20
Tugas Evaluasi Hasil Belajar Kimia Analisis Item Tes Hasil Belajar Dosen Pembimbing : Dr. Latisma Dj, M.Si Fauzana Ghazali, S.Pd, M.Pd Oleh : Agus Rabialdi (1301759/2013) Endah Zuraidah (1301719/2013) Hutdia Putri Murni (1301757/2013) Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang 2015

Evaluasi Hasil Belajar Kimia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Teknik analisis evaluasi

Citation preview

  • Tugas Evaluasi Hasil Belajar Kimia

    Analisis Item Tes Hasil Belajar

    Dosen Pembimbing :

    Dr. Latisma Dj, M.Si

    Fauzana Ghazali, S.Pd, M.Pd

    Oleh :

    Agus Rabialdi (1301759/2013)

    Endah Zuraidah (1301719/2013)

    Hutdia Putri Murni (1301757/2013)

    Program Studi :

    Pendidikan Kimia

    Jurusan Kimia

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Negeri Padang

    2015

  • ANALISIS ITEM TES HASIL BELAJAR

    A. Pendahuluan

    Salah satu tugas yang pada umumnya dilupakan oleh pendidik adalah

    melakukan evaluasi terhadap alat ukur yang digunakan untuk mengukur

    keberhasilan belajar peserta didik. Apabila pada suatu tes hasil belajar, banyak

    peserta didik yang mendapat nilai rendah, maka distribusi frekuensi nilai-nilai

    hasil belajar membentuk kurva asimetrik yang miring ke kiri (Gambar 1).

    Sebaliknya jika banyak pesera didik yang mendapat nilai tinggi sehingga distribusi

    frekuensi membentuk kurva asimetrik yang miring kekanan (Gambar 2). Jika

    terjadi seperti ini, tester harus tanggap bahwa ada yang tidak beres dengan tes hasil

    belajar itu.

    Gambar 1. Kurva a-simetrik miring ke kiri

  • Gambar 2. Kurva a-simetrik miring kekanan

    Salah satu cara mengantisipasi keadaan yang tidak normal ini adalah

    dengan jalan melakukan analisis terhadap tes hasil belajar yang digunakan. Perlu

    dilakukan penelusuran terhadap butir-butir item yang membangun tes tersebut

    sudah dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

    Analisis soal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kualitatif

    (qualitative control). Analisis kualitatif sering disebut sebagai validitas logis

    (logical validity) yang dilakukan sebelum soal digunakan. Salah satu tujuan

    dilakukannya analisis adalah untuk meningkatkan kualitas soal, apakah soal

    tersebut 1) dapat diterima karena telah didukung oleh data statistic yang memadai,

    2) diperbaiki karena terdapat kelemahan-kelemahan atau 3) tidak digunakan sama

    sekali karena terbukti butir soal tersebut tidak berfungsi sama sekali.

    Analisis kualitatif dimaksudkan untuk menganalisis soal ditinjau dari segi

    teknis, isi daan editorial. Analisis secara teknis dimaksudkan untuk penelaahan

    soal berdasarkan prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan soal. Analisis

    ini dimaksudkan khusus menganalisa hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan

    yang ditanyakan (materi tes). Analisis editorial dimaksudkan sebagai penelaahan

    yang khususnya berkaitan dengan keseluruhan format dan keajegan editorial

    dimaksudkan sebagai penelaahan yang khususnya berkaitan dengan keseluruhan

    format dan keajegan editorial dari soal yang satu ke soal yang lainnya.

  • Analisis kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik internal tes

    melalui data yang diperoleh secara empiris. Karakteristik internal secara kuantitatif

    dimaksudkan meliputi parameter tingkat kesukaran soal dan daya pembeda.

