119
i EFEK ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA DARI AMPAS EKSTRAK ETANOL GANGGANG HIJAU (Ulva lactuca L.) PADA TIKUS DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN SKRIPSI Diajukan Oleh : Yusnia Fairuz 10023111 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2014

EFEK ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA DARI AMPAS EKSTRAK ETANOL GANGGANG HIJAU (Ulva lactuca L.) PADA TIKUS DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA DARI AMPAS EKSTRAK ETANOL GANGGANG HIJAU

Citation preview

  • i

    EFEK ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA DARI AMPAS

    EKSTRAK ETANOL GANGGANG HIJAU (Ulva lactuca L.) PADA

    TIKUS DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

    SKRIPSI

    Diajukan Oleh :

    Yusnia Fairuz

    10023111

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

    YOGYAKARTA

    2014

  • ii

    EFEK ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA DARI AMPAS

    EKSTRAK ETANOL GANGGANG HIJAU (Ulva lactuca L.) PADA

    TIKUS DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

    Mencapai derajat Sarjana Farmasi (S.Farm)

    Program Studi Ilmu Farmasi

    Universitas Ahmad Dahlan

    Yogyakarta

    Oleh :

    YUSNIA FAIRUZ

    10023111

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

    YOGYAKARTA

    2014

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    Berjudul

    EFEK ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA DARI AMPAS

    EKSTRAK ETANOL GANGGANG HIJAU (Ulva lactuca L.) PADA

    TIKUS DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

    Oleh :

    YUSNIA FAIRUZ

    10023111

    Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

    Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan

    Pada tanggal : 5 Juni 2014

    Mengetahui

    Fakultas Farmasi

    Universitas Ahmad Dahlan

    Pembimbing

    Moch. Saiful Bachri, M.Si.,

    Ph.D., Apt.

    Dekan

    Dr. Dyah Aryani Perwitasari, M.Si.,

    Ph.D., Apt.

    Penguji :

    1. Moch. Saiful Bachri, M.Si., Ph.D., Apt.

    2. Wahyu Widyaningsih, M.Si., Apt.

    3. Prof. Dr. Achmad Mursyidi, M.Sc., Apt.

  • iv

    HALAMAN PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Yusnia Fairuz

    NIM : 10023111

    Program Studi : S1 - Farmasi

    Fakultas : Farmasi

    Judul Penelitian :.Efek Antihiperkolesterolemia Dari Ampas

    Ekstrak Etanol Ganggang Hijau (Ulva lactuca L.)

    Pada Tikus Diabetes Yang Diinduksi Aloksan

    Menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil karya saya sendiri dan dari

    sepengetahuan saya, tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang

    lain atau digunakan untuk penyelesaian studi perguruan tinggi lain, kecuali pada

    bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan. Apabila ternyata terbukti

    bahwa pernyataan ini tidak benar, hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab

    saya.

    Yogyakarta, 5 Juni 2014

    Yang Menyatakan,

    Yusnia Fairuz

    10023111

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Dan dia memudahkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, sebagai suatu rahmat dari pada-Nya. Sungguh dalam demikian ini benar-

    benar terdapat ayat-ayat (tanda bukti kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berfikir.

    (QS. Al Jatsiyah : 13)

    .. Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..

    (QS : Al Mujadillah (28) : 11)

    ..Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan..

    (QS : Al Insyirah : 4-6)

    Teruntuk :

    Allah SWT, sang Maha pemilik ilmu.

    Kedua orangtuaku tercinta, Abahku (Isrofan) dan Mamahku (Jamilah),

    Ungkapan rasa hormat , bakti dan kasih sayang ku kepadamu abah dan mamahku

    serta ungkapan terimakasihku atas semua perhatian dan kasih sayang kalian

    kepadaku, terimakasih selalu mendoakan, menasehati, memotivasi dan mendukungku

    dalam menggapai semua impian dan cita-citaku.

    Kakakku (Amrina Rosyada) dan adikku (Azmi) yang selalu sayang dan perhatian

    padaku.

    Seluruh keluarga besar yang selalu mendukungku.

    Dan kepada semua teman seperjuangan, serta almamaterku.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Dengan menyebut Asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

    segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

    rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    Efek Antihiperkolesterolemia Dari Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau

    (Ulva lactuca L.) Pada Tikus Diabetes Yang Diinduksi Aloksan. Skripsi ini

    disusun sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Farmasi Program

    Studi Farmasi Fakultas Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

    Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah mendorong,

    membimbing, memberikan ide-ide, serta membantu dengan tenaga dan waktu. Oleh

    karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada :

    1. Allah SWT atas karunia, rahmat serta hidayah-Nya, memberikan kelancaran

    dalam penyusunan skripsi ini.

    2. Abahku Isrofan dan Mamahku Jamilah, yang dengan sabarnya selalu

    memberikan motivasi, membimbing, dan mendoakan penulis untuk

    menyelesaikan Skripsi ini.

    3. Alm. Prof. Dr. Mulyadi., Apt. selaku dosen yang telah memberikan

    bimbingan, saran, pengarahan selama penelitian.

    4. Moch. Saiful Bachri, M. Si., Ph.D., Apt. selaku dosen pembimbing yang

    telah memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

    5. Wahyu Widyaningsih, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah banyak

    memberikan ilmu dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

  • vii

    6. Prof. Dr. Achmad Mursyidi, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah

    banyak memberikan ilmu dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

    7. Ibu Dr. Dyah Aryani Perwitasari, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas

    Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

    8. Kakakku Amrina Rosyada, dan adikku Azmi dan seluruh keluarga penulis,

    terima kasih atas segala dukungan dan doanya.

    9. Muhammad Nofriandi yang selalu mendukung dan memberikan semangat

    kepada penulis selama penulisan Skripsi hingga detik ini.

    10. Miftakh Fauziah, Vita Kurniyawati, Annisa Fikriyah, Ida Setyaningrum,

    dan Utami Dwi Rahayu terimakasih untuk kerjasama dan kebersamaan di

    tim Bissmillah yang solid ini.

    11. Rahmadani Arifirdianti, Sri Wahyuni Kotho, Artie Noor Pratiwi, Nurul

    Masyithah, Umiatun Solicha, dan Dina Masturah, terima kasih untuk

    kebersamaan, dan telah bersedia menjadi teman dan sahabat yang baik yang

    selalu menyemangati dan membantu.

    12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Fakultas Farmasi, khususnya

    kelas B, terima kasih atas kebersamaan dan semua dukungannya.

    13. Kepala dan seluruh staf Laboratorium Farmakologi UAD khususnya Bapak

    Hamam dan Bapak Samidi terimakasih atas bantuan selama penelitian.

    14. Segenap pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu yang telah

    membantu baik secara moril maupun materil dalam penulisan Skripsi ini.

    Semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT

    sebagai amal ibadah. Amin.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena

    itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangatt penulis harapkan

    demi perbaikan-perbaikan kedepan. Amin ya rabbal alamin.

    Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... iii

    HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

    ABSTRAK .......................................................................................................... xiv

    ABSTRACT ........................................................................................................... xv

    DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3

    D. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

    A. Kajian Teori ................................................................................................. 4

    1. Ganggang Hijau (Ulva lactuca L.) ........................................................... 4

    2. Phytomelatonin ......................................................................................... 8

    3. Polisakarida Sulfat .................................................................................... 9

    4. Flavonoid ................................................................................................ 10

    5. Ampas ..................................................................................................... 12

    6. Antioksidan ............................................................................................ 12

    7. Radikal Bebas ......................................................................................... 13

  • ix

    8. Antioksidan Mengurangi Stres Oksidatif pada Diabetes Mellitus ......... 14

    9. Diabetes .................................................................................................. 15

    10. Metabolisme lemak pada diabetes ...................................................... 18

    11. Kolesterol ............................................................................................ 19

    12. Hiperlipidemia .................................................................................... 23

    13. Glibenklamid ...................................................................................... 25

    14. Penetapan Kadar Kolesterol Darah ..................................................... 26

    15. Aloksan ............................................................................................... 27

    16. Maserasi .............................................................................................. 29

    B. Penelitian Yang Relevan ............................................................................ 30

    C. Kerangka Berfikir....................................................................................... 31

    D. Hipotesis ..................................................................................................... 33

    BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 34

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 34

    B. Sampel ........................................................................................................ 34

    C. Bahan dan Alat yang Digunakan................................................................ 34

    1. Bahan ...................................................................................................... 34

    2. Alat ......................................................................................................... 35

    D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 35

    1. Variabel Bebas ....................................................................................... 35

    2. Variabel Terikat ...................................................................................... 35

    3. Variabel Terkendali ................................................................................ 35

    E. Prosedur Penelitian..................................................................................... 35

    1. Identifikasi Ganggang Hijau................................................................... 35

    2. Pengumpulan, Pengeringan dan Pembuatan Serbuk Simplisia .............. 36

    3. Pembuatan Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau. ............................. 36

  • x

    4. Identifikasi Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau ............................. 37

    5. Pembuatan CMC Na 1 % ....................................................................... 39

    6. Penyiapan Larutan Glibenklamid ........................................................... 39

    7. Perencanaan Dosis Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau ................. 39

    8. Hewan Percobaan ................................................................................... 42

    9. Preparasi sampel ..................................................................................... 44

    10. Penetapan Kadar Kolesterol Total ...................................................... 44

    F. Analisis Data .............................................................................................. 46

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 48

    A. Hasil Identifikasi Tanaman Ganggang Hijau ............................................. 48

    B. Pembuatan Simplisia dari Ganggang Hijau ............................................... 48

    C. Pembuatan Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau .................................. 49

    D. Identifikasi Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau ................................. 50

    E. Penetapan Operating Time (OT) dan Panjang Gelombang Maksimum .... 56

    F. Hasil Uji Penetepan Kadar Kolesterol ....................................................... 59

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 70

    A. Kesimpulan ................................................................................................ 70

    B. Saran ........................................................................................................... 70

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71

    LAMPIRAN ......................................................................................................... 76

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Ganggang Hijau (Guiry, 2007)................................................................. 4

    Gambar 2. Kadar phytomelatonin tertinggi dalam tanaman terjadi lima jam pasca

    fase penggelapan (Kolar dan Machackova, 2001) ................................... 7

    Gambar 3. Struktur phytomelatonin (Alonso et al, 2008) .......................................... 8

    Gambar 4. Struktur Flavonoid (Sjahid, 2008) .......................................................... 10

    Gambar 5. Struktur kimia senyawa kolesterol (Guyton dan Hall, 2006) ................. 19

    Gambar 6. Biosintesis Kolesterol (Lehninger, 2004)............................................... 22

    Gambar 7. Struktur Kimia Glibenklamid (Anonim, 2013) ...................................... 25

    Gambar 8. Struktur kimia aloksan (Anonim,2013) .................................................. 28

