Upload
kelvin-vagundez-thelhoo
View
134
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
BIAYA-BIAYA DALAM PERSEDIAAN
Biaya Pemesanan (Ordering Costs, Procurement Costs)
Merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan/barang, sejak dari
penempatan pemesanan sampai tersedianya barang di gudang.
– set-up costs: untuk menyiapkan mesin-mesin atau proses manufaktur dari suatu pesanan produksi.
Biaya Penyimpanan (Carrying Costs, Holding Costs)
Biaya-biaya yang dikeluarkan akibat diadakannya persediaan barang.
Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Costs, Stock-out Costs)
Biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan.
Tiga kemungkinan yang terjadi akibat kekurangan persediaan, antara lain :
• Tertundanya penjualan
• Kehilangan penjualan
• Kehilangan pelanggan
Total biaya persediaan = biaya pemesanan + biaya penyimpanan + biaya kekurangan persediaan
Struktur Biaya persediaan (Inventory Cost Structures)
• Urutan (atau setup) biaya (Ordering (or setup) cost)
• Tercatat (atau menahan) biaya (Carrying (or holding) cost) :
– Biaya modal (Cost of capital)
– Biaya penyimpanan (Cost of storage)
– Biaya usang, kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss)
• Saham biayanya (Stock out cost)
• Item biaya, biaya pengiriman dan dikenakan biaya lainnya untuk diskon volume
(Item costs, shipping costs and other cost subject to volume discounts)
Perumahan biaya (Housing cost) :
– Bangunan menyewa atau penyusutan (Building rent or depreciation)
– Gedung biaya operasional (Building operating cost)
– Pajak pada bangunan (Taxes on building)
– Asuransi (Insurance)
Bahan biaya penanganan (Material handling costs) :
– Peralatan, sewa atau penyusutan (Equipment, lease or depreciation)
– Kekuatan (Power)
– Peralatan biaya operasional (Equipment operating cost)
Biaya tenaga kerja dari penanganan ekstra dan pengawasan (Manpower cost from extra handling and
supervision).
Manajemen Invertory Program SMBP & EP 2010
Biaya investasi (Investment costs) :
– Biaya pinjaman (Borrowing costs)
– Pajak atas persediaan (Taxes on inventory)
– Asuransi persediaan (Insurance on inventory)
Pencurian, memo dan persediaan usang (Pilferage, scrap and obsolescence)
Secara keseluruhan biaya tercatat (Overall carrying cost)
Biaya persediaan (Inventory Costs)
Nilai tercatat (Carrying cost)
Biaya memegang item dalam persediaan (cost of holding an item in inventory)
Urutan biaya (Ordering cost)
Biaya pengisian persediaan (cost of replenishing inventory)
Kekurangan biaya (Shortage cost)
Kerugian sementara atau permanen penjualan bila permintaan tidak dapat dipenuhi (temporary or
permanent loss of sales when demand cannot be met).
Struktur biaya persediaan.
a. Biaya per unit (item cost)
b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
- Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
- Biaya pengiriman pemesanan
- Biaya transportasi
- Biaya penerimaan (Receiving cost)
- Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost): surat menyurat dan biaya
untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.
c. Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)
- Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan
digunakan untuk investasi (Cost of capital).
- Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage). Biaya ini berubah sesuai
dengan nilai persediaan.
d. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss).
e. Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)
Penentuan berapa besar dan kapan pemesanan harus dilakukan.
Manajemen Invertory Program SMBP & EP 2010
Elemen Harga Pokok Bahan Baku
Terdapat empat kelompok biaya yang mempengaruhi harga pokok persediaan bahan baku, yaitu :
1. Harga Faktur. Harga faktur adalah harga yang disetujui antara perusahaan dengan pemasoknya. Potongan
pembelian akan mengurangi harga faktur, sedangkan biaya angkut yang ditanggung perusahaan diperlakukan
sebagai tambahan harga faktur.
