Upload
tranminh
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN
PENGUATAN KAPASITAS CALON DA’I DI YAYASAN
IHYA QOLBUN SALIM
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
AAN SUJANA
1113054000042
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
AAN SUJANA
Evaluasi Pengembangan Program Pendidikan Penguatan
Kapasitas Calon Da’i di Yayasan Ihya Qolbun Salim.
Pada dasarnya penguatan kapasitas diri merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk memberikan kesempatan mengembangkan
dan mengekspresikan diri sesuai dengan potensi, kebutuhan,
bakat dan minat, serta karakteristik peserta didik. Kegiatan
pengembangan diri adalah kegiatan yang telah direncanakan
dengan merancang, membuat, mengevaluasi dari program
kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan bakat dan minat
peserta didik. Untuk kegiatannya dalam penguatan ilmu dan
karakternya sehingga mereka yang dikuatkan kapasitasnya bisa
menjadi agen perubahan dan panutan bagi masyrakat
terkhususnya dalam bidang agama. Ma‟had Qolbun Salim
menguatkan kapasitas seorang da‟i, benar-benar disiapkan agar
nantinya bisa memberdayakan masyarakat dan menjadi para
tokoh di masyrakat tempat mereka tinggal. Tujuan penelitian ini
lebih melihat bagaimana proses dalam penguatan kapasitas diri
para calon da‟i dengan perumusan masalah (1) Bagaimana
evaluasi input suatu program dalam tiga unsur yang terkait klien,
staf, dan program. (2) Bagaimana proses pelaksanaan pogram
pendidikan penguatan kapasitas calon da‟i. (3) Bagaimana
evaluasi hasil program pendidikan “penguatan kapasitas calon
da‟i” yang dilakukan oleh Yayasan Ihya‟ Qolbun Salim.
Metodelogi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Dengan analisis deskriptif yang didapatkan dari data-data yang
telah berhasil diolah secara sistematis baik berupa kata-kata,
tertulis atau lisan, serta keadaan dari orang yang diamati. Subjek
penelitian ini adalah seluruh ustadz dan santri dari Tempat
penelitian yaitu Yayasan Ihya‟ Qolbun Salim, JL. H. Niman
No.7,Rt 07/04, Cilandak Barat, Jakarta Selatan.
Program penguatan kapasitas diri yang dilakukan Ma‟had
Qolbun Salim merupakan bagian dari persiapan pemberdayaan.
Dimana mereka disiapkan segi kapasitasnya agar ketika terjun
langsung ke masyarakat, mereka mumpuni dari sisi keilmuan dan
juga mental. Di sinilah maka program tersebut dapat dilihat
efektifitasnya.
v
KATA PENGANTAR
حيم حمن الر بسم هللا الر
Alhamdulillahi robbil alamin, segala puji bagi Allah
S.W.T, yang telah memberi kita nikmat iman, islam dan ikhsan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Sholawat serta salam tak pernah berhenti selalu tercurah kepada
Baginda Nabi Muhammad S.A.W., yang telah membawa kita
keluar dari zaman jahiliyah hingga zaman terang benderang ilmu
pengetahuan, serta menjadi panutan bagi kehidupan
bermasyarakat.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam proses
penulis skripsi ini banyak mengalami kendala, serta jauh dari kata
sempurna dengan demikian, penulis membuka diri untuk
menerima masukan dan kritikan demi perbaikan skripsi dan dari
penulis sendiri untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi dan
intropeksi diri sekarang dan dimasa yang akan datang.
Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan kepada semua pihak yang telah memberi bantuan,
motivasi, arahan, terhadap penyusunan skripsi ini. Maka dari itu
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
Terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A., Selaku Dekan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
2. Ibu Wati Nilamsari, M.Si., selaku Ketua Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Muhammad Hudri, M.A., selaku Sekertaris
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Asep Usman Ismail, M.A., Selaku
dosen pembimbing yang telah sabar, tulus, tekun dan
ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberi
bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang
sangat berharga kepada penulis selama penyusunan
skripsi.
5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis selama menjalankan perkuliahan.
6. Dr. Tantan Hermansyah, M.Si dan Muhtadi, M.Si.,
sebagai dosen penguji sidang, yang telah memberi
masukan dan arahan dalam penulisan skripsi.
7. Orangtua penulis, Bapak Bahsan dan Ibu Maryani,
yang selalu memotivasi dan tulus ikhlas mendoakan
penulis sehingga lancar dalam menyelesaikan skripsi
ini. Semoga setiap do‟a dan pengorbanan mendapat
balasan berlipat dari Allah S.W.T.
vii
8. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan
Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan fasilitas berupa buku-buku
dan referensi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi.