    Gambar 9. Skema penelitian efek pemberian ampas ekstrak etanol ganggang hijau

    terhadap kadar kolesterol darah tikus diabetes yang diinduksi aloksan 43

    Gambar 10. Reaksi metode CHOD-PAP (Diasys, 2008) ........................................... 45

    Gambar 11. Hasil Uji Alkaloid .................................................................................. 50

    Gambar 12. Hasil Uji KLT Ampas Dari Ekstrak Etanol Ganggang Hijau Pada UV

    254 nm. .................................................................................................. 51

    Gambar 13. Hasil Uji Molish ..................................................................................... 52

    Gambar 14. Mekanisme Reaksi dengan Pereaksi Molisch ........................................ 53

    Gambar 15. Mekanisme Reaksi dengan Pereaksi Barfoed. ....................................... 53

    Gambar 16. Hasil uji Barfoed .................................................................................... 54

    Gambar 17. Hasil Uji Golongan Flavonoid ............................................................... 55

    Gambar 18. Hasil Uji KLT Ampas Dari Ekstrak Etanol Ganggang Hijau Pada UV

    254 nm. .................................................................................................. 56

    Gambar 19. Hasil penetapan operating time .............................................................. 57

    Gambar 20. Kurva panjang gelombang maksimum senyawa kuinonimin. ............... 59

    Gambar 21. Mekanisme kolesterol dengan metode enzimatik (Anonim, 2012)........ 60

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel I. Uji kualitatif golongan flavonoid (Harbone., 1987). ................................ 12

    Tabel II. Patokan Kadar Lipid Darah (mg/dl) yang memerlukan pengobatan

    (Kamaluddin, 1993). ................................................................................ 23

    Tabel III. Komposisi sampel, standar, dan blangko yang dianalisis pada penetapan

    kadar kolesterol darah .............................................................................. 46

    Tabel IV. Tabel Uji Golongan Flavonoid ................................................................. 54

    Tabel V. Hasil penetapan operating time dari kolesterol standar dengan pereaksi

    CHOD-PAP pada panjang gelombang 500 nm. ....................................... 58

    Tabel VI. Rata-rata kadar glukosa darah yang diperiksa pada hari ke-0 dan ke-3

    (Setyaningrum, 2014) ............................................................................... 62

    Tabel VII. Rata-rata kadar kolesterol darah yang diperiksa pada hari ke-0 sampai hari

    ke-17 ......................................................................................................... 64

    Tabel VIII. Tabel Perubahan Penurunan Kadar Kolesterol Darah ............................. 68

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Hasil Determinasi ............................................................................. 76

    Lampiran 2. Reagen CHOD-PAP (Dyasis) ........................................................... 77

    Lampiran 3. Data Kadar Kolesterol Darah ........................................................... 79

    Lampiran 4. Data Perubahan Penurunan Kadar Kolesterol Darah ....................... 84

    Lampiran 5. Data Uji SPSS Hari ke-0 .................................................................. 86

    Lampiran 6. Data uji SPSS hari ke-3 .................................................................... 90

    Lampiran 7. Data uji SPSS hari ke-10 .................................................................. 94

    Lampiran 8. Data uji SPSS hari ke-17 .................................................................. 98

    Lampiran 9. Dokumen Penelitian ....................................................................... 102

  • xiv

    ABSTRAK

    DM adalah gangguan kronis dari karbohidrat, lipid dan metabolisme protein

    disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa darah karena berkurangnya sekresi

    insulin. Kekurangan hormon insulin dapat mempengaruhi kerja beberapa enzim

    metabolisme lemak. Pada penderita DM selalu di ikuti dengan hiperkolesterolemia.

    Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kadar kolesterol dalam darah meningkat

    sehingga memicu terjadinya reaksi oksidasi lipid yang akan menghasilkan radikal

    bebas. Ganggang hijau mengandung senyawa aktif yang mempunyai aktivitas sebagai

    antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari ampas ekstrak

    ganggang hijau sebagai antihiperkolesterolemia dengan metode induksi aloksan.

    Ganggang hijau diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol

    96%. Ampas dari ekstrak etanol ganggang hijau digunakan untuk menurunkan kadar

    kolesterol yang di induksi aloksan. Sebanyak 30 ekor tikus jantan galur Wistar dibagi

    menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal, kelompok kontrol, kelompok

    glibenklamid, 3 kelompok diberi ampas dari ekstrak ganggang hijau dosis 100; 200;

    400 mg/kgBB (p.o). Aloksan diberikan intraperitoneal pada dosis 120 mg/kgBB

    kecuali pada kelompok I. Pengambilan kadar kolesterol darah dilakukan 3 hari

    setelah induksi aloksan yang dihitung pada hari ke-0, ke-3, ke-10, ke-17. Dan

    dilakukan analisis statistika dengan menggunakan uji ANOVA satu jalan untuk

    melihat pengaruh dosis dan waktu pemeriksaan kadar kolesterol darah.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa ampas ekstrak etanol ganggang hijau

    mempunyai senyawa aktif polisakarida sulfat dan flavonoid. Pemberian ampas

    ekstrak etanol ganggang hijau dosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB pada hari ke-14

    mampu menurunkan kadar kolesterol darah tikus diabetes yang diinduksi aloksan, hal

    ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan

    kelompok kontrol.

    Kesimpulan dari penelitian ini adalah senyawa aktif dalam ampas ekstrak

    etanol ganggang hijau memiliki kemampuan menurunkan kadar kolesterol darah pada

    tikus diabetes.

    Kata kunci : Diabetes Mellitus (DM), Hiperglikemia, Hiperkolesterol, Aloksan,

    Ganggang Hijau.

  • xv

    ABSTRACT

    Diabetes Mellitus (DM) is a chronic metabolic disorders of carbohydrate, lipid

    and protein metabolism. It is caused by an increase in blood glucose levels due to

    reduced insulin secretion. Lack of insulin can affect the action of some enzymes of fat

    metabolism. So that, patients who suffer from diabetes also suffer from

    hypercholesterolemia. Hypercholesterolemia is a condition in which bloods cholesterol levels increased. Therefore, hypercholesterolemia causes lipid oxidation

    reactions that will produce free radicals. Green algae contains active compounds that

    have antioxidant activity. This study aims to determine the effect of dregs of green

    algae extracts as antihiperkolesterolemic with alloxan induction method.

    Green algae is extracted by maceration method using 96% ethanol liquid

    filters. Dregs of the ethanol extracts of green algae is used to lower cholesterol levels

    in alloxan induction. A total of 30 male Wistar rats were divided into 6 groups:

    normal, control, glibenklamid, three groups were given the dregs of extracts of green

    algae dose of 100; 200; 400 mg/kgBW (p.o). Alloxan administered subcutaneously at

    a dose of 120 mg/kgBW except in group I. Taking blood cholesterol levels performed

    for 3 days after induction of alloxan were counted on days 0, 3rd, 10th, 17th. In this

    study, statistical analysis such as one-way ANOVA test is used to see the effect of

    dose and time of examination of blood cholesterol levels.

    The results of this study showed that the dregs from the ethanol extracts of

    green algae have active compound sulfate polysacharides and flavonoids. Giving

    dregs of ethanol extract of green algae dose of 200 mg/kW and 400 mg/kW on day 14

    can lower blood cholesterol levels in alloxan-induced diabetic rats, this is indicated

    by a significant difference when compared with the control group.

    The conclusion of this study is the active compound in the dresg of ethanol

    extracts of green algae have the ability to lower blood cholesterol levels in diabetic

    rats.

    Keywords: Diabetes Mellitus (DM), Hiperglikemic, Hypercholesterolemia, Alloxan,

    Green Algae.

  • xvi

    DAFTAR SINGKATAN

    ADA = American Diabetes Association

    CMC-Na = Natrium Carboxy Methyl Cellulose

    dL = desiliter

    HDL = High Density Lipoprotein

    HMG Ko-A = Hidroksil Metil Glutamil Koenzim-A

    IDL = Intermediet Density Lipoprotein

    LDL = Low Density Lipoprotein

    VLDL = Very Low Density Lipoprotein

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Diabetes Melitus adalah gangguan kronis dari karbohidrat, lipid dan

    metabolisme protein di manisfestasikan oleh peningkatan kadar glukosa darah.

    Penyakit ini disebabkan oleh catat pada selules penyerapan glukosa karena sekresi

    insulin berkurang (Sedigheh et al., 2011). Kekurangan hormon insulin ini dapat

    mempengaruhi kerja beberapa enzim metabolisme lemak yaitu enzim lipoprotein

    lipase dan lipase sensitif hormon yang akan berdampak ada penurunan

    pemecahan lipoprotein dalam sirkulasi darah (Inawati et al., 2007). Sehingga

    kandungan lipoprotein pada penderita diabetes melitus selalu di ikuti dengan

    naiknya kadar kolesterol (Hermawan et al., 2004).

    Obat diabetes mellitus oral yang digunakan pada saat ini secara umum

    mekanisme kerjanya bertujuan untuk menurunkan kadar glukosa darah, tetapi

    belum mengandung senyawa antioksidan yang mampu menekan radikal bebas

    yang memicu berbagai komplikasi pada penyakit DM (Sutjiatmo, 2011). Untuk

    itu, penggunaan bahan-bahan alami dengan kandungan senyawa antioksidan dapat

    menjadi solusi alternatif untuk mencegah berbagai komplikasi DM (Evacuasiany,

    2004).

    Kerusakan sel beta pankreas pada hewan secara selektif dapat ditimbulkan

    dengan pemberian aloksan dengan dosis sesuai serta pemberian obat-obat yang

    menghambat sekresi insulin dan dengan pemberian antibodi anti insulin sehingga

    menyebabkan diabetes pada hewan uji (Ganong, 1998).

  • 2

    Ganggang Hijau (Ulva lactuca L.) adalah rumput laut umum yang terdapat

    di seluruh dunia dan dianggap sebagai sumber makanan penting dunia sebagai

    sayuran laut. Ulva sp (selada laut) adalah sumber alam yang kaya karbohidrat,

    protein, vitamin esensial seperti B1, C, E, dan B9, asam amino, dll. Ulva sp telah

    digunakan sebagai obat pada pengobatan tradisional china untuk hiperlipidemia,

    pasca stroke dan penyakit uriner (De Padua, 2004).

    Melatonin dapat ditemukan dalam tanaman ganggang hijau menurut Sergio

    et al. (2009). Kandungan Melatonin, Polisakarida Sulfat, dan Flavonoid yang ada

    dalam ganggang hijau memiliki aktivitas antioksidan menurut beberapa penelitian

    yang telah dilakukan (Hanna et al., 2009 ; Ofir et al., 2011 ; Meenakshi et al.,

    2009).

    Penyarian dengan cara maserasi tidak pernah dapat menarik zat berkhasiat

    dari tanaman secara sempurna (Agoes, 2007). Oleh karena itu perlu dilakukan

    penelitian lebih lanjut terhadap senyawa aktif dalam ampas ekstrak etanol

    ganggang hijau apakah dapat menurunkan kadar kolesterol darah setelah

    pemberian induksi aloksan pada tikus diabetes.

