Duriat_cabai

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Duriat_cabai

    1/4

    iptek hortikultura

    43

    л²¹»²¼¿´·¿² л²§¿µ·¬ÕËÒ×ÒÙ ÕÛÎ×Ì×ÒÙ ÐßÜß ÌßÒßÓßÒ ÝßÞß×

    Sejak awal tahun 2003 terjadi epidemik

    serangan penyakit kuning keriting di berbagai

    daerah seperti Yogyakarta, Magelang, Jawa Barat,

    Lampung dan lain-lain (Hidayat 2003, Hartono

    2003 dan Sulandari 2004). Di Lembang gejala

    seperti ini ditemukan pada 2 tanaman cabai

    di Kebun Percobaan Balai Penelitian TanamanSayuran (Balitsa) pada tahun 1992, yang waktu itu

    dikelompokkan pada , karena

     penularan secara mekanis pada berbagai tanaman

    indikator tidak bereaksi, gejala hanya muncul pada

    tanaman cabai yang ditulari secara penyambungan.

    Semua antisera untuk virus yang menyerang cabai

    (CMV, TMV, ToMV, PVY, PVX ) tidak bereaksi

    (Duriat dan Gunaeni 2003).

    Gejala penyakit tanaman cabai pada umumnya

     berwarna mosaik kuning atau hijau muda mencolok

    seperti terlihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.Kadang-kadang pucuk menumpuk keriting diikuti

    dengan bentuk helaian daun menyempit atau cekung,

    tanaman tumbuh tidak normal menjadi lebih kerdil

    dibandingkan dengan tanaman sehat.

    Kedua gejala penyakit di atas, kuning dan hijau

    keriting sering pula ditemukan secara bersamaan

    dalam satu varietas pada lahan yang sama seperti

     pada Gambar 3.

    Di lapang gejala ditemukan dalam berbagai

    stadia dari mulai gejala awal seperti urat daun

    menjala atau kekuningan pada pucuk sampai

    seluruh daun bergejala kuning atau hijau parah.

    Penyakit ini diketahui pada beberapa varietas

    cabai cukup merugikan, hasil panen berkurang

    sampai terjadi puso, terutama pada tanaman

    yang terinfeksi sejak masa tanaman masih sangat

    muda. Kerugian petani akibat penyakit ini secara

    keseluruhan dapat mencapai milyaran rupiah. Pada

    tanaman cabai rawit yang terserang sampai 100%

    (Gambar 4) masih mampu menghasilkan buah

    walaupun sedikit, sedangkan pada cabai besar

    sering hanya terbentuk kurang dari 5 buah saja.

    PENYEBAB

    Penyakit kuning keriting pada cabai disebabkan

    oleh dengan bentuk partikel

    segi lima secara berpasangan atau kembar (Gambar

    5). Partikel virus Gemini kadang-kadang ada yang

    hanya satu atau malah tiga partikel berdekatan

    . Hidayat

  • 8/18/2019 Duriat_cabai

    2/4

    No. 5 - September 2009

    44

    Gemini pada cabai dari Baranangsiang, Segunung,

    dan Cugenang dengan metode PCR, menyimpulkan

     bahwa DNA isolat Baranangsiang dan Cugenang berukuran sama yaitu 1,5 kb, sedangkan DNA isolat

    Segunung berukuran 1,7 kb. Di lapangan virus ini

    ditularkan oleh vektor kutu kebul

    (Gambar 6) Satu ekor vektor mampu menularkan

    virus dan membuat tanaman sakit. Laju penyebaran

     penyakit bertambah sesuai dengan peningkatan

     populasi vektor. Musuh alami kutu kebul yang

     paling efektif adalah kumbang macan (Gambar

    7)

    Masa inkubasi virus dalam tanaman antara

    10-15 hari. Tanaman inang virus dan vektornyacukup banyak dari berbagai jenis sayuran seperti

    terung-terungan, kacang-kacangan, dan gulma

     berdaun lebar serta tanaman hias. Gejala virus pada

    tanaman ini bervariasi dari mulai belang hijau,

    malformasi daun (mengkerut, cekung, keriting),

    urat daun menguning sampai kuning mencolok,

    dan pertumbuhannya kerdil.

    PENGENDALIAN

    Inti pengendalian penyakit kuning keriting

     pada tanaman cabai adalah upaya terpadu untukmenghalangi terjadinya infeksi terutama pada

    waktu tanaman masih muda. Hasil beberapa

     penelitian untuk mengendalikan penyakit kuning

    keriting adalah sebagai berikut:

    1. Mengisolasi persemaian dengan kerodong

    yang kedap kutu kebul (+ 50 ).

    2. Selalu melakukan pemantauan atas kejadian penyakit kuning keriting dan keberadaan kutu

    kebul di persemaian sampai waktu tanam.

    Sisa semaian tetap dalam kerodong untuk

     penyulaman di lapang.

    3. Menginduksi ketahanan tanaman cabai dengan

    Vir-001 (ekstrak bunga pukul empat konsen-

    trasi 50%) atau Vir-002 (bayam duri konsen-

    trasi 25%) pada semaian cabai (berdaun sejati

    3-4 lembar).

    4. Menggunakan mulsa plastik perak pada per-

    tanaman di lapang.

    5. Menggunakan tanaman kompanon, baik

    tanaman pinggir jagung tinggi sebanyak 6 baris

    rapat (ditanam 4 minggu sebelum tanam cabai),

    tanaman sela tomat (ditanam 2 minggu setelah

    tanam cabai), atau tanaman sela kubis (1 bulan

    setelah tanam cabai).

