusakan.

Page 22: Denik Al Portofolio

I. PEMULIHAN PASCA BENCANA

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan

publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana

dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua

aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.

Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan : perbaikan lingkungan daerah

bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan

rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi

dan resolusi konflik, pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan

ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan

publik.

A.   Ruang Lingkup Pelaksanaan

1.      Perbaikan Lingkungan Daerah Bencana

Perbaikan lingkungan fisik meliputi kegiatan : perbaikan lingkungan fisik untuk

kawasan pemukiman, kawasan industri, kawasan usaha dan kawasan gedung.

Indikator yang harus dicapai pada perbaikan lingkungan adalah kondisi

lingkungan yang memenuhi persyaratan teknis, sosial, ekonomi, dan budaya serta

ekosistem

2.      Perbaikan Prasarana dan Sarana Umum

Prasarana  dan sarana umum adalah jaringan infrastruktur dan fasilitas fisik yang

menunjang kegiatan kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat. Prasarana

umum atau jaringan infrastruktur fisik disini mencakup : jaringan jalan/

perhubungan, jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan komunikasi, jaringan

sanitasi dan limbah, dan jaringan irigasi/ pertanian.

Sarana umum atau fasilitas sosial dan umum mencakup : fasilitas kesehatan,

fasilitas perekonomian, fasilitas pendidikan, fasilitas perkantoran pemerintah, dan

fasilitas peribadatan.

Page 23: Denik Al Portofolio

3.      Pemberian Bantuan Perbaikan Rumah Masyarakat

Yang menjadi target pemberian bantuan adalah masyarakat korban bencana yang

rumah/ lingkungannya mengalami kerusakan struktural hingga tingkat sedang

akibat bencana, dan masyarakat korban berkehendak untuk tetap tinggal di tempat

semula. Kerusakan tingkat sedang adalah kerusakan fisik bangunan sebagaimana

Pedoman Teknis (DepPU, 2006) dan/ atau kerusakan pada halaman dan/ atau

kerusakan pada utilitas, sehingga mengganggu penyelenggaraan fungsi huniannya.

Untuk bangunan rumah rusak berat atau roboh diarahkan untuk rekonstruksi.

Tidak termasuk sasaran pemberian bantuan rehabilitasi adalah rumah/ lingkungan

dalam kategori:

a. Pembangunan kembali (masuk dalam rekonstruksi)

b. Pemukiman kembali (resettlement dan relokasi)

c. Transmigrasi ke luar daerah bencana

4.      Pemulihan Sosial Psikologis

Pemulihan sosial psikologis adalah pemberian bantuan kepada masyarakat yang

terkena dampak bencana agar dapat berfungsi kembali secara normal. Sedangkan

kegiatan psikososial adalah kegiatan mengaktifkan elemen-elemen masyarakat

agar dapat kembali menjalankan fungsi sosial secara normal. Kegiatan ini dapat

dilakukan oleh siapa saja yang sudah terlatih.

Pemulihan sosial psikologis bertujuan agar masyarakat mampu melakukan tugas

sosial seperti sebelum terjadi bencana, serta tercegah dari mengalami dampak

psikologis lebih lanjut yang mengarah pada gangguan kesehatan mental.

5.      Pelayanan Kesehatan

Pemulihan pelayanan kesehatan adalah aktivitas memulihkan kembali segala

bentuk pelayanan kesehatan sehingga minimal tercapai kondisi seperti sebelum

terjadi bencana.

Pemulihan sistem pelayanan kesehatan adalah semua usaha yang dilakukan untuk

memulihkan kembali fungsi sistem pelayanan kesehatan yang meliputi : SDM

Kesehatan, sarana/prasarana kesehatan, kepercayaan masyarakat.

Page 24: Denik Al Portofolio

6.      Rekonsiliasi dan Resolusi Konflik

Kegiatan rekonsiliasi adalah merukunkan atau mendamaikan kembali pihak-pihak

yang terlibat dalam perselisihan, pertengkaran dan konflik. Sedangkan kegiatan

resolusi adalah memposisikan perbedaan pendapat, perselisihan, pertengkaran

atau konflik dan menyelesaikan masalah atas perselisihan, pertengkaran atau

konflik tersebut.