9. Ustadz Dr. Rusli Hasbi, M.A., Selaku Pimpinan
Ma‟had Qolbu Salim, yang telah memberi kesempatan
untuk melaksanakan penelitian dan banyak
meluangkan waktu untuk memberi pengarahan kepada
penulis terkait dengan skripsi ini.
10. Seluruh Ustadz dan para santri Ma‟had Qolbun Salim,
yang telah meluangkan waktu untuk bersedia di
wawancarai.
11. Sadam Husen Falahuddin dan Nabil Ahmad Fauzi
sebagai senior Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia Tangsel (KAMMI), yang telah memberi
semangat dan memberi arahan dalam menyelesaikan
skripsi.
12. Sahabat dan teman-teman seperjuangan Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) angkatan
2013 dan kakak kelas adik kelas semuanya yang telah
banyak memberikan semangat, dukungan, masukan
dan motivasi selama dalam perkuliahan maupun
dalam pembuatan skripsi.
13. Kawan-kawan seperjuangan di organisasi, Kesatuan
Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Tangsel
(KAMMI), dan Silaturahmi Mahasiswa Sumatra
viii
Selatan (SIMS), Yang telah banyak mengajarkan arti
sebuah kehidupan dan perjuangan dalam organisasi.
Serta telah mengantarkan penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi.
14. Khaidir Ali, Tauufah Bayu Aji Wibowo,
Khoirurrahman. Sahabat dari awal masuk kuliah dan
kawan perjuangan di organisasi Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia Tangsel(KAMMI)
Sahabat dan teman yang telah memberi semangat dan
motivasi untuk menyelesaikan skripsi.
15. Fitriah Aisyah Adam, M. Rifqi, M. Tajam Teguh,
Deska Irawan, Robika Rahman, Riski Safitri, Suci
Nurindah, Hernando, Sahabat dan teman yang telah
memberi semangat dan motivasi untuk menyelesaikan
skripsi.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak, peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis menerima segala saran
dan kritikan demi perbaikan dan kemajuan penelitian di masa
mendatang, terimakasih.
Jakarta, 28 November 2018
AAN SUJANA
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN………………...…………………….xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah .................. 5
1. Pembatasan Masalah ...................................................... 5
2. Perumusan Masalah ...................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 6
D. Metode Penelitian ............................................................ 7
BAB II TINJAUAN TEORI TIS
A. Pengertian Evaluasi ........................................................... 15
1. Penegertian Evaluasi ..................................................... 15
2. Pengertian Evaluasi Program ........................................ 18
3. Manfaat dan Kegunaan Evaluasi Program .................... 19
4. Tujuan dan Pengertian Program .................................... 21
5. Model Evaluasi Program ............................................... 22
6. Indikator dalam Evaluasi .............................................. 25
7. Pentingnya Evaluasi ...................................................... 26
B. Pengertian Pendidikan ...................................................... 28
1.Pengertian Pendidikan Karakter...................................... 28
C. Penguatan Kapasitas ......................................................... 32
1. Pengertian Pengembangan Diri ..................................... 32
2. Kegiatan Pengembangan Diri ....................................... 33
3. Tujuan dan Fungsi Kegiatan Pengembangan Diri ........ 34
D. Pengertian Da‟i ................................................................. 36
x
1. Pengertian Da‟i .............................................................. 36
2. Kepribadian Seorang Da‟i .............................................. 37
3. Sifat-Sifat Da‟i ............................................................... 39
4. Keperibadian yang Bersifat Jasmani .............................. 43
5. Da‟i dalam Pengembangan Masyrakat .......................... 45
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Sejarah dan Profil Yayasan Ihya‟ Qolbun Salim .............. 48
B. Visi dan Misi Yayasan Ihya‟ Qolbun Salim ..................... 52
C. Struktur Organisasi ........................................................... 53
D. Peserta Didik Ma‟had Qolbun Salim ................................ 54
E. Daftar Alumni Ma‟had Qolbun Salim .............................. 59
F. Struktur Pengurus dan Jadual Belajar 2018 ...................... 61
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. TEMUAN
1. Evaluasi Input ………………………………………….64
a. Syarat Pendidik ……………………………………64
b. Syarat Peserta ……………………………………...65
c. Fasilitas Program …………………………………..66
2. Evaluasi Proses ………………………………………....67
a. Proses Rekrutmen ………………………………....67
b. Proses Pelaksanaan Program Pendidikan Penguatan
Kapasitas Calon Da‟i ……………………………....70
