83
EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI PERBANDINGAN FATWA JABATAN KEMAJUAN ISLAM MALAYSIA (JAKIM) DAN FATWA YUSUF AL QARDHAWI ) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Syariah Pada Fakultas Syariah LUQMAN HAKIM BIN JAMALUDDIN NIM: 103170024 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1440 H / 2019

EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI PERBANDINGAN

FATWA JABATAN KEMAJUAN ISLAM MALAYSIA (JAKIM) DAN

FATWA YUSUF AL QARDHAWI )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

Dalam Ilmu Syariah

Pada Fakultas Syariah

LUQMAN HAKIM BIN JAMALUDDIN

NIM: 103170024

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

1440 H / 2019

Page 2: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

ii

PERNYATAAN ORISINALITIS TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Luqman Hakim Bin Jamaluddin

NIM : 103170024

Jurusan : Perbandingan Mazhab

Fakultas : Syariah

Alamat : Mess Pelajar Malaysia, No.44, Rt.27, Rw.08, Jalan Melur 2,

Kelurahan Simpang IV Sipin, Telanaipura, 36124, Jambi,

Indonesia

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang berjudul Euthanasia Atau

Mercy Killing (Studi Perbandingan fatwa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia

(JAKIM) Dan Fatwa Yusuf Al Qardhawi). Ini adalah hasil karya pribadi yang

tidak mengandung plagiarisme dan tidak berisi materi yang dipublikasikan atau

ditulis orang lain, kecuali kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai dengan

ketentuan yang dibenarkan secara ilimiah.

Apabila penyaatan ini tidak benar, maka peneliti siap mempertanggungjawab

sesuai hukum yang berlaku dan ketentuan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,

termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh dari skripsi ini.

Jambi, 10 OKTOBER 2019

Yang Menyatakan,

LUQMAN HAKIM BIN JAMALUDDIN

NIM : 103170024

Page 3: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

iii

PEMBIMBING I : Dr. Illy Yanti. M.Ag

PEMBIMBING II : Dr. Ramlah. M.Pd.I.,M.Sy

Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi, JL Jambi-Muara

Bulian KM.16 Simp.Sei Duren, 36363

Kepada Yth.

Bapak Dekan Fakultas Syariah

UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Di_

JAMBI

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami

berpendapat bahwa skripsi saudara Luqman Hakim Bin Jamaluddin, NIM:

103170024 yang berjudul: “Euthanasia Atau Mercy Killing (Studi

Perbandingan Fatwa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) Dan

Fatwa Yusuf Al Qardhawi)”, dapat diajukan untuk dimunaqasyahkan guna

melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Program Strata Satu (S1) pada Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi, maka dengan ini kami ajukan skripsi tersebut agar dapat

diterima dengan baik.

Demikianlah kami ucapkan terima kasih, semoga bermanfaat bagi

kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.

Wassalamualaikum Wr,Wb.

Jambi,10 Okt 2019

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr.Illy Yanti, M.Ag Dr.Ramlah, M.Pd.I.,M.Sy

197102271994012001 196804011994022002

Page 4: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

iv

Page 5: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

v

Page 6: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

vi

MOTTO

حيم حمه الر الر بسم الله

Artinya: “Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi israel, bahwa:

barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu

(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka

bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan

barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-

olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan

sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan

(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara

mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat

kerusakan di muka bumi”1. (Q.S. Al-Maidah 5:32)

1Mushaf al Quran Dan Terjemahannya, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, Departemen

Agama RI, cet. 2018)

Page 7: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

vii

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul, Euthanasia Atau Mercy Killing (Studi Fatwa Perbandingan

Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) Dan Fatwa Yusuf Al Qardhawi.

Skripsi ini adalah bertujuan untuk mengetahui metode pengeluaran hukum bagi

Euthanasia atau Mercy Killing, serta mengetahui latar belakang munculnya fatwa

tersebut dan peranan Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia dalam penetapan hukum

tersebut. Penulis menjalankan kajian lapangan di Jabatan Kemajuan Islam

Malaysia (JAKIM), Putrajaya. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan hukum normatif dengan menggunakan metode

perbandingan. Jenis penelitian yang digunakan dalam kajian ini yaitu, field

research (kajian lapangan) dan juga library research (kajian pustaka) supaya

penulis dapat meneliti dan membahas kajian ini secara rinci dan membahas

permasalahan ini dengan lebih mendalam. Teknis pengumpulan data adalah

melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil dari penelitian yang

dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa secara gamblang praktek

Euthanasia adalah tidak diperkenankan oleh syara‟ namun disana masih terdapat

pembahasan dari Ulama yang membolehkan Euthanasia namun tergantung

kondisinya. Menurut pendapat Yusuf al Qardhawi, Euthanasia Aktif haram

hukumnya kerana termasuk dalam kategori pembunuhan. Bagi Euthanasia pasif

pula, beliau berpendapat bahwa dibolehkan karena termasuk menghentikan

pengobatan. Metode yang digunakan oleh beliau adalah Metode Intiqa‟i. Bagi

Majlis Fatwa Kebangsaan pula, mengeluarkan fatwa bahwa hukum Euthanasia

pada dasarnya adalah haram. Namun terdapat pengecualian bagi memberhentikan

alat bantu pernapasan yaitu dibenarkan karena bertentangan dengan pratek

Euthanasia yang bersifat membunuh. Hal ini perlulah didasarkan dari keyakinan

dokter bahwa rawatan tidak lagi lagi diperlukan dan disahkan mati. Metode yang

digunakan oleh Majlis Fatwa Kebangsaan adalah metode Bayani.

Kata kunci : Euthanasia, Istinbath Hukum.

Page 8: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

viii

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan skripsi ini kepada…

Ibunda dan ayahanda tercinta

Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga

kupersembahkan skripsi ini kepada ayahanda Jamaluddin Bin Ahmad dan Ibunda

Norwahidah Binti Ali yang telah berjuang dengan penuh keikhlasan, yang telah

mencurahkan segala kasih sayangnya dengan penuh ketulusan tanpa mengenal

arti lelah, serta telah mendidik dan mengasuh dari kecil hingga dewasa.

Kakanda dan adindaku tercinta

Terima kasih tidak terhingga diucapkan atas segala perhatian dan dorongan yang

diberikan, semoga segala sesuatu yang terjadi antara kita merupakan rahmat dan

anugerah dari-Nya, serta menjadi sesuatu yang indah buat selama-lamanya.

Kedua pembimbing yang dihormati

Segenap rasa yang tidak dapat diungkapkan dengan perkaatan khusus buat kedua

pembimbing saya Ibu Dr Illy Yanti dan Ibu Dr Ramlah yang telah banyak

membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Jutaan terima kasih kepada semua yang terlibat secara langsung atau tidak

langsung..

Page 9: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

ix

حيم حمه الر الر بسم الله

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadrat Allah جل جلاله atas segala rahmat

dan karunia-Nya. Shalawat dan salam turut dilimpahkan kepada junjungan besar

Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang sangat dicintai. Alhamdulillah dalam usaha

menyelesaikan skripsi ini penulis sentiasa diberi nikmat kesehatan dan kekuatan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Euthanasia Atau

Mercy Killing (Studi Perbandingan Fatwa Jabatan Kemajuan Islam

Malaysia (JAKIM) Dan Fatwa Yusuf Al Qardhawi)” .

Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan

ilmu syariah dalam bagian ilmu perbandingan mazhab tentang fatwa hukum. Juga

memenuhi sebagian persyaratan bagi memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (1)

dalam Jurusan Perbandingan Mazhab pada Fakultas Syariah Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis akui tidak terlepas dari menerima

hambatan dan halangan baik dalam masa pengumpulan data maupun

penyusunannya. Situasi yang mencabar dari awal hingga ke akhir menambahkan

lagi daya usaha untuk menyelesaikan skripsi ini agar selari dengan penjadualan.

Dan berkat kesabaran dan sokongan dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat

juga diselesaikan dengan baik seperti yang diharapkan.

Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah jutaan terima

kasih kepada semua pihak yang turut membantu sama ada secara langsung

maupun secar tidak langsung menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, MA, Ph.D Rektor Uin STS

Jambi, Indonesia.

2. Bapak Dr. AA. Miftah, M. Ag, Dekan Fakultas Syariah UIN STS

Jambi, Indonesia.

Page 10: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

x

3. Bapak H. Hermanto Harun, LC, M. HI, Ph.D selaku Wakil Dekan

Bidang Akademik, Ibu Dr Rahmi Hidayati, S. Ag, M.HI. Wakil

Dekan Bidang Administrasi Umum, Perancanaan dan Keuangan

dan Ibu Dr. Yuliatin, S. Ag. MHI, Wakil Dekan Kemahasiswaan

dan Kerjasama di lingkungan Fakultas Syariah UIN STS Jambi,

Indonesia.

4. AlHusni, S.Ag., M.HI, Ketua Jurusan Perbandingan Mazhab dan

Bapak Yudi Armansyah, M. Hum, Sekretaris Jurusan

Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah UIN STS Jambi,

Indonesia.

5. Ibu Dr. Illy Yanti. M.Ag selaku Pembimbing I dan Ibu Dr.

Ramlah. M.Pd.I, M.Sy selaku Pembimbing II skripsi ini yang telah

banyak memberi masukan, tunjuk ajar dan bimbingan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen yang telah mengajar sepanjang perkuliahan,

asisten dosen serta seluruh karyawan dan karyawati yang telah

banyak membantu dalam memudahkan proses menyusun skripsi di

Fakultas Syariah UIN STS Jambi, Indonesia.

7. Untuk sahabat yang diingati, khusus untuk semua ahli rumah

ulama Mohsen Qobeh Jiddan, Jebat, Loh, Muhaimin, Wak haikal,

Syafiq, Izzudin serta kesemua mahasiswa Malaysia yang bernaung

dibawah Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia Indonesia

(PKPMI) di Indonesia Cawangan Jambi, ribuan terima kasih di

ucapkan atas segala buah pikiran, bantuan kalian, sehingga skripsi

ini selesai. Semoga Allah جل جلاله melipat gandakan pahala amalan

kalian.

Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan

jauh dari kesempurnaan baik dari segi teknis penulisan, analisis data, penyusunan

maklumat maupun dalam mengungkapkan argumentasi pada bahan skripsi ini.

Page 11: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

xi

Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak dapat memberikan kontribusi

pemikiran, tanggapan dan masukan berupa saranan, nasihat dan kritik demi

kebaikan skripsi ini. Semoga apa yang diberikan dicatatkan sebagai amal

jarriyyah di sisi Allah dan mendapatkan ganjaran yang selayaknya kelak.

Jambi, 10 OKTOBER 2019

Penulis,

Luqman Hakim Bin Jamaluddin

NIM : 103170024

Page 12: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PERNYATAAN ORISINALITIS TUGAS AKHIR ............................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii

PENGESAHAN PANATIA UJIAN ...................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN......................................................................................... v

MOTTO.................................................................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiv

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ xv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4

C. Batasan Masalah .................................................................................... 4

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................... 4

E. Kerangka Teori ...................................................................................... 5

F. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 8

G. Metode Penelitian ................................................................................. 9

H. Sistematika Penulisan ......................................................................... 12

BAB II : BIOGRAFI YUSUF AL QARDHAWI DAN GAMBARAN UMUM

LOKASI PENELITIAN

A. Biografi Yusuf Al Qardhawi ............................................................ 14

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 21

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG TENTANG EUTHANASIA DAN

PEMBUNUHAN

A. Konsep Euthanasia............................................................................ 30

Page 13: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

xiii

B. Konsep Pembunuhan ........................................................................ 34

BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Kedudukan Euthanasia Didalam Islam ............................................. 40

B. Keputusan Fatwa Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia Dan Fatwa

Yusuf Al Qardhawi Berserta Metode Istinbath Hukumnya .............. 45

C. Analisis Penulis ................................................................................. 56

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 59

B. Saran-Saran ....................................................................................... 60

C Kata Penutup ...................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 14: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

xiv

DAFTAR SINGKATAN

UIN STS : Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Jambi

JAKIM : Jabatan Kemajuan Islam Malaysia

S.W.T : Subhanahu Wa Taala

S.A.W : Sallallhu „Alaihi Wasallam

No. : Nomor

Q.S : Al Quran dan Sunnah

Cet. : Cetakan

Hlm. : Halaman

Hr. : Hadis Riwayat

Page 15: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

xv

PEDOMAN TRANSLITERASI

غ sy ش kh خ a ا gh ن n

w و f ف sh ص d د b ب

t ت ق dh ض dz ذ q h ه

ts ث r ر ك th ط k ء hamza

z ز j ج ya ي lam ل zh ظ

m م ain ع s س h ح

â = a panjang

î = u panjang

û = u panjang Au = او

Ay = اى

Page 16: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era moderan ini, seiring kemajuan ilmu sains dan teknologi menjadi

semakin pesat karena munculnya pelbagai penemuan yang banyak memberi

manfaat kepada manusia. Jika dibandingkan penemuan teknologi tersebut,

perkembangan teknologi dalam bidang perobatan dilihat sangat

memberangsangkan. Kini, hasil daripada perkembangan dan kemajuan dalam

bidang sains dan perobatan, nyawa manusia dapat dilanjutkan dengan

menggunakan obatan atau alat bantu pernapasan. Seorang dokter dapat

menentukan sama ada ingin mematikan atau menghidupkan seorang pasien.

Dengan perkembangan teknologi yang sebegini, maka, tidak mustahil ia bakal

mengundang masalah yang rumit. Keadaan ini menimbulkan beberapa kasus

tentang kematian yang dikaitkan dengan Euthanasia yang berarti kematian dengan

aman tanpa kesakitan.

Menurut kamus keperawatan, Euthanasia adalah sebuah istilah kedokteran

yang berarti, kematian yang mudah tanpa rasa sakit2. Euthanasia berasal dari

bahasa yunani eu (baik) dan thanatos (kematian) adalah tindakan dengan sengaja

untuk untuk mengakhiri hidup seseorang agar terbebas dari kesengsaraan sakit

yang diderita karena diyakini tidak ada lagi harapan untuk sembuh. Biasanya

Euthanasia dilakukan dengan memberikan obat-obatan tertentu melalui suntikan

(Euthanasia aktif) atau menghentikan pengobatan yang sedang dilakukan

(Euthanasia pasif).3 Istilah lain yang hampir searti dengan itu dalam bahasa arab

2Dewi Lestari, Kamus Keperawatan, (Wacana Intelektual, 2018), Hlm.220

3Ahmad Zahro,M.A.Fiqh Kontemporer Buku 1, (Pt Qaf Media Kreativa, Mei 2018),

Hlm.87

Page 17: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

2

adalah qatl ar rahmah (pembunuhan dengan kasih sayang) atau taisir al-maut

(memudahkan kematian).4

Membunuh dengan sebab belas kasihan merupakan satu perkara yang sangat

mementingkan nilai kemanusian dengan sifat belas ke atas pasien. Tidak

dinafikan, praktis ini dapat memudahkan prosedur kematian seorang pasien tanpa

perlu menanggung lebih lama kesakitan yang dialami. Namun begitu, Islam

sebagai satu agama yang mementingkan kemulian manusia, mempunyai

perspektif tersendiri dalam membahaskan hukum ini.5 Islam sebagai agama yang

memelihara nyawa melarang sekeras-kerasnya pembunuhan bukan dengan hak.

Al-Qatl atau pembunuhan merupakan satu jenayah yang sangat dilarang. Ia

dikaitkan dengan perbuatan menamatkan nyawa seorang manusia secara hak atau

bukan secara hak. Sesuai dengan firman Allah SWT:

Artinya: Dan sesiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja,

maka balasannya ialah neraka Jahanam, kekal ia didalamnya, dan Allah

murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab seksa

yang besar.

(Surat al-Nisa‟, 4:93)6

Dalam kaidah fiqh Islam, tidak ada yang secara jelas dan gamblang

membahas tentang Euthanasia. Ini dimungkinkan karena pada zaman terdahulu

belum ada kasus yang melibatkan Euthanasia. Sementara seiring arus kemajuan

masyarakat yang terus berkembang, masyarakat juga membutuhkan hukum baru

4https://www.eramuslim.com/kontemporer/euthanasia-menurut-hukum-Islam.html

Diakses pada 11 November 2018 5http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/Arifin Rada/Euthanasia-Sebagai-Konsekuensi-

Kebutuhan-Sains-Dan-Teknologi/ Diakses pada 12 November 2018 6Surah al-Nisa, 4:93, Mushaf Al Quran Dan Terjemahan, (Jakarta:Departemen Agama

RI, Pustaka al Kautsar, Cet. Juni 2018)

Page 18: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

3

yang dapat menjawab pertanyaan dan persoalaan masyarakat seputar hukum

Islam.

Berangkat dari persoalan yang timbul dari kasus Euthanasia, ulama

mengambil peran sewajarnya bagi mengeluarkan ijtihad. Ijtihad ulama untuk

melahirkn hukum baru yang bisa menjawab kebutuhan masyarakat tentang hukum

Islam Kotemporer tentu sangat penting dan bertujuan supaya masyarakat tidak

ragu-ragu dalam menjalankan hukum Islam.

Tidak terlepas dari mengeluarkan Ijtihad, Syeikh Yusuf al Qardhawi

berpendapat didalam karya nya, Fatwa-Fatwa Kontemporer bahwa Euthanasia

terbagi kepada dua bagian, yaitu, Euthanasia Positif (tindakan memudahkan

kematian pasien dengan menggunakan alat atau Instrumen) dan Euthanasia

Negatif (menghentikan pengobatan yang diberikan). Adapun mengenai hukum

bagi keduanya, Euthanasia positif tidak diperkenankan oleh syara‟ karena yang

demikian berarti dokter melakukan tindakan aktif dengan niat membunuh pasien.

