182
i EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) TERHADAP HASIL BELAJAR KOMPETENSI DASAR ATMOSFER DAN HIDROSFER KELAS VII SMP 9 SEMARANG TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Oleh Wahono 3201409067 JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …lib.unnes.ac.id/19948/1/3201409067.pdf · viii SARI Wahono. 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange

Embed Size (px)

Citation preview

i

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) TERHADAP

HASIL BELAJAR KOMPETENSI DASAR ATMOSFER

DAN HIDROSFER KELAS VII SMP 9 SEMARANG

TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Geografi

Oleh

Wahono

3201409067

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Uji

Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Apik Budi.S, M.Si Drs. Sutardji

NIP. 19620904 198901 1 001 NIP. 19510402 198012 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Geografi

Drs. Apik Budi.S, M.Si

NIP. 19620904 198901 1 001

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji Utama

Sriyanto, S.Pd, M.Pd.

NIP. 19770722 200501 1 001

Penguji 1 Penguji 2

Drs. Apik Budi .S, M.Si Drs. Sutardji

NIP. 19620904 198901 1 001 19510402 198012 1 001

Mengetahui:

Dekan,

Dr. Subagyo, M.Pd

NIP. 19510808 198003 10

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2013

Wahono

NIM. 3201409067

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Kemarin adalah mimpi yang telah selesai. Esok adalah harapan yang indah.

Sedangkan hari ini adalah realitas yang nyata (Dr. Aidh ALQarni)

Hidup itu perjuangan hadapi dan lakukan yang terbaik

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan,

skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku yang telah memberikan

kasih sayang dan doa tanpa henti-hentinya

dalam menyusun skripsi ini.

2. Saudara-saudaraku yang selalu mendoakan aku.

3. Sahabatku semuanya yang tidak bisa aku

sebutkan satupersatu.

4. Teman-temanku Jurusan Geografi yang aku

sayangi.

vi

PRAKATA

Rasa syukur dan doa selalu kupanjatkan kepada Tuhan , karena karunia-Nya

yang mengiringi penulis selama dalam penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih

penulis berikan kepada pihak-pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan

dengan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberi ijin dalam pelaksanaan penelitian.

2. Dr. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

atas pemberian ijin penelitian.

3. Drs. Apik Budi.S, M.Si selaku Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu sosial

sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Sutardji, selaku pembimbing II yang memberikan masukan dan arahan

dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Geografi yang telah memberikan ilmu yang

tidak dapat ternilai selama dalam bangku perkuliahan.

6. Setyo Budi, SPd,M.M, Kepala SMP 9 Semarang yang telah memberikan ijin

penelitian.

7. Guru geografi dan siswa SMP 9 Semarang yang bersedia membantu peneliti

selama pengambilan data penelitian.

8. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu per satu.

vii

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran sangat diharapkan dari pembaca

untuk perbaikan penulisan yang akan datang.

Semarang, Juli 2013

Penulis

viii

SARI

Wahono. 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio

Exchange (RTE) Terhadap Hasil Belajar Kompetensi Dasar Atmosfer Dan

Hidrosfer Kelas VII SMP 9 Semarang Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi, Jurusan

Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Kata kunci: Rotating Trio Exchange (RTE), Hasil Belajar

Hasil dari suatu proses belajar pendidikan yang maksimal tentunya

diperlukan pemikiran yang kreatif dan inovatif serta didukung dengan faktor

pendanaan yang mencukupi. Inovasi pendidikan tidak hanya pada inovasi sarana

dan prasarana pendidikan serta kurikulum saja melainkan juga proses pendidikan

dalam pembelajaran itu sendiri. Permasalahan dalam penelitian ini adalah

bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe RTE dan efektivitas

penggunaan dalam pembelajaran IPS terhadap hasil belajar siswa? Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe RTE dan efektivitas penggunaan dalam pembelajaran IPS terhadap

hasil belajar siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 9 Semarang

tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 206 siswa yang terdiri dari 8 kelas. Sampel

penelitian ini adalah siswa kelas VIIF SMP 9 Semarang tahun ajaran 2012/2013.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random

sampling. Variabel dalam penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu pemberian

perilaku pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe RTE dan variabel

terikat yaitu hasil belajar kognitif. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan

metode dokumentasi, tes dan observasi. Analisis data dilakukan menggunakan uji

proporsi, di mana uji tersebut digunakan untuk menguji apakah hasil belajar siswa

pada kompetensi dasar atmosfer dan hidrosfer dapat mencapai ketuntasan.

Hasil penelitian menunjukan penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe RTE dalam pembelajaran dasar atmosfer dan hidrosfer mata pembelajaran

IPS pada siswa Kelas VII SMP 9 Semarang dilaksanakan dalam dua kali

pertemuan. Ketuntasan belajar yang dicapai secara klasikal pada pertemuan I

masih kurang dari 75% siswa, sedangkan pada pertemua II ketuntasan secara

klasikal sudah mencapai 83,21% siswa.

Hasil uji beda menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe RTE dalam pembelajaran dasar atmosfer dan hidrosfer mata

pembelajaran IPS pada siswa Kelas VII SMP 9 Semarang efektif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa. Saran penelitian hendaknya guru dapat

menggunakan model pembelajaran RTE sebagai salah satu alternatif

pengembangan model pembelajaran dasar atmosfer dan hidrosfer mata

pembelajaran IPS. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan

pemikirannya, saling bertukar pendapat dan saling bekerja sama jika ada teman

dalam kelompoknya mengalami kesulitan.

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

PRAKATA ....................................................................................................... vi

SARI ................................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

1.5 Penegasan Istilah ........................................................................... 6

BAB 2 LANDASAN TEORI .......................................................................... 8

2.1 Model Pembelajaran Kooperatif ................................................... 8

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE .................................. 11

2.3 Hasil Belajar Kompetensi Dasar Atmosfer dan Hidrosfer ............ 14

2.4 Kompetensi Dasar Atmosfer dan Hidrosfer .................................. 15

2.5 KKM ............................................................................................. 23

2.6 Kerangka Berpikir ......................................................................... 24

2.7 Hipotesis ........................................................................................ 25

x

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 27

3.1 Populasi ......................................................................................... 27

3.2 Sampel Penelitian .......................................................................... 27

3.3 Variabel Penelitian ........................................................................ 27

3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 28

3.5 Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 31

3.6 Analisis Data ................................................................................. 34

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 37

4.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 37

4.1.1 Gambaran Obyek Penelitian ..................................................... 38

4.1.2 Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat

Kesukaran Soal ........................................................................ 42

4.1.3 Uji Normalitas ......................................................................... 43

4.1.4 Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE

Dalam Pembelajaran IPS .......................................................... 44

4.1.5 Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe RTE Dalam Pembelajaran IPS

Terhadap Hasil Belajar Siswa .................................................. 54

4.2 Pembahasan ............................................................................. 56

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 61

5.1 Simpulan ....................................................................................... 61

5.2 Saran .............................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

4.1 Hasil Observasi Pertemuan I ...................................................................... 46

4.2 Hasil Observasi Pertemuan II..................................................................... 51

4.3 Persentase Peningkatan Hasil Belajar ........................................................ 55

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Kerangka berfikir penelitian ...................................................................... 25

4.1 Peta Lokasi SMPN 9 Semarang ................................................................. 38

4.2 Simulasi Model Pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE) ................. 45

4.3 Pembelajaran Atmosfer dan Hidrosfer Pertemuan I .................................. 48

4.4 Proses Pembagian Kelompok Pertemuan I ................................................ 48

4.5 Diskusi Siswa Pada Pertemuan I ................................................................ 49

4.6 Suasan Pembelajaran Pertemuan I ............................................................. 50

4.7 Pembelajaran Atmosfer dan Hidrosfer Pertemuan II ................................. 53

4.8 Suasan Diskusi Pertemuan II ..................................................................... 53

4.9 Siswa Mengerjakan Soal Pertemuan II ...................................................... 56

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1.Daftar Nama Siswa Kelas VIIF SMP 9 Semarang............................ 65

2. Lembar Dokumentasi ....................................................................... 66

3. Kisi-Kisi Soal I ................................................................................. 67

4. Kisi-Kisi Soal II .............................................................................. 78

5. Uji Coba Soal .................................................................................. 89

6. Kunci Jawaban Uji Coba .................................................................. 96

7. Soal Pre Test .................................................................................... 97

8. Kunci Jawaban Pre Test ................................................................... 103

9.Soal Post Test I .................................................................................. 104

10. Kunci Jawaban Post Test I ............................................................. 110

11. Soal Post Test II ............................................................................ 111

12. Kunci Jawaban Pos Test II ............................................................ 117

13. Lembar Jawab UJi Coba ............................................................... 118

14. Lembar Jawab Pre Test ................................................................. 119

15. Lembar Jawab Post Test I .............................................................. 120

16. Lembar Jawab Pos Test II ............................................................. 121

17. Lembar Instrumen Observasi ......................................................... 122

18. Rubrik Pedoman Observasi ........................................................... 124

19. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda Dan Tingkat

Kesukaran Soal ............................................................................. 132

20. Hasil Pre Test ................................................................................ 135

21. Hasil Post Test I ............................................................................ 136

22. Hasil Post Test II ............................................................................ 137

23. Silabus ........................................................................................... 143

24. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP I) ................................. 148

25. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP II) ................................ 155

26. Daftar Pertanyaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating

Trio Exchange (RTE) ................................................................... 161

xiv

27. Surat Ijin Observasi untuk Kepala SMP 9 Semarang .................. 163

28. Surat Ijin Penelitian untuk Kepala SMP 9 Semarang ................... 164

29. Surat Keterangan Observasi SMP 9 Semarang ............................. 165

30. Surat Keterangan Penelitian SMP 9 Semarang ............................. 166

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut UNESCO (Iru, 2009:104) pembelajaran yang efektif pada abad ini

harus diorientasikan empat pilar yaitu: (1) learning to know (belajar untuk tahu),

(2) learning to do (belajar untuk melakukan), (3) learning to be (belajar untuk

menjadi diri sendiri dan (4) learning to live together (belajar bersama dengan

orang lain) keempatnya dapat diuraikan bahwa dalam proses pendidikan melalui

berbagai kegiatan pembelajaran.