c. Proses Pendidikan ……………………………….....75
d. Program Pengutan Kapasitas……………………….78
e. Materi dan Keterampilan yang Dilatih dalam
Penguatan Kapasitas ………………………………..85
xi
3. Evaluasi Hasil …………………………………………..86
B. ANALISIS
1. Evaluasi Input ………………………………………….87
a. Evaluasi Syarat Pendidik …………………………..87
b. Evaluasi Syarat Peserta ……………………………88
c. Evaluasi Fasilitas Pogram …………………………89
2. Evaluasi Proses …………………………………………90
a. Evaluasi Proses Rekrutmen………………………...90
b. Evaluasi Proses Pelaksanaan Program Pendidikan
Penguatan Kapasitas Calon Da‟i ………………..…91
c. Evaluasi Proses Pendidikan …………………...…...93
d. Evaluasi Program Ma‟had Qolbun Salim dalam
Penguatan Kapasitas ………………………………95
e. Evaluasi Materi dan Keterampilan yang Dilatih dalam
Penguatan Kapasitas………………………………101
3. Evaluasi Hasil ……………………………………..…..108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………….109
B. Saran ……………………………………………….…...112
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Pengajuan Judul Skripsi ..................... 121
2. Surat Ujian Skiripsi ............................................................ 122
3. Surat Bimbingan Skripsi .................................................... 123
4. Lampiran Hasil Wawancara ............................................... 124
a. Lampiran 1 : Pedoman Wawancara ....................... 121
b. Lampiran 2 : Hasil Wawancara ............................ 123
c. Lampiran 3: Hasil Wawancara ............................. 129
d. Lampiran 4: Hasil Wawancara ............................. 133
e. Lampiran 5: Hasil Wawancara ............................. 146
f. Lampiran 6: Hasil Wawancara ............................. 140
g. Lampiran 7 : Hasil Wawancara ............................ 144
h. Lampiran 8 : Hasil Wawancara ........................... 147
i. Lampiran 9 : Hasil Wawancara ............................ 151
1. Kegiatan Observasi ........................................................... 156
2. Dokumentasi Foto .............................................................. 159
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Skripsi ini akan membahas tentang bagaimana efektivitas
pengembangan program pendidikan calon da‟i di Yayasan Ihya‟
Qolbun Salim. Dimana dalam skripsi ini, akan membahas lebih
dalam apakah program pendidikan calon da‟i ini berjalan sesuai
dengan kurikulum yang telah dirancang oleh pihak pendidik
Yayasan Ihya‟ Qolbun Salim.
Yayasan Ihya‟ Qalbun Salim didirikan atas kegelisahan
dan kebutuhan Dr. H. Rusli Hasbi, M.A., yang melihat
banyaknya umat Islam Indonesia, terkhususnya anak muda yang
perlu dikuatkan keilmuan agama, sehingga memicu semangatnya
untuk berkomitmen dalam mengkader para pemuda. Melihat
keadaan para lulusan pesantren dan para mahasiswa kurang
mendalami untuk mengkaji pelajaran agama, dengan memberikan
fasilitas tempat dan para pendidik yang ahli dalam bidangnya,
bertujuan untuk memudahkan dalam mengkaji pelajaran agama.
Dengan itu setelah selesai dari program pengkaderan mereka
bisa langsung terjun kemasyarakat mendakwahkan agama islam,
dan bisa sesuai dengan harapan, mereka mampu dan ahli dalam
bidangnya.
Yayasan Ihya‟ Qolbun Salim ini, mengembangkan pendidikan
calon da‟i melalui program Ma‟had Pengkaderan imam dan da‟i.
Program ini dimaksudkan untuk mencetak kader-kader terbaik
yang mampu menjalankan tugas imam dan da‟i dengan benar.
2
Materi yang diberikan terdiri dari penguasaan terhadap al-
Qur‟an dan Sunnah serta pemahaman terhadap ijtihad dan
perbedaan pendapat para ulama. 1
Program ini berlangsung melalui pendidikan secara
konsisten mereka benar-benar dididik selama 4 tahun dan
diberikan pelajaran agama sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Peserta direkrut dari lulusan Paket A, lulusan
pesantren, atau para mahasiswa perguruan tinggi Islam. Mereka
menjalani seleksi khusus karena program ini fokus dalam
penguasaan Ilmu Al-Quran, Hadis, dan Bahasa Arab yang
memadai.2
Selain fokus dalam penguasaan Ilmu Al-Quran, Hadis,
dan Bahasa Arab yang memadai, program ma‟had juga
mengambil peran sebagai fasilitator untuk membentuk kapasitas
sumberdaya manusia yang berkeperibadian dalam memantapkan
akhlak dan pengetahuan. Hal ini dianggap penting karena,
pembentukan sebuah akhlak merupakan tujuan umum lembega
pesantren adalah membina warga negara yang berkepribadian
muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan
menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi
kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna
bagi agama, masyrakat, dan negara.3
1Qalbu Salim, “Program Pendidikan”. Dapat dilihat di
https://yiqs.wordpress.com/program/pendidikan/ (diakses pada tanggal 16
Januari 2018)
2 Wawancara Pribadi Dengan Pimpinan Yayasan Dr. Rusli Hasbi,
Pada Tanggal 17 Maret 2018, Pukul 19:30 Wib.
3Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transpormasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga) Hlm.6
3
Program Ma‟had (pendidikan Da‟i) dibuat karena adanya
kegelisahan dari Dr. Rusli Hasbi pimpinan Yayasan Ihya‟ Qolbun
Salim,4 yang melihat Indonesia memiliki populasi terbesar di
dunia. Namun, pada kenyataannya masih banyak umat muslim
Indonesia yang tidak memiliki keagamaan yang kuat, akidah
yang kuat, rasa memiliki agama yang kuat, dan rata-rata bisa
dibilang hanya Islam K.T.P saja.
Dr. Rusli Hasbi berpendapat bahwa, landasan Islam lebih
kuat terhadap orang-orang pesantren terutama pesantren
tradisional. Dr. Rusli Hasbi membandingkan dari segi
pemahaman agama antara lulusan pesantren dan lulusan
universitas tidaklah sama dimana, lulusan pesantren lebih
mendalam dibandinkan lulusan univesitas, dengan alasan bahwa
orang pesantren itu mengkaji dan orang kuliah itu memahami
secara pintas saja tidak dikaji secara mendalam. Sedangkan orang
pesantren dikaji, oleh sebab itu lulusan pesantren dalam
memahami persoalan dikaji berulang-ulang. Oleh karena itu
Indonesia perlu diperbanyak pesantren yang khusus dalam
pengkaderan ulama dan yang siap turun ke lapangan.
Beranjak dari hal diatas, lahirlah visi dan misi dari
program Ma‟had (pendidikan Da‟i) Yayasan Ihya‟ Qolbun Salim
memiliki tujuan mencetak para calon da‟i yang akan melanjutkan
kepemimpinan umat islam. Pemberdayaan yang dilakukan oleh
yayasan ini meliputi, pembinaan intensif dalam pengutan
4 Wawancara Pribadi Dengan Pimpinan Yayasan Dr. Rusli Hasbi,
Pada Tanggal 17 Maret 2018, Pukul 19:30 Wib.
4
kapasitas diri dibidang agama dan dakwah, pemberian tempat
tinggal gratis bagi semua peserta didiknya, pemberian tunjangan
dan gaji kepada pengurus dan pengajarnya, biaya hidup sehari-
hari untuk para peserta didiknya, pemberian uang saku secara
intensif untuk memenuhi kebutuhanya. Mereka yang
diberdayakan oleh yayasan, terwujudnya para da‟i yang nantinya
mampu memberdayakan masyrakat dengan ajaran islam.
Program pendidikan penguatan kapasitas calon da‟i
Ma‟had Qobun Salim dilakukan secara rutin, dengan materi
keagamaan meliputi beberapa materi pokok yaitu, pidato dan
ceramah, mahir berbahasa arab, hafalan dan tafsir al-Quran.
Dalam penguatan kapasitas calon da‟i dengan dasar mendalami
agama, pengamalan agama, dan penerapan untuk mengingatkan
umat. Dalam pembentukan kurikulum pengutannya dalam bentuk
keterampilan berdakwah, pengetahuan atau ilmu dakwah, dan
materi dakwah.
Kurikulum yang diterapkan dalam program penguatan
kapasitas para calon da‟i, pembekalan keterampilan yang
diberikan meliputi budaya ceramah, dan menulis. Dalam
penguatan wawasan dan ilmu meliputi pelajaran Fiqih Muqorron,
Usul Fiqh, Akidah, Fiqih Mazhab, Hadisht, dan Tahfiz Quran.
Pembekalan penguatan kapasitas yang diberikan dengan durasi
dua-tiga jam dan waktu belajar dari malam senin sampai malam
sabtu setelah melakukan aktivitas belajar dari setiap kampus
masing-masing.
5
Beberapa kurikulum menarik untuk dikaji efektivitasnya.
Evaluasi program merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan
program. Ada beberapa pengertian tentang program sendiri.
Dalam kamus, program adalah rencana dan program adalah
kegiatan yang dilakukan dengan seksama. Melakukan
evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan
yang direncanakan.5
Hal ini yang kemudian melandasi penulis untuk
melakukan penelitian yang berjudul Evaluasi Pengembangan
Program Pendidikan Penguatan Kapasitas Calon Da’I di
Yayasan Ihya Qolbunsalim.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Masalah yang dibahas didalam penulisan ini cukup luas
jika diteliti secara menyeluruh. Maka dari itu diperlukan
pembatasan masalah sehingga sesuai dengan tema penulisan.