    B. Rumusan Masalah

    1. Senyawa apa yang terkandung dalam ampas ekstrak etanol ganggang hijau?

    2. Apakah ampas ekstrak etanol ganggang hijau dapat menurunkan kadar

    kolesterol darah dan berapakah dosis yang sesuai dalam menurunkan kadar

    kolesterol darah pada tikus diabetes yang diinduksi aloksan?

  • 3

    3. Berapakah waktu yang efektif dari ampas ekstrak etanol ganggang hijau

    untuk menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus diabetes yang diinduksi

    aloksan?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Mengidentifikasi senyawa yang terkandung dalam ampas ekstrak etanol

    ganggang hijau.

    2. Mengetahui efek penurunan kadar kolesterol darah dari ampas ekstrak etanol

    ganggang hijau dan berapakah dosis pemberian yang berpengaruh terhadap

    penurunan kadar kolesterol darah.

    3. Mengetahui waktu yang efektif dari ampas ekstrak etanol ganggang hijau

    untuk menurunkan kadar kolestrol darah pada tikus diabetes yang diinduksi

    aloksan.

    D. Kegunaan Penelitian

    1. Memberikan informasi yang berguna untuk meningkatkan pemanfaatan

    tanaman di Indonesia, khususnya ganggang hijau sebagai alternatif

    pengobatan.

    2. Meningkatkan pemanfaatan Sumber Daya alam (SDA) yang ada di Indonesia

    sebagai salah satu bahan untuk sediaan sediaan farmasi.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori

    1. Ganggang Hijau (Ulva lactuca L.)

    a. Klasifikasi Tanaman

    Tanaman ganggang hijau seperti terlihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Ganggang Hijau (Guiry, 2007)

    Berdasarkan taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman ganggang hijau

    adalah sebagai berikut : (Guiry, 2007)

    Kingdom : Plant

    Divisio : Thallophyta

    Kelas : Chlorophyta

    Ordo : Ulvales

    Familia : Ulvaceae

  • 5

    Genus : Ulva

    Spesies : Ulva lactuca

    Habitat : air laut, payau, kayu-kayuan, batu-batuan.

    b. Deskripsi Tanaman

    Dalam dunia tumbuhan, ganggang termasuk dalam dunia thallophyta

    (tumbuhan talus) karena belum memiliki akar, batang dan daun yang jelas.

    Tumbuhan ganggang ada yang bersel tunggal dan juga ada yang bersel banyak

    dangan bentuk serupa benang atau lembaran. Ganggang mempunyai zat warna

    (pigmen), di antaranya klorofil, karoten, dan xantofil. Ganggang bersifat autotrof

    (dapat membuat makanannya sendiri). Hampir semua ganggang bersifat

    eukaryotic. Habibat hidupnya di air tawar, air laut, dan di tempat kembab,

    ganggang yang hidup di air umumnya sebagai plankton. Ganggang hijau

    merupakan kelompok ganggang yang paling banyak jumlahnya di antara

    ganggang lain. Cara reproduksinya adalah dengan fragmentasi dan konjugasi

    (Kolar dan Machackova, 2001).

    Ganggang ini mempunyai morfologi berupa bentuk tubuh yang tidak

    bercabang dan terdiri dari satu atau lebih nukleus. Kloroplas berada di antara

    sitoplasma dan vakuola yang di lindungi oleh dinding sel. Kloroplas menyerupai

    pita berbentuuk spiral yang terletak di tepi dinding sel. Pirenoid di kelilingi oleh

    butiran plastid dan berantai sepanjang kloroplas. Nukleus verada di sitoplasma

    dan sering kali bergabung di pusat vakuola. Sitoplasma mengelilingi nukleus dan

    verada di sela-sela vakuola. Dinding sel ganggang hijau bersifar lunak dan tidak

  • 6

    berlubang. Dinding tersebut terdiri atas selulosa dengan selaput pektin yang agak

    berlendir. Lendir tersebut menyebabkan ganggang hijau terasa licin bila disentuh

    (Kolar dan Machackova, 2001)

    Dalam dunia tumbuhan ganggang termasuk dalam thallophya (tumbuhan

    halus), karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara jelas. Ganggang

    ada yang bersel tunggal dan ada juga yang bersel banyak, bentuk serupa benang

    atau lembaran. Mempunyai pigmen klorofil karoten dan xantofil. Cara reproduksi

    dengan fragmentasi dan konjugasu (Kolar dan Machackova, 2001). Kelas

    Chlorophyta yang lebih di kenal atau populer dengan sebutan alga hijau, yaitu

    kelompok dari alga yang terdiri dari lebih kurang 429 marga dan 6600 jenis.

    Secara mikroskopis setiap genus dari Chlorophyta memiliki ciri yang khas,

    kloroplas berbentuk jala terdapat pada Hydrodyction dan kloroplas berbentuk

    spiral terdapat pada Spyrogira sp, ganggang hiijau memiliki kloroplas berbentuk

    butiran. Secara lebih rinci, ganggang hijau memliki kloroplas berbentuk butiran

    dengan 1-3 pyrenoids yang membentuk lingkaran utuh dan tidak utuh. Ganggang

    hijau berbentuk lembaran seperti daun selada, terdiri dari 2 lapis sel yang

    membentuk struktur seperti parenkim.

    c. Kandungan Kimia

    Ganggang, seperti tanaman lain, menghasilkan berbagai senyawa metabolit

    sekunder. Senyawa tersebut disentesis pada akhir fase pertumbuhan dan/atau

    karena perubahan metabolik yang diinduksi oleh kondisi stres lingkungan. Produk

    yang dihasilkan meliputi karotenoid, senyawa fenolik, polisakarida, dan asam

  • 7

    lemak tak jenuh. Senyawa-senyawa tersebut memiliki aktivitas biologis seperti

    antioksidan, antikanker, antimikroba terhadap bakteri, virus, jamur, sebagai pupuk

    organik dan berpotensi untuk bioremidiasi (Shalaby, 2011).

    Polisakarida sulfat yang terkandung dalam ganggang hijau adalah kelompok

    dari hetero polisakarida yang terdiri dari rhamnose, xylose, glukosa, asam

    glukoronat dan sulfat (Leiro et al., 2007).

    Ganggang hijau mengandung senyawa melatonin (Sergio et al., 2009).

    Melatolin dapat ditemukan dalam tanaman ganggang hijau, dimana salah satu

    diantaranya adalah ganggang hijau (Kolar dan Machackova, 2001). Melatonin

    merupakan sejenis hormon yang merupakan antioksidan yang kuat. Hasil

    penelitian menyebutkan bahwa kadar melatonin tertinggi dalam tanaman adalah

    lima jam pasca fase penggelapan. Hasil penelitian tersebut seperti terlihat pada

    Gambar 2. :

    Gambar 2. Kadar phytomelatonin tertinggi dalam tanaman terjadi lima jam

    pasca fase penggelapan (Kolar dan Machackova, 2001)

  • 8

    2. Phytomelatonin

    Phytomelatonin merupakan zat aktif melatonin yang terdapat dalam

    tanaman. Melatonin mampu mengatasi radikal bebas (antioksidan), hal ini

    dikarenakan melatonin dapat menetralisir zat radikal dengan menyumbangkan

    elektronnya. Melatonin merupakan antioksidan yang lebih reaktif dibandingkan

    vitamin E atau glutation sehingga lebih efektif mengatasi radikal yang masuk ke

    dalam tubuh.

    Struktur melatonin seperti di lihat pada Gambar 3. Alkoloid termasuk

    metabolik sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih atom

    nitrogen, biasanya dalam cincin heterosiklik (Alonso et al., 2008).

    Gambar 3. Struktur phytomelatonin (Alonso et al, 2008)

    Melatonin memiliki nama kimia, yaitu N-acetyl-5-methoxy tryptamine.

    Senyawa ini mempunyai bobot molekul (BM) sebesar 232. Melatonin mempunyai

    efek yang luas, seperti dalam kelenjar pineal di bawah otak, melatonin berlaku

    sebagai sebuah hormon induk yang merangsang keluarnya berbagai hormon

    lain. Pada jantung dan sistem peredaran darah, melatonin mengurangi

    kemungkinan terbentuknya gumpalan-gumpalan darah yang membantu

    melindungi dari serangan jantung dan stroke. Melatonin meningkatkan

  • 9

    kemampuan sel-sel darah putih untuk membentuk antibodi. Di seluruh tubuh,

    melatonin bertindak langsung atas sel-sel sebagai antioksidan yang melindungi

    sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas.

    Melatonin dapat larut dalam pelarut metanol, etanol, dan HCl 0,1 N.

    Senyawa ini dapat di identifikasi pada panjang gelombang 280 nm dalam pelarut

    etanol (Baghurst dan Bursby, 2008). Melatonin dalam tanaman dapat di pisahkan

    dari komponen yang lain yang ada dalam tanaman dengan menggunakan metode

    kromografi lapis tipis. Harga RF atau perbandingan antara panjang (cm) dari

    bercak hingga batas awal elusi di bagi dengan panjang (cm) dari batas awal elusi

    hingga batas akhir elusi pada senyawa melatonin berbeda-beda tergantung pada

    fase gerak yang di gunakan.

    Melatonin menangkal radikal bebas secara ekstraseluler dimana melatonin

    memiliki mekanisme penangkalan dangan cara menangkap senyawa-senyawa

    radikal oksigen dan melindungi lipoprotein plasma (Gutteridge, 1995).

    3. Polisakarida Sulfat

    Polisakarida Sulfat dari alga memperlihatkan peran penting dalam

    menangkal radikal bebas secara in-vitro dan antioksidan untuk melindungi

    organisme hidup yang melawan terhadap reaktif oksigen spesies (Qi et al., 2005).

    Aktivitas antioksidan dari fraksi murni polisakarida sulfat di evaluasi secara

    in vitro dengan pengujian penangkapan radikal superoksida lipid, pengujian

    penangkapan radikal hidroksi dan pengujian penangkapan radikal nitrit oksida

    (Shonima et al., 2012). Ulva sp banyak mengandung polisakarida, mengandung

  • 10

    selulosa dan polisakarida yang larut air seperti kelompok sulfat. Polisakarida

    sulfat dari alga laut diketahui mampu menghambat beberapa aktivitas biologi dan

    psikologi seperti anti oksidan, antikoagulan, dan antihiperlipidemia (Yu et al.,

    2003).

    4. Flavonoid

    Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar ditemukan di alam

    (Harborne., 1999). Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mempunyai struktur

    dasar C6C3C6. Tiap bagian C6 merupakan cincin benzene yang terdistribusi dan

    dihubungkan dengan C3 yang merupakan rantai alifatik. Struktur flavonoid dapat

    dilihat pada Gambar 4. Flavonoid merupakan senyawa fenol alam yang terdapat

    pada hampir semua tumbuhan dari bangsa algae hingga gymnospermae.

