Upload
truongdang
View
221
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMBANGUNAN INTERFACE ROUTER SEBAGAI IMPLEMENTASI
ROUTING DINAMIK IPv6 DENGAN QUAGGA
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya
Program Diploma III Teknik Informatika
DISUSUN OLEH:
ARIES PUJO SURYOKO
M3109016
PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRACT
ARIES PUJO SURYOKO. M3109016. THE ESTABLISHMENT OF
ROUTER INTERFACE AS THE IMPLEMENTATION OF IPV6
DYNAMIC ROUTING WITH QUAGGA. The final project, Surakarta:
Diploma III program in Computer Science, Faculty of Mathematics and Natural
Sciences, Sebelas maret University, Surakarta 2011.
To perform the configuration of the IPv6 routing in networks with large
scale, CLI mode is not efficient for network administrators. By the consideration
of the issue, it needs to be made an interface that is user-friendly for IPv6 routing
configuration on the router. The purpose of this final project is to create a web-
based IPv6 routing interface for router configuration.
A web-based IPv6 routing interface is used only for router configuration
in the form of IPV6 static routing using IPv6 dynamic routing and daemon zebra
with RIPng routing uses ripngd daemon and the OSPFv3 uses daemon ospf6d.
This Interface is made by using the PHP programming language with a user
interface in the form of free website templates that are downloaded from the
internet. The web Interface is made using CentOS 5.6 with software routing
Quagga as the router. Creation of a web-based interface for the router is equipped
with facilities in the form of networking, routing tables as well as the addition of
ping and traceroute and display system that functions to see the resource from the
router.
It can be inferred that the web-based IPv6 routing interface can be used as
a substitute for the use of the CLI mode on the router configuration by the
network administrator.
Key words : CentOS 5.6,Interface web, IPv6, networking ,OSPFv3, PHP, Quagga,
Router, Routing protocol, RIPng.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
ARIES PUJO SURYOKO. M3109016. PEMBANGUNAN
INTERFACE ROUTER SEBAGAI IMPLEMENTASI ROUTING
DINAMIK IPv6 DENGAN QUAGGA. Tugas Akhir, Surakarta : Diploma III
Teknik Informatika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.
Untuk melakukan konfigurasi routing IPv6 pada jaringan dengan skala
yang besar, mode CLI tidaklah efisien bagi administrator jaringan. Dengan
pertimbangan masalah tersebut, maka perlu dibuat sebuah interface yang bersifat
user-friendly untuk konfigurasi routing IPv6 pada router. Tujuan dari tugas akhir
ini adalah membuat sebuah interface routing IPv6 berbasis web untuk keperluan
konfigurasi router.
Interface routing IPv6 berbasis web ini hanya digunakan untuk
konfigurasi router berupa routing statis IPv6 menggunakan daemon zebra dan
routing dinamis IPv6 dengan routing RIPng menggunakan daemon ripngd dan
OSPFv3 menggunakan daemon ospf6d. Interface ini dibuat menggunakan bahasa
pemrograman PHP dengan user interface berupa template website bebas biaya
yang di unduh dari internet. Interface web ini dibuat menggunakan sistem operasi
CentOS 5.6 dengan software routing Quagga sebagai router. Pembuatan interface
berbasis web untuk router ini dilengkapi dengan fasilitas networking berupa tabel
routing, ping dan traceroute serta penambahan tampilan system yang berfungsi
melihat resource dari router.
Dapat disimpulkan bahwa interface routing IPv6 berbasis web ini dapat
digunakan sebagai pengganti penggunaan mode CLI pada konfigurasi router oleh
administrator jaringan.
Kata kunci : CentOS 5.6,Interface web, IPv6, networking ,OSPFv3, PHP, Quagga,
Router, Routing protocol, RIPng.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada sistem jaringan komputer, protokol merupakan suatu bagian yang
paling penting. Salah satu protokol yang penting adalah IPv4 (Internet Protocol
version 4.0), dimana masih terdapat beberapa kekurangan dalam menangani
penambahan jumlah komputer dalam suatu jaringan yang semakin kompleks.
Maka untuk memenuhi kekurangan dari alamat IPv4 dimana hanya tersedia 4,3
milyar saja muncul suatu alamat IP versi baru yang disebut dengan IPv6 (Internet
Protocol version 6.0),yang menawarkan suatu pemecahan yang lebih permanen
dalam hal jumlah alamat IP, yaitu sekitar 2128 atau
340.282.366.920.938.463.463.374.607.431.768.211.456 alamat. (Taufan, 2002)
Jumlah alamat IP yang sangat banyak tersebut memang menjadi suatu
ketertarikan tersendiri dari IPv6 namun dikarenakan system jaringan komputer
yang ada sebagian besar merupakan IPv4 maka diperlukan waktu setidaknya
sampai dua tahun ke depan untuk memigrasikan sistem jaringan yang
mengadaptasi penggunaan IPv6. Di Indonesia sendiri beberapa operator dan ISP
(Internet Service Provider) sudah memulai proses ini dan terus
berupaya meningkatkan penetrasi IPv6. (Akmal, 2011)
Sedangkan untuk melakukan konfigurasi routing IPv6 maka dapat
dilakukan dengan software open source yang disebut dengan Quagga. Dalam
quagga pengaturan yang dilakukan seluruhnya menggunakan mode
CLI(Command Line Interface). Karena mode CLI tersebut banyak orang yang
awam akan CLI harus belajar terlebih dahulu command yang berfungsi untuk
melakukan konfigurasi routing.
Maka untuk mengatasi kesulitan dalam memahami suatu perintah CLI
untuk mengkonfigurasi routing perlu dibuat suatu interface yang berguna untuk
memudahkan melakukan konfigurasi routing IPv6 sehingga seseorang yang tidak
begitu faham akan perintah CLI akan terbantu dengan adanya interface routing
yang tentunya lebih user-friendly ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diambil perumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana membuat interface router untuk konfigurasi routing static dan
routing dinamik IPv6?
2. Bagaimana untuk membuat interface untuk konfigurasi dinamik route IPv6
yang menggunakan protocol RIPng dan OSPFv3?
1.3 Batasan Masalah
Untuk membatasi kajian masalah dalam penyusunan laporan tugas akhir ini,
maka pembahasan masalah mengacu pada batasan berikut:
1. Interface konfigurasi router dibuat menggunakan bahasa pemrograman
PHP.
2. Protokol dinamik route yang disertakan adalah RIPng dan OSPFv3 dan juga
ditambahkan sebuah fungsi untuk melakukan konfigurasi static route,
konfigurasi Ethernet,tool ping dan traceroute.
3. Software opensource routing yang dipergunakan adalah Quagga.
4. Data konfigurasi tidak disimpan dalam database namun tersimpan didalam
file.
1.4 Tujuan
Tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah membangun interface
router sebagai implementasi routing dinamik IPv6 dengan Quagga yang memiliki
fasilitas untuk konfigurasi routing statis dan routing dinamik RIPng dan OSPFv3.
1.5 Manfaat
Manfaat dari Tugas Akhir ini antara lain :
1. Memudahkan administrator jaringan dalam melakukan konfigurasi router IPv6
melalui interface web.
2. Mendukung segera terlaksananya migrasi dari IPv4 ke IPv6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
1.6 Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan tahapan yang dilakukan saat melakukan suatu
penelitian. Tahapan dalam penelitian meliputi :
1. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data yang berkaitan dengan Tugas Akhir ini
dilakukan untuk menambah pengetahuan dan mencari referensi bahan untuk
routing IPv6. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi literatur
dengan membaca literatur maupun bahan–bahan teori baik berupa buku, data dari
internet yang dapat membantu pembuatan tugas akhir maupun laporan tugas akhir.
2. Tahap Perancangan dan Pembuatan Interface Router
Tahap ini merupakan perancangan dan pembuatan interface router yang
meliputi perancangan dan pembuatan sistem kerja interface dengan PHP serta
pemasangan template pada interface web.