Dan Euthanasia negatif pula, dibenarkan oleh syara‟ didasarkan oleh keyakinan

dokter bahwa pengobatan yang dilakukan tidak ada gunanya dan tidak

memberikan harapan kepada pasien.7

Berdasarkan keputusan Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan

Malaysia Bagi Hal Ehwal Agama Islam Malaysia kali ke-97 yang bersidang pada

15-17 Disember 2011 telah membincangkan mengenai hukum Euthanasia atau

Mercy Killing, Muzakarah berpandangan bahwa menghentikan hayat hidup

seorang sebelum dia disahkan mati dengan menggunakan apa-apa cara dan

bersandarkan kepada apa-apa alasan adalah haram dan dilarang oleh Islam.

Sehubungan itu, Muzakarah memutuskan bahwa perbuatan memepercepatkan

kematian melalui praktek Euthanasia sama ada Euthanasia Voluntary, Non-

7Yusuf al Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 2, (Jakarta:Gema Sani Press,

September 1995),Hlm 749

Page 19: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

4

Voluntary atau Involuntary adalah haram menurut Islam karena ia menyamai

perbuatan membunuh.8

Bertolak belakang dari permasalahan perobatan mengenai Euthanasia,

penulis dengan keterbatasan ilmu yang dimiliki merasa terpanggil untuk membuat

sebuah penelitian fatwa mengenai Euthanasia menurut hukum Islam dengan

harapan agar memeberi pencerahan ilmiah kepada masyarakat. Maka lahirlah

sebuah karya ilmiah yang berjudul “Euthanasia Atau Mercy Killing (Studi

Perbandingan Fatwa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) Dan

Fatwa Yusuf Al Qardhawi)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan

beberapa permasalahan di antaranya seperti berikut:

1. Bagaimana kedudukan Euthanasia sebagai praktek medis didalam Islam?

2. Bagaimana Fatwa Majlis Kebangsaan Malaysia mengenai Euthanasia dan

Fatwa Dr Yusuf Al Qardhawi beserta Metode apa yang digunakan bagi

Istinbath hukum tentang Euthanasia?

3. Bagaimana analisis penulis mengenai fatwa terkait Euthanasia?

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak mengambang maka penulis

membatasi masalah penelitian dengan hanya kaidah pengeluaran hukum yang

terkait dengan praktek Euthanasia didalam ilmu medis.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah:

a. Untuk mngetahui kedudukan Euthanasia sebagai praktek medis didalam

Islam.

8http://www.Islam.gov.my/Keputusan-Muzakarah-Jawatankuasa-Fatwa-Majlis-

Kebangsaan-Malaysia- mengenai-hukum-Euthanasia-atau-Mercy-Killling Hlm 121,fatwa nomor

37 bab 4 (Perobatan) Diakses pada 15 November 2018

Page 20: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

5

b. Untuk mengetahui fatwa Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia tentang

Euthanasia dan Fatwa Dr Yusuf Al Qardhawi berserta metode Istibath

hukumnya.

c. Untuk menganalisis tentang kajian yang telah dibuat.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah:

a. Sebagai salah satu upaya untuk memberi penjelasan kepada masyarakat

tentang Euthanasia atau Mercy Killing.

b. Sebagai bahan bacaan dan rujukan bagi mahasiswa, peneliti dan

masyarakat seluruhnya melalui pembuatan dan penyusunan karya ilmiah

secara baik.

c. Sebagai salah satu syarat bagi memperoleh Sarjana Strata Satu (S1)

Fakultas Syariah, Jurusan Perbandingan Mazhab, Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin, Jambi.

E. Kerangka Teori

1) Metode

a. Metode Bayani

Metode Bayani, yaitu metode Ijtihad untuk menemukan hukum yang

terkandung dalam nash, namun sifatnya dhanni, baik dari segi ketetapannya

maupun dari segi penunjukannya. Lapangan ijtihad bayani ini hanya dalam

batas pemahaman terhadap nash dan menguatkan salah satu diantara

beberapa pemahaman yang berbeda. Dalam hal ini, hukumnya tersurat

dalam nash, namun tidak memberikan penjelasan yang pasti. Metode di sini

hanya memberikan penjelasan hukum yang pasti dari nash itu9.

b. Metode Intiqa‟i

Yang dimaksud Ijtihad Intiqa‟i ialah memilih satu pendapat dari beberapa

pendapat terkuat yang terdapat pada warisan fikih Islam, yang penuh dengan

fatwa dan keputusan hukum. Bagi Yusuf al Qardhawi, ijtihad tidak berarti

9Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2011), Hlm. 286

Page 21: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

6

meninggalkan semua warisan ulama. Sesungguhnya ijtihad yang

diserukannya adalah mengadakan studi komprehensif terhadap pendapat-

pendapat itu dan meneliti kembali dalil-dalil nash atau dalil-dalil ijtihad

yang dijadikan sandaran pendapat tersebut, sehingga pada akhirnya kita

dapat memilih pendapat yang terkuat dalilnya dan alasannya pun sesuai

dengan kaidah tarjih. Kaidah tarjih itu banyak, di antaranya hendaklah

pendapat itu mempunyai itu mencerminkan kelembutan-kelembutan dan

kasih sayang kepada manusia, hendaknya pendapat itu lebih mendekati

kemudahan yang ditetapkan oleh hukum Islam, hendaknya pendapat itu

lebih memprioritaskan maksud-maksud syara‟, kemaslahatan manusia dan

menolaknya marabahaya10

.

2) Istinbath

Kata Istibath diambil dari akar kata “al-nabt” yang dalam kamus

diartikan dengan “air yang mula-mula memancar keluar dari sumur yang

digali”. Istinbath secara bahasa juga diartikan dengan: “mengeluarkan air

mata dari mata air”. Di dalam “Lisan al-„Arab”, kata istinbath juga diartikan

dengan mengeluarkan dengan demikian, secara bahasa, kata istinbath juga

diartikan dengan mengeluarkan. Dengan demikian, secara bahasa, kata

istinbath dapat diartikan dengan “mengeluarkan sesuatu

persembunyiannya”. Istinbath secara terminalogis diartikan dengan

“mengeluarkan makna-makna (hukum-hukum) dari nas-nas (baik dalam al-

Quran maupun al-Hadith) dengan ketajaman nalar dan kemampuan yang

maksimal. Atau seperti yang ditegaskan oleh Ibrahim hosen: “mengeluarkan

hukum syara‟ yang belum ditegaskan secara langsung oleh al-Quran dan al-

Hadith”. Atau usaha dan cara mengeluarkan hukum dari sumbernya ( al-

Quran dan al Hadith).11

10

Gibtiyah, Fikih Kontemporer Ed 2, (Depok:Kencana, 2018), Hlm. 61 11

Ibid, Hlm. 18

Page 22: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

7

3) Fatwa dan Ijtihad

a. Definisi Fatwa

Secara bahasa berarti petuah, penasehat, jawaban atas pertanyaan yang

berkaitan dengan hukum. Fatwa juga adalah satu pandangan atau keputusan

samaada peribadi atau dihasilkan oleh sekumpulan mujtahid keatas sesuatu

hukum syara‟. Ketetapan sesuatu fatwa amat bergantung kepada kaidah

pendalilan yang diguna pakai dan keselarian dalam Maqasid al Syariah.

Menurut Abu al Hassan al Basri, al Ghazali, al Syirazi, al Amidi, Ibnu

Qayyim dan al Syauqani, Mufti adalah mujtahid yaitu seorang yang mampu

melakukan Ijtihad dan Istinbath. Justeru, Mufti dan Mujtahid adalah sama

secara umumnya, Cuma berbeda dari segi punca berlakunya yaitu fatwa

dikeluarkan untuk menjawab persoalan atau sesuatu masalah yang sudah

berlaku, sedangkan Ijtihad tidak terikat dengan syarat tersebut.12

Pihak yang memberi fatwa dalam istilah Ushul Fiqh disebut Mufti dan

pihak yang meminta fatwa disebut al Mustafti. Seorang Mustafti bisa saja

mengajukan pertanyaan kepada seorang Mufti mengenai hukum sesuatu

permasalahan yang dihadapinya. Apabila Mufti menjawab nya dengan

perkataan, hukum masalah ini halal atau haram, tanpa disertai dengan dalil-

dalilnya secara terperinci, maka itulah fatwa.13

b. Definisi Ijtihad

Ijtihad berasal daripada kata ijtihada yang bermaksud menggunakan

tenaga sepenuhnya atau bersungguh-sungguh dalam sesuatu perbuatan

maupun pekerjaan.14

Didalam Kitab al-Wajiz Fil Usul Fiqh, Ijtihad dari

bahasa adalah kekuatan dan keupayaan di mana dengan berusaha

bersungguh-sungguh dan mengerah seluruh tenaga untuk mencapai

sesuatu.15

12

Mustafa Ahmad al- Zarqa‟, Fatawa, (Dimasyq: Dar al-Qalam,1999) Hlm. 196 13

Abu Ishaq Ibrahim bin „Ali al-Syirazi, al-Luma‟ fi Usul al Fiqh, tt (Beirut: Dar al-

Kutub al-„Ilmiyyah, 1985) Hlm 182 14

Abd Latif muda, Pengantar Usul Fiqh (Kuala Lumpur:Pustaka Salam,1997) Hlm.255 15

Ibid

Page 23: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

8

Manakala menurut istilah pula adalah mencurahkan tenaga sepenuhnya

dan sebanyak mana untuk mendapatkan hukum syara‟yang berbentuk amali

dengan cara istinbath daripada dalil-dalil dan sumber syara‟. Didalam kitab

al-Wajiz Fil Usul Fiqh, Ijtihad bermaksud mengerahkan sepenuh usaha dan

tenaga untuk mendapatkan hukum syara‟.16

F. Tinjauan Pustaka

Mengenai persoalan Euthanasia, tidak dinafikan ia bukanlah sesuatu

perkara yang sudah diketahui umum oleh masyarakat. Namun diatas usaha para

ilmuan dan agamawan, beberapa penelitian telah dibuat bagi memberi pencerahan

kepada masyarakat tentang kondisi sebenar Euthanasia didalam hukum Islam

maupun perobatan. Berikut adalah beberapa penelitian seputar mengenai

Euthanasia, antaranya: penelitian pada tahun 2008, Fajar Nugroho telah membuat

satu penelitian yang berjudul “ Euthanasia dalam tinjauan hukum pidana Islam”17

.

Didalam penelitian tersebut membahaskan mengenai Euthanasia didalam hukum

Islam, namun pembahasan nya masih ditahapan hukum Islam secara umum.

Manakala, penulis telah membuat satu penelitian yang lebih khusus dan

menyentuh fatwa hukum yang diwartakan oleh Fatwa Kebangsaan Malaysia dan

Fatwa Yusuf al Qardhawi.

Selain itu, penulis juga menjumpai suatu kajian ilmiah dari Ahmad Zaelani,

pelajar Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta yang berjudul “Euthanasia dalam pandangan Hak Asasi

Manusia dan Hukum Islam”18

. Didalam skripsi tersebut membahaskan tentang

Euthanasia dalam pandangan yang lebih khusus, dari sudut Hak Asasi Manusia

(HAM). Pembahasannya juga ada menyentuh mengenai hukum Islam namun

pembahasannya lebih umum. Berbeda dengan penelitian dari penulis, yang tidak

16

Abd Wahab Khallaf, Ilmu Usul Fiqh wa Khalasah At- Tasyri‟ al-Islami ( Beirut:Darul

Fikir al-Arabi, 1995)Hlm 256 17

Fajar Nugroho, “Euthanasia Dalam Tinjauan Hukum Pidana Islam” skripsi Fakultas

Hukum, Universitas Muhammadiyyah Surakata, 2008 18

Ahmad Zaelani, “Euthanasia Dalam Pandangan Hak Asasi Manusia Dan Hukum

Islam” skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

Jakarta.

Page 24: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

9

menyentuh dari sudut HAM tetapi hanya sebatas fatwa dan metode dari JAKIM

dan Yusuf al Qardhawi.

Penulis juga menjumpai satu jurnal (Pengurusan dan Penyelidikan Fatwa)

oleh Wan Mohd Khairul Firdaus bin Wan Khairuldin dan Abdul Hanis bin

Embong , yang judulnya Alqatl bi Dafi‟ al-Syafaqah menurut perspektif Islam:

Analisis Fatwa-Fatwa Kontemporer19

. Didalam jurnal ini membahaskan mengenai

fatwa-fatwa yang dikumpulkan dari segenap fatwa yang berkaitan dengan

Euthanasia dan memberi penjelasan mengenainya. Berbeda dengan penelitian dari

penulis, yang hanya membuat komparatif dari dua fatwa terpilih yaitu fatwa

JAKIM dan Yusuf al Qardhawi.

Dan yang terakhir, terdapat juga karya ilmiah hasil dari Arifin Rada yang

berjudul “Euthanasia Sebagai Konsekuensi Kebutuhan Sains dan Teknologi”20

.

Didalam karyanya membahaskan tentang Euthanasia dalam Ilmu Kedokteran serta

mengkaji esessi Euthanasia dan kedudukannya dalam hukum Islam. Ini jelas

berbeda dengan penelitian penulis, yang tidak membahas Euthanasia dari sudut

kedokteran.

Dari hasil penelitian diatas yang penulis gunakan sebagai tinjauan pustaka,

mempunyai perbedaan yang jelas dalam isi penelitian mereka. Sedangkan

penelitian yang diteliti oleh penulis memfokuskan hukum Euthanasia dengan

membandingkan dua fatwa, yaitu fatwa dari JAKIM dan Yusuf al qardhawi.

G. Metode Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan hukum normatif dengan menggunakan metode perbandingan

(komparatif). Analisis normatif komparatif ini bersifat meneliti dan

menelaah bahan pustaka atau data sekunder dengan membandingkan dua

atau lebih subjek yang menghasilkan penelitian. Di dalam penelitian ini,

19

Wan Mohd Khairul Firdaus bin Wan Khairuldin dan Abdul Hanis bin Embong, Alqatl

bi Dafi‟ al-Syafaqah menurut perspektif Islam: Analisis Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jurnal 20

Arifin Rada, “Euthanasia Sebagai Konsekuensi Kebutuhan Sains dan Teknologi,

Jurnal”, Sekolah Tinggi Islam Negeri Ternate

Page 25: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

10

penulis menfokuskan satu hukum yaitu hukum Euthanasia dengan

perbandingan antara fatwa dari Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia dan

fatwa dari Yusuf Al Qardhawi.

b. Jenis Penelitian Data dan Sumber data

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yang memadukan dua jenis

penelitian di dalam nya yaitu:

i. Penelitian Lapangan ( Field Research )

Penulis langsung turun ke lapangan untuk mendapatkan data hasil

pengamatan atau informasi dari responden. Menurut sifat dari penelitian

dskriptif ini, apa yang dimaksudkan dari jenis penelitian ini adalah memberi

data terhadap apa yang diteliti dengan lebih tepat dan terbaru serta berperan

menguatkan informasi yang diperoleh dari bahan bacaan. Selain itu, kaidah

ini juga digunakan untuk mendapatkan informasi tambahan dan

penyelesaian kepada masalah yang dihadapi. Responden yang di

wawancarai adalah pihak yang terkait seperti Pegawai di Majlis Fatwa

Kebangsaan Malaysia.

ii. Penelitian Pustaka ( Library Research )

Kaidah penelitian ini penting dalam mengumpulkan data dan informasi

bagi penelitian ini terhadap semua bab serta menjadi pedoman kepada

penulis untuk mengetahui dengan lebih rinci tentang apa yang bakal dikaji

dalam penelitian ini. Informasi diperoleh dari bahan bacaan seperti buku,

majalah jurnal, hasil penelitian, kertas kerja seminar dan sumber-sumber

buku lain.

2. Sumber Data

1) Data primer dalam penelitian ini dapat dibagi dua yaitu data primer di

lapangan adalah data informasi atau keterangan yang diperoleh dari

penelitian lapangan terhadap mufti-mufti di Majlis Fatwa Kebangsaan

Page 26: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

11

Malaysia tentang cara penetapan fatwa berkaitan Euthanasia. Seterusnya,

data primer secara literatur yaitu karya Dr Yusuf al Qardhawi, Fatawa al

Muasarah (Fiqh Kontemporer) yang berkaitan tentang kajian ini.

2) Data sekunder yaitu data pelengkap atau pendukung yang berkaitan

dengan kajian kedudukan hukum Euthanasia atau Mercy Killing diambil

dari berbagai sumber yang berkaitan dengan pembahasan yang bersifat

menunjang sumber primer dalam bentuk buku-buku, artikel-artikel dan

juga data dokumentasi yang terkait dengan Euthanasia oleh Majlis Fatwa

Kebangsaan Malaysia dan fatwa Dr Yusuf Al Qardhawi.

c. Teknis Pengumpulan Data

Untuk memudahkan dan mehimpunkan data-data dan fakta di lapangan,

maka penulis akan menggunakan beberapa teknik, antara lain:

1. Wawancara

Penulis akan mewawancara pihak yang terkait yaitu Penolong Pengarah

Kanan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Dr. Mohd Kamel Bin Mohd

Salleh yang bertanggungjawab mengeluarkan fatwa tersebut.

2. Dokumentasi

Dalam pengumpualan data, untuk membahas permasalahan yang ada

kaitannya dengan judul skripsi ini, peneluis menggunakan metode

dokumentasi, yaitu suatu cara untuk pengumpulan data melalui peninggalan

tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan

dengan masalah penyelidikan. Metode ini sangat penting sekali yaitu

sebagai alat pengumpul data utama karena pembuktian hipotesisnya

dilakukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori, hukum-hukum

yang diterima kebenarannya. Hal ini penulis akan menganalisis cara

penetapan hukum fatwa mengenai Euthanasia.

Page 27: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

12

d. Teknis Analisis Data

Untuk menganalisis data atau informasi yang penulis dapat, maka untuk

penyusunannya dapat digunakan beberapa teknis antaranya seperti berikut:

1. Pengumpulan Data

Metode ini digunakan dalam memproses pemilihan data, menajamkan,

menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data

sehingga dapat ditarik dan diverifikasikan. Data-data wawancara yang telah

direkam kemudian ditranskripkan dengan tujuan memudahkan peneliti

memilih data-data yang sesuai untuk dianalisis. Data-data ini berhubungan

dengan apa yang diteliti.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat dan terkait hubungan

antara kategori supaya memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan salah satu teknis analisis data yaitu

dengan cara menyatukan hasil analisis yang dapat digunakan untuk

mengambil tindakan sebuah fakta itu diterima atau ditolak

H. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini terbagi pada lima bab yang mana setiap bab terdiri

dari sub-sub bab. Masing-masing bab membahas permasalahan-

permasalahan tertentu tetapi saling berkait antara satu bab dengan sub bab

yang lainnya.