Peserta didik diarahkan untuk memperoleh pengetahuan tentang sesuatu,

menerapkan atau mengaplikasikan apa yang diketahuinya tersebut guna

menjadikan dirinya sebagai seseorang yang lebih baik dalam kehidupan sosial

bersama orang lain. Bila seorang guru dapat membekali siswanya dan memberi

pondasi agar 4 pilar di atas dapat berdiri kokoh, betapa bahagianya siswa yang

mempunyai guru atau pendidik yang berkualitas seperti itu. Betapa bangganya

bangsa dan negara ini bila pendidikan menjadi tonggak berdirinya suatu negara

yang kokoh.

Hasil dari suatu proses belajar pendidikan yang maksimal tentunya

diperlukan pemikiran yang kreatif dan inovatif serta didukung dengan faktor

pendanaan yang mencukupi. Inovasi pendidikan tidak hanya pada inovasi sarana

dan prasarana pendidikan serta kurikulum saja melainkan juga proses pendidikan

dalam pembelajaran itu sendiri.

2

Menurut Iru (2009:6) model pembelajaran berarti acuan pembelajaran yang

dilaksanakan berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu secara sistematis.

Pemilihan penggunaan model-model pembelajaran dilakukan sesuai dengan

langkah-langkah pembelajaran tertentu dan disesuaikan dengan materi,

kemampuan siswa, karakteristik siswa, dan sarana penunjang yang tersedia.

Memilih model pembelajaran sudah menjadi tugas seorang guru sebagai

pelaksana pengajaran. Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat

melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil

pembelajaran. Memilih model yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya

dengan pencapaian tujuan pembelajaran.

Pandangan umum yang dianut adalah dalam proses pembelajaran,

pengetahuan dialihkan dari guru kepada siswa, sehingga guru aktif dalam

menyampaikan informasi. Hal tersebut akan menghambat aktifitas siswa,

sehingga gagal melahirkan siswa yang mandiri belajar, berfikir kritis dalam

menghadapi suatu permasalahan, dan mampu bekerjasama dalam kelompok.

Berdasarkan pengalaman yang peneliti rasakan pada saat pelaksaan Praktek

Pengalaman Lapangan di SMP 9 Semarang, dalam proses pembelajaran IPS

seringnya guru menggunakan model pembelajaran konvensional metode ceramah.

Hal tersebut membuat siswa hanya sebagai penerima informasi, tidak kreatif dan

tidak memiliki sikap yang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran.

Pembelajaran yang berpusat pada guru akan menjadikan siswa pasif yang sangat

berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa dan hasil belajar yang akan diperoleh

peserta didik di sekolah.

3

Pelajaran IPS seharusnya menjadi pelajaran yang menarik bagi siswa karena

siswa dapat melihat fenomena fenomena yang terdapat dalam kehidupan sehari

hari, namun pada kenyataannya mata pelajaran IPS dianggap membosankan

oleh siswa karena model pembelajaran yang digunakan guru tidak bervariasi dan

keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat rendah (minim). Aktivitas belajar

siswa selama pembelajaran rendah, hal ini ditandai dengan kurangnya respon

siswa terhadap pertanyaan yang diajukan guru pada saat proses pembelajaran,

sehingga keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan hasilnya tidak maksimal.

Hasil belajar IPS siswa menunjukkan sebagian siswa yang belum mencapai nilai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan.

Perlu menanamkan pada diri siswa tentang jiwa kebersamaan, artinya siswa

memiliki kemampuan akademik yang tinggi dapat bekerjasama dengan siswa

yang memiliki kemampuan akademik rendah. Maka bila kita kaitkan hal tersebut

dengan tugas seorang guru dalam memilih suatu model pembelajaran, harus

diperhatikan tentang suatu model pembelajaran yang dapat mengatasi

kecenderungan siswa yang bersifat individualistis.

Salah satu jenis model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama

kelompok adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut

Johnson (Isjoni, 2009:23), pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan

siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerjasama

dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain

kelompok tersebut.

4

Di dalam model pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa tipe atau teknik

yang dapat dipilih, diantaranya yaitu: Student Team Achievement Division

(STAD), Team Assisted Individualization (TAI), Team Games Tournament

(TGT), Jigsaw, Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange (RTE)

Numbered Heads Together, Two Stay Two Stray.

Dikarenakan banyaknya tipe pada model pembelajaran kooperatif, Penulis

memilh salah satu tipe, yaitu tipe Rotating Trio Exchange (RTE). Pemilihan ini

didasarkan pada pertimbangan tipe Pembelajaran kooperatif yang cocok untuk

Mata Pelajaran IPS, tetapi tidak terlepas dari unsur pembelajaran Kooperatif yang

pada dasarnya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling

membantu satu sama lainnya sebagai kelompok atau tim. Model pembelajaran

Rotating Trio Exchange merupakan suatu metode pembelajaran yang dilakukan

dengan cara membagi kelompok 3 orang dan melakukan perputaran, setiap

putaran guru memberikan soal dan tingkat kesulitan soal berbeda-beda bagi tiap-

tiap putaran kelompok tersebut, sehingga diharapkan siswa akan lebih dapat

memahami materi pelajaran yang sudah diajarkan dengan lebih mudah.

Disamping itu, model pembelajaran Rotating Trio Exchange diharapkan dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa serta untuk mengatasi

permasalahan yang selama ini dirasakan dalam pelaksanaan pembelajaran.

Bertitik tolak dari penjabaran tersebut, maka sebagai upaya peningkatan

hasil belajar siswa dalam Mata Pelajaran IPS, selanjutnya akan dilakukan

penelitian dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Rotating Trio Exchange (RTE) Terhadap Hasil Belajar Kompetensi Dasar

Atmosfer dan Hidrosfer Kelas VII SMP 9 Semarang Tahun Ajaran

2012/2013.

5

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah, yaitu:

1. Bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio

Exchange (RTE) terhadap hasil belajar kompetensi dasar atmosfer dan

hidrosfer?

2. Bagaimana efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap hasil belajar kompetensi dasar

atmosfer dan hidrosfer?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio

Exchange (RTE) terhadap hasil belajar kompetensi dasar atmosfer dan

hidrosfer.

2. Mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Rotating Trio Exchange (RTE) terhadap hasil belajar kompetensi dasar

atmosfer dan hidrosfer.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi guru, dapat sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk

meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

6

3. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan mengenai model dalam

pembelajaran IPS.

4. Bagi sekolah, dapat menjadi masukan dalam upaya perbaikan model

pembelajaran bagi sekolah yang diteliti dan sekolah lain dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan.

5. Bagi pembaca khususnya mahasiswa, dapat menjadi kajian yang menarik

yang perlu diteliti lebih lanjut dan lebih mendalam.

1.5 Penegasan Istilah

Menghindari penafsiran makna yang berbeda terhadap judul dan

memberikan gambaran yang jelas kepada para pembaca maka perlu dijelaskan

batasan-batasan istilah sebagai berikut :

1. Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif (Anonim, 1990:219) dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia yang berarti adanya efek (pengaruh, hasil, akibatnya)

terhadap suatu tindakan atau usaha. Sedangkan Efektivitas diartikan sebagai

keadaan pengaruh, hal berkesan atau keberhasilan (usaha, tindakan). Yang

dimaksud efektivitas dalam penelitian ini adalah keberhasilan atau

ketepatgunaan dari suatu usaha atau tindakan. Efektivitas penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe RTE dalam penelitian ini diberi batasan pada hasil

belajar yang diperlihatkan oleh siswa dengan meningkat atau tidaknya hasil

belajar siswa tersebut pada kompetensi dasar atmosfer dan hidrosfer dengan

nilai kognitif nilai ketuntasannya 80 secara (klasikal).

7

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE

Model pembelajaran kooperatif tipe RTE merupakan pembelajaran

kooperatif yang memiliki ciri-ciri, kelas dibagi kedalam beberapa kelompok

yang terdiri dari tiga orang. Kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat

melihat kelompok lainya di kiri dan di kanannya. Berikan pada setiap Trio

tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah

nomor untuk setiap anggota Trio tersebut. Contohnya nomor 0, 1, dan 2.

Kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2

sebaliknya, berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap ditempat. Ini

akan mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan kepada setiap trio baru

tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkan sedikit

tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa sesuai setiap pertanyaan yang telah

disiapkan.

3. Hasil belajar Kompetensi Dasar Atmosfer dan Hidrosfer

Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh siswa sebagai

akibat proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa. Makin tinggi proses belajar

yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi pula hasil belajar yang

dicapainya (Sudjana, 1989:109). Hasil belajar kompetensi dasar atmosfer dan

hidrosfer kelas VII SMP 9 Semarang adalah hasil yang diperoleh siswa sebagai

akibat proses belajar IPS kompetensi dasar atmosfer dan hidrosfer kelas VII

SMP 9 Semarang yang dilaksanakan oleh siswa.

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Model Pembelajaran Kooperatif

Pada dasarnya pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) sama

dengan kerja kelompok. Tetapi walaupun Cooperative Learning terjadi dalam

bentuk kelompok, tidak setiap kerja kelompok dikatakan Cooperative Learning.

Bannet dalam Isjoni (2009:60) menyatakan ada lima unsur yang dapat

membedakan Cooperative Learning dengan kerja kelompok, yaitu :

1. Positive Interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya

kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana

keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau

sebaliknya. Untuk menciptakan suasana tersebut, guru perlu merancang

struktur dan tugas-tugas kelompok yang memungkinkan setiap siswa untuk

belajar, mengevaluasi dirinya dan teman kelompoknya dalam penguasaan dan

memahami bahan pelajaran.

2. Interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa

adanya perantara. Tidak andanya penonjolan kekuatan individu, yang ada

hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang

ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal balik yang bersifat positif

sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran.

3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota

kelompok, sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya.

9

4. Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi,

mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja

yang efektif.

5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah

(proses kelompok).

Tujuan utama dalam Model Pembelajaran Kooperatif adalah agar peserta

didik dapat belajar berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling

menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk

mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara

berkelompok. Tujuan Pembelajaran Kooperatif menurut Slavin (Isjoni, 2009:23)

berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana

keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan

pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan

individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok.

Pada dasarnya model pembelajran kooperatif dikembangkan untuk

mencapai setidaknya tiga tujuan penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et.al

dalam Isjoni (2009:39), yaitu

a. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga

memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa

memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah

menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat

10

meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang

berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang

berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi

keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang

bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran koperatif adalah penerimaan secara luas

dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,

kemampuan, dan ketidak mampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi

peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja

dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur

penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengambangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada

siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan

sosial penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih

kurang dalam keterampilan sosial.

Ibrahim dalam Iru (2012:54) mengemukakan langkah-langkah penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif pada proses pembelajaran dapat terlihat seperti

pada Tabel 1.1. (halaman 11)

11

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE

Terdapat banyak tipe yang dapat dipilih di dalam Model pembelajaran

Kooperatif. RotatingTrioExchange merupakan salah satu tipe dalam model

pembelajaran kooperatif yang diterapkan kepada siswa. Tarmizi menyebut

RotatingTrioExchange sebagai Teknik merotasi pertukaran pendapat kelompok

tiga orang, merupakan cara siswa untuk mendiskusikan permasalahan dengan

beranggotakan tiga orang.

Tabel 1.1

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1:

Menyampaikan tujuan dan

memotifasi siswa

Fase 2 :

Menyajikan informasi

Fase 3:

Mengorganisasikan siswa kedalam

kelompok-kelompok belajar

Fase 4:

Membimbing kelompok bekerja dan

belajar

Fase 5:

Evaluasi

Fase 6:

Memberikan penghargaan

Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada

pelajaran tersebut dan memotivasi siswa

belajar.

Guru menyajikan informasi kepada

siswa dengan jalan demonstrasi atau

lewat bahan bacaan.

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transisi secara

efisien.

Guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan

tugas mereka.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari atau masing-

masing kelompok mempresentasikan

hasil kerjanya.

Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun hasil

belajar individu dan kelompok.

Sumber: Iru, 2012:58

12

Sementara itu Yellis (2009:42) mengemukakan bahwa Rotating Trio

Exchange adalah suatu model yang di lakukan didalam kelas yang melibatkan

murid, yaitu dengan cara membagi kelompok tiga orang dan melakukan

perputaran, setiap putaran guru memberikan soal dan tingkat kesulitan soal

berbeda-beda bagi tiap-tiap putaran kelompok tersebut, sehingga diharapkan

siswa dapat memahami pelajaran yang sudah di ajarkan dengan mudah melalui

metode Rotating Trio Exchange tersebut.

Isjoni dalam bukunya (2009:38) menuliskan bahawa Rotating Trio

Exchange diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Kelas dibagi kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari tiga orang. Kelas

ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainya di kiri dan di

kanannya. Berikan pada setiap Trio tersebut pertanyaan yang sama untuk

didiskusikan. Setelah selesai berilah nomor untuk setiap anggotaTrio tersebut.

Contohnya nomor 0, 1, dan 2. Kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah

jarum jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0

tetap ditempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya Trio baru. Berikan kepada

setiap Trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan,

tambahkan sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa sesuai setiap

pertanyaan yang telah disiapkan.

Sementara itu, Silberman (2008:103-104) secara lebih terperinci

mengungkapkan prosedur pelaksanaan merotasi pertukaran pendapat kelompok

tiga orang sebagai berikut:

13

1. Susunlah beragan pertanyaan yang dapat membantu siswa memulai diskusi

tentang isi materi pelajaran.

2. Bagilah siswa menjadi kelompok tiga orang (Trio). Aturlah kelompok Trio

tersebut didalam ruang kelas agar masing-masing bisa melihat dengan

jelasTrioyang disisi kirinya. Formasi kelompok-kelompok Trio itu secara

keseluruhan bisa berbentuk bundar atau persegi.

3. Berikan tiap Trio sebuah pertanyaan pembuka (pertanyaan yang sama masing-

masing Trio) untuk di bahas. Pilihlah pertanyaan yang paling ringan yang

telah anda susun untuk memulai pertukaran pendapat kelompok-kelompok

Trio itu. Anjurkan agar setiap siswa di dalam kelompok mendapat giliran

mendapat pertanyaan.

4. Setelah diskusi berjalan dalam waktu yang cukup, perintahkan masing-masing

untuk memberikan angka 0,berpindah ke kelompok 1, atau 2 kepada tiap-tiap

anggotanya. Arahkan siswa yang bernomor 1 untuk berpindah ke kelompok

Trio dua searah jarum jam. Perintahkan siswa yang bernomor 0 (nol) untuk

tetap di tempat duduknya karena ia adalah anggotanya tetap dan kelompok

Trio mereka. Suruh mereka mengangkat tangan tinggi-tinggi sehingga siswa

yang telah berpindah bisa menemukan meraka. Hasilnya adalah komposisi

kelompok Trio yang sepenuhnya baru.

5. Mulailah pertukaran pendapat baru dengan pertanyaan baru. Naikkan tingkat

kesulitan atau tingkat ancaman dari pertanyaan manakala anda memulai

babak baru.

14

6. Anda bisa merotasi Trio-Trio itu sebanyak pertanyaan yang ada miliki dan

waktu diskusi yang tersedia. Gunakan selalu prosedur rotasi yang sama.

Sebagai contoh, pada pertukaran Trio sebanyak tiga rotasi, tiap siswa akan

bertemu dengan enam siswa yang lain.

2.3 Hasil Belajar Kompetensi Dasar Atmosfer dan Hidrosfer

Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes

yang diberikan guru. Menurut Gagne (Dimyati, 2002:11) hasil-hasil belajar

berupa:

1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilikan informasi verbal

memungkinkan individu berperan dalam kehidupan.

2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan

dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep.

3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak

jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan

penilaian terhadap obyek tersebut.

15

2.4 Kompetensi Dasar Atmosfer dan Hidrosfer

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai

peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator

kompetensi dalam suatu mata pelajaran. Dalam penelitian ini kompetensi dasar

yang dipilih adalah mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan

hidrosfer, serta dampaknya terhadap kehidupan. Untuk uraian materi atmosfer

dan hidrosfer dijelaskan sebagai berikut.

1. Atmosfer

Amosfer berasal dari Bahasa Yunani, yaitu atmos yang berarti uap dan

sphaira yang berarti bulatan. Jadi atmosfer adalah lapisan gas yang

menyelimuti bulatan bumi. Atmosfer merupakan campuran berbagai gas yang

tidak berwarna dan tidak terlihat oleh mata. Karena merupakan zat, atmosfer

juga memiliki berat sehingga memiliki juga tekanan udara, mengembang jika

terkena panas dan mengerut ketika dingin.

Pada saat suatu bagian atmosfer terkena panas maka bagian tersebut akan

mengembang, begitu sebaliknya. Jika terjadi perbedaan tekanan, maka

terjadilah pergerakan udara yang disebut angin yang bergerak dari tekanan

tinggi ke tekanan rendah. Atmosfer tersusun oleh sejumlah unsur. Unsur

terbesar adalah nitrogen, kemudian oksigen, argon, dan lain-lain. Secara

vertikal atmosfer terdiri atas sejumlah lapisan dengan karakteristik yang

berbeda, yaitu lapisan troposfer, stratosfer, mesosfer dan termosfer.