Oleh sebab itu, penulis hanya fokus untuk menganalisis
“Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Penguatan
Kapasitas Da‟i, yaitu evaluasi input, evaluasi proses dan
evaluasi hasil.
5
Arikunto, Suharsimi, Dasar- Dasar Evaluasi Pendididkan (Jakarta:
Bumi Aksara Tahun Terbit: 1993) Hlm 297.
6
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana Evaluasi input suatu program dalam tiga unsur
yang terkait klien, staf, dan program?
b. Bagaimana proses pelaksanaan pogram pendidikan
penguatan kapasitas calon da‟i ?
c. Bagaimana evaluasi hasil program pendidikan “penguatan
kapasitas calon da‟i” yang dilakukan oleh Ma‟had
Qolbun Salim?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya sebagai
berikut:
a. Secara Akademis
1) Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
khususnya dalam program pendidikan penguatan
kapasitas diri colon da‟i.
2) Sebagai sarana bagi penulis untuk meningkatkan
kemampuan dalam melakukan penelitian dan
penulisan karya ilmiah.
b. Secara Praktis
1) Penelitian ini dapat bermanfaat bagi Yayasan Ihya‟
Qolbun Salim untuk bahan evaluasi program
pendidikan penguatan kapasitas diri calon da‟i.
2) Hasil akhir penelitian ini diharapkan bisa memberikan
sumbangan pemikiran serta menambah literatur pada
perpustakaan mengenai evaluasi program pendidikan
7
penguatan kapasitas diri calon da‟i.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini
menggunakan jenis penelitian evaluasi. Penelitian evaluasi
adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan suatu program atau untuk mengetahui keefektifan
pelaksanaan suatu program.
Manfaat metode evaluasi adalah untuk memberikan
rekomendasi pelaksanaan program yang lalu dan untuk
memperbaiki pelaksanaan program yang akan dilaksanakan
berikutnya.6
Model evaluasi program yang akan peneliti gunakan
dalam penelitian ini adalah model evaluasi menurut Pietrzak,
Ramler, Renner, Food, Gilbert yaitu model evaluasi input,
proses dan hasil.7
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan
kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
yang alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan
6 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian
Sosial, (Jakarta: PT.Bumi Aksara,2009),Hlm.144.
7 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat
dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis),
(Jakarta: LPFEUI, 2001), Hlm.128.
8
data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.8
Obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek yang
alamiah, atau natural setting, sehingga metode penelitian ini
sering disebut sebagai metode naturalistik. Obyek yang
alamiah adalah obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi
oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki
obyek, setelah berada di obyek dan setelah keluar dari obyek
relatif tidak berubah.9
Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen.
Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif instrumennya
adalah orang atau human instrument. kriteria data dalam
penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Yaitu data yang
tidak hanya dilihat secara langsung baik lisan atau perbuatan,
tetapi juga makna yang tersirat atau terkandung di dalamnya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, karena penelitinya bermaksud meneliti
secara mendalam. Bogdan dan Taylor dalam Syamsir Salam
menjelaskan bahwa metodologi kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.10
8 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta,2009),Cet: 5, Hlm.1
9 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Hlm. 2.
10 Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), Hlm. 30.
9
3. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian
adalah subyek darimana dapat diperoleh.11
a. Sumber data primer, yaitu data yang langgsung
dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertama.12
b. Sumber data sekunder, yaitu data yang diambil langsung
dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber
pertama. Dapat dikatakan data yang tersusun dalam
bentuk dokumen-dokumen.13
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah observasi. Observasi adalah proses pengumpulan
data dengan melakukan pengamatan indera penglihatan,
penciuman, peraba, serta pendengaran yang kemudian
ditransformasikan kedalam bahasa penelitiah ilmiah.14
Peneliti melakukan penelitian salah satunya dengan
melakukan observasi atau pengamatan dari apa yang
dilihat, didengar dan didapat dari apa saja yang terjadi di
tempat penelitian yaitu di Yayasan Ihya‟ Qolbun Salim,
11
Suharsimi Arikunto, prosedur suatu pendekatan praktik, Hlm.129. 12
Sumandi Surya Brata, Metode Penelitian, ( Jakarta: Rajawali, 1987),
Hlm. 93. 13
Sumandi Surya Brata, Metode Penelitian, Hlm. 94 14
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Public, Dan Ilmu Sosial Lainnya, Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2015), Hlm. 118
10
ditulis ditransformasikan kedalam bahasa penelitian
ilmiah.