    Khusus untuk soal pilihan ganda (multiple choice) ada dua parameter lain yaitu

    dilihat dari peluang untuk menebak atau menjawab item tes dengan benar dan

    berfungsi atau tidaknya jawaban (Latisma Dj, 2011)

    B. Analisis Indeks Kesukaran

    Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar antara lain dapat

    diketahui dari derajad kesukaran atau taraf kesukaran masing-masing butir item

    tersebut. Item-item tes hasil belajar yang baik adalah item yang tidak terlalu sukar

    dan tidak terlalu mudah, dengan kata lain derajad kesukaran item tersebut adalah

    sedang. Suatu item tes hasil belajar yang tidak ada satupun peserta tes yang dapat

    menjawab dengan benar karena terlalu sukar , dikatakan sebagai kualitas butir item

    yang tidak baik. Sebalikya jika semua peserta mampu menjawab semua butir item

    soal itu dengan benar karena terlalu mudah , juga bukan merupakan item soal yang

    baiak. Derajat kesykaran dapat diketahui dari besar kecilnya angka ang

    melambangkan tingkat kesulitan dari item tersebut. Angka ini disebut angka

    indeks kesukaran item (difficulity indeks) yang biasanya dilambangkan dengan P

    (proporsi) dan angka ini biasanya kisarannya dari 0,00 1,00.

    Indeks kesukara item dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

    P =

    atau P =

    Dimana : P = proporsi = indeks kesukaran

    Np = B = banyaknya peserta tes yang dapat menjawab butir item

    tersebut

    Dengan benar

    N = Js = jumlah peserta tes

  • Cara menberikan penafsiran terhadap angka indeks kesukaran item ini,

    Thorndike mengemukakan sebagai berikut:

    Indeks kesukaran kategori

    Kurang dari 0,30 terlalu sukar

    0.30 0,70 cukup (sedang )

    Lebih dari 0,70 terlalu mudah

    Setelah dilkukan identifikasi butir item mana yang kesukarannya berada

    dalam kategori terlalu sukar, sedang dan terlalu mudah , maka tindakan lanjut yang

    dapat dilakan adalah:

    Pertama, untuk butir irem yang ternasuk kategori baik , seyogyanya

    dimasukkan dalam bank soal yang selanjutnya dapat digunakan untuk waktu yang

    akan datang.

    Kedua, untuk butir item yang termasuk kategori terlalu sukar ada beberapa

    tinda anjutny yaitu : 1) butir item tersebut dibuang dan tidak dikeluarkan lagi

    dalam tes tes hasil belajar yang akan datang, 2) diteliti ulang atau ditelusuri

    kenapa soal tersebut tidak bisa dijawab oleh peserta tes.

    Ketiga , untuk butir itm yang termasuk kategori terlalu mudah tindakan

    lanjutnya adalah : 1) butir item trsebut dibuang dan tidak digunakan dalam tes-tes

    berikutnya, 2) diteliti ulang , ditelusuri faktor penyebab siswa dapat menjawab

    semua butir soal dengan benar dan selanjutnya diperbaiki lagi.

    Contoh cara menghitung indeks kesukaran item.

  • Misalkan dalam suatu tes hasil belajar yang diberikan dalambentuk

    objektif, diikuti oleh lima belas orang peserta tes. Tes tersebut teriri dari 10 butir

    tes atau item. Setelah dilkukan koreksi terhadap hasil tes dan diberi skor.

    Nama Nomor item

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    Aurora 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0

    Faban 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1

    Farel 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1

    Qinan 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0

    Keisha 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1

    Early 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1

    Aalia 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1

    Rakan 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1

    Rahan 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1

    Indry 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1

    Jerri 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1

    Laura 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1

    Ronny 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1

    Fitri 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1

    Sheila 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1

    N = Js=15 6 10 7 5 12 2 9 3 4 13

  • Perhitungan indeks kesukarannya

    Butir item

    no

    Angka indeks kesukaran item ( P ) Interpretasi

    1 P =

    =

    =

    = 0,4 Cukup ( sedang )

    2 P =

    =

    =

    = 0,67 Cukup ( sedang )

    3 P =

    =

    =

    = 0,47 Cukup ( sedang )

    4 P =

    =

    =

    = 0,33 Cukup ( sedang )

    5 P =

    =

    =

    = 0,8 Terlalu mudah

    6 P =

    =

    =

    = 0,13 Terlalu sukar

    7 P =

    =

    =

    0,6 Cukup ( sedang )