    Gambar 4. Struktur Flavonoid (Sjahid, 2008)

    Flavonoid yang ditemukan Fowler et al. (2009) menunjukan aktivitas

    biokimia seperti antioksidan, antivirus, antibakteri, dan antikanker. Flavonoid

    merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak reaksi oksidasi,

    baik secara enzim maupun non enzim. Flavonoid bertindak sebagai penampung

    yang baik radikal hidroksi dan superoksida dengan demikian melindungi lipid

    membran terhadap reaksi yang merusak (Sjahid, 2008). Flavonoid berperan

  • 11

    sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui

    kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung

    rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon. Pada

    penelitian yang telah di lakukkan oleh Meenakshi et al. (2009) diketahui bahwa

    Ulva lactuca memiliki kandungan flavonoid dan terbukti mempunyai aktivitas

    sebagai antioksidan.

    Hasil dari studi yang dilakukan oleh Zhu et al. (2000) menunjukkan bahwa

    senyawa quercetin memiliki aktivitas perlindungan yang bervariasi terhadap

    penurunan kandungan -tokoferol dalam LDL sedangkan kaempferol dan morin

    kurang efektif dibandingkan dengan myricetin dan quercetin.

    Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, diyakini bahwa

    flavonoid sebagai salah satu kelompok senyawa fenolik yang memiliki sifat

    antioksidatif serta berperan dalam mencegah kerusakan sel dan komponen

    selularnya oleh radikal bebas reaktif.

    Penggolongan Jenis Flavonoid

    Flavonoid dalam tumbuhan terdapat sebagai campuran, seringkali terdiri

    atas flavonoid yang berbeda golongan. Penggolongan jenis flavonoid (Tabel I)

    didasarkan pada sifat kelarutan dan reaksi warna. Flavonoid merupakan senyawa

    polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil yang tidak tersubtitusi. Pelarut

    polar seperti etanol, metanol, etilasetat, atau campuran dari pelarut tersebut dapat

    digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan (Rijke, 2005).

  • 12

    Pemeriksaan pendahuluan golongan flavonoid dilakukan dengan pereaksi

    spesifik. Reaksi yang terjadi antara pereaksi spesifik dan suatu golongan

    flavonoid akan menghasilkan warna tertentu.

    Tabel I. Uji kualitatif golongan flavonoid (Harbone., 1987).

    Pereaksi Golongan

    Flavonoid

    Warna hasil

    Reaksi

    CH3COONa Antosianidin Merah

    FeCl3 Antosianidin Biru

    CH3COOPb Kalkon

    Auroon

    Flavon

    Jingga

    Merah

    Jingga

    hingga krem

    NaOH 0.1 N Kalkon dan

    auron

    Flavonol dan

    Flavon

    Merah

    hingga ungu

    Kuning

    H2SO4 pekat Flavonol dan

    flavon

    Flavonol

    Kalkon

    Kuning

    Jingga

    hingga krem

    Merah

    5. Ampas

    Ampas adalah sisa-sisa barang yang telah diambil sarinya atau patinya dari

    hasil penyaringan sediaan yang diperoleh dengan menyaring zat aktif dari

    simplisia nabati dan hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian massa

    atau serbuk yang terampas di perlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang

    telah ditetapkan (Anonim, 2012).

    6. Antioksidan

    Antioksidan adalah zat yang dalam kondisi kecil dapat mencegah atau

    memperlambat oksidasi radikal bebas. Dalam konsentrasi yang lebih rendah dari

  • 13

    zat yang mudah teroksidasi, antioksidan mampu mencegah atau memperlambat

    oksidasi tersebut (Halliwel et al., 1995). Menurut Gordon (1990) Antioksidan di

    bagi menjadii 2 kelompok yaitu : antioksidan primer yang dapat bereaksi dengan

    radikal bebas membentuk produk yang lebih stabil dan antioksidan sekunder yang

    disebut antioksidan pelindung yang berperan dalam mereduksi kecepatan inisiasi

    melalui berbagai macam mekanisme dan berperan dalam memperlambat laju

    autooksidasi lemak dangan cara mengikat ion logam memecah hidroperoksida

    menjadi spesies non radikal, menyerap radiasi ultraviolet dan menginaktifkan

    oksigen singlet.

    Antioksidan pada umumnya banyak ditemukan pada sayuran, buah-buahan

    dan tumbuh-tumbuhan. Selain itu antioksidan juga bisa disentesis (produksi)

    dalam tubuh kita. Contoh antioksidan yang berasal dari makanan adalah vitaminn

    E, C, A, Asam Phenolik, selenium, klorofil, karotenoid, flavonoid, glutation,

    coenzyme Q10, melatonin, dan licopen, sedangkan yang diproduksi dalam tubuh

    meliputi asam urat, HDL, dan asam amino.

    Antioksidan dari tumbuhan dapat menghalangi kerusakan oksidatif melalui

    reaksi dengan radikal bebas, membentuk kelat dengan senyawa logam katalitik

    dan menangkap senyawa oksigen (Khilifi et al., 2005).

    7. Radikal Bebas

    Radikal bebas adalah suatu atom yang tidak stabil dan sangat reaktif karena

    memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital luarnya.

    Radikal bersifat bebas dekstruktif dan memicu berbagai penyakit (Pribadi, 2009).

  • 14

    Radikal bebas yang diproduksi dalam tubuh normal akan dinetralisir oleh

    antioksidan yang ada dalam tubuh, bila kadar radikal bebas terlalu tinggi maka

    kemampuan dari antioksidan endogen tidak memadai untuk menetralisir radikal

    bebas sehingga terjadi keadaan yang tidak seimbang antara radikal bebas dengan

    antioksidan. Radikal bebas dapat menyebabkan timbulnya beberapa penyakit

    degeneratif diantaranya infark miokard, arteroklerosis, abnormal DNA yang

    menyebabkan timbulnya kanker. Radikal bebas berperan penting pada

    pembentukan plak antheromathosa. Bila LDL teroksidasi oleh radikal bebas akan

    mudah baginya untuk menempel pada dinding dalam arteri dan selanjutnya

    menjadi plak. Sehingga cara pencegahan adalah mengurangi kolesterol dan

    mengurangi radikal bebas (Guyton dan Hall, 2006).

    8. Antioksidan Mengurangi Stres Oksidatif pada Diabetes Mellitus

    Pemberian antioksidan dapat mengurangi stres oksidatif bagi penderita DM-

    1 baik kronis maupun akut (Lee, 2002). Sebagian besar antioksidan dalam plasma

    dapat berkurang pada pasien DM-2 dikarenakan komplikasi diabetes yang

    menyebabkan berbagai komplikasi antara lain aterosklerosis dan penyakit jantung

    koroner (Tiwari, 2002).

    Antioksidan dapat mengurangi kerusakan oksidatif pada penderita diabetes.

    Hasil penelitian di Turki menunjukkan pada tiga puluh penderita DM-2 ditemukan

    adanya ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan dalam plasma penderita

    diabetes dibanding kontrol. Pemberian antioksidan dan komponen senyawa

    polifenol menunjukkan dapat menangkap radikal bebas, mengurangi stres

    oksidatif. Senyawa fitokimia ternyata mampu memanipulasi dengan berbagai

  • 15

    mekanisme sehingga dapat mengurangi komplikasi diabetes melalui pengurangan

    stres oksidatif, ROS dan TNF- (Tiwari, 2002).

    Pada diabetes melitus, pertahanan antioksidan dan sistem perbaikan seluler

    akan terangsang sebagai respons tantangan oksidatif. Sumber stres oksidatif yang

    terjadi berasal dari peningkatan produksi radikal bebas akibat autooksidasi

    glukosa, penurunan konsentrasi antioksidan berat molekul rendah di jaringan, dan

    gangguan aktivitas pertahanan antioksidan enzimatik. Di samping itu, stres

    oksidatif juga memiliki kontribusi pada perburukan dan perkembangan kejadian

    komplikasi. Pada diabetes anak ditemukan penurunan glutation eritrosit, glutation

    total, -tokoferol plasma, dan -karoten plasma secara bermakna. Penurunan

    berbagai antioksidan tersebut terkait dengan pembentukan senyawa penanda

    adanya stres oksidatif, misalnya peningkatan lipid hidroperoksida, diena

    terkonjugasi, dan protein karbonil secara bermakna. Pada diabetes usia 50-60

    tahun ditemukan peningkatan peroksidasi lipid sejak onset diabetes (Setiawan et

    al., 2005).

    9. Diabetes

    Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme karena

    kurangnya hormon insulin yang ditandai dengan hiperglikemia, gangguan

    karbohidrat, lemak dan protein di dalam tubuh. Hormon insulin dihasilkan oleh

    sekelompok sel beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolisme

    glukosa tubuh. Diabetes melitus adalah suatu kondisi dimana kadar gula dalam

    darah lebih tinggi dari biasa atau normal (normal: 60mg/dL sampai dengan

  • 16

    145mg/dL), karena tubuh tidak bisa melepaskan hormon insulin secara cukup

    (Maulana, 2009).

    Berdasarkan ADA (American Diabetes Association), ada dua cara dalam

    menegakkan diagnosis DM, yaitu :

    a. Kadar glukosa darah sewaktu (tidak puasa) 200 mg/dL

    b. Kadar glukosa darah puasa (keadaan tanpa suplai makanan (kalori)

    minimum 8 jam, tetapi tetap boleh minum) 126 mg/dL

    Penentuan kondisi diabetes pada tikus didasarkan pada kadar glukosa darah

    kondisi normal dan kondisi DM pada manusia. Pada keadaan normal kadar

    glukosa darah manusia berkisar pada 70-110 mg/dL, sedangkan kondisi DM bila

    kadar glukosa darah puasa lebih besar dari 120 mg/dL. Dengan kata lain kondisi

    DM tercapai bila kadar glukosa darah puasa naik melebihi 71% dari kondisi

    normal (Tara dan Soetrisno, 2002).

    Berdasarkan klasifikasi American Diabetes Association/ World Health

    Organization (ADA/WHO), diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi empat tipe

    berdasarkan penyebab dan proses penyakitnya.

    a. Diabetes Mellitus tipe I (insulin dependent diabetes mellitus)

    Pada tipe I, sel pankreas yang menghasilkan insulin mengalami kerusakan.

    Akibatnya, sel-sel pada pankreas tidak dapat mensekresi insulin atau dapat

    mensekresi insulin hanya dalam jumlah kecil. Kerusakan pada sel-sel

    disebabkan oleh peradangan pada pankreas (pancreatitis) yang dapat disebabkan

    oleh infeksi virus atau akibat endapan-endapan besi dalam pankreas

    (hemokromatis atau hemosiderosis). Akibat sel-sel tidak dapat membentuk

  • 17

    insulin maka penderita tipe I ini selalu tergantung pada insulin. Dari hasil

    penelitian, persentase penderita diabetes mellitus tipe I sebesar 10-20 %,

    sedangkan penderita diabetes mellitus tipe II sebesar 80-90%.

    b. Diabetes mellitus tipe II (non-insulin dependent diabetes)

    Pada tipe II, sel sel pankreas tidak rusak, walaupun mungkin hanya

    terdapat sedikit yang normal sehingga masih bisa mensekresi insulin, tetapi dalam

    jumlah kecil sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Biasanya,

    penderita tipe ini adalah orang dewasa gemuk diatas 40 tahun, tetapi kadang-

    kadang juga menyerang segala umur.