16

Lapisan-lapisan atmosfer atmosfer:

1) Lapisan Troposfer

Lapisan troposfer merupakan lapisan terbawah dari atmosfer.

Lebar atau ketinggian lapisan ini mencapai 16 km di daerah tropis dan

terus menurun sampai 10 km di atas kutub. Manusia dan makhluk hidup

lainnya berada pada lapisan ini dan mengalami berbagai gejala atau

peristiwa cuaca seperti hujan, angin, dan badai terjadi. Peristiwa cuaca

tersebut tidak ditemukan pada lapisan atmosfer lainnya.

2) Lapisan Stratosfer

Di atas lapisan troposfer terletak lapisan stratosfer. Batas antara

keduanya disebut tropopause. Batas tertinggi lapisan ini mencapai 40 km

di atas permukaan bumi. Pada bagian puncak atau batas tertingginya, suhu

dapat mencapai 270 K (Kelvin) dengan ratarata suhu mencapai550 C.

Stratosfer dikenal sebagai lapisan yang mengandung ozon (O3) yang

berperan sangat penting dalam melindungi makhluk hidup dari radiasi

gelombang pendek matahari (ultraviolet) yang berbahaya.

3) Lapisan Mesosfer

Lapisan berikutnya yang terletak di atas stratopause sampai

ketinggian 80 km adalah lapisan mesosfer. Pada bagian puncaknya, suhu

bisa mencapai 900 C dan kebanyakan meteor terbakar pada lapisan ini.

Bayangkanlah jika lapisan ini tidak ada, tentunya banyak meteor yang

akan sampai ke permukaan dan membahayakan manusia dan makhluk

hidup lainnya.

17

4) Lapisan Termosfer

Pada ketinggian 80 sampai 300 km dari permukaan bumi terdapat

lapisan Thermosfer dengan temperature mendekati 17000 C. Pada

ketinggian di atas 100 km terjadi ionisasi yang membentuk ion positif dan

elektron bebas yang bermuatan negatif. Lapisan dengan konsentrasi

elektron bebas disebut dengan ionosfer. Ionosfer dikenal sebagai lapisan

yang mampu memantulkan gelombang radio sehingga penting bagi

komunikasi radio jarak jauh.

5) Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim

a) Suhu Udara

Secara sederhana dapat pula dikatakan bahwa suhu merupakan

tingkat panas suatu benda. Tingkat panas tersebut diukur dengan

menggunakan alat termometer. Suhu udara menunjukkan gerakan

molekul udara. Makin panas suhu udara gerakan molukul udara semakin

cepat dan tumbukan antar molekul semakin tinggi frekuensinya. Hal ini

dapat dibandingkan dengan gerakan molekul pada air. Jika air tersebut

dipanaskan maka air akan bergolak dan tumbukan yang terjadi antar

molekulnya semakin sering. Demikian halnya dengan udara. Sumber

utama energi yang menggerakkan udara tentu saja adalah radiasi

matahari. Semakin sedikit radiasi matahari yang diterima oleh suatu

tempat semakin rendah suhu udaranya.

18

b) Tekanan Udara

Udara merupakan salah satu zat dengan sifat yang sama dengan

zat lainnya yaitu memiliki massa/berat dan volume. Karena memiliki

berat maka udara memiliki tekanan yang disebut dengan tekanan udara.

Jika kita hitung suatu kolom udara dari permukaan bumi sampai batas

tertinggi atmosfer yang berukuran 1 meter persegi, maka beratnya akan

mencapai 10.333 kg atau 1033,3 gram tiap 1 cm. Manusia tidak

merasakan tekanan udara yang berat tersebut seperti halnya ikan yang

tidak merasakan berat air yang ada di atasnya.

Tekanan udara berbeda dengan semakin tingginya suatu tempat.

Udara yang berada pada bagian bawah akan ditekan oleh udara bagian

atasnya sehingga semakin dekat ke permukaan bumi semakin besar

tekanan udaranya. Demikian juga sebaliknya, jika kita bergerak menuju

ketinggian tertentu maka tekanan udara akan semakin berkurang.

Gambaran tersebut sama dengan ketika kita menyelam ke dasar air.

Semakin dalam kita menyelam, semakin berat tekanan air yang dirasakan.

Karena itulah jika ikan hidup pada lautan air, maka kita hidup pada lautan

udara.

c) Angin

Jika dua daerah menerima penyinaran matahari yang berbeda

maka berbeda pula suhu dan tekanan udaranya. Daerah yang menerima

sinar matahari lebih banyak akan memiliki tekanan udara yang lebih kecil.

Akibatnya udara bergerak dari daerah yang memiliki tekanan udara lebih

tinggi ke daerah yang memiliki tekanan udara lebih rendah. Gerakan

19

udara tersebut dikenal dengan istilah angin. Jadi angin adalah gerakan

udara mendatar atau sejajar dengan permukaan bumi yang terjadi karena

adanya perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat

lainnya.

d) Kelembapan Udara

Salah satu kandungan yang ada dalam udara adalah uap air

disamping komponen lainnya, yaitu udara kering dan aerosol. Air dalam

udara berasal dari proses penguapan pada wilayah perairan (sungai, danau

dan lautan), kandungan air dalam tanah yang menguap dan dari tumbuhan

(transpirasi). Kandungan uap air dalam udara dikenal dengan sebutan

kelembapan. Kelembapan udara diukur dengan sebuah alat yang disebut

higrometer.

e) Hujan

Hujan adalah bentuk air cair dan padat yang jatuh ke permukaan

bumi. Bentuk hujan tersebut terdiri atas hujan, salju, dan batu es hujan.

Namun di Indonesia yang biasa ditemukan adalah hujan dalam bentuk air.

Besarnya curah hujan biasanya diukur dalam inci atau milimeter dengan

menggunakan alat Pluviograf. Jika suatu daerah pada suatu hari memiliki

curah hujan sebesar 1 milimeter berati bahwa ketinggian endapan hujan

tersebut, jika tidak meresap ke dalam tanah atau diuapkan ke atmosfer,

akan mencapai ketinggian 1 mm. Tentu saja kondisi tersebut hanya terjadi

jika ditampung pada sebuah alat pengukur hujan. Di lapangan air hujan

akan meresap atau diuapkan kembali ke atmosfer, sehingga ketinggiannya

tidak akan mencapai 1 mm.

20

2. Hidrosfer

Hidrosfer merupakan salah satu unsur geosfer yang terdiri atas air dalam

berbagai wujud. Air bisa berwujud padat, cair, maupun gas. Setiap air di Bumi

mengalami fase tersebut dalam siklus hidrologi. Dalam kehidupan, air

mempunyai fungsi yang sangat penting. Air dibutuhkan untuk mandi,

mencuci, memasak, menyirami, dan sebagainya

1) Air permukaan

a) Danau

Danau merupakan wilayah cekungan di daratan yang terisi oleh

air. Sumber air yang mengisi danau tidak selalu dari air sungai, tetapi

juga bisa dari air hujan secara langsung maupun rembesan dari air

tanah di sekitar danau. Danau dapat dibedakan antara danau alam dan

danau buatan. Danau alam terbentuk karena proses alam misalnya

aktivitas vulkanik, tektonik maupun aktivitas es pada zaman es.

Sementara itu, danau buatan atau bendungan merupakan danau yang

sengaja dibuat dengan cara membendung air sungai.

b) Sungai

Sungai adalah aliran air yang secara alami mengalir dari daerah

yang tinggi ke daerah yang lebih rendah dan memanjang menuju laut.

Sebuah sungai dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian hulu,

tengah dan hilir. Masing-masing bagian tersebut memiliki ciri

tersendiri. Sungai pada bagian hulu umumnya memiliki arus yang kuat

sebagai akibat dari kemiringan lerengnya.

21

2) Air Tanah

Air tanah adalah bagian dari air yang berada di bawah permukaan

tanah yang mengisi secara penuh ruang antar butir tanah atau pada lapisan

jenuh (saturated zone). Air tersebut tentunya berasal dari hasil resapan air

dari permukaan tanah (infiltrasi). Hasil resapan tersebut mengisi pori-

pori/rongga antar partikel tanah. Jika infiltrasi tersebut terus berlangsung,

maka air yang berada diantara partikel tanah tersebut bergerak terus ke

bawah karena beratnya (gaya gravitasi) mengisi lapisan tanah paling

bawah dan akhirnya terbentuklah airtanah (groundwater).

3) Zona Laut menurut Letak dan Kedalamannya

a) Laut Pedalaman

Laut pedalaman adalah laut yang terletak di antara dua benua.

Sesuai dengan namanya laut ini menjorok ke pedalaman atau

dikelilingi oleh daratan. Karena letaknya tersebut, laut ini tidak

dipengaruhi arus samudera dan tidak mengalami pasang surut. Kadar

garamnya juga berbeda dengan laut pada umumnya. Contoh laut

pedalaman adalah Laut Kaspia, Laut Hitam, dan Laut Mati.

b) Laut Tepi

Laut tepi adalah laut yang terdapat pada landas benua atau di

benua, tetapi berhubungan bebas dengan samudera. Karena letaknya di

tepi maka arus pasang samudera mempengaruhi arus di laut tepi.