2. Biaya Pemesan Bahan Baku. Biaya ini disebut juga procurement cost atau ordering cost yaitu biaya yang
dikeluarkan dalam melaksanakan pembelian bahan baku. Biaya ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Biaya Pemesan Tetap
b. Biaya Pemesan Variabel
3. Biaya Penyimpan Bahan Baku. Biaya ini disebut juga storage cost atau carrying cost yaitu biaya yang
dikeluarkan dalam melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan agar siap dipakai di dalam kegiatan produksi.
Biaya ini dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Biaya Penyimpanan Tetap
b. BiayaPenyimpanan Variabel
4. Biaya Ketidakcukupan Persediaan. Biaya ini timbul akibat adanya persediaan bahan baku yang tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi. Biaya ini meliputi kerugian hilangnya penjualan, tambahan
biaya angkut karena dibeli secara mendadak, tuntutan dari pelanggan karena keterlambatan, dan tambahan
biaya karena tidak teraturnya proses produksi.
Klasifikasi ABC
Klasifikasi ABC, maka kebijakan persediaan (pemesanan, penyimpanan, pengawasan) bahan baku yang akan diterapkan di perusahaan juga harus memperhatikan masing-masing kelas.
Penentuan Jumlah Kebutuhan Bahan Baku
Perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan rencana penjualan produk perusahaan.
2. Menentukan Jumlah persediaan produk akhir
3. Menentukan Jumlah Produksi
4. Menentukan Jumlah Bahan baku untuk produksi
5. Menentukan Jumlah bahan baku yang akan dibeli.
Penentuan Jumlah Pembelian Yang Ekonomis (EOQ) :
Suatu jumlah pembelian untuk memenuhi kebutuhan bahan dalam satu periode yang mempunyai biaya persediaan paling rendah atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan setiap kali pembelian
Manajemen Invertory Program SMBP & EP 2010
Asumsi dalam Perhitungan EOQ:
Asumsi Model EOQ
Jumlah kebutuhan bahan mentah sudah dapat ditentukan lebih dahulu secara pasti untuk penggunaan selama satu tahun atau satu periode
Penggunaan bahan selalu pada tingkat yang konstan secara kontinyu
Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol atau diatas safety stock
Harga konstan selama periode tersebut
1. Pola pemakaian bahan baku tetap.
2. Terdapat persediaan yang cukup di pasar bebas
3. Terdapat tingkat harga yang sama dalam satu periode.
4. Terdapat tingkat biaya yang sama dalam satu periode.
Dari Asumsi Model EOQ, maka konsep TIC dapat dirumuskan :
TIC = Set Up Cost + Holding Cost
= Biaya Pesan + Biaya Simpan
Perilaku Biaya Pesan, tidak dipengaruhi oleh berapa unit yang dipesan, tetapi dipengaruhi oleh berapa kali kita melakukan pemesanan. Untuk biaya simpan tergantung dari banyaknya barang yang disimpan (dari rata-rata persediaan dikalikan biaya simpan per unit per periode)
Biaya Pesan = R / Q x O
Biaya Simpan = (CxTxQ) / 2
TIC (Total Inventory Cost atau Biaya Total Persediaan) akan minimum secara matematis kalau :
BIAYA PESAN = BIAYA SIMPAN
( R x O ) / Q = ( C x T x Q ) / 2
Q2 . C . T = 2 R . O
Q = √(2 . R .O)/C . T
Di mana :
Q = EOQ
T = Periode biasanya 1, sehingga tidak di tulis
R = Kebutuhan bahan dalam satu periode
Manajemen Invertory Program SMBP & EP 2010
O = Biaya tiap kali pesan
C = Biaya simpan per unit per periode
SAFETY STOCK
Safety Stock/Iron Stock yaitu persediaan minimal yang harus ada untuk menjamin kelancaran proses produksi akibat adanya kemungkinan kekurangan persediaan (out of stock).