    8 P =

    =

    =

    = 0, 2 Terlalu sukar

    9 P =

    =

    =

    = 0,27 Terlalu sukar

    10 P =

    =

    =

    = 0,87 Terlalu mudah

    Faktor yang menyebabkan soal terlalu sulit untuk dijawab oleh peserta tes

    antara lain : kalimat soal kurang jelas kurang dipahami dan istilah dalam soal kurang

    dimengerti. Kelemahan indeks kesukaran adalah adanya hubungan terbaluk antara

    derajat kesukaran dengan angka indeks itu sendiri. Makin rendah angka indeks

    kesukaran, artinya makin tiggi derajat angka derajat kesukaran item tersebut,

    sebaliknya semakin tinggi angka indeks kesukaran maka semakin rendah angka

    derajat kesukaran item tersebut.

  • C. Analisis Daya Pembeda

    Daya Pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar

    untuk dapat membedakan antara peserta tes yang berkemampan tinggi dan peserta

    tes yang berkemampuan rendah, sehingga peserta tes yang berkemampuan tinggi

    lebih banyak yang bisa menjawab dengan benar dibandingkan dengan peserta tes

    yang berkemampuan rendah (Latisma Dj, 2011)

    Mengetahui daya pembeda item penting sekali, sebab salah satu dasar yang

    dipegangi untuk menyusun butir-butir item tes hasil belajar adalah adanya

    anggapan, bahwa kemampuan testee yang lain itu berbeda-beda, dan bahwa butir

    butir item tes hasil belajar itu haruslah mampu memberikan hasil tes yang

    mencerminkan adanya perbedaan-perbedaan kemampuan yang terdapat dikalangan

    testee tersebut (Sudijono, 1998)

    Daya pembeda item itu dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya

    angka indeks diskriminasi (daya pembeda item). Angka indeks diskriminasi ini

    dihitung atas dasar pembagian peserta tes kedalam 2 kelompok yaitu kelompok

    atas dan kelompok bawah. Adapun cara menentukan dua kelompok yaitu bisa

    bervariasi misalnya membagi 2 kelompok yang terdiri dari 50% peserta tes

    kelompok atas dan 50% peserta tes kelompok bawah, jika jumlah peserta tes tidak

    terlalu banyak. Jika jumlah peserta tes banyak, dapat digunakan pengelompokkan

    dengan mengambil 27% peserta tes kelompok atas dan 27% peserta tes kelompok

    bawah. Untuk mengetahui besar kecilnya daya pembeda item dapat digunakan

    rumus berikut.

    D = PA PB atau D = PH PL

    Dimana : D = indeks diskriminasi (daya pembeda item)

    PA = PH = Proporsi kelompok atas yang dapat menjawab

    dengan benar buutir item yang bersangkutan

  • PB = PL =Proporsi kelompok bawah yang dapat men-

    jawab dengan benar item yang bersangkutan

    PA atau PH serta PB atau PL dihitung dengan rumus :

    PA = PH = BA/JA

    PB = PL = BB/JB

    Dimana : BA = Banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab

    benar

    BB = Banyaknya peserta tes kelompok bawah yang men-

    jawab benar

    JA = Jumlah peserta tes kelompok atas

    JB = Jumlah peserta tes kelompok bawah

    (Latisma Dj, 2011)

    Indeks diskriminasi item ini umumnya diberi lambang dengan huruf D

    (singkatan dari discriminatory power), dan seperti halnya angka indeks kesukaran

    item, maka indeks diskriminasi item ini besarnya berkisar antara 0 (nol) sampai

    dengan 1,00. Namun, diantara keduanya terdapat perbedaan yang mendasar, yaitu

    kalau angka indeks kesukaran item tidak mungkin bertanda minus (negatif) maka

    angka indeks daya pembeda item dapat bertanda minus. Dalam hubungan ini, jika

    sebutir item memiliki angka indeks diskriminasi item dengan tanda plus (positif)

    hal ini merupakan petunjuk bahwa butir item tersebut telah memiliki daya

    pembeda dalam arti bahwa testee yang termasuk kategori pandai lebih banyak

    yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item yang bersangkutan,

    sedangkan testee yang termasuk kategori bodoh lebih banyak yang menjawab

    salah.