5. Interview
Selanjutnya peneliti juga melakukan interview untuk
mendapatkan data. Interview ialah proses pengumpulan data
dengan melakukan sesi wawancara.15
Dengan melakukan
wawancara kepada pihak terkait di Yayasan Ihya‟ Qolbun
Salim, pendiri, anak didik, dan lebih banyak lagi yang terdiri
dari satu orang pendiri dan pimpinan, dua orang ustadz, satu
orang pengurus asrama, dan lima orang santri yang terdiri
dari satu orang setiap angkatan. Interview adalah cara yang
berbeda dengan observasi seperti sebelumnya yaitu melalui
panca indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman,
peraba dan lainnya, interview adalah cara untuk
mendapatkan data dengan mengajukan pertanyaan ke pihak
terkait atau wawancara.
6. Recorder dan Catatan Notebook
Proses pengumpulan data selanjutnya yang peneliti
lakukan adalah recording16
atau proses perekaman dan
mencatat langsung dibuku catatan temuan lapangan.
sebenarnya pengambilan data juga tidak jauh berbeda dengan
teknik pengambilan data interview namun dengan melakukan
recorder atau catatan notebook ini sengaja dimasukkan agar
15
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Public, Dan Ilmu Sosial Lainnya, Hlm. 111 16
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Public, Dan Ilmu Sosial Lainnya, Hlm. 126.
11
peneliti menghindari kelupaan saat proses pengambilan data
dengan interview.
7. Studi Kepustakaan
Penulis mengumpulkan data dari beberapa buku
bacaan dan perbandingan dengan karya ilmiah lain agar
penulis lebih mudah menganalisis dan membandingkan
hasil dari pengamatan dari buku bacaan dan karya ilmiah
lain untuk memudahkan penafsiran dan penambahan data
penulis, studi pustaka ini sangat membantu penulis untuk
lebih terbuka terhadap karya ilmiah lain yang secara studi
sama subjek kajiannya. Tinjauan pustaka dilakukan peneliti
guna menghindari unsur kesamaan dengan skripsi lain.
Peneliti menemukan skripsi sebagai berikut:
a. Ulfa Andriyani, Jurusan Kesejahtraan Sosial, Judul
Skripsi “Evaluasi Program Terapi Anak Berkebutuhan
Khusus di Yayasan Panti Nugraha Jakarta Selatan”
dalam skripsi tersebut dijelaskan evaluasi input, proses,
dan hasil dari program terapi anak berkebutuhan
khusus.
Sedangkan skripsi peneliti berjudul, Evaluasi
Pengembangan “Program Pendidikan Penguatan
Kapasitas Calon Da’i” di Yayasan Ihya Qolbunsalim.
Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan kepada
efektivitas program penguatan kapasitas da‟i selama
melakukan pendidikan.
12
b. Elita Noveliyanti, Nim 1113054100002, Jurusan
Kesejahtraan Sosial, tahun 2017. Berjudul Evaluasi
Program Pelayanan Sosial Pemberian Gizi Untuk
Anak Berkebutuhan Khusus di Yayasan Sayap Ibu
Bintaro, dalam skripsi tersebut dijelaskan proses
berjalanya program dan melihat sejauh mana
evektivitasnya dalam pelaksanaan.
Sedangkan skripsi peneliti berjudul, Evaluasi
Pengembangan “Program Pendidikan Penguatan
Kapasitas Calon Da’i” di Yayasan Ihya Qolbunsalim.
Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan
kepada efektivitas program penguatan kapasitas da‟i
selama melakukan pendidikan.
c. Ulfa Andriyani, Jurusan Kesejahtraan Sosial, dengan
Judul “Evaluasi Program Terapi Anak Berkebutuhan
Khusus di Yayasan Panti Nugraha Jakarta Selatan”
dalam skripsi tersebut dijelaskan evaluasi input, proses,
dan hasil dari program terapi anak berkebutuhan
khusus.
Sedangkan skripsi peneliti berjudul, Evaluasi
Pengembangan “Program Pendidikan Penguatan
Kapasitas Calon Da’i” di Yayasan Ihya Qolbunsalim.
Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan kepada
efektivitas program penguatan kapasitas da‟i selama
melakukan pendidikan.
13
8. Pedoman Penulisan Skripsi
penulisan dari skripsi yang saya buat ini merujuk pada
buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) yang disusun oleh tim UIN Jakarta Press. Cetakan
ke 29, tahun 2013-2014. Didalam buku pedoman akademik
Program Strata Satu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sangat
jelas dan detail dalam membantu peneliti dalam membuat
kerangka (struktur) laporan. Saya selaku peneliti sekaligus
penulis dari Skripsi berharap kritik dan saran yang
membangun agar laporan ini lebih baik dan sesuai syarat
penulisan ilmiah yang telah ditetapkan.