Adanya Safety stock/Iron Stock bahkan security stock sebagai sumber inefisiensi. Oleh karena itu sebisa mungkin persediaan minimal jumlahnya harus ditekan (seminimal mungkin)
Out of Stock bisa terjadi karena beberapa hal :
1. Penggunaan bahan dasar di dalam proses produksi yang lebih besar dari pada yang diperkirakan sebelumnya.
2. Pesanan/pembelian bahan dasar tidak dapat tepat datang pada waktunya (atau lead time tidak terpenuhi/tidak tepat)
REORDER POINT (ROP)
Titik pemesanan kembali, yaitu saat kondisi barang persediaan ada berapa unit kita harus melakukan pemesanan kembali, mengingat adanya kebutuhan untuk “Safety Stock” dan kebutuhan selama waktu menunggu “Lead Time”.
Manajemen Invertory Program SMBP & EP 2010
Model Manajemen Persediaan
EOQ (economic order quantity)EOQ = 2.S.D
H
ELS (economic lot size)ELS = 2.S.D
H(1-D/P)
S = biaya pesan/order
D = permintaan (kebutuhan)
H = Biaya simpan/u/th
P = kapasitas operasi (mesin)
JUMLAH YANG HARUS DISEDIAKAN
Keuntungan persediaan banyak
Dapat menjamin kelancaran produksi dan pelayanan terhadap konsumen
Menimbulkan kepercayaan terhadap konsumen
Harga per unit barang bisa lebih rendah
Kerugian akibat kenaikan harga dikemudian hari bisa dihindari
Pengangkutan lebih ekonomis
Total biaya pemesanan per periode bisa lebih rendah
Keuntungan persediaan kecil
Ruang penyimpanan yang digunakan lebih sedikit
Uang yang terikat pada persediaan lebih sedikit
Biaya asuransi lebih rendah
Persediaan selalu baru
Persediaan yang lama nampaknya akan menjadi kecil
FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
Tingkat permintaan / kebutuhan
Tenggang waktu pengadaan
Fasilitas penyimpanan yang ada
Sifat bahan / barang yang akan disimpan
Tingkat pelayanan yang diharapkan
Biaya-biaya persediaan
Jumlah persediaan yang masih ada
BEBERAPA HAMBATAN DALAM MANAJEMEN PERSEDIAAN
Tidak ada ukuran kinerja yang jelas
Status pesanan tidak akurat
Sistem informasi tidak handal
Kebijakan persediaan terlalu sederhana dan mengabaikan ketidakpastiaan
Biaya-biaya persediaan tidak ditaksir dengan benar
Keputusan supply chain yang tidak terintegrasi
PERSYARATAN SISTEM PERSEDIAANManajemen Invertory Program SMBP & EP 2010
Gudang yang memadai
Wewenang dan tanggung jawab
Sistem pencatatan dan pemeriksaan
Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan / barang
Pencatatan yang teliti mengenai jumlah yang dipesan, dikeluarkan dan yang tersedia
Perencanaan untuk menggantikan barang yang telah dikeluarkan dan barang yang sudah usang
TUGAS-TUGAS BAGIAN PERSEDIAAN
Menentukan jenis dan jumlah barang-barang yang harus dibeli
Menentukan bilamana pesanan akan dilakukan
Memeriksa barang yang diterima
Memelihara barang di gudang
Mengadakan, pemeriksaan dan penganalisaan
Mengadakan administrasi gudang
Cara First in First Out (FIFO Method)
Didasarkan atas asumsi bahwa harga barang yang sudah terjual dinilai menurut harga pembelian yang terdahulu
masuk. Dengan persediaan akhir dinilai menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk.
Contoh:
1 Januari Persediaan awal 200 unit @ Rp.10,00 = Rp 2.000,00
12 Januari Pembelian 400 unit @ Rp.12,00 = Rp 4.800,00
24 Januari Pembelian 300 unit @ Rp.11,00 = Rp 3.300,00
30 Januari Pembelian 100 unit @ Rp.12,00 = Rp 1.200,00
Total 1.000 unit Rp 11.300,00
Misal persediaan akhir pada tanggal 31 Januari secara fisik menunjukan jumlah sebanyak 300 unit. Berapa nilai
persediaan dan harga pokok penjualannya?