Contoh laut tepi adalah Laut Jepang, Laut Arab, Laut Utara, dan Laut

Cina Selatan.

22

c) Laut Pertengahan

Laut Pertengahan adalah Laut yang berada di tengah-tengah

benua. Contoh laut pertengahan adalah Laut Merah dan Laut Tengah.

4) Batas Wilayah Laut

a) Batas Wilayah Kontinental

Dari garis pantai ke arah lautan sejauh 200 m, dasar lautnya

menurun secara perlahan-lahan dan masih menunjukkan ciri sebuah

benua. Daerah tersebut dikenal dengan nama landas kontinen yaitu

batas dasar laut yang paling tepi. Lautan yang ada di atasnya, berupa

laut dangkal dengan kedalaman kurang dari 200 m. Batas landas

kontinen tentunya tidak sama. Walaupun demikian, jarak terjauhnya

sekitar 200 mil dari garis dasar yaitu garis khayal yang

menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung terluar pulau. Negara yang

menguasai batas landas kontinen memiliki hak untuk memanfaatkan

sumberdaya alam yang terdapat di dalam dan di bawah wilayah itu.

b) Batas Teritorial

Batas laut teritorial Indonesia adalah sejauh 12 mil. Batas

tersebut ditarik dari garis dasar dari pulau-pulau terluar wilayah

Indonesia. Laut yang terletak di dalam garis dasar disebut laut

pedalaman. Pada wilayah laut teritorial, negara memiliki kedaulatan

penuh. Walaupun demikian, Negara yang bersangkutan tetap harus

menyediakan jalur pelayaran lalu lintas damai, baik di atas permukaan

maupun di bawah permukaan air.

23

c) Zona Ekonomi Ekslusif

Jenis wilayah atau zone laut lainya yang menjadi hak sebuah

negara adalah Zone Ekonomi Ekslusif (ZEE) yaitu wilayah laut sejauh

200 mil dari garis dasar ke arah laut bebas sebuah negara kepulauan.

Dalam zone tersebut, negara memiliki hak atau berdaulat atas

eksplorasi dan eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan sumberdaya

alam, baik hayati maupun non hayati di laut maupun di bawah dasar

laut. Negara yang bersangkutan memperoleh kesempatan pertama

dalam pemanfaatannya. Namun demikian, negara tersebut memiliki

pula kewajiban untuk menghormati lalu lintas damai di lautan tersebut,

Waluyo (2008:125-140).

2.5 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah kriteria paling rendah untuk

menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan diawal

tahun ajaran oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata

pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki

karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP

secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.

Fungsi KKM

1. Sebagai acuan bagi seorang guru untuk menilai kompetensi peserta

didik sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran atau

Standar Kompetensi (SK)

24

2. Sebagai acuan bagi peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam

mengikuti pembelajaran

3. Sebagai target pencapaian penguasaan materi sesuai dengan SK/KD

nya

4. Sebagai salah satu instrumen dalam melakukan evaluasi pembelajaran

5. Sebagai kontrak pedagogik antara pendidik, peserta didik

dalamasyarakat (khususnya orang tua dan wali murid

2.6 Kerangka Berpikir

Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat sangat memengaruhi

perkembangan berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah dalam pendidikan IPS.

Paradigma pembelajaran pun bergeser, dari teacher oriented menuju student

oriented. Guna menunjang tujuan pembelajaran tersebut, guru harus mampu

merancang suatu pembelajaran yang tidak instan dalam menyampaikan suatu

konsep baru kepada siswa namun turut melibatkan siswa dalam proses

penemuannya serta guru hendaknya secara dominan bertindak sebagai fasilitator.

Salah satu model yang dapat menunjang tujuan tersebut adalah model

pembelajaran kooperatif, suatu model dengan mengelompokkan siswa di dalam

kelas kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerjasama dengan

kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain

kelompok tersebut. Untuk meningkatkan model pembelajaran yang lebih efektif

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe RTE. Yaitu dengan

tahapan mempersiapkan pembelajaran berupa RPP, silabus, dan media.

Melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran model

25

kooperatif tipe RTE. Mengevaluasi hasil akhir dengan tes. Serta untuk mengetahui

hasil akhir dari model pembelajaran tersebut dengan melihat hasil belajar

kognitifnya.

2.7 Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,

2002:62). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini berdasarkan rumusan

masalah dan kajian teori yang telah disajikan adalah:

Gambar 2.1 Kerangka berfikir penelitian

Efektivitas Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe RTE

Hasil Belajar Kognitif

Persiapan

Pembelajaran

Pelaksanaan

Pembelajaran Evaluasi Hasil Belajar Persiapan

Pembelajaran

Pelaksanaan

Pembelajaran Evaluasi Hasil Belajar Persiapan

Pembelajaran

Pelaksanaan

Pembelajaran

Tes

Silabus, RPP, Media

Langkah-langkah

Pembelajaran Model

Kooperatif Tipe RTE

26

H1 : Model pembelajaran kooperatif tipe RTE dalam pembelajaran IPS efektif

untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan kriteria ketuntasan

minimal 80 (klasikal).

27

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:61). Populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 9 Semarang tahun ajaran

2012/2013, dengan populasi sebanyak 206 siswa yang terdiri dari 8 kelas.

3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2009:62). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa

kelas VIIF SMP 9 Semarang tahun ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, yaitu pengambilan

secara acak dengan cara pengundian yang dilakukan oleh peneliti. Pengundian

tersebut dilakukan dengan cara dikocok didalam kocokan tersebut terdapat undian

kelas VIIA VIIH SMP 9 Semarang dan kelas yang keluar adalah kelas VIIF

SMP 9 Semarang. Cara ini dilakukan karena dalam populasi tersebut terdapat

kesamaan dinilai dari kurikulum, kelas, dan pembelajaran.

3.3 Variabel Penelitian

Kerlinger dalam Sugiyono (2009) menyatakan bahwa variabel adalah

konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.Variabel penelitian yang

28

dimaksud di sini adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (independen)

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)

(Sugiyono, 2009:4). Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah pemberian perilaku pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif

tipe RTE dengan sub variabel persiapan pembelajaran berupa RPP, silabus,

dan media, pelaksanaan pembelajaran berupa langkah-langkah pembelajaran

model kooperatif tipe RTE, dan evalusi pembelajaran berupa tes.

2. Variabel Terikat (dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009:4). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif kompetensi dasar atmosfer

dan hidrosfer dari pembelajaran model kooperatif tipe RTE yang diperoleh

dari tes tertulis.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah metode yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006:160). Pengumpulan

data penelitian ini menggunakan beberapa metode, antara lain:

29

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dimana

peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto,

2006 :158).

Data yang diambil dalam penelitian ini melalui metode dokumentasi

adalah berupa data siswa kelas VIIF, nama-nama siswa kalas VIIF, jumlah

siswa kelas VIIF, nilai harian maupun ulangan siswa kelas VIIF mata

pelajaran IPS semester I, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran serta

foto-foto pada saat pembelajaran berlangsung.

2. Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta

besarnya kemampuan obyek yang diteliti (Arikunto, 2010:198). Tes adalah

serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Tes dalam

pembelajaran ini digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik.

Metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar

IPS kompetensi dasar atmosfer dan hidrosfer. Soal tes ini dalam bentuk

pilihan ganda (objektif). Hasil pengolahan data digunakan untuk menguji

kebenaran hipotesis penelitian.

Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data penelitian. Tes

adalah alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh

30

data-data atau keterangan yang diinginkan dengan cara yang tepat dan cepat

(Arikunto, 2009:32), Bentuk tes yang digunakan pada penelitian ini adalah

tes tertulis. Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini telah diteliti

validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan.

Tes dilakukan untuk memperoleh data saat eksperimen diadakan. Tes

ini digunakan sebagai cara memperoleh data kuantitatif yang selanjutnya

diolah untuk menguji hipotesis. Pada penelitian ini menggunakan tes hasil

belajar.

3. Metode Observasi

Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula

dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu

objek dengan menggunakan seluruh alat indera, jadi, mengobservasi dapat

dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran peraba, dan

pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung .

Metode observasi dilaksanakan dengan melengkapi format atau blangko

pengamatan sebagai instrumen. Metode observasi dalam hal ini digunakan

untuk mengetahui presentase peserta didik. Bentuk observasi berupa lembar

pengamatan yang secara rinci menampilkan aspek-aspek dari proses yang

harus diamati.

Data yang diperoleh dari metode observasi adalah persentase sikap dan

keterampilan siswa dan data persentase kinerja guru. Data tersebut diperoleh

berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer selama penelitian

31

berlangsung. Dalam hal ini objek yang diamati adalah guru, siswa dan proses

pembelajaran yang berlangsung di kelas VIIF SMP 9 Semarang.