    Gambar 1. Gejala kuning keriting Gambar 2. Gejala hijau keriting

    Gambar 3. Gejala kuning dan hijau keriting

    pada pertanaman yang sama

  • 8/18/2019 Duriat_cabai

    3/4

    iptek hortikultura

    45

    6. Memantau tanaman muda sampai umur 30-35

    hari. Segera memusnahkan tanaman cabai yang

    terserang awal penyakit kuning keriting (urat

    daun pucuk transparan seperti jala, kekuningan,

    atau klorosis yang mencolok). Tanaman yang

    dicabut segera disulam dengan semaian yang

    sehat.

    7. Melepas predator kumbang macan (1.000ekor/ha atau 1 ekor/10 tanaman) sebanyak

    6 kali, sejak umur tanaman cabai 2 minggu,

    dengan interval 10 hari sekali.

    Gambar 4. Tanaman cabai rawit 100% terserang penyakit kuning keriting

    Gambar 5. Partikel virus Gemini

    Gambar 6. Kutu kebul  Bemisia tabaci , (A)

    imago dan nimfa; (B) puparia

    AB

    Gambar 7. Predator serangga kutu kebul

      (A) Menochilus sexmaculatus; 

    (B) Coccinella transfertalis

    AB

  • 8/18/2019 Duriat_cabai

    4/4

    No. 5 - September 2009

    46

    8. Memasang perangkap kuning likat (40 lem-

     bar/ha) sejak tanaman masih muda untuk

    mengurangi populasi serangga pengisap daun.

    Perangkap diganti setiap 2-4 minggu sekali.

    9. Memasang perangkap metil eugenol (40

     botol/ha) setelah tanaman berbuah untukmengurangi lalat buah cabai (

    kompleks). Perangkap diganti 2-4 minggu

    sekali bergantung hasil tangkapan lalat dalam

     botol.

    10. Menggunakan insektisida selektif seperti imi-

    daklorpid atau insektisida sejenis agar musuh

    alami predator tidak ikut termusnahkan.

    11. Gulma disiang agar inang lain dari penyakit

    kuning keriting atau kutu kebul tidak terse-

    dia.

    12. Pemeliharaan kebun dengan baik sesuai anju-

    ran dan selalu memantau perkembangan serta

    mengendalian penyakit dan hama penting

    lainnya.

    13. Gunakan varietas yang tahan atau toleran.

    14. Apabila serangan penyakit kuning keriting

    terjadi pada waktu buah cabai sudah dipanen

    (terlihat gejala serangan virus hanya pada ujung

     pucuk) tanaman yang terinfeksi tidak perlu

    dicabut, karena kehilangan hasil panen relatif

    sedikit (masih menguntungkan).

    PENUTUP

    Hal penting yang perlu diingat adalah, bahwa

     penyakit kuning keriting sangat sulit diberantas,

    apalagi dihilangkan sampai 0%. Karena itu

    diperlukan kompromi dengan serangan penyakit ini.

    Segala upaya di atas adalah sebagai pengendalian

    risiko, untuk mencapai ambang toleransi penyakit

    agar tidak merugikan atau pemperkecil kerugian

     produksi cabai.

    PUSTAKA

    1. Duriat, A.S. dan N. Gunaeni. 2003. Pengenalan Pe-

    nyakit Kerupuk pada Cabai dan Pengendaliannya.

    Makalah pada Seminar Pengenalan dan Pengenda-

    lian Penyakit Virus pada Tanaman Cabai. Jakarta,

    20 Februari 2003. 11 Hlm.2. Hartono, S. 2003. Penyakit Virus Daun Menguning

    dan Keriting pada Cabai di Yogyakarta dan Upaya

    Pengendaliannya. Makalah pada Seminar Pengena-

    lan dan Pengendalian Penyakit Virus pada Tanaman

    Cabai. Jakarta 20 Februari 2003. 11 Hlm.

    2. Hidayat, S.H., E.S. Rusli, dan N. Aidawati. 1999.

    Penggunaan Primer Universal dalam Polymerase

    Chain Reaction untuk mendeteksi Virus Gemini

     pada Cabai. Dalam: Prosiding Seminar Ilmiah dan

    Kongres Nasional XV Perhimpunan Fitopatologi

    Indonesia ci Purwokerto. Hlm. 355-359.

    3. __________. 2003. Rangkuman Hasil Penelitian

    Gemini Virus di Indonesia: sebagai Bahan Diskusi

    untuk Menghadapi Peningkatan Infeksi Virus Gem-

    ini pada Cabai. Makalah pada Seminar Pengenalan

    dan Pengendalian Penyakit Virus pada Tanaman

    Cabai. Jakarta 20 Februari 2003. 11 Hlm.

    4. Sulandri, S. 2004. Deteksi Virus Gemini pada Cabai

    di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam A. Purwan-

    toro, D. Sitepu, I. Mustika, K. Mulya, M.S. Sudjono,

    M. Machmud, S.H. Hidayat, Suriadi, dan Widodo

    (Eds.) Prosiding Kongres XVI dan Seminar Ilmiah

    PFJ. Bogor. ISBN 979-95938-1-6. Hlm: 200-202.

    Ati Srie Duriat 

    Balai Penelitian Tanaman Sayuran

    Jl. Tangkuban Parahu 517 Lembang, Bandung 40391