    Tipe II merupakan kondisi yang diwariskan (diturunkan). Biasanya,

    penderitanya mempunyai anggota keluarga yang juga terkena. Sifat dari gen yang

    menyebabkan diabetes tipe ini belum diketahui. Sekitar 25% penderita diabetes

    tipe II mempunyai riwayat penyakit keluarga dan hampir semua kembar identik

    yang menderita penyakit tipe II, pasangan kembarnya juga menderita penyakit

    yang sama.

    c. Diabetes mellitus saat kehamilan

    Diabetes mellitus saat kehamilan merupakan istilah yang digunakan untuk

    wanita yang menderita diabetes selama kehamilan dan kembali normal sesudah

    hamil. Banyak wanita yang mengalami diabetes kehamilan kembali normal saat

    postpartum (setelah kelahiran), tetapi pada beberapa wanita tidak demikian.

    Seorang wanita hamil membutuhkan lebih banyak insulin untuk

    mempertahankan metabolisme karbohidrat yang normal. Jika tidak mampu

    menghasilkan lebih banyak insulin, wanita hamil dapat mengalami diabetes yang

  • 18

    mengakibatkan perubahan pada metabolisme glukosa (karbohidrat) dan

    metabolisme zat lain (Wijayakusuma, 2004).

    10. Metabolisme lemak pada diabetes

    Kelainan utama metabolisme lemak pada diabetes mellitus adalah

    percepatan katabolisme lemak, disertai peningkatan pembentukan benda-benda

    keton, dan penurunan sintesis asam lemak. Pada diabetes mellitus, manifestasi

    gangguan metabolisme lemak sedemikian menonjol.

    Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang

    ditandai dengan kadar gula darah melebihi nilai normal (hiperglikemia). Kondisi

    ini timbul terutama disebabkan oleh adanya gangguan pada metabolisme

    karbohidrat (gula) di dalam tubuh. Gangguan tersebut antara lain disebabkan oleh

    adanya gangguan fungsi hormon insulin di dalam tubuh. Pada penderita diabetes

    melitus, gangguan fungsi hormon insulin akan menyebabkan pula gangguan

    metabolisme lemak, yang ditandai dengan meningkatnya kadar beberapa zat

    turunan lemak seperti trigliserida dan kolesterol. Peningkatan trigliserida dan

    kolesterol merupakan akibat penurunan pemecahan lemak yang terjadi karena

    penurunan aktivitas enzim-enzim pemecahan lemak yang kerjanya di pengaruhi

    oleh insulin (Nortiningsih, 2004, cit. Fatmawati, 2008).

    Trigliserida bersama dengan protein, fosfolipid, dan kolesterol ester

    bergabung membentuk kilomikron. Trigliserida yang terdapat dalam kilomikron

    ini akan di hidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol dimana asam lemak akan

    memasuki sel-sel jaringan, sebagian akan diubah menjadi energi asetil-CoA yang

    merupakan prekursor pembentukan kolesterol. Hiperglikemia,

  • 19

    hiperkolesterolemia, dan hipertrigliseridemia secara bersamaan disebabkan oleh

    terjadinya penurunan produksi insulin yang mengakibatkan kerja beberapa enzim

    untuk melakukan metabolisme lemak yaitu enzim lipoprotein lipase dan lipase

    sensitif hormon teganggu. Enzim lipoprotein lipase yang menghidrolisis

    trigliserida dalam sirkulasi tidak terinduksi, sedangkan enzim lipase sensitif

    hormon yang menghidrolisis trigliserida dalam jaringan tidak terhambat.

    Akibatnya, kadar lemak dalam sirkulasi darah meningkat dan kadar lemak dalam

    jaringan adiposa menurun (Tjokroprawiro, 2003).

    11. Kolesterol

    a. Definisi dan Manfaat

    Kolesterol merupakan lipid amfipatik yang mempunyai unsur penting

    dalam membran plasma dan lipoprotein plasma, juga merupakan prekursor

    homon-hormon steroid dan asam lemak (Ganong, 2002). Kolesterol sering

    ditemukan dalam bentuk kombinasi dengan asam lemak seperti ester kolesterol.

    Struktur kimia kolesterol terdiri dari 27 atom karbon yang berbentuk empat

    lingkaran sepert terlihat pada Gambar 5.

    Gambar 5. Struktur kimia senyawa kolesterol (Guyton dan Hall, 2006)

  • 20

    Dalam tubuh manusia terdapat dua macam kolesterol yaitu kolesterol

    eksogen dan kolesterol endogen. Kolesterol eksogen adalah kolesterol yang

    diabsobsi setiap hari dari saluran pencernaan sedangkan kolesterol endogen adalah

    kolesterol yang dibentuk dalam sel tubuh. Jumlah kolesterol endogen lebih besar

    daripada kolesterol eksogen.

    Kolesterol ditemukan pada setiap sel yang ada di dalam tubuh, merupakan

    zat penting bagi pembentukan organ-organ yang ada di dalam tubuh dan juga

    merupakan komponen penting dari semua jaringan tubuh manusia. Oleh karena

    itu kolesterol pun dibutuhkan oleh tubuh dan memberikan manfaat (Graha, 2010).

    Manfaat kolesterol itu antara lain :

    1) Penyumbangan energi yang lebih tinggi daripada protein

    2) Pembungkus jaringan saraf

    3) Pelapis selaput sel

    4) Bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid

    5) Pembuat garam empedu yang penting untuk mencerna lemak

    6) Pelarut vitamin A, D, E, dan K

    7) Berperan dalam membantu perkembangan jaringan otak anak

    (Harlinawati, 2006).

    b. Biosentisis Kolesterol

    Sedikit lebih dari separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari sinstesis

    (sekitar 700 mg/hari), dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari. Pada

    hakekatnya semua jaringan yang mengandung sel-sel berinti mampu mensintesis

    kolesterol, tetapi terutama di sel hati dan usus. Prekursos untuk sintesis kolesterol

  • 21

    adalah asetil Ko-A, yang dapat dibentuk dari glukosa, asam lemak atau asam

    amino (Mark et al., 2000).

    Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap. (1) Mevalonat, yang

    merupakan senyawa enam-karbon, disentesis dari asetil-KoA. (2) Unit isoprenoid

    dibentuk dari mevalonat melalui pelepasan CO2. (3) Enam unit isoprenoid

    mengadakan kondensasi untuk membentuk senyawa antara, skualena. (4)

    Skualena mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk, yaitu

    lanosterol. (5) Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melewati beberapa tahap

    selanjutnya, termasuk pelepasan tiga gugus metil (Lehninger, 2004).

    Tahapan pertama melibatkan perubahan asetil KoA menjadi HMG-KoA

    yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintase, dilanjutkan sintesis HMG-KoA

    menjadi mevalonat yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA reduktase (Gambar

    6a). Tahapan selanjutnya adalah pembentukan unit-unit isoprenoid dari mevalonat

    (Gambar 6b). Tahapan keempat adalah proses polimerisasi enam molekul

    isoprenoid untuk membentuk molekul squalene (Gambar 6c). Tahap paling akhir

    ialah proses terbentuknya inti sterol dari squalene, yang kemudian akan diubah

    menjadi kolesterol (Gambar 6d).

  • 22

    Gambar 6. Biosintesis Kolesterol (Lehninger, 2004)

  • 23

    12. Hiperlipidemia

    Istilah hiperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol

    (hiperkolesterolemia) dan/atau trigliserida (hipertrigliseridemia) serum di atas

    batas normal. Kasus dengan kadar tinggi yang disebabkan oleh gangguan sistemik

    disebut sebagai hiperlipidemia sekunder.

    Penyebab utama hiperlipidemia adalah obesitas, asupan alkohol yang

    berlebihan, diabetes melitus, hipotiroidisme, dan sindrom nefrotik. Hiperlipidemia

    akibat kelainan genetik terhadap metabolisme lipid dalam mengode enzim,

    apoprotein, atau reseptor yang terlibat disebut sebagai hiperlipidemia primer.

    Hiperkolesterolemia merupakan hasil dari meningkatnya produksi atau

    meningkatnya penggunaan LDL (Low Density Lipoprotein) (Muwarni et al.,

    2006).

    Hiperlipidemia atau lebih tepatnya hiperlipoproteinemia adalah keadaan

    dimana kadar kolesterol, trigleserida, LDL, VLDL, serta kilomikron dalam

    plasma melebihi bilangan-bilangan normal. Kadar lipid darah yang lebih dari

    batas tanpa resiko dan memerlukan pengobatan dapat dilihat pada Tabel II :

    Tabel II. Patokan Kadar Lipid Darah (mg/dl) yang memerlukan pengobatan

    (Kamaluddin, 1993).

    Lipid Tanpa resiko Batas Perlu pengobatan

    Trigleserida 200

    Kolesterol total 260

    Kolesterol LDL 190

    Kolesterol HDL 35

  • 24

    Berdasarkan jenisnya hiperlipidemia dibagi menjadi 2, yaitu :

    a. Hiperlipidemia Primer

    Banyak disebabkan oleh kelainan genetik. Biasanya kelainan ini

    ditemukan pada waktu pemeriksaan laboratorium secara kebetulan. Pada

    umunya tidak ada keluhan, kecuali pada keadaan yang agak berat tampak

    adanya xantoma (penumpukan lemak di bawah jaringan kulit).

    b. Hiperlipidemia Sekunder

    Pada jenis ini, peningkatan kadar lipid darah disebabkan oleh suatu

    penyakit, misalnya : diabetes mellitus, gangguan tiroid, penyakit hepar dan

    penyakit ginjal. Hiperlipidemia sekunder bersifat reversible (berulang)

    (Anonim, 2006). Klasifikasi klinis hiperlipidemia dalam hubungannya

    dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK) :

    1) Hiperkolesterolemia, yaitu kadar kolesterol meningkat dalam darah.

    2) Hipertrigleserida, yaitu kadar trigleserida meningkat dalam darah.

    3) Hiperlipidemia campuran, yaitu kadar kolesterol dan trigleserida

    meningkat dalam darah.