  • Adapun apabila angka indeks diskriminasi item dari sebutir item bertanda

    negatif (minus) maka pengertian yang terkandung didalamnya adalah, bahwa butir

    item yang bersangkutan lebih banyak dijawab oleh testte kelompok bawah

    ketimbang testee kelompok atas (Sudijono, 1998)

    Daya Pembeda item dapat diinterpretasikan sebagai berikut.

    Indeks Diskriminasi Item

    (D) Klasifikasi Interpretasi

    Kurang dari 0,20 Poor

    Butir item yang

    bersangkutan daya

    pemb)edanya lemah

    (jelek

    0,20 - < 0,40 Satisfactory

    Butir item yang

    bersangkutan telah

    memiliki daya pembeda

    yang cukup (sedang)

    0,4 - < 0,70 Good

    Butir item yang

    bersangkutan telah

    memiliki daya pembeda

    yang baik

    0,70 1,00 Excellent

    Butir item yang

    bersangkutan telah

    memiliki daya pembeda

    yang baik sekali

    Bertanda negative -

    Butir item yang

    bersangkutan memiliki

    daya pembeda yang

    sangat jelek.

  • Untuk mengetahui indeks daya pembeda item (D) langkah yang ditempuh

    adalah sebagai berikut : Pertama, mengelompokkan peserta tes menjadi dua

    kelompok (atas dan bawah) dengan cara mengurutkan data skor mulai dari skor

    yang paling tinggi diatas sampai skor yang paling rendah. Kedua, menghitung BA,

    BB, PA, dan PB. Ketiga memberi penafsiran mengenai kualitas daye pembeda butir

    soal.

    Contoh : Berikut ini adalah distribusi skor suatu tes hasil belajar.

    Tabel 8.3 Distibusi skor suatu tes hasil belajar

    Peserta

    Tes

    Nomor Item Skor Total

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

    Aurora 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13 (A)

    Fabian 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 12 (A)

    Farel 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11 (A)

    Qinnan 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 11 (A)

    Keisya 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 9 (A)

    Early 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 9 (A)

    Aaliya 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 9 (A)

    Rakan 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 9 (A)

    Raihan 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 9 (B)

    Indry 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 9 (B)

    Arif 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 8 (B)

    Fitri 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 7 (B)

    Jordy 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 5 (B)

    Rani 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 5 (B)

    Fenita 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 5 (B)

  • Tabel 8.4 berikut ini menggambarkan hasil penganalisisan daya beda butir

    soal

    Tabel 8.4 Hasil Perhitungan BA, BB, PA, PB dan D

    Item

    no. BA BB JA JB PA PB D Interpretasi

    1 6 4 7 7 0,86 0,57 0,29 Sedang

    2 5 6 7 7 0,71 0,86 -0,15 Sangat Jelek

    3 5 3 7 7 0,71 0,43 0,28 Sedang

    4 5 3 7 7 0,71 0,43 0,28 Sedang

    5 4 3 7 7 0,57 0,43 1,14 Jelek

    6 5 1 7 7 0,71 0,14 0,57 Baik

    7 5 3 7 7 0,71 0,43 0,28 Sedang

    8 4 2 7 7 0,57 0,29 0,28 Sedang

    9 4 3 7 7 0,57 0,43 0,14 Jelek

    10 5 2 7 7 0,71 0,29 0,42 Baik

    11 4 5 7 7 0, 57 0,71 -0,14 Sangat jelek

    12 5 2 7 7 0,71 0,29 0,42 Baik

    13 5 4 7 7 0,71 0,57 0,14 Jelek

    14 7 4 7 7 1 0,57 0,43 Baik

    15 5 4 7 7 0, 71 0,57 0,14 Jelek

    (Latisma Dj, 2011)

    Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisisan mengenai daya pembeda

    item tes hasil belajar tersebut adalah :

    a. Butir-Butir item yang sudah memiliki daya pembeda item yang baik

    (satisfactory, good dan excellent) hendakknya dimasukkan (dicatat) dalam

    buku bank soal tes hasil belajar. Butir-butir item tersebut pada tes hasil

  • belajar yang akan datang dapat dikeluarkan lagi, karena kualitasnya cukup

    memadai.

