67
Kasiatin Widianto, M.Th Page 1 Silabus Mata kuliah ini akan memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang isi dan makna dari kitab 1 dan 2 Korintus secara mendalam. I. Tujuan Umum 1. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami apa yang menjadi alasan penulisan surat 1 dan 2 Korintus. 2. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami bagaimana Rasul Paulus mengatasi permasalahan di Gereja Korintus. 3. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami bagaimana pengejaran Paulus secara umum kepada gereja Korintus. II. Tujuan Khusus 1. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan apa- apa saja yang menjadi latar belakang penulisan surat I & II Korintus. 2. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini Mahasiswa dapat menjelaskan apa- apa saja yang menjadi permasalahan di gereja Korintus dan bagaimana Rasul Paulus memberikan solusi atas permasalahan tersebut. 3. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai doktrin yang Diajarkan Paulus melalui surat I & II Korintus. 4. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana pengajaran paulus tentang etika praktek hidup orang percaya. III. Tugas-Tugas A. Bacaan Wajib 1. Mahasiswa diwajibkan membaca selesai Surat 1-2 Korintus selambat- lambatnya satu bulan setelah mengikuti perkuliaahan ini. 2. Membuat laporan bahwa telah selesai membaca dalam satu lembar kertas A4. 3. Membaca buku yang berkaitan dengan mata kuliah ini minimal 100 halaman; selanjutnya melaporkan secara ringkas dan diserahkan kepada dosen pengampun pada akhir semester. B. Aktifitas Wajib 1. Mahasiswa wajib hadir secara aktif dalam mengikuti perkuliahan. 2. Diwajibkan mengikuti secara aktif diskusi yang ditentukan 3. Selain aktif mengikuti kuis, mahasiswa wajib mengikuti ujian, baik tengah maupun akhir semester.

EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 1

Silabus

Mata kuliah ini akan memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang isi dan

makna dari kitab 1 dan 2 Korintus secara mendalam.

I. Tujuan Umum

1. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat

memahami apa yang menjadi alasan penulisan surat 1 dan 2 Korintus. 2. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat

memahami bagaimana Rasul Paulus mengatasi permasalahan di Gereja

Korintus. 3. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat

memahami bagaimana pengejaran Paulus secara umum kepada gereja

Korintus.

II. Tujuan Khusus

1. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan apa-

apa saja yang menjadi latar belakang penulisan surat I & II Korintus. 2. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini Mahasiswa dapat menjelaskan apa-

apa saja yang menjadi permasalahan di gereja Korintus dan bagaimana

Rasul Paulus memberikan solusi atas permasalahan tersebut. 3. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini Mahasiswa dapat menjelaskan

berbagai doktrin yang Diajarkan Paulus melalui surat I & II Korintus. 4. Setelah mempelajari Mata Kuliah ini Mahasiswa dapat menjelaskan

bagaimana pengajaran paulus tentang etika praktek hidup orang percaya. III. Tugas-Tugas

A. Bacaan Wajib

1. Mahasiswa diwajibkan membaca selesai Surat 1-2 Korintus selambat-

lambatnya satu bulan setelah mengikuti perkuliaahan ini.

2. Membuat laporan bahwa telah selesai membaca dalam satu lembar kertas

A4.

3. Membaca buku yang berkaitan dengan mata kuliah ini minimal 100

halaman; selanjutnya melaporkan secara ringkas dan diserahkan kepada

dosen pengampun pada akhir semester.

B. Aktifitas Wajib

1. Mahasiswa wajib hadir secara aktif dalam mengikuti perkuliahan.

2. Diwajibkan mengikuti secara aktif diskusi yang ditentukan

3. Selain aktif mengikuti kuis, mahasiswa wajib mengikuti ujian, baik

tengah maupun akhir semester.

Page 2: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 2

IV. Sistem Penilaian

Nilai diakumulasikan dari kehadiran secara aktif, tugas-tugas yang diberikan

serta ujian yang diselenggarakan guna mengevaluasi hasil studi. Hindari dan

jauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan dalam rangka untuk memperoleh nilai

yang diharapkan, karena hal itu justru akan merugikan pada akhirnya.

Standar Nilai

Angkat Huruf Bobot Predikat

91 – 100 : A 4 Sangat Baik

81 – 90 : AB 3,5 Baik +

74 – 80 : B 3 Baik

68 – 73 : BC 2,5 Cukup +

60 – 67 : C 2 Cukup

51 – 59 : CD 1,5 Kurang +

41 – 50 : D 1 Kurang

>40 : E 0 Sangat Kurang

Page 3: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 3

Garis Basar 1 Korintus

I. PENGANTAR

A. Kota Korintus

B. Jemaat Korintus

C. Penulis

D. Waktu dan Tempat Penulisan

E. Penerima Surat 1 Korintus

F. Penulisan Surat Korintus

G. Alasan Penulisan Surat 1 Korintus

H. Ciri Khas Surat 1 Korintus

II. PENDAHULUAN (1:1-9)

A. Salam (1:1-3)

B. Ucapan Syukur (1:4-9)

III. PERPECAHAN DALAM JEMAAT (1:10 – 4:21)

A. Fakta Perpecahan (1:10-17)

B. Sebab Perpecahan (1:18-4:5)

C. Teguran terhadap yang Berpihak (4:6-21)

IV. PERSOALAN MORALITAS DALAM JEMAAT (5:1-6:20)

A. Tentang Percabulan (5:1-13)

B. Tentang Penuntutan Perkara (6:1-11)

C. Nasihat Mengenai Percabulan (6:12-20)

V. MASALAH-MASALAH DALAM JEMAAT (7:1-15:58)

A. Perkawinan (7:1-40)

B. Kebebasan Orang Kristen dan Batas-batasnya (8:1-11:1)

C. Kebaktiam Umum (11:2-14:40)

D. Hal Kebangkitan (15:1-58)

VI. HAL-HAL LAIN (16:1-24)

A. Bantuan untuk Jemaat di Yerusalem (16:1-4)

B. Rencana Kujungan Paulus dan Timotius (16:5-12)

C. Nasihat Terakhir dan Salam (16:13-124)

Page 4: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 4

EKSPOSISI 1 KORINTUS

I. PENGANTAR

A. Kota Korintus

A.1 Secara Geografis

Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, merupakan kota metropolitan Yunani

yang terkemuka pada zaman Paulus. Terletak di tempat yang strategis dan

penting, yaitu terletak di tengah, yang menjembatani Yunani Utara dengan

Peloponesus. Letaknya ialah di antara Teluk Korintus dan Teluk Sardonis

(bagian selatan negara Yunani). Oleh karena di sebelah timur dan barat

teluk itu terbentang laut, maka Korintus menjadi pusat perdagangan antara

negara-negara timur dan barat. Sekaligus menjadi kota yang angkuh secara

intelek, kaya secara materi dan bejat secara moral. Segala macam dosa

merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.

Kota itu mempunyai dua pelabuhan, yang satu menghadap ke timur, dan

yang lain menghadap ke barat, yakni Lekheum, 2,5 km sebelah barat

di teluk Korintus, yang dihubungkan dengan kota Korintus oleh tembok-

tembok yang panjang; dan Kengkrea, 14 km sebelah timur. Hampir semua

kapal, baik kapal perang maupun kapal perdagangan harus melewati kota

itu.

Segi lain yang menarik bagi penghuninya adalah pegunungan Akro Korintus

yang berwarna coklat yang menjulang 1.875 kaki (566 m) di belakang kota

itu. Batu karang yang curam, dengan puncaknya yang datar ini berfungsi

sebagai menara pengintai untuk mengawasi musuh. Juga merupakan suatu

tempat pengungsian. Nama Korintus berasal dari tempat itu. Korintus

berarti pengawasan atau penjagaan.

A.2 Secara Historis dan Politis

Kota Korintus dibinasakan oleh tentara Romawi pada tahun 146 S.M

dibawah pimpinan panglima Mummius, disebabkan karena Korintus

mempelopori suatu pemberontakan orang Yunani melawan orang Romawi.

Setelah sekitar 100 tahun ditinggalkan sebagai puing-puing oleh Romawi,

maka antara tahun 44 – 50 S.M Kaisar Yulius membangun kembali kota itu.

Tidak lama sesudah dimusnahkan, Korintus dijadikan ibukota propinsi

Akhaya (Kis. 18:12). Sebabnya ialah bahwa Korintus dianggap strategis

baik dari segi militer maupun dari segi perdagangan.

Kota Korintus tetap menjadi kota penting hingga tahun 1.458 M ketika

direbut oleh Turki. Pada tahun 1.558 M kota itu dimusnahkan oleh gempa

bumi yang dahsyat dan tidak dibangun kembali. Orang-orang yang terluput

Page 5: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 5

membangun kotanya di pantai teluk Korintus yang berada beberapa kilo

meter ke sebelah timur laut.

A.3 Segi Agama

Pengaruh agama terhadap penduduk Korintus sangat kuat, bahkan agamalah

yang akhirnya menyebabkan kejahatan mereka bertambah-tambah. Mereka

menyembah dewi Aproditus, disediakan seribu perempuan sundal yang

dianggap keramat dan melayani hawa nafsu para penyembah. Maka kota

Korintus sangat strategis untuk pekabaran Injil. Penduduknya cerdik pandai

(oleh karena pengaruh ilmu pengetahuan Yunani), cukup kaya, oleh karena

usaha dagang, tetapi bermoral buruk. Tentunya Paulus memandang

Korintus sebagai kota yang sangat membutuhkan Injil, tetapi juga sebagai

pusat untuk pekabaran Injil melalui perantaraan penduduknya yang selalu

bepergian.

Dengan adanya agama yang demikian, maka Korintus juga disebut kota

kenajisan dan “Kota Main Korintus” yang berarti kota untuk berbuat zinah.

A.4 Penduduk Kota Korintus

Kota Korintus banyak dihuni oleh para pendatang dari orang Romawi,

orang Yunani asli dan orang-orang dari bangsa-bangsa Timur, termasuk

orang Yahudi (Kis. 18:4) cukup besar, kerana mereka mempunyai Sinagoge

(rumah ibadah). Menurut hukum Yahudi harus ada paling sedikit 10 kepala

keluarga untuk membangun Sinagoge.

B. Jemaat Korintus Jemaat di Korintus didirikan pada waktu Perjalanan Misi Paulus yang kedua

(Kis. 18:1-17). Waktu itu Paulus tinggal kurang lebih 1,5 tahun di sana

(sekitar tahun 50 M s/d 51 M). Paulus tinggal di rumah Akwila dan Priskila

dan mulai mengabarkan Injil di rumah ibadat orang Yahudi setiap hari

Sabat. (Kis. 18:4).

Setelah mengalami pertentangan dari orang Yahudi, Paulus menaruh

perhatian kepada bangsa-bangsa lain dengan mengadakan kebaktian rumah

tangga di sebuah rumah (TitiusYustus) yang berdampingan dengan rumah

ibadat. Banyak orang menjadi percaya, termasuk juga kepala rumah ibadat.

Sebagaimana disebutkan dalam Kis. 18:8 bahwa “banyak orang Korintus,

yang mendengar pemberitaan Paulus, menjadi percaya dan memberi diri

dibaptis”.Dalam pelayanan itu Paulus mengalami banyak bahaya dan

pergumulan, khususnya dari pihak Yahudi. Tetapi Tuhan menguatkan dia

melalui suatu penglihatan (Kis. 18:9-).

Setelah selama satu setengah tahun ia tinggal di Korintus, Paulus

meninggalkan Korintus sudah ada satu jemaat yang mandiri. Kebanyakan

anggota jemaatnya berlatar belakang agama kafir. Umumnya mereka

berasal dari tingkat sosial rendah seperti budak dan karyawan (1 Kor. 1:26).

Ada juga dari kalangan atas, seperti Krispus (kepala rumah ibadah Yahudi

[Kis. 18:8] ) dan Erastus, bendahara negri yang mengirim salam kepada

Page 6: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 6

jemaat di Roma ketika Paulus menulis surat Roma di Korintus (Roma

16:23). Kemudian Apolos melayani mereka.

C. Penulis Surat 1 Korintus Setidaknya ada dua bukti bahwa penulis surat 1 Korintus adalah Rasul

Paulus. Pertama, bukti internal. Dari pernyataannya sendiri ini tak perlu

diragukan lagi bahwasannya penulisnya adalah Paulus, “Dari Paulus yang

oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus dan dari

Sostenes saudara kita” (1 Kor. 1:1)

Kedua, bukti eksternal, di mana beberapa tokoh sejarah gereja yang

mengakui kebenaran ini antara lain Clement dari Roma (kira-kira tahun 94

M), Ignatius (110 M), Polykarpus (yang mati syahit sekitar tahun 156 M),

bidat Marcion (150 M)

D. Waktu dan Tempat Penulisan Surat 1 Korintus ditulis Rasul Paulus menjelang akhir persinggahannya

di Efesus, karena ia telah menyusun rencana untuk meninggalkan Asia

dan mengadakan perjalanan kunjungan yang lebih lama ke Makedonia

dan Akhaya (1 Kor. 16:5-7). Kemungkinan ditulis selama musim dingin

atau musim gugur, karena ia berbicara mengenai tinggal di Efesus hingga

hari Pentakosta, kira-kira tahun 55 Masehi.

E. Penerima Surat 1 Korintus Bukti otentik yang tertulis dalam 1 Korintus 1:2, menunjukkan bahwa

secara khusus penerima surat 1 Korintus adalah jemaat Allah di Korintus

dan secara amum surat ini ditujukan bagi semua orang yang percaya

di seluruh dunia yang kepada Yesus

“… kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam

Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan

semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus

Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.”

F. Penulisan Surat Korintus Selama satu setengah pelayanannya di Korintus, Paulus, banyak mengalami

berbagai tantangan dan bahaya serta pergumulan khususnya dari pihak

orang-orang Yahudi. Kendatipun demikian banyak yang percaya kepada

Yesus. Pada saat Paulus meninggalkan Korintus, sudah ada satu jemaat

yang mandiri; di mana pelayanannya dilanjutkan oleh Apolos.

Selanjutnya, bagaimana hubungan Paulus dengan mereka?

Berdasarkan beberapa ayat yang tersebut di bawah ini, menunjukkan bahwa

Paulus tetap peduli melayani mereka. Berikut hubungan Paulus dengan

jemaat Korintus.

Paulus menulis surat yang sekarang disebut “Surat yang Terdahulu”.

Meskipun surat itu sudah hilang sekarang, namun dari 1 Kor. 5:9-11

Page 7: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 7

dapat dilihat bahwa isinya berupa nasehat Paulus tentang orang-orang

yang bermoral buruk.

Paulus mendengar bahwa jemaat Korintus salah faham tentang isi Surat

yang Terdahulu itu, dan pada waktu yang sama Paulus juga menerima

laporan yang dibawakan oleh orang-orang dari keluarga Kloe. Maka

dia menulis surat lagi, yang sekaranmg kita kenal sebagai “Surat 1

Korintus”.

Paulus kemudian mendengar laporan-laporan lagi yang kurang baik

tentang keadaan jemaat Korintus, maka dia mengadakan kunjungan

ke sana, yang ternyata menjadi suatu pengalaman pahit bagi Paulus

(maka disebut “Kunjungan Dukacita”) 2 Kor. 2:1.

Sepulang dari Korintus, dengan hati yang sedih Paulus menulis surat

lagi yang cukup keras isinya (2 Kor. 2:3,4) – disebut “Surat yang

Berat”, dan sekarang sudah hilang.

Setelah mendengar berita bahwa jemaat Korintus menerima Surat yang

Berat itu dengan sikap yang baik, Paulus menulis surat yang kita kenal

sekarang sebagai “Surat 2 Korintus”.

Ada kemungkinan Paulus sekali lagi mengunjungi Korintus untuk

ketiga kalinya, yaitu waktu dia sedang pergi ke Yerusalem, dimana

akhirnya dia ditangkap dan ditahan.

G. Alasan Penulisan Surat 1 Korintus Ada dua hal utama yang menyebabkan Paulus menulis surat ini:

1. Karena laporan yang diterimanya dari orang-orang keluarga Kloe (1:11;

5:1) tentang:

Perselisihan/perpecahan jemaat menjadi beberapa golongan

Perbuatan sumbang antara orang sekeluarga – seorang laki-laki

dengan istri ayahnya

Perkara-perkara pengadilan antara saudara-saudara seiman

Kebebasan orang Kristen disalahgunakan

Perjamuan Kudus disalahgunakan

2. Karena surat yang diterimanya langsung dari jemaat Korintus (7:1; 16:7)

tentang:

Perkawinan dan hidup bujangan

Makanan yang berupa persembahan berhala

Pakaian dan peranan wanita dalam kebaktian

Karunia-karunia Roh

Arti daripada kebangkitan tubuh

Paulus menulis Surat 1 Korintus untuk menjawab serta membetulkan

beberapa hal ini, dan karena itu surat ini merupakan ajaran yang sangat

praktis untuk kehidupan jemaat

Page 8: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 8

H. Ciri Khas Surat 1 Korintus Lima ciri utama yang menandai surat 1 Korintus adalah sebagai berikut:

1. Bila dibandingkan dengan kitab-kitab lain dalam Perjanjian Baru,

surat ini memiliki kekhususan, yakni lebih focus pada berbagai

persoalan. Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus,

Paulus memberikan prinsip rohani yang jelas dan kekal, di mana setiap

prinsip itu dapat diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat

(mis. 1Kor 1:10; 1Kor 6:17,20; 1Kor 7:7; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:31-32;

1Kor 14:1-10; 1Kor 15:22-23).

2. Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh

Kristus, suatu fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan,

Perjamuan Kudus, dan karunia-karunia rohani.

3. Surat ini berisi pengajaran tentang berbagai pokok penting seperti

pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (1Kor 7:1-40); Perjamuan

Kudus (1Kor 10:16-21; 1Kor 11:17-34); berkata-kata dengan bahasa

Roh, nubuat, dan karunia rohani dalam perhimpunan bersama (1Kor

12:1-31; 1Kor 14:1-40); kasih agape (1Kor 13:1-13); dan kebangkitan

tubuh (1Kor 15:1-58).

4. Surat ini memberikan hikmat bagi para gembala sidang berhubungan

dengan disiplin gereja (1Kor 5:1-13).

5. Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman

oleh mereka yang berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan tidak

berpegang kepada Kristus dengan sungguh-sungguh (1Kor. 6:9-10;

1Kor .9:24-27;1Kor.10:5-12,20-21;1Kor.15:1-2).

II. PENDAHULUAN (1:1-9)

A. Salam (1:1-3) Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus

Yesus, dan dari Sostenes, saudara kita, 2 kepada jemaat Allah di Korintus,

yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil

menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang

berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan

Tuhan kita. 3 Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita,

dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.

Sesuai dengan kebiasaan orang Yunani pada abad pertama, Paulus

membuka suratnya dengan menyebutkan nama pengirim, nama penerima

dan salam.

1:1 Paulus menegaskan kedudukannya sebagai seorang rasul Yesus

Kristus. Jabatan rasul diberikan oleh Allah sendiri dan bukan karena

kehendaknya (bdk. Gal. 1:1-15)

Page 9: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 9

Sostenes Siapa dia? Ada yang berpendapat bahwa kemungkinan besar dia adalah

sekretaris Paulus yang menuliskan surat 1 Korintus. Hal ini tersirat dari

kata ganti “kami” yang muncul beberapa kali dalam surat ini. Tentunya,

Paulus pasti memiliki alasan lain ketika menyebutkan nama Sostenes,

karena di suratnya yang lain dia tidak menyebutkan nama sekretarisnya

(bdg. Rm. 1:1 dan 16:22). Terlepas dari sedikitnya data Alkitab yang ada,

Sostenes di sini tampaknya lebih tepat dilihat sebagai kepala rumat ibadat

orang Yahudi di Korintus ketika Paulus pertama kali mengabarkan Injil

di sana (Kis. 18:17).

1:2 Sebagai penerima surat, Paulus menyebut Jemaat Korintus sebagai

“Jemaat Allah”; yang “dikuduskan dalam Kristus Yesus”. Artinya mereka

dipisahkan, dikhususkan untuk melayani Kristus dan harus hidup sesuai

dengan kedudukan dan panggilan yang tinggi itu. Dalam hal ini mereka tidak

berbeda dari semua orang Kristen yang dipanggil untuk mengabdi kepada

Yesus sebagai Tuhan mereka.

1:3 Istilah “kasih karunia” adalah ucapan salam yang biasanya dipakai oleh

orang Yunani, dimana mereka biasanya menyampaikan dengan kata kairein

(kairein) yang berarti “kiranya kamu senang”. Tetapi Paulus

mengampaikannya dengan kata karis (karis) yang berarti “kasih karunia”,

yaitu mengingatkan kita akan karunia Allah oleh karena kasihnya, berupa

keselamatan dalam Yesus Kristus.