    Penyebab hiperlipidemia diantaranya adalah (1) faktor keturunan/genetik

    (penyebab primer) dan (2) usia; jenis kelamin; riwayat keluarga dengan

    hiperlipidemia; obesitas/kegemukan; menu makanan yang mengandung asam

    lemak seperti mentega, margarine, whole milk, es krim, keju, daging berlemak;

    kurang melakukan olahraga; penggunaan alkhohol; merokok; diabetes yang tidak

    terkontrol dengan baik; gagal ginjal; kelenjar tiroid yang kurang aktif; obat-obat

  • 25

    tertentu yang dapat mengganggu metabolisme lemak seperti estrogen, pil KB,

    kortikosteroid, diuretik tiazid (pada keadaan tertentu) (penyebab sekunder)

    (Muwarni et al., 2006).

    13. Glibenklamid

    Glibenklamid merupakan obat antidiabetik oral golongan sulfonylurea

    generasi kedua. Pada dasarnya obat golongan ini mempunyai mekanisme kerja

    yang sama hanya berbeda pada potensi dan farmakokinetik yang menyebabkan

    perbedaan masa kerja. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah

    pemberian obat golongan sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi

    insulin dengan menstimulasi sel-sel Langerhans di pankreas, itulah mengapa

    obat ini hanya bisa digunakan pada penderita DM yang pankreasnya masih

    mampu memproduksi insulin. Pada dosis tinggi, obat ini menghambat

    penghancuran insulin oleh hati. Absorpsi derivat sulfonilurea melalui usus baik,

    sehingga dapat diberikan per oral. Setelah absorpsi, obat tersebar ke seluruh cairan

    ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada protein plasma terutama albumin

    (70-90%). Struktur kimia glibenklamid dapat dilihat pada Gambar 7.

    Gambar 7. Struktur Kimia Glibenklamid (Anonim, 2013)

    Glibenklamid dimetabolisme dalam hati, hanya 25% metabolit dieksresi

    melalui urin dan sisanya dieksresi melalui empedu dan tinja. Obat ini efektif

  • 26

    dengan pemberian dosis tunggal. Bila pemberian dihentikan obat akan bersih dari

    serum sesudah 36 jam dengan waktu paruh plasmanya 6-7 jam. Efek samping

    obat golongan ini yang terpenting adalah hipoglikemia yang dapat terjadi secara

    terselubung. Agak jarang terjadi gangguan lambung usus (mual,muntah,diare),

    sakit kepala, pusing, rasa tidak enak di mulut, juga gangguan kulit alergis. Nafsu

    makan dan berat badan bisa meningkat, terutama pada mereka yang tidak menaati

    diet (Tjay dan Rahardja, 2002).

    Menurut penelitian yang telah dilakukkan oleh Fondjo et al., (2012)

    pemberian glibenklamid 5 mg/kgBB pada tikus diabetes dapat menurunkan kadar

    trigliserid, kolesterol total, kolesterol LDL secara signifikan. Serta pemberian

    glibenklamid pada pasien Diabetes Mellitus II selama 2 minggu dapat

    meningkatkan kolesterol HDL secara signifikan walaupun belum mencapai kadar

    normal.

    14. Penetapan Kadar Kolesterol Darah

    Metode CHOD-PAP

    Prinsip : kolesterol ditemukan setelah hidrolisa enzimatik dan oksidasi.

    Indikator quinoneimine terbentuk dari hydrogen peroksida dan 4-aminianypyrine

    dengan adanya phenol peroksidase.

    Metode ini (enzimatis) memperlihatkan lineritas yang baik sampai dengan

    500 mg/dl. Sampel dengan nilai yang lebih dari 500 mg/dl harus dianalisa ulang

    setelah pengenceran dengan Natrium Klorida (Na Cl). Tahap reaksi awal metode

    enzimatis adalah hidrolisis ester kolesterol untuk membentuk kolesterol bebas.

    Tahap berikutnya adalah tahap oksidasi yang menggunakan oksigen untuk

  • 27

    menghasilkan hydrogen peroksida (H2O2), melalui pembentukan oksidasi

    berwarna yang direduksi. Faktor yang mengganggu pada pemeriksaan adalah pada

    sample yang keruh, lipemil, ikterik, atau mengalami hemolisis. Billirubin

    menyebabkan interfensi negative dalam metode enzimatis karena billirubin

    bereaksi dengan H2O2 sehingga mengurangi jumlah peroksida yang tersedia untuk

    12 membentuk komplek berwarna. Billirubin juga menimbulkan gangguan

    langsung karena penyerapannya ada di sekitar 500 nm. Gangguan ini dapat

    dikurangi dengan mengukur konsumsi oksigen secara elektrokimia (Sutejo, A.Y,

    2006).

    15. Aloksan

    Aloksan adalah suatu substrat yang secara struktural derivat pirimidin

    sederhana. Nama aloksan diperoleh dari penggabungan kata allation dan oksalurea

    (asam oksalurik). Nama lain dari aloksan adalah 2,4,5,6-tetraoxypirimidin;

    2,4,5,6-pirimidinetetron; 1,3-Diazinan-2,4,5,6-tetron (IUPAC) dan asam

    Mesoxalylurea 5-oxobarbiturat. Rumus kimia aloksan adalah C4H2N2O4. Aloksan

    murni diperoleh dari oksidasi asam urat oleh asam nitrat. Aloksan adalah senyawa

    kimia tidak stabil dan senyawa hidrofobil. Waktu paruh aloksan pada pH dan suhu

    37o C adalah 1,5 menit (Nugroho, 2006). Struktur aloksan seperti pada Gambar 8 :

  • 28

    Gambar 8. Struktur kimia aloksan (Anonim,2013)

    Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi

    diabetes pada binatang percobaan. Pemberian aloksan adalah cara yang cepat

    untuk menghasilkan kondisi diabetik eksperimental (hiperglikemik) pada

    binatang percobaan. Aloksan dapat diberikan secara intravena, intraperitoneal,

    atau subkutan pada binatang percobaan. Aloksan dapat menyebabkan Diabetes

    Mellitus tergantung insulin pada binatang tersebut (aloksan diabetes) dengan

    karakteristik mirip dengan Diabetes Melitus tipe I pada manusia. Aloksan bersifat

    toksik selektif terhadap sel beta pankreas yang memproduksi insulin karena

    terakumulasinya aloksan secara khusus melalui transporter glukosa yaitu GLUT2.

    Aloksan bereaksi dengan merusak substansi esensial di dalam sel beta pankreas

    sehingga menyebabkan berkurangnya granula-granula pembawa insulin di dalam

    sel beta pankreas. Aloksan meningkatkan pelepasan insulin dan protein dari sel

    beta pankreas tetapi berpengaruh pada sekresi glukagon. Efek ini spesifik untuk

    sel beta pankreas sehingga aloksan dengan konsentrasi tinggi tidak berpengaruh

    terhadap jaringan lain. Aloksan mungkin mendesak efek diabetogenik oleh

    kerusakan membran sel beta dengan meningkatkan permeabilitas. Aksi toksik

  • 29

    aloksan pada sel beta dengan meningkatkan permeabilitas dibentuk oleh reaksi

    redoks.

    Aksi toksik aloksan pada sel beta diinisiasi oleh radikal bebas yang dibentuk

    oleh reaksi redoks. Aloksan dan produk reduksinya, asam dialurik, membentuk

    siklus redoks dengan formasi radikal superoksida. Radikal ini mengalami

    dismutasi menjadi hydrogen peroksida. Radikal hidroksil dengan kereaktifan yang

    tinggi dibentuk oleh reaksi Fenton. Aksi radikal bebas dengan rangsangan tinggi

    meningkatkan konsentrasi kalsium sitosol yg menyebabkan destruksi cepat sel

    beta.

    Penelitian terhadap mekanisme kerja aloksan secara invitro menunjukkan

    bahwa aloksan menginduksi pengeluaran ion kalsium dari mitokondria yang

    mengakibatkan proses oksidasi sel terganggu. Keluarnya ion kalsium dari

    mitokondria mengakibatkan homeostasis yang merupakan awal dari matinya sel

    (Szkudelski, 2001).

    Induksi aloksan untuk diabetes mellitus pada hewan uji (tikus) dapat

    dilakukan dengan injeksi peritonial. Tikus yang telah terkena efek induksi aloksan

    akan memperlihatkan kenaikan kadar gula darah sampai lebih dari 200 mg/dL

    dalam jangka waktu minimal 48 jam setelah penyuntikan (Jadhav et al., 2009).

    16. Maserasi

    Maserasi merupakan cara penyarian sederhana. Maserasi dilakukan dengan

    cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan

    menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat

    aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

  • 30

    zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak

    keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi

    antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Maserasi digunakan untuk menyari

    simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari,

    tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak

    mengandung benzoin, sitrak dan lain lain.

    Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau

    pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya

    kapang, dapat ditambah bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.

    Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan

    yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian dengan cara maserasi

    adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna. Selain itu

    kelemahan penyarian dengan cara maserasi yaitu tidak pernah dapat menarik zat

    berkhasiat dari tanaman secara sempurna (Agoes, 2007).

    B. Penelitian Yang Relevan

    Melatonin dapat ditemukan dalam tanaman ganggang hijau menurut Sergio

    et al. (2009). Penelitian Ofir et al., (2010) menunjukkan bahwa senyawa

    melatonin dalam ganggang hijau bersifat sebagai antioksidan.

    Me et al., (2012) melaporkan bahwa isolat polisakarida sulfat dalam Ulva

    fasciata mampu menangkal radikal bebas. Pada penelitian yang telah di lakukkan

    oleh Meenakshi et al., diketahui bahwa ganggang hijau memiliki kandungan

    flavonoid dan terbukti mempunyai aktivitas sebagai antioksidan.

  • 31

    Penelitian Inayah Izati Qomariyah (2013) tentang aktivitas antioksidan

    sebagai penangkap radikal bebas ekstrak etanol ganggang hijau Spyrogyra sp dan

    Ulva lactuca L. dengan metode DPPH memberikan hasil bahwa Ekstrak Etanol

    Spyrogyra sp dan Ulva lactuca L. memiliki aktivitas antioksidan.

    Penelitian lain yang dilakukan oleh Reflika Gita (2013) tentang pemberian

    efek ekstrak etanol ganggang hijau mampu menurunkan kadar kolesterol total

    pada tikus galur Wistar yang diinduksi Isoproterenol, dengan dosis 200

    mg/kgBB.

    C. Kerangka Berfikir

    Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

    jumlahnya semakin meningkat. Dibetes Mellitus menyebabkan gangguan pada

    sistem pemecahan glukosa darah karena berkurangnya kerja insulin. Sehingga

    kenaikan kadar glukosa darah juga sering diiringi dengan kenaikan kadar

    kolesterol darah. Pengendalian kadar glukosa darah secara ketat akan

    memperbaiki pula kadar kolesterol pada penderita DM (Walujo Soerjodibroto,

    1997).

    Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi

    diabetes pada binatang percobaan. Pemberian aloksan dapat mengakibatkan

    terjadinya kerusakan pada sel beta pankreas dengan menginduksi pembentukkan

    radikal bebas hidroksil. Sel beta pankreas berfungsi untuk menghasilkan insulin,

    sehingga menyebabkan kekurangan hormon insulin di dalam tubuh (Yuriska,

    2009). Dengan berkurangnya hormon insulin dalam tubuh maka akan

  • 32

    menyebabkan pula gangguan metabolisme lemak, yang ditandai dengan

    meningkatnya kadar beberapa zat turunan lemak seperti kolesterol. Peningkatan

    kadar kolesterol merupakan akibat penurunan pemecahan lemak yang terjadi

    karena penurunan aktivitas enzim-enzim pemecahan lemak yang kerjanya

    dipengaruhi oleh insulin (Nortiningsih, 2004; Fatmawati, 2008).

    Menurut Innayah Izati Qomariyah (2013), ekstrak etanol Spyrogia sp dan

    Ulva lactuca L. memiliki aktivitas antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa

    yang dapat menghambat reoksidasi dengan menghambat radikal bebas dan

    molekul yang sangat reaktif sehingga kerusakan sel akan dihambat (Andayani et

    al., 2008). Ulva lactuca L. yang mempunyai kandungan senyawa aktif melatonin,

    polisakarida sulfat, dan flavonoid terbukti memiliki aktivitas sebagai antioksidan

    menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan (Hanna et al., 2009; Ofir et al.,

    2011; Meenakshi et al., 2009).

    Penyarian dengan cara maserasi tidak pernah dapat menarik zat berkhasiat

    dari tanaman secara sempurna (Agoes, 2007). Untuk menyari ganggang hiijau

    pada penilitian ini digunakan etanol 96% yang bersifat semi polar, sehingga

    dimungkinkan senyawa melatonin yang bersifat polar akan tersari dalam ekstrak

    ganggang hijau tetapi pada ampas ganggang hijau dimungkinkan masih terdapat

    senyawa berkhasiat sebagai antioksidan yaitu polisakarida sulfat dan flavonoid.

    Aktivitas antioksidan yang dimiliki ganggang hijau diperkirakan mampu

    menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus diabetes yang diinduksi aloksan.

  • 33

    D. Hipotesis

    Senyawa aktif dalam ampas ekstrak etanol ganggang hijau dapat

    menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus diabetes yang diinduksi aloksan.

  • 34

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Jenis dan rancangan penelitian ini adalah bersifat eksperimental dengan

    melakukan penelitian di laboratorium. Laboratorium yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah laboratorium Biologi, Fitokimia, dan Farmakologi

    Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

    B. Sampel

    Sampel yang digunakan adalah Ganggang Hijau yang diperoleh dari Pantai

    Krakal, Gunung Kidul Yogyakarta.

    C. Bahan dan Alat yang Digunakan

    1. Bahan

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ganggang hijau yang di

    peroleh dari pantai Krakal, Gunung Kidul. Ganggang hijau yang di peroleh

    kemudian di isolasi di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi

    Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta sehingga di dapat ampas ekstrak etanol

    ganggang hijau. Bahan lain yang digunakan seperti : Etanol 96%, CMC Na,

    Pereaksi Dregendrof, Pereaksi Meyer, Pereaksi Barfoed, Pereaksi Molish,

    Pereaksi Phenol Aminoantipyrin, Aloksan monohidrat dari Sigma Aldrich

    Chemistry dosis 120 mg/kgBB.

  • 35

    2. Alat

    Alat yang digunakan adalah sebagai berikut : spektrofotometri visible,

    timbangan analitiik, maserator, stopwatch, kuvet, spuit, pipa kapiler, eppendorf,

    alat sentrifuge, spuit injeksi, dan alat gelas lainnya.

    D. Variabel Penelitian

    1. Variabel Bebas

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi dosis pada ampas ekstrak

    etanol ganggang hijau dosis 100 mg/KgBB; 200 mg/KgBB; dan 400 g/KgBB.

    2. Variabel Terikat

    Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah respon kadar kolesterol

    darah tikus yang telah diberi perlakuan.

    3. Variabel Terkendali

    Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, umur, berat

    badan dan jenis tikus yang digunakan adalah tikus jantan galur Wistar dengan

    berat 150-200gram dan umur 2-3 bulan.

    E. Prosedur Penelitian

    1. Identifikasi Ganggang Hijau.

    Untuk memastikan bahan yang digunakan benar ganggang hijau dilakukan

    identifikasi tanaman di Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas Ahmad

    Dahlan Yogyakarta.

  • 36

    2. Pengumpulan, Pengeringan dan Pembuatan Serbuk Simplisia

    Tanaman ganggang hijau diperoleh dari pantai Krakal daerah Gunung kidul.

    Pengolahan ganggang hijau untuk menjadi serbuk memerlukan beberapa tahapan.

    Tahapan tersebut adalah : 1) Ganggang hijau dibersihkan dari kotoran dengan

    pencucian menggunakan air mengalir. 2) ganggang dimasukkan ke dalam wadah

    berisi air dan didiamkan selama satu hari (12 jam fase penyinaran dan 12 jam fase

    penggelapan). 3) ganggang diambil dari wadah pada 5 jam setelah dimulai fase

    penggelapan dan dipotong-potong dengan ketebalan 1-5 mm. 4) potongan-

    potongan tersebut dijemur hingga kering dibawah sinar matahari dengan ditutup

    oleh kain hitam. Penutupan kain hitam dimaksudkan untuk mempercepat proses

    pengeringan karena kain hitam dapat menyerap panas dan juga untuk

    menghindari kerusakan zat aktif akibat dari sinar UV matahari. 5) gangang kering

    kemudian diserbukkan dengan menggunakan blander. Proses penyerbukan dapat

    meningkatkan luas permukaan antara simplisia dengan larutan penyari. Hal ini

    dapat meningkatkan jumlah zat aktif yang tersari ke dalam ekstrak.

    3. Pembuatan Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau.

    Ganggang hijau yang sudah dalam bentuk serbuk diekstraksi dengan etanol

    96% dengan metode maserasi. Sari etanol yang diperoleh dipisahkan filtrat dan

    ampasnya. Ampas dari hasil maserasi dikeringkan dengan menggunakan oven,

    setelah proses pengeringan selesai ampas dibuat dalam bentuk serbuk dengan

    menggunakan blender yang bersih kemudian diayak dengan menggunakan ayakan

  • 37

    mesh 100. Ampas ekstrak etanol yang didapat kemudian dibuat larutan dalam

    konsentrasi 20% b/v dengan menggunakan CMC Na 1% sebagai pelarut.

    4. Identifikasi Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau

    a. Identifikasi Melatonin

    Uji pendahuluan larutan uji terhadap senyawa melatonin yang merupakan

    golongan alkaloid dilakukan dengan menggunakan pereaksi Meyer dan pereaksi

    Dragendorff (Zulney et al., 2004).

    Kemudian dilanjutkan indentifikasi melatonin dengan KLT. Ampas

    dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarutnya yaitu dengan etanol 96%. Sebelum

    penotolan larutan uji, silika gel GF 254 diaktifkan terlebih dahulu di dalam oven

    selama 30 menit dengan suhu 1400

    C untuk dipisahkan dari komponen lain secara

    kromatografi lapis tipis (KLT). Setelah silica gel GF 254 diaktifkan, larutan uji

    ditotolkan pada plat KLT silika gel GF 254 menggunakan pipa kapiler. Totolan

    pertama adalah standar melatonin, totolan kedua adalah sampel, selanjutnya plat

    silika gel dielusi dengan fase gerak n-butanol-asam asetat-air (12:3:5). Hasil yang

    diperoleh diidentifikasi di bawah lampu UV 254 nm (Prabowo et al., 2009).

    b. Identifikasi Kualitatif Polisakarida

    Identifikasi larutan uji terhadap senyawa polisakarida dapat dilakukan

    dengan menggunakan pereaksi Molish dan Barfoed ( Winarno, 2004).

    c. Identifikasi Kualitatif Flavonoid

    Sebanyak 0.5 g sampel dilarutkan dengan 10 ml metanol-HCl 1 N (1:1) dan

    dipanaskan dalam labu Erlenmeyer pada suhu 95 C selama 1 jam. Setelah itu

  • 38

    didinginkan dan disaring, lalu filtratnya diekstraksi dengan etilasetat. Fase

    asamnya dipanaskan lagi sampai menjadi lebih pekat.

    Antosianidin. Sebanyak 1 ml sampel etilasetat ditambah 3 tetes

    CH3COONa lalu diamati, kemudian ditambah lagi 3 tetes FeCl3 dan diamati lagi.

    Antosianidin dengan CH3COONa memberikan warna merah hingga ungu dan

    bila ditambah FeCl3 menjadi warna biru. Antosianidin dengan CH3COONa

    memberikan warna biru muda bila ditambah FeCl3 menjadi warna tetap biru.

    Flavonoid lain. Sebanyak 1 ml sampel etilasetat ditambah 3 tetes

    CH3COOPb lalu diamati warnanya. Flavon memberikan warna jingga hingga

    krem, kalkon memberikan warna jingga tua, dan auron memberikan warna merah.

    Sebanyak 1 ml ekstrak etilasetat ditambah 3 tetes NaOH 0.1 N lalu diamati

    warnanya. Flavonol dan flavon memberikan warna kuning, sedangkan kalkon dan

    auron memberikan warna merah hingga ungu. Sebanyak 1 ml ekstrak etilasetat

    ditambah 3 tetes H2SO4 pekat lalu diamati warnanya. Flavonol dan flavon

    memberikan warna kuning, flavonol memberikan warna jingga hingga krem, dan

    kalkon memberikan warna krem hingga merah tua (Harbone, 1987).

    d. Identifikasi Flavonoid dengan KLT

    Larutan cuplikan (totolan) dibuat dengan melarutkan 0.5 g serbuk ampas

    ganggang hijau dengan 10 ml metanol-HCl 1 N (1:1) dan dipanaskan dalam labu

    Erlenmeyer pada suhu 95 C selama 1 jam. Setelah itu didinginkan dan disaring,

    lalu filtratnya diekstraksi dengan etilasetat. Fase asamnya dipanaskan lagi sampai

    menjadi lebih pekat. Setelah pekat dilakukan penotolan pada silika GF 254.

  • 39

    Penotolan dilakukan dengan pipa kapiler. Pengembangan dilakukan dalam

    bejana kromatografi dengan fase gerak yang sesuai yaitu n-butanol-asam asetat-air

    (4:1:5). Dan di deteksi dengan sinar UV 254 nm dan UV 366 nm.

    5. Pembuatan CMC Na 1 %

    Larutan CMC Na 1% dibuat dengan menimbang 1 gram CMC Na, digerus

    dalam mortir dengan air panas sedikit demi sedikit sampai larut, kemudian

    dimasukkan ke dalam labu takar sampai 100 ml.