9. Teknik Analisis Temuan Data
Analisis temuan data lapangan merupakan upaya penulis
untuk membaca kembali, memahami dan menganalisa data
yang bertujuan agar menjadi suatu pandangan serta
kesimpulan mengenai fenomena yang sedang diamati. Data
yang penulis peroleh baik dari hasil observasi, wawancara,
dokumentasi maupun studi kepustakaan menjadi bahan
analisis penulis untuk menghasilkan suatu kesatuan analisa
secara kualitatif.
10. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yaitu Yayasan Ihya’ Qolbun Salim,
JL. H. Niman No.7,Rt 07/04, Cilandak Barat, Jakarta
Selatan.
11. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan: Menjelaskan latar belakang masalah,
14
pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
penulisan.
Bab II : Tinjauan Teoritis: Membahas landasan teoritis
dengan uraian sebagai berikut: Pengertian evaluasi, pengertian
dan tujuan program, pengertian evaluasi program, model
evaluasi program, indikator evaluasi, tujuan dan pentingnya
evaluasi, pengertian pendidikan, pengertian pengutan
kapasitas, pengertian kapasitas dan pengertian da‟i.
Bab III : Gambaran Umum Lokasi Penelitian: Membahas
Sejarah dan Profil Yayasan Ihya‟ Qolbun Salim, Visi dan Misi
Yayasan Ihya‟ Qolbun Salim, Struktur Organisasi, Denah
Lokasi, Peserta Didik Ma‟had Qolbun Salim, Daftar Alumni
Ma‟had Qolbun Salim, Program Yayasan Ihya Qolbun Salim
Bab IV : Temuan Dan Analisa Data: Membahas analisa
sesuai dengan temuan, peroser berjalanaya program penguatan
kapasitas diri, analisis efektifitas program penguatan kapasitas
diri.
Bab V : Kesimpulan dan Saran: Kesimpulan dan Saran
15
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi
Menurut bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris
Evaluation. Evaluation berarti menilai sesuatu produk
sehingga dapat digambarkan sebagai pengembangan suatu
proses dan dalam hal ini putusan nilai mengambil peranan
penting sehingga evaluasi dalam arti luas menyangkut segala
proses yang di teliti.17
Menurut Pengertian istilah, evaluasi merupakan kegiatan
yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan tolak ukur
untuk memperoleh kesimpulan.18
Sedangkan menurut
etimologi, evaluasi adalah penaksiran, perkiraan keadaan, dan
penentuan hasil.19
Sedangkan menurut Nurul Hidayati dalam
bukunya yang berjudul Metode Penlitian Dakwah, Evaluasi
memiliki pengertian mengkritisi suatu program dengan melihat
kekurangan, kelebihan, pada kontek input, proses dan produk
pada sebuah program.20
17Suryatna rafi'. Teknik Evaluasi, (Bandung: angkasa, 1988), cet-ke
10), Hlm. 10.
18M. Chatib Toha,Teknik Evaluasi Pendidikan,(Jakarta:Rajawali
Press,1991),Cet ke-1, Hlm.1.
19
Nurul Hidayati,Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: UIN
Jakarta Press), Hlm.124.
20
Nurul Hidayati, Nurul Hidayati,Metodologi
Penelitian Dakwah, Hlm. 124.
16
Didalam penjelasan yang lain, evaluasi memiliki makna yang
berbeda dengan penilaian, pengukuran maupun tes. Stufflebeam
dan Shinkfield menyatakan bahwa:
“Evaluation is the process of delineating, obtaining, and
providing descriptive and judgemental information about
the worth and merit of some object’s goals, design,
implementation, and impact in order to guide decision
making, serve needs for accountability, and promote
understanding of the involved phenomena.21
Informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan
untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit)
dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan
dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu
pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman
terhadap fenomena.”
Evaluasi secara etimologi dalam kamus ilmiah populer
adalah penaksiran, penilaiaan, perkiraan keadaan dan penentu
nilai.22
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata evaluasi
diartikan dengan penilaiaan.23
Secara umum dikenal dua tipe
evaluasi, yaitu evaluasi terus menerus (on going evaluation)
dan evaluasi akhir (ex-post evaluation).4
Tipe evaluasi yang pertama dilaksanakan pada interval
periode waktu tertentu, misalnya per triwulan atau per smester
21Jurnal, Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran
(Instructional Program Evaluation), Hlm.5.
22
Pius A Partanto dan M dahlan Al Bary, “Kamus Ilmiah
Popoler”,(Surabaya: Arloka,1994), Hlm. 163. 23
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa,”Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka,1998) Hlm.
238.