Istilah “damai sejahtera” adalah salam yang biasanya dipakai oleh orang

Yahudi. Kata asli dalam bahasa Ibrani adalah “shaloom” (shaloom). Bagi

orang Kristen, konsep ini berarti kita bukan saja hidup dalam keadaan tidak

cekcok, melainkan kita menikmati segala berkat dan kesejahteraan yang

berupa akibat/hasil keselamatan yang terdapat dalam Kristus. (Misal: kasih,

sukacita, dsb).

B. Ucapan Syukur (1:4-9)

Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih

karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus.

5 Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam

segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, 6 sesuai dengan

kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu.

7 Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karuniapun sementara

kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. 8 Ia juga akan

meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak

bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. 9 Allah, yang memanggil

kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita,

adalah setia.

Ucapan syukur Paulus difokuskan pada aspek kekinian (apa yang sekarang

ini telah dilakukan Allah melalui Kristus Yesus), sedangkan harapan Paulus

bersifat eskatologis (apa yang akan dilakukan Allah terus-menerus sampai

Page 10: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 10

akhir zaman).

Memperhatikan Sembilan ayat pertama dari 1 Korintus pasal 1, terlihat

bahwa pendahuluan surat Paulus sangat Theosentris dan Kristosentris.

Kata “Allah” secara eksplisit muncul 6 kali, tidak termasuk dalam beberapa

kata kerja yang secara jelas menunjukkan bahwa subjeknya adalah Allah.

Kata “Kristus” atau “Kristus Yesus” muncul 8 kali dalam bagian salam

pembukaan dan 6 kali dalam bagian ucapan syukur dan harapan.

Bagaimana cara rasul Paulus mengungkapkan syukur?

1:4, “senantiasa” Cara Paulus mengucap syukur secara terus-menerus

(bdk. 1Tes. 5:18). Kata yang dipakai dalam ayat ini untuk maka

“mengucap syukur” (eucaristw) dalam bentuk present tense, yang

menunjukkan tindakan yang dilakukan secara terus-menerus.

Dalam hal ini Paulus memberikan teladan bahwa ucapan syukur harus

menjadi gaya hidup orang Kristen.

Beberapa alasan yang membuat Rasul Paulus senantiasa mengucap

syukur kepada Allah:

1. Atas kasih karunia Allah yang dianugerahkanNya di dalam

Kristus kepada jemaat Korintus (1:4)

Kata “kasih karunia Allah” dalam Alkitab King James Version

“Grace of God” yang diterjemahkan dari Teks Alkitab Textus

Receptus “χαριτι του θεου” dalam bahasa Indonesia “anugerah

dari Allah”.

Kata “kasih karunia” (caris) dalam ayat 4 tampaknya merujuk

pada pemberian/karunia rohani. Arti ini didukung oleh konteks

dekat, khususnya ayat 5 yang menyebutkan karunia berkata-kata

dan pengetahuan (bdk. 1Kor. 12:8-10). Dari sini terlihat bahwa

karunia-karunia rohani (carisma/carismata) merupakan salah satu

bentuk kasih karunia (caris) Allah. Hubungan seperti ini terlihat

jelas dari Roma 12:6a “demikianlah kita mempunyai karunia

(carismata) yang berlain-lainan menurut kasih karunia (caris)

yang dianugerahkan kepada kita”.

2. Sebab di dalam Yesus, jemaat Korintus telah menjadi kaya dalam

segala macam perkataan dan pengetahuan, sesuai dengan

kesaksian tentang Kristus, yang telah ia sampaikan. (1:5,6)

Istilah “perkataan” berarti kesanggupan untuk memberitakan

kebenaran. Sedangkan “pengetahuan” berarti pengertian yang

dalam tentang kebenaran itu.

3. Karena jemaat Korintus tak kekurangan dalam suatu karuniapun

(1:7)

Page 11: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 11

4. Sekaligus meyakinkan jemaat Korintus bahwa Allah akan

meneguhkan mereka sehingga tak bercacat pada hari kedatangan

Kristus (1:8)

III. PERPECAHAN DALAM JEMAAT (1:10-4:21

A. Fakta Perpecahan (1:10-17)

1:11,12 Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari

keluarga Kloe tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu.

Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari

golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan

Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.

Dalam jemaat Korintus terjadi perpecahan, menjadi empat golongan:

Golongan pertama, mengakui Paulus sebagai kelapanya, mungkin karena

dialah orang yang pertama kali mengabarkan Injil di Korintus maka

dianggap bapa rohani mereka.

Golongan kedua, mengakui Apolos sebagai kepalanya. Memang Apolos

menyusul Paulus di Korintus (Kis. 18:24-28). Mungkin dia dapat menarik

perhatian orang Yahudi karena pengetahuannya tentang PL., dan menarik

perhatian orang Yunani karena dia fasih lidah. Tetapi Paulis menyebutnya

sebagai teman sekerja (1 Kor. 3:6; 16:12) dan tidak ada bukti sedikitpun

bahwa ajaran mereka bertentangan satu sama lain.

Golongan ketiga, mengakui Kefas/Petrus sebagai kepalanya, mungkin

karena dialah pemimpin murid-murid Yesus pada awalnya.

Golongan keempat, mengakui Kristus sebagai kepalanya, mungkin karena

mereka menganggap diri lebih benar dari golongan yang lain.

Bagaimana Nasihat Paulus?

1:10 Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita

Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di

antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati

sepikir.

Paulus mengawali nasihatnya dengan mengatakan, “saudara-

saudara”. Dalam surat-suratnya Paulus sering menggunakan istilah

ini (saudara). Tak terkecuali dalam suratnya kepada jemaat di

Korintus, ia menggunakan kata ini sebanya 36 kali dalam 1 Korintus

dan 14 kali dalam 2 Korintus. Melalui sapaan ini Paulus ingin

mengajarkan bahwa persaudaraan di dalam Kristus tidak akan dapat

Page 12: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 12

dibatalkan oleh apapun juga, termasuk oleh perbedaan pendapat

yang ada di antara mereka.

Paulus mendasarkan nasihatnya dengan mengatakan, “demi nama

Tuhan Yesus Kristus”, artinya nasehatnya itu sesuai dengan

kehendak Tuhan, dan kata ini memberikan gambaran bahwa

nasehatnya itu sangat penting, sebab itu jangan dianggap remeh.

Isi nasihatnya:

1. supaya kamu “seia sekata”

Menurut teks aslinya, nasehat ini diterjemahkan “supaya kamu

semua terus-menerus berkata (legete) yang sama” (KJV). Versi

yang lebih modern memilih “supaya kamu semua setuju” (satu

dengan yang lain) (NIV). Tense present yang dipakai

mengindikasikan bahwa hal ini harus menjadi gaya hidup

mereka, yang harus dilakukan secara terus-menerus.

2. Jangan ada “perpecahan” di antara kamu

3. Supaya kamu “erat bersatu dan sehati sepikir”

Terjemahan yang lebih hurufiah seharusnya supaya kamu

disempurnakan (katertismenoi) dalam pikiran (noi) yang sama

dan pandangan/penilaian (gnome) yang sama. Good News

Bible: “be completely united, with only one thought and one

purpose” Dengan demikian jelaslah bahwa mereka bukan hanya

perlu bersatu, tetapi persatuan itu harus sempurna.

B. Sebab-sebab Perpecahan (1:18-4:5)

1. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Hikmat

(1Kor 1:18-3:4)

Kata “sebab” di awal ayat 18 mengindikasikan bahwa ayat 18-25

memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan bagian sebelumnya.

Bagian ini merupakan penjelasan terhadap apa yang sudah disinggung

di ayat 10-17. Secara khusus, bagian ini menjelaskan ayat 17b “itu pun

bukan dengan hikmat perkataan supaya, salib Kristus menjadi sia-sia”.

Menurut Paulus ada dua jenis hikmat yaitu himat duniawi dan hikmat

rohani, ada dua juga jenis pengetahuan yaitu pengetahuan duniawi dan

pengetahuan rohani dan ada dua jenis manusia, manusia duniawi dan

manusia rohani (1Korintus 1:18-20 dan 2:6-16).

Perbedaan hikmat Allah dan hikmat manusia:

Kota Korintus adalah kota yang padat dan ramai, Yunani terkenal

dengan filsafat. Maka tidak heran jika penduduknya sangat mengagumi

filsuf serta menjunjung tinggi hikmat duniawi, tetapi hikmat duniawi

Page 13: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 13

tidak dapat memecahkan persoalan hal rohani (1 Kor 1:21-22b).

Wiersbe juga mengatakan bahwa salah satu penyebab perpecahan di

jemaat Korintus adalah karena jemaat Korintus memandang Injil dari

sudut pandang filsafat, dimana mereka ingin menonjolkan hikmat

mereka (manusia).

Sebagian jemaat Korintus bersentuhan dengan berbagai filsafat dunia

yang ada pada waktu itu. Mereka menganggap diri berhikmat. Ketika

mereka melihat kebenaran Injil dari perspektif hikmat duniawi ini,

mereka memandang rendah berita Injil yang dulu mereka terima.

Mereka juga mulai mengultuskan pemimpin rohani yang menurut

mereka sesuai dengan konsep mereka.

Bagaimana respons Paulus terhadap mereka yang menganggap diri

berhikmat dan melihat kebenaran Injil sebagai suatu kebodohan?

Paulus memberikan beragam respons.

1:18, “salib memang kebodohan bagi yang akan binasa”

Dalam ayat ini Paulus menjelaskan bahwa pemberitaan tentang salib

adalah kebodohan bagi yang mereka binasa (tois appolumenois).

Beberapa versi Inggris dengan tepat memilih terjemahan “those who

are perishing” (NIV). Orang-orang ini sedang mengalami kebinasaan.

(bdk. 2 Korintus 4:3 “jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga,

maka ia tertutup untuk mereka, yang akanbinasa”.

Setelah menjelaskan hal tersebut, Paulus menyatakan keyakinannya

tentang keselamatan jemaat Korintus. Hal ini tersirat dari kata ganti

“kita” di ayat 18b. Paulus tidak mengatakan “bagi mereka yang

diselamatkan” (bdk. ayat 18a), tetapi “bagi kita yang diselamatkan”.

Bentuk tense present yang dipakai di ayat ini menunjukkan bahwa

keselamatan orang percaya merupakan sesuatu yang sudah terjadi.

Orang percaya sudah diselamatkan di dalam Kristus Yesus.

Di ayat-ayat selanjutnya Paulus menerangkan bagaimana keselamatan

ini bisa terjadi, yaitu melalui perkenanan (ay. 21) dan panggilan Allah

(ay. 24).

1:19, Allah merendahkan orang-orang dunia yang berhikmat.

Karena ada tertulis: "Aku akan membinasakan hikmat orang-orang

berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan."

Ayat ini dikutip dari Yesaya 29:14

Dengan mengutip Yesaya 29:14 ini Paulus hendak mengajarkan

bahwa Allah merendahkan orang-orang yang menganggap dirinya

berhikmat (bdk. 1 Kor. 1:29). Sebaliknya, Allah justru memakai orang-

orang yang dianggap bodoh atau lemah oleh dunia (1Kor. 1:27-28).

Page 14: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 14

Oleh karena itu sudah seharusnya Jemaat Korintus tidak sombong

karena mereka juga akan diendahkan oleh Allah.

1:20,21, Allah membuat hikmat dunia menjadi kebodohan.

Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di

manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat

hikmat dunia ini menjadi kebodohan?

Paulus ingin menegaskan bahwa hikmat zaman ini bersifat sementara

(bdk. 7:31). Kenyataannya, Allah telah membuat hikmat seperti ini

menjadi kebodohan.

Di ayat 21 Paulus memberikan alasan mengapa hikmat dunia menjadi

kebodohan. Hikmat dunia ini tidak dapat menolong orang untuk

mengenal Allah (ay. 21a). Seberapa pun kepandaian manusia, hal itu

tidak menjamin bahwa dia mengenal Allah, karena pengenalan terhadap

Allah hanya dimungkinkan oleh karya Roh Kudus (2:6-16).

Bagaimana mungkin orang yang berhikmat malah tidak mengenal Allah

sedangkan yang bodoh justru percaya kepada Dia? Kuncinya terletak

pada kata “Allah berkenan menyelamatkan”. Di ayat 24 dijelaskan lebih

lanjut bahwa perkenanan Allah ini berhubungan dengan panggilan-Nya

untuk orang-orang pilihan (bdk. Rm. 8:29-30; Ef. 1:4; 2Tim. 2:9).

1: 27-31, Tujuan Allah memilih orang-orang yang dianggap rendah

oleh dunia. Dengan memaparkan status mayoritas jemaat Korintus yang

rendah menurut ukuran dunia, Paulus sekaligus ingin menonjolkan

anugerah Allah dalam memilih mereka. Status mereka yang rendah

menunjukkan bahwa pilihan atas hidup mereka tidak didasarkan pada

kebaikan atau kelebihan mereka. Mereka sebenarnya tidak layak untuk

dipilih, tetapi Allah berkenan memilih mereka (bdk. ay. 21b). Pola

pilihan seperti ini konsisten dengan cara kerja Allah di seluruh Alkitab

(bdk. Yak. 2:5).

Di samping itu, pemunculan kata “dipilih” yang berulang-ulang di ayat

27-28 memberi penekanan pada keaktifan dan inisiatif Allah dalam

proses pemilihan ini. Bukan mereka yang memilih Allah, tetapi Allah

yang memilih mereka (Yoh. 15:16). Allah telah memanggil mereka

(1Kor. 1:9) untuk menjadi orang-orang kudus (1Kor. 1:2). Allah telah

memanggil mereka sehingga mereka dulu dapat melihat Kristus sebagai

hikmat dan kekuatan Allah (1Kor. 1:24).

Apa tujuan Allah memberi anugerah kepada orang-orang yang

sebetulnya tidak layak untuk menerima hal itu?

Dalam ayat 27-31 Paulus menjelaskan dua tujuan utama pemilihan

berdasarkan anugerah. Pertama, untuk memalukan orang-orang yang

Page 15: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 15

berhikmat (ay.27). Kedua, supaya jangan ada seorang pun yang

memegahkan diri di hadapan Allah (ay.29). Sebaliknya Paulus

menasihati seraya mengutif Yeremia 9:24, “Barangsiapa yang

bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.”

2:1-4, merupakan penegasan Paulus bahwa kedatangannya ke Korintus

tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk

menyampaikan kesaksian Allah. Bahkan, ia mengakui bahwa ia datang

dengan kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. Baik dalam

perkataan maupun dalam pemberitaannya tidak ia sampaikan dengan

kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan

kekuatan Roh.

2:5, apa tujuan Paulus berlaku demikian (2:1-4)? “supaya iman kamu

jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah”

2:6-16, kendatipun diakuinya bahwa kedatangan tidak dengan hikmat,

namun Pauilus mengakui kedatangannya memberitakan hikmat, yakni

hikmat yang bukan dari dunia. Maksudnya?

2:6 ”sungguhpun demikian”

ini sebuah kebalikan dari 1 Kor 1:17; 2:1,4 – tidak datang

dengan kata-kata hikmat#

tetapi dalam ayat ini Paulus menegaskan bahwa iapun

memberitakan hikmat kepada yang telah matang (bdk.Punya

pengenalan yang benar tentang anak Allah – dewasa dalam

Yesus (Ef 4:13) dan bukan lagi seperti anak-anak.

2:7 yang kami beritakan ialah hikmat Allah”, yakni Kristus (bdk

1:24). Dia adalah rahasia yang tersembunyi (Kol 1:26,27) yang telah

ditentukan, ditetapkan sebelum dunia dijadikan

2:7 ”...sebelum dunia dijadikan”. Hal ini menunjukkan bahwa

eksistensi hikmat Allah (yakni Kristus) keberadaanNya ialah sejak

kekekalan; dan Dia adalah hikmat Allah yang tersembunyi dan

rahasia. Dialah yang Allah sediakan bagi kemuliaan kita. Itulah

sebabnya Paulus terpanggil untuk memberitakan, supaya kemuliaan

Allah itu sampai dan menjadi milik kita (bdk. Kol 3:4 - hari ini

Kristus adalah hidup kita; tetapi kelak adalah kemuliaan kita (Kol

1:27); Allah telah memanggil kita kepada kemuliaan ini (1 Pet 5:10)

dan akan memimpin kita masuk ke dalam kemuliaan ini ( 1br 2:10).

Page 16: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 16

3:1-4 Keadaan Rohani dari Jemaat Korintus

Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara

dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan

manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. 2 Susulah yang

kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum

dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat

menerimanya. 3 Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika

di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu

menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup

secara manusiawi? 4 Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari

golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos,"

bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang

bukan rohani?

Paulus berulangkali menyapa dengan “manusia duniawi,” kata manusia

duniawi dalam bahasa Yunani adalah Sarkikos, dari kata dasar sark

yang artinya daging, jadi arti dari kata manusia duniawi adalah manusia

yang bersifat kedagingan, yang hidup menurut daging, yang hidup

didalam daging, dan dibalik arti dari kata sarkikos tersirat suatu arti

yang lain yaitu lemah dan hal itu diperkuat dari perkataan Paulus yang

selanjutnya yaitu istilah belum dewasa.

Paulus menegur mereka dengan tajam, dimana menurut Paulus bahwa

mereka masih manusia duniawi karena mereka masih ada iri hati, dan

perselisihan. Tampaknya sifat keduniawian mereka membuat mereka

menjadi bandel dan menolak pengajaran yang benar.

Mengapa Paulus menyapa mereka dengan manusia duniawi:

a. Mereka belum dewasa secara rohani (1Korintus 3:1a)

b. Pemahaman rohani mereka masih dangkal (1Kor 3:2)

c. Tingkah laku mereka masih seperti orang dunia.

2. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Hamba Tuhan

(1Kor 3:5-4:11)

Alasan yang kedua yang menyebabkan terjadinya perpecahan adalah

salah pengertian tentang hamba Tuhan. Jemaat Korintus tidak

menyadari bahwa para pelayan Tuhan tidak lebih dari seorang hamba

yang melayani Allah dan sesungguhnya yang bekerja adalah Allah.

Dan oleh karena itu yang dimuliakan juga adalah siapa yang dilayani

bukan yang melayani. Bukan hamba Tuhan yang dipuji tetapi Allah lah

yang dipuji.

Pandangan yang benar Terhadap Hamba Tuhan

a. Hamba Tuhan artinya adalah pesuruh Tuhan yang harus

tunduk secara mutlak kepada Tuhan untuk pergi memberitakan

Injil. Mereka memberitakan Injil masing-masing menurut jalan

yang Tuhan berikan kepadanya (3:5). Artinya bahwa hamba

Page 17: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 17

Tuhan mengerjakan tugas masing-masing dari apa yang

ditetapkan oleh Tuhan sebagai seorang pesuruh. Dengan kata lain,

hamba Tuhan tidak lain adalah instrumen bukan penentu

keselamatan. Iman kepada Tuhan Yesus selalu adalah hasil

pekerjaan Allah (2:10; 13:3).

b. Hamba Tuhan ibarat seorang petani (3:6). Paulus mengatakan

baik dirinya mupun Apolos adalah seperti petani. “Aku

menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi

pertumbuhan. 7 Karena itu yang penting bukanlah yang

menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi

pertumbuhan.” Dalam 1 Kor 3:9 Jemaat diibaratkan seperti

ladang Allah, hamba Tuhan sebagai rekan sekerja Allah untuk

menanam, menyiram serta menuai. Tentunya hasilnya adalah

kepunyaan pemilik ladang itu. Sehingga pekerja tidak perlu

mnyombongkan diri.

c. Hamba Tuhan sebagai Ahli bangunan (1Kor 3:9-10).

Paulus mengatakan bahwa ia seorang ahli bangunan, dan orang

lain membangun diatasnya. Semuanya adalah pekerja Allah.

(1Kor 3:16-17) semuanya merupakan rumah Roh Allah. Dengan

kata lain, pemilik rumah itu adalah Allah sendiri dan jika sudah

selesai akan diberikan kepada pemiliknya.

d. Hamba Tuhan adalah pelayan (4:1-2). Kata pelayan dalam hal

ini lebih tepat diterjemahkan sebagai pengurus rumah. Lebih

lanjut pelayan disini dimaksudkan seperti seorang yang dipercaya

untuk mengatur rumah tangga majikannya. Jadi hamba Tuhan

adalah mengatur rumah Tuhan atau gereja.

e. Hamba Tuhan adalah seorang tahanan yang tidak memiliki

kebebasan untuk melakukan apa yang ia mau (4:9). Paulus

mengatakan bahwa para rasul berada di posisi yang rendah,

seperti orang yang telah dijatuhi hukuman mati (2Timotius 2:9).

Dengan kata lain ia tidak mempunyai kebebasan sendiri, bahkan

ia harus menderita secara fisik maupun emosi (2Kor 4:11-13).