Metode observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang aktivitas

model pembelajaran kooperatif tipe RTE yaitu pelaksanaan pembelajaran

berupa langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe RTE, serta

evaluasi pembelajaran berupa tes. Observasi dilakukan oleh peneliti pada tiga

kali pertemua/pembelajaran.

3.5 Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Menurut Sugiyono (2007:350), instrumen yang berupa tes perlu diuji

validitas isi (content validity) dan validitas konstruksi (construct validity).

Untuk instrumen berupa non tes cukup diuji validitas konstruksi (construct

validity). Validitas isi (content validity) suatu tes dapat diperoleh dengan

menggunakan pendapat para ahli. Setelah instrumen dikonstruksi tentang

aspek-aspek yang akan diukur dengan berdasarkan teori tertentu, maka

selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Instrumen yang telah disetujui

oleh para ahli diujicobakan dalam populasi yang diambil. Validitas konstruksi

(construct validity) suatu tes dapat diperoleh dengan membandingkan antara

isi instrumen dengan materi yang diajarkan. Untuk menguji validitas

konstruksi digunakan rumus Pearson Product Moment Corelation

Dengan :

rxy : koefisien korelasi skor item dan skor total

n : banyaknya subyek

32

x : jumlah skor item

y : jumlah skor total

Hasil perhitungan rxy dibandingkan dengan rtabel dengan taraf kesalahan

5%. Jika rxy > rtabel maka instrumen tersebut dikatakan valid (Sugiyono,

2007:357).

2. Reliabilitas

Menurut Arikunto (2009:86) analisis reliabilitas pada sebuah instrumen

dilakukan untuk mengetahui taraf kepercayaan sebuah tes. Suatu tes dapat

dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi (reliabel) apabila tes

dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes,

berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Seandainya hasilnya

berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Adapun

cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas tes uraian adalah rumus Alpha

(Arikunto, 2009:109):

Dengan :

r11 : reliabilitas yang dicari

n : banyaknya item soal

b2: jumlah varians skor tiap item

t2: varians total

Hasil perhitungan r11 dibandingkan dengan rtabel dengan taraf kesalahan

5%. Jika r11 > rtabel maka item soal tersebut dikatakan reliabel.

33

3. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang mampu pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda soal, digunakan

rumus:

PBPAJB

BB

JA

BADP

Keterangan :

DP :Daya pembeda

JA :Banyaknya peserta kelompok atas

JB :Banyaknya peserta kelompok bawah

BA :Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB :Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PA :Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB :Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria :

N

o

Interval DP Kriteria

1

.

0,00 DP 0,20 Jelek

2

.

0,20 < DP 0,40 Cukup

3

.

0,40 < DP 0,70 Baik

4

.

0,70 < DP 1,00 Baik

sekali

DP negatif soal harus diperbaiki

4. Tingkat Kesukaran

34

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu

sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut

indeks kesukaran. Cara menentukan indeks kesukaran butir soal digunakan

rumus:

JS

BP

Keterangan

P : Taraf kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab benar

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria :

No Interval P Kriteri

a

1. 0,00 P 0,30 Sukar

2. 0,30 < P 0,70 Sedan

g

3. 0,70 < P 1,00 Mudah

3.6 Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang digunakan

dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan apakah

menggunakan statistik parametrik atau non paramentrik. Uji normalitas data

dalam penelitian ini menggunakan Chi Kuadrat (2). Uji normalitas digunakan

untuk mengetahui kenormalan distribusi data variabel terikat. Pengujian

normalitas data dengan (2) dilakukan dengan cara membandingkan kurva

normal yang terbentuk dari data yang telah terkumpul (B) dengan kurva

35

normal baku (A). Bila B tidak berbeda secara signifikan dengan A, maka B

merupakan data yang berdistribusi normal.

Langkah- langkah yang dilakukan untuk menguji normalitas data adalah

a) Menentukan jumlah kelas interval untuk pengujian normalitas dengan Chi

Kuadrat ini, jumlah kelas ditetapkan = 6. Hal ini sesuai dengan 6 bidang

yang ada pada kurva normal baku

b) Menentukan panjang kelas interval

c) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi sekaligus tabel penolong

untuk menghitung harga Chi Kuadrat hitung

d) Menentukan (frekuensi yang diharapkan) didasarkan pada persentase

luas tipa bidang kurva normal dikalikan jumlah data observasi (jumlah

individu dalam sampel)

e) Memasukkan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh, sekaligus menghitung

harga (f0- fh)2 dan =

f) Membandingkan harga chi kuadrat hitung dengan chi kuadrat tabel

Kriteria pengujian:

H0: hitung2 < tabel

2

H1: hitung2 tabel

2 dengan = 0,05 = 5%

Data berdistribusi normal jika hitung2 < tabel

2 dengan taraf kesalahan 5%

dan derajat kebebasan k-1 (Sugiyono, 2007: 80-82)

2. Uji Proporsi

36

Uji proporsi dilakukan untuk menguji apakah hasil belajar siswa pada

kompetensi dasar atmosfer dan hidrosfer dapat mencapai ketuntasan. Indikator

mencapai ketuntasan belajar yaitu mencapai ketuntasan klasikal. Dalam

penelitian ini, belajar dikatakan tuntas secara klasikal jika lebih dari atau sama

dengan 75% hasil belajar siswa mencapai minimal 80. Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut.

Keterangan:

Z : nilai t yang dihitung

x : banyaknya siswa yang tuntas secara individual

0 : nilai yang dihipotesiskan

n : jumlah anggota sampel

Kriteria pengujiannya yaitu H0 ditolak jika Z > Z0,5-. Nilai Z0,5- didapat dari

daftar normal baku dengan peluang (0,5 - ) dengan = 0,05. Dalam hal lainnya

H0 diterima, (Sudjana, 2005:235).

37

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Objek Penelitian

SMP Negeri 9 Semarang merupakan salah satu Sekolah Menengah

Pertama Negeri yang ada di Jl. Sendang Utara Raya No. 2 Kecamatan

Pedurungan Kota Semarang. Kecamatan Pedurung secara astronomis terletak

pada 1102710 BT 110320 dan BT 6597 LS - 730 LS. Kecamatan

Pedurungan berbatasan dengan: sebelah utara dengan Kecamatan Genuk, sebelah

timur dengan Kecamatan Mranggen (Kab. Demak), sebelah selatan dengan

Kecamatan Tembalang, sebelah barat dengan Kecamatan Gayamsari.

Sejarah Gedung SMP 9 Semarang dahulunya merupakan sekolah teknik 9

Semarang yang dibangun pada tahun 1965. Gedung yang letaknya di Jalan

Sendangguwo itu, berturut-turut mengalami banyak perkembangan. Pada tahun

1977 oleh pemerintah daerah kotamadaya semarang dibangunkan 10 ruang kelas

tujuannya agar dapat menampungkan anak usia sekolah. Pada tahun yang sama

ST 9 Semarang berubah menjadi Sekolah Menengah Pertama, yakni SMP 9

Semarang.

Pada tahun 1980 kantor wilayah Depdikbud Propinsi Jawa Tengah

menambah 3 ruang kelas, kemudian rauang laboraturium dan ruang ketrampilan.

Selanjutnya sejak tahun 1985 sampai sekarang, penambahan dan rehab gedung

tidak lepas dari peran pengurus BP 3 dan sekolah.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Menengah_Pertamahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Menengah_Pertamahttp://id.wikipedia.org/wiki/Semarang

38

Gambar 4.1 Peta Lokasi SMP 9 Semarang

39

Keadaan fisik SMP 9 Semarang cukup bagus, memadai dan layak untuk dijadikan

sebagai tempat belajar mengajar. Saat ini masih dilakukan revitalisasi bangunan

untuk ruang kepala sekolah, ruang guru dan beberapa ruang kelas, dengan sumber

pendanaan atas bantuan dari Direktorat PSMP (Pembina Sekolah Menengah

Pertama). Gedung SMP 9 Semarang terdiri atas beberapa bangunan yang memiliki

fungsi berbeda-beda. Luas tanah keseluruhan adalah 6.020 m2

, luas tanah

terbangun 3000 m2 , luas tanah siap bangun 1157 m

2 , dan luas lantai atas siap

bangun 338 m2.

Jumlah ruang kelas total ada 24 ruang, dengan perincian masing-masing

kelas (VII,VIII, dan IX) masing-masing terdiri dari 8 kelas (A sampai H). Untuk

Ruang Laboratorium ada 3 yaitu Laboratorium Bahasa, Laboratorium IPA (sudah

dibedakan antara laboratorium Fisika dan Biologi), dan Laboratorium Komputer.

Sekolah juga dilengkapi dengan perpustakaan, Ruang Bimbingan dan Konseling,

Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru dan Ruang Tata Usaha, Ruang OSIS,

Musholla, dan Kantin, dengan perincian luas dan kondisi sarana prasarana yang

lain.

Fasilitas sekolah di SMP 9 Semarang sudah cukup mendukung siswa

dalam proses belajar mengajar. Adapun fasilitas yang ada antara lain:

1. Perpustakaan, dilengkapi dengan koleksi buku, novel, surat kabar, dan literatur

lain yang mendukung kegiatan pembelajaran. Seluruh siswa SMP 9 Semarang

diperbolehkan meminjam koleksi tersebut dengan waktu, syarat, dan

ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak perpustakaan.