17
selama proses implementasi (biasanya pada akhir fase atau
tahap suatu rencana). Tipe evaluasi yang ke dua dilakukan
setelah implementasi, suatu program atau rencana evaluasi
biasanya lebih difokuskan pada pengidentifikasian kualitas
program. Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa
yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan
program.24
Menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah penelitian
yang bertujuan untuk mengukur efektivitas program ditinjau
dari hasil program tersebut. Dengan demikian, penelitian
evaluasi dilakukan untuk mengetahui efektivitas suatu
program dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan
keterlaksanaan program tersebut.25
Menurut Sriven evaluasi mempunyai dua fungsi, yaitu
fungsi formatif dan fungsi sumatif. Formatif dan evaluasi
sumatif sebagai fungsi evaluasi yang utama. Fungsi formatif
yaitu evaluasi yang dipakai untuk perbaikan dan
pengembangan kegiatan yang sedang berjalan. Fungsi sumatif
yaitu evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan,
seleksi atau lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu
pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program,
perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi,
menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang
24 Edi suharto. Membangun Masyarakat Memberdayakan
Masyarakat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan
Pekerjaan Sosial, (Bandung: ReflikaAditama, 2005). Hlm. 8.
25
Edi suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan
Masyarakat, Hlm. 119
18
terlibat.26
Evaluasi dibutuhkan dalam setiap program untuk
mengetahui keberhasilan dan kemajuannya serta target yang
direncanakan sudah tercapai atau belum sehingga hasilnya
nanti dapat diperbaiki pada program selanjutnya. Dengan
demikian evaluasi merupakan proses pemeriksaan dan
penilaian sebuah program untuk mengetahui efektivitas
masing-masing komponennya melalui rangkaian informasi
yang diperoleh evaluator dalam membantu pengembangan,
implementasi, kebutuhan suatu program, pertanggungjawaban,
seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan informasi.
2. Pengertian Evaluasi Program
Untuk mengetahui seberapa jauh dan bagian mana dari
tujuan yang sudah tercapai dan bagian mana yang belum
tercapai serta apa penyebabnya, perlu adanya evaluasi
program. Tanpa evaluasi, keberhasilan dan kegagalan program
tidak dapat diketahui. “Evaluasi program adalah upaya untuk
mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara
cermat dengan cara mengetahui efektivitas masing- masing
komponennya.”27
Definisi evaluasi program menurut dua orang ahli yakni
Cronbach dan Stufflebeam mengemukakan bahwa “evaluasi
program adalah upaya menyediakan informasi untuk
26
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen
Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian,(Jakarta: PT Rineka
Cipta,2008), Hlm.4.
27
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi
Program Pendidikan,(Yogyakarta:Bina Aksara,1998), Hlm.7.
19
disampaikan kepada pengambil keputusan. Sehubungan
dengan definisi tersebut meskipun evaluator menyediakan
informasi, evaluator bukanlah pengambil keputusan tentang
suatu program.”28
3. Manfaat dan Kegunaan Evluasi
Suatu program yang diselenggarakan perlu dievaluasi,
karena biasanya evaluasi lebih difokuskan pada
pengidentifikasian kualitas program. dalam evaluasi akan
berusaha mengidentifkasi mengenai apa yang sebenarnya
terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program. Maka dari
itu tujuan dari evaluasi antara lain:
a. Mengidentifikasi tingkat pencapaiaan tujuan.
b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada
kelompok sasaran.
c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-
konsekuensi lain yang mungkin terjadi diluar rencana
(externalities).29
Sedangkan manfaat evaluasi menurut pendapat Isbandi
Rukminto dengan mengutip pendapat Feurstein menyatakan
ada 10 alasan mengapa suatu evaluasi perlu dikatakan, antara
lain:
a. Melihat apa yang sudah dicapai.
b. Mengukur kemajuan, yang dikaitkan dengan objektif
28 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi
Program Pendidikan,
Hlm.4.
29
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,
Hlm.119.
20
(tujuan) program.
c. Meningkatkan pemantauan, agar tercapai manajemen
yang lebih baik.
d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan untuk
memperkuat program itu sendiri.
e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif,
guna melihat perbedaan apa yang telah terjadi setelah
diterapkan suatu program.
f. Melakukan analisa biaya dan manfaat (cost benefit),
apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal
(reasonable).
g. Mengumpulkan berbagai informasi yang bisa
dimanfaatkan dalam merencanakan dan mengelola
kegiatan program secara lebih baik.
Menurut Feuristein ada sepuluh manfaat dan kegunaan evaluasi
yang di kutip oleh Isbandi Rukminto Adi antara lain :30
a. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai.
b. Mengukur Kemajuan. Melihat Kemajuan dikaitkan
dengan objek program.
c. Meningkatkan pemantauan agar tercapai manejemen
yang baik.
d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat
memperkuat program itu sendiri.
e. Biaya dan manfaat (cost benefit