Dalam I Korintus 4:11 Paulus memaparkan suatu penderitaan

kepada kita.

Hamba Tuhan kelak akan diperhadapkan ke tahta

pengadilan (1Korintus 3:10-15; band 2Kor 5:10). Suatu hari

kelak tiap orang Kristen akan menghadap tahta pengadilan

Kristus. Ini bukan berarti suatu penghakiman keselamatan,

menghadap tahta pengadilan Kristus adalah perihal penentuan

upah, pahala atau mahkota.

Page 18: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 18

Bagaimanakah Hamba Tuhan itu akan dihakimi:

a. Tuhan menilai apakah hamba Tuhan itu telah meletakkan

dasar rumah itu diatas dasar Kristus (3:11). Yesus Kristus

merupakan fondasi gereja dan dasar kepercayaan orang

Kristen (Kis 4:11-12; 1Pet 2:6 – Yesus disebut sebagai

batu penjuru) jadi dasar pemberitaan seorang hamba

Tuhan sejati adalah apakah ia memberitakan dan membuat

pesan utamanya tentang Kristus yang disalibkan

(1Korintus 2:2).

b. 1Korintus 3:12 adalah merupakan dasar yang kedua –

yang dimaksudkan disini adalah emas, perak, batu

permata; yang merupakan suatu bahan yang kuat dan yang

tahan uji. Dan disini emas perak, batu permata dapat

melambangkan Firman Tuhan yang murni (Mazmur

19:10-11; Maz 119:72;127).

c. 3:10b –“tiap-tiap orang harus memperhatikan” ini

mempunyai arti bahw setiap orang yang membangun atau

melayani dalam pemberitaan Injil, jangan melakukannya

dengan sembarangan saja. Dan mereka harus

melakukannya setia kepada Tuhan.

d. Pahala/upah yang disediakan Tuhan bagi hamba-

hambanya, baik bagi yang menanam, maupun yang

menyiram adalah sama.

3. Teguran Terhadap Mereka Yang Berpihak-Pihak (4:14-21)

Pada bagian ini Paulus menyatakan kepada jemaat Korintus bahwa

dirinya sebagai bapa rohani mereka. Dia menyebut jemaat Korintus

sebagai “anak-anakku yang kukasihi” (4:14), sama seperti dia

memanggil Timotius (4:17). Pada ayat 15 dia secara khusus

menyatakan hubungannya yang unik dengan jemaat Korintus yang tidak

dimiliki oleh para pemimpin yang lain, yaitu dia sebagai bapa rohani

mereka. [ Sebagai bapa, Paulus tidak memiliki keinginan untuk mempermalukan

jemaat (4:14). Selanjutnya dia menjelaskan mengapa dia adalah bapa

bagi mereka (4:15).

Setelah menegaskan relasinya yang unik dengan jemaat Korintus dalam

gambaran bapa-anak, Paulus lalu menarik konsekuensi dari hubungan

seperti ini. Sebagai bapa dia berhak menuntut untuk diteladani (16-17,

bdk. ay. 16 “sebab itu...”). Dia juga berhak untuk mendisiplin anak-

anak rohaninya jika dipandang perlu (18-21).

Page 19: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 19

Pada 4:14 kita temukan kata “Yang Kukasihi” ini menunjukkan

betapa Paulus menegur mereka adalah karena kasihnya saja. Paulus

juga memmemberikan perbandingan antara ia dengan guru-guru

yang lain (1Korintus 4:15).

Dalam pasal 4:16, Paulus mengatakan “Turutilah teladanku,”

sesunguhnya ini bukan sikap menyombongkan diri, tetapi ia ingin

agar semua jemaat itu hidup seperti bagaimana Paulus hidup di

dalam Kristus.

1 Korintus 4:17 – Paulus akan mengutus Timotius ke jemaat

Korintus (band Kis 19:21-22). Paulus menyebut Timotius sebagai

“anakku yang kukasihi” 1Timotius 1:2, ia menyapa Timotius

sebagai anakku yang sah. Semuanya maknanya sama, yaitu anak

rohani. Latar belakang Kis 16:1-3, Paulus memilih Timotius

sebagai rekan kerjanya yang berasal dari Listra. Pada perjalanan

misi Paulus yang pertama, ia sudah menjadi orang Kristen, sampai

perjalanan misi Paulus Paulus yang kedua ia dijadikan sebagai

rekan kerjanya untuk memberitakan Injil ketempat-tempat yang

lain.

1 Korintus 4:18-19 – Paulus memberitahukan bahwa ia akan

mengunjungi jemaat Korintus.

4:18 – di antara mereka ada yang sombong, mereka mengira rasul

Paulus tidak berani kesana. Maka Paulus memberikan pernyataan

bahwa meskipun ia berencana akan datang kepada mereka, namun

semua tergantung dari kehendak Tuhan (4:19b “kalau Tuhan

menghendaki”).

4:19c –Maksudnya: Paulus akan kesana, ia mau mengetahui bukan

mengenai kesombongan mereka, tetapi mengenai sampai dimakah

kusa rohani mereka.

1 Korintus 4:20-21 –Sebagai bapa, Paulus berhak mendisiplin

anak-anaknya, terutama yang sombong dan mulai kurang ajar

dengan dia. Kata Yunani di balik kata “cambuk” merujuk pada

sebuah tongkat (KJV). Benda ini merupakan simbol dari cara

pendisiplinan yang keras (2Sam. 7:14; Ams 10:13; 13:24; 22:15;

23:13-14; 29:15, 17).

Page 20: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 20

IV. PERSOALAN MORALITAS DALAM JEMAAT(5:1-6:20)

A. Tentang Percabulan (5:1-13)

Dalam 1 Korintus 5:1, dijelaskan bahwa ada orang yang hidup bersama-

sama (percabulan) dengan istri ayahnya atau ibu tirinya.

Dan jika melihat 5:2, kita melihat ada sesuatu yang ironis. Yaitu sikap

jemaat Korintus yang toleran terhadap perzinahan. Dari ini kita melihat

bahwa dalam pasal 5:1-13 ini ada dua permalahan: pertama, adanya doa

perzinahan dan yang kedua adanya sikap toleran jemaat terhadap

percabulan.

Menyaksikan ada jemaat yang berbuat cabul itu, mereka bukannya menegur,

tetapi mereka justru menyombongkan hal itu (5:2, 6).

Apa yang dinasihatkan Paulus kepada jemaat yang membiarkan

dosa/bahkan toleran terhadap dosa?

5:2 - Kepada mereka Paulus memberi nasehat agar “berdukacita” dan

“menjauhkan orang itu” dari tengah-tengah mereka.

Nasehat berdukacita karena dosa merupakan pesan umum dari para

rabi (Yes. 13:6; Yer 4:8) maupun para rasul (Yak. 4:9; 5:1). Yesus

pun menjanjikan berkat bagi mereka yang berdukacita karena dosa

(Mat. 5:4). Konsep yang sama diajarkan Paulus di kemudian hari

kepada jemaat Korintus (2Kor. 7:10-11; 11:29).

Paulus memberi petunjuk untuk memberi tindakan kepada

perlakuan yang tidak menunjukkan moral Kristiani tersebut:

a. 5:5, “orang itu harus diserahkan kepada Iblis”

o Bagaimana cara melakukan hal ini?

o Apa tujuan tindakan ini?

b. Paulus mengatakan bahwa orang yang melakukan dosa semacam

itu “harus dijauhkan dari tengah-tengahmu” (5:2),

c. Mengapa harus dijauhkan?

Supaya ia tidak menjadi seperti RAGI yang akan mengkhamirkan

semua adonan (5:6).

o Dalam literatur Yahudi, RAGI adalah sebuah pengaruh

jahat

o Orang Yahudi mengindentifikasikan peragian dengan

pembusukan

Dalam Firman Tuhan ragi selalu diidentikkan dengan dosa.

Jadi maksud Paulus disini adalah bahwa jika jemaat Korintus

membiarkan dosa kecil masuk kedalam jemaat maka itu akan

merusakkan semua jemaat itu. (ayat 6-8; bdk. Mat 16:6,11,12;

Mark 8:15).

Page 21: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 21

B. Tentang Penuntutan Perkara (6:1-11)

Bila kita memperhatikan dengan seksama 1 Korintus 6:1-11, kita akan

mendapati bahwa fokus pembahasan Paulus bukan terletak pada masalah

perselisihan antara jemaat, tetapi lebih pada kesalahan mereka dalam

menyikapi perselisihan itu. Adanya perselisihan memang merupakan

kekalahan dan sekaligus kesalahan (6:7), tetapi yang lebih salah lagi adalah

kesalahan dalam menyikapi hal itu, yaitu melibatkan orang dunia untuk

menyelesaikan masalah antar jemaat (6:1, 5-6).

1. 6:1-6, menindaklanjuti adanya orang-orang dalam jemaat Korintus yang

mencari keadilan di luar jemaat, Paulus memberikan penjelasan bahwa

hal itu selayaknya tidak perlu dilakukan. Mengapa?

a. Orang kudus akan menghakimi dunia (6:2)

Tindakan seorang jemaat yang menyeret sesama saudara seiman

untuk dihakimi orang dunia merupakan tindakan yang

bertentangan dengan status orang percaya di akhir zaman.

Mereka nanti akan menghakimi dunia, sehingga sangat

tidak pantas jika mereka sekarang justru meminta dunia

untuk menghakimi mereka. Memang orang percaya

sekarang tidak berhak menghakimi dunia (5:12-13), tetapi

hal itu tidak berarti bahwa kita boleh menyerahkan diri

untuk dihakimi oleh dunia. Kitalah yang akan menghakimi

mereka, bukan sebaliknya!

Baca juga Wahyu 20:4 “...kepada mereka diserahkan

kuasa untuk menghakimi...mereka hidup kembali dan

memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus

untuk masa seribu tahun”. Karena kita akan

memerintah bersama dengan Kristus (2Tim. 2:12; Why.

22:5) yang akan menghakimi dunia, maka dalam taraf

tertentu kita juga berpartisipasi dalam penghakiman itu.

Jika orang-orang kudus pasti akan menghakimi dunia, maka jemaat

Korintus seharusnya sanggup mengurus “perkara-perkara yang

tidak berarti” (kritērion elacistōn, 6:2b).

Paulus tidak sedang menggampangkan semua masalah yang

ada. Dia hanya ingin mengajarkan bahwa dibandingkan

dengan kemuliaan orang percaya nanti, maka semua perkara

duniawi adalah hal-hal yang sama sekali tidak berarti.

b. Orang kudus akan menghakimi para malaikat (6:3-4)

Paulus tidak memberikan penjelasan tentang identitas dari

malaikat yang ia maksud.

Page 22: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 22

Berdasarkan beragam teks Alkitab yang mengajarkan bahwa

Allah akan menghakimi para malaikat yang jatuh, maka kita

bisa mengatakan bahwa orang-orang kudus yang memerintah

bersama Allah juga termasuk yang menghakimi para malaikat

itu.

Di sisi lain, Alkitab tampaknya memang mengajarkan bahwa

manusia lebih daripada semua malaikat. Manusia adalah yang

termulia di antara semua ciptaan (Mzm. 8), sekalipun dalam

teks ini tidak ada indikasi yang jelas bahwa “ciptaan”

mencakup para malaikat. Ibrani 2:16 menyatakan bahwa

Allah mengasihi keturunan Abraham daripada para malaikat.

Allah tidak menebus malaikat yang jatuh ke dalam dosa,

tetapi hanya umat pilihan. Para malaikat bahkan sangat ingin

mengetahui kabar baik tersebut (1Ptr. 1:12) dan mereka

diutus sebagai roh-roh yang melayani orang percaya (Ibr.

1:14).

Jika orang-orang kudus akan menghakimi para malaikat (6:3a),

maka mereka seharusnya mampu menangani “perkara-perkara

biasa dalam hidup kita sehari-hari” (6:3b).

Dengan ini Paulus ingin mengajarkan bahwa dibandingkan dengan

status eskhatologis orang percaya yang sangat mulia, semua perkara

yang mereka persoalkan secara hukum hanyalah hal-hal yang sepele,

tidak perlu dibawa ke luar dari jemaat.

2. 6:7-11 Paulus menegur mereka bahwa orang Kristen tidak patut kalau

saling menggugat. Karena seharusnya sebagai orang percaya mereka

tidak boleh saling menggugat; seraya berkata:

6:7 Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap

yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu

tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu

tidak lebih suka dirugikan?

6:8 Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu

sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap

saudara-saudaramu.

6:9 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak

adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah?

Page 23: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 23

C. Nasihat Mengenai Percabulan (6:12-20)

Dalam pendahuluan kita telah mempelajari bahwa kota Korintus adalah kota

yang bobrok secara moral atau cabul. Dan pada fasal ini kita melihat bahwa

sekalipun jemaat Korintus sudah menjadi Kristen tetapi kebudayaan tersebut

masih tetap mempengaruhi mereka sehingga Paulus harus memberitahukan

penjelasan tentang kemerdekaan bagi orang Kristen.

1. Orang Kristen tidak terikat oleh peraturan atau hukum seperti orang

Yahudi. Kita diselamatkan oleh kasih karunia dan dibebaskan dari

hukum yang mematikan (Roma 7:9-11), tetapi kebebasan itu tidak

berarti kita boleh melakukan segala hal menurut keinginan kita

sendiri, sebab tidak semua hal berguna untuk membangun iman kita.

Sebaliknya ada hal-hal yang justru dapat memperhambakan kita pada

dosa, sehingga hal-hal semacam itu harus kita hindari.

2. Kemerdekaan kita adalah dimana Kristus telah membebaskan kita dari

perbudakan dosa. Jadi kita tidak mempunyai kebebasan untuk

melakukan dosa, apalagi diperhamba dosa. Jadi melakukan percabulan

adalah pelanggaran atas kemerdekaan itu.

6:12 Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya

berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak

membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.

3. 6:13-20 Nasihat Paulus terhadap jemaat yang hidup dalam

percabulan:

a. 6:13, tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk

Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.

b. Mengapa tidak diperbolehkan hidup dalam percabulan?

6:15 tubuh kita adalah anggota tubuh Kristus

6:19 tubuh kita adalah bait Roh Kudus, dan “kamu bukan

milik kamu sendiri”

6:13 oleh karena itu sudah selayaknya kita gunakan tubuh

ini untuk Tuhan

c. Peringatan dan penegasan Paulus

6:16 awaslah: siapa yang mengikatkan dirinya pada

perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab,

demikianlah kata nas: "Keduanya akan menjadi satu

daging." (Kej 2:24)

6:17 Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan,

menjadi satu roh dengan Dia.

6:18 Jauhkanlah dirimu dari percabulan!

6:20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas

dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Bdk 1Kor 7:23)

Page 24: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 24

V. MASALAH-MASALAH DALAM JEMAAT (7:1-15:58) Pasal 7:1 sampai pasal 15 berisi mengenai berbagai pertanyaan jemaat Korintus

dan jawaban Paulus terhadap pertanyaan tersebut.

A. Soal Perkawinan (7:1-40) Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian pendahuluan, bahwa jemaat

Korintus bersifat campur budaya, ada dari budaya Yunani, Roma dan Yahudi

masing-masing mereka mempunyai pengertian sendiri-sendiri tentang

perkawinan. Selain itu kota Korintus dikenal sebagai kota cabul, sehingga

jemaat harus menjaga diri supaya tidak terpengaruh.

Disamping itu ada dua pengajaran ekstrim yang berkembang pada masa itu

tentang perkwinan dan seksualitas. Pertama, pandangan Liberal terhadap

hubungan sex adalah sama seperti nafsu makan (tidak dianggap dosa dan

merupakan kebutuhan yang harus dipuaskan bagaimanapun caranya). Kedua,

pandangan yang mengatakan bahwa hubungan seks adalah dosa dan najis.

Oleh karena itu jemaat Korintus menjadi bingung dan bertanya kepada Paulus

tentang hal ini. Berikut jawaban rasul Paulus tentang berbagai pertanyaan

mereka.

1. Tentang Perkawinan dan Hidup Membujang (7:1-9)

Bagian yang dicatat pada bagian ini merupakan jawaban Paulus atas surat

atau pertanyaan yang diajukan jemaat Korintus (7:1a).

7:1, Paulus mengatakan bahwa “tidak kawin adalah baik”!

Benarkah bahwa pernyataan Paulus ini merupakan penegasan yang ia

maksudkan secara universal bahwa menikah itu tidak baik?

7:3-5, nasihat Paulus kepada yang “sudah menikah”

3, Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya,

demikian pula isteri terhadap suaminya.

4, Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya,

demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi

isterinya.

5, Janganlah kamu saling menjauhi. Bagaimana dengan pisah

ranjang, bolehkan?

7:7-9, Membujang, tidak kawin hanya baik kalau orangnya mempunyai

karunia untuk tidak kawin. Sedangkan bagi orang-orang yang tidak

mempunyai karunia membujang, lebih baik kawin (ay 9), karena: bahaya

percabulan (ay 2); supaya tidak hangus oleh hawa nafsu (ay 9).

7:7a “…alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku” Melihat

ayat ini, benarkah pendapat yang menegaskan bahwa rasul Paulus tidak

pernah menikah?

Page 25: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 25

2. Tanggungjawab Kristen dalam Perkawinan (7:10-16)

Pada nats ini rasul Paulus memberikan nasihatkan kepada dua kelompok

orang-orang yang sudak kawin. Pertama, kepada mereka yang menikah

dengan orang Kristen (10-11); kedua kepada mereka yang menikah

dengan orang non-Kristen (12-16)

a. Kepada yang menikah dengan orang Kristen (7:10-11)

Tidak boleh bercerai (7:10).

‘bukan aku, tetapi Tuhan’ (ay 10), artinya: ada peraturan dari

Tuhan Yesus sendiri (bdk. Mat 5:32 Mat 19:6).

Kalau toh terjadi perceraian (7:11), maka:

tidak boleh kawin lagi dengan orang lain.

boleh rujuk dengan suami / istri yang diceraikan.

b. Kepada yang menikah dengan non-Kristen (7:12-16)

Rupanya dalam jemaat di Korintus ada yang menikah dengan non-

Kristen. Kepada jemaat yang demikian Paulus memberikan

nasihatnya dalam ayat 12-16.

Hal ini sama sekali tidak berarti bahwa orang Kristen boleh

menikah dengan orang non-Kristen! Bagian ini ditujukan bukan

kepada orang-orang yang akan kawin, tetapi kepada orang-orang

yang sudah kawin. Jadi, mungkin waktu menikah, kedua-duanya

kafir, lalu salah satu menjadi Kristen. Kalau berbicara tentang

pernikahan yang akan dilakukan, maka tentu saja orang Kristen

tidak boleh menikah dengan orang non-Kristen (bdk. 1Kor 7:39

2Kor 6:14).

7:12, “Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan:

kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak

beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia,

janganlah saudara itu menceraikan dia.”

Ungkapan “aku, bukan Tuhan” ini berbeda dengan ayat 10,

tetapi bukan berarti keduanya kontradiktif. Tidak ada

perbedaan otoritas antara ayat 10-11 dan 12-16. Perbedaan

hanya terletak pada sumber nasehat. Ayat 10 memang

langsung berasal dari ajaran Yesus sendiri (Mat. 19:9; Mrk.10:

12;Luk. 16:18), sedangkan ayat 12-16 merupakan pendapat

Paulus sendiri, karena pada jaman Yesus perkawinan campur

memang belum menjadi isu yang penting. Yesus tidak pernah

menyinggung tentang perkawinan campur.

Kepada seorang yang beristerikan seorang yang tidak seiman,

Paulus melarang untuk menceraikannya (ay.12, 13).

Apa alasannya?

Page 26: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 26

7:14, Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh

isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh

suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu

adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak

kudus.

7:15a, Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai,

biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari

tidak terikat.

7:15b, Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam

damai sejahtera. Jadi, perceraian tidak boleh terjadi karena

inisiatif dari pihak kristen.

Siapa tahu yang Kristen bisa memenangkan jiwa

pasangannya? (ay 16 bdk. 1Pet 3:1-2).

3. Hidup dalam keadaan seperti waktu dipanggil (7:17-24)

7:17, “…hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah

ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia

dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua

jemaat.”

Bagian ini dilatar-belakangi oleh keadaan di Korintus dimana

banyak orang Kristen meninggalkan kehidupan mereka yang

lama, karena mereka menjadi orang Kristen. Yang dimaksud

dengan kehidupan yang lama, bukanlah dosa-dosa mereka.

Misalnya rumah yang lama, pekerjaan lama, suami atau istri

lama, dan sebagainya.

“ditentukan Tuhan” (7:17)

Dalam NIV: “assigned” yang berarti ‘diberikan atau

ditempatkan’, dalam KJV: “distributed” yang berarti dibagikan.

Dengan demikian maknanya ialah “hendaklah tiap-tiap orang

tetap hidup seperti yang telah ‘diberikan’ oleh Tuhan”. Dan

tentunya bukanlah hal-hal yang bersifat dosa.