40

2. Laboratorium IPA, di SMP 9 Semarang laboratorium IPA sudah dipisahkan

antara laboratorium Biologi dan laboratorium Fisika. Laboratorium tersebut

sudah dilengkapi sarana prasarana dan media yang mendukung kegiatan

pembelajaran atau praktikum. Namun jumlah beberapa alat bahan yang terkait

kegiatan praktikum jumlahnya belum mencukupi untuk dipakai oleh setiap

siswa. Solusinya, biasanya guru mata pelajaran membagi siswa menjadi

kelompok-kelompok kecil beranggotakan 3 sampai 4 siswa untuk

melaksanakan kegiatan praktikum. Laboratorium Biologi kadang-kadang

difungsikan sebagai ruang pertemuan, dalam hal ini dapat dicontohkan yaitu

sewaktu penerimaan PPL, Laboratorium Biologi dijadikan sebagai tempat

pertemuan.

3. Ruang Multimedia, dilengkapi dengan furniture elektronik berupa LCD.

Namun penggunaan ruang multimedia belum maksimal, karena ruangan ini

berbatasan langsung dengan ruang OSIS, dengan pembatas ruangan hanya

berupa almari besar. Selain itu ruangan multimedia juga dijadikan tempat

penyimpanan bangku dan meja yang tidak terpakai. Laboratorium Komputer,

dalam keadaan baik dan dilengkapi sejumlah perangkat komputer yang layak

dan memadai.

4. Laboratorium Bahasa, dalam keadaan ada beberapa kerusakan.

5. Musholla, di lingkungan SMP 9 Semarang, musholla ini biasa digunakan

untuk kegiatan-kegiatan keagamaan, misalnya shalat berjamaah untuk para

siswa dan guru, pesantren kilat, dan tadarus. Kuantitas ruang musholla ini

41

berjumlah 1 ruang, dengan kualitas ruang yang cukup bersih, dilengkapi

fasilitas tempat wudhu dan ketersediaan air yang memadai.

6. Koperasi sekolah, merupakan tempat yang menyediakan keperluan siswa,

seperti alat-alat tulis, makanan ringan, dan sebagainya. Kuantitas ruangan ini

hanya ada 1 ruang, dengan kualitas ruang yang cukup bersih.

7. WC/toilet, sudah dibedakan antara WC siswa dengan WC guru. Kualitas

ruang WC siswa dalam SMP 9 Semarang cukup bersih dan terawat. WC

tersebut belum dipisahkan antara WC putra dan WC putri. Sementara WC

guru terletak di sebelah dalam ruang guru dengan kondisi yang juga cukup

bersih dan terawat.

8. Kantin, terdapat 3 ruangan kantin. Biasanya kantin banyak dikunjungi para

siswa ketika jam istirahat tiba. Kantin menjual berbagai macam makanan

dengan harga yang cukup murah. Ruangan kantin tidak begitu luas.

9. Lapangan upacara yang menyatu dengan lapangan basket dan voli. Biasanya

setiap kegiatan pembelajaran selesai, siswa yang mengikuti ekstrakurikuler

paskibra selalu menggelar latihan di lapangan tersebut.

Visi

Tangguh Iman Unggul Prestasi Dan Tata Krama

Misi

1. Minciptakan sumber daya manusia yang memiliki iman dan taqwa, ilmu

teknologi dan ketrampilan.

2. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara terjadwal, efektif dan

efisien.

42

3. Mensosialisasikan dan menumbuhkan semangat keunggulan secara insentif

kepada seluruh warga sekolah.

4. Meningkatkan pemberdayaan laboratorium ipa.

5. Menumbuhkembangkan budaya gemar membaca kepada seluruh warga

sekolah.

6. Mendorong dan menumbuhkan semangat berprestasi, belajar dan bekerja

keras dalam mewujudkan perilaku yang berprestasi dalam olah raga.

7. Menumbuhkembangkan bakat seni dan budaya.

8. Meningkatkan kinerja guru melalui monitoring dan evaluasi.

4.1.2 Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal

1. Uji Validitas

Validitas adalah tingkat keandalah dan kesahihan alat ukur yang digunakan.

Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada

soal yang dikerjakan siswa harus dibuang atau diganti karena dianggap tidak

relevan. Berdasarkan hasil uji validitas diketahui untuk butir soal nomor 2, 21,

25, 32 dan 35 memiliki nilai rhitung < rtabel sehingga soal-soal tersebut tidak valid

dan tidak digunakan untuk pengambilan data penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam

hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden

yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas

instrumen mencirikan tingkat konsistensi. Berdasarkan hasil uji reliabilitas

diperoleh nilai r11 sebesar 0,926. Jika nilai tersebut dibandingkan dengan rtabel

43

(0,396) maka dapat diketahui bahwa r11 > rtabel sehingga soal yang digunakan

dalam penelitian reliabel atau akan menghasilkan data yang konsisten jika

digunakan pada responden yang sama.

3. Daya Pembeda

Daya pembeda digunakan untuk menentukan soal sungguh dapat

membedakan siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group) dan siswa

yang termasuk kelompok kurang (lower group).

Berdasarkan hasil uji daya pembeda diketahui untuk butir soal nomor 2,

21, 25, 32 dan 35 memiliki daya pembeda dalam kategori jelek, sehingga soal-soal

tersebut tidak digunakan untuk pengambilan data penelitian.

4. Tingkat Kesukaran Soal

Uji tingkat kesukaran suatu soal bertujuan mengetahui tingkat kesulitan

soal yang digunakan untuk mengukur hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil uji

daya pembeda diketahui untuk butir soal nomor 2, 10, 12, 29, 30, 31 dan 35

memiliki memiliki tingkat kesukaran soal dalam kategori mudah, namun demikian

dari ketujuh soal tersebut tidak semuanya akan dibuang (dihilangkan) karena

memiliki hasil valid dan daya pembeda yang baik, sehingga soal-soal yang tidak

digunakan dalam kriteria ini hanya soal nomor 2 dan 35 sedangkan selebihnya

masih digunakan untuk pengambilan data penelitian.

4.1.3 Uji Normalitas

Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan

berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Metode Chi-Square atau

X2 untuk Uji Goodness of fit Distribusi Normal menggunakan pendekatan

penjumlahan penyimpangan data observasi tiap kelas dengan nilai yang

44

diharapkan. Berdasarkan hasil perhitungan normalitas menggunakan SPSS

diperoleh hasil sebagai berikut:

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui X2hitung untuk data pre test sebesar

6,308; post test 1 sebesar 9,538; dan post test 2 sebesar 5,385. Kriteria pengujian

sebagai berikut:

H0: hitung2 < tabel

2

H1: hitung2 tabel

2 dengan = 0,05 = 5%

Data berdistribusi normal jika hitung2 < tabel

2 dengan taraf kesalahan 5%

dan derajat kebebasan k-1. Nilai X2tabel (k-1; 0,05) sebesar 11,07 sehingga dapat

disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi normal.

4.1.4 Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE Dalam

Pembelajaran IPS

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan suatu program pembelajaran. Selama ini pembelajaran IPS yang

dilakukan sebagian besar masih menggunakan model pembelajaran konvensional

sehingga peran aktif siswa kurang optimal. Model pembelajaran yang kurang

variatif menyebabkan siswa merasa bosan belajar. Model pembelajaran tipe

rotating trio exchange merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif.

Model ini terdiri dari 3 orang dalam satu kelompok, yang diberi nomor 0, 1

dan 2. Nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya berlawanan

arah jarum jam sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Setiap kelompok diberikan

pertanyaan untuk didiskusikan setelah itu kelompok dirotasikan kembali dan

terjadi trio yang baru dan setiap trio baru tersebut diberikan pertanyaan baru untuk

didiskusikan, dengan cara pertanyaan yang diberikan ditambahkan sedikit tingkat

45

kesulitannya. Pelaksanaan model pembelajaran RTE dapat digambarkan dalam

sebuah simulasi seperti pada gambar berikut:

Gambar 4.2

Simulasi Model Pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE)

Sebelum dilaksanakan pembelajaran menggunakan mode pembelajaran

rotating trio exchange, guru melakukan test awal (pre test) untuk mengetahui

kemampuan siswa. Setelah diketahui hasil pre test langkah selanjutnya guru

menyusun langkah-langkah pembelajaran dengan model rotating trio exchange.