CARA FIFO
Dengan demikian nilai dari persediaan akhir dinilai menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk
sebagai berikut :
Pembelian yang terakhir dilakukan pada tanggal. 30 Januari, yaitu :
100 unit @ Rp. 12,00 = Rp. 1.200,00
Pembelian terakhir sebelumnya adalah tanggal. 24 Januari, yaitu :
200 unit @ Rp. 11,00 = Rp. 2.200,00
Manajemen Invertory Program SMBP & EP 2010
300 unit = Rp. 3.400,00
Dengan demikian, bilamana persediaan akhir dicatat menurut harga sebesar Rp. 3.400,00 maka harga pokok
penjualan (Cost of goods sold) nya adalah sebesar Rp. 7.900,00 (Rp. 11.300,- Rp. 3.400,00 ), dan hasil
penjualan akan dikurangi sebesar jumlah tersebut yaitu seharga pembelian harga yang terdahulu masuk.
CARA LIFO
Didasarkan atas asumsi bahwa barang yang telah dijual dinilai menurut harga barang yang terakhir masuk.
Sehingga persediaan yang masih ada/stock, dinilai berdasarkan harga pembelian barang yang terdahulu. Dengan
data yang sama, maka nilai persediaan menjadi:
Harga Pembelian Barang yang terdahulu masuk yaitu tanggal :
1 januari 200 unit @ Rp. 10,00 = Rp. 2000,00
Pembelian selanjutnya yaitu tanggal :
12 Januari 100 unit @ Rp. 12,00 = Rp.1.200,00
Total 300 unit Rp. 3.200,00
Bila persediaan akhir itu dicatat sebesar Rp.3.200,00 maka harga pokok penjualan (Cost of goods sold) nya
menjadi Rp. 8.100,00 (Rp. 11.300,00-Rp.3.200,00) dan penjualan dikurangi sebesar jumlah tersebut.
RATA-RATA SEDERHANA
Didasarkan atas harga rata-rata, maka dengan data yang sama dengan di atas, nilai persediaan dan harga
pokoknya menjadi:
Harga rata - rata = (10 + 12 + 11 +12)/4 = 11,25
Maka nilai persediaan = 300 unit x Rp 11,25 = Rp 3.375 dan Harga pokoknya Rp 11.300 - Rp 3.375 = Rp 7.925
RATA-RATA TERTIMBANG
Didasarkan atas harga rata-rata dimana harga tersebut dipengaruhi oleh jumlah barang yang diperoleh pada
masing-masing harganya. Dengan data yang sama, maka nilai persediaan sebagai berikut :
1 Januari Persediaan awal 200 unit @ Rp. 10,00 = Rp. 2.000,00
12 Januari Pembelian 400 unit @ Rp. 12,00 = Rp. 4.800,00
24 Januari Pembelian 300 unit @ Rp. 11,00 = Rp. 3.300,00
30 Januari Pembelian 100 unit @ Rp. 12,00 = Rp. 1.200,00
Total 1000 unit Rp. 11.300,00
Harga rata-rata ditimbang menjadi = Rp. 11.300,00 = Rp.11,30
1.000
Sehingga Nilai Persediaan Akhir menjadi :
Manajemen Invertory Program SMBP & EP 2010
300 unit @ Rp. 11,30 = Rp.3.390,00
Bila persediaan akhir dicatat sebesar Rp. 3.390,00 maka harga pokok penjualan (Cost of goods sold ) nya
menjadi Rp. 7.910,00 (RP. 11.300,00 – 3.390,00 )
RATA-RATA BERGERAK
Dalam metode ini, setiap ada barang baru datang, harga satuan dihitung secara rata-rata tertimbang, demikian
seterusnya.