“dipanggil Allah” (7:17,20,24), maksudnya adalah dalam

keadaan pada waktu ia menjadi orang Kristen.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada saat seseorang

telah menjadi orang Kristen tidak ada keharusan untuk

mengubah kehidupannya, khususnya dalam hal-hal yang tidak

bersifat bertentangan dengan firman Tuhan. Sebaliknya, untuk

hal-hal yang bersifat dosa memang harus ditinggalkan.

Berikut contoh yang Paulus berikan:

a. 7:18, Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat,

janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu.

Page 27: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 27

Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak

bersunat, janganlah ia mau bersunat.

Bagi yang sunat, jangan menghapus tanda sunat (ay

18a).

Bagi yang tidak sunat, jangan sunat (ay 18b).

Bagi Paulus, sunat atau tidak sunat itu tidak penting (ay

19a). yang penting ialah mentaati hokum-hukum Allah

(19b).

Tentang sunat: di satu pihak Paulus pernah

menentangnya, misalnya dalam misalnya dalam

Kis 15:1-2 Gal 2:3-5. Alasanya, bukan karena ia

menganggap sunat itu adalah dosa, tetapi karena orang-

orang Yahudi menjadikan sunat sebagai syarat untuk

selamat (bdk. Kis15:1). Tetapi, di lain pihak Paulus

Dalam Kis 16:3, Paulus justru menyuruh menyunatkan

Timotius, mungkin untuk menyesuaikan diri dengan

orang-orang Yahudi sehingga bisa memberitakan Injil

kepada mereka (bdk. IKor 9:19-22).

b. 7: 21, Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu

tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan

untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu.

4. Nasihat kepada para Gadis (7:25-38)

Pada bagian ini Paulus memberikan nasihatnya kepada “para gadis”

(7:25)

Kata “gadis”, dalam bahasa Yunani disebut dengan kata parthenos

(parthenos) yang berarti perawan atau orang yang belum menikah.

Mengawali nasihatnya, Paulus mengatakan bahwa “aku tidak

mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan

pendapatku…” (7:25)

Isi Nasihatnya:

7:26, ”Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang,

adalah baik bagi manuisa untuk tetap dalam keadaannya”.

Apa maksudnya “waktu darurat”?

Ada yang berpendapat bahwa menunjuk kepada keadaan kota

Korintus pada waktu itu, yang penuh dengan segala macam

kejahatan dan segala macam perlawanan yang mendatangkan

kesusahan bagi orang Kristen.

Page 28: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 28

Dalam keadaan demikian Paulus menganjurkan agar setiap orang

lebih baik untuk tetap tinggal dalam keadaannya.

Memang, kalau mau menikah pun tidak berdosa dan tidak berbuat

dosa (7:28; band. 7:2,9). Tetapi harus selalu diingat juga bahwa

perkawinan membawa ikatan dan kewajiban yang cukup berat,

bahkan kesusahan badani atau penderitaan dan kesulitan dalam

kehidupan sehari-hari. Kalau mereka tidak kawin, maka mereka

akan menghindari beberapa kesulitan tertentu itu.

Kalau demikian,mana yang lebih baik, membujang atau menikah?

Menyimak 7:29-35 dapat diambil sautu kesimpulan bahwa baik

dalam keadaan membujang maupun keadaan menikah, kamu dapat

melayani Tuhan kalau kamu merasa bahwa itulah yang terbaik

untukmu. Kamu bebas memilih. Orang Kristen yang rohani bukanlah

orang yang tidak menikah atau membujang, melainkan orang yang

dapat mengendalikan dirinya, dan menguasai dunia ini baik ia tidak

menikah maupun menikah. Ia selalu bersikap tenang, ramah, dan

penuh kasih walaupun ia harus menghadapi kesusahan, halangan, dan

tuntutan rumah tangga.

5. Nasihat kepada Orangtua Gadis (7:36-38)

Latar belakang budaya pada saat itu berhubungan dengan mengawinkan

anak gadis, orangtualah yang berkuasa dan berhak memutuskan apakah

ia akan mengawinkannya atau tidak.

Nasehat Paulus bagi para ayah yang belum yakin apakah mereka harus

menikahkan anak gadisnya atau memaksa mereka untuk tetap

membujang.

Jika sang anak merasa perlu dan menghendaki menikah, baiklah ia

menikah, hal itu bukan dosa. Sebaliknya jika anak gadisnya yakin tidak

perlu menikah maka sebaiknya ayahnya tidak boleh memaksa.

6. Nasihat Tentang Nikah Ulang (7:39-40)

Prinsip ajaran Paulus adalah bahwa hubungan pernikahan hanya dapat

diakhiri oleh kematian salah satu pihak.

Nasihat Paulus kepada para Janda:

Baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku (7: 8,40 ) Kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin.

Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.(7:9)

Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa

saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang

percaya. (7:39)

Page 29: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 29

B. Kebebasan Orang Kristen dan Batas-batasnya (8:1-11:1)

1. Terkait tentang makanan yang dipersembahkan kepada berhala

(8:1-13)

8:1-3 rupanya orang Kristen Korintus menganggap diri sudah

cukup pengetahuan, sehingga hal makan daging persembahan

berhala dipandang tidak masalah. Tetapi Paulus menegaskan

bahwa bagi orang Kristen, dasar yang menentukan perbuatan

bukanlah pengetahuan yang dapat menimbulkan kesombongan

sehingga kepentingan orang lain tidak dipikirkan, melainkan kasih

yang selalu membangun.

8:4-6 Paulus menyadari bahwa memang banyak yang menyebut

sebagai ”allah” atau “tuhan”; tetapi bagi kita, orang yang percaya,

hanya ada satu Allah, yaitu Bapa yang dari padaNya berasal segala

sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja yaitu

Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang

karena Dia kita hidup.

8:7 realitanya masih ada jemaat yang (hati nuraninya lemah) tidak

mempunyai pengetahuan (spt ay. 6) maka dalam hati nurani mereka

merasa bersalah kalau berbuat demikian.

8:8 di mata Tuhan, apakah kita makan makanan tertentu atau tidak,

tidaklah mempengaruhi hubungan kita dengan Dia. Kita boleh

makan apa saja, asal kita mengakui hanya ada satu Allah (bnd. 1Tim.

4:4-5).

8:9-11 Walau pada prinsipnya orang Kristen bebas untuk makan

makanan yang sudah dipersembahan berhala (berdasarkan

pengetahuan bahwa berhala tidak berarti sama sekali), namun

kadang-kadang kita harus membatasi kebebasan itu. Dalam keadaan

di mana tindakan kita dapat menjadi bantu sandungan/hambatan bagi

saudara seiman, kita harus berhati-hati.

8:12-13 sebaliknya, jika kita tidak mau peduli dan sebaliknya justru

menjadi sandungan bagi yang lemah, maka hal itu berdosa terhadap

Kristus. Kalau memang demikian: “aku untuk selama-lamanya

tidak akan mau makan…”.

Beberapa pertimbangan yang perlu dipikirkan sebelum

mengambil keputusan makan atau tidak makan makanan yang

sudah dipersembahkan kepada berhala. (look at 1 Kor w.b 157-

159). Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan ini bukan hanya

sebatas untuk hal makanan, tetapi untuk hal-hal yang lain,

seperti ke Bar, Merokok, Minum minuman keras dlsb.

Apakah perbuatan ini secara khusus dilarang dalam

Alkitab?

Page 30: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 30

Apakah perbuatan itu memuliakan Allah?

Apakah perbuatan itu merusak persekutuan saya dengan

Allah?

Apakah Tuhan menghendaki perbuatan itu?

Maukah saya didapati sedang berbuat hal ini pada waktu

kedatanganNya yang kedua kali?

Apakah Roh Kudus yang mendiami hati saya mengizinkan

perbuatan itu?

Bagaimanakah perbuatan ini akan mempengaruhi orang

lain?

Adakah keragu-raguan di dalam hatimu pada waktu kamu

melakukan perbuatan itu?

2. Teladan rasul Paulus (9:1-27)

Di atas Paulus telah menerangkan prinsip umum tentang pembatasan

kebebasan orang Kristen. Sekarang dia menunjukkan bagaimana dia

menerapkan prinsip itu pada dirinya.

a. 9:1-14, Paulus menyebut beberapa hak yang dimilikinya sebagai

seorang rasul dan hamba Tuhan.

9:1-3 Sebagai rasul ia berhak mendapatkan pengakuan, karena

bukti-bukti yang ada.

9:4-6 Beberapa hak istimewa yang dimiliki rasul Paulus:

o Hak untuk disokong oleh jemaat (makan dan minum).

o Hak untuk menerima sokongan bagi istri, kalau memang dia

sudah kawin. Rupanya itu sudah menjadi kebiasaan untuk

rasul-rasul yang lain.

o Hak untuk dibebaskan dari keperluan mendukung diri sendiri

melalui pekerjaan sambilan.

9:7 Hak seorang hamba Tuhan untuk ditunjang oleh jemaat

digambarkan melalui contoh-contoh dari kehidupan sehari-hari.

Prajurit, pemilik kebun dan gembala semua didukung oleh

pekerjaan/usaha mereka.

9:8-9 Paulus mengambil cohtoh lagi, kali ini dari Firman Tuhan

(Ul.25:4) yang menetapkan bahwa lembu yang sedang bekerja di

tempat pengirikan harus dibiarkan makan dari sisa-sisanya.

9:10-11 Paulus merasa berhak untuk mengharapkan dukungan

materiil dari jemaat Korintus, karena dialah yang menabur Injil di

tempat itu.

9:12 Rupanya hamba-hamba Tuhan yang lain sudah

menggunakan hak mereka dan menuntut dukungan dari jemaat

Korintus. Tetapi Paulus, yang merintis PI di situ, mempunyai hak

Page 31: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 31

yang sama, namun ia tidak mempergunakan hak itu, karena tidak

mau menjadi beban bagi jemaat; dan supaya tidak merintangi

pemberitaan Injil Kristus.

9:13-14 Paulus mengambil contoh lagi dari Kitab Suci, yaitu

ketentuan-ketentuan Hukum Taurat bahwa para pelayan Kemah

Suci (para imam dan orang Lewi) berhak untuk disokong dari

pelayanan itu. (Misal: Im.10:12-15; 24:5-9; Bil. 18:21-24).

Demikian halnya mereka yang memberitakan Injil. (bnd. waktu

pengutusan 70 murid dan pengutusan keduabelas rasul, Luk. 10:7;

Mat 10:10).

b. 9:15-18 Paulus membatasi diri dalam mempergunakan hak-hak

yang dimilikinya.

9:15 Paulus sudah tahu hak-haknya, tetapi ia tak

mempergunakannya, dan maksudnya menjelaskan hak-hak itu

bukanlah supaya jemaat merasa terpaksa untuk menyokong dia

selanjutnya.

9:16 Paulus tidak menganggap pelayanannya sebagai alasan

untuk dipuji atau untuk bermegah. Bukan dia yang memilih

pelayanan itu, tapi Tuhanlah yang menetapkannya (1 Kor. 1:1).

Karena itu, pelayanan itu menjadi suatu keharusan baginya, dan

dia merasa takut akan terjadi kecelakaan kalau tidak

melakukannya.

9:17-18 karena panggilan pelayanannya bukan karena

kehendaknya sendiri, maka “upahku ialah ini: bahwa aku boleh

memberitakan Injil tanpa upah, dan aku tidak mempergunakan

hakku sebagai pemberita Injil”

c. 9:19-23 Paulus memberikan beberapa contoh bagaimana dia

membatasi kebebasannya sendiri demi melayani bermacam-

macam orang. Dijelaskan bagaimana rasul Paulus menyamakan

dirinya dengan orang-orang lain agar ia dapat memenangkan mereka.

d. 9:24-27 Paulus bersaksi bagaimana dia menguasai diri sendiri

demi pekabaran Injil.

Pada bagian ini Paulus mengemukakan sebuah filsafat hidup:

Hidup adalah sebuah PERJUANGAN

William James: ”jika hidup ini bukan sebuah pertandingan yang

sesungguhnya, yang di dalamnya segala sesuatu diraih dengan

sukses, hidup ini tidak lebih baik daripada sebuah permainan

drama pribadi di mana seseorang boleh menarik diri sesuka hati

kapan saja.”

Page 32: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 32

DISIPLIN perlu untuk memenangkan pertandingan dan menjadi

pemenang dalam perlombaan

Kita harus mendisiplinkan diri kita;

Salah satu dari kenyataan kehidupan spiritual yang dilalaikan

adalah begitu seringnya depresi spiritual, tak lain bersumber dari

ketidaksehatan fisik.

Kita harus MENGETAHUI TUJUAN kita

Konon ada suatu ceritera:

Ada 2 orang di planet Mars sedang memandang ke bawah,

melihat kepada orang-orang di dunia ini yang bergegas ke sini, ke

sana, dan kemana saja. Sebut saja yang satu bernama Robert dan

yang lain bernama Ronald, yang mana keduanya terlibat dalam

pembicaraan:

”apa yang sedang mereka lakukan”, tanya Robert, ”mereka

sedang pergi”, jawab Ronald. Lalu Robert bertanya lagi:

”mereka pergi ke mana?” ”oh...mereka tidak sedang pergi ke

mana-mana, mereka hanya sedang pergi”, jawab Ronald.

Dan pergi kemana saja merupakan jalan yang pasti untuk

tidak sampai dimanapun.

Kita harus mengetahui HARGA dari tujuan kita

Kita tidak dapat menyelamatkan orang lain kecuali kalau kita

menguasai diri kita sendiri

Freud: ”Psikoanalisa mempelajari pertama-tama adalah tentang

diri seseorang, melalui studi kepribadian orang itu sendiri.”

Orang2 Yunani menyatakan bahwa prinsip kehidupan yang

pertama adalah, ”manusia, kenalilah dirimu sendiri”

3. Bahaya-Bahaya penyalah-gunaan kebebasan (10:1-15)

Paulus mengambil contoh dari bangsa Israel untuk memperingati jemaat

Korintus, supaya jangan menyalah-gunakan kebebasan mereka.

a. 10:1-4, Paulus mengambil pengalaman bangsa Israel sebagai

peringatan mereka. Adapun pengalaman Israel yakni:

10:1, Nenek moyang Israel ada dalam “lindungan awan,”

secara implisit ini menunjukkan bahwa mereka ada dalam

pimpinan Roh Kudus. Demikian halnya dengan jemaat

Korintus mereka berada dalam pimpinan Roh Kudus

(Kel.14:19-20; Yoh 14:26).

Page 33: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 33

10:1b, Paulus mengatakan bahwa mereka melewati laut, lepas

dari Mesir . sama seperti orang Korintus terpisah dari dunia.

Nenek moyang Israel tidak lagi berada dalam kuasa

perbudakan Mesir, sama seperti jemaat tidak lagi berada

dalam kekuasaan atau perbudakan Iblis dan dosa.

10:2, Paulus berkata bahwa nenek moyang Israel telah

dibaptis dalam awan dan dalam laut. Kalau dibaptis dalam

awan itu berarti dilahirbarukan oleh Roh Kudus maka yang

hendak Paulus katakan disini kepada jemaat bahwa setelah

jemaat bertobat atau diselamatkan baru mereka dibaptis oleh

air.

10:2, Paulus mengatakan bahwa nenek moyang Israel menjadi

pengikut Musa, dan dalam Galatia 3:27, Musa melambangkan

Kristus. Jadi untuk menjadi pengikut Kristus jemat sudah harus

bertobat dan akhirnya dengan taat memberi diri di baptis.

10:3-4 “Orang percaya setelah dilahirbarukan maka ia dibptis

dan setelah itu dia harus makan-makanan rohai yaitu Firman

Allah. (Kel 16:16-17:16; band Ibr 5:14; 1Pet 2:2).

10:4b “batu karang rohani...” ini menggambarkn penyertaan

Tuhan di tengah-tengah mereka, juga merupakan janji Tuhan

Yesus sendiri (Mat 28:20; Yoh 14:16)

b. 10:5-11 – Peringatan dari pengalaman orang Israel dan akibatnya.

10:6, Mereka mengiginkan hal-hal yang jahat.

10:7, Mereka menyembah berhala.

10:8, Mereka jatuh dalam percabulan.

10:9, Mereka mencobai Tuhan – menyatakan ketidak

percayaan mereka kepada Tuhan.

10:10, Mereka bersungut-sungut.

c. 10:12-15 – mengingatkan jemaat Korintus untuk mengenal

kelemahan diri sendiri. Bagian ini menunjukkan betapa lemahnya

orang Israel itu, sehingga mereka jatuh dalam pencobaan. 10:12,

Penyebab orang Kristen jatuh dalam pencobaan karena seringkali

kita merasa cukup kuat untuk berdiri teguh, menimbulkan

kesombongan, sehingga jatuh .

Page 34: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 34

4. Kesimpulan Tentang Makanan (10:16-11:1) Bagaimana sikap kita terhadap makanan yang sudah dipersembahkan

kepada berhala?

a. Mengenai lokasi-lokasi merupakan salah satu pertimbangan kita

(10:16-22). Bagian ini menyinggung mengenai Roh Kudus,

contoh makan roti dan minum anggur. Sebenarnya roti adalah

makanan biasa dan anggur juga adalah minuman biasa bagi orang

Yahudi. Tetapi jika itu dilakukan oleh jemaat di gereja dan dalam

acara tertentu, biasanya itu mengacu kepada persekutuan kita

dengan Tuhan dalam perjamuan Tuhan. Maka sama halnya

dengan orang yang makan persembahan berhala dalam kuil, bisa

dianggap dengan memiliki persekutuan dengan berhala atau ilah-

ilah itu.

b. Mengenai hati nurani, hal ini mencakup dua aspek antara lain:

o Hati nurani diri sendiri (10:25-26)

o Hati nurani orang lain (10:27-30)

10:25-26, daging yang dijual di pasar boleh kita makan, karena

lokasi makan kita tidak didalam kuil, walaupun daging itu sudah

dipersembahkan kepada berhala, tetapi tergantung pula dalam hati

nurani kita, kalau merasa tidak tentram, jangan makan (Roma 11:23)

10 :27-30, khususnya 28b, “karena keberatan hati nurani orang

itu” dan ayat 29 “keberatan orang itu”, maka hal itu harus kita

pertimbangkan. Kita boleh makan, namun bila hal ini menimbulkn

ketidak-tentraman hati orang lain, janganlah kita memakannya,

supaya jangan nama Tuhan dihujat orang.

Penerapan Praktis (10:23-11:1)

Mengakhiri penjelasannya tentang kebebasan Kristen dan batas-

batasnya; Paulus memberikan nasehat tentang beberapa hal tertentu:

10:23-24 walau segala sesuatu diperbolehkan, tetapi tidak semua

berguna dan membangun. Karena itu jangan cari keuntungan diri

sendiri, tetapi keuntungan orang lain.

10:25-26 kamu boleh makan segala sesuatu, karena hal itu

berasal dari Tuhan.

10:27-11:1 Paulus menasehati orang Kristen bahwa mereka

boleh makan bersama orang yang tidak percaya, dan pada dasarnya

tidak perlu menyelidiki apakah makanan itu berupa persembahan

berhala atau bukan.

Hanya kalau seorang (agaknya orang Kristen yang masih baru atau

lemah imannya) memberitahukan dengan jelas bahwa makanan itu

adalah persembahan berhala, maka Paulus menasehatkan lebih baik

jangan makan.

Page 35: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 35

Jika kamu makan/minum/melakukan sesuatu yang lain:

lakukan untuk kemuliaan Allah

jangan menimbulkan syak dalam hati orang

lebih untuk kepentingan orang lain (bukan diri sendiri)

supaya mereka beroleh selamat

C. Kebaktiam Umum (11:2-14:40)

1. Kedudukan wanita (1 Kor 11:2-16)

Bagian ini membicarakan tentang keharusan bagi isteri untuk mentaati

suaminya. Kalau kita baca isi bagian ini maka kita menemukan bahwa

wanita harus memakai tudung kepala. Satu hal yang perlu diingat disini

adalah ketaatan isteri kepada suaminya.

Latar belakang nasehat Paulus kepada para wanita jemaat Korintus agar

pada waktu beribadah memakai tudung adalah:

Orang Yahudi (laki-laki dan perempuan), juga orang Romawi bila

berdoa memakai tudung.

Sedang orang Yunani (yang tidak takut akan Allah) saat berdoa dan

mempersembahkan korban tanpa memakai tudung.

Mengingat juga bahwa dalam masyarakat Yunani perempuan yang

tidak bertudung kepala dianggap perempuan sundal.