1. Pertemuan I

Hasil observasi pada pertemuan pertama dapat diketahui silabus dan RPP

sudah disusun sesuai dengan kurikulum yang ada meskipun beberapa indikator

belum sepenuhnya terpenuhi. Beberapa indikator tersebut tidak terpenuhi karena

guru membutuhkan banyak waktu untuk memberikan penjelasan mengenai teknik

pelaksanaan model pembelajaran rotating trio exchange,siswa merasa gugup

ketika dipanggil mewakili kelompok dalam menjawab pertanyaan, kinerja

46

kelompok masih kurang optimal, masih ada siswa yang ramai dan kurang

memperhatikan guru. Meskipun demikian, pada prinsipnya pelaksanaan

pembelajaran rotating trio exchange juga sudah dilaksanakan sesuai dengan

langkah-langkah yang ada. Adapun hasil observasi pada pertemuan pertama

sebagai berikut:

Tabel 4.1

Hasil Observasi Pertemuan I

No Rubrik

Observasi

Pertemuan I

Skor Indikator keberhasilan

1 Silabus

4 Kolom identitas terisi dengan benar

4 Standar kompetensi sesuai dengan kurikulum

4 Kompetensi dasar sesuai dengan standar kompetensi

4 Identifikasi materi standar sesuai dengan standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran

4 Mengembangkan pengalaman diskusi, kerja kelompok,

observasi, dan tanya jawab

3 Merumuskan indikator pencapaian kompetensi sesuai dengan

kompetensi dasar, kata kerja operasional, dan susunannya

sistematis

3 Memasukkan nilai-nilai karakter bangsa relevan dengan

indikator, sesuai dengan materi, dan susunannya

sistematis

4 Menentukan jenis penilaian tes tertulis, penilaian hasil,

penugasandan Penilaian proses

4 Alokasi Waktu sesuai dengan kurikulum

3 Menentukan sumber belajar fleksibel/bersifat baru, sesuai

indikator, praktis dan sederhana

2 RPP

4 Kolom identitas terisi dnegan benar

2 Alokasi waktu kurang sesuai dengan silabus

3 Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator sesuai

dengan standar kompetensi, dirumuskan dengan jelas,

dan dirumuskan dengan lengkap

4 Tujuan pembelajaran sesuai dengan SK dan KD, sesuai

dengan indikator, dirumuskan dengan jelas, dan

dirumuskan dengan lengkap

4 Materi standar sesuai dengan standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran

4 Metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran

47

3 Memasukkan nilai-nilai karakter bangsa relevan dengan

indikator, susunannya sistematis, dan jelas

3 Sumber belajar : fleksibel/bersifat baru, sesuai indikator,

praktis dan sederhana

3 Jenis penilaian : tes tertulis, penilaian hasil, dan penugasan

3 Pelaksanaan

RTE

1 Menyusun pertanyaan yang dapat membantu siswa memulai

diskusi tentang isi materi pelajaran

1 Membagi siswa menjadi kelompok tiga orang (trio)

1 Memberikan tiap trio sebuah pertanyaan pembuka

(pertanyaan yang sama untuk tiap trio) untuk di bahas

1 Setelah diskusi berjalan dalam waktu yang cukup,

perintahkan masing-masing untuk member angka

0,berpindah ke kelompok 1, atau 2 kepada tiap-tiap

anggotanya

1 Memulai pertukaran pendapat baru dengan pertanyaan baru

1 Merotasi trio-trio itu sebanyak pertanyaan yang di miliki

dalam waktu diskusi yang tersedia

Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui langkah-langkah

pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik meskipun beberapa indikator

dalam silabus dan RPP masih ada yang belum optimal seperti memasukan nilai-

nilai karakter dalam pembelajaran, sumber pembelajaran kurang variatif, dan jenis

penilaian proses belum sepenuhnya dilaksanakan dengan optimal.

Meskipun langkah-langlah pembelajaran pada pertemuan pertama sudah

dilaksanakan semua namun sebagian besar siswa masih belum memahami

sepenuhnya model pembelajaran rotating trio exchange (RTE) sehingga guru

membutuhkan waktu lebih banyak dalam mengatur siswa selama proses

pembelajaran.

Proses pembelajaran pada pertemuan pertama dapat dilihat pada hasil

dokumentasi sebagai berikut:

48

Sumber : Dokumen peneliti, 2013

Gambar 4.3

Pembelajaran Atmosfer dan Hidrosfer Pertemuan I

Sumber : Dokumen peneliti, 2013

Gambar 4.4

Proses Pembagian Kelompok Pertemuan I

49

Pada gambar 4.4 setelah pembelajaran materi atmosfer dan hidrosfer, guru

membagi kelas ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari tiga orang. Setelah

dibagi dalam kelompok selanjutnya pada setiap Trio diberikan pertanyaan yang

sama untuk didiskusikan.

Sumber : Dokumen peneliti, 2013

Gambar 4.5

Diskusi Siswa Pada Pertemuan I

Pada gambar 4.5 nampak beberapa siswa masih merasa kebingungan

dengan prosedur pembelajaran RTE yang sudah dijelaskan oleh guru sebelumnya.

Kondisi ini berakibat pada pembelajaran dan proses diskusi kurang optimal.

Beberapa siswa masih terlihat kurang serius dalam berdiskusi dengan

kelompoknya. Suasana tersebut dapat terlihat pada gambar berikut:

50

Sumber : Dokumen peneliti, 2013

Gambar 4.6

Suasan Pembelajaran Pertemuan I

Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model RTE, selanjutnya

dilaksanakan evaluasi untuk mengetahui efektifitas pembelajaran. Ketuntasan

hasil belajar pada pertemuan pertama belum sesuai dengan yang diharapkan.

Ketuntasan belajar secara klasikal pada pertemuan pertama sebesar 50% atau 23

siswa sedangkan selebihnya 23 siswa belum mencapai ketuntasan belajar dari

KKM sebesar 80 pada mata pelajaran IPS. Oleh sebab itu, peneliti menyusun

perencanaan untuk dilaksanakan pembelajaran kembali pada pertemuan II.

2. Pertemuan II

Hasil pembelajaran pada pertemuan I dapat diketahui ada peningkatan

kemampuan siswa dalam pembelajaran IPS. Namun demikian, jika ditinjau dari

ketuntasan yang dicapai siswa belum mencapai jumlah yang diharapkan. Hal ini

disebabkan model pembelajaran yang diterapkan belum pernah dilaksanakan

51

sebelumnya sehingga baik siswa maupun guru membutuhkan waktu untuk

menyesuaikan dengan model pembelajaran rotating trio exchange. Oleh sebab itu,

peneliti melakukan pembelajaran yang sama yaitu menggunakan model rotating

trio exchange dengan harapan ada peningkatan hasil belajar yang lebih signifikan

dibandingkan pada pertemuan pertama.

Hasil observasi pada pertemuan kedua dapat diketahui silabus dan RPP

sudah lebih lenngkap sesuai dengan kurikulum yang ada dan dilakukan perbaikan-

perbaikan kekurangan pada pertamuan pertama. Pelaksanaan pembelajaran

rotating trio exchange juga sudah dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah

yang ada. Adapun hasil observasi pada pertemuan kedua sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Observasi Pertemuan II

No Rubrik

Observasi

Pertemuan II

Skor Indikator keberhasilan

1 Silabus

4 Kolom identitas terisi dengan benar

4 Standar kompetensi sesuai dengan kurikulum

4 Kompetensi dasar sesuai dengan standar

kompetensi

4 Identifikasi materi standar sesuai dengan standar

kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan

pembelajaran

4 Mengembangkan pengalaman diskusi, kerja

kelompok, observasi, dan tanya jawab

4 Merumuskan indikator pencapaian kompetensi sesuai

dengan kompetensi dasar, kata kerja operasional,

dan susunannya sistematis

4 Memasukkan nilai-nilai karakter bangsa relevan

dengan indikator, sesuai dengan materi, dan

susunannya sistematis

4 Menentukan jenis penilaian tes tertulis, penilaian hasil,

penugasandan Penilaian proses

4 Alokasi Waktu sesuai dengan kurikulum

4 Menentukan sumber belajar fleksibel/bersifat baru,

sesuai indikator, praktis dan sederhana

2 RPP 4 Kolom identitas terisi dnegan benar

4 Alokasi waktu sesuai dengan silabus

52

4 Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator

sesuai dengan standar kompetensi, dirumuskan

dengan jelas, dan dirumuskan dengan lengkap

4 Tujuan pembelajaran sesuai dengan SK dan KD, sesuai

dengan indikator, dirumuskan dengan jelas, dan

dirumuskan dengan lengkap

4 Materi standar sesuai dengan standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator dan tujuan

pembelajaran

4 Metode pembelajaran sesuai dengan standar

kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan

pembelajaran

3 Memasukkan nilai-nilai karakter bangsa relevan

dengan indikator, susunannya sistematis, dan jelas

4 Sumber belajar : fleksibel/bersifat baru, sesuai

indikator, praktis dan sederhana

4 Jenis penilaian : tes tertulis, penilaian hasil, proses dan

penugasan

3 Pelaksanaan

RTE

1 Menyusun pertanyaan yang dapat membantu siswa

memulai diskusi tentang isi materi pelajaran

1 Membagi siswa menjadi kelompok tiga orang (trio)

1 Memberikan tiap trio sebuah pertanyaan pembuka

(pertanyaan yang sama untuk tiap trio) untuk di

bahas

1 Setelah diskusi berjalan dalam waktu yang cukup,

perintahkan masing-masing untuk member angka

0,berpindah ke kelompok 1, atau 2 kepada tiap-tiap

anggotanya

1 Memulai pertukaran pendapat baru dengan pertanyaan

baru

1 Merotasi trio-trio itu sebanyak pertanyaan yang di

miliki dalam waktu diskusi yang tersedia

Situasi