Bab I membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, tinjauan

pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II secara umum mengenai profil biografi Dr Yusuf Qardhawi. Bab

ini juga membahas mengenai Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia.

Merangkumi sejarah penubuhan, organisasi, visi, misi dan moto, obyektif,

Page 28: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

13

fungsi dan bidang tugas serta fatwa yang dikeluarkan oleh Majlis Fatwa

Kebangsaan.

Bab III didalam bab ini membahaskan mengenai definisi

Euthanasia,macam-macam dan bentuk Euthanasia dan sejarah Euthanasia.

Bab ini juga membahaskan tentang pengertian pembunuhan dan juga

macam-macam pembunuhan secara umum.

Bab IV pula membahaskan secara khusus mengenai dasar-dasar

penetapan fatwa dan hasil penelitian metode istinbath hukum yang

digunakan bagi mengeluarkan fatwa ini oleh Majlis Fatwa Kebangsaan

Malaysia dan fatwa dari Dr Yusuf Qardhawi. Penulis juga menampilkan

analisis penulis didalam bab ini.

Bab V merupakan penutup yang terdiri daripada kesimpulan, saran-saran

dan kata penutup.

Page 29: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

14

BAB II

BIOGRAFI YUSUF AL QARDHAWI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN

A. Biografi Yusuf Al Qardhawi

Syeikh Yusuf Al Qardhawi adalah seorang dai yang alim, seorang pakar fiqih

sekali gus seorang guru, ahli usul fiqih serta ahli tafsir. Nama lengkap nya adalah

Yusuf bin Abdullah bin Yusuf bin Ali Al Qardhawi. Namanya merujuk kepada

perkampungan yang bernama “Al-Qardhah” di negeri Kafru Syeikh, Mesir.

a. Pendidikan, Prestasi dan Profesi Beliau

Syeikh Yusuf Al Qardhawi dilahirkan pada tanggal 1 Rabiul Awal 1345

Hijrah bertepatan dengan 9 disember 1926 Masihi di Daerah Shift Thurab, satu

daripada daerah di Markaz Al-Mahalliyah Al-Kubra negeri Al- Gharbiyah di

Mesir.

Shift Thurab juga disebut Shift al-Qudur, tempat disemadikan seorang

sahabat terkemuka, Abdullah bin Harits, sahabat nabi terakhir yang wafat di Mesir

pada tahun 86 Hijrah. Syeikh Yusuf Al Qardhawi menghubungkan daerah tempat

lahirnya seorang sahabatt terkemuka itu dengan beberapa bait syair yang terkenal.

Syeikh Yusuf Al Qardhawi lahir dalam keadaan yatim. Oleh itu, dia

dipelihara oleh pakciknya. Bapa saudaranya inilah yang menghantar Al Qardhawi

semasa kecil ke suatu tempat belajar. Disana Al Qardhawi terkenal sebagai murid

yang sangat cerdas. Dengan kecerdasannya dia mampu menghafal al Quran dan

menguasai hukum-hukum tajwidnya dengan sangat baik. Itu terjadi pada saat dia

masih berada dibawah umur sepuluh tahun. Orang-orang di desa tersebut

menjadikannya imam dalam usianya yang relatif muda, khusunya pada saat sholat

subuh. Ramai orang yang menangis saat sholat di belakang Al Qardhawi21

21

Yusuf al Qardhawi, Biografi Fatwa Al Qardhawi, (Selangor: Sri Saujana Marketing,

Cet 1, 2019), Hlm. 2

Page 30: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

15

b. Menjadi Yatim Sejak Kecil

Syeikh Yusuf Al Qardhawi ditinggal ayahnya saat berusia dua tahun. Dia

memiliki ibu bapa yang pengasih dan penyayang. Setelah kematian ayahnya,

Yusuf (panggilan Al Qardhawi ketika kecil) diasuh oleh pakciknya, Ahmad.

Pakciknya adalah seorang yang sangat istiqamah menjalankan ajaran Islam, sama

seperti penduduk desa lainya saat itu. Dia rajin melaksanakan sholat lima wakt di

masjid. Meski hanya seorang petani, namun pakciknya suka menyajikan kepada

Yusuf kisah-kisah yang menghibur dan cerita-cerita yang membuatnya tertawa.

Inilah yang membuat dia cerdas dan kuat hafalannya22

.

c. Masa Kanak-Kanak di Kuttab

Kuttab (tempat mengaji saat itu) adalah suatu tempat istimewa yang secara

turun-temurun diwariskan oleh bangsa Mesir sepanjang zaman. Ia menyerupai

ruangan sederhana, baik ukurannya besar mahupun kecil, yang berisi hingga

ratusan anak yang umurnya berkisar antara empat hingga enam tahun.

Kemampuan menghafal, tingkat pemahaman dan kecerdasan mereka berbeda-

beda. Karena itu, dalam Kuttab mereka dibagi menjadi hingga sepuluh kelompok.

Tiap-tiap orang dari mereka memegang papan tulisnya atau membaca al Quran,

baik dengan cara mengulangi, membaca, dan memperdengarkan hafalannya.

Orang yang melakukan perjalanan dari jarak yang jauh akan mendengar bacaan

itu antara satu dengan yang lainnya. Barangkali perumpamaan yang tepat bagi

mereka adalah seperti suara lebah yang berbunyi pada masa yang sama.

Yusuf telah memasuki Kuttab sejak kecil dan masa ini merupakan masa

pertama dia menimba ilmu. Dia mengaji di Kuttab Syeikh Hamid Abu Zuwail,

setelah pindah dari Kuttab Syeikh Yumani Murad, karena pangaruh pukulan

Syeikh Yumani Murad kepada semua muridnya, termasuk Yusuf, orang yang

pertama dipukul oleh gurunya itu, sehingga dia memutuskan untuk keluar.

22

Akram Kassab, Metode Dakwah Yusuf Al Qardhawi, (Jakarta:Pustaka al Kautsar, 2010),

Hlm. 6

Page 31: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

16

Setelah itu, ibunya menghantar Yusuf ke Kuttab Syeikh Zuwail dan

memberinya nasihat yang baik, sehingga Yusuf mahu kembalibelajar kepada

Syeikh itu. Di Kuttab Syeikh Zuwail, Yusuf diterima dan dilayan dengan baik.

Karena prestasinya yang baik dan anak yatim, Yusuf memperoleh biasiswa

sebanyak 0.5 Peaster Mesir setiapmingu dari sekolahannya.

Di Kuttab Syeikh Zuwail inilah Yusuf mulai menghafal al Quran dari surah

An-Nas. Cara menghafal seperti ini diterapkan secara umum di hampir semua

Kuttab di Mesir. Cara ini dianggap baik untuk menghafal, karena ayat-ayatnya

pendek, mudah dihafal, dan sejalan dengan kemampuan kanak-kanak. Ketika

Yusuf telah berhasil menghakhatamkan hafalannya hingga surah al Baqarah,

maka diadakan acara wisuda kecil-kecilan. Khatam dan hafal hingga surah al

Baqarah ini diberbagai Kuttab Mesir disebut dengan Khataman kecil.

Setelah itu, Yusuf kembali memulakan hafalannya yang baru dari surah al

A‟raf hingga surah al Kahfi. Setalah itu, Syeikh akan menghentikan hafalannya

agar ingatannya menjadi kuat. Para guru di Kuttab menyebut tempoh ini sebagai

“Muraja‟atul Madhi” (mengulang yang telah lalu). Yusuf kemudian bercuti

bersama pakciknya ke Kaherah dan menghabiskan beberapa hari disana. Yusuf

khuatir keberadaannya di Kaherah akan berlanjut hingga sepuluh bulan, Namun

pakciknya menyuruhnya kembali ke Kuttab. Dia lalu kembali ke Kuttab dan

menghafal al Quran secara keseluruhannya23

.

d. Belajar di Al-Azhar

Ketika berusia tujuh tahun, Yusuf memasuki sekolah rendah kerajaan. Dia

mengaji di Kuttab pagi hari, dan pergi ke sekolah kerajaan di tengah hari. Dengan

begitu, dia dapat menyatukan antara dua kebaikan, di Kuttab dan di sekolah.

Setelah tamat sekolah rendah, Yusuf tidak tahu mahu kemana dan bingung

memikirkan masa depannya.

Namun Yusuf memiliki cita-cita yang sangat besar, yaitu belajar di Al

Azhar. Tetapi saat itu Yusuf memiliki gambaran lain tentang para alumni Al

Azhar. Karena salah seorang diantara mereka, meski telah tamat belajar lima belas

23

Yusuf al Qardhawi, Hlm. 3

Page 32: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

17

tahun di Al Azhar, namun masih menganggur, kecuali sedikit dari mereka yang

bekerja. Oleh itu, Yusuf kemudian memutuskan untuk ikut pakciknya pergi

berniaga, dan kadang-kadang ikut sepupunya bekerja diladang. Pada suatu hari,

Allah mengutuskan seorang syeikh berserban kepadanya dan dia meminta air

kepada Yusuf dan pakciknya. Ketika syeikh itu telah minum, dia meminta kepada

Ahmad agar menguji hafalan al Quran Yusuf. Setelah diuji, syeikh itu kagum

dengan hafalan dan bacaan Yusuf. Maka syeikh itu pun meyakinkan Ahmad, agar

dapat membawa Yusuf di Al Azhar24

.

e. Peranannya Ketika Siswa di Al Azhar

Al Azhar merupakan masjid dan universitas yang dianggap sebagai

monumen yang memiliki pengaruh yang mengakar dan menerangi semua sisi

Timur dan Barat, dan juga sebagai sekolah Islam dan tempat menimba Ilmu.

Memasuki Al Azhar memang telah menjadi cita-cita yang menggantung di

cakerawala antara kedua mata Yusuf. Allah telah mewujudkan cita-cita itu dengan

masuknya Yusuf ke sekolah rendah Al Azhar di Tanta, kemudian Tsanawiyah dan

Aliyah, lalu kuliah di Fakulti Usuludin Kaherah dan mendapatkan ijazah

mengajar. Setelah itu, dia juga mendapatkan gelaran dokter falsafah di Universitas

Al Azhar.

Yusuf Al Qardhawi telah melangkahkan kakinya di antara siswa siswa Al

Azhar sebagai penyair, pemimpin, dan penceramah, sebelum dia dikenal di antara

para Ulama Al Azhar sebagai ulama, ahli fiqih, cendekiawan dan dai.

Yusuf Al Qardhawi pernah menjadi utusan siswa-siswa pada masanya

ketika masih duduk di bangku sekolah rendah. Tetapi, dia benar-benar muncul

sebagai peribadi yang mengagumkan ketika duduk di Tsanawi yah dan Aliyah.

Hal itu, karena siswa-siswa pada masa ini, menganggapnya sebagai suara umat

yang hidup, lisannya yang tanggap bebicara, dan lengannya yang kuat. Di

peringkat sekolah menengah Al Azhar terdapat gerakan siswa sekolah. Setiap kali

ketuanya selesai tempoh jawatannya, maka akan digantikan oleh lainnya. Ketika

24

Ibid, Hlm. 4

Page 33: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

18

Al Qardhawi telah di tahun tiga Tsanawiyah, dia menjadi ketua gerakan siswa.

Demikian juga ketika di tahun satu dan kelas dua Aliyah, hingga dia memiliki

kedudukan di gerakan Ikhwanul Muslimun. Kepempinannya di sekolah

membuatnya sangat disukai oleh para guru, apalagi dia berprestasi di sekolahnya.

Siswa-siswa yang lain juga menyukainya karena dia mempunyai banyak bakat,

seperti berpidato, syair dan lainnya. Bahkan pencalonnya sebagi ketua gerakan di

sekolah, karena dicalonkan oleh siswa-siswa itu sendiri.

Dengan ketua gerakan di sekolah, Yusuf Al Qardhawi boleh mengikuti

beberapa persidangan, diantaranya seperti yang diadakan di Tanta, dan Syabin Al

Kum.

Setelah melanjutkan sekolahnya ke jenjang Universitas Al Azhar, kegiatan

Yusuf makin bertambah dan pekerjaannya mengajak kepada memperbaiki Al

Azhar semakin banyak. Ketika dia berada ditahun dua Fakulti Usuludin,

mahasiswa membentuk gerakan senat mahasiswa yang pada itu diketua oleh

Manna‟ Al Qaththan. Ketika Manna‟ Al Qaththan telah menyelesaikan kuliahnya,

kepimpinan di gerakan ini dipegang oleh Yusuf Al Qardhawi.

Yusuf Al Qardhawi pada waktu ini menjadi anggota dewan kebangkitan ini.

Kawan-kawan sesama anggota dewan ini menugaskannya untuk membuat buku

pertama yang akhirnya dewan ini dikenali oleh masyarakat. Yusuf Al Qardhawi

kemudian menulis buku itu dengan judul “Risalatikum Ya Abna‟al Azhar”.pada

waktu buku itu diajukan kepada Syeikh Muhammad al Ghazali dan Ustaz Abdul

Aziz Kamil, keduanya merasa suka membaca tulisan itu dan memujinya dengan

baik. Buku itu lalu dibawa ke percetakan untuk diterbitkan. Tetapi tulisannya

tidak berterusan karena kasus penahanan pada tahun 1945 yang dialami oleh

anggota Ikhwanul Muslimun. Meski begitu, Syeikh Al Qardhawi berhasil

menyatukan tulisannya dan diterbitkan dnegan judul “Risalah Al Azhar Baina Al

Amsi wa Al Yaum wa Al Ghad”25

.

25

Akram Kassab, Hlm 13

Page 34: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

19

f. Pekerjaan Rasmi Yusuf Al Qardhawi

Yusuf Al Qardhawi pernah menjadi penceramah (khutbah) dan pengajar di

beberapa masjid. Kemudian menjadi pengawas pada Akademi Para Imam,

Lembaga yang berada di bawah Kemneterian Wakaf di Mesir.

Setelah itu dia pindah ke urusan bahagian Pentadbiran Awam untuk

masalah-masalah budaya Islam di Al Azhar. Di tempat ini dia bertugas

mengawasi hasil cetakan dan seluruh pekerjaan yang menyangkut teknik pada

bidang dakwah.

Pada tahun 1961 dia ditugaskan sebagai tenaga bantuan untukmenjadi Guru

Besar sebuah sekolah menengah di negeri Qatar.Mulanya penugasan tersebut

hanya berlangsung empat atau lima tahun. Namun, karena keadaan politik Mesir

tidak menentu, penugasan itu berlanjutan. Yusuf Al Qardhawi sendiri merasa

selesa dengan Qatar. Dengan semangat tinggi dia melakukan pengembangan dan

peningkatan yang sangat signifikan di tempat itu serta berhasil meletakkan asas

yang sangat kukuh dalam bidang pendidikan. Dia berhasil menggabungkan antara

khazanah lama dan kemodenan pada waktu bersamaan.

Pada tahun 1973 didirikan fakultas Tarbiyah untuk mahasiswa dan

mahasiswi, yang merupakan awal wujudnya Universitas Qatar. Syeikh Al

Qardhawi ditugaskan ditempat itu untuk mendirikan Jabatan Pengajian Islam

sekali gus menjadi ketuanya.

Pada tahun 1977 dia ditugaskan untuk memimpin kewujudan dan sekali gus

menjadi dekan pertama Fakultas Syariah dan Pengajian Islam di Universitas

Qatar. Dia menjadi dekan Fakultas itu sehingga akhir tahun perkuliahan 1989-

1990. Dia hingga kini menjadi dewan pengasas pada Pusat Penyelidikan Sunnah

dan Sirah Nabi di Universitas Qatar.

Pada tahun 1990/1991dia ditugaskan pemerintah Qatar unutuk menjadi

pensyarah tamu di Aljazair. Di negeri ini dia menjadi Ketua Majelis Ilmiah pada

semua Universitas dan Akademi negeri itu. Setelah itu, dia kembali mengerjakan

tugas rutinnya di Pusat Penyelidikan Sunnah dan Sirah Nabi26

.

26

Yusuf al Qardhawi, Hlm. 15

Page 35: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

20

g. Syeikh Al Qardhawi dan Fatwanya

Ketika fatwa menjadi salah satu media dakwah pada masa dahulu dan

sekarang, Syeikh Al Qardhawi naik ke mimbarnya dengan menggunakan media

ini sejak usia muda. Dia menegaskan hal itu seraya berkata, “Di antara salah satu

yang telah ditentukan oleh Allah جل جلاله kepadaku adalah memberikan fatwa kepada

oaring-orang sejak usia muda. Aku telah menjadi imam sholat, khatib, dan

mengajar ketika masih berumur 12 tahun di sekolah dasar dan sekolah menengah

rendah di Al Azhar. Ketika aku menyampaikan ceramah dan mengajar mereka,

tentu saja mereka akan bertanya tentang masalah agama.

Semakin hari fatwa Syeikh Al Qardhawi semakin banyak dengan

bertambahnya orang-orang yang mengikuti ceramah dan pengajiannya.dia

memiliki kebiasaan baik yang belum tentu para dai menggunakan kebiasaan baik

itu, yaitu setiap kali selesai melaksanakan sholat jumaat, dia memberikan

pengajian dan membuka sesi soal jawab kepada para jamaah yang berhubungan

dengan masalah keIslaman.

Di sisi lain, Syeikh Al Qardhawi juga menyampaikan fatwa-fatwanya

dengan menulis majalah Islam, seperti Majalah Mimbar Al Islam yang diterbitkan

oleh Kementerian Wakaf Mesir, Majalah Nur Al Islam yang diterbitkan oleh

Organisasi Ulama Al Azhar.