”Menudungi/menutupi: Yun > katakaluptw artinya

menyembunyikan

11:4 Laki-laki Kristen tidak boleh menudungi kepala bila berdoa

atau bernubuat, karena dengan demikian ia menghina kepalanya yaitu

Kristus (ay. 3). Pada zaman itu tudung merupakan tanda tunduk

kepada orang lain, jadi tidak patut dipakai oleh laki-laki yang harus

tunduk kepada Kristus saja, dan bukan kepada manusia. (ay. 7)

11:5-6 Bila perempuan berdoa atau bernubuat dengan kepala yang

tidak bertudung, dia menghina kepalanya, yaitu suaminya (ay. 3).

Pada zaman Paulus, perempuan yang tidak memakai tudung di

hadapan umum menunjukkan bahwa dia menolak kewibawaan

suaminya. Oleh karena itu, Paulus menilainya sama dengan

perempuan yang dicukur rambutnya, yaitu perempuan sundal

(pengguntingan rambut merupakan hukuman sementara yang

diterapkan terhadap perempuan).

Demi menegaskan beratnya hal ini, Paulus menantang kaum wanita

dengan dua pilihan:

o Kalau tetap tidak mau menudungi kepalanya, apakah juga berani

untuk menggunting rambutnya supaya semua orang tahu bahwa

dia tidak tunduk lagi kepada suaminya dan tidak berbeda dengan

pelacur?

Page 36: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 36

o Kalau tidak bersedia untuk menderita penghinaan sebagai

seorang pelacur haruslah dia menudungi kepalanya.

11:7-9 “laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan

gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan

kemuliaan laki-laki. Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan,

tetapi perempuan berasal laki-laki. Dan laki-laki tidak diciptakan

karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki.”

Rupanya Paulus menarik kesimpulan bahwa laki-laki secara khusus

menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah atas dasar bahwa laki-

laki diciptakan lebih dulu (Kej. 2:18-23). Jadi laki-laki mempunyai

hubungan khusus dengan Allah, dan perempuan mempunyai

hubungan khusus dengan laki-laki, sebab dia ”berasal dari laki-

laki” dan diciptakan sebagai penolong baginya. Oleh karena itu,

laki-laki tidak memakai tudung dan dengan demikian memuliakan

Allah sebagai kepalanya, dan perempuan memakai tudung supaya

memuliakan laki-laki sebagai kepalanya.

11:10, Bagi perempuan, tudung menjadi “tanda wibawa” dipandang

dari dua segi:

o Sebagai tanda penundukan kepada wibawa suaminya.

o Perempuan harus memakai tudung karena “para malaikat”

(ada yang memaksudkan “gembala sidang”; “malaikat”

sesungguhnya) juga hadir dalam kebaktian itu. (bdk. 1 Tim.

5:21)

11:11-12, Supaya perempuan tidak merasa harga dirinya rendah,

Paulus menerangkan bahwa dalam Tuhan baik laki-laki maupun

perempuan, keduanya setara.

11:13-15, Untuk menegaskan kembali soal tudung kepala bagi

perempuan dan tidak bagi laki-laki, Paulus menambahkan suatu

dukungan lagi, yaitu tata tertip “alam”, yang menyatakan kebiasaan

pada zaman itu bahwa rambut perempuan lebih panjang dari rambut

laki-laki. Rambut panjang adalah penudung alamiah yang disediakan

baginya oleh Allah. Dengan memakai rambut panjang perempuan

menunjukkan kesediaannya untuk memenuhi kehendak Allah

baginya, yaitu tunduk kepada kepalanya, laki-laki, maka hal itu

menjadi kehormatan baginya.

11:16, Jika ada yang mau membantah (tidak mau menyetujui aturan),

Paulus menegaskan bahwa peraturan tersebut sudah diterima dan

menjadi kebiasaan yang wajib dilaksanakan.

Penerapan: Prinsip apa yang dapat diperoleh dari hal ini? Prinsip dasar ajaran Paulus di atas tentang pakaian wanita waktu

menghadiri kebaktian ialah bahwa orang Kristen harus selalu

Page 37: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 37

berpakaian dan bertinkah laku dengan pantas dan sopan santun.

(bnd. 14:40). Prinsip ini mempunyai nilai tetap dan harus dilakukan

oleh orang Kristen pada setiap zaman, namun pelaksanaannya dapat

berubah sesudai dengan waktu dan keadaan.

2. Perjamuan Kudus (1 Kor 11:17-34)

Pada zaman permulaan gereja pelaksanaan Perjamuan Kudus

dihubungkan dengan perjamuan kasih (Yudas 12). Maksud kebiasaan itu

ialah untuk meniru Perjamuan Malam Tuhan yang terakhir (Mat. 26:20-

29). Pelaksanaan sedemikian memberikan kesempatan baik untuk

persekutuan, dan rupanya disambut dengan hangat oleh jemat mula-mula

(Kis. 2:46).

Tetapi di Korintus, pelaksanaannya sudah menjadi kacau, dimana

Perjamuan Kudus justru menimbulkan perpecahan. dan bukan

persekutuan.

11:18-19, Paulus telah mendengar (mungkin dari keluarga Kloe bnd.

1:11) bahwa cara jemaat Korintus melaksanakan Perjamuan Kudus

menimbulkan perpecahan.

11:20-21, Waktu mereka berkumpul mereka mengutamakan dirinya

sendiri. Pada dasarnya, sedapat mungkin perjamuan kasih harus

dilaksanakan dengan cara setiap anggota jemaat membawa makanan

sesuai dengan kemampuannya, kemudian semua makanan itu

dikumpulkan dan dibagi rata.

Tetapi di Korintus rupanya orang kaya membawa banyak makanan

dan langsung memakan dahulu, tanpa membagi-bagikannya kepada

anggota lainnya.

Akibatnya ialah beberapa anggota yang tidak mampu membawa

makanan, atau mereka yang terlambat datang harus pulang dengan

lapar, sedangkan anggota yang mampu minum dengan kelebihan

hingga menjadi mabuk.

11:22, Dalam hal ini aku tidak memuji.

23-26, Paulus mengingatkan jemaat Korintus mengenai asal-

mulanya/penetapan Perjamuan Kudus. Kebenaran ini Paulus terima

dari Tuhan (mungkin melalui penyataan khusus – Gal1:11-12) dan

telah diteruskan kepada mereka – maka mereka sebenarnya tidak

dapat berdalih tentang kesalahan mereka.

11:24, ”...inilah tubuhKU...”

Ketika Yesus berbicara demikian tubuhNya sendiri masih

ada; dan tidak ada yang lebih jelas daripada bahwa tubuhNya

Page 38: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 38

dan roti merupakan hal-hal yang betul- betul berbeda pada

saat itu.

Dan Yesus pun tidak semata-mata bermaksud, ”ini berarti

tubuhKu.”

Dalam beberapa hal, itu benar. Roti dari sakramen memang

berarti tubuh Ktristus; tetapi roti dalam sakramen

mempunyai makna lebih daripada itu.

Bagi seseorang yang mengambilnya dengan tanganya

dan memasukkannya ke dalam mulutnya dengan iman

dan kasih, roti yang dipecah-pecahkan itu bukan

hanya merupakan cara untuk mengenang, melainkan

demi sebuah hubungan yang hidup dengan Yesus.

Bagi seorang yang tidak beriman, roti itu tidak

bermakna apa-apa;

Bagi seorang kekasih Kristus, roti itu merupakan cara

bagi kehadiran Kristus.

11:25, ”Cawan ini adalah Perjanjian Baru...”

Ada sebuah Perjanjian Lama antara Allah dan manusia dan

hubungan yang lama itu didasarkan atas hukum. Di dalamnya

Allah memilih dan mendatangi umat Israel dan secara

istimewa menjadi Allah mereka; tetapi dengan sebuah syarat,

bahwa agar hubungan ini bertahan, mereka harus memlihara

hukumNya (Kel 24:1-8)

Melalui Yesus sebuah hubungan yang baru dibuka bagi

manusia, hubungan yang bergantung bukan pada hukum

melainkan pada kasih, bergantung bukan pada kesanggupan

manusia untuk memelihara hukum-karena tidak ada

seorangpun yang dapat melakukan hal itu-tetapi pada

anugerah kasih Allah dengan Cuma-Cuma yang diberikan

kepada manusia.

11:25b,26: Apa maknanya kita mengikuti Perjamuan

Kudus?

Menjadi peringatan akan Yesus

Mengingatkan akan tanggung jawab kita: memberitakan

kematianNya sampai kedatanganNya kembali.

Page 39: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 39

Pandangan Tokoh Sejarah Gereja tentang Perjamuan Kudus:

John Wicliff : Roti dan anggur Perjamuan Kudus bukanlah tubuh

dan darah Kristus yang sebenarnya, melainkan hanyalah suatu

tanda semata-mata.

Marthen Luther : Daging dan darah Yesus memang

hadir...bagaimana dan dimana serahkanlah hal itu kepada Dia.

Tubuh Kristus hadir secara substansia dan esensia (hakikat) tetapi

tidak hadir menurut angka (kwantitatif) atau secara lokal.

Zwingli : Menolak kehadiran secara fisik dari tubuh Kristus.

Calvin : Pada saat seseorang makan dan minum roti dan anggur,

pada waktu itu juga ia sungguh dihubungkan oleh Roh Kudus

dengan tubuh dan darah Kristus yang disurga.

11:27-32: Cara partisipasi yang layak dalam Perjamuan Kudus.

a. 11:27, “dengan cara yang layak”

Bukan orang yang layak yang boleh makan—tidak ada yang

layak. Tetapi kita harus makan dengan cara yang layak.

”cara yang tidak layak” : Yunani-hanaksiws ( ,anaxiws) secara

tidak baik, yakni dengan sikap hati yang acuh tak acuh, tidak

hormat dan mementingkan diri sendiri. Tidak menghargai arti

roti dan cawan Tuhan. Roti dan cawan Tuhan menyatakan

tubuhNya terbelah bagi kita dan darahNya tercurah bagi dosa-

dosa kita.

Karena bila tidak demikian ia berdosa (enoXos: enoxos =

bersalah) terhadap tubuh dan darah Tuhan

b. 11:28, karena itu (sebelum mengikuti PK) hendaklah tiap-tiap

orang menguji diri (dokimazetw: memeriksa diri). >< Ay 30,

kalau kita menguji diri kita, hukuman tidak menimpa kita.

c. 11:29, karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui

tubuh Tuhan, ia akan mendatangkan hukuman ( krima: disiplin)

atau kematian (30). Disiplin: lihat Ibrani 12:5-11.

”tanpa mengakui tubuh Tuhan” apa artinya?

Ungkapan ini mempunyai dua pengertian:

Mereka makan roti dan minum cawan perjamuan dengan

tanpa penghormatan dan tanpa pengertian akan kasih.

Bukankah pengorbanan Kristus di kayu salib oleh karena

kasihNya kepada kita?

Mereka makan roti dan minum cawan perjamuan tetapi

tidak pernah menyadari bahwa jemaat secara keseluruhan

adalah tubuh Kristus. Bdk 3:16,17; 12:27. dan faktanya,

mereka makan tetapi tidak mempedulikan yang lain.

Page 40: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 40

11:33-34 Nasehat penutup tentang bagaimana seharusnya

dalam mengikuti perjamuan kudus:

”Karena itu, saudara-saudaraku, jika kamu berkumpul untuk makan,

nantikanlah olehmu, seorang akan yang lain. Kalau ada yang lapar,

baiklah ia makan dahulu di rumahnya, supaya jangan kamu

berkumpul untuk dihukum.”

3. Rupa-rupa Karunia (1 Kor 12:1-31)

a. Cara Membedakan Yang Sejati dari Yang Palsu (12:1-3)

Ayat 1 kita perlu mengetahui mana yang banar dan mana yang

salah. Mudah sekali bagi orang Kristen kalau terjun ke dalam aliran

yang ini atau itu tanpa menentukan kebenaran atau kesalahan.

Ayat 2-3 mereka telah bertobat dari penyembahan berhala dan

telah ikut dan takluk kepada Yesus. Mereka punya Roh Kudus dan

hal ini telah nyata dalam hidup mereka.

b. Roh Kudus membagi-bagi karunia2nya kepada masing2 orang

percaya (12:4-11)

Definisi Karunia Roh

adalah suatu kemampuan yang diberikan oleh Roh Kudus

kepada setiap orang percaya untuk melayani agar gereja dapat

maju dalam kwantitas dan kwalitas.

Hubungan Trinitas dengan Karunia (4-6)

Ada bermacam-macam karunia tetapi hanya satu Roh yang

memberikan semuanya. Ada rupa-rupa pelayanan tetapi satu

Tuhan Yesus yang mengatur semuanya. Ada berbagai-bagai

perbuatan/aktivitas tetapi satu Allah yang mengerjakan

semuanya dalam semua orang (3:6).

Tujuan Karunia (7)

Semua orang menerima karunia. Tiap-tiap orang menerima,

tetapi bukan untuk kepentingannya sendiri tetapi kepentingan

semua orang. Setiap anggota diberi kemampuan untuk

berfungsi tetapi fungsinya adalah untuk kebaikan semua

anggota.

Daftar Karunia (8-10)

Ada empat daftar dalam PB:

1. 1 Kor. 12:8-10

2. 1 Kor. 12:28-30

3. Efesus 4:7-11

4. Roma 12:3-8

Page 41: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 41

Kadang-kadang karunia itu berupa: kemampuan, orang,

jabatan. Kadang-kadang tertentu dan kadang-kadang umum;

kadang-kadang jelas dan kadang tidak; kadang-kadang tetap

dan tidak tetap. Tidak ada dua daftar yang sama, jadi mungkin

tidak ada satu daftar tertentu. Mungkin ada yang lain yang tidak

disinggung dalam Alkitab. Mungkin karunia-karunia Roh

berbeda menurut waktu dan tempatnya sesuai dengan

keperluannya.

1) Berkata-kata dengan hikmat (12:8a)

Kemampuan/kesanggupan yang diberikan oleh Allah untuk

mengetahui pikiran Roh Kudus untuk dipraktekkan ketika

persoalan timbul.

2) Berkata-kata dengan pengetahuan (12:8b)

Kesanggupan untuk mengerti Firman Allah. Allah memberikan

kesanggupan khusus kepada beberapa orang untuk menggali

arti/maksud FT supaya orang lain juga dapat mengertinya (Rick

John, 97).

Iluminasi Ilahi tentang fakta atau orang atau situasi tertentu

(David Pyches, 99).

3) Iman (12:9a)

Iman ini berbeda dari iman orang saleh dalam kehidupan kita

sehari-hari. Ini kesangguipan untuk percaya kepada Allah

dalam situasi2 yang sangat sulit. Iman salah satu orang dapat

menguatkan orang-orang lain.

Kemampuan khusus yang diberikan kepada beberapa anggota

gereja untuk mengetahui kehendak Allah, tujuanNya untuk

pekerjaanNya yang akan datang (Peter Wagner, 158).

Kemampuan khusus untuk percaya akan hal-hal yang

kelihatannya tidak bisa terjadi dan menjadi kenyataan (John

Rick, 48-49).

Melihat jauh ke depan, sedangkan orang lain belum bisa

melihatnya. Kemampuan menyadari apa yang Allah ingin

lakukan dan percaya Ia pasti akan menggenapiNya dan perlu

didoakan (Dobby Clinton).

Bukan iman yang menyelamatkan, tetapi iman bergantung

kepada Tuhan untuk sesuatu tugas atau kebutuhan atau

demonstrasi kuasa Allah (Donald Bridge, David Phypers, 54)

4) Karunia Kesembuhkan (12:9b)

Kemampuan khusus dari Allah untuk menjadi saluran di mana

Tuhan menghendaki penyembuhan penyakit dan menjadi sehat

kembali tanpa cara-cara yang biasa (Peter Wagner, 236).

Page 42: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 42

5) Karunia Mujizat (12:10a)

Penyataan-penyataan kuasa Allah secara luar biasa dengan

tujuan tertentu - mis. kematian Ananias dan Safira (Kis. 5) dan

Elimas menjadi buta (Kis. 13:8-11). Yang jelas, karunia ini

dibedakan dari karunia untuk menyembuhkan.

Mujizat merupakan tanda yang menunjuk kepada pribadi

Kristus dan InjilNya. Lihat Yoh. 2:11; 20:230-31; Kis. 2:22.

Tuhan Yesus mengadakan mujizat hanya selama 3 tahun

pelayananNya. Setelah Yesus, rasul2, dan beberapa orang lain

juga mengadakan mujizat untuk meneguhkan Injil (Lih. Kis.

14:3; 2 Kor. 12:12; Ibr. 2:3-4)

Wewenang diberikan

Kristus memberi wewenang kepada 12 muridNya (Mat. 10:7-8)

Ia juga memberi wewenang kepada 70 murid (Luk. 10:8-9)

6) Karunia Bernubuat (12:10b)

Kemampuan untuk menyatakan kebenaran. Definisi yang

jelas/nyata terdapat dalam 1 Kor. 14:3. Nubuat adalah karunia

khusus yang diberikan oleh Roh Kudus untuk memberitakan

wahyu dari Allah.

Kemampuan yang diberi oleh Allah untuk menerima atau

mengkomunikasikan berita dari Allah kepada pribadi atau

jemaat/kelompok.

Prosedur untuk Bernubuat (1 Kor. 14:29-33a)

(1) Prosedur yang diberikan untuk mengatur penggunaan

karunia bernubuat sama seperti prosedur yang diberikan

untuk mengatur karunia bahasa lidah.

a. Hanya dua atau tiga boleh bernubuat.

b. Orang-orang lain (nabi-nabi lain) menanggapi (menilai)

berita-berita itu yang disampaikan. Mereka bertanggung

jawab menentukan apakah berita itu berasal dari Allah

atau tidak (bnd. 1 Yoh 4:1)

c. Jika seorang nabi sedang berbicara (mungkin ia telah

menerima suatu wahyu sebelum kenbaktian) lalu tiba-

tiba seorang nabi yang lain menerima penyataan (wahyu)

maka yang berbicara harus berdiam diri (14:30).

d. Mereka boleh bernubuat satu demi satu.

(2) Ayat 32-33: Menurut Paulus karunia (pneumata) nabi

takluk kepada nabi-nabi. Berarti setiap nabi dapat

menguasai diri. Mereka tidak bernubuat dalam keadaan

seperti orang gila yang tidak sadar akan perbuatannya.

Setiap nabi dapat mengontrol dirinya dan menunggu

sampai saat lain untuk memberitakan wahyunya. Rupanya

Page 43: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 43

nabi-nabi di Korintus turut mengacaukan jemaat sama

seperti mereka yang berbahasa lidah.

Dinajurkan

Paulus mengajurkan agar kita memilikinya. 1 Kor. 14:39

“Karena itu, saudara2ku, usahakanlah dirimu untuk

memperoleh karunia untuk bernubuat”

Ada nabi-nabi dalam PB, namun tugasnya bukan menambah

wahyu yang telah ada:

o Kis 21:9 4 anak dara/wanita Kaisarea

o 1 Kor 11:5 nabi-nabi wanita di Korintus

o Kis 11:27 nabi di Yerusalem

o Kis 13:1 nabi di Antiokia

o 1 Tes 5:19-20 nabi di Tesalonika

o Kis 21:10-11 nabi Agabus

o Kis 15:32 nabi Yudas dan Silas

o 1 Tim 1:18 Timotius dinubuatkan

o 1 Tim 4:14 Timotius dinubuatkan

7) Karunia membeda bermacam-macam Roh

Kata membedakan menunjukkan penelitian untuk menentukan

yang benar dan yang paslu. Iblis adalah bapak segala dusta

(Yoh 8:44) dan selalu memalsukan pekerjaan Allah. Maka kita

perlu berhati-hati dan menmguji roh-roh (1 Yoh 4:1). Itulah

yang dilakukan oleh orang-orang Berea ketika mendengar Injil

dari rasul Paulus (Kis 17:11).

Orang yang mempunyai karunia ini mempunyai suatu

kesanggupan istimewa untuk mengenal ajaran2 atau roh2 yang

palsu.

8) Karunia Bahasa Lidah

Keterangan tentang hal ini dijelaskan pada halaman tersebut dibawah.

1. Kasih Lebih Utama (1 Kor 13:1-3)

Setelah dalam fasal 12 Paulus berbicara tentang karunia-karunia, dalam

fasal ini kita dapat membaca tentang jalan yang lebih utama. Kehidupan

yang rohani tidak dinyatakan oleh karunia karunia Roh, tetapi oleh buah

Roh yang di antaranya adalah kasih yang paling utama (Gal 5:22).

Karunia Roh tidak membuat kita lebih rohani tetapi buah Roh adalah

akibat kepenuhan Roh (Gal 6:16,22).

Jemaat Korintus tidak kekurangan karunia Roh tetapi sangat kekurangan

buah Roh. Mereka telah dibaptiskan dalam Roh tetapi hidup sehati-

harinya tidak dengan kepenuhan Roh.

Page 44: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 44

Apakah KASIH itu?