    6. Penyiapan Larutan Glibenklamid

    Dosis untuk manusia dewasa sekali = 5 mg

    Konversi dosis manusia ke tikus (200g) = 0,018

    Dosis untuk tikus (200g)/hari = 0,018 x 5 mg

    = 0,09 mg/200gBB

    = 0,45mg/kgBB

    Larutan pembawa yang digunakan untuk membuat stok larutan

    glibenklamid adalah larutan CMC Na 1%. Dibuat larutan glibenklamid dengan

    kadar dihitung dengan cara:

    Konsentrasi = (Dosis x Berat Badan)/Volume Pemberian

    = (0,45 mg/1000 gram x 200 gram)/2mL

    = 0,045 mg/mL

    7. Perencanaan Dosis Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau

    Dosis pemberian ampas ekstrak etanol ganggang hijau adalah dosis 100

    mg/KgBB, 200 mg/KgBB, dan 400 mg/KgBB. Dosis ini disesuaikan dengan

  • 40

    penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ofir et al., 2010, menggunakan dosis

    100g/KgBB-300mg/KgBB. Penelitian Efek ekstrak etanol ganggang hijau (Ulva

    lactuca L.) terhadap penurunan kadar kolesterol total pada tikus jantan galur

    wistar yang diinduksi isoproterenol (Gita, 2013), menggunakan dosis 200

    mg/kgBB dan 400mg/kgBB. Kemudian dilakukan Orientasi untuk memastikan

    dosis yang sesuai sehingga penelitian ini menggunakan dosis 100 mg/kgBB, 200

    mg/kgBB dan 400 mg/kgBB.

    a. Dosis Ampas Ekstrak Etanol Ganggang Hijau

    Dosis 100 mg/KgBB

    Volume penyuntikan : 2 ml/200 gBB

    Konsentrasi = 10 mg/ml

    Larutan stock : 1000 mg/100ml (1%)

    Dosis 200 mg/KgBB

    Volume penyuntikan : 2 ml/200gBB

    Konsentrasi = 20 mg/ml

    Larutan stock : 2000 mg/100ml (2%)

  • 41

    Dosis 400 mg/KgBB

    Volume penyuntikan : 2 ml/200gBB

    Konsentrasi = 40 mg/ml

    Larutan stock : 4000 mg/100ml (4%)

    b. Dosis Aloksan

    Larutan aloksan monohidrat diberikan dengan dosis 120 mg/kgBB secara

    intraperitonial. Larutan stok aloksan dibuat dengan kadar 10% b/v, dibuat

    dengan cara: ditimbang serbuk aloksan monohidrat 1 g. Serbuk dilarutkan

    dengan sedikit aquadest sampai volume 10 ml. Larutan ini mempunyai

    konsentrasi 10% b/v.

    Volume pemberian dihitung dengan cara :

    Volume pemberian

  • 42

    8. Hewan Percobaan

    Hewan uji dibagi secara acak menjadi 6 kelompok, tiap kelompok uji terdiri

    dari 5 ekor tikus galur Wistar dengan umur kurang lebih 2-3 bulan dan berat

    badan 150-200gram.

    Kelompok I : sebagai kelompok normal (tanpa aloksan), Tikus diberi

    aquadest dan makan ad libitum.

    Kelompok II : sebagai kelompok kontrol, Tikus diberi aloksan 120

    mg/kgBB secara perkutan.

    Kelompok III : diberi aloksan dengan dosis 120mg/kgBB secara

    subkutan, 3 hari kemudian diberi suspensi ampas dari

    ekstrak etanol ganggang hijau dengan dosis 100

    mg/kgBB secara peroral dengan volume 2 ml/200gBB.

    Kelompok IV : diberi aloksan dengan dosis 120mg/kgBB secara

    subkutan, 3 hari kemudian diberi suspensi ampas dari

    ekstrak etanol ganggang hijau dengan dosis 200

    mg/kgBB secara peroral dengan volume 2 ml/200gBB.

    Kelompok V : diberi aloksan dengan dosis 120mg/kgBB secara

    subkutan, 3 hari kemudian diberi suspensi ampas dari

    ekstrak etanol ganggang hijau dengan dosis 400

    mg/kgBB secara peroral dengan volume 2 ml/200gBB.

  • 43

    Kelompok VI : sebagai kelompok glibenklamid, Tikus diberi suspensi

    glibenklamid secara per oral.

    Sebelum di beri perlakuan, darah di ambil dari sinus orbitalis mata sebagai hari

    ke-0 sebelum di induksi aloksan dan pada hari ke-3 setelah di induksi aloksan.

    Pengambilan darah setiap hewan uji dari sinus orbitalis mata secara keseluruhan

    dilakukan pada hari ke-0, 3, 10, 17. Gambar skema perlakuan untuk hewan uji

    selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 9 dibawah ini.

    Tikus sehat kel I, II, III, IV, V, VI (masing-masing 5 ekor) dipuasakan selama 18-20 jam (beri minum ad libitum),

    dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbitalis dan pada hari tersebut di anggap sebagai hari ke-0.

    Tikus di induksi aloksan dosis 120 mg/kgBB (kecuali kelompok

    normal)

    Tiga hari setelah induksi, dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbitalis

    dan pada hari tersebut di anggap sebagai hari ke-3

    Selanjutnya tikus diberi perlakuan selama 7 hari berturut-turut

    Kel. I

    Kelompok Normal

    Kel. II

    Kelompok KontrolKel. III Kel. IV Kel. V

    Kel. VI

    Kelompok Obat

    Aquadest CMC Na 1%

    Ampas ekstrak

    etanol ganggang

    Hijau 100 mg/kgBB

    Ampas ekstrak

    etanol ganggang

    Hijau 200 mg/kgBB

    Ampas ekstrak

    etanol ganggang

    Hijau 400 mg/kgBB

    Glibenklami

    d

    Dilakukan pengecekan kelosterol darah di anggap sebagai hari ke-10

    Tikus diberi perlakuan lagi sesuai kelompoknya masing-masing selama 7 hari

    Dilakukan pengecekan kolesterol darah di anggap sebagai hari ke-17

    Gambar 9. Skema penelitian efek pemberian ampas ekstrak etanol ganggang

    hijau terhadap kadar kolesterol darah tikus diabetes yang diinduksi aloksan

  • 44

    9. Preparasi sampel

    Darah hewan uji diambil melalui sinus orbitalis, darah yang keluar dialirkan

    ke dindng tabung evendrof untuk ditampung. Darah yang telah di dapat

    disentrifuge dengan kecepatan 4000rpm selama 15 menit hingga didapatkan

    serum yang jernih.

    10. Penetapan Kadar Kolesterol Total

    a. Penentuan operating time

    Sebanyak 10 L aquadest ditambah 1000 L reagen CHOD-PAP DiaSys

    yang digunakan sebagai blangko. Sebagai standar digunakan 10 L kolesterol

    baku dari DiaSys ditambah 1000 L reagen CHOD-PAP DiaSys, kemudian

    diinkubasi pada suhu kamar (37o). Serapannya dibaca dengan spektrofotometer

    visibel pada panjang gelombang 500 nm (berdasarkan panjang gelombang yang

    tertera di leaflet reagen CHOD-PAP) dan dibaca pada menit ke-0 sampai menit

    ke-30. Penentuan operating time bertujuan untuk mengetahui pada menit berapa

    terjadi serapan yang stabil.

    b. Penentuan panjang gelombang yang memiliki absorbansi maksimal

    Sebanyak 10 L aquadest ditambah 1000 L reagen CHOD-PAP (DiaSys)

    yang digunakan sebagai blangko. Sebagai standar digunakan 10 L kolesterol

    baku dari DiaSys ditambah 1000 L reagen CHOD-PAP (DiaSys), kemudian

    diinkubasi pada suhu kamar (37o). Serapan dibaca dengan menggunakan alat

    spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 400-600 dengan menunggu

    operating time sesuai hasil yang diperoleh pada penentuan operating time.

  • 45

    Panjang gelombang serapan maksimum ditentukan untuk mendapatkan panjang

    gelombang saat serapan tertinggi.

    c. Penetapan Kadar Kolesterol Darah

    Metode yang digunakan adalah Enzimatic photometri test cholesterol

    oxidase p-aminoantypyrin (CHOD-PAP), metode enzimatic photometric test

    yaitu cholesterol oxidase phenol aminoantipyron (CHOD-PAP) adalah kolesterol

    pada serum darah bereaksi dengan cholesterol esterase menghasilkan kolesterol

    bebas yang kemudian bereaksi dengan fenol,4-aminoantipyrine dengan katalis

    peroksidase membentuk quinoneimine yang berwarna merah. Quinoneimine inilah

    yang diukur absorbansinya, reaksi yang terjadi adalah seperti pada Gambar 10

    sebagai berikut.

    Gambar 10. Reaksi metode CHOD-PAP (Diasys, 2008)

    Dengan menggunakan mikropipet, dimasukkan ke dalam tabung reaksi

    sesuai dengan Tabel III sebagai berikut.

  • 46

    Tabel III. Komposisi sampel, standar, dan blangko yang dianalisis pada

    penetapan kadar kolesterol darah

    Blangko Sampel

    (30 tabung) Standar

    Serum - 10 L - Standar - - 10 l Reagen 1000 L 1000 L 1000 l

    Aquadest 10 L - -

    Masing masing dicampur dibantu dengan alat vortex agar lebih homogen.

    Selanjutnya diinkubasi selama 10 menit pada suhu kamar (37 0C) kemudian

    dibaca pada alat Biochemistry Analyzer.

    Pengukuran serapan standar sama dengan pengukuran serapan kolesterol

    total, tetapi serum darah diganti dengan standar kolesterol.

    Kadar kolesterol total dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    Dimana : C = kadar kolesterol (mg/dL)

    A = serapan

    Cst = kadar kolesterol standar (200 mg/dL).

    F. Analisis Data

    Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa kadar kolesterol total

    darah. Data yang diperoleh kemudian diuji statistika dengan menggunakan

    program SPSS (Statistic Product and Service Solution). Pengujian dilakukan

    menggunakan uji ANOVA satu jalan. Uji ini dilakukan untuk membandingkan

    variabel terikat independen yang diamati. Selanjutnya data uji satu persatu untuk

    penjabaran lebih lanjut untuk mengetahu normalitas dan homogenitas tiap-tiap

  • 47

    data. Uji normalitas menggunakam Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas

    dengan uji Levene dahulu untuk menentukan data termasuk data parametik atau

    non parametik.

    Jika data terdistribusi normal dan homogen, maka termasuk ke dalam data

    parametik, analisis dilanjutkan dengan uji ANOVA dengan taraf kepercaya 95%

    untuk mengetahui perbedaan secara umum tiap perlakuan, bila nilai signifikasi

    yang dihasilkan

  • 48

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Identifikasi Tanaman Ganggang Hijau

    Ganggang Hijau diidentifikasi terlebih dahulu untuk menghindari kesalahan

    dalam pengambilan bahan penelitian, mengetahui identifikasi dan guna menjamin

    kebenaran jenis dari obyek uji dalam penelitian. Identifikasi dilakukan secara

    makroskopis dan mikroskopis di L