Ketika Syeikh Al Qardhawi dating ke Qatar, dia menyampaikan fatwa

dengan cara baru. Dia membuat acara untuk menjawab pertanyaan kaum

muslimin. Acara itu ada yang berupa siaran di radio dengan nama acara “Nur wa

Hidayah”. Kemudian yang kedua, acara yang berupa siaran di televisyen dengan

nama “Had al Islam”, yang hingga kini masih tetap ditanyangkan.

Ketika banyak surat dan pertanyaan dating kepadanya, dan fatwa Syeikh Al

Qardhawi makin bertambah, sebagian jamaahnya menganjurkan untuk

mengumpulkan fatwa-fatwa itu. Syeikh Al Qardhawi kemudian memilih fatwa-

fatwa yang sesuai dengan reality kekinian dan diperlukan oleh masyarakat. Dia

Page 36: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

21

lalu menulis sebuah buku yang berjudul “Min Hadyl Al Islam” yang berisi fatwa-

fatwa kontemporer yang diterbitkan dalam tiga juz27

.

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Geografi Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia

Majlis Fatwa kebangsaan Malaysia adalah antara salah satu dari bagian

yang berada di bawah pengelolaan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM).

Majlis ini terletak di Negara Malysia yang berbasis di provinsi Putrajaya atau

nama penuhnya adalah Wilayah Persekutuan Putrajaya.

Putrajaya adalah pusat pemerintahan Kerajaan Persekutuaan Malaysia yang

menggantikan Kuala Lumpur pada tahun 1999. Putrajaya, Kota Pintar dalam

taman terletak 25 kilometer di selatan Kuala Lumpur adalah sebuah kota futuristic

yang menempatkan pusat pemerintahan Kerajaan Persekutuan. Ini adalah Wilayah

Persekutuan ke-3 di Malaysia28

.

Putrajaya yang pada awalnya bernama “Prang Besar”, didirikan pada tahun

1918 sebagai Air Hitam oleh British. Pada awalnya ia meliputi area seluas 800

acre (3,2 km2), ia kemudian dipeluas hingga 8.000 acre (32 km2), dan

dikombinasikan dengan area perkebunan sekitar, termasuk real Raja Alang,

Perkebunan Galloway dan Perkebunan Bukit Prang.

Visi untuk memiliki Pusat Administrasi Pemerintah Federal yang baru bagi

menggantikan Kuala Lumpur sebagai pusat Administrasi Pemerintah Federal

muncul pada akhir 1980-an, selama periode Perdana Menteri ke-4 Malaysia, Dr.

Mahathir Bin Mohamad, baru ini direncanakan berlokasi di antara Kuala Lumpur

dan Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA).

Pemerintah Federal berkonsultasi dengan negeri Selangor untuk

kemungkinan Wilayah Persekutuan lain dan pada pertengahan tahun 1990-an,

pemerintah federal membayar sejumlah besar uang ke Selangor bagi 11,320 acre

27

Ibid, Hlm. 103 28

Dokumentasi Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia, 2018

Page 37: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

22

(45.8 km2) tanah di Prang Besar, Selangor. Hasil dari pembelian tanah ini, negeri

Selangor kini sepenuhnya mengelilingi dua Wilayah Persekutuan dalam

perbatasan, yaitu Kuala Lumpur dan Putrajaya.

Putrajaya dinamai oleh Perdana Menteri Malaysia yang pertama, Tunku

Abdul Rahman Putra, kota tersebut terletak dalam Koridor Raya Multimedia,

selain Cyberjaya yang baru dikembangkan Dalam Sanskerta, “Putra” berarti

“Pangeran” atau “Anak Lelaki”, dan “Jaya” berarti “Keberhasilan” atau

“Kemenangan”. Pembanggunan Putrajaya dimulai sejak awal 1990-an, dan hari

ini mercutanda utama selesai dan penduduk diperkira meningkat dalam waktu

yang terdekat29

.

Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia telertak di gedung yang beralamat:

Lantai 5, Blok D7, Kompleks D, Pusat Pentadbiran Kerajaan Persekutuan

Wilayah Persekutuan Putrajaya, Malaysia.

b. Sejarah Dan Perkembangan

Pendirian JAKIM dimulai dengan Majlis Kebnagaan Bagi Hal Ehwal

Agama Islam Malaysia (MKI) pada tahun 1968 yang mana awal telah disepakati

oleh Dewan Raja-Raja. Pada tahun 1974 pula, Sekretariat MKI telah dinaikkan

statusnya menjadi sebuah Bagian Agama di Departmen Perdana Menteri dan

diberi nama Divisi Islam (BAHEIS).

Sejalan dengan perkembangan negara dan kebutuhan masyarakat Islam saat

itu. Bagian Hal Ehwal Islam (BAHEIS) ini telah direstrukturisasi. Maka pada 2

Oktober 1996, Rapat Jemaah Menteri telah menyetujui sertifikat sehingga

BAHEIS, Departemen Perdana Menteri dipromosikan menjadi sebuah

Departemen Efektif 1 Januari 1997 dengan nama Jabatan Kemajuan Islam

Malaysia (JAKIM). Pendirian JAKIM dilihat sebagai salah satu platfom di dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat Islam seiring dengan perkembangan dan

pembanggunan Negara yang menjadikan Islam sebagai agama resmi.

Transformasi yang dibentuk oleh JAKIM adalah seiring dengan visi, misi, moto,

29

Dokumentasi Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia, 2018

Page 38: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

23

tujuan dan fungsi departemen tersebut sebagai pemimpin dalam membangun

peradaban ummah yang unggul30

.

Untuk memantapkan menajemen dan menghasilkan gerak kerja yang lebih

efisien, JAKIM dibagi menjadi 4 bagian utama yaitu Sektor Dasar, Sektor

Pembanggunan Manusia, Sektor Pengelolaan dan Sektor Dibawah Kantor Dirjen.

Sektor-sektor ini telah membentuk 22 bagian dan semuanya yang bernaung di

bawah JAKIM dibandingkan pembentukan awalnya hanya memiliki 14 bagian.

Bagian-bagian di bawah Sektor Kebijakan adalah Bagian Perencanaan dan

Penelitian, Bagian Kemajuan Islam, Bagian Perhubungan, Bagian Manajemen

Fatwa, Bagian Koordinasi Hukum. Bagian-bagian dibawah Sektor Pembanggunan

Manusia dibagi menjadi bagian Dakwah, Bagian Pembanggunan Manusia, Bagian

Keluarga, Sosial dan Komunitas, Bagian Penerbitan Dan Bagian Media.

Rapat Pre-Council Dewan Raja-Raja pada 1 Juli 2008 dan Rapat Dewan

Raja-Raja Kali Ke-214 telah setuju sehingga fungsi Komie Fatwa Majlis

Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia diperkuat dari aspek

penstrukturannya. Sehubungan itu Rapat Pasca-Kabinet Menteri di Jabatan

Perdana Menteri pada 17 September 2008 telah menyetujui supaya urus setia

kepada Komite Fatwa MKI ditingkakan dan dipisahkan menjadi satu bagian baru

di Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM). Pada 2 Januari 2009, JAKIM

telah mendirikan secara administrasi Bagian Manajemen Fatwa dan

Pengembangan Ijtihad. Pada 15 Juni 2009 JAKIM telah memperoleh surat

perintah personalia Rekomendasi Branding Retweet JAKIM Tahap 1 berlaku 1

Juni 2009 dengan resmi wujudnya bagian baru tersebut dengan nama Bagian

Manajemen Fatwa.

Bagian Manajemen Fatwa didirikan untuk memperkuat perannya

sebagaiurus setia kepada Komite Fatwa MKI yang didirikan pada awal tahun1970

di bawah Pasal 11 Peraturan Dewan Nasional Bagi Hal Ehwal Ugama Islam

Malaysia (MKI). Komite Fatwa MKI merupakan badan produsen dan coordinator

fatwa di tingkat nasional31

.

30

Ibid 31

Ibid

Page 39: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

24

c. Struktur Organisasi

Carta Organisasi Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM)32

Gambar 1

32

Portal Rasmi “jawatankuasa Fatwa Majelis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Agama Islam

Malaysia” , diases pada tanggal 1 Juli 2019 dari www.e-fatwa.gov.my/jawatankuasa-fatwa-

majelis-kebangsaan-bagi-hal-ehwalagama-Islam-Malaysia.

Page 40: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

25

Carta Organisasi Bahagian Pengurusan Fatwa

TIMB. KETUA PENGARAH

Datuk Haji Mohammad

Nordin bin Ibrahim

PENGARAH

Haji Mazlan bin Abdullah

KAJIAN FATWA PEMBANGUNAN HUKUM MAJLIS FATWA

KETUA PEN.

PENGARAH KANAN

Jaafar bin Ismail

KETUA PENOLONG

PENGARAH

Aminudin bin Mohamad

KETUA PENOLONG

PENGARAH

Nor Safina binti Zainal

KETUA PENGARAH Dato’ Haji Othman bin

Mustapha

Page 41: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

26

Gambar 2

d. Visi, Misi dan Obyektif

Visi:

Bertekad menjadi pusat rujukan fatwa yang kompeten dan berintergritas di

tingkat nasional dan internasional

PENOLONG PENGARAH

KANAN

Nor Asmahan binti

Abdul Kadir

PEMBANTU PHEI

Mohd Syafiroo bin

Zahid Sapian

PHEI

Rafiza Diana binti

Mohd Rafein

PEMBANTU PHEI

Jauharatud Dini binti

Aminuddin

PENOLONG PENGARAH

Salina binti Salleh

PHEI

Nur Muhammad Jamil bin

Ismail

PENOLONG PENGARAH

Oslan Affandi bin

Abdullah

Page 42: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

27

Misi:

Memartabatkan fatwa di Malaysia melalui manajemen, koordinasi dan

penelitian.

Obyektif:

1. Untuk menjadi badan prodeusen dan coordinator dan fatwa di tingkat

nasional

2. Untuk menjadi badan/lembaga coordinator manajemen urusan

kefatwaan di Malaysia

3. Untuk menciptakan kerjasama strategis dan kemitraan pintar dalam

urusan kefatwaan dengan lembaga fatwa dan lembaga lain yang terkait

di dalam dan luar negeri

4. Untuk memberikan kesadaran da pendidikan fatwa kepada masyarakat.

5. Untuk menjadi Pusat Rujukan fatwa yang otoriner dan berwibawa33

.

e. Peran Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia

Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia tidak hanya merupakan satu organsasi

atau kantor yang mengeluarkan fatwa semata-mata. Ia memiliki peran tersendiri

yang telah diberi pedoman oleh Menteri Agama di Malaysia. Antara peran Majelis

Fatwa Kebangsaan Malaysia adalah seperti berikut:

1. Menjadi pengemudi kepada Komite Fatwa MKI dan pertemuan/rapat yang

terkait dengan kefatwaan.

2. Menjadi sumber referensi hukum/fatwa terhadap setiap permasalahan/isu

yang timbul dalam masyarakat.

3. Meninjau dan meneliti isu-isu kontemporer dalam berbagai bidang yang

membutuhkan pandangan hukum/fatwa

4. Menyelaraskan pandangan hukum/fatwa yang diputuskan di tingkat

Nasional dan Negara.

33

http://www.Islam.gov.my/mengenai-jakim/profil-jakim/visi-misi-objektif-etika DIakses

pada 10 Juli 2019

Page 43: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

28

5. Mewujudkan kerjasama strategis dan meingkatkan koordinasi antara

Departemen Mufti Negara dan Lembaga lain yang terkait.

6. Menyebarkan pandangan hukum/fatwa yang diputuskan dan memberikan

pendidikan fatwa kepada masyarakat.

7. Menjadi pusat rujukan pandangan hukum/fatwa di tingkat Nasional dan

Internasional.

8. Memberi maklum balas mengenai pertanyaan isu hukum atau fatwa dalam

tempoh 7 hari.

f. Metode Pengeluaran Hukum atau Pandangan Syarak Oleh

Jawatankuasa Fatwa

Terdapat dua kaedah yang digunakan oleh Jawatankuasa Fatwa dalam

mengeluarkan hukum34

. Pihak-pihak tertentu yang pakar akan dipanggil untuk

memberikan pandangan dan penjelasan terhadap isu-isu yang tidak jelas atau

memerlukan penjelasan dan taklimat terperinci supaya semua Ahli Jawatankuasa

Fatwa MKI mendapat maklumat yang tepat bagi membuat keputusan. Metode

yang digunakan adalah:

1. Mesyuarat/rapat Jawatankuasa Fatwa MKI

Proses penegeluaran hukum melalui kaedah ini bermula apabila mesyuarat

Raja-raja memerintahkan supaya anggota Jawatankuasa Fatwa MKI memberikan

pandangan hukum atau fatwa tentang sesuatu isu yang timbul di kalangan

masyarakat. Isu yang timbul itu dikaji serta disediakan satu kertas kerja

berkaitannya, kemudian dibentangkan dalam Mesyuarat Jawatankuasa Fatwa

MKI.

Apabila ahli Jawatankuasa telah menegeluarkan hukum, maka hukum

berkenan akan dibentangkan kepada Majlis Raja-Raja melalui Majelis

Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Agama Islam Malaysia. Hukum yang telah

dipersetujui oleh Majlis Raja-Raja tersebut akan dibawa kepada Jawatankuasa

34

Dokumentasi Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia 2015

Page 44: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

29

Fatwa Negeri-negeri tanpa boleh diubah dan selanjutnya diwartakan sebagai fatwa

negeri berkenan.

2. Muzakarah Jawatankuasa Fatwa MKI

Kaedah ini digunakan apabila terdapat permohonan dari masyarakat Islam

atau pihak-pihak tertentu. Isu yang dikemukakan akan dikaji, disediakan satu

kertas kerja berkaitan isu tersebut kemudian dibentangkan dalam Muzakarah

Jawatankuasa Fatwa MKI.

Fatwa yang telah diputuskan dalam Muzakarah ini akan dibawa ke

Jawatankuasa Fatwa Negeri-Negeri dan diperingkat negeri boleh diubah

keputusan tersebut atau menerimanya tanpa perubahan sebagai fatwa negeri dan

seterusnya diwartakan. Fatwa yang diputuskan dalam Muzakarah ini juga akan

dibentangkan untuk perkenan Majlis Raja-Raja melalui Majlis Kebangsan Bagi

Hal Ehwal Agama Islam Malaysia35

.

35

Dokumentasi Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia 2018

Page 45: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

30

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG EUTHANASIA DAN PEMBUNUHAN

A. Konsep Euthanasia

a. Definisi Euthanasia

Euthanasia sampai saat ini masih merupakan masalah yang menarik untuk

dikaji. Istilah Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu “EU-THANASIA”.

EU artinya baik, dan THANATOS artinya mati. Secara keseluruhan kata tersebut

dapat diartikan sebagai “kematian yang senang dan wajar”36

.

Menurut Abuddin Nata, Achmad Gholib, Fauzan, Euthanasia diartikan

sebagai sebuah istilah yang menngacu pada sebuah tindakan yang bertujuan untuk

memudahkan kematian atau mengakhiri hidup seseorang dengan sengaja tanpa

merasa sakit dengan tujuan meringankan penderitaan si sakit. Upaya ini dilakukan

terhadap orang sakit yang menurut perhitungan dan analisis ahli medis sudah

tidak ada harapan lagi untuk hidup37

.

Menurut Anton M. Moeliono dan kawan-kawan, pengertian Euthanasia

adalah tindakan mengakhiri dengan sengaja kehidupan makhluk (orang atau pun

hewan piaraan) yang tenang dan mudah atas dasar perikemanusian38

.

Dari pengertian tersebut diatas dapat diambil intisari bahwa Euthanasia

adalah usaha, tindakan dan bantuan yang dilakukan oleh seorang dokter untuk

dengan sengaja mempercepat kematian seseorang, yang menurut perkiraannya

sudah hamper mendekati kematian, dengan tujuan untuk meringakan atau

membebaskannya dari penderitaannya.

Definisi Euthanasia yang dikemukankan di atas sedikitnya mencakup tiga

kemungkinan:

36

Imron Halimy, Euthanasia, (Solo: Ramadani, 1990), Hlm. 35 37

Abuddin Nata, Achmad Gholib, Fauzan, Fikih Kedokteran Ilmu & Ilmu Kesehatan,

(Jakarta: Salemba Diniyah, 2017), Hlm. 165 38

Anton, M. Moeliono, et al, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1989), Hlm. 237

Page 46: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

31

1. Memperbolehkan (membiarkan) seseeorang mati.

2. Kematian karena belas kasihan.

3. Mencabut nyawa seseorang karena belas kasihan.

Memperbolehkan seseorang mati mengandung pengertian tentang adanya

suatu kenyataan, bahwa segala macam usaha penyembuhan terhadap penyakit

seseorang, sudah tidak ada manfaatnya lagi. Secara medis usaha penyembuhan

tersebut tidak ada hasilnya yang positif, malah dalam keadaan tertentu, ada

kemungkinan pengobatan tersebut justru mengakibatkan bertambahnya

penderitaan. Dalam keadaan demikian, seorang penderita lebih baik dibiarkan

meninggal dalam keadaan tenang tanpa campur tangan manusia.

Kematian karena belas kasihan merupakan suatu tindakan langsung dan

disengaja untuk mengakhiri kehidupan seseorang yang didasarkan atas izin atau

permintaannya. Hal ini disebabkan oleh kondisi penderita yang sudah tidsk tahan

lagi menanggung rasa sakit yang demikian berat. Keadaan ini tentu saja tidak

sama dengan memperbolehkan seseorang mati, walaupun mungkin ada juga

persamaannya39

.

Pada peristiwa pencabutan nyawa seseorang karena belas kasihan

memberikan pengertian terhadap suatu tindakan yang langsung untuk

menghentikan kehidupan penderita tanpa izinnya. Tindakan ini didasarkan atas

asumsi bahwa kehidupan si penderita selanjutnya tidak ada artinya lagi. Tentu saja

ada perbedaan antara peristiwa ini dengan kematian karena kasihan, yaitu bahwa

dalam peristiwa yang terakhir ini tindakan dilakukan tanpa izin dan persetujuan si

penderita40

.