    b. Butir-butir item yang daya pembedanya masih rendah (Poor), ada dua

    kemungkinan tindak lanjut, yaitu:

    1) Ditelusuri untuk kemudian diperbaiki, dan setelah diperbaiki dapat

    diajukan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang; kelak item

    tersebut dianalisis lagi , apakah daya pembedanya meningkat atakah

    tidak

    2) Dibuang (didrop) dan untuk tes hasil belajar yang akan datang butir

    item tersebut tidak akan dikeluarkan lagi.

    c. Khusus butir-butir item yang angka indeks diskriminasi itemnya bertanda

    negatif, sebaiknya pada tes hasil belajar yang akan datang tidak usah

    dikeluarkan lagi, sebab butir item yang demikian itu kualitasnnya sangat

    jelek (Latisma Dj, 2011)

    D. Teknik Analisis Fungsi Distraktor

    Pada saat membicarakan tentang tes objektif bentuk multiple choice item

    telah dikemukakan bahwa pada tes obyektif bentuk multiple choice item tersebut

    untuk setiap butir item yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar telah dilengkapi

    dengan beberapa kemungkinan jawaban atau yang sering dikenal dengan istilah

    option atau alternatif.

    Option atau alternatif itu jumlahnya berkisar antara tiga sampai dengan

    lima buah, dan dari kemungkinan-kemungkinan jawab yang terpasang pada setiap

    butir item itu, salah satu diantaranya adalah merupakan jawaban betul (=kunci

    jawaban); sedangkan sisanya adalah merupakan jawaban salah. Jawaban-jawaban

    salah itulah yang biasa dikenal dengan istilah distractor (distraktor = pengecoh).

  • Contoh:

    Tujuan memasang distraktor pada setiap butir item adalah agar diantara

    sekian banyak peserta tes, ada yang memilihnya karena mereka menganggap

    itulah jawaban yang benar. Tentu saja, makin banyak testee yang terkecoh, maka

    kita dapat menyatakan bahwa distraktor itu makin dapat menjalankan fungsinya

    dengan sebaik-baiknya.

    Menganalisis fungsi distraktor sering dikenal dengan istilah lain, yaitu:

    menganalisis pola penyebaran jawaban item. Adpaun yang dimaksud dengan pola

    penyebaran jawaban item ialah suatu pola yang dapat menggambarkan bagaimana

    testee menentukan pilihan jawabnya terhadap kemungkinan-kemungkinan jawab

    yang telah dipasangkan pada setiap butir item.

    Suatu kemungkinan dapat terjadi, yaitu bahwa dari keseluruhan alternatif

    yang dipasang pada butir item tertentu, sama sekali tidak dipilih oleh testee.

    Dengan kata lain, testee menyatakan blangko. Pertanyaan blangko ini sering

    dikenal dengan istilah oniet dan biasa diberi lambang dengan huruf O. Distraktor

    makin dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila distraktor tersebut

    memiliki daya tarik sedemikian rupa sehingga peserta tes merasa bimbang dan

    ragu sehingga mereka memilih distraktor itu sebagai jawaban benar.

    Pertanyaan/

    Pernyataan (item) 1. .....................................................................

    = kunci jawaban

    = distraktor

    (pengecoh)

    A.

    B.

    C.

    D.

    E.

    Alternative

    (option)

  • Suatu distraktor dinyatakan telah dapat menjalankan fungsinya sebagai

    pengecoh apabila dipilih oleh paling kurang 5% dari seluruh pesrta tes. Sebagai

    tindak lanjut dari hasil penganalisisan terhadap fungsi distraktor tersebut maka

    distraktor yang belum dapat menjalankan fungsinya sebagai pengecoh sebaiknya

    diperbaiki atau diganti dengan distraktor lain.

    Berikut ini diberikan contoh cara menganalisis fungsi distraktor. Misalkan

    suatu hasil tes belajar diikuti oleh 30 orang peserta tes, bentuk soalnya adalah

    multiple choice item dimana setiap butir item dilengkapi dengan 5 alternatif

    jawaban (option). Tes hasil belajar tersebut terdiri dari 50 butir soal.