ADMINISTRASI PERSEDIAAN, Beberapa hal yang penting
Prosedur pembelian, penerimaan, penyimpanan dan pemakaian
Pembukuan dan Inventarisasi
Pengawasan
PROSEDUR PEMBELIAN, PENERIMAAN, PENYIMPANAN DAN PEMAKAIAN
Bagian produksi menyerahkan daftar permintaan pembelian barang (meliputi :jenis barang, Jumlah dan waktu)
Bagian pembelian mengurus pemesanan/pembelian (Bagian Pembeliaan harus mengetahui data tentang
pemasok, harga, pengangkutan dan lain-lain)
Bagian penerimaan memeriksa barang yang diterima, memberikan laporan ke bagian pembelian, selanjutnya
barang yang diterima diteruskan ke bagian Penyimpanan (gudang)
Bagian produksi bila memerlukan bahan, maka mengirimkan surat permintaan kepada bagian gudang.
Manajemen Invertory Program SMBP & EP 2010
PENGAWASAN PERSEDIAAN
Pengawasan Fisik
Pengawasan Akuntansi
Pengawasan jumlah yang dibutuhkan (lead time, pemakaian, biaya penyimpanan, Stock out cost,
penyimpangan rata-rata waktu pemesanan dan pemakaian)
CATATAN PENTING DALAM PENGAWASAN PERSEDIAAN
Permintaan untuk dibeli
Laporan penerimaan
Catatan persediaan
Daftar permintaan bahan
Perkiraan pengawasan
TOLOK UKUR KINERJA MANAJEMEN PERSEDIAAN
a.Tolok ukur efisiensi
Perputaran barang (Turn over ratio/TOR)
Tingkat persediaan
Rasio persediaan surplus
Rasio persediaan mati
Rasio persediaan dan pendapatan
b. Tolok ukur efektivitas Manajemen Invertory Program SMBP & EP 2010
PEMBUKUAN DAN INVENTARISASI
Copy surat pesanan Bag. Pembukuan mencatatdlm buku pesanan, bukupemakaian, buku besar,
kartu persediaan
Bag pembelian
Fakturlap. penerimaanBag.penerimaan
Bag produksiCopy surat
permintaan pemakaian
Rasio layanan
PERPUTARAN PERSEDIAAN
TOR: Rasio antara pengeluaran/penggunaan/penjualan dan persediaan. Makin tinggi TOR, berarti makin baik
Contoh: Nilai persediaan akhir 2001 US$ 250.000
Nilai pemakaian barang 2001 US$ 200.000
TOR akhir 2001 = Nilai pemakaian 2001
Nilai persediaan akhir 2001
= US$ 200.000
US$ 250.000
= 0.80 kali
TINGKAT PERSEDIAAN
Tingkat persediaan = Nilai persediaan ($)
Nilai pemakaian rata-rata
= US$ 250.000
US$ 200.000/12
= 15 bulan (pemakaian)
RASIO PERSEDIAAN DAN PENDAPATAN
Nilai persediaan rata-rata = US$ 123.500.000
Jumlah pendapatan 2001 = US$ 200.000.000
Jadi rasio persedian dan pendapatan = 61,75%
RASIO PERSEDIAAN SURPLUS
Misal: Yang disebut surplus adalah barang yang melebihi pemakaian 2 tahun. Persed. A = 370 unit.
Pemakaian 1 tahun = 158 unit. Harga A = US$ 5,00
Maka, rasio surplus A = Nilai barang surplus
Nilai seluruh persedian
= (370 – (2 x 158)) x 5
370 x 5
= 14,6 %
RASIO PERSEDIAAN MATI
Persediaan mati / usang adalah barang persediaan yg tidak mungkin dapat digunakan lagi.