39

H. Ahmad Wardi Muslich, Euthanasia Menurut Pandangan Hukum Positif Dan Hukum

Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Hlm. 14 40

Ibid

Page 47: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

32

b. Macam-macam dan Bentuk Euthanasia

Menurut Abuddin Nata, Achmad Gholib dan Fauzan dalam buku nya yang

berjudul Fikih Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Euthanasia dapat dibagi menjadi

dua (2) bagian, yaitu:

1. Euthanasia Aktif

2. Euthanasia Pasif

Euthanasia Aktif, yaitu tindakan dokter mempercepatkan kematian pasien

dengan memberikan suntikan pada satidum terakhir, dimana menurut perkiraan

dan analisis medis sudah tidak mungkin lagi dapat sembuh atau bertahan lama.

Tindakan ini dilakukan dengan alasan pengobatan yang diberikan hanya akan

memperpanjangkan penderitaan pasien, tidak mengurangi keadaan sakitnya yang

memang sudah parah.

Euthanasia Pasif, yaitu tindakan seorang tenaga medis berupa penghentian

pengobatan pasien yang menderita sakit keras, dimana secara medis sudah tidak

mungkin lagi bisa disembuhkan. Dengan penghentian pemberian obat ini akan

berakibat mempercepat kematian pasien. Tindakan ini dilakukan dengan alasan

kemampuan keuangan pasien yang terbatas, sementara dana yang dibutuhkan

untuk penyembuhan penyakit sangat besar. Alasan lainya adalah meskipun pasien

diberikan obat yang mahal, tetapi fungsi pengobatan tersebut menurut perhitungan

dokter sudah tidak efektif lagi41

.

c. Sejarah Euthanasia

Euthanasia sebenarnya bukan masalah baru. Perbuatan ini sebenarnya sudah

lama dikenal orang, bahkan sudah sering dilaksanakan sejak zaman dahulu kala.

Menurut Ilyas Effendi, pada zaman Romawi dan Mesir Kuno Euthanasia ini

pernah dilakukan oleh dokter Olympus terhadap diri Ratu Cleopatra dari Mesir,

atas permintaan sang Ratu, walaupun sebenarnya ia tidak sakit. Cleopatra (60 – 30

41

Abuddin Nata, Achmad Gholib, Fauzan, Fikih Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

(Jakarta: Salemba Diniyah, 2017), Hlm. 166

Page 48: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

33

S.M.) seorang ratu yang cantik dan seksi dapat menundukkan dua pria perkasa

pada zamannya, yaitu Yulius Caesar dan Markus Antonius, penguasa Imperium

Rumawi. Cleopatra mempunyai ambisi yang sangat besar untuk menakluk dan

menguasai dunia. Akan tetapi ambisinya itu tidak tercapai, karena orang yang

diharapkan akan memperjuangkannya melalui Senat, yaitu Yulius Caesar, mati

dibunuh sebelum sidang dimulai oleh kelompok, yang antara lain terdiri dari anak

angkatnya sendiri yaitu Brutus. Orang kedua yang menggantikan Yulius Caesar,

yaitu Markus Antonius, yang juga bertekuk lutut kepada sang Ratu, gagal pula

meraih kemenangan dala pertempuran, karena ia dikalahkan oleh lawannya, yaitu

Oktavianus, dan kemudian ia mati bunuh diri. Cleopatra yang merasa kecewa dan

putus asa, karena ambisi dan impiannya tidak terwujud, akhirnya meminta kepada

dokter Olympus untuk melakukan Euthanasia terhadap dirinya. Dengan patukan

ular beracun yang disiapkan oleh dokter Olympus, Cleopatra akhirnya pada usia

38 tahun menghembuskan nafas yang terakhir (meninggal dunia)42

.

Tindakan Euthanasia pada zaman dahulu kala itu. Banyak didukung oleh

tokoh-tokoh besar dalam sejarah. Menurut Imron Halimy, Plato misalnya, telah

mendukung tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh orang-orang pada masa itu,

untuk mengakhiri penderitaan yang dialaminya. Demikian pula Aristoteles telah

membenarkan tindakan “Infanticide”, yaitu membunuh anak yang berpenyakit

sejak lahir dan mereka tidak dapat hidup menjadi manusia yang perkasa.

42

Ilyas Efendi, Euthanasia Ratu Cleopatra Dua Puluh Abad Lalu, dalam Majalah Kartini,

no.369, Edisi 9 s.d. 22 Januari 1989.

Page 49: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

34

B. Konsep Pembunuhan

a. Pengertian Pembunuhan

Pembunuhan berasal dari kata “bunuh” atau “membunuh” yang berarti: (1)

mematikan: menghilangkan (menghabisi;mencabut nyawa), (2) menghapus

(tulisan), (3) memadamkan (api dan sebagainya), (4) menutup (bocor, pancuran

dan sebagainya)43

.

Dalam istilah Hukum Pidana Indonesia, pembunuhan dirumuskan sebagai

“perbuatan yang mengakibatkan kematian orang lain”44

. Rumusan ini diambil

dari pasal 338 KUH pidana yang berbunyi:

“Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, dihukum,

karena pembunuhan biasa dengan hukuman penjara selama-lamanya lima

belas tahun45

.

Dari pengertian tersebut diatas dapat diketahui bahwa untuk bisa dianggap

sebagai pembunuhan harus dipenuhi tiga unsur:

1. Adanya perbuatan manusia,

2. Perbuatan tersebut mengakibatkan hilangnya nyawa manusia.

3. Perbuatan tersebut dilakukan dengan melawan hukum46

.

Perbuatan manusia yang mengakibatkan kematian, yang menjadi unsur

tindak pidana pembunuhan, tidak terbatas kepada satu jenis perbuatan saja.

Perbuatan tersebut bisa berupa penembakan, pemukulan, penusukan dengan pisau,

peracunan, suntikan dengan obat yang mematikan dan sebagainya. Alat yang

digunakan juga bisa bermacam-macam, seperti pistol, pisau, golok, besi, racun,

43

Anton M. Moeliono, et al, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1989), Hlm. 138 44

R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Bogor:Politea, 1976), Hlm. 207 45

Tim Redaksi, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dan Kitab Undang Hukum

Pidana, (Efata Publishing, Cet. V, 2018), Hlm. 271 46

H. Ahmad Wardi Muslich, Euthansia Menurut Pandangan Hukum Positif Dan Hukum

Islam, Ed. 1-Cet. 1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Hlm. 30

Page 50: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

35

obat suntikan dan lain sebagainya. Demikian pula cara nya juga bermacam-

macam.

b. Macam-Macam Pembunuhan

Dalam Hukum Pidana Indonesia, pembunuhan dapat dibagi kepada dua bagian:

1. Pembunuhan sengaja.

2. Pembunuhan karena kesalahan.

Pembagian pembunuhan kepada sengaja dan tidak sengaja sejalan dengan

pendapat Imam Malik dalam Hukum Pidana Islam. Imam Malik sebagaimana

dikutip oleh Wahbah Zuhaili membagi kepada dua bagian:

1. Pembunuhan sengaja.

2. Pembunuhan karena kesalahan.

Akan tetapi jumhur Ulama, umumnya membagi tindak pidana pembunuhan

kepada tiga bagian:

1. Pembunuhan sengaja.

2. Pembunuhan menyerupai sengaja.

3. Pembunuhan karena kesalahan47

.

1. Pembunuhan Sengaja

Pembunuhan sengaja dalam Hukum Pidana Indonesia dirumuskan sebagai:

“Pembunuhan (Perbuatan) yang mengakibatkan kematian orang lain,

sedangkan kematian itu disengaja, artinya dimaksud, termasuk dalam

niatnya”48

.

Pengertianya ialah bahwa dalam pembunuhan sengaja, kematian yang

diakibatkan oleh perbuatan si pelaku betul-betul dikehendaki. Apabila kematian

tersebut tidak dikehendaki, maka perbuatan tersebut termasuk pembunuhan

47

Wahbah Zuhaili, Al-Fiqul Islamiy Wa Adillatuh Juz 6, (Damaskuz: Darul Fikr, 1989),

Hlm. 222. 48

R. Soesilo, Hlm. 207

Page 51: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

36

karena kesalahan atau kurang hati-hati, seperti yang diatur dalam pasal 359,

Mungkin juga perbuatan tersebut termasuk penganiyaan biasa, berakibat matinya

orang (pasal 351 sub 3) atau termasuk penaganiyaan yang direncanakan terlebih

dahulu, berakibat matinya orang yang dianiya (pasal 353 sub 3)49

.

Dalam hukum pidana Islam, pembunuhan sengaja dirumuskan sebagai:

“Pembunuhan sengaja ialah suatu pembunuhan dimana perbuatan yang

mengakibatkan hilangnya nyawa itu disertai dengan niat membunuh si

korban”.

Dari definisi ini dapat diambil pengertian untuk dianggap sebagai

pembunuhan sengaja, tidak cukup dengan adanya kesengajaan dalam melakukan

perbuatan yang dilarang, melainkan juga diperlukan niat membunuh pada diri si

pelaku. Apabila niat membunuhnya tidak ada, maka pembunuhan tersebut bukan

pembunuhan sengaja, melainkan pembunuhan yang menyerupai sengaja.

Pendapat ini merupakan pendapat jumhur ulama50

.

Niat untuk membunuh merupakan sesuatu yang tersimpan dalam hati dan

tidak bisa dilihat oleh mata. Untuk mengetahuinya diperlukan indikator, yaitu

berupa alat yang digunakan haruslah alat yang menyebatkan kematian. Untuk

mempertegas hal itu, Wahbah Zuhaili mengutip pendapat Jumhur Ulama,

merumusukan pengertian pembunuhan sengaja sebagai berikut:

“Pembunuhan sengaja adalah sengaja melakukan perbuatan yang dilarang

(melawan hukum) dan menghendaki kematian si korban dengan

menggunakan alat yang pada galibnya mengakibatkan kematian”.

Pengertian pembunuhan sengaja yang dikemukan oleh Jumhur Ulama ini,

sejalan dengan pengertian yang terdapat dalam KUH Pidana. Dalam Pasal 340

KUHP disebutkan “Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih

dulu menghilangkan nyawa orang, karena bersalah melakukan pembunuhan

49

Tim Redaksi, Hlm. 275. 50

H. Ahmad Wardi Muslich, Euthansia Menurut Pandangan Hukum Positif Dan Hukum

Islam, Ed. 1-Cet. 1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Hlm. 33

Page 52: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

37

berencana, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara

sementara selama-lamanya dua puluh tahun”51

.

2. Pembunuhan Menyerupai Sengaja

Dalam hukum positif, istilah pembunuhan menyerupai sengaja ini tidak

dikenal, karena pembunuhan hanya terbagi kepada dua bagian: (1) Pembunuhan

sengaja, (2) pembunuhan karena kesalahan. Oleh karenanya tidak ada pembahasan

yang panjang lebar mengenai masalah ini dilihat dari sisi hukum positif.

Barangkali yang dapat dimasukkan ke dalam pembunuhan menyerupai sengaja ini

dalam hukum positif adalah penganiyaan yang mengakibatkan matinya orang lain,

sebagimanayang tercantum dalam pasal 351, sub 3 yang berbunyi:

“Jika perbuatan itu berakibat matinya orang, maka yang bersalah dipidana

dengan pidana penjara selama paling lama tujuh tahun”52

Hanya saja menurut hukum positif, perbuatan tersebut tidak termasuk

pembunuhan melainkan penganiyaan yang mengakibatkan matinya orang. Dalam

hukum Islam, pembunuhan menyerupai sengaja ini dikemukakan oleh Jumhur

Ulama, yang terdiri dari Imam Abu Hanifah, Syafie dan Ahmad Ibnu Hanbal.

Dalam mengartikan pembunuhan menyerupai sengaja ini, Imam Abu Hanifah

sebagaiman yang dikutip oleh Abdurrahman Al jaziri mengemukakan:

“Syibhul „amd ialah kesengajaan seseorang untuk melakukan pemukulan

dengan sesuatu (alat) yang bukan senjata dan tidak pula disamakan dengan

senjata, baik alat tersebut pada galibnya mematikan atau tidak”53

Sementara itu Imam Syafie dan Ahmad Ibnu Hanbal serta dua orang murid

Abu Hanifah, yang dikutip oleh Al-Jaziri, mengemukakan:

“Syibhul „amd ialah kesengajaan pemukulan oleh seseorang dengan sesuatu

(alat) yang pada galibnya tidak mengakibatkan kematian”

51

Pustaka Mahardika, KUHP dan KUHAP, (Yogyakarta: cet. 2017), Hlm. 111 52

Tim Redaksi, KUHAP dan KUHP, (Efata Publishing, Cet V, 2018), Hlm. 274, 275 53

Abdurrahman Al Jaziri, Al Fiqh „Alal-Madzahib Al Arba‟ah, Juz 5, (Beirut: Darul Fikr),

Hlm. 275

Page 53: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

38

Dari kedua definisi tersebut terlihat adanya perbedaan mengenai kriteria

pembunuhan menyerupai sengaja. Abu Hanifah memaandang bahwa pembunuhan

dengan benda-benda keras atau berat, asal bukan sengaja, termasuk menyerupai

sengaja, meskipun benda-benda tersebut dapat mengakibatkan kematian.

Pemukulan dengan batu atau tongkat yang besar, besi dan semacamnya, yang

mengakibatkan kematian si korban, tidak termasuk pembunuhan sengaja,

melainkan tetap menyerupai sengaja54

. Sementara menurut Imam Syafie, Hambali

dan dua orang murid Imam Abu Hanifah, hanya pemukulan dengan benda-benda

kecil (ringan) saja, yang ada galibnya tidak sampai mematikan, yang termasuk

pembunuhan menyerupai sengaja. Sedangkan pemukulan dengan benda-benda

keras (berat) seperti besi, kayu, dan batu yang besar, yang dapat mengakibatkan

kematian, termasuk pembunuhan sengaja.

Menurut pendapat penulis, apa yang dikemukan oleh Imam Syafie, Hanbali

dan dua orang murid Imam Abu Hanifah tentang pembunuhan menyerupai

sengaja ini, rasanya lebih tepat. Hal ini oleh karena pembunuhan dengan alat-alat

yang berat, meskipun bukan sengaja, tetapi fungsi mematikannya mirip dengan

senjata. Seseorang yang dengan sengaja memukul orang lain dengan tongkat,

ranting yang kecil, atau sapu lidi misalnya, tentu saja tidak bermaksud untuk

membunuhnya, meskipun akibat pemukulan tersebut adalah kematian si korban.

Dengan demikian maka pembunuhan tersebut bukan pembunuhan sengaja.

Namun karena pemukulan yang mengakibatkan kematian tersebut dilakukan

dengan sengaja, maka sudah sepantasnya kalau pembunuhan tersebut termasuk

menyerupai sengaja.

3. Pembunuhan Karena Kesalahan

Dalam hukum positif (KUHP), istilah yang digunakan untuk pembunuhan

karena kesalahan ini adalah “karena salahnya mengakibatkan orang mati”55

.

Pembunuhan karena kesalahan terjadi karena kurang hati-hatinya si pelaku.

Dalam hal ini si pelaku tidak mempunyai niat untuk menghilangkan nyawa orang

54

https://artikelsyamsularif.wordpress.com/2016/03/13/pembunuhan-dan-hukum-pidana-

Islam/ diakses pada 16 september 2019 55

R. Soesilo, Hlm. 214

Page 54: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

39

lain, dan ia tidak menyadari bahwa perbuatannya itu akan menimbulkan kematian

bagi orang lain tersebut56

.

R. Soesilo mengemukakan bahwa matinya orang dalam hal ini tidak

dimaksud sama sekali oleh si pelaku, akan tetapi kematian tersebut hanya

merupakan akibat dari kurang hati-hati atau lalainya si pelaku. Dengan demikian,

apabila matinya si korban dimaksud oleh si pelaku, maka perbuatannya termasuk

pembunuhan sengaja, dan kepadanya dikenakan pasal tentang pembunuhan (pasal

338 atau 340 pidana). Sebagai contoh dapat dikemukakan, seorang sopir yang

menjalankan mobil terlalu kencang, sehingga ia tidak bisa mengendalikannya dan

mobilnya menabrak orang sampai mati57

.

Dalam Hukum Pidana Islam , pembunuhan karena kesalahan ini disebut

dengan “Al- Qatlul Khatha”. Wahbah Zuhaili mengemukan definisi pembunuhan

seperti berikut:

“Pembunuhan karena kesalahan adalah pembunuhan yang terjadi tanpa

disertai dengan kesengajaan, baik dalam perbuatannya maupun objeknya

(orangnya)”58

Dari definisi tersebut, jelas terlihat perbedaan antara pembunuhan karena

kesalahan dengan pembunuhan menyerupai sengaja. Dalam pembunuhan karena

kesalahan, si pelaku sama sekali tidak ada niat untuk melakukan perbuatan yang

dilarang. Artinya perbuatan yang dilakukan adalah perbuatan mubah (dibolehkan).

Akibat yang timbul, berupa kematian si korban, semata-mata karena

keterlalaiannya atau kurang hati-hatinya. Sedangkan dalam pembunuhan

menyerupai sengaja, seperti telah disinggung dalam uraian yang lalu, si pelaku

sengaja melakukan perbuatan yang dilarang, seperti pemukulan, tetapi dalam hati

si pelaku tidak ada niat untuk membunuh orang.

56

Ahmad Wardi Muslich, Hlm 39 57

R. Soesilo, Hlm. 214 58

Wahbah Zuhaili, VI, Hlm 223

Page 55: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

40

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Kedudukan Euthanasia di Dalam Islam

Salah satu tujuan disyariatkan agama Islam adalah untuk memelihara jiwa

manusia. Dalam rangka memelihara jiwa, manusia dperintahkan melakukan

upaya-upaya untuk mempertahankan hidupnya. Untuk itu manusia diperintahkan

untuk makan, minum, berpakaian dan bertempat tinggal. Apabila ia sakit maka ia

diperintahkan untuk berobat. Disyariatkan hukuman qishah dan diat bagi pelaku

tindak pidana pembunuhan, juga dalam rangka menegakkan kehidupan ini,

sebaliknya perbuatan-perbuatan yang akan merusak kehidupan manusia, seperti

pembunuhan, dilarang untuk dilakukan dan diwajibkan bagi manusia untuk

menolaknya.