Ini bukan rasa cinta, bukan juga suatu perasaan enak yang naik turun

pada tulang punggung seseorang yang sedang bersama-sama dengan

kekasihnya. Tetapi yang dimaksudkan kasih dalam fasal 13 ini adalah

kasih seperti yang dinyatakan dalam Yoh 3:16; 1 Yoh 4:8-11, yakni

seperti yang dicontohkan oleh Allah kepada manusia di mana Ia rela

mengorbankan AnakNya untuk kebaikan kita. Yesus Kristus rela

mengorbankan diriNya, menderita secara mengerikan dan bahkan rela

mati di atas kayu salib untuk kita yang berdosa. Itulah kasih. Pernyataan

Alkitab yang paling sederhana tentang Allah ialah “Allah adalah kasih”

(1 Yoh 4:16).

a. Pentingnya kasih dalam kehidupan orang percaya (13:1-3)

1) Kasih dibandingkan dengan bermacam-macam bahasa (13:1)

Tidak ada ajaran dalam Alkitab bahwa ada bahasa malaikat.

Setiap kali malaikat berbicara ia pakai bahasa yang dimengerti

oleh manusia. Di sini Paulus bermasud bahwa meskipun ia

pandai luar biasa sampai bias berbahasa malaikat sekalipun,

tetapi tanpa kasih, ia sama seperti gong yang berkumandang dan

canang yang bergemerincing.

Pemakaian bahasa lidah telah membuat orang sombong maka

Paulus menyinggung akan hal itu. Bahasa apa saja tanpa kasih

adalah sia-sia.

2) Kasih dibandingkan dengan karunia-karunia yang sungguh

utama seperti nubuat, pengetahuan dan iman (13:2)

Tetapi karunia bernubuat yang merupakan karunia yang

sungguh utama apabila tidak dipakai dengan kasih juga sia-sia.

“segala rahasia”: jika Paulus mengerti semua rahasia sorgawi,

jia Paulus mempunyai semua pengetahuan, dan jika ia bersifat

mahatahu, tetapi bila tanpa kasih ia tidak berguna. Pengetahuan

membangkitkan kesombongan. Pengetahuan rohani hanya

berguna jika disertai kasih.

Iman: yang diaksudkan disini bukan iman yang menyelamatkan,

tetapi kepercayaan bahwa Allah akan bertindak untuk kita.

Paulus menyinggung akan iman yang yakin bahwa Allah dapat

memindahkan gunung-gunung. Paulus menggunakan contoh

yang dipakai oleh Tuhan Yesus (Mat 17:20). Paulus berkata

bahwa walaupun seseorang mempunyai iman yang sedemikian,

tetapi tanpa kasih tidak berguna.

3) Kasih dibandingkan dengan perbuatan-perbuatan yang

dianggap berarti (13:3)

Meskipun aku menderita, bahkan sampai mati syahid tetapi

semua itu tak berguna bila tak disertai kasih. Bahkan sekalipun

Page 45: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 45

hartanya dihabiskan untuk menolong orang miskin tetapi bila

tidak disertai kasih tidak ada gunanya.

b. Sifat-sifat kasih (13:4-7)

1) Sabar (13:4)

Maksudnya adalah kesanggupan untuk menanggung gangguan

orang lain dan kebencian orang lain yang berulang kali tanpa

marah. Kasih mengutamakan kebaikan orang lain dan tidak

membalas (Roma 12:17; Mat 5:39).

Stefanus menyatakan sifat ini ketika ia dibunuh. Pada waktu

ia berkata: “Tuhan janganlah tanggungkan dosa ini kepada

mereka” (Kis 7:60).

Tuhan Yesus pun berbuat demikian ketika Ia berseru di atas

kayu salib: “Ya bapa, ampunilah mereka” Luk 23:34).

Yusuf, terhadap saudara-saudaranya yang jahat padanya.

2) Murah Hati (13:4)

Murah hati adalah imbangan sifat sabar. Murah hati

menginginkan kebaikan orang lain dan berusaha

mewujudkannya. Teladan utama tentang hal ini adalah Tuhan

sendiri. “Maukah egkau menganggap sepi kekayaan

kemurahanNya, kesabaran dan kelapangan hatiNya? Tidakkah

engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun

engkau kepada pertobatan?” (Roma 2:4) bdk Tit 3:4-5; Mat

11:30. Kata “enak” adalah kata yang diterjemahkan dengan

istilah “murah hati” pada 1 Kor 13:4.

3) Tidak Cemburu (13:4)

Ada dua cara untuk menyatakan kecemburuan atau iri hati:

(1) menginginkan milik orang lain. (2) mengharapkan agar

orang lain tidak memiliki apa yang dia miliki (Mat 20:1-16).

Hal yang kedua itu lebih jahat, karena menginginkan sesuatu

yang tidak baik bagi orang lain. Itu semacam kecemburuan yang

dibongkar oleh raja Salomo ketika ia menyuruh agar bayi yang

masih hidup itu dibagi dua supaya kedua ibu itu masing-masing

mendapat separo (1 Raja 3:16-27).

Kecemburuan itu terjadi juga pada Hawa ketika dia mau

menjadi seperti Allah; juga terjadi pada Kain ketika akhirnya

ia membunuh Habel, adiknya.

Apakah Saudara cemburu? Ingatlah Firman Tuhan yang

berikut: “Panas hati, kejam dan murka melanda, tetapi siapa

dapat tahan terhadap cemburu?” (Ams 27:4). Selanjutnya,

“Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri

Page 46: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 46

di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.”

(Yak 3:16).

4) Tidak Memegahkan Diri (13:4)

Tuhan Yesus punya segala alasan untuk memegahkan diri-Nya

namun Dia tidak pernah melakukannya. Tetapi ironisnya, kita

yang tidak punya alasan apapun untuk bermegah malahan sering

cenderung memegahkan diri.

5) Tidah Sombong (13:4)

Setiap hal yang baik yang kita miliki berasal dari Tuhan, karena

itu tidak ada alasan bagi kita untuk sombong. Yohanes

Pembaptis memberikan teladan yang tentang hal ini, seperti

pada saat ia berkata “Ia harus makin besar tetapi aku harus

makin kecil” (Yoh 3:30).

6) Tidak Melakukan YangTidak Sopan (13:5)

Ketidaksopanan tidak memperhatikan dan menghargai orang

lain, tetapi memperlakukan mereka dengan tidak sopan.

Perasaan orang lain tidak diperdulikan. Demikianlah

keberadaan jemaat Korintus. Bdk 11:21

7) Tidak Mencari Keuntungan Diri Sendiri (13:5)

Akar dari tabiat lama kita adalah mementingkan diri sendiri.

Kasih memperhatikan kepentingan orang lain (Fil 2:4). Jemaat

Korintus tidak membagikan makanan mereka satu kepada yang

lain dalam perjamuan Tuhan. Mereka mencari keadilan

terhadap saudara mereka, dan mereka ingin karunia-karunia

yang terbaik untuk diri sendiri.

Tuhan Yesus menjadi teladan dalam hal ini. Ia “datang bukan

untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Mat 20:28)

8) Tidak Pemarah (5)

Amarah yang dimaksudkan di sini adalah yang muncul ketika

hak kita sendiri dilanggar. Kasih tidak membalas. Amarah

merupakan salah satu sisi mata uang kepentingan diri sendiri.

Seorang yang suka menuntut kehendaknya sendiri mudah dibuat

marah.

9) Tidak Menyimpan Kesalahan Orang Lain (5)

Logizomai (yun:adalah istilah pembukuan yang

berarti “menghitung”. Seorang pemegang buku mencatat debet

dan kredit pada setiap rekening yang menjadi tanggung

jawabnya.

Dalam hubungan kita satu dengan yang lain jika kita mencatat

setiap debet (yaitu kesalahan-kesalahan terhadap kita) orang

lain, maka dapat dijamin bahwa hidup kita akan penuh

kepahitan.

Page 47: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 47

Kata yang sama ini digunakan untuk menyatakan pengampunan

yang dialami oleh mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus.

“Berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak

diperhitungkan tuhan kepadanya” (Rom. 4:8). “Allah

mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak

memperhitungkan pelanggaran mereka” (II Kor. 5:19). Dosa

orang percaya telah “dihapuskan” (Kis 3:19). Tidak dihitung

lagi.

10) Tidak berdukacita Karena Ketidakadilan (13:6)

“Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan

kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang

dan terang menjadi kegelapan…” (Yes. 5:20).

Majalah-majalah, buku-buku, dan program-program TV yang

paling populer ialah yang memuliakan dosa atau dengan

isitilah lain bersukacita karena ketidakadilan. Exp: acara

“gosip”

Kita dapat jauh dalam dosa ini. Jika kita ingin agar orang lain

jatuh dalam dosa berarti kita bersukacita karena kejahatan.

Akar dari gosip ialah sukacita karena dosa. Kasih tidak toleran

terhadap kejahatan dan tidak bersukacita karenanya.

11) Bersukacita Karena Kebenaran (13:6)

Kasih tidak berkompromi dengan ajaran yang keliru. “Dan

inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut

perintahNya” (II Yoh. 6). Kasih mementingkan yang benar,

yang baik dan yang membangun. Kasih mementingkan

kebenaran Allah.

12) Menutupi Segala Sesuatu (13:7)

“menutupi” (stegei: menutupi/menanggung)

“Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi

segala pelanggaran” (Ams. 10:12). Kasih tidak membenarkan

dosa ataupun berkompromi dengan yang jahat. Kasih

memperingatkan, memperbaiki, mendorong, menegur dan

mendisiplin. Namun kasih tidak mengumumkan keagalan dan

kesalahan orang lain. Bdk. 1 Pet 4:8.

Sifat manusia pada umumnya adalah bersukacita apabila orang

lain jatuh ke dalam dosa. Tetapi kasih berusaha menolong dan

mengangkat orang tersebut.

13) Percaya Segala Sesuatu (13:7)

Kasih menganggap bahwa oang lain tidak bermasalah sampai

telah dibuktikan orang tersebut sungguh bersalah. Teman-

teman Ayub tidak mengasihinya. Mereka menganggap

Page 48: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 48

kemalangannya adalah akibat dosanya meskipun dosa-dosa itu

belum mereka ketahui.

Kasih mencari yang terbaik dalam diri orang lain dan bukan

yang terjelek. Orang Farisi tidak mengasihi. Mereka

cenderung melihat dosa dan kejahatan dalam diri orang lain

meskipun dosa-dosa itu tidak ada.

”percaya segala sesuatu” berarti kasih tidak menaruh curiga

kepada seseorang. Ia percaya akan apa yang dikatakan

seseorang. Ia percaya akan yang baik tentang seseorang

sehingga ketika ia terbukti bersalah, kasih kasih masih

berharap kebaikan.

14. Mengharapkan Segala Sesuatu (13:7)

Kasih tidak berhenti berharap. BIS: tidak pernah hilang

harapannya dan sabar menunggu sesuatu.

15. Sabar Menanggung Segala Sesuatu (7)

Dalam bahasa Yunani yang dipakai untuk kata ”menanggung”

dalam ayat 7awal berbeda dengan 7 akhir. Pada ayat 7awal dipakai

kata stegei: menanggung, yang berarti menutupi kesalahan

orang lain; sedangkan pada ayat 7akhir dipakai kata ’upomenei (hupomenei) yang berarti sabar dalam penderitaan dan

penganiayaan.

c. Kasih itu Kekal (13:8-13)

Kasih itu tidak berkesudahan. Karunia untuk 1bernubuat, untuk 2berkata-kata dengan bahasa roh dan untuk memiliki seluruh 3pengetahuan disediakan untuk dunia yang fana ini, tetapi kasih

disediakan untuk dunia kekal.

Karunia 1, 2 dan 3 itu hanya diperlukan sekarang, yaitu pada masa jemaat

Kristus, tetapi apabila tiba waktunya ketiganya akan berhenti dan

lenyap. Kapan waktunya? Tentu pada waktu Tuhan Yesus datang

yang kedua kalinya. Pada waktu itu manusia tidak perlu bernubuat

lagi, bahkan bahasa roh tidak diperlukan lagi.

13:13, ”Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman,

pengharapan dan kasih, dan yang paling bersar diantaranya

ialah KASIH.”

Iman, sebagai dasar untuk memperoleh keselamatan yang

sudah selesai dikerjakan oleh Yesus Kristus. Iman harus tetap

ada supaya kita dapat merasakan persekutuan dengan Kristus.

Page 49: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 49

Pengharapan, yang mendorong kita untuk menantikan

dengan penuh keyakinan kegenapan keselamatan itu pada

waktu Tuhan Yesus datang untuk yang kedua kalinya.

Pengharapan akan senantiasa memperoleh kemuliaan-

kemuliaan dalam masa yang kekal itu.

Kasih, memampukan kita untuk senantiasa bersandar pada

Kristus yang mendiami kita serta menerima semua orang

percaya kepada Kristus. Kasih menjadi kekuatan bagi iman

dan pengrapan kita.

Ketiga unsur kehidupan Kristen ini kekal dan tidak akan

berlalu. Ketiganya akan tetap selama-lamanya meskipun

dalam masa yang sempurna dan kekal.

2. Segalanya Harus Saling Membangun (14:1-40)

Paulus telah mengatakan bahwa 1Karunia-karuia diberikan menurut

kehendak Roh, 2Tujuan karunia-karunia adalah untuk kebaikan semua

anggota dan harus dinyatakan dalam kasih. 3Ada karunia-karunia yang

lebih utama karena lebih bermanfaat. Sekarang ia membahas bahasa

lidah.

Apa Itu Karunia Bahasa Lidah?

Ada dua pandangan utama: Pertama, bahasa lidah adalah ungkapan

yang tidak berarti, tidak dimengerti dan merupakan suatu ungkapan

yang luar biasa. Kedua, bahasa lidah adalah bahasa manusia yang

tidak diketahui oleh jemaat Korintus.

Hubungannya Dengan Karunia Bahasa Lidah Itu Pada Hari

Pentakosta

Rupanya karunia bahasa lidah yang dinyatakan dalam surat I

Korintus sama dengan karunia yang diberikan kepada rasul-rasul

pada hari Pentakosta. Kata (yun: glwssa) digunakan dalam Kisah

Para Rasul dan I Korintus.

Tetapi ada perbedaan juga.

o Dalam I Korintus Paulus mengatakan bahwa tidak semua

berbicara dalam bahasa lidah, tetapi di Yerusalem semua.

o Di Korintus bahasa lidah tidak dimengerti. Pada hari Pentakosta

dimengerti oleh berbagai-bagai bangsa.

o Tujuannya pada hari Pentakosta ialah menjadi tanda akan

kedatangan Roh Kudus dan tanda bagi orang Yahudi. Di

Korintus karunia itu diberi untuk membangun anggota-anggota

jemaat dan sebagai tanda kepada orang Yahudi

Page 50: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 50

Gunanya Bahasa Lidah (14:1-20)

1. Bahasa lidah dan nubuat dibandingkan (14:1-5)

Paulus melanjutkan pokok yang dibahas pada akhir fasal 12.

Ia menganggap karunia “nubuat” itu sebagai salah satu karunia

yang paling utama. Rupanya yang dianggap lebih utama adalah

karunia-karunia yang lebih membangun.

a. 14:1: Terjemahan Baru mengatakan “usahakanlah dirimu

memperoleh” (1). Seharusnya ini diterjemahkan “inginilah

karunia-karunia’. Seharusnya mereka mempunyai keinginan

agar karunai-karunia tersebut dinyatakan dalam jemaat.

Teristimewa karunia nubuat.

b. 14:2: Karunia bahasa lidah diutamakan tetapi karunia ini

tidak berguna karena tidak ada yang dapat

menterjemahkannya. Apa gunanya suatu berita yang

disampaikan dalam bahasa asing kalau tidak ada yang

menterjemahkannya? Karunia itu tidak membangun.

c. 14:3: siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada

manusia, ia membangun dan menasehati dan menghibur.

d. 14:4: Seorang yang bebahasa lidah tidak membangun orang

lain melainkan dirinya saja. Tetapi membangun dirinya

dalam arti apa? Ia sendiri tidak mengerti bahasa itu. Ia

dibangun dalam perasaannya. Ia insaf bahwa dia memakai

bahasa lidah maka hatinya dibesarkan dan Ia bersukacita

tetapi ini hal yang sangat terbatas dan yang dengan mudah

dapat menjadi dasar kesombongan. Seharusnya kita ingin

membangun orang lain karena itulah tujuan dari karunia-

karunia (12:7; 10:24; I Pt. 4:10).

e. 14:5: Paulus tidak mempersalahkan bahasa lidah.

Ia malah berkata bahwa ia senang jika setiap mereka dapat

berbahasa lidah. Tetapi ia juga telah mengucapkan keinginan

yang sama mengenai hal tidak nikah (7:7). Memang dia insaf

bahwa semua tidak punya karunia berbahasa lidah. Tetapi

Paulus lebih mengutamakan karunia bernubuat agar jemaat

dapat dibangun.

2. Komunikasi sangat penting dalam pelayanan jemaat (14: 6-17)

a. 14:6: Karunia bahasa lidah tidak membangun dan juga

tidak dapat dimengerti. Meskipun Paulus sendiri yang

memakainya jemaat tetap tidak akan mengerti. Maka karunia

itu tidak berguna bagi jemaat.

b. Dua contoh (14:7-8)

1) Alat-alat musik sia-sia jika tidak ada lagu. Yaitu jika tidak

ada perbedaan antara nota yang sah dengan not yang lain.

Page 51: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 51

2) Tentara belajar menafsirkan bunyi nafiri. Kalau lagunya

begini atau begitu dia tahu apa yang harus ia lakukan.

Tetapi jika bunyi nafiri itu sendiri tidak jelas, maka tentu

tentara-tentara tersebut akan bingung.

Lagu-lagu atau bunyi harus jelas, harus dapat dimengerti.

Kalau tidak, tidak akan berhasil ataupun berguna.

c. 14:19-22: Sama seperti halnya dengan alat-alat musik,

bahasa-bahasa manusia tidak berguna jika tidak dimengerti.

Demikian pula dengan bahasa lidah. Jika bahasa tersebut

tidak diterjemahkan, maka hal ini tidak akan berguna bagi

jemaat. Bahasa lidah yang diterjemahkan dapat membangun

jemaat. Oleh karena itu seseorang yang dapat berbahasa lidah

harus berdoa supaya ia juga dapat menterjemahkannya (13).

Paulus berkata bahwa ia akan berdoa dengan rohnya dan

dengan akal budinya. Prinsip “membangun” menuntut Paulus

untuk menggunakan bahasa biasa dalam jemaat, agar setiap

orang dalam jemaat dapat mengerti (14-17).

d. Evaluasi Paulus sendiri (14:18-19)

Rasul Paulus dapat berbahasa lidah lebih dari mereka.

Ia lebih mementingkan dalam membangun orang lain

daripada membangun diri sendiri. Di dalam jemaat ia tidak

akan menggunakan bahasa lidah. Lebih baik mengucapkan

lima kata saja yang dapat dimengerti daripada ribuan kata

yang tidak dapat dimengerti.

Tujuan Bahasa Lidah (14:20-25)

1. 14:20: Jemaat Korintus menekankan bahasa lidah – kenyataan ini

menunjukkan bahwa mereka belum dewasa – masih seperti kanak-

kanak. Anak-anak suka yang menonjol. Mereka sangat tertarik

dengan yang kelihatan. Rasul Paulus ingin supaya jemaat Korintus

bertumbuh menjadi dewasa dengan lebih mementingkan karunia-

karuia yang membangun jemaat.

2. Paulus mengutip dari Yes. 28;11-12. Ia mengatakan bahwa bahasa

lidah merupakan penggenapan dari ayat-ayat tersebut. Bahasa asing

(lidah) yang tidak dimengerti merupakan tanda bagi orang yang

tidak dipercaya. Siapakah orang yang tidak percaya itu? Dan apa

maksudnya tanda tersebut?

Yesaya bernubuat dan menyatakan bahwa Allah akan menghukum

orang Yehuda. Orang asing akan datang dan berbahasa asing.

Bahasa itu akan menjadi tanda akan penghukuman.

800 tahun sebelum Yesaya Allah pernah memperingatkan Israel

bahwa “Tuhan akan mendatangkan kepadamu suatu bangsa dari

jauh, dari ujung bumi, seperti rajawali yang datang menyambar;

suatu bangsa yang engkau tidak mengerti” (Ul. 28:49). Bahasa itu

Page 52: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 52

merupakan tanda penghukuman. Karena kejahatan orang Yehuda

maka Allah mengizinkan bangsa asing menyerbu daerah Yehuda.

Pada hari Pentakosta bahasa lidah mulai dipakai. Itu merupakan

tanda kepada Israel akan penghukuman yang akan dijatuhkan

kepada mereka. Hukuman pernah dijatuhkan kepada Israel dan

Yehuda yang terus memberontak. Lebih-lebih hukuman itu akan

dijatuhkan pada mereka yang menyalibkan Anak Allah. Hukuman

itu jatuh pada tahun 70 T.M. ketika Yerusalem dimusnahkan (bdk.