Rekonsiliasi dan resolusi ditujukan untuk membantu masyarakat di daerah

bencana untuk menurunkan eskalasi konflik sosial dan ketegangan serta

memulihkan kondisi sosial kehidupan masyarakat.

7.      Pemulihan Sosial Ekonomi Budaya

Pemulihan sosial ekonomi budaya adalah upaya untuk memfungsikan kembali

kegiatan dan/ atau lembaga sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di daerah

bencana.

Kegiatan pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya ditujukan untuk menghidupkan

kembali kegiatan dan lembaga sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di daerah

bencana seperti sebelum terjadi bencana.

8.      Pemulihan Keamanan dan Ketertiban

Pemulihan keamanan adalah kegiatan mengembalikan kondisi keamanan dan

ketertiban masyarakat sebagaimana sebelum terjadi bencana dan menghilangkan

gangguan keamanan dan ketertiban di daerah bencana.

Pemulihan keamanan dan ketertiban ditujukan untuk membantu memulihkan

kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat di daerah bencana agar kembali

seperti kondisi sebelum terjadi bencana dan terbebas dari rasa tidak aman dan

tidak tertib.

9.      Pemulihan Fungsi Pemerintahan

Indikator yang harus dicapai pada pemulihan fungsi pemerintahan adalah :

a. Keaktifan kembali petugas pemerintahan.

b. Terselamatkan dan terjaganya dokumen-dokumen negara dan

pemerintahan.

Page 25: Denik Al Portofolio

c. Konsolidasi dan pengaturan tugas pokok dan fungsi petugas

pemerintahan.

d. Berfungsinya kembali peralatan pendukung tugas-tugas

pemerintahan.

e. Pengaturan kembali tugas-tugas instansi/lembaga yang saling

terkait.

10.  Pemulihan Fungsi Pelayanan Publik

Pemulihan fungsi pelayanan publik adalah berlangsungnya kembali berbagai

pelayanan publik yang mendukung kegiatan/ kehidupan sosial dan perekonomian

wilayah yang terkena bencana.

Pemulihan fungsi pelayanan publik ini meliputi : pelayanan kesehatan, pelayanan

pendidikan, pelayanan perekonomian, pelayanan perkantoran umum/pemerintah,

dan pelayanan peribadatan.

B.    Prinsip-Prinsip Pemulihan

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi

dan Rekonstruksi Pasca Bencana, maka prinsip dasar penyelenggaraan rehabilitasi

dan rekonstruksi pasca bencana adalah

1. Merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah dan Pemerintah

2. Membangun menjadi lebih baik (build back better) yang terpadu dengan

konsep pengurangan risiko bencana dalam bentuk pengalokasian dana

minimal 10% dari dana rehabilitasi dan rekonstruksi

3. Mendahulukan kepentingan kelompok rentan seperti lansia, perempuan,

anak dan penyandang cacat

4. Mengoptimalkan sumberdaya daerah

5. Mengarah pada pencapaian kemandirian masyarakat, keberlanjutan program

dan kegiatan serta perwujudan tatakelola pemerintahan yang baik

6. Mengedepankan keadilan dan kesetaraan gender.

Page 26: Denik Al Portofolio

Mengacu pada arahan Presiden  Republik Indonesia pada Sidang Kabinet

Paripurna 25 November 2010, maka pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi

agar dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar, sebagai berikut:

1. Dilaksanakan dengan memperhatikan UU nomor 24 tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana

pada tahap pasca bencana

2. Dilaksanakan dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 41 Tahun

1999 tentang Kehutanan dan Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2010

tentang Penggunaan Kawasan Hutan;

3. Dilaksanakan dengan memperhatikan Undang Undang nomor 26 tahun

2007 tentang Penataan Ruang dalam proses perencanaan tata ruang, proses

pemanfaatan ruang dan proses pengendalian pemanfaatan ruang;

4. Dilaksanakan dengan memperhatikan UU 27 tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil dalam perencanaan,

pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau

pulau kecil;

5. Dilaksanakan dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah nomor 38

tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Page 27: Denik Al Portofolio

DAFTAR PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007

TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA 

Efendi, F & Makfudli. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan

praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Turkanto.2006. Splinting & Bandaging. Kuliah Keperawatan Kritis. Surabaya:

PSIK Universitas Airlangga.