Dalam hubungan ini, Abdul Wahab Khallaf mengatakan:

“Untuk memelihara jiwa dan menjamin kehidupan manusia, maka

disyariatkan kewajiban untuk melakukan segala sesuatu yang merupakan

kebutuhan pokok untuk menegakkannya, seperti makan, minum, pakaian

dan rumah tinggal. Demikian pula diwajibkan qishah dan diatas orang yang

melakukan pelanggaran terhadapnya (membunuh atau melukai), dan

diharamkan untuk menjatuhkan diri ke dalam kerusakan, serta diwajibkan

menolak atau mencegah kemudharatan dari dirinya”59

Jiwa manusia merupakan anugerah atau pemberian dari Allah. Oleh

karenanya, sudah menjadi tanggungjawab kita semua menjaganya dan tidak

berwenang untuk menghilangkannya tanpa kehendak dan aturan Allah sebagai

pemilik segenap jiwa manusia. Didalam Islam, kita sebagai penganutnya tidak

dibenarkan tindakan membunuh diri sendiri karena manusia bukan pencipta

kepada diri sendiri dan bukan pemilik mutlak. Allah adalah pemilik semua

kehidupan, sebagimana firmannya:

59

Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Kaidah Hukum Islam), (Jakarta: Pustaka

Amani, 2003), Hlm. 201

Page 56: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

41

ول جلٱلناسٱلليؤاخذأ إل ه ر يؤخ ولكي داةث وي ا عني حرك وا ه ةظن ى

ت ليس ه جنفإذاجاءأ سمى مو و خل وليس ٦١خررو ااعثى

Artinya:“Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimnya, niscaya

tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang

melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang

ditentukan, maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka,

tidaklah mereka mengundurkannya baraang sesaatpun dan tidak (pula)

mendahulukannya.”60

Kesusahan dan penderitaan dalam kehidupan ini merupakan suatu ujian

terhadap iman dan taqwa kepada Allah. Seharusnya sesorang muslim itu perlu

mempunyai pandan yang optimis untuk menghadapi segala tantangan hidup dan

tidak lari dari kesusahan di dunia dengan cara membunuh diri. Pada zaman

Rasulullah ramai sahabattt yang cedera parah ketika peperangan dan menderita

kesakitan selama beberapa hari, tetapi mereka tidak pernah cuba untuk membunuh

diri bagi menghapuskan penderitaan yang mereka alami. Sebagaimana firman

Allah dalam surah surah al-Luqman ayat 31:

له أ

رت ريفٱم فن محرأ ح ىجٱل خٱللةع ءاي مييكهوي لملأيجۦ إ فذ

صتارشكر ٣١مك

Artinya : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)

mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar

dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang

demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”61

.

60

Surah al Nahl (16):61, Mushaf Al Quran dan Terjemahanya, (Jakarta: Departemen

Agama RI, cet 2018) 61

Surah al Luqman (31):31, Mushaf Al Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen

Agama RI, cet 2018)

Page 57: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

42

Dalam ajaran Islam, seseorang yang menanggung penderitaan adalah

diminta bersabar dan redha karena beliau akan mendapat ganjaran yang besar dari

Allah. Berdasarkan kode etik perobatan Islam telah dinyatakan bahwa pengamal

perobatan tidak mempunyai sebarang hak atau kuasa untuk menamatkan nyawa

pasien meskipon pasien tersebut telah dibuktikan tidak dapat dipulihkan secara

saintifik. Sebaliknya pengamal perobatan haruslah mencuba bersungguh-sungguh

untuk menyelamatkan nyawa pesakit tersebut karena ia merupakan

tanggungjawab pengamal perobatan62

. Ini sesuai dengan apa yang dikemukakan

oleh Dr. Kamel ketika diwawacara penulis:

“Syariah Islam merupakan syariah yang sempurna yang mampu mengatasi

segala persoalan yang wujud pada setiap waktu dan tempat. Berikut ini

adalah solusi syariah terhadap masalah Euthanasia aktif maupun Euthanasia

pasif. Bagi Euthanasia aktif kaidah yang digunakan adalah dengan

memberikan rawatan yang bertujuan untuk menghentikan hayat pasien,

syariah Islam mengharamkan karena ia termasuk dalam kategori

pembunuhan sengaja, walaupon niatnya baik yaitu untuk meringankan

penderitaan pasien. Hukumnya tetap haram walaupon ia merupakan

permintaan dari pasien sendiri atau ahli keluarganya”63

.

Hal tersebut di perkuatkan dengan hadith Ibnu Mas‟ud r.a:

ع د اث الل رضي يضع ل قبل : قبل ع يحم ل : صهى عهي الل صه الل رص

ذ يضهى ايزئ دو يش أي الل إلا إن ل أ ل انثايت : ثلاس ثإحذ إلا الل رص

اي، انافش انزا انزابرك فش ثبنا فبرق نذي بعخ ان نهج

“Dari Ibnu Mas‟ud r.a berkata, bahwa Rasulullah bersabda: “Tidak halal

darah seorang muslim kecuali karena salah satu daripada tiga perkara:

Berzina, sedangkan dia sudah berkahwin, nyawa dengan nyawa (membunuh

orang) dan orang yang meninggalkan agamanya serta memisahkan diri dari

jemaah (murtad), (Hadis Riwayat al Bukhari, No. 6878)”64

.

62

Farah Wahida Mohd Yusuf dan Tamar Jaya Nizar dan Siti Norlina Muhammad dan

Nurain Mohd Nazir, “Euthanasia :Melanggar Etika dan Hak Asasi Manusia”, Jurnal Teknologi,

Ogos 2013, Hlm. 39 63

Wawancara dengan Dr Kamel, Penolong Pegawai Unit Penelitian Fatwa, Jabatan

Kemajuan Islam Malaysia pada 19 0gos 2019 64

Muhammad Fattah Hafizullah, Hadith 40 Imam Nawawi, (Pustaka Ilmuwan, cet.

Pertama 2016), Hlm.79

Page 58: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

43

Selain larangan dilakukan pembunuhan orang lain, syariat Islam juga

melarang dilakukannya perbuatan membunuh diri, dalam surat An-Nisa (4) ayat

29 Allah berfirman:

ا يأ ٱلييي كهة مكهةي و و

اأ كن

الحأ حك حجرةعيٱم بطلءاو

إلأ

فسكه إ اأ خن اٱللحراضوكه ولتل رحيىى ٢٩ك ةكه

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu

membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu”65

.

Dari ayat-ayat al-Quran dan hadith-hadith tersebut diatas, dapat diambil

suatu asumsi bahwa Euthansia, terutama aktif, dimana seorang dokter melakukan

upaya aktif membantu mempercepatkan kematian sseorang pasien, yang menurut

dugaan dan perkiraannya tidak dapat bertahan untuk hidup, meskipun atas

permintaan dan persetujuan si pasien atau keluarganya-jelas dilarang oleh Islam,

karena perbuatan tersebut tergolong kepada pembunuhan dengan sengaja66

.

Disamping itu, permintaan untuk dilakukan Euthanasia baik oleh pasien maupun

keluarganya, mencerminkan sikap dan perasaan putus asa. Sikap semacam ini

tentu saja tidak disukai dan dilarang oleh Allah. Hal ini sebagaiman dijelaskan

dalam surah Yusuf (12): 87:

تن ي تا ٱذ خيولحاي افوأ فخحسساويي ٱللهساويرو ۥإ سلياي

مإلٱللويرو فرو ٱم ل ٨٧ٱم ك

Artinya : “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang

Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah,

melainkan kaum yang kafir”67

.

65

Surah an-Nisa (4):29, Mushaf Al Quran dan Terjemahanya, (Jakarta: Departemen

Agama RI, cet 2018) 66

Ahmad Wardi Muslich, Euthanasia Menurut Pandangan Hukum Positif Dan Hukum

Islam, Ed. 1, Cet. 1, (Jakarta: 2014), Hlm. 75 67

Surah Yusuf (12):87, Mushaf Al Quran dan Terjemahanya, (Jakarta: Departemen

Agama RI, cet 2018)

Page 59: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

44

Islam menghendaki kepada setiap muslim hendaknya selalu optimis dalam

menghadapi setiap musibah. Ini karena seorang mukmin itu diciptakan justru

untuk berjuang, bukan untuk tinggal diam dan untuk berperang bukan untuk lari.

Iman dan budinya tidak mengizinkan dia lari dari arena kehidupan. Sebab setiap

muslim mempunyai kekayaan iman dan kekayaan budi. Tidak sedikit anjuran bagi

penderita untuk bersabar dan menjadikan penderitaan sebagai sarana pendekatan

diri kepada Yang Maha Kuasa.

Secara gamblang, dapat dipahami bahwa hukum terkait Euthanasia secara

umumnya dan disepakati para ulama‟ adalah tidak diperkenankan oleh syara‟.

Namun masih ada segelintir Ulama yang membahas secara mendalam bagaimana

posisi hukum Euthanasia yang haram dan dibolehkan. Seperti Yusuf Qardhawi

yang membagikan Euthanasia kepada aktif dan pasif. Untuk Euthanasia aktif,

beliau berpandangan ia haram dilakukan karena ia termasuk dalam kategori

pembunuhan dengan sengaja. Namun, Euthanasia pasif pula, Yusuf Qardhawi

berpendapat dibolehkan karena termasuk dalam praktik menghentikan obatan.

Tindakan tersebut dilakukan berdasarkan keyakinan dokter bahwa pengobatan

yang dilakukan tiada gunanya lagi dan tidak memberikan harapan sembuh kepada

pasien, misalnya dengan cara menghentikan alat bantuan penapasan dari tubuh

pasien.

Inilah pentingnya hukum Islam dalam menetapkan hal-hal yang halal dan

haramnya suatu sikap yang diambil dalam Euthansia. Ketika orang diombang-

ambingkan oleh keadaan yang sangat mendesak karena dipengaruhi oleh tuntutan

zaman atau kemajuan teknologi, dimana orang seenaknya saja bertindak asalkan

menurut mereka hal itu merupakan keputusan rasional tanpa melihat apakah

tindakan mereka itu benar atau tidak menurut hukum, agama maupun etika68

.

68

Ariffin Rada, Euthanasia Sebagai Konsekuensi Kebutuhan Sains dan Teknologi, Jurnal

Dinamika Hukum, Vol. 13 No. 2, Mei 2013, Hlm 340-341

Page 60: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

45

B. Keputusan Fatwa Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia dan Fatwa

Yusuf al Qardhawi Berserta Metode Istinbath Hukumnya

a. Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia

1. Keputusan Fatwa Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia Tentang Hukum

Euthanasia Atau Mery Killing

Berkaitan dengan hal ini, Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Majlis

Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia kali ke-97 yang bersidng

pada 15-17 Disember 2011 telah membincangkan mengenai Hukum Euthanasia

atau Mercy Killing. Muzakarah telah membuat keputusan seperti berikut:

- “Setelah mendengar taklimat dan dan penjelasan pakar serta meneliti

keterangan, hujah-hujah dan pandangan yang dikemukakan, Muzakarah

berpandangan bahwa menghentikan hayat hidup seorang sebelum disahkan

mati dengan menggunakan apa-apa cara dan bersandarkan kepada apa-apa

alasan adalah haram dan dilarang oleh Islam. Sehubungan dengan itu,

Muzakarah memutuskan bahwa perbuatan mempercepatkan kematian

melalui amalan Euthanasia (samaada Euthanasia Voluntary, Non-Voluntary

atau Involuntary) atau Mercy Killing adalah haram menurut Islam karena ia

menyamai perbuatan membunuh dan ianya juga bertentangan dengan Etika

Perobatan di Malaysia”.

- “Walau bagaimanapun, dalam keadaan di mana pakar perobatan telah

mengesahkan bahwa jantung dan/atau otak pesakit telah berhenti berfungsi

secara hakiki dan pesakit disahkan tidak ada lagi harapan untuk hidup dan

hanya bergantung kepada bantuan sokongan pernapasan, muzakarah

memutuskan bahwa tindakan memberhentikan alat bantuan pernapasan

tersebut adalah dibenarkan oleh Islam karena pesakit telah disahkan mati

oleh pakar perobatan dan sebarang rawatan tidak lagi diperlukan. Begitu

juga, dalam kasus dimana pakar perobatan telah mengesahkan bahwa

pesakit tiada harapan untuk sembuh dan pesakit telah dibenarkan pulang,

maka tindakan memberhentikan rawatan utama dan hanya rawatan

sokongan (conventional treatment) diteruskan adalah dibenarkan oleh Islam

karena seumpama ini tidak termasuk dalam Euthanasia atau Mercy Killing

yang diharamkan, walau bagimanapun, jika rawatan tersebut digunakan

untuk tujuan lain seperti alat bantuan mengeluarkan bendalir untuk

memudahkan pernapasan, maka tindakan mancabut/memberhentikannya

adalah tidak dibenarkan”69

.

69

Kompilasi Pandangan Hukum Jawatankuasa Muzakarah Kebangsaan, Cet 6, (Putrajaya

:2018)

Page 61: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

46

2. Metode Istinbath Hukum Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia (MKI)

Berdasarkan pemerhatian penulis, penetapan metode istinbath hukum yang

digunakan Muzakarah Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia mengenai Euthanasia

ialah Metode Bayani. Secara bayani didapati dalam beberapa penggunaaan dalil

al-Quran maupun hadith yang menerangkan tentang membunuh. Euthanasia tidak

sukarela (non-voluntary) dan Euthanasia luar kawalan (involuntary) merupakan

perbuatan yang menyerupai tindakan membunuh sesuai dengan firman Allah dan

sabda Rasulullah yang mengharamkan perbuatan tersebut dan seharusnya

dikenakan sanksi hukum terhadap pelakunya tanpa mengambil kira alasan yang

diberikan terhadap tindakan membunuh itu. Antaranya adalah ayat al-Quran surah

an-Nisa‟ ayat 92 yang mana ayat ini menjelaskan larangan Allah tentang

membunuh jiwa yang lain.

واإلخطووا خلوؤ يل ويأ ىك لىؤ ...ا

Artinya : “Dan tidak boleh bagi sesorang mukmin membunuh seorang

mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja)”70

.

Ayat ini menafikan tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh orang

mukmin. Hal ini berarti bahwa tindakan membunuh bertentangan dengan prinsip

iman. Jika seorang mukmin membunuh mukmin yang lain berarti imannya rapuh.

Perbuatan membunuh menyebabkan iman seseorang itu rosak. Kecuali

pembunuhan yang dilakukan secara tidak sengaja, ia tidak merosakkan iman.

Dalam ayat ini يب merupakan حزف انفي yang menjelaskan hukum tidak boleh

membunuh jiwa mukmin yang lain dengan alasan apapun. Kalimah ال pada ayat

tersebut pula merupakan isim istisna‟ yang menerangkan bahwa adanya

pengecualian terhadap pembunuhan yang dilakukan tanpa sengaja. Ini jelas bahwa

70

Surah an Nisa (4);92, Mushaf Al Quran dan Terjemahanya, (Jakarta: Departemen

Agama RI, cet 2018)

Page 62: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

47

praktek Euthanasia adalah haram karena ia adalah tindakan menghilangkan nyawa

pasien dengan sengaja.

Seperti yang terdapat di dalam kitab ash-Shahihain dari Ibnu Mas‟ud R.A.,

bahwa Rasulullah telah bersabda:

ع د اث الل رضي يضع ل قبل : قبل ع الل صها الل رص صهاى عهي يحم ل

اي، انثايت : ثلاس ثإحذ إلا يضهى ايزئ دو انافش انزا انزابرك ثبنافش، نذي

فبرق بعخ ان نهج

Artinya : “Dari Ibnu Mas‟ud berkata; bersabda Rasulullah S.A.W tidak halal

darah seorang muslim kecuali dengan salah satu dari tiga alasan; jiwa

(dibalas) dengan jiwa (qishah), orang telah bernikah yang berzina dan orang

yang keluar dari agama meninggalkan jama‟ah (murtad), (Hadis Riwayat al

Muslim, No. 1676)”71

.

Hadith yang mulia ini memberi penjelasan tentang Islam yang agung dan

kaidah pensyariatan yang kokoh dalam menjaga kehidupan seorang muslim.

Perkataan ل يحم دو ايزئ يضهى yaitu tidak halal darah orang muslim yang mengucap

dua kalimah syahadah berarti haram membunuh orang muslim yang beriman

karena darah mereka terpelihara dan terjaga. Ibnu Hajar al-Haitami berkomentar

tentang pentingnya ini:

“Hadith ini merupakan kaidah yang penting karena berkaitan dengan

sesuatu yang sangat prinsip, yaitu darah. Menjelaskan mana yang halal dan

mana yang tidak halal, serta menjelaskan bahwa asal darah setiap orang itu

itu terlindungi, demikian juga dengan akalnya, karena pada asalnya semua

yang mencintai berlangsungnya kehidupan manusia dalam bentuknya yang

paling baik”72

.

Perkataan ال pula merupakan isim istisna‟ yang menunjukan penegecualian

terhadap larangan membunuh disebabkan 3 (tiga) alasan yaitu zina orang yang

71

Shahih Muslim, No. Hadis 1676, (Beirut: Dar el Fiker, 1993) 72

Mustafa Dieb al-Bugha, Muhyiddin Mistu, Al Wafi Syarah Hadith Arbain Imam an-

Nawawi, Cet. 1, (Jakarta: Pustaka al Kautsar, 2002), Hlm. 111

Page 63: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

48

telah berkahwin, qishah dan murtad. Hanya dengan alasan ini Islam membenarkan

untuk melaksanakan pembunuhan. Ini jelas membuktikan bahwa praktek

Euthanasia tidak memerlukan kepada 3 (tiga) alasan tersebut untuk membuktikan

alasan untuk melaksanakan.