    Untuk menganalisis fungsi distraktor butir soal no. 1,2,3 dan 4 misalnya,

    maka dilihat pola penyebaran jawaban dari butir item no. 1,2,3 dan 4 ternyata

    diperoleh pola penyebaran jawaban sebagai berikut.

    Tabel 8.5. Pola penyebaran jawaban empat butir tes

    Nomor

    butir

    item

    kelompok

    Alternatif jawaban (option)

    Keterangan A B C D E omit

    1

    Atas 20 2 1 2 0 0 Kunci

    jawaban A Bawah 10 6 5 2 2 0

    jumlah (30) 8 6 4 2 0

    2

    Atas 2 4 13 5 1 1 Kunci

    jawaban C Bawah 3 6 12 2 0 1

    jumlah 5 10 (25) 7 1 2

    3

    Atas 2 4 0 18 1 1 Kunci

    jawaban D Bawah 1 5 0 16 2 0

    jumlah 3 9 0 (34) 3 1

    4 Atas 2 18 1 2 1 0 Kunci

  • Bawah 0 22 2 2 0 0 jawaban B

    jumlah 2 (40) 3 4 1 0

    Dengan adanya pola penyebaran jawaban seperti pada tabel 8.5 di atas, maka

    dapat diketahui berapa persen peserta tes yang terkecoh memilih distraktor yang

    diberikan yaitu:

    a. Untuk item tes no.1, kunci jawabannya adalah A dan distraktornya adalah

    B,C,D,E.

    - Distraktor B dipilih oleh 8 orang berarti : 8/50 x 100% = 16%.

    Dengan demikian distraktor B telah menjalankan fungsinya sebagai

    pengecoh dengan baik, karena dipilih oleh lebih 5% peserta tes.

    - Distraktor C dipilih oleh 6 orang berarti : 6/50 x 100% = 12%.

    Dengan demikian distraktor C juga telah menjalankan fungsinya sebagai

    pengecoh dengan baik, karena dipilih oleh lebih 5% peserta tes.

    - Distraktor D dipilih oleh 4 orang berarti : 4/50 x 100% = 8%.

    Dengan demikian distraktor C juga telah menjalankan fungsinya sebagai

    pengecoh dengan baik, karena dipilih oleh lebih 5% peserta tes.

    - Distraktor E dipilih oleh 2 orang berarti : 2/50 x 100% = 4%.

    Dengan demikian distraktor E belum dapat menjalankan fungsinya

    sebagai pengecoh, karena hanya dipilih oleh 4% peserta tes (kurang dari

    5%).

    b. Untuk item tes no.2, kunci jawabannya adalah C dan distraktornya adalah

    A,B,D,E.

    - Distraktor A dipilih oleh 5 orang berarti : 5/50 x 100% = 10%.

    Dengan demikian distraktor B telah menjalankan fungsinya sebagai

    pengecoh dengan baik, karena dipilih oleh lebih 5% peserta tes.

    - Distraktor B dipilih oleh 10 orang berarti : 10/50 x 100% = 20%.

  • Dengan demikian distraktor B juga telah menjalankan fungsinya sebagai

    pengecoh dengan baik, karena dipilih oleh lebih 5% peserta tes.

    - Distraktor D dipilih oleh 7 orang berarti : 7/50 x 100% = 14%.

    Dengan demikian distraktor B juga telah menjalankan fungsinya sebagai

    pengecoh dengan baik, karena dipilih oleh lebih 5% peserta tes.

    - Distraktor E dipilih oleh 2 orang berarti : 2/50 x 100% = 2%.

    Dengan demikian distraktor E belum dapat menjalankan fungsinya

    sebagai pengecoh, karena hanya dipilih oleh 2% peserta tes (kurang dari

    5%).

    Dari keempat pengecoh/distraktor pada butir item no.2, tiga diantaranya

    dapat menjalankan fungsinya dengan baik, sementara distraktor E tidak berfungsi

    sebagai pengecoh.