Lk. 19:44; 21:20-24 dan KPR 2:36). Lebih dari satu juta orang

Yahudi ditumpas; banyak dibawa tertawan; Bait Allah dijarah,

dinajiskan lalu dimusnahkan; dan selebihnya dari kota itu dibakar

sampai rata dengan tanah (Lk. 19:44; bdgk. 21:20-24).

Kalau ini tujuan bahasa lidah, yaitu sebagai tanda kepada orang

Yahudi yang tidak percaya, berarti tujuannya sudah berlalu karena

yang ditandai olehnya sudah terjadi.

3. Tetapi ada tujuan lainnya juga. Jemaat Tuhan Yesus didirikan atas

dasar rasul-rasul dan nabi-nabi (Ef. 2:20). Pada zaman rasul-rasul

dan nabi-nabi ada tanda-tanda yang menyatakan bahwa mereka

sungguh merupakan rasul-rasul. Tanda-tanda ajaib menunjuk

kepada wewenang rasul-rasul itu.

4. Ada manfaat dari bahasa lidah juga. Tujuannya juga adalah untuk

membangun. Bagaimana isinya berita bahasa lidah? Apakah

merupakan wahyu atau berita baru dari Tuhan? Ada yang

menganggapnya bukan sumber wahyu baru tetapi ajaran dari Allah

berdasarkan wahyu yang sudah diberikan. Kalau demikian, berarti

isi bahasa lidah tidak berbeda dengan kutipan Alkitab. Agak

menarik juga bahwa tidak ada satu katapun dari bahasa lidah yang

dicatat ataupun ditejemahkan. Tetapi telah dtulis bahwa pada hari

Pentakosta orang-orang berkata: “Kita mendengar mereka berkata-

kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar

yang dilakukan Allah” (KPR 2:11). Maka bahasa lidah dapat

membangun jemaat asal diterjemahkan.

5. 14:22: Bahasa lidah adalah tanda bagi orang yang tidak percaya

bahwa hukuman Allah akan jatuh kepadanya. Tetapi merkipun

mereka mendengarnya mereka akan menganggap jemaat gila.

Tetapi nubuatb lebih menguntungkan karena membangun orang-

orang percaya serta meyakinkan orang-orang yang belum percaya

akan kejahatan mereka. Maka menurut Paulus hal bernubuat jauh

lebih berarti dan praktis dari pada bahasa lidah.

Prosedur Untuk Penggunaan Bahasa Lidah (14:26-28)

1. 14:26: Berdasarkan doktrin (ajaran) mengenai bahasa lidah yang

terdapat dalam ayat 1-25, Paulus menjelaskan caranya karunia itu

dapat digunakan.

Semua karunia harus dipergunakan untuk membangun.(14:26)

Page 53: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 53

“Saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu

lakukan” (1 Tes. 5:11).

“Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama

kita demi kebaikannya untuk membangunnya. Karena Kristus

juga tidak mencari kesenanganNya sendiri” (Roma 15:2-3).

2. 14:27-28: Dalam ayat-ayat ini ada empat peraturan penggunaan

bahasa lidah.

a. Yang berbahasa lidah 2 atau sebanyak-banyaknya 3 orang.

b. Harus ada yang menafsirkannya.

c. Jika tidak ada yang menafsirkannya hendaknya berdiam diri

dalam pertemuan jemaat.

d. Bahasa lidah berkata-kata terhadap diri sendiri dan kepada

Allah, tidak harus diucapkan pada pertemuan jemaat.

Prosedur Untuk Bernubuat (14:29-33a)

1. Prosedur yang diberikan untuk mengatur penggunaan karunia

bernubuat sama seperti prosedur yang diberikan untuk mengatur

karunia bahasa lidah.

a. Hanya dua atau tiga orang nabi yang boleh benubuat.

b. Orang-orang lain (nabi-nabi lain) menanggapi berita-berita itu

yang disampaikan. Mereka bertanggung jawab menentukan

apakah berita itu berasal dari Allah atau tidak (bdk. I Yoh. 4:1).

c. Jika seorang nabi sedang berbicara (mungkin ia telah menerima

suatu wahyu sebelum kebaktian) lalu tiba-tiba seorang nabi yang

lain menerima penyataan (wahyu) maka yang berbicara harus

berdiam diri (14:30).

d. Mereka boleh bernubuat satu demi satu (14:31).

2. 14:32-33: Menurut Paulus karunia (Yun: ) nabi takluk

kepada nabi-nabi. Berarti setiap nabi dapat menguasai diri. Mereka

tidak bernubuat dalam keadaan seperti orang gila yang tidak sadar

akan perbuatannya. Setiap nabi dapat mengontrol dirinya dan dan

menunggu sampai saat lain untuk memberitakan wahyunya.

Rupanya nabi-nabi di Korintus turut mengacaukan jemaat seperti

mereka yang berbahasa lidah.

Peraturan Mengenai Perempuan-perempuan Dalam Jemaat

(14:34-38)

Paulus menegaskan bahwa ajaranya mengenai wanita-wanita tidak

berasal kebudayaan, geografi atau tradisi setempat tetapi merupakan

pinsip universal “dalam semua Jemaat orang-orang kudus”.

Para wanita yang turut berbahasa lidah ataupun bernubuat hanya

menambah kekacauan dalam jemaat itu. Seharusnya mereka tidak

turut berpartisipasi tetapi berdiam diri.

Page 54: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 54

Menurut peraturan Allah bagi jemaat wanita wajib “menundukkan

diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat.” Rupanya nats

yang dimaksudkan ialah Kej. 3:16: “Suami…akan berkuasa atasmu.”

Sesuai dengan prinsip itu wanita dilarang berbicara dalam kebaktian

di rumah ibadah orang Yahudi.

Ada wanita yang punya karunia bernubuat (Kis 21:8) tetapi mereka

dilarang melayani dalam kebaktian jemaat. Mereka dilarang karena

wanita dilarang berbicara dalam kebaktian.

Menurut ayat 35 bukan hanya pelayan wanita yang dilarang dalam

kebaktian tetapi mereka dilarang juga bertanya. Memang ada waktu

dan kesempatan dalam petemuan-pertemuan informal untuk laki-laki

dan perempuan berpartisipasi dan saling membagikan pengertian dan

pertanyaan mereka. Tetapi ketika jemaat bertemu untuk berbakti

peraturan-peraturan Allah jelas.

Ada orang di dalam jemaat Korintus yang tidak setuju. Mereka mau

ikut standar dan prinsip sendiri. Tidak mengherankan juga karena sifat

kesombongan mereka sudah nyata dalam jemaat itu. Mereka

menganggap pendapat mereka sendiri lebih tinggi dari prinsip-prinsip

Allah. Oleh karena itu Paulus menentang mereka dalam ayat 36.

Seolah-olah Paulus berkata: “Kalau kamu bukan sumber Firman Allah

taatilah Firman itu.” Lalu Paulus menegaskan bahwa prinsip-prinsip

yang ia ajarkan merupakan perintah Allah (37).

Nasihat Terakhir (14:39-40)

”...usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia bernubuat dan

jangan melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh.”

tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.

D. Doktrin Kebangkitan (1 Kor 15)

Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya “Bahwa Anak Manusia harus

menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, iman-imam kepala

dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari” (Mar 8:31;

bdk 9:9, 31). Ia berkata: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa

percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yoh 11:25).

Kedua khotbah setelah hari Pentakosta berpusat pada kebangkitan Kristus

(Kis 2:14-36; 3:12-26). Karena kebenaran Injil tersebut maka murid-murid

yang berdukacita itu menjadi saksi yang sangat berani sehingga dalam

beberapa tahun mereka dapat memberitakan Injil ke seluruh kekaisaran Roma

dan lebih jauh lagi. Kepercayaan akan kebangkitan yaitu kepercayaan bahwa

hidup ini suma suatu pendahuluan untuk hidup yang akan dating tidak dapat

ditiadakan oleh ejekan, penara, penganiayaan maupun kematian.

Kebangkitan Yesus merupakan batu penjuru Injil Tuhan Yesus yang telah

menjadi fokus serangan iblis terhadap jemaat. Jika kebangkitan ditiadakan,

maka kuasa Injil ditiadakan, keilahian Kristus ditiadakan, keselamatan dari

dosa ditiadakan dan hidup yang kekal ditiadakan. Jika Kristus tidak bangkit,

Page 55: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 55

bagaimanakah orang yang percaya kepada-Nya dapat berharap bahwa mereka

akan dibangkitkan?

Tanpa kebangkitan Kristus keselamatan tidak dapat diberikan dan tanpa

kepercayaan akan kebangkitan-Nya keselamatan tidak dapat diterima (bdk

Roma 10:9).

Masalah doktrin yang menjadi fokus dalam fasal ini, bukan ketidak percayaan

jemaat Korintus akan kebangkitan Kristus, tetapi kebingungan tentang

kebangkitan mereka sendiri. Paulus tidak berusaha meyakinkan mereka akan

kebangkitan Kristus tetapi meyakinkan mereka bahwa suatu saat nanti

mereka juga akan dibangkitkan dan hidup untuk selamanya.

1. Kebangkitan Kristus Merupakan Inti Injil (1 Kor 15:1-11)

a. Pendahuluan (15:1-2)

Jemaat Korintus sudah diinjili dan berita Injil yang disampaikan kepada

mereka itu mengandung ajaran tentang kebangkitan Yesus. Dan mereka

sudah menerima Yesus itu berarti mereka sudah diselamatkan.

“asal kamu teguh berpegang padanya”, tidak berarti mungkin mereka

akan kehilangan keselamatan. Kata ini merupakan peringatan akan

iman yang tidak sempurna dan tidak sungguh-sungguh.

Ajaran Paulus tentang keyakinan keselamatan orang percaya sangat

jelas (bacalah Roma 8:29-30 bdk 35-39; 5:9-10; 9:23)

Tuhan Yesus berulangkali menyinggung tentang orang yang imannya

hanya berpura-pura:

Perumpamaaan tentang seorang penabur (Mat 13:1-23)

Seringkali ilalang mirip dengan gandum (Mat 13:24-30, 34-43)

Ia menjelaskan tentang ikan-ikan yang ditangkap dalam satu

pukat; yang baik disimpan dan yang jelek dibuang.

Ia juga membicarakan ruma-rumah tanpa pondasi (Mat 7:24-27)

Para perawan tanpa persediaan minya untuk lampunya (Mat…

Ada orang yang percaya seperti roh-roh jahat (Yak 2:19).

Mereka mengaku Kristus tetapi tidak mnyerahkan hidupnya

kepada-Nya.

Banyak orang mempunyai iman yang pura-pura. “Banyak” orang akan

berkata “Tuhan, Tuhan” pada hari terakhir tetapi aka ditolak karena

iman mereka kosong (Mat. 7:22-23; 25:11-12). Mereka yang

meniggalkan Kristus dan jemaatNya membuktikan bahwa

sesungguhnya mereka belum pernah menjadi milikNya (1 Yoh. 2:19

bacalah). Hanya mereka yang “tetap dalam firmanKu” yang “teguh

berpegang padanya” “benar-benar adalah muridKu” (Yoh. 8:31;

bdk II Kor. 13:5; 11 Yoh. 9). Meskipun dalam jemaat Kointus masih

ada yang hanya berpura-pura saja percaya, namun banyak pula yang

sungguh percaya akan kematian dan kebangkitan Kristus.

Page 56: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 56

b. Kesaksian Kitab Suci (15:3-4)

Rasul Paulus membuktikan inti dari Injil dengan menggunakan Kitab

Suci yaitu Perjanjian Lama. Yang telah disampaikan oleh Paulus bukan

suatu berita buatan diri sendiri atau kabar angina tetapi berita yang

disampaikannya adalah kabar dari Allah sendiri.

Perjanjian Lama telah menyatakan kematian dan kebangkitan Kristus

sebelumnya.

Kepada kedua murid yang menuju Emaus itu Yesus berkata:

“Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga

kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para

nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk

masuk ke dalam kemuliaanNya? Lalu Ia menjelaskan kepada

mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab

Suci…” (Lk. 24:25-27).

Pada hari Pentakosta Petrus mengutip dari Mazmur 16 dan

mengatakan bahwa Daud “melihat ke depan dan telah berbicara

tentang kebangkitan Mesias” (KPR 2:25-31).

Paulus berkata kepada Raja Agrippa: “Tetapi oleh pertolongan

Allah aku dapat hidup sampai sekarang dan memberi kesaksian

kepada orang-orang besar. Dan apa yang kuberitakan itu tidak

lain daripada sebelumnya yang telah diberitahukan oleh para

nabi dan juga oleh Musa, yaitu, bahwa Mesias harus menderita

sengsara dan Ia adalah yang pertama akan bangkit dari antara

orang mati, dan bahwa Ia akan memebritakan terang kepada

bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain” (KPR 26:22-23).

Tuhan Yesus, Petrus dan Paulus mengutip dan menunjuk kepada

nats-nats berikut ini: Kej. 22:8, 14; Maz. 16:8-11; Maz. 22; Yes.

53 dan Hosea 6:2).

c. Kesaksian Para Saksi-Mata (15:5-7)

Selama sejarah manusia kesaksian seorang saksi mata yang jujur dan

bertanggung jawab dianggap sebagai bukti yang tekuat di pengadilan.

Ahli sejarah Thomas Arnold dari oxfod Inggris telah menulis: “Saya

tidak tahu akan satu kenyataanpun dalam sejarah manusia yang telah

dibuktikan dengan cara yang lebih baik dan dengan bukti yang lebih

lengkap daripada tanda besar yang Allah berikan kepada kita bahwa

Kristus mati dan bangkit kembali dari antara orang mati.”

1) Petrus

Rasul yang pertama kali melihat Tuhan Yesus setelah

kebangkitanNya ialah Petrus. Mengapa Petrus dulu? Mungkin

karena ia menjadi pemimpin rasul-rasul dan juga mungkin karena

ia telah menyangkal Kristus. Kristus ingin menyatakan bahwa Ia

tidak menolak Petrus. Kita tidak diberitahukan tentang pertemuan

itu tetapi jelas pertemuan itu terjadi setelah Ia menampakkan

Page 57: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 57

DiriNya kepada Maria dan sebelum Ia dilihat oleh kedua murid

yang menuju ke Emaus (Lk. 24:34).

2) Dua Belas Rasul

Semua rasul melihat Tuhan Yesus pada malam hari sesudah

kebangkitanNya (Yoh. 20:19; Lk. 24:36, lihat juga Kis 1:22).

3) Lima Ratus Saudara

Lima ratus orang lebih melihat Tuhan Yesus sekaligus. Pada saat

Paulus menulis surat ini, 20 tahun lebih sesduah kebangkitan,

kebanyakan saudara itu masih hidup.

4) Yakobus

Ada dua rasul yang bernama Yakobus (Mk. 3:17-18). Tetapi

kemungkinan Yakobus ini adalah adik Tuhan Yesus yang menulis

surat Yakobus dan memimpin jemaat di Yerusalem (Kis 15:13-

21).

5) Saksi Mata yang khusus (15:8-11)

Paulus sendiri adalah saksi mata dari kebangkitan Kristus.

Ia saksi yang terakhir. Dia melihat tuhan yesus setelah Tuhan

telah kembali ke surga. Ia melihatNya sebelum ia percaya. Dia

berkata: “Seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya” (8b).

kata yang dipakai di sini menunjuk kepada kelahiran janin yang

belum sanggup hidup di luar rahim ibunya. Mungkin Paulus

memaksudkan bahwa ia tiba-tiba melihat Tuhan Yesus dan

diangkat menjadi rasul sebelum waktunya yang wajar. Ia masih

dalam keadaan memberontak terhadap Tuhan dan jemaatNya ia

tidak mengalami tahun-tahun persiapan seperti rasul-rasul

lainnya.

Ayat 9-10: Rasul Petrus selalu heran karena ia dipanggil oleh

Tuhan Yesus menjadi seorang rasul. Dia insaf bahwa dosa-

dosanya telah diampuni tetapi dia tidak lupa akan besarnya hutang

dosa itu yang telah diampuni dan dia insaf bahwa dia mengalami

kasih karunia Allah.

2. Akibat Penyangkalan Kebangkitan (1 Kor 15:12-19)

Sudah jelas dari ayat 1-11 bahwa jemaat Korintus percaya kepada

kebangkitan Kristus. Kalau Kristus telah bangkit:

o Kebangkitan jelas dapat terjadi; sebaliknya kalau manusia tidak

dapat bangkit berarti

o Kristus belum bangkit juga. Kedua kebangkitan itu jatuh atau

berdiri bersama.

Rupanya kesulitan mereka dalam menerima satu kebangkitan (Kristus) dan

bukan yang lain (kebangkitan manusia) diakibatkan oleh pengaruh filsafat

dan agama yang dulu mereka anut. Aliran-aliran kepercayaan pada zaman

Page 58: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 58

itu sama seperti pada zaman ini keliru sekali mengenai keadaan manusia

setelah kematian.

Ada yang menganggap bahwa roh manusia tidur. Yang lain percaya bahwa

kita lenyap habis seperti binatang. Yang lain lagi percaya bahwa roh

manusia kembali seperti binatnag atau orang lain. Ada yang percaya

bahwa kita kembali kepada sumber kita dan dihisap ke dalam otak ilahi

yang unifersal atau oknum unifersal.

Satu kepercayaan di antara orang Yunani ialah bahwa yang rohani adalah

baik dan yang jasmani adalah jahat. Ini disebut dualisme maka gagasan

bahwa tubuh ini akan dibangkitkan menjijikkan. Mereka menganggap

tubuh sebagai penjara. Paulus diejek oleh orang-orang di Atena karena

mengajar tentang kebangkitan (Kis 17:23). Mungkin juga jemaat Korintus

dipengaruhi oleh ajarn ini sehingga tidak menerima kebenaran

kebangkitan. Kebangkitan di ajar dalam Perjanjian Lama (Ayub 19:26;

Dan. 12:2) tetapi ajaran itu singkat saja. Tetapi dalam Perjanjian Baru

sangat banyak ajarannya. Tuhan Yesus berkata, “tidak ada seorangpun

yang dapat dating kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh bapa yang

mengutus Aku, dan ia akan Kubangitakan pada akhir jaman” (Yoh. 6:44).

Kepada Marta Ia berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa

percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yoh. 11:25).

Dasar ajaran rasul-rasul ialah bahwa Kristus telah mati dan bangkit.pada

waktu Petrus dan Yohanes sedang berkotbah di Yerusalem mereka

“didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang

Saduki. Oran-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang

banyak dan memberitakan bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara

orang mati” (Kis 4:1-2). Sebelum ia menulis surat I Korintus, Rasul

paulus pernah menulis kepada jemaat Tesalonika, “pada waktu penghulu

malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan

turun dari surga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dulu

bangkit” (I Tes. 4:16). Pasti hal ini telah diajar oleh Paulus kepada jemaat

Korintus dan dalam surat berikutnya kepada mereka ia berkata, “Ia yang

telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga

bersama-sama dengan Yesus” (II kor. 4:14).

Meskipun kebangkitan orang pecaya diajar dalam Perjanjianj lama, dalam

ajaran Tuhan Yesus, dan para rasul, tetapi keragu-raguan telah menular di

antara jemaat Korintus. Keragu-raguan ini yang diserang dengan kuat oleh

rasul Paulus di sini.

15 :12: Jika mereka percaya (ayat 1, 11) bahwa Kristus telah bangkit

bagaimanakah mereka secara logis dapat menyangkal kebangkitan? Jika

Kistus bangkit berarti kebangkitan sungguh mungkin terjadi.

Dalam ayat 13-19 Paulus menunjukkan bahwa kebangkitan itu bukan

hanya mungkin tetapi sangat penting. Dia menyatakan tujuh akibat

(malapetaka) jika tidak ada kebangkitan. Apa jadinya kalau tidak ada

kebangkitan orang mati ?

Page 59: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 59

1) Kristus juga tidak dibangkitkan (15:13)

Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak

dibangkitkan.

2) Pemberitaan Injil Sia-sia (15:14a)

Kalau Kristus tidak bangkit, maka dosa, maut, dan neraka tidak

dapat dikalahkan dan tetap menguasai manusia. Maka tanpa

kebangkitan Kristus, tidak ada berita kesukaan sama sekali.

3) Kepercayaan Kita Sia-sia (15:14b)

Seorang juruselamat yang mati saja tidak dapat memberikan

kehidupan. Kalau tidak ada kebangkitan maka Kristus tidak

bangkit dan kita tidak akan bangkit. Maka iman kepada seorang

Mesias seperti itu “sia-sia” (kenos, kosong). Tanpa kebangkitan

pahlawan-pahlawan iman dalam Ibrani 11 menjadi pahlawan

kebodohan.