3. Tahap Pengujian Interface Router
Tahap pengujian interface router dilakukan agar dapat mengetahui apakah
sistem kerja interface telah sesuai atau belum sehingga router nantinya dapat
bekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini
dibagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut :
Bab I PENDAHULUAN
Memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah,
tujuan dan manfaat, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan dalam
tugas akhir.
Bab II LANDASAN TEORI
Landasan teori memuat tinjauan pustaka dan teori yang mendukung dalam
pembuatan tugas akhir.
Bab III PERANCANGAN
Memuat tentang desain dan perancangan tugas akhir serta alat dan bahan
yang digunakan.
Bab IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA
Memuat tentang tahap-tahap penelitian, implementasi desain dan hasil
analisa data yang telah diperoleh dalam penyusunan tugas akhir.
Bab V PENUTUP
Memuat tentang kesimpulan dan saran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 IPv6
IP version 6 (IPv6) adalah protokol Internet versi baru yang didesain sebagai
pengganti dari Internet protocol versi 4 (IPv4) yang didefinisikan dalam RFC
791.Perubahan dari IPv4 ke IPv6 pada dasarnya terjadi karena beberapa hal yang
dikelompokkan dalam kategori berikut : ( Taufan, 2002)
a. Kapasitas Perluasan Alamat
IPv6 meningkatkan ukuran dan jumlah alamat yang mampu didukung
oleh IPv4 dari 32bit menjadi 128bit. Peningkatan kapasitas alamat ini
digunakan untuk mendukung peningkatan hirarki atau kelompok
pengalamatan, peningkatan jumlah atau kapasitas alamat yang dapat
dialokasikan dan diberikan pada node dan mempermudah konfigurasi alamat
pada node sehingga dapat dilakukan secara otomatis. Peningkatan skalabilitas
juga dilakukan pada routing multicast dengan meningkatkan cakupan dan
jumlah pada alamat multicast. IPv6 ini selain meningkatkan jumlah kapasitas
alamat yang dapat dialokasikan pada node juga mengenalkan jenis atau tipe
alamat baru, yaitu alamat anycast. Tipe alamat anycast ini didefinisikan dan
digunakan untuk mengirimkan paket ke salah satu dari kumpulan
node.(Taufan, 2002)
b. Penyederhanaan Format Header
Beberapa kolom pada header IPv4 telah dihilangkan atau dapat dibuat
sebagai header pilihan. Hal ini digunakan untuk mengurangi biaya pemrosesan
hal-hal yang umum pada penanganan paket IPv6 dan membatasi biaya
bandwidth pada header IPv6. Dengan demikian, pemerosesan header pada
paket IPv6 dapat dilakukan secara efisien. (Taufan, 2002)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Peningkatan dukungan untuk header pilihan dan tambahan (Options and
extention header)
Perubahan yang terjadi pada header-header IP yaitu dengan adanya
pengkodean header Options (pilihan) pada IP dimasukkan agar lebih efisien
dalam penerusan paket (packet forwarding), agar tidak terlalu ketat dalam
pembatasan panjang header pilihan yang terdapat dalam paket IPv6 dan sangat
fleksibel/dimungkinkan untuk mengenalkan header pilihan baru pada masa
akan datang. (Taufan, 2002)
d. Kemampuan pelabelan aliran paket
Kemampuan atau fitur baru ditambahkan pada IPv6 ini adalah
memungkinkan pelabelan paket atau pengklasifikasikan paket yang meminta
penanganan khusus, seperti kualitas mutu layanan tertentu (QoS) atau real-
time. (Taufan, 2002)
e. Autentifikasi dan kemampuan privasi
Kemampuan tambahan untuk mendukung autentifikasi, integritas data
dan data penting juga dispesifikasikan dalam alamat IPv6. (Taufan, 2002)
2.2 Routing
Routing merupakan proses penerusan paket dari sebuah node ke node lain
pada jaringan tanpa koneksi (connectionless) yang berdasar pada alamat Layer 3
(alamat IP). Perangkat jaringan yang menangani proses routing adalah router.
Router memiliki kemampuan intelijensi dalam melakukan proses routing.
Pada umumnya sebuah router dapat diprogram secara manual dengan jalur
informasi yang sebelumnya telah ditetapkan yang disebut juga dengan routing
statis, atau router juga dapat menjalankan aplikasi yang memfasilitasi proses
learning dan sharing informasi routing secara otomatis. Proses perolehan
informasi routing dengan metode tersebut disebut juga dengan routing dinamik.
(Aziz et al. , 2002)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2.2.1 Routing Statis dan Dinamik
Informasi jalur routing statis dapat secara manual diprogram ke router dan
menjadikan router untuk hanya menggunakan interface tertentu atau alamat IP
hop berikutnya untuk meneruskan paket ke alamat tujuan yang sesuai. Routing
statis memiliki kemampuan untuk menyesuaikan alamat jaringan dengan cakupan
yang luas. Namun cara lain untuk memperoleh informasi routing adalah dengan
menggunakan aplikasi terdistribusi yang telah diaktifkan pada router yang
memungkinkan pengumpulan dan penyebaran informasi routing. Aplikasi routing
ini sering disebut sebagai protokol routing dinamik karena mereka tidak hanya
berperan sebagai alat pengoleksi jalur routing, akan tetapi juga bekerja secara
real-time, melakukan pelacakan kondisi konektivitas dalam jaringan untuk
menyediakan informasi routing seakurat mungkin. (Aziz et al. , 2002)
Hal ini bertentangan dengan sifat routing statis, dimana entri routing
dilakukan secara manual dan membutuhkan perlakuan manual untuk
memprogram ulang router dalam jaringan jika pada jaringan tersebut terjadi
perubahan jalur. Secara jelas, protokol routing dinamik memberikan kenyamanan
lebih kepada operator jaringan dari pada routing statis dalam hal mengelola
informasi routing. Harga untuk kenyamanan ini, bagaimanapun, adalah
kompleksitas dalam melakukan konfigurasi dan troubleshooting. Pengoperasian
protokol routing dinamik juga dapat memerlukan banyak resource, memerlukan
resource memori dan pemrosesan dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu,
bekerja dengan protokol routing dinamik sering memerlukan pengetahuan dan
keahlian yang lebih berpengalaman untuk menangani desain jaringan, konfigurasi
router, tuning, dan tugas-tugas troubleshooting terkait. (Aziz et al. , 2002)
Meskipun routing statis tidak begitu memerlukan sumber daya sistem dan
membutuhkan tingkat keterampilan teknis yang lebih rendah dalam
mengkonfigurasi dan troubleshooting, namun upaya dalam memasukkan routing
secara statis pada jaringan yang cukup besar membuatnya menjadi pilihan yang
kurang menarik. Secara jelas, routing statis bukan kandidat yang baik untuk
perusahaan besar saat ini dan untuk penyedia layanan Internet (ISP). Kelemahan
lain dari routing statis adalah bahwa routing statis kurang fleksibel untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
implementasi pada policy routing yang rumit. Ketika terdapat implementasi policy
routing, tidak ada pengganti yang lebih baik untuk kecerdasan dan fleksibilitas
yang disediakan oleh protokol routing dinamik. (Aziz et al. , 2002)
2.2.2.1 Routing Information Protocol Next Generation (RIPng)
Routing Information Protocol Next Generation adalah protokol routing
yang berdasarkan protokol routing RIP di IPv4 yang sudah mendukung IPv6.
RIPng ini digunakan untuk internal routing protokol dan menggunakan protokol
UDP sebagai transport. RIPng ini menggunakan port 521 sebagai komunikasi
antar RIPng. (Malkin et al. , 1997)
Metode yang dipakai RIPng adalah distance vector (vektor jarak), yaitu:
1. Jarak local network dihitung 0
2. Kemudian mencari neighbour sekitar dan dihitung jaraknya dan cost.
3. Dibandingkan jarak dan cost antar neighbour.
4. Dilakukan perhitungan secara kontinue.
5. Menggunakan algoritma Ballman-Ford.
Command pada RIPng Header berisi:
1. Request, meminta daftar tabel routing pada RIPng yang lain
2. Response, membalas request dari RIPng yang lain dan memberikan daftar
routing.