Islam tidak hanya melarang perbuatan mengambil nyawa orang lain

(membunuh) malah Islam juga melarang keras bagi ummat nya untuk membunuh

diri sendiri. Praktek semacam Euthanasia Voluntary adalah contoh yang jelas bisa

dikaitkan dengan membunuh diri. Di dalam prakteknya, pasien sendiri meminta

untuk dihilangkan nyawa nya karena tidak lagi mamou menahan kesakitan yang

dialami. Larangan ini didasarkan dari firman Allah S.W.T dalam surah al-Baqarah

ayat 195 :

فلاوأ ابيل ٱللف إل ي ميكه

ةأ حن لا ول نكثٱلت إ ا س ح

ٱللوأ يب

سني ١٩٥ٱل ىح

Artinya :“Dan belanjakanlah (harta bendamu) dijalan Allah, dan janganlah

kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat

baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat

baik”73

.

Ayat ini menjelaskan larangan mencampakkan diri ke dalam kebinasaan

dengan merosakkan diri sendiri. Membunuh diri adalah termasuk dalam kategori

perbuatan yang membawa kepada kebinasaan. Lafaz ل رهقا dalam ayat ini disertai

dengan ل ي yang menunjukkan kepada larangan melakukan perbuatan yang

sengaja membawa kepada kebinasaan. Seharusnya setiap manusia menghargai

nyawa yang telah diberikan oleh Allah S.W.T dengan melakukan segala perintah

Allah dan meninggalkan larangan-Nya. ini sejajar dengan hadith Rasulullah

S.A.W yang menjelaskan hukum haram dengan adannya ancaman dari Allah

S.W.T dari memasuki syurga.

73

Al Baqarah 2:195, Mushaf al Quran dan Terjemahannya, (Jakarta:Departemen Agama

RI, Pustaka al Kautsar, Cet. 2018)

Page 64: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

49

صها الل رصل قبل اللا صهاى عهي : يذ في ذيذر فح ثحذيذح فض قزم ي أ جا يز

ب في ث اى بر في ثط ب يخهاذا خبنذا ج . أثذا في ي ب شزة فض فقزم ص ف

اى بر في يزحضاب ب يخهاذا خبنذا ج . أثذا في ي رزدا فض فقزم ججم ي فاى بر في يززدا ب يخهاذا خبنذا ج أثذا في

Artinya : Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang membunuh dirinya sendiri

dengan besi, maka besinya akan berada di tangannya menikam perutnya di

neraka Jahannam yang ia berada disana selama-lamanya. Siapa yang minum

racun, sehingga ia membunuh dirinya, maka ia akan meminumnya di dalam

neraka Jahannam yang ia kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan siapa

yang menjatuhkan dirinya dari sebuah gunung sehingga membunuh dirinya,

maka ia akan menjatuhkan dirinya di dalam neraka Jahannam yang ia

berada disana selama-lamanya. (Riwayat Muslim, No. 109)” 74

Bagi pasien yang telah disahkan jantung dan/otak telah tidak berfungsi dan

disahkan tidak ada lagi harapan untuk meneruskan kehidupan, kasus seperti ini,

dikecualikan untuk dibolehkan memberhentikan alat pernapasan seperti yang

dikemukan oleh Dr kamel, pegawai yang diwawancara oleh penulis:

“Namun, berbeda halnya dengan keadaan dimana pakar perobatan telah

mengesahkan bahwa jantung dan/atau otak pesakit telah tidak berfungsi

secara hakiki dan pesakit disahkan tidak ada lagi harapan untuk hidup dan

hanya bergantung kepada bantuan sokongan pernapasan, maka muzakarah

fatwa kebangsaan memutuskan bahwa tindakan memberhentikan alat

bantuan pernapasan dibenarkan karena ini bertentangan dengan paraktek

Euthanasia yang bersifat membunuh. Hal ini perlu didasarkan dengan

keyakinan dokter bahwa sebarang rawatan tidak lagi diperlukan dan

disahkan mati75

74

Shahih Muslim, No. Hadis 109, (Beirut:Dar el Fiker, 1993) 75

Wawancara dengan Dr Kamel, Penolong Pegawai Unit Penelitian Fatwa, Jabatan

Kemajuan Islam Malaysia pada 19 Ogos 2019

Page 65: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

50

b. Yusuf al Qardhawi

1. Keputusan fatwa Dr. Yusuf Al Qardhawi tentang Euthanasia

Yusuf Al Qardhawi mengartikan Euthanasia kepada 2 (dua) bagian, yaitu:

i. Euthanasia positif (taisir al-maut al-fa‟al)

ii. Euthanasia negatif (taisir al-maut al-munfa‟il)

Yang dimaksud Eutahanasia Positif ialah tindakan memudahkan kematian

si pesakit (karena kasih sayang) yang dilakukan oleh dokter dengan

mempergunakan instrumen (alat). Beberapa contoh dia antaranya:

i. Seseorang menderita kanker ganas dengan rasa sakit yang luar biasa

hingga bersangkutan akan meninggal dunia. Kemudian dokter

memberikan obat dengan takaran tinggi (overdosis) yang sekiranya

dapat menghilangkan rasa sakitnya, tetapi menghentikan pernapasannya

sekaligus.

ii. Orang yang mengalami keadaan koma yang sangat lama, misalnya

karena bagian otaknya terserang penyakit atau bagian kepalanya

mengalamai benturan yang sangat keras. Dalam keadaan demikian ia

hanya mungkin dapat hidup dengan mempergunakan alat pernapasan,

sedangkan dokter berkeyakinan bahwa penderita tidak akan dapat

disembuhkan. Alat pernapasan itulah yang memompa udara ke dalam

paru-parunya dan menjadikannya dapat bernapas secara otomatis. Jika

alat pernapasan tersebut dihentikan, si penderita tidak mungkin dapat

melanjutkan pernapasannya. Maka satu-satunya cara yang mungkin dapat

dilakukan adalah membiarkan si sakit itu hidup dengan mempergunakan

alat pernapasan buatan utk melanjutkan gerak hidupnya. Namun, ada

yang menggangap bahwa orang sakit seperti ini sebagai “orang mati”

yang tidak mamu melakukan aktivitas. Maka memberhentikan alat

Page 66: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

51

pernapasan itu sebagai cara yang positif untuk memudahkan proses

kematiannya76

.

Hal ini berbeda dengan Euthanasia Negatif (taisir al maut al munfa‟il).

Pada Euthanasia negatif tidak dipergunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif

untuk mengakhiri kehidupan si sakit, tetapi ia hanya dibiarkan tanpa diberi

pengobatan untuk memperpanjang hayatnya. Contohnya:

i. Penderita kanker yang sudah kritis, orang sakit yang sudah dalam

keadaan koma, disebabkan benturan pada bagian kepalanya atau terkena

semacam penyakit pada otak yang tidak ada harapan untuk sembuh. Atau

orang yang terkena serangan penyakit paru-paru yang jika tidak diobati,

padahal masih ada kemungkinan untuk diobati-akan dapat mematikan

penderita. Dalam hal ini, jika pengobatan terhadapnya dihentikan akan

dapat mempercepat kematiannya.

ii. Seorang anak yang kondisinya sangat buruk karena menderita

kelumpuhan tulang belakang (tashallub al-asyram) atau kelumpuhan

otak (syalal al-mukhkhi). Dalam keadaan demikian ia dapat saja

dibiarkan (tanpa diberi pengobatan) apabila terserang penyakit paru-paru

atau sejenis penyakit sejenis penyakit otak, yang mungkin akan dapat

membawa kematian anak tersebut.

Dalam contoh tersebut, “penghentian pengobatan” merupakan salah satu

bentuk Euthanasia negatif. Menurut gambaran umum, anak-anak yang menderita

penyakit seperti itu tidak berumur panjang, maka menghentikan pengobatan dan

mempermudahkan kematian secara pasif (Eutahanasia negatif) itu mencegah

perpanjangan penderitaan si anak yang sakit atau kedua orang tuanya77

.

76

Yusuf al Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 2, (Jakarta: Gema Insani Press,

1995), Hlm. 749 77

Ibid, Hlm. 750

Page 67: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

52

Isi Fatwa:

i. Euthanasia Positif

Memudahkan proses kematian secara aktif (Euthanasia Positif) seperti yang

telah dijelaskan adalah tidak diperkenankan oleh syara’. Sebab yang demikian

itu berarti dokter melakukan tindakan aktif dengan tujuan membunuh si sakit dan

mempercepatkan kematiannya melalui pemberian obat secara overdosis. Maka

dalam hal ini, dokter telah melakukan pembunuhan, baik dengan cara apa sekali

pun.

ii. Euthanasia Negatif (Menghentikan/Tidak Memberi Pengobatan)

Adapun memudahkan proses kematian dengan cara pasif (Euthanasia

Negatif) sebagaimana telah dicontohkan pada awal penjelasan berkisar pada

“menghentikan pengobatan” atau tidak memberikan pengobatan. Hal ini

didasarkan pada keyakinan dokter bahwa pengobatan yang dilakukan itu tidak ada

gunanya dan tidak memberikan harapan kepada si sakit, sesuai dengan

sunnatullah (hukum Allah terhadap alam semester) dan hukum sebab-akibat.

Diantara masalah yang sudah terkenal dikalangan ulama‟ syara‟ ialah bahwa

mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya menurut jumhur

fuqaha dan imam-imam mazhab. Bahkan para ulama‟ berbeda pendapat mengenai

mana yang lebih utama: berobat ataukah bersabar? Diantara mereka ada yang

yang berpendapat bahwa bersabar (tidak berobat) itu lebih utama, berdasarkan

hadith yaitu:

عطبء ع ن قبل قبل رثبح أث ث ايزأح أريل أل عجابس اث م ي قهذ انجاخ أ

ذ قبل . ثه زأح داء ان ا أرذ انضا إ فقبنذ – صهى عهي الل صه – اناج

إ ، أصزع فبدع أركشاف » قبل . ن اللا نل صجزد شئذ إ انجاخ إ شئذ

د دع اللا فبدع أركشاف إ فقبنذ . أصجز فقبنذ « . يعبفيل أ اللا أركشاف ل أ

ب فذعب ، ن

Artinya: Dari „Atho‟ bin Abi Robaah, ia berkata bahwa Ibnu „Abbas berkata

padanya, “Maukah kutunjukkan wanita yang termasuk penduduk surga?”

„Atho menjawab, “Iya mau.” Ibnu „Abbas berkata, “Wanita yang berkulit

hitam ini, ia pernah mendatangi Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, lantas ia

Page 68: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

53

pun berkata, “Aku menderita penyakit ayan dan auratku sering terbuka

karenanya. Berdo‟alah pada Allah untukku.” Nabi shallallahu „alaihi wa

sallam pun bersabda, “Jika mau sabar, bagimu surga. Jika engkau mau, aku

akan berdo‟a pada Allah supaya menyembuhkanmu.” Wanita itu pun

berkata, “Aku memilih bersabar.” Lalu ia berkata pula, “Auratku biasa

tersingkap (kala aku terkena ayan). Berdo‟alah pada Allah supaya auratku

tidak terbuka.” Nabi –shallallahu „alaihi wa sallam– pun berdo‟a pada Allah

untuk wanita tersebut. (HR. Bukhari no. 5652 dan Muslim no. 2576)78

Dalam kaitan ini, Imam Abu Hamid Ghazali telah menyusun satu bab

tersendiri dalam “Kitab at-Tawakul” dari Ihya‟ Ulumuddin, untuk menyanggah

orang yang berpendapat bahwa tidak berobat itu lebih utama dalam keadaan apa

pun79

.

Demikian pendapat fuqaha mengenai masalah berobat atau pengobatan bagi

orang sakit. Sebagian besar diantara mereka berpendapat mubah, sebagian kecil

menganggapnya mustahab (sunnah), dan sebagian kcil lagi berpendapat wajib.

Dalam hal ini, saya (Yusuf Al Qardawi) sependapat dengan golongan

mewajibkannya apabila sakitanya parah, obatnya berpengaruh dan ada harapan

untuk sembuh sesuai dengan sunnatullah.

Maka memudahkan proses kematian (taisir al-maut) semacam ini tidak

seyogianya diembel-embeli dengan istilah qatl ar-rahmah (membunuh karena

kasih sayang), karena dalam kasus ini tidak didapati tindakan aktif dari dokter.

Tetapi dokter hanya meninggalkan sesuatu yang tidak wajib dan tidak sunnah,

sehingga tidak dikenakan sanksi. Jika demikian, tindakan pasif ini adalah jaiz

dan dibenarkan syara’ (bila keluarga penderita mengizinkannya dan dokter

diperbolehkan melakukannya untuk meringankan si sakit dan keluarganya80

.

78

Shahih Muslim, No. Hadis 2576, (Beirut: Dar el Fiker, 1993) 79

Abu Hamid Al Ghazali, Ihya Ulumuddin, Juz 4, Hlm 290 80

Yusuf al Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 2, (Jakarta:Gema Insani Press,

1995)

Page 69: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

54

2. Metode Istinbath Hukum Dr. Yusuf al-Qardhawi

Sudah menjadi peran bagi ulama yang menjadi rujukan utama bagi

permasalah hukum seperti Yusuf al Qardhawi untuk memurnikan seputar masalah

hukum yang berlegar di tengah masyarakat. Maka Euthanasia juga tidak terlepas

dari menjadi salah satu kasus yang telah Yusuf al Qardhawi perbincangkan.

Dalam penetapan hukum Euthanasia, beliau telah membagikan praktek

Euthanasia kepada 2 (dua) bagian yaitu hukum Euthanasia Aktif dan hukum

Eutahansia pasif.

Bagi kasus Euthanasia Aktif, Yusuf al Qardhawi memutuskan bahwa

hukum praktek Euthanasia aktif adalah sejajar dengan keputusan jumhur Ulama

yaitu ia haram dilakukan karena jelas perbuatan membunuh. Sebagaimana yang

dijelaskan oleh beliau didalam fatwa beliau, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 2

yang berbunyi:

“Memudahkan proses kematian secara aktif Euthanasia Aktif (Euthanasia

Positif) seperti yang dicontohkan adalah tidak diperkenankan oleh syara‟.

Sebab yang demikian itu berarti dokter melakukan tindakan aktif dengan

tujuan memebunuh si sakit dan mempercepatkan kematiannya melalui

pemberian obat secara overdosis”81

.

Tanpa memperpanjangkan huraian beliau mengenai hukum Euthanasia

Aktif, Yusuf al Qardhawi memutuskan hukum bagi tindakan aktif tersebut adalah

tidak diperkenankan disisi syara‟.

Namun berbeda halnya dengan Euthanasia Negatif (Pasif) yaitu Euthanasia

Negatif adalah memberhentikan/tidak memberi pengobatan. Bagi memutuskan

hukum bagi tindakan ini, Yusuf al Qardhawi menggunakan pendekatan metode

istinbath hukum, Metode Ijtihad Intiqai. Sebelum penulis melanjutkan

pembahasan, Metode Ijtihad Intiqai bermaksud memilih satu pendapat dari

beberapa pendapat terkuat yang terdapat pada warisan fikih Islam, yang penuh

dengan fatwa dan keputusan hukum82

. Ini merupakan salah satu metode terpenting

yang sering digunakan oleh Yusuf al qardhawi bagi mengeluarkan fatwa.

81

Yusuf al Qardhawi, Hlm. 751 82

Gibtiah, Fikih Kontemporer, (Depok: Kencana, Cet. 2, 2016), Hlm. 61

Page 70: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

55

Euthanasia Negatif menurut bahasa yang mudah dipahami adalah satu

tindakan memudahkan kematian tanpa melalui sebarang proses tindakan aktif dari

dokter. Keyakinan dokter untuk menghentikan atau tidak memberikan pengobatan

sangatlah penting bagi meneruskan tindakan ini. Pasien perlulah berada didalam

kondisi yang dimana pengobatan yang dilakukan tidak ada gunanya dan juga tidak

memberikan harapan kepada si pasien untuk sembuh.

Diantara masalah yang sudah terkenal di kalangan ulama syara‟ ialah

mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya menurut jumhur

fuqaha dan imam-imam mazhab. Ada juga yang berpendapat bahwa bersabar

(tidak berobat) itu lebih utama. Diantaranya pendapat Ibnu Taimiyah yang

mengatakan:

“Berobat tidaklah wajib menurut mayoritas ulama. Yang mewajibkannya

hanyalah segelintir ulama saja sebagaimana yang berpendapat demikian

adalah sebagian ulama Syafi‟i dan Hambali. Para ulama pun berselisih

pendapat manakah yang lebih utama, berobat ataukah bersabar. Karena

hadith shahih yang menerangkan hal ini dari Ibnu Abbas, tentang budak

wanita yang sabar terkena penyakit ayan. Ibnu Taimiyah melanjutkan,

sekelompok sahabat nabi dan tabi‟in tidak mengambil pilihan untuk berobat.

Ada sahabat seperti Ubay bin Ka‟ab dan Abu Dzar tidak mau berobat, lantas

sahabat lainnya tidak mengingkarinya”83

.

Dalam kaitan ini, Imam Abu Hamid al Ghazali telah menyusun satu bab

tersendiri dalam “Kitab at-Tawakul” dari Ihya‟ Ulumuddin, untuk menyanggah

orag yang berpendapat bahwa tidak berobat itu lebih utama dalam keadaan

apapun84

.

Justru dalam hal ini, Yusuf al Qardhawi sependapat dengan golongan yang

mewajibkannya (berobat) apabila sakitnya parah, obatnya berpengaruh, dan ada

harapan untuk sembuh sesuai dengan sunnah Allah taala.

Maka memudahkan proses kematian (taisir al maut) kalau boleh diistilah

dengan demikian, semacam ini tidak seyogianya diembel-embeli dengan istilah

qatl ar rahmah (membunuh karena kasih sayang), karena dalam kasus ini tidak

83

http;//rumaysho.com/memilih berobat atau sabar dan tawakkal. Diakses pada 21

september 2019 84

Abu Hamid al Ghazali, Kitab Ihya‟ Ulumuddin, Juz 4, Hlm 290

Page 71: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

56

didapati tindakan aktif (positif) dari dokter, tetapi dokter hanya meninggalkan

sesuatu yang tidak wajib dan tidak sunnah, sehingga tidak dikenai sanksi85

.