4) Semua Saksi dan Pemberita Kebangkitan Adalah Dusta

(15:15)

Andaikata kita menyangkal kebenaran tentang kebangkitan kita

maka dengan kata lain, kita mengatakan bahwa para rasul itu

adalah penjahat yang sengaja berdusta. Dan jika mereka berdusta

tentang inti dari Ijil itu, bagaimanakah mungkin ajaran-ajaran

mereka tentang hal-hal moral dapat dianggap ajaran mulia dan

dapat diterima?

5) Semua Orang Percaya Masih Berada Dalam Dosa(15:16-17)

Dalam ayat 16 Paulus mengulangi argumentasinya yang pokok

lalu ia berkata bahwa orang percaya sama saja dengan orang yang

belum percaya. Kita sama seperti mereka yang kepadanya Yesus

berkata, “kamu akan mati dalam dosamu” (Yoh. 8:21). Jika

Kristus belum bangkit maka kematianNya hanyalah sia-sia. Iman

kepada Dia hanya sia-sia dan dosa-dosa kita masih

diperhitungkan kepada kita. Tetapi Kristus bangkit? Bacalah Kis

5:30-31.

6) Semua Orang Percaya Binasa (15:18) ]

Semua orang saleh dalam Perjanjian Lama dan semua kekasih

mereka yang telah mati dalam Kristus akan disiksa untuk selama-

lamanya. Mereka tanpa Allah dan tanpa pengharapan.

7) Orang-orang Percaya Adalah Orang yang Paling Malang

(15:19)

Tanpa kebangkitan tidak punya juruselamat, pengampunan dosa,

Injil, hidup, maupun pengharapan. Kita mengajar, berkhotbah,

menderita, berkorban dan bekerja dengan sia-sia.

Page 60: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 60

3. Pengharapan Bagi Orang Percaya (1 Kor 20-34)

a. Rencana Kebangkitan (15:20-28)

Firman Allah menjelaskan kebangkitan orang percaya dalam nats-nats

berikut ini: Wahyu 20:6; I Tes. 4:13-18; II Kor. 5:1-5; Lk. 14:14; Yoh.

5:29. Kebangkitan itu disebut kebangkitan pertama. Kebangkitan yang

kedua adalah kebangkitan orag yang tidak percaya (Yoh. 5:29).

Paulus telah mengingatkan jemaat Korintus bahwa mereka sudah

percaya kepada kebangkitan Kristus (1-11) dan jika mereka menerima

kebangkitan itu logis juga jika mereka percaya akan kebangkitan

semua orang saleh. Lalu ia mendaftarkan tujuh akibat (malapetaka)

jika manusia tidak bangkit (13-19).

Sekarang dalam ayat 20-28 ia menjelaskan tiga segi dari kebangkitan

pertama itu.

1) Sang Penebus (15:20-22)

Sang Mesias telah bangkit dari antara orang mati “sebagai

yang sulung” atau sebagai hasil pertama.

Sebelum orang Israel menuai hasil tanah, mereka

membawa “hasil pertama” kepada imam-imam sebagai

persembahan kepada Tuhan (Im. 23:10). Panen tidak dapat

dituai sebelum hasil pertama dipersembahkan.

Itu maksud paulus di sini. Kebangkitan Kristus merupakan

hasil pertama dari semua orng percaya yang akan bangkit.

Kritus merupakan persemahan kepada Allah bagi kita.

Selain itu hasil pertama menunjuk kepada panen yang

akan dituai. Kebangkitan Kristus menunjuk kepada

kebangkitan semua orang saleh. Karena Dia bangkit

mereka pasti akan bangkit.

Kebangkitan yang dimaksudkan oleh paulus adalah

kebangkitan yang permanen. Beberapa orang dibangkitkan

sebelum Yesus bangkit tetapi mereka semua mati lagi.

Kita semua mati karena Adam. Kita juga akan bangkit

karena Adam terakhir. Dua-duanya adalah manusia dan

akibat dari tindakan mereka berlaku bagi semua orang

yang bersekutu dengan mereka. Maksudnya maut menular

kepada semua orang adalah karena semua memiliki

persekutuan dengan Adam. Dalam persekutuan dengan

Kristus semua orang akan bangkit kembali. “Jadi sama

oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi

orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang

semua orang menjadi benar” (Roma 5:19).

Kata “semua” muncul dua kali dalam ayat 22 tetapi

maksudnya berbeda. Kata “semua” yang pertama menunjuk

Page 61: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 61

kepada semua orang secara unifersal, karena semua secara

mutlak adalah keturunan Adam.

Kata “semua” yang kedua juga menunjuk kepada keturunan,

tetapi di sini keturunan Kristus. Kata “semua” yang kedua itu

menunjuk kepada mereka yang berada dalam persekutuan

dengan Kristus.

2) Mereka yang Ditebus (15:23)

Kristus adalah “hasil pertama”dan milik Kristus merupakan

panen. Kita tidak tahu kapankah akan terjadi panen itu tetapi

kita tahu urutannya. Kristus dulu lalu milikNya pada waktu

kedatanganNia kembali.

Ada yang berpendapat bahwa kebangkitan pertama akan

dilaksanakan dalam tiga tahap. Pertama, mencakup semua

orang yang telah percaya antara hari Pentakosta dan

pengangkatan (repture) jemaat Kristus. Kedua, yakni

kebangkitan semua orang saleh pada tujuh tahun mana

Tribulasi dan tahap ketiga (mungkin pada saat yang sama

dengan tahap kedua) ialah kebangkitan semua orang saleh

dari Perjanjian Lama.

Tatapi mungkin juga kebangkitan pertama akan terjadi pada

satu saat setelah masa Tribulasi. Tak ada bukti yang jelas

bahwa kebangkitan pertama dapat dibagi dalam tiga atau dua

tahap (Yoh 5:29; Why 20:4-6)

3) Kesudahan Zaman (15:24-28)

Di sini Paulus menjelaskan beberapa hal yang akan terjadi

pada hari-hari terakhir. Pada akhir zaman semua akan

dipulihkan kembali di bawah kuasa Kristus. Dosa tidak ada

lagi dan Allah akan memerintah tanpa musuh dan tanpa

tantangan dari siapapun. Kristus mengembalikan dunia ini

kepada Bapa yang telah mengutusNya untuk merebutnya

kembali.

Yesus (Adam terakhir) akan mengalahkan setiap musuh.

Ia akan memerintah sampai setiap kuasa dikalahkan. Ini akan

terjadi pada zaman Milenium. Gambaran yang dinyatakan

oleh kata “semua musuhNya di bawah kakiNya” berasal dari

kebiasaan dari zaman purbakala di mana raja duduk lebih

tinggi dari orang lain sehingga ketika orang berlutut

dihadapannya maka mereka benar-benar berada lebih rendah

dari kakinya. Sering seorang raja meletakkan kakinya di atas

leher panglima atau raja yang telah dikalahkannya untuk

melambangka bahwa musuhnya telah ditaklukkan.

Pada zaman Milenium pemberontakan tidak akan diizinkan

tetapi tetap ada pemberontakan dalam hati manusia. Karena

musuh-musuhNya tidak akan tunduk degan sukarela maka Ia

Page 62: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 62

akan memerintah mereka dengan “gada besi” (Why 19:15).

Pada akhir 1000 tahun itu iblis akan dilepaskan da ia akan

memimpin pemberontakan yang terakhir (Why 20:7-9).

Kemudian ia serta semua pengikutnya akan dilemparkan ke

dalam lautan api (Why 20:10-15). Pada saat itu maut akan

dibinasakan (15:26).

Kerajaan yang akan diserahkan kepada Bapa adalah kerajaan

yang ditebus. Penduduknya adalah orang-orang yang telah

ditebus dan dunia akan diciptakanNya kembali (Why 21:1-2).

Kalau tidak ada kebangkitan berarti tidak ada penduduk

untuk kerajaan Allah dan tidak ada Tuhan untuk memerintah.

Firman Allah berkata bahwa kerajaanNya tidak akan

berkesudahan (Lk 1:33) dan Ia beserta umatNya tidak akan

berkesudahan.

Ayat 28, dari inkarnasiNya sampai Ia menyerahkan kerajaan

kepada Bapa, Kristus mengambil peran seorang hamba.

Tetapi ketika Ia menyelesaikan tugasNya Ia akan

menaklukkan diriNya di bawah Bapa. Tetapi Kristus akan

tetap memerintah karena pemerintahanNya adalah kekal

(Why 11:15). Sulit untuk mengerti semua yang terkandung

dalam ayat ini.

b. Kebangkitan Sebagai Dorongan (15:29-34)

Kebenaran kebangkitan merupakan dorongan untuk percaya kepada

Kristus dan juga untuk hidup bagiNya.

Dorongan Untuk Pecaya Kepada Kristus (29)

Dorongan Untuk Melayani (30-32)

Dorongan Untuk Hidup Suci (33-34)

c. Cara dan Sifat Tubuh Kebangkitan (15:35-58)

Paulus menjawab pertanyaan orang-orang yang menyangkal

kebangkitan serta menyatakan cara dan sifat tubuh kebangkitan.

Pertanyaannya: (15:35)

Bagaimanakah orang mati dibangkitkan?

Bagaimana sifat tubuh kebangkitan?

Paulus memberikan jawaban atas kedua pertanyaan itu dalam ayat 36-

50.

Ayat 36 Pertanyaan pertama: bagaimana orang mati

dibangkitkan? jawab Paulus dengan menggunakan kiasan dari ilmu

pertanian, yang mestinya sudah dimengerti oleh para pembaca.

Paulus menunjukkan bahwa kadang-kadang kematian harus terjadi

untuk menghasilkan kehidupan. Biji harus mati dan

ditaburkan/dikuburkan sebelum dapat menghasilkan tumbuhan dan

Page 63: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 63

buah. Demikian halnya, mestinya tidak mengherankan kalau prinsip

yang sama berlaku bagi manusia.

Ayat 37 Menjawab pertanyaan kedua: bagaimana sifat tubuh

kebangkitan? Paulus menyatakan bahwa:

Apa yang tumbuh dari tanah tidak sama sifatnya dengan apa

yang ditaburkan. Memang ada hubungannya erat, tetapi apa

yang tumbuh jauh lebih mulia dari pada apa yang ditaburkan.

Ayat 38 Hidup baru (bagi tumbuhan maupun bagi manusia),

tidak terjadi dengan sendirinya tetapi sesuai dengan kehendak

Allah dan ketetapan karya pencipta-Nya. Tuhanlah yang

memberikan tubuh kepada tiap-tiap ciptaanNya mulai dari

tumbuhan sampai kepada manusia sendiri (lih. Ayat 39 dst.)

Ayat 39-41 Semua makhluk hidup mendapatkan tubuhnya

dari Allah sesuai dengan taraf hidup dan keadaan hidupnya

masing-masing. Demikian pula ada tubuh yang cocok dengan

hidup sorgawi, dan ada tubuh yang cocok dengan hidup

duniawi, masing-masing dengan kemuliaannya sendiri.

Diantara benda-benda sorgawipun ada bentuk dan kemuliaan

yang berbeda-beda, sesuai dengan tugas dan tempatnya masing-

masing.

Ayat 42-44 Tata tertib alamiah sekarang diterapkan pada

tubuh manusia, yang diberi bentuknya oleh Tuhan sesuai dengan

keadaan dan lingkungan. Tubuh untuk kehidupan dalam dunia

ini adalah tubuh alamiah, sedangkan tubuh untuk dunia yang

akan datang adalah tubuh rohaniah, masing-masing dengan

sifatnya sendiri.

Tubuh alamiah ditentukan ditentukan kepada semua batas-batas

hidup alamiah, mengalami kebinasaan/kerusakan;

kehinaan/tidak berkuasa dan kelemahan/tidak berdaya.

Sebaliknya, tubuh rohaniah/tubuh kebangkitan memiliki ketidak-

binasaan/tidak mungkin rusak dan bersifat kekal; kemuliaan

karena sifat-sifatnya yang jauh melebihi tubuh alamiah dan

kekuatan cukup untuk melaksanakan segala tugas sorgawi.

Tubuh rohaniah itu dikuasai oleh roh manusia yang akan

mengalami keserasian sempurna dengan Roh Allah sesudah

kebangkitan.

Ada tubuh alamiah tidak dapat disangkal, maka jika kebangkitan

sudah terjamin, bagi Paulus tidak ada keraguan bahwa ada pula

tubuh rohaniah yang sesuai dengan keadaan kebangkitan itu.

Page 64: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 64

Ayat 45-50 Demi menegaskan urutan tertentu bagi tubuh alamiah

dan tubuh rohaniah, sekali lagi Paulus membuat perbandingan antara

Adam dan Kristus.

Dengan mengutip dari Kej. 2:7, Paulus menunjukkan bahwa manusia

yang diciptakan Allah mempunyai tubuh yang diawasi jiwa. Tetapi

Adam yang akhir/Kristus bersifat roh yang menghidupkan, yaitu

memberikan hidup rohani (bnd. Yoh. 6:63).

Oleh karena hidup baru itu pada hakekatnya bersifat rohaniah, maka

orang yang menerimanya akan diberikan suatu tubuh rohani yang

sesuai. Sama seperti Adam telah digantikan oleh Kristus, demikian

pula yang pada mulanya bersifat alamiah akan digantikan oleh yang

rohaniah.

Ayat 47 manusia pertama, yaitu Adam, diciptakan Tuhan dari debu

tanah (Kej.2:7) maka bersifat jasmani atau dapat rusak dan binasa.

Tetapi manusia kedua, yaitu Kristus, berasal dari sorga, dimana

sebelum menjadi manusia Dia memiliki sifat kekekalan dan

kemuliaan, yang kemudian diterimaNya kembali secara nyata sesudah

kebangkitanNya.

Ayat 48-49 Bersama-sama dengan Adam, makhluk-makhluk

duniawi (termasuk manusia) mempunyai sifat alamiah dan mengalami

kerusakan dan kebinasaan. Sebaliknya, bersama-sama dengan

Kristus, makhluk-makhluk sorgawi mempunyai sifat rohaniah, yaitu

ketidakbinasaan dan kemuliaan.

Melalui hubungan mereka dengan Kristus, orang Kristen walaupun

sekarang ini masih hidup dalam tubuh alamiah, namun sudah memiliki

hidup sorgawi. Oleh karena itu, akhirnya mereka juga akan

mengenakan tubuh rohaniah.

Ayat 50 Tubuh manusia yang terdiri dari darah dan daging tidak

dapat masuk sorga, sebab tubuh alamiah itu bersifat binasa,

sedangkan hidup di sorga bersifat tidak binasa. Oleh karena itu harus

terjadi suatu perubahan pada tubuh manusia supaya menyesuaikan

dengan keadaan baru itu. Kapan dan bagaimana perubahan itu akan

terjadi? Jawabnya terdapat pada ayat 51-57.

Ayat 58 Nasehat praktis terkait dengan hal di atas: “Karena

itu…berdirilah teguhJangan goyahGiatlah selalu dalam pekerjaan

Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan

jerih payahmu tidak sia-sia.”

Page 65: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 65

VI. HAL-HAL LAIN (1 KOR 16:1-24)

1. Bantuan untuk Jemaat di Yerusalem (16:1-4)

Paulus memberikan petunjuk kepada mereka tentang uang yang

disumbangkan kepada orang-orang saleh yang miskin di Yerusalem (Roma

15:26). Ia telah berpesan kepada seluruh jemaat di Galilea dan juga kepada

jemaat di Korintus supaya mereka menolong orang-orang Kristen yang

miskin di Yerusalem.

Orang-orang Kristen di Yerusalem serdang ditimpa kesusahan yang hebat.

Kemungkinan orang-orang Kristen yang kaya sudah lari dari Yerusalem,

sementara orang-orang Kristen yang miskin masih tetap tinggal.

Selain itu, orang-orang Yahudi yang tidak percaya membenci mereka dan

tidak mau memberi pekerjaan kepada mereka. Karena itu orang-orang

Kristen di sana berada dalam kesulitan.

2. Rencana Kunjungan Paulus & Timotius (16:5-12)

Ayat 5-8 Paulus berencana untuk tinggal lebih lama di Korintus dengan

didasari:

“aku tidak mau melihat kamu hanya sepintas lalu“

“jika dikehendaki Tuhan”

Paulus menentukan untuk tinggal di Efesus sampai hari raya Pentakosta,

dengan dua alasan: (16:9)

“lebih banyak kesempatan untuk mengerjakan yang besar dan penting”

“banyak penentang”

Melihat keteguhan hati Paulus yang demikian, Wesley Brill menegaskan:

“Jika kita tidak mengalami perlawanan, sebaiknya kita pergi ke tempat

yang banyak perlawanan sebab kita adalah laskar-laskar Tuhan.” (p. 330)

Ayat 10-12 Paulus memberitahukan tentang akan kedatangan Timotius

ke Korintus, dengan beberapa pesan terkait dengan kedatangannya

3. Nasehat Terakhir dan Salam (16:13-24)

Sebelum menutup surat yang ditulisnya sendiri Paulus tidak lupa memberikan

beberapa nasehat penting bagi kehidupan kerohanian jemaat Korintus.

Page 66: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 66

BIBLIOGRAFI

Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari, Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2008.

Barrett, C. K. The Second Epistle to the Corintians. Harper`s New Testament

Commentariaes. New York: Harper & Row, 1973.

Baxter, Sidlow. Menggali Isi Alkitab 4. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982.

Brill, J. Wesley. Surat 1 Korintus. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, n.d

____________. Surat 2 Korintus. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, n.d

Brill, J. Wesley Tafsiran Surat Korintus. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003.

Carson, D. a. From Triumphalism to Maturity. Grand Rapids: Baker Book House,

1984.

Douglas, J.D. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: Jilid I (A-L). Jakarta: Yayasan Bina

Kasih/OMF. 1992.

Drane, John. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis. Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 1996

Furnish, Victor Paul. 2 Corinthians. The Anchor Bible. New York: Doubleday,

1984.

Gering, Howard M. Analisis Alkitab Perjanjian Baru. Jakarta: Yayasan Pekabar Injil

"IMMANUEL", 1992.

Grosheide, F. W. The First Epistle to the Corinthians. Grand Rapids, Michigan:

Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1953.

Hafemanm, S. J. “Corinthians, Letters to The.” In Dictionary of Paul and his

Letters. 164-179. Edited by Gerald F. Hawthorne and Ralph P. Martin.

Downers Grove, IL: InterVarsity Perss, 1993.

Hakh, Samuel B. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengatar dan Pokok-pokok Teologisnya.

Bandung: Bina Media Informasi, 2010.

Harris, Murray J. “2 Corinthians.”In The Expositor`s Bible Commentary. 10:300-

406. Edited by frank E. Gaebelein. Grand Rapids: Zondervan, 1979.

Kent, Homer A., Jr. A Heart Opened Wide. Winona Lake. Indiana: BMH Books,

1982.

Koch, Klaus. Kitab Yang Agung. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.

Page 67: EKPOSISI 1 KORINTUS.pdf

Kasiatin Widianto, M.Th Page 67

MacArthur Jr., John. 1 Corinthians. Chicago: Moody Press, 1984.

Martin, Ralph P. 2 Corinthians. Word Biblical Commentary. Waco, Tx: Word

Books, 1986.

Martin, Ralph P. World Biblical commentary 2 Corintians. Texas: Word Books. viii.,

M.E. Duyverman. Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 1990.

Palau, Luis. Singkapkan Kedokmu: Prinsip-prinsip Kehidupan kristen Berdasarkan

1& 2 Korintus. Terj. Ny. Lily Kristanto. Jakarta: BPK Gunung Mulia,

1990

Peifer, Claude J. Surat-surat Paulus 2. Tafsiran Perjanjiian Baru, no. 7. Disadur

oleh Drs. A. S. Hadiwijaya. Yogyakarta: Kanisius, 1991.

Plummer, Alfred. A Critical and Exegetical Commentary on the Second Epistle of St.

Paul to the Corinthians. Edinburgh: T & T dark, 1915

Seminari Theologia Injili Indonesia. Kepercayaan dan Kehidupan Kristen. Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 1985.

Spittler, Russell P. Pertama & Kedua Korintus. Malang: Penerbit Gandum Mas,

1977

Tenney, Merril C. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2003.

Subandrijo, Bambang Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru. Bandung: Bina

Media Informas, 2010.

Stepman, Ray C. Expository Studies in 2 Corinthians: Power out of Weakness.

Waco, TX: Word Books, 1982.

Tasker, R.V.G. The Second Epistel of Paul to the Corinthians. Grand Rapids:

Eerdmans, 1963.

The Nelson Study Bible. Thomas Nelson, Inc. 1997

V.C.Pfitzner. Kesatuan dalam Kepelbagaian: Tafsiran atas Surat 1 Korintus.

Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.

Wiesrsbe, Warren W. Hikmat di dalam Kristus, Bandung: Yayasan Kalam Hidup,

2001