Protokol RIPng ini memiliki beberapa kelemahan
1. Hanya bisa sampai 15 HOP
2. Lambat dalam memproses routing, dikarena melakukan pengecekan terus
menerus
3. Bersifat Classful
Perbedaan yang terjadi antara RIP pada IPv4 (RIPv2) dan IPv6 (RIPng)
adalah port UDP dimana pada IPv4 menggunakan port 520 sedangkan IPv6
menggunakan port 521 sebagai media transpor. RIPng hanya memiliki 2 perintah
yaitu response dan request, berbeda dengan RIPv2 yang memiliki banyak perintah
dan banyak yang tidak terpakai dan ada yang dibuang pada RIPng seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
authentifikasi. Perubahan yang terjadi dari RIPv2 ke RIPng antara lain, ukuran
routing yang tidak lagi dibatasi, subnet IPv4 digantikan dengan prefix IPv6, next-
hop dihilangkan tetapi kegunaannya tidak dihilangkan, authentifikasi dihilangkan,
namun kemampuan yang hanya sampai 15 hop masih sama. (Malkin et al. , 1997)
2.2.2.2 Open Shortest Path First version 3 (OSPFv3)
Open Shortest Path First adalah routing protokol yang digunakan pada
IPv6. OSPF ini berdasarkan atas Link-state dan bukan berdasarkan atas jarak.
Setiap node dari OSPF mengumpulkan data state dan mengumpulkan pada Link
State Packet.
LSP dibroadcast pada setiap node untuk mencapai keseluruhan network.
Setelah seluruh network memiliki “map” hasil dari informasi LSP dan dijadikan
dasar link-state dari OSPF. Kemudian setiap OSPF akan melakukan pencarian
dengan metode SPF (Shortest Path First) untuk menemukan jarak yang lebih
efisien.
Routing table yang dihasilkan berdasarkan atas informasi LSP yang
didapat sehingga OSPF memberikan informasi LSP secara flood, karena OSPF
sudah memiliki kemampuan untuk memilih informasi LSP yang sama maka flood
ini tidak mengakibat exhousted.
OSPF ini menggunakan protokol TCP bukan UDP, mendukung VLSM
(Variable Length Subnet Mask). (Coltun et al., 1999)
OSPF menggunakan algoritma Shortest Path First (SPF) oleh Dijkstra,
yaitu:
1. Diasumsikan sudah ada data table sebelumnya. Data yang diperlukan antara
lain PATH (ID, path cost, arah forwarding ) TENTATIVE (ID, path cost, arah
forwarding), Forwarding database.
2. Taruh local sebagai root dari tree dengan ID,0,0 pada PATH
3. Temukan link N dan taruh di PATH. Hitung jarak Root-N dan N-M, apabila M
belum terdapat di PATH atau TENTATIVE, apabila nilainya lebih baik taruh di
TENTATIVE.
4. Apabila TENTATIVE bernilai kosong , batalkan. Lainnya, masukkan nilai
TENTATIVE ke PATH.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Keterangan OSPF:
Version, 8 bit, diisi dengan dengan versi dari OSPF
Type, 8 bit, diisi dengan Type code dari OSPF yaitu:
1. Hello, untuk mengetahui adanya pasangan OSPF
2. Database Description, mengirimkan deskripsi dari OSPF
3. Link State Request, meminta data dari pasangan OSPF
4. Link State Update, mengupdate data table pada OSPF
5. Link State Aknowledgment, mengirimkan pesan error
Length, 16 bit, panjang header dan data dari OSPF
Router ID, 32 bit, Router ID dari source paket
Area ID, 32 bit, Area dari paket ini.
Checksum, 16 bit
AuType, 16 bit, model autentifikasi dari OSPF
Authentication, 64 bit, misal tanpa autenticasi, simple password, cryptographic
password.
Keterangan untuk OSPFv3:
Version, 8 bit, diset 3
Checksum, 16 bit, CRC
Instance ID, 8 bit
Reserves, 8 bit diset 0 (Coltun et al., 1999)
2.3 Quagga
Quagga merupakan sebuah paket software routing protokol TCP/IP
dengan lisensi GNU General Public License, yang bekerja pada lingkungan
GNU/Unix dan Solaris. Syntax yang digunakan pada Quagga merupakan syntax
yang mirip dengan syntax yang digunakan pada software router lain seperti Cisco.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Quagga bekerja dengan cara membagi proses-proses (daemon) menjadi
beberapa proses, sesuai dengan protokol masing-masing proses. Misalkan
digunakan sebuah protokol routing RIP, maka sebuah daemon baru bernama
“ripd” akan dibuat. Proses-proses tersebut dikendalikan oleh sebuah proses yang
bernama Zebra.
Zebra merupakan IP routing manager bawaan Quagga. Zebra bekerja
dengan menyediakan beberapa informasi yang terjadi di dalam kernel, diantaranya
adalah update table routing, interfaces lookups, redistribusi rute antar protokol
routing yang berbeda. (Anonim-1, 2005)
2.3.1 Sistem Arsitektur Quagga
Gambar.2.1. Sistem arsitektur Quagga
Sistem arsitektur Quagga dibagi menjadi beberapa bagian. Daemon zebra
merupakan daemon yang bertugas me-manage tiap-tiap daemon protokol routing
seperti “ripd” dalam berkomunikasi baik dengan kernel maupun dengan daemon
protokol routing lain. (Anonim-1, 2005)
Daemon-daemon dari protokol routing yang terdapat di Quagga dapat di
akses melalui protokol vty (telnet). Masing-masing daemon routing memiliki port
telnet tersendiri. (Anonim-1, 2005)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Gambar.2.2. Port-port daemon protokol routing di Quagga
2.3.2 Zebra
Zebra merupakan daemon pengelola IP routing di Quagga. Zebra
menyediakan informasi update tabel routing, lookup interface, dan redistribusi
rute antar protokol routing yang berbeda.
2.3.2.1 Routing Statis dengan zebra
Untuk melakukan konfigurasi routing statis pada Quagga, perintah yang
digunakan pada daemon zebra adalah: “ipv6 route network gateway”
Dimana network adalah alamat network tujuan routing statis dan gateway
adalah alamat gateway routing statis. Penulisan network pada daemon zebra dapat
dilakukan dengan format “A:B:C:D:E:F:G:H/M” (2012:ada:cafe:0:0:0:0:0:/64)
atau dapat juga disingkat menjadi (2012:ada:cafe::/64). (Anonim-1, 2005)
2.3.3 Ripngd
Ripngd merupakan daemon yang digunakan untuk melakukan konfigurasi
routing RIPng di Quagga.
2.3.3.1. Routing Dinamik RIPng dengan ripngd
Untuk melakukan konfigurasi routing dinamik RIPng pada Quagga,
perintah yang digunakan pada daemon ripngd adalah:
- “router ripng”
- “network network”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Perintah “router ripng” digunakan untuk mengaktifkan protocol routing
RIPng di Quagga. Sedangkan perintah “network network” merupakan perintah
untuk memasukkan alamat network RIP. Penulisan network pada daemon ripd
dapat dilakukan dengan format “A:B:C:D:E:F:G:H/M“ (2012:ada:cafe:caca:
0:0:0:0/64) dan dapat juga disingkat menjadi (2012:ada:cafe::/64) atau dengan
menggunakan nama out interface/ethernet (eth0). (Anonim-1, 2005)
2.3.4. Ospf6d
Ospfd merupakan daemon yang digunakan untuk melakukan konfigurasi
routing OSPFv3 di Quagga.
2.3.4.1. Routing dinamik OSPFv3 dengan ospf6d
Untuk melakukan konfigurasi routing dinamik OSPF pada Quagga,
perintah yang digunakan pada daemon ospfd adalah:
- “router ospf”
- “network network area area”
Perintah “router ospf6” digunakan untuk mengaktifkan protocol routing
OSPFv3 di Quagga. Sedangkan perintah “interface ifname area area” merupakan
perintah untuk memasukkan nama interface dan area OSPFv3. Penulisan interface
sebaiknya sesuai dengan interface yang ada sedangkan penulisan area dapat
dilakukan dengan format “A.B.C.D” (0.0.0.0) atau format “M” (0). (Anonim-1,
2005)
2.4. CentOS 5.6
CentOS singkatan dari Community ENTerprise Operating System (Sistem
Operasi Perusahaan buatan Komunitas/Masyarakat) adalah sistem operasi gratis
yang dibuat dari source code Red Hat Enterprise Linux (RHEL). Proyek ini
berupaya untuk 100% binari kompatibel dengan produk hulunya (RHEL). Dan
tentu saja menggunakan paket RPM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Karena CentOS dikompile dari SRPM RHEL maka CentOS 100%
kompatible dengan RHEL, isi dari CentOS hampir sama dengan RHEL. Lalu, apa
bedanya? Bedanya pada CentOS semua atribute RHEL dibuang, misalnya
README.TXT RHEL diganti menjadi README.TXT CentOS.(Anonim-3,
2012)
2.5. PHP
PHP adalah bahasa server-side scripting yang memiliki berbagai macam
fitur yang dapat digunakan dalam pembuatan website dinamik. Selain digunakan
untuk membuat website, PHP juga cocok jika digunakan pada sebuah aplikasi
berbasis web. Beberapa kelebihan sebuah bahasa pemrograman adalah adanya
function yang dapat dipanggil ke dalam sebuah script yang bertujuan efisiensi
scripting. Demikian juga dengan PHP, PHP memiliki berbagai macam function
yang dapat digunakan pada pembuatan sebuah aplikasi berbasis web. (Anonim-2,
2011)
2.5.1 Konektivitas antara PHP dengan Quagga
Fitur function yang terdapat pada bahasa PHP merupakan sebuah fitur
yang dapat dipertimbangkan dalam pembuatan sebuah aplikasi. Salah satu
function yang terdapat pada bahasa PHP adalah function untuk melakukan koneksi
telnet. Quagga merupakan sebuah software dimana pengaturan utama software
tersebut dilakukan melalui terminal, dengan melakukan request telnet ke port-port
sesuai dengan port protokol routing yang akan di remote. (Anonim-2, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Function yang digunakan pada PHP dalam pembuatan interface web
router antara lain adalah:
1. Function “fsockopen()”.
Function ini bekerja dengan melakukan koneksi dengan socket yang
digunakan untuk berkomunikasi dengan aplikasi telnet. Argumen yang digunakan
dalam function ini adalah alamat IP dan nomor port dari aplikasi telnet server
yang akan di tuju dalam sesi telnet dengan user / client. Contoh pemanggilan
function “fsockopen()” di PHP adalah:
fsockopen(“127.0.0.1”, ”2601”):
1. Port 2601 = Routing Statis / daemon Zebra (Quagga).
2. Port 2602 = Protokol routing RIP.
3. Port 2603 = Protokol routing RIPng.
4. Port 2604 = Protokol routing OSPF.
5. Port 2605 = Protokol routing BGP.
6. Port 2606 = Protokol routing OSPFv3.
Dimana “127.0.0.1” adalah alamat IP server Quagga dan “2601” adalah
nomor port telnet dari server telnet yang dimiliki oleh server Quagga. Port-port
telnet dari protokol routing Quagga antara lain:
2. Function “fclose()”.
Function ini digunakan untuk menutup sesi telnet antara PHP dengan
Quagga yang sebelumnya dibuka dengan function “fsockopen()”.
3. Function “file()”.
Function ini digunakan untuk mendapatkan isi dari file konfigurasi router
untuk diproses dan ditampilkan pada interface web.
4. Function “file_put_contents()”.
Function ini digunakan untuk menulis kembali ke file konfigurasi router
setelah sebelumnya di baca oleh function “file()”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
5. Function “stristr()”.
Function ini digunakan untuk melakukan pencarian string tertentu pada
file konfigurasi router. Pencarian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai
konfigurasi tertentu pada router untuk ditampilkan pada interface web.(Anonim-
2, 2011)
Dengan menggunakan function-function tersebut pada sebuah template
website yang diunduh dari internet, jika diimplementasikan pada sebuah komputer
dengan OS Linux/UNIX dengan software routing Quagga dengan Apache maka
dapat dihasilkan sebuah interface router berbasiskan web.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB III
PERANCANGAN
3.1 Desain Sistem
3.1.1 Alur kerja interface router
Web Interface
Quagga
Input User
CentOS 5.6
Gambar.3.1. Alur kerja interface router
Desain alur kerja sistem dari interface router yang akan dibuat adalah
sebagai berikut :
1. back-end dari router adalah komputer dengan sistem operasi CentOS 5.6.
2. Quagga merupakan engine dari router yang melakukan proses routing pada
kernel OS CentOS 5.6. Quagga akan mendapatkan interaksi dari user melalui
perantara interface web.
3. Template website merupakan front-end dari interface, dalam diagram pada
Gambar.3.1. Web Interface merupakan interface yang dibuat dengan PHP
dengan tambahan template website.
4. Agar user dapat memberikan input perintah kepada back-end sistem, maka
diperlukan sebuah penghubung antara user dengan back-end sistem, dalam hal
ini PHP (Web Interface) berperan sebagai penghubung tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
3.1.2 Topologi untuk test interface router
Dalam pembuatan router ini, topologi yang dipergunakaan untuk test
interface router adalah seperti topologi router pada umumnya.
3.1.2.1. Topolologi routing Statik dan RIPng
Untuk test routing Statik dan RIPng yang digunakan adalah topologi yang
terdapat pada gambar 3.2
JhonNG_OSMikrotik Router
2012:ada:cafe:caca::/64
Mikrotik Router
2012:ada:cafe:1::1/64
2012:ada:cafe:1::2/64
2012:ada:cafe:2::1/64
2012:ada:cafe:2::2/64
2012:ada:cafe:3::/642012:ada:cafe:4::/64
Gambar.3.2. Topologi perencanaan RIPng dan Statik
3.1.2.2. Topologi untuk routing OSPFv3
Untuk test routing OSPFv3 yang digunakan adalah topologi yang terdapat
pada gambar 3.3
JhonNGOS
Mikrotik Router
Mikrotik Router
2012:ada:cafe:caca::/64
Mikrotik Router2012:ada:cafe:1::1/64
2012:ada:cafe:1::2/64
2012:ada:cafe:2::1/64
2012:ada:cafe:2::2/64 2012:ada:cafe:4::1/64
2012:ada:cafe:3::1/64
2012:ada:cafe:3::2/64
2012:ada:cafe:5::/64
2012:ada:cafe:6::/64
2012:ada:cafe:4::2/64
2012:ada:cafe:7::/64
Gambar.3.3. Topologi perencanaan OSPFv3
AREA BACKBONE
AREA 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Dari gambar topologi perencanaan, manajemen Router CentOS
(JhonNG_OS) dapat dilakukan dengan menggunakan PC client, dan Router
CentOS dihubungkan dengan 2 buah router lain dengan protokol routing RIP dan
OSPF,serta salah 1 yang terhubung dengan mikrotik lainnya menggunakan
routing statik.
3.2 Analisa Kebutuhan
Dalam pembuatan interface router berbasis web ini membutuhkan
beberapa perangkat hardware dan software, antara lain :
3.2.1. Hardware
Kebutuhan hardware yang digunakan dalam pembuatan router antara lain:
1. Komputer dengan spesifikasi optimal sebagai berikut:
- Prosesor : AMD 2.4 GHz.
- RAM : 2048 MB.
- Harddisk : 40 GB.
- VGA : 128 MB.
2. 3 buah fast ethernet port.