    Tabel 8.5 di atas dapat juga digunakan untuk mengetahui derajat kesukaran

    dan daya pembeda soal. Untuk soal no.1 ada 30 peserta tes yang menjawab benar.

    Ini berarti untuk angka indeks kesukarannya adala 30/50 = 0,6 dengan derajat

    kesukaran cukup atau sedang, karena terletak antara 0,3 dan 0,7. Butir item no.2

    dapat dijawab dengan benar oleh 25 orang peserta tes, maka indeks kesukarannya

    adalah 25/50 = 0,5, artinya butir item no.2 juga memiliki derajat kesukaran

    sedang. Butir item no.3 dapat dijawab dengan benar oleh 34 orang peserta tes,

    maka indeks kesukarannya adalah 34/50 = 0,68, artinya butir item no.3 juga

    memiliki derajat kesukaran sedang. Sedangkan butir item no.4 dapat dijawab

    denan benar oleh 40 orang peserta tes, maka indeks kesukarannya adalah 40/50 =

    0,8, artinya butir item no.4 memiliki derajat kesukaran mudah.

    Daya pembeda butir soal dapat ditentukan sebagai berikut.

    1. Butir item no.1: jumlah peserta tes adalah 50 maka jumlah peserta tes

    kelompok atas adalah 25 orang dan peserta tes kelompok bawah juga 25

  • orang. PA = 20/25 = 0,8 , PB = 10/25 = 0,4. Jadi daya pembeda butir item no.1

    adalah D = PA-PB = 0,8 0,4 = 0,4 ( pada kategori baik atau good ).

    2. Butir item no.2 dapat dijawab benar oleh 13 peserta tes kelompok atas dan 12

    peserta tes kelompok bawah, maka PA = 13/25 = 0,52 , PB = 12/25 = 0,48. Jadi

    daya pembeda butir item no.1 adalah D = PA-PB = 0,52 0,48 = 0,04 artinya

    butir soal item no.2 memiliki daya pembeda jelek.

    3. Butir item no.3 dapat dijawab benar oleh 18 peserta tes kelompok atas dan 16

    peserta tes kelompok bawah, maka PA = 18/25 = 0,72 , PB = 16/25 = 0,64. Jadi

    daya pembeda butir item no.1 adalah D = PA-PB = 0,72 0,64 = 0,08artinya

    butir soal item no.3 juga memiliki daya pembeda jelek.

    4. Butir item no.4 dapat dijawab benar oleh 18 peserta tes kelompok atas dan 22

    peserta tes kelompok bawah, maka PA = 18/25 = 0,72 , PB = 22/25 = 0,88. Jadi

    daya pembeda butir item no.1 adalah D = PA-PB = 0,72 0,88 = -0,16 artinya

    butir soal item no.2 memiliki daya pembeda sangat jelek.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari keempat butir item di atas

    maka:.item no.1 dapat dipakai karena memiliki indeks kesukaran sedang dan

    daya pembeda baik. Item no.2 dan no.3 memiliki indeks kesukaran sedang dan

    daya pembeda jelek. Untuk itu perlu ditinjak lanjuti dengan menelusuri kenapa

    daya bedanya jelek, ini dapat saja disebabkan oleh adanya distraktor pada butir

    item no.2 dan no.3 yang tidak berfungsi, sehingga distraktor perlu diganti. Butir

    no.4 memiliki indeks kesukaran mudah dan daya pembeda sangat jelek.

    Sebaiknya butir item no.4 tidak digunakan lagi pada tes-tes hasil belajar

    selanjutnya

  • E. Kesimpulan

    1. Item-Item tes hasil belajar yang baik adalah item yang tidak terlalu sukar dan

    tidak terlalu mudah. Indeks kesukaran item ini berkisar dari 0,00 1,00.

    2. Daya Pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar

    untuk dapat membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan

    yang berkemampuan rendah.

    3. Distraktor yang berfungsi sebagai jawaban pengecoh dikatakan telah

    menjalankan fungsinya jika dipilih oleh minimal 5% peserta tes.

  • Kepustakaan

    Latisma Dj, 2011. Evaluasi Pendidikan. Padang : UNP Press

    Sudijono, Anas. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo

    Persada