C. Analisis Penulis

Melakukan Muqaranah (perbandingan) terhadap sesuatu hukum, berarti

melihat titik perbedaan cara melakukan Istinbath dalam penetapan hukum.

Setelah meneliti pembahasan diatas, penulis merasa lebih cenderung kepada

pendapat dari Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia dalam memutuskan fatwa

mengenai hukum Euthanasia atau Mercy Killing yang menggunakan metode

bayani.

Setelah mengamati kajian pembahasan yang penulis lakukan, penulis

merasakan bahwa metode bayani adalah lebih sesuai untuk dipahami masyarakat.

Ini karena metode yang digunakan dari Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia lebih

ahwat atau dari sudut Ihtiyatnya (berjaga-jaga) untuk masyarakat. Metode ini juga

meraikan kemudahan pemahaman bagi masyarakat awam bagi sesuatu hukum

khususnya di Malaysia.

Bagi pendapat Yusuf al Qardhawi pula, penulis merasakan bahwa metode

yang digunakan yaitu Metode Intiqa‟i bagi Euthanasia Negatif adalah kurang

relevansi bagi memahamkan masyarakat dan ditakuti ditingkat masyarakat awam

akan merasa keliru dengan fatwa yang dikeluarkan oleh Yusuf al Qardhawi. Jika

dilihat menerusi fatwa beliau, putusan hukum yang dikeluarkan kurang diambil

langsung dari nas al Quran dan Hadis melainkan lebih mengutamakan dari

pendapat beliau sendiri. Ini akan menyebabkan masyarakat yang membaca

putusan fatwanya merasa kurang memenuhi pemahaman mereka.

Pada pandangan penulis sendiri pula, ajaran Islam sama sekali tidak

membenarkan segala upaya atau perbuatan yang berakibat matinya seseorang dan

adalah berkewajiban bagi setiap insan untuk memelihara kehidupan yang

diamanahkan oleh Allah SWT. Seperti firman Allah SWT didalam surah al Isra

ayat 33:

85

Yusuf al Qardhawi, Hlm. 754

Page 72: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

57

ول خنا ستل ٱمتٱلنف ٱللحرم ة إل ق لٱل ل ا جعن فلم ا نوى وظ كخل ۦووي فف افليس ى ٱم لخ لان ط اۥإ ٣٣ك وصرى

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya), melainkan dengan suatu alasan yang benar, dan barang

siapa yang dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya kami telah memberi

kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui

batas dalam membunuhnya. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat

pertolongan”86

.

Berdasarkan ayat diatas, dapat dipahami bahwa adalah diharamkan bagi

segenap manusia untuk tidak membunuh jiwa manusia lain kecuali dengan alasan

yang benar. Sebegitu juga didalam kasus Euthanasia, walaupun tidak ada disebut

secara tepat didalam nas al Quran dan al Hadis sepakat ahli akademis maupun

religius didalam membahaskan mengenai Euthanasia, berpendapat dengan titik

akhir yang sama yaitu praktek Euthanasia mempunyai hubungan yang kuat

dengan pembunuhan.

Bagi mengokohkan pendapat penulis, terdapat satu Hadis dari Nabi SAW

yang menjelaskan besarnya dosa pembunuhan yaitu:

ال يب نز انذ الل عه أ يضهى قزم ي

Yang berarti: lenyaplah dunia lebih ringan di hadapan Allah SWT daripada

membunuh seorang muslim. (HR at Tirmidzi No. 2438)87

Menurut hadis diatas, dapat kita pahami bahwa bagaimana kedudukan

pembunuhan di kacamata Islam sebagai agama harmoni yang mementingkan

kemuliaan bagi jiwa seseorang. Adalah tidak adil bagi seseorang manusia untuk

peran tuhan sewenangnya dengan mengambil jiwa manusia. Ini juga bertepatan

dengan konsep Maqasid Syari‟yyah yaitu حفظ انفش (menjaga jiwa). Adalah

86

Surah al Isra‟ 17:33, Al quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama RI,

Cet. 2018) 87

Sunan at Tirmidzi, Hadis No. 2438, (Beirut, lebanon:Dar el Kutub el „almiyah)

Page 73: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

58

menjadi kewajiban bagi setiap manusia untuk menjaga jiwa karena manusia

bukanlah pemilik mutlak bagi setiap nyawa.

Justru itu, bagi menyatakan titik akhir bagi analisis yang telah penulis garap,

penulis dapat menyimpulkan bahwa bagi hal yang terkait Euthanasia Aktif adalah

tidak diperkenankan oleh syarak dan bagi Euthanasia Pasif adalah diperbolehkan

oleh syarak tetapi berserta alasan dan kondisi yang telah diperbahaskan.

Page 74: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bagian akhir penulisan ini, penulis akan cuba menyimpulkan beberapa

kesimpulan sebagai titik akhir daripada uraian permasalahan dan pembahasan

yang penulis garap. Kesimpulan-kesimpulan yang penulis maksud adalah seperti

berikut:

1. Terdapat beberapa kasus tentang kematian yang terkait dengan Euthanasia

yang berarti kematian dengan aman tanpa kesakitan. Menurut hukum Islam,

secara gamblang dapat dipahami bahwa hukum terkait Euthanasia secara

umumnya dan disepakati para ulama‟ adalah tidak diperkenankan oleh

syara‟ namun masih ada perbahasan ulama mengenai hukum Euthanasia

yang dibolehkan.

2. Yusuf Qardhawi yang membagikan Euthanasia kepada aktif dan pasif.

Untuk Euthanasia aktif, beliau berpandangan ia haram dilakukan karena ia

termasuk dalam kategori pembunuhan dengan sengaja. Namun, Euthanasia

pasif pula, Yusuf Qardhawi berpendapat dibolehkan karena termasuk dalam

praktik menghentikan obatan dan metode yang diguna oleh beliau adalah

Metode Intiqa‟i. Adapun fatwa yang dikeluarkan oleh Fatwa Kebangsaan

Malaysia yang berpandangan bahwa mempercepatkan kematian melalui

Euthanasia menggunakan cara apa dan bersandarkan kepada apa-apa alasan

adalah haram dan dilarang oleh Islam. Muzakarah juga memutuskan bahwa

tindakan memberhentikan alat pernapasan adalah dibenarkan. Metode yang

telah oleh digunakan Muzakarah adalah Metode Bayani.

3. Analisis yang dapat disimpulkan oleh penulis, penulis lebih cenderung

dengan pendapat dari JAKIM yang menggunakan kekuatan hukum yang

lebih rajih (kuat) dan lebih berhati-hati. Hal ini akan memberi dampak

kepada masyarakat dalam memahami hukum yang telah dikeluarkan.

Berbeda dengan fatwa oleh Yusuf al Qardhawi, Metode Intiqa‟i yang

Page 75: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

60

digunakan adalah kurang relevansi dan ditakuti akan mengelirukan

masayarakat. Putusan hukum dari beliau juga tidak mengunakan langsung

dari nash al Quran dan Hadis melainkan lebih mengutamakan pendapat

beliau sendiri.

.

B. Saran-Saran

Di akhir pembahasan ini penulis menyampaikan beberapa saran yang

diharapkan berguna bagi kita, antaranya seperti berikut:

1. Diharapkan agar institusi hukum seperti Fatwa Kebangsaan Malaysia

diangkat martabatnya supaya undang-undang syariah terpelihara dan umat

Islam melaksanakan syariat Islam dengan sebaiknya dalam kehidupan

mereka.

2. Diharap juga Fatwa Kebangsaan Malaysia lebih berperan aktif untuk

mensosialisasikan hasil dari keputusan fatwanya, agar masyarakat

mengetahui secara merata.

3. Diharap juga masyarakat bisa mengetahui lebih dalam tentang hukum dan

dasar hukum yang telah dikeluarkan oleh ulama yang bertanggungjawab dan

Institusi badan hukum seperti Fatwa Kebangsaan Malaysia.

4. Diharap juga agar umat Islam tidak mengambil jalan mudah untuk

menyelesaikan masalah yang timbul tanpa mengambil kira hukum dari

perbuatan atau tindakan yang dilakukan.

5. Ahli medis juga perlu diberi didikan agama yang cukup mengenai seputar

permasalahan yang berkaitan dengan Euthanasia agar mereka tidak

melakukan Euthanasia terhadap pasien mereka.

Page 76: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

61

C. Kata Penutup

Demikian uraian dan pembahasan yang dapat ditujukan dalam rangka

penyusunan skripsi yang berjudul “Hukum Euthanasia Atau Mercy Killing

(Studi Perbandingan Fatwa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM)

Dan Fatwa Yusuf Al Qardhawi)”. Dalam penulisan ini penulis merasakan yang

terbaik walau bagaimanapun penulis tidak bisa untuk lari dari kesalahan dan

kekhilafan karena penulis adalah seorang manusia berkemungkinan masih banyak

kekurangan. Hal ini juga berlaku karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang

penulis miliki. Oleh karena itu, penulis berbesar hati dan berharap agar semua

pihak dapat memberikan kritikan dan saran-saran yang bersifat membangun demi

perbaikan dan kesempurnaan penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis berharap

dan berdoa kehadrat Illahi agar kehadiran skripsi ini dapat memberi manfaat

kepada masyarakat Islam dan dapat memenuhi persyaratan bagi memperoleh gelar

Sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Syariah, Jurusan Perbandingan Mazhab (PM).

Mudah-mudahan kita semua mendapat hidayah dan petunjuk dari Allah S.W.T.

Amin ya Rabbal „Alamin.

Page 77: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Al Quran Dan Terjemahannya, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, Departemen Agama

RI, cet. 2018

Abd Latif muda, Pengantar Usul Fiqh, Kuala Lumpur:Pustaka Salam,1997

Abd Wahab Khallaf, Ilmu Usul Fiqh wa Khalasah At- Tasyri‟ al-Islami, Beirut:

Darul Fikir al-Arabi, 1995

Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Kaidah Hukum Islam), Jakarta: Pustaka

Amani, 2003

Abdurrahman Al Jaziri, Al Fiqh „Alal-Madzahib Al Arba‟ah, Juz 5, Beirut: Darul

Fikr

Abu Hamid Al Ghazali, Ihya Ulumuddin, Juz 4

Abu Ishaq Ibrahim bin „Ali al-Syirazi, al-Luma‟ fi Usul al Fiqh, tt, Beirut: Dar al-

Kutub al-„Ilmiyyah, 1985

Abuddin Nata, Achmad Gholib, Fauzan, Fikih Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Jakarta: Salemba Diniyah, 2017

Ahmad Zahro,M.A.Fiqh Kontemporer Buku 1, Pt Qaf Media Kreativa, Mei 2018

Akram Kassab, Metode Dakwah Yusuf Al Qardhawi, Jakarta:Pustaka al Kautsar,

2010

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2011

Anton, M. Moeliono, et al, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 1989

Dewi Lestari, Kamus Keperawatan, Wacana Intelektual, 2018

Gibtiyah, Fikih Kontemporer Ed 2, Depok:Kencana, 2018

H. Ahmad Wardi Muslich, Euthanasia Menurut Pandangan Hukum Positif Dan

Hukum Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2014

Imron Halimy, Euthanasia, Solo: Ramadani, 1990

Kompilasi Pandangan Hukum Jawatankuasa Muzakarah Kebangsaan, Cet 6,

Putrajaya :2018

Page 78: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Muhammad Fattah Hafizullah, Hadith 40 Imam Nawawi, Pustaka Ilmuwan, cet.

Pertama 2016

Mustafa Ahmad al- Zarqa‟, Fatawa, Dimasyq: Dar al-Qalam,1999

Mustafa Dieb al-Bugha, Muhyiddin Mistu, Al Wafi Syarah Hadith Arbain Imam

an-Nawawi, Cet. 1, Jakarta: Pustaka al Kautsar, 2002

Pustaka Mahardika, KUHP dan KUHAP, Yogyakarta: cet. 2017

R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bogor:Politea, 1976

Shahih Muslim, Beirut: Dar el Fiker, 1993

Sunan at Tirmidzi, Beirut, lebanon:Dar el Kutub el „almiyah

Tim Redaksi, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dan Kitab Undang

Hukum Pidana, Efata Publishing, Cet. V, 2018

Wahbah Zuhaili, Al-Fiqul Islamiy Wa Adillatuh Juz 6, Damaskuz: Darul Fikr,

1989

Yusuf al Qardhawi, Biografi Fatwa Al Qardhawi, Selangor: Sri Saujana

Marketing, Cet 1, 2019

Yusuf al Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 2, Jakarta:Gema Sani Press,

September 1995

B. Jurnal

Ahmad Zaelani, “Euthanasia Dalam Pandangan Hak Asasi Manusia Dan Hukum

Islam” skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Arifin Rada, “Euthanasia Sebagai Konsekuensi Kebutuhan Sains dan Teknologi,

Jurnal”, Sekolah Tinggi Islam Negeri Ternate

Fajar Nugroho, “Euthanasia Dalam Tinjauan Hukum Pidana Islam” skripsi

Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyyah Surakata, 2008

Farah Wahida Mohd Yusuf dan Tamar Jaya Nizar dan Siti Norlina Muhammad

dan Nurain Mohd Nazir, “Euthanasia :Melanggar Etika dan Hak Asasi

Manusia”, Jurnal Teknologi, Ogos 2013

Page 79: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ilyas Efendi, Euthanasia Ratu Cleopatra Dua Puluh Abad Lalu, dalam Majalah

Kartini, no.369, Edisi 9 s.d. 22 Januari 1989

Wan Mohd Khairul Firdaus bin Wan Khairuldin dan Abdul Hanis bin Embong,

Alqatl bi Dafi‟ al-Syafaqah menurut perspektif Islam: Analisis Fatwa-Fatwa

Kontemporer, Jurnal

C. Lain-Lain

http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/Arifin-Rada/Euthanasia-Sebagai-

Konsekuensi-Kebutuhan-Sains-Dan-Teknologi/ Diakses pada 12 November

2018

http://www.Islam.gov.my/Keputusan-Muzakarah-Jawatankuasa-Fatwa-Majlis-

Kebangsaan-Malaysia-mengenai-hukum-Euthanasia-atau-Mercy-Killling

Hlm 121, fatwa nomor 37 bab 4 (Perobatan) Diakses pada 15 November

2018

http://www.Islam.gov.my/mengenai-jakim/profil-jakim/visi-misi-objektif-etika

DIakses pada 10 Juli 2019

http;//rumaysho.com/memilih berobat atau sabar dan tawakkal. Diakses pada 21

September 2019

https://artikelsyamsularif.wordpress.com/2016/03/13/pembunuhan-dan-hukum-

pidana-Islam/ diakses pada 16 september 2019

https://www.eramuslim.com/kontemporer/euthanasia-menurut-hukum-Islam.html

Diakses pada 11 November 2018

Portal Rasmi “jawatankuasa Fatwa Majelis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Agama

Islam Malaysia” , diases pada tanggal 1 Juli 2019 dari www.e-

fatwa.gov.my/jawatankuasa-fatwa-majelis-kebangsaan-bagi-hal-

ehwalagama-Islam-Malaysia.

Wawancara dengan Dr Kamel, Penolong Pegawai Unit Penelitian Fatwa, Jabatan

Kemajuan Islam Malaysia pada 19 0gos 2019

Page 80: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA

SAIFUDDIN JAMBI

FAKULTAS SYARIAH Jalan Lintas Jambi-Muaro Bulian KM. 16 Simpang Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36363

Telp/ Fax : (0741) 583183 - 584118 website : www.iainjambi.ac.id

KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Luqman Hakim Bin Jamaluddin

NIM : 103170024

Pembimbing 1 : Dr.Illy Yanti. M.Ag

Judul : “Euthanasia Atau Mercy Killing (Studi

Perbandingan Fatwa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) Dan Fatwa

Yusuf Al Qardhawi)”

Fakultas : Syariah

Jurusan/Program Studi : Perbandingan Mazhab

No Tanggal Konsultasi ke Materi Bimbingan Tanda Tangan

Pembimbing

1 Pembaikan Proposal

2 Pengesahan Proposal

3 Konsultasi untuk

seminar

4 Konsultasi

Pengesahan Judul

5 Konsultasi Bab 1-5

6 Pembaikan Bab 1-5

7 Konsultasi

Pembaikan

Jambi, 10 Okt 2019

Ketua Prodi

Perbandingan Mazhab

Alhusni, S.Ag.,M.HI

197612252009011017

Page 81: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA

SAIFUDDIN JAMBI

FAKULTAS SYARIAH Jalan Lintas Jambi-Muaro Bulian KM. 16 Simpang Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36363

Telp/ Fax : (0741) 583183 - 584118 website : www.iainjambi.ac.id

KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Luqman Hakim Bin Jamaluddin

NIM : 103170024

Pembimbing 2 : Dr.Ramlah.M.Pd.I.,M.Sy

Judul : “Euthanasia Atau Mercy Killing (Studi

Perbandingan Fatwa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) Dan Fatwa

Yusuf Al Qardhawi)”

Fakultas : Syariah

Jurusan/Program Studi : Perbandingan Mazhab

No Tanggal Konsultasi ke Materi Bimbingan Tanda Tangan

Pembimbing

1 Pembaikan

Proposal

2 Pengesahan

Proposal

3 Konsultasi untuk

seminar

4 Konsultasi

Pengesahan Judul

5 Konsultasi Bab 1-5

6 Pembaikan Bab 1-

5

7 Konsultasi

Pembaikan

Jambi, 10 Okt 2019

Ketua Prodi

Perbandingan Mazhab

Alhusni, S.Ag.,M.HI

197612252009011017

Page 82: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Page 83: EUTHANASIA ATAU MERCY KILLING ( STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/1965/1/SKRIPSI LUQMAN HAKIM BIN...melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

LAMPIRAN