3.2.2. Software
Kebutuhan software yang digunakan untuk pembuatan interface router
berbasis web antara lain:
1. Sistem Operasi CentOS 5.6.
Sebagai back-end dari router, OS CentOS 5.6 memiliki kelebihan
dalam hal keamanan dan tidak dapat diragukan lagi karena CentOS
merupakan turunan dari redhat yang merupakan OS dengan security yang
terbaik saat ini namun CentOS berbeda dengan Redhat,
2. Software routing Quagga 0.98.
Software routing Quagga merupakan komponen utama dalam
pembuatan interface router ini. Manajemen routing protocol baik statis
maupun dinamis secara keseluruhan di tangani oleh Quagga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3. Web Server Apache 2.2.3.
Untuk dapat melakukan remote server Quagga melalui web
interface, maka diperlukan adanya sebuah web server. Apache merupakan
web server yang telah tersedia secara langsung pada CentOS 5.6.
4. PHP versi 5.33.
Dalam melakukan konektivitas antara web interface dengan back-
end Quagga melalui web server Apache, bahasa pemrograman PHP
diperlukan sebagai media untuk melakukan komunikasi antara web
interface dengan server Quagga.
5. Template Website
Untuk menampilkan interface router berbasiskan web diperlukan
sebuah template website yang sederhana dan tidak rumit. Template web
tersebut dapat berupa template bebas biaya yang dapat di unduh dari
alamat http://www.css3templates.co.uk/.
3.3 Alur Kerja
Pada tahap ini dilakukan konfigurasi awal dalam pembuatan interface
router, yaitu instalasi sistem back-end atau router. Tahap-tahap yang dilakukan
dijelaskan pada Gambar.3.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Instalansi Sistem Operasi CentOS 5.6
Instalansi Quagga,apache dan PHP
Konfigurasi Server
Desain Web Interface
Pembuatan Web Interface Router
PENGUJIAN
Gambar.3.4. Alur kerja pembuatan interface router
3.3.1. Instalasi Sistem Operasi CentOS 5.6.
Router yang akan dibuat merupakan router dengan back-end OS CentOS
.Oleh karena itu yang pertama dilakukan adalah melakukan instalasi OS CentOS
pada PC. Seperti proses instalasi OS Linux pada umumnya, hal-hal yang
dipersiapkan pada tahap ini adalah mempersiapkan partisi harddisk kosong untuk
lokasi sistem CentOS tersebut serta partisi Swap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
3.3.2. Instalasi Software Routing Quagga
Quagga menyediakan paket-paket software Quagga yang dapat diinstalasi
secara online maupun secara offline dengan menggunakan file yang ber ekstensi
.rpm dan dapat lagsung dipergunakan ketika sudah menghidupkan paket-
paketnya.
3.3.3. Instalasi Web Server Apache
Proses instalasi Web server Apache dapat dilakukan dengan mudah pada
distro CentOS, karena secara default, pada saat instalasi OS CentOS berlangsung,
user akan diberikan pilihan apakah akan mengikutsertakan paket web server
Apache pada instalasi CentOS ataukah tidak. Sehingga Web server Apache ikut
terinstal pada sistem CentOS 5.7.
3.3.4. Instalasi PHP
Selain paket-paket Apache, pada saat proses instalasi OS CentOS 5.7
berlangsung, user juga diberikan pilihan apakah akan menginstal paket PHP
ataukah tidak. Sehingga software PHP beserta modul PHP untuk berkoneksi
dengan web server Apache dapat digunakan tanpa perlu melakukan konfigurasi
pada file konfigurasi Apache (apache2.conf) terlebih dahulu. Secara default, pada
OS CentOS 5.7 web server Apache akan berjalan dengan modul PHP dengan
status enabled.
3.3.5. Konfigurasi Server
Setelah semuanya terinstalasi belum sepenuhnya CentOS dapat berjalan
sesuai yang diinginkan,karena keamanan yang cukup ketat,maka dalam
pengkonfigurasian quagga kadang file tidak dapat disimpan karena ada sebab
tertentu jadi dalam tahap konfigurasi ini akan dilakukan suatu pengaturan
sehingga CentOS dapat dipergunakan sebagai router sebagaimana mestinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3.3.6. Layout Interface Web
Rencana desain interface web yang akan dibuat untuk manajemen router
dapat dilihat pada gambar.3.5.
Gambar.3.5. Layout interface web
Penjelasan komponen penyusun interface web adalah sebagai berikut:
1. Login
Merupakan halaman awal untuk proses otentikasi user.
2. System
Halaman untuk melihat proses yang terjadi pada router,interfaces,jumlah
memori tersedia dan lainnya.
3. Interfaces
Halaman untuk melakukan konfigurasi IPv6 dalam suatu interface.
4. Routing Dynamic IPv6
Halaman utama seputar manajemen routing, yang terdiri atas routing static,
routing RIPng, routing OSPFv3, Redistribute.
5. Routing Tabel
Halaman untuk menampilkan status tabel routing.
6. Utility
Berisi tool untuk troubleshooting dan maintenance jaringan, yaitu ping dan
traceroute.
7. Logout
Proses keluar dari interface routing ipv6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3.3.7. Membuat Interface Web
Dalam pembuatan Interface Web, beberapa point yang akan dibuat adalah:
1. Pembuatan file konfigurasi untuk sarana menyimpan konfigurasi router.
2. Pembacaan konfigurasi dari file dengan PHP untuk menampilkan status
router pada Interface Web.
3. Pengaturan atribut-atribut file konfigurasi router dengan tujuan agar dapat
diakses oleh aplikasi router.
3.4 Pengujian dan Perbaikan
Setelah selesai melakukan tahap pembuatan router disertai dengan
interface web, langkah selanjutnya adalah tahap pengujian. Tahap-tahap pengujian
meliputi pengujian interface web dan pengujian sistem kerja router yang
disesuaikan dengan hasil topologi.
3.4.1. Pengujian sistem kerja Router
Pengujian sistem kerja router ini meliputi pengujian antar router, dengan
tujuan untuk mengetahui fungsionalitas dan kompatibilitas dari router yang akan
dibuat dengan router lain. Pengujian ini dilakukan dengan melakukan penggunaan
seluruh routing disambungkan dan dengan penambahan redistribute sehingga
semua router dapat berkomunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN ANALISA
4.1 Instalasi OS CentOS 5.6, Apache, dan PHP dan setting IPv6
Instalasi paket-paket Sistem Operasi CentOS 5.6 dilakukan dengan
langkah-langkah instalasi sistem operasi Linux seperti pada umumnya, yaitu:
a. Menyiapkan komputer dengan partisi harddisk kosong untuk instalasi OS
CentOS 5.6 dengan spasi 20 GB dan swap 1 GB.
b. Menyiapkan DVD instalasi CentOS 5.6.
c. Menjalankan proses instalasi sesuai dengan panduan instalasi pada DVD
CentOS 5.6.
d. Biasanya dalam proses penginsatalan CentOS langsung disertakan package-
package yang dibutuhkan saat pemilihan support sistem instalasi CentOS
seperti nampak pada gambar 4.1.
Gambar.4.1. Pilihan instalasi support system CentOS
Kemudian proses instalasi Sistem Operasi CentOS 5.6 dilanjutkan sesuai
dengan langkah pada panduan instalasi.
Setelah instalasi OS CentOS 5.6 telah selesai, secara default software
Apache dan PHP akan berjalan secara otomatis pada saat sistem start-up dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
sudah dapat digunakan tanpa mengubah konfigurasi pada masing-masing
software.
Untuk menjalankan Apache pada saat booting maka dapat dilakukan dengan cara
menjalankan perintah berikut:
- “chkconfig --level 2345 httpd on”.
Untuk mengetahui apakah proses Apache telah berjalan, dapat dilakukan perintah
yang dapat dilihat pada gambar 4.2:
“ps aux | grep httpd”
Gambar.4.2. Proses Apache yang telah berjalan
Namun yang sangat disayangkan dalam instalasi CentOS 5.6 tidak
langsung dapat dipergunakan untuk alamat IPv6 maka harus dilakukan pengaturan
dahulu seperti dibawah ini:
Edit file konfigurasi module probe:
“vi /etc/modprobe.conf”
Cari dua line dibawah ini dan berikan komentar jika ada:
“#alias net-pf-10 off “
“#alias ipv6 off ”
Dan ubah parameter dibawah ini dari 1 menjadi 0:
“options ipv6 disable=0”
Sehingga terlihat seperti ini: (skrip didepan tanda “#” tidak dieksekusi)
#alias net-pf-10 off
#alias ipv6 off
#options ipv6 disable=1
options ipv6 disable=0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Kemudian edit network file dengan perintah:
nano /etc/sysconfig/network
Ubah IPv6 networking menjadi „yes‟:
NETWORKING_IPV6=yes
Serta tambahkan skrip IPv6 forwarding juga supaya nantinya IPv6 dapat
compatible dengan routing statik:
IPV6FORWARDING=yes
Keluar dan simpan pengaturan tersebut.
Setelah selesai maka router perlu direboot dengan menggunakan perintah:
shutdown –r now
Maka setelah menjalankan step-step diatas maka CentOS telah kompatibel
dengan IPv6.
4.2 Instalasi Software Quagga
Untuk melakukan instalasi Quagga di CentOS 5.6, langkah-langkah yang
dilakukan cukup mudah apabila router telah terkoneksi ke internet .Ketikan
perintah dibawah ini pada terminal:
yum install quagga
Maka secara otomatis CentOS akan mendownload dan memasang
software quagga pada system.
Gambar.4.3. Proses instalasi quagga
Setelah proses instalasi Quagga telah selesai dilakukan, langkah
selanjutnya adalah melakukan konfigurasi dasar pada Quagga untuk pertama kali
pemakaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Langkah-langkah konfigurasi dasar Quagga adalah sebagai berikut:
Masuk ke direktori /etc/quagga/
cd /etc/quagga/
Melihat daftar file pada direktori tersebut
ls
Maka akan muncul:
bgpd.conf.sample ospfd.conf.sample vtysh.conf zebra.conf.sample
bgpd.conf.sample2 ripd.conf.sample vtysh.conf.sample
ospf6d.conf.sample ripngd.conf.sample zebra.conf
Terlihat disitu terdapat file zebra.conf.sample yang merupakan file sample
konfigurasi awal dari Quagga, dikarenakan file zebra.conf masih belum ada
konfigurasinya ada baiknya di rename atau di copy file tersebut dengan nama lain,
disini zebra.conf akan di ubah menjadi zebra.conf.backup, dengan menggunakan
perintah mv:
mv zebra.conf zebra.conf.backup
Copy zebra.conf.sample menjadi zebra.conf
cp zebra.conf.sample zebra.conf
Kemudian setting pengaturan di zebra.conf seperti gambar 4.4 sehingga
nanti dapat diakses melalui telnet
Gambar.4.4. Konfigurasi zebra.conf
Kemudian ganti juga kedua nama daemon routing dinamik IPv6 yaitu ospf6d dan
ripngd:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
cp ospf6d.conf.sample ospf6d.conf
cp ripngd.conf.sample ripngd.conf
Kemudian setting pengaturan di ospf6d.conf seperti gambar 4.5 sehingga
nanti dapat diakses melalui telnet
Gambar.4.5. Konfigurasi ospf6d.conf
Dan juga setting pengaturan di ripngd.conf xseperti pada gambar 4.6
sehingga nanti dapat diakses melalui telnet
Gambar.4.6. Konfigurasi ripngd.conf
Lakukan perintah start pada Zebra,RIPng dan OSPFv3, agar ketiganya diaktifkan
dan dijalankan
service zebra start
service ripngd start
service ospf6d start
Atur ketiga aplikasi juga diaktifkan pada saat boot
chkconfig zebra on
chkconfig ripngd on
chkconfig ospf6d on
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Kemudian untuk mengakses ke dalam service ketiganya dapat dengan
menggunakan perintah telnet di sertai port yang digunakan aplikasi quagga
tersebut.
Untuk melihat daftar port yang digunakan masing-masing service tersebut
seperti pada gambar 4.7, dapat dilihat dengan perintah:
nano /etc/services
Gambar.4.7. Port Service Quagga
Maka setelah mengetahui alamat port yang digunakan, proses telnet dapat
dicoba seperti dibawah ini:
telnet localhost 2601 atau telnet 127.0.0.1 2601
Namun yang perlu diketahui cara tersebut tidak dapat dipergunakan
apabila akan mengakses service ospf6d dan ripngd karena keduanya
menggunakan alamat IPv6 jadi perintahnya akan menjadi seperti dibawah ini:
telnet localhost6 2603 atau telnet ::1 2606
Gambar.4.8. Telnet versi IPv4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar.4.9. Telnet versi IPv6
Jika telnet telah berhasil seperti pada gambar 4.8 dan 4.9 maka pengaturan
quagga telah berhasil tinggal di konfigurasi sesuai dengan kebutuhan.Password
dapat dilihat pada file zebra.conf,ospf6d.conf serta ripngd.conf tetapi pada default
password yang digunakan adalah “zebra”.
4.3 Script PHP
Script function PHP yang digunakan pada interface web router adalah
sebagai berikut:
1. Function fsockopen() = digunakan untuk membuka koneksi telnet.
2. Function fwrite() = digunakan untuk memasukkan perintah pada koneksi
telnet.
3. Function fclose() = digunakan untuk menutup koneksi telnet.
4. Variabel $out merupakan variabel yang berisi perintah-perintah yang
dimasukkan untuk melakukan konfigurasi protokol routing pada router.
5. Variabel $port merupakan port masing-masing daemon Quagga.
Berikut ini adalah contoh skrip yang digunakan untuk mengakses server:
<?php
$fp = fsockopen("127.0.0.1", $port, $errno, $errstr, 30);
if (!$fp) {
echo "$errstr ($errno)<br />\n";
} else {
$out = $_SESSION['seirist']."\r\n";
$out .= "enable\r\n";
if ($port == 2601) {
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
$out .= "seirist\r\n";
}
$out .= "enable\r\n";
$out .= "seirist\r\n";
$out .= $prnth;
$out .= "copy running-config startup-config\r\n";
$out .= "exit\r\n\r\n";
fwrite($fp, $out);
fclose($fp);
}
?>
4.4 Template Web
Template web yang diimplementasikan pada interface web router
merupakan template web bebas biaya yang dibuat oleh CSS_one seperti terlihat
pada gambar 4.10. Template tersebut dapat diunduh dari alamat:
http://www.css3templates.co.uk/downloads/CSS3_one.zip
Gambar.4.10. Template web css3templates
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
4.5 Layout Web
Layout interface web yang telah dibuat adalah sebagai berikut:
4.5.1 Tampilan Login
Gambar.4.11. Validasi user yang belum login
Gambar.4.12. Interface login router
Jika user belum login maka akan muncul pemberitahuan seperti pada
gambar 4.11 dan ketika di OK maka akan otomatis menuju halaman login seperti
gambar 4.12.
Gambar.4.13. Validasi user yang salah memasukkan password / username
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar.4.14. Validasi user yang benar memasukkan password / username
Pada halaman Login jika user salah memasukkan password, akan muncul
dialog pernyataan kesalahan memasukkan password seperti pada gambar.4.13 dan
apabila berhasil maka akan muncul seperti gambar 4.14 dan otomatis menuju
halaman awal interface router.
4.5.2 Menu Informasi Sistem (System Information)
Pada menu utama disini akan muncul suatu Informasi dari system router
yang dipergunakan antara lain:info cpu,info memory,memory system,free
memory system,keterangan interface,detail system operasi yang dipergunakan
seperti nampak pada gambar 4.15.
Gambar.4.15. Tampilan System Information
4.5.3 Menu Interface
Pada menu Interface ini akan ditampilkan mengenai informasi IP dari
interface serta terdapat menu untuk menghapus serta menambah alamat IP seperti
nampak pada gambar 4.16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Gambar.4.16. Tampilan Menu Interface
4.5.4 Menu Routing IPv6
Pada Menu Routing IPv6 ini terdapat 4 pilihan pengaturan yaitu Statik
Route, RIPng, OSPFv3 dan Redistribute.
4.5.4.1 Static route
Tampilan statik route dapat dilihat pada gambar 4.17.
Gambar.4.17. Tampilan Static Route
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Pada menu ini akan dipergunakan untuk pengaturan routing statik. Pada
pengaturan disini yang dapat dilihat adalah mengedit routing static,menambah
routing static dan menghapus routing statik.
4.5.4.2 RIPng
Tampilan RIPng dapat dilihat pada gambar 4.18.
Gambar.4.18. Tampilan RIPng
Pada menu ini akan dipergunakan untuk pengaturan routing RIPng. Pada
pengaturan disini yang dapat dilihat adalah menambah routing network dan
menghapus routing statik.
4.5.4.3 OSPFv3
Tampilan OSPFv3 dapat dilihat pada gambar 4.19.
Gambar.4.19. Tampilan OSPFv3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Pada menu ini akan dipergunakan untuk pengaturan routing OSPFv3. Pada
pengaturan disini yang terlihat adalah pengaturan router-id,penambahan area dan
network interface.
4.5.4.4 Redistribute
Menu redistribute dapat dilihat pada gambar 4.20
Gambar.4.20. Tampilan Redistribute
Pada menu ini nanti akan langsung menjalankan perintah menuju
redistribute untuk ripng dan ospfv3.
4.5.4.4.1 Redistribute RIPng
Menu redistribute RIPng dapat dilihat pada gambar 4.21
Gambar.4.21. Tampilan Redistribute RIPng
Pada menu ini akan diberikan pilihan untuk menambahkan redistribute
pada routing dinamik RIPng
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
4.5.4.4.2 Redistribute OSPFv3
Menu redistribute OSPFv3 dapat dilihat pada gambar 4.22
Gambar.4.22. Tampilan Redistribute OSPFv3
Pada menu ini akan diberikan pilihan untuk menambahkan redistribute
pada routing dinamik OSPFv3
4.5.5 Menu Routing Tabel
Pada menu routing table disini dapat untuk melihat ip yang terkoneksi
dengan router JhonNG_OS serta melihat konfigurasi routing statik,RIPng dan
OSPFv3 apakah sudah benar atau belum tampak seperti gambar 4.23.
Gambar.4.23. Tampilan Routing tabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
4.5.6 Menu Utility
Pada menu yang tampak pada gambar 4.24 terdapat dua buah utility yaitu
PING dan TRACEROUTE yang siap dipergunakan untuk mengetes routing yang
telah dibuat apakah sudah benar ataupun belum.
Gambar.4.24. Tampilan Utility
4.5.6.1 Utility Tracert
Menu yang tampak seperti pada gambar 4.25 ini dipergunakan untuk
mengetahui jalur mana yang dipergunakan data untuk mencapai tujuan.
Gambar.4.25. Tampilan Tracert
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
4.5.6.2 Utility PING
Menu yang tampak seperti pada gambar 4.26 ini dipergunakan untuk
mengetes kestabilan dari koneksi yang dilakukan.
Gambar.4.26. Tampilan Ping
4.6 Pengujian Interface Router
Pada pengujian yang penulis lakukan topologi yang digunakan ada 2 yaitu
untuk pengujian OSPFv3 serta pengujian RIPng dan Statik .
4.6.1 Pengujian Statik
Pengujian statik route IPv6 menggunakan topologi gambar 4. 27
JhonNG_OSMikrotik Router
2012:ada:cafe:a::/64
Mikrotik Router
2012:ada:cafe:1::1/64
2012:ada:cafe:1::2/64
2012:ada:cafe:2::1/64
2012:ada:cafe:2::2/64
2012:ada:cafe:3::/642012:ada:cafe:4::/64
Gambar.4.27. Topologi pengujian RIPng dan statik
Dimana diketahui bahwa terdapat 2 buah router mikrotik dan 1 buah router
jhonNG_OS ,maka pengaturan yang bisa dilakukan adalah seperti berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
1. Setting Router Mikrotik
a. Atur terlebih dahulu IP address ke router JhonNG_OS dan ke PC seperti
pada gambar 4.28
Gambar.4.28. IP address Mikrotik Statik
b. Setting IP route statik seperti pada gambar 4.29.
Gambar.4.29. Route static Ipv6
c. Maka hasilnya adalah seperti pada gambar 4.30
Gambar.4.30. IPv6 route list
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2. Setting JhonNG_OS
a. Atur alamat IP dan pastikan interface yang di masukan sesuai dengan
topologi seperti pada gambar 4.31.
Gambar.4.31. Alamat IP router JhonNG_OS
b. Maka akan terlihat IP interface yang telah di buat tadi di tabel list interface
dan tercetak di halaman interface seperti pada gambar 4.32.
Gambar.4.32. List Interface
c. Tambahkan statik route seperti pada gambar 4.33.
Gambar.4.33. Statik route JhonNG_OS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
d. Maka hasilnya akan terlihat pada gambar 4.34.
Gambar.4.34. Hasil routing statik
e. Selain tercetak pada tabel List Network Statis, routing yang dibuat tadi
juga akan tercetak pada menu routing tabel seperti gambar 4.35
Gambar.4.35.Routing tabel Statik
f. Untuk mengecek routing static ini bisa digunakan utility yang ada di
JhonNG_OS dan terlihat seperti gambar 4.36 dan juga 4.37.
Gambar.4.36. Ping statik IPv6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar.4.37. Tracert static IPv6
g. Selain lewat JhonNG_OS ada baiknya traceroute dan ping dilakukan lewat
mikrotik juga,sehingga akan didapat hasil separti pada gambar 4.38,
gambar 4.39 ,gambar 4.40, dan gambar 4.41
Gambar.4.38. Test ping mikrotik 2
Gambar.4.39. Test traceroute Mikrotik 2
Gambar.4.40. Test ping Mikrotik 1
Gambar.4.41. Test traceroute Mikrotik 1
4.6.2 Pengujian RIPng
Pengujian RIPng menggunakan topologi gambar 4.27 Dimana diketahui
bahwa terdapat 2 buah router mikrotik dan 1 buah router jhonNG_OS ,maka
pengaturan yang bisa dilakukan adalah seperti berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
1. Setting Router JhonNG_OS
a. Masuk menu RIPng seperti pada gambar 4.42 kemudian tambahkan nama
interfacenya ,jangan lupa untuk menambahkan update timer,timeout timer
dan garbage collection timer serta menentukan passive interfacenya.
Gambar.4.42. Network RIPng
b. Buat sehingga ketiga network yang ada pada tiap interface terdaftar seperti
gambar 4.43.
Gambar.4.43. List Network RIPng
2. Pengaturan pada Mikrotik
a. Kenalkan interface yang akan diberikan RIPng seperti gambar 4.44.
Gambar.4.44. Setting RIPng
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
b. Pada RIPng setting redistribute diatur menjadi redistribute connected
seperti pada gambar 4.45.
Gambar.4.45. Redistribute RIPng
c. Lihat pada bagian routes di gambar 4.46 apakah network dari router lain
telah didapatkan.
Gambar.4.46. Routes RIPng
d. Kemudian ketika sudah selesai maka akan nampak pada gambar 4.47
bahwa routing RIPng telah terdaftar pada routing tabel
Gambar.4.47. Routing tabel RIPng
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
e. Selanjutnya melakukan test ping dan tracert seperti gambar 4.48 dan
4.49
Gambar.4.48. Test ping mikrotik RIPng
Gambar.4.49. Test traceroute mikrotik RIPng
4.6.3 Pengujian OSPFv3
Pengujian statik route IPv6 menggunakan topologi gambar 4.50
CentOS router
Mikrotik Router
Mikrotik Router
2012:ada:cafe:a::/64
Mikrotik Router2012:ada:cafe:1::1/64
2012:ada:cafe:1::2/64
2012:ada:cafe:2::1/64
2012:ada:cafe:2::2/64 2012:ada:cafe:4::1/64
2012:ada:cafe:3::1/64
2012:ada:cafe:3::2/64
2012:ada:cafe:5::/64
2012:ada:cafe:6::/64
2012:ada:cafe:4::2/64
2012:ada:cafe:7::/64
Gambar.4.50. Topologi pengujian OSPFv3
Dimana diketahui bahwa terdapat 3 buah router mikrotik dan 1 buah router
jhonNG_OS ,maka pengaturan yang bisa dilakukan adalah seperti berikut ini:
AREA BACKBONE
AREA 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
1. Setting Mikrotik
a. Atur router id dan redistribute seperti gambar 4.51.
Gambar.4.51. Router ID OSPFv3 mikrotik
b. Atur area name dan juga area ID seperti gambar 4.52.
Gambar.4.52. Area name dan area id OSPFv3 mikrotik
c. Kemudian atur interface dan area nya seperti gambar 4.53.
Gambar.4.53. Area dan interface OSPFv3 mikrotik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
2. Setting JhonNG_OS
a. Masuk menu OSPFv3 maka akan nampak seperti pada gambar 4.54
Gambar.4.54. Halaman awal OSPFv3 JhonNG_OS
b. Setting router ID seperti pada gambar 4.55
Gambar.4.55. Halaman setting router ID OSPFv3 JhonNG_OS
c. Setting interface dan area serta jenis passive interface seperti gambar 4.56
Gambar.4.56. Setting interface dan network area OSPFv3 JhonNG_OS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
d. Dan hasilnya seperti gambar 4.57
Gambar.4.57. Halaman hasil setting OSPFv3 JhonNG_OS
e. Kemudian lihat pada routing tabel sesuai pada gambar 4.58
Gambar.4.58. Routing tabel OSPFv3 JhonNG_OS
f. Uji coba dengan utility ping pada JhonNG_OS, traceroute pada
mikrotik serta command prompt di windows dan hasilnya adalah seperti
gambar 4.59 untuk yang test melalui mikrotik,gambar 4.60 untuk yang
test melalui JhonNG_OS serta gambar 4.61 untuk yang test melalui
command prompt windows.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Gambar.4.59. Test traceroute OSPFv3 Mikrotik
Gambar.4.60. Test ping OSPFv3 JhonNG_OS
Gambar.4.61. Test tracert command prompt windows
4.6.4 Pengujian Redistribute
Pengujian redistribute routing IPv6 yang berupa penggabungan dari
routing static,RIPng dan OSPFv3 menggunakan topologi gambar 4.62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar.4.62. Topologi redistribute
Dimana diketahui bahwa terdapat 10 buah router mikrotik dan 1 buah
router JhonNG_OS ,maka pengaturan yang bisa dilakukan adalah seperti berikut
ini:
STATIK RIPng
OSPFv3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1. Mikrotik
Di isi seperti pada percobaan sebelumnya tetapi dengan address yang
berbeda pada static route serta penambahan routing static untuk seluruh network
yang ada dan pada RIPng sama saja seperti pada percobaan sebelumnya karena di
kedua routing dinamik yang diinputkan bukanlah alamat IP melainkan nama
interfacenya sedangkan pada OSPFv3 keseluruhan diganti menjadi area backbone.
2. JhonNG_OS
a. Statik route di konfigurasi untuk mengenali seluruh IP network pengujian
sehingga akan terlihat seperti pada gambar 4.63
Gambar.4.63. Statik route redistribute
b. RIPng di konfigurasi sama seperti percobaan sebelumnya sehingga akan
terlihat seperti pada gambar 4.64
Gambar.4.64. RIPng redistribute
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
c. OSPFv3 di konfigurasi sama seperti percobaan sebelumnya namun area
yang dipergunakan seluruhnya menggunakan backbone sehingga akan
terlihat seperti pada gambar 4.65
Gambar.4.65. OSPFv3 redistribute
d. Redistribute pada OSPFv3 dikonfigurasi supaya dapat mengenali network
RIPng dan juga Statik sehingga akan terlihat seperti pada gambar 4.66.
Gambar.4.66. OSPFv3 list redistribute
e. Redistribute pada RIPng dikonfigurasi supaya dapat mengenali network
OSPFv3 dan juga Statik sehingga akan terlihat seperti pada gambar 4.67.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar.4.67. OSPFv3 list redistribute
f. Maka tabel routing yang akan terbentuk dapat terlihat seperti pada gambar
4.68.Namun yang terlihat pada tabel routing tersebut hanya routing statik
dan routing OSPFv3 dikarenakan di router JhonNG_OS memerlukan waktu
yang cukup lama untuk memproses redistribute routing RIPng.
Gambar.4.68. Tabel routing redistribute
g. Kemudian untuk mencari perbandingan dicoba mengganti router
jhonNG_OS dengan router mikrotik.Namun yang terdaftar di tabel routing
router penghubung mikrotik justru hanya RIPng dan statik. Berikut adalah
contoh hasil traceroute antar router RIPng dan static yang menggunakan
router penghubung mikrotik:
Gambar 4.69 menunjukan hasil traceroute dari RIPng menuju static route.
Gambar.4.69. Traceroute RIPng Statik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 4.70 menunjukan hasil traceroute dari statik route menuju RIPng.
Gambar.4.70. Traceroute Statik RIPng
4.7 Evaluasi
Tabel Pengujian
Program Jalan Tidak Keterangan
Login √ Jika username dan password sesuai
dengan db.txt(login tanpa database)
System Information √ Muncul spesifikasi system sesuai
dengan hardware yang dipergunakan
Interface Menu √ Alamat Interface dapat dimasukan
apabila nama interface yang
dimasukan sesuai dengan interface
yang ada.
Routing Statik √ Routing statik dapat ditambahkan
apabila alamat gateway yang
dimasukan sesuai dengan kaidah
Ipv6
Routing RIPng √ Routing RIPng dapat berjalan
dengan normal apabila setting yang
dilakukan sesuai termasuk
penempatan passive interface namun
ketika untuk penggunaan redistribute
RIPng memerlukan waktu yang
cukup lama untuk memprosesnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Routing OSPFv3 √ Routing OSPFv3 dapat berjalan
dengan normal apabila setting yang
dilakukan sesuai termasuk
penempatan passive interface.
Redistribute √* Redistribute dapat berjalan dengan
normal ketika melakukan
redistribute OSPF dan Statik route.
*redistribute RIPng tidak berjalan
dengan normal oleh karena itu
routing tabel dari RIPng tidak
terdaftar pada routing tabel
Routing Tabel √ Routing Tabel bertambah sesuai
dengan routing yang dilakukan
Tools PING dan
TRACEROUTE
√ Jika alamat IP sesuai makan proses
dapat dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Telah dibuat interface router sebagai implementasi routing dinamik IPv6
pada Sistem Operasi CentOS 5.6 dengan fitur sebagai berikut:
1. Konfigurasi router yang digunakan adalah routing statis ipv6 menggunakan
daemon zebra dan dinamis RIPng menggunakan daemon ripngd dan OSPFv3
menggunakan daemon ospf6d.
2. Dalam pembuatan sistem untuk koneksi interface web dengan Quagga
digunakan function fsockopen() dan fclose() pada PHP.
3. Dilengkapi dengan fasilitas networking berupa tabel routing, ping, traceroute
dan melihat isi system.
5.2 Saran
Untuk perkembangan kedepan, fitur yang belum tersedia pada interface
web router IPv6 yaitu:
1. Ditambahkan interface web untuk manajemen protokol routing IPv6 lain
yang telah tersedia di Quagga, seperti BGP4+.
2. Ditambahkan firewall drop ip, port, destination, source sehingga router lebih
aman dari tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab.
3. Ditambahkan fungsi management bandwidth untuk network yang
menggunakan IPv6.