Misal : Persediaan mati/usang = US$ 73.450
Total nilai persediaan = US$ 4.563.000
Rasio persediaan mati/usang = Persediaan mati :
Total nilai persediaan
Manajemen Invertory Program SMBP & EP 2010
= US$ 73.450
US$ 4.563.000
= 1,6%
RASIO LAYANAN
Rasio layanan menunjukkan tenaga kerja pelayanan tertentu
Rasio layanan barang A(2001) = J u ml ah permintaan terpenuhi
Jumlah seluruh permintaan
= 188 unit
200 unit
= 94 %
KEPUTUSAN / KEBIJAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEDIAAN
PEMESANAN EKONOMIS (EOQ)
SAFETY STOCK (PERSEDIAAN PENGAMAN)
REORDER POINT (TITIK PEMESANAN KEMBALI)
PERSEDIAAN MAKSIMUM
Manajemen Invertory Program SMBP & EP 2010
JUMLAH PEMESANAN EKONOMIS (EOQ)
DILAKUKAN 12KALI PESAN
DILAKUKAN 1 KALI
PESAN
SEBUAH PERUSAHAAN MEMBUTUHKAN BAHAN BAKU UNTUKTAHUN 2006 ADALAH SEBANYAK 12.000 KG
BIAYA PEMESANAN (OC) MURAH TETAPI BIAYASIMPAN TINGGI (CC)
BIAYA PEMESANAN (OC) MAHAL TETAPI BIAYASIMPAN (CC) RENDAH
Biaya Pemesanan
Merupakan biaya-biaya yg timbul sebagai akibat memesan barang, meliputi :
Biaya persiapan pemesanan
Penyelenggaraan tender
Penyiapan kontrak
Membuka L/C
Pengiriman barang
Pemeriksaan barang
Dan lain-lain
Biaya Penyimpanan
Merupakan biaya-biaya yang timbul akibat menyimpan barang sebagai persediaan meliputi :
Biaya sewa gudang
Biaya pemeliharaan barang
Biaya asuransi
Biaya penyusutan Manajemen Invertory Program SMBP & EP 2010
JUMLAH PEMESANAN EKONOMIS
Diketahui: Kebutuhan ( A ) = 12.000 unit/tahun Harga barang ( R ) = Rp 1/unit Biaya pemesanan ( P ) = Rp100/pesan Biaya penyimpana ( C ) = 20%
Biaya resiko kehilangan
Cost of capital
Manajemen Invertory Program SMBP & EP 2010
FORMULA JUMLAH PEMESANAN EKONOMIS
N = 2AP/RC
N=JML PEMESANAN EKONOMIS (EOQ)A= JUMLAH KEBUTUHAN/TAHUNP= BIAYA SEKALI PESANR=HARGAC=CARRYING COST (%)MAKA EOQ :
EOQ = 2 X 12.000 x Rp 100/1X0.2 = 3464 UNITEOF = 12.000 = 3,4 Kali 3.464EOV = 3.464 x Rp 1 = Rp 3.464
PERSEDIAAN MAKSIMUM
PERSEDIAAN MAKSIMUM ADALAH BATASAN JUMLAH PERSEDIAAN YANG PALING
BESAR YANG SEBAIKNYA DIADAKAN OLEH PERUSAHAAN.
UNTUK MENGHITUNG BESARNYA PERSEDIAAN MAX ADALAH EOQ + SAFETY STOCK,
SEHINGGA DARI KASUS INI BESARNYA PERSEDIAAN MAX ADALAH 339 +700 = 1039
Manajemen Invertory Program SMBP & EP 2010
JUMLAH PEMESANAN EKONOMIS PERUSAHAAN MURNI
N = 2AP/RC
A= JUMLAH KEBUTUHAN/TAHUNP= BIAYA SEKALI PESANR=HARGAC=CARRYING COST (%)
PERUSAHAAN “SUSU MACAN” MEMBUTUHKAN BAHAN XYZ PADATAHUN DEPAN ADALAH SEBANYAK 2450 UNIT, DENGANHARGA PER UNIT ADALAH RP 80,00. BIAYA PEMESANANPERSEKALI PESAN ADALAH RP 1.000 DAN CARRYING COST SEBESAR 12.5% DARI PERSEDIAANRATA-RATA.
MAKA EOQ :
EOQ = 2 X 2450X1000/80X0.125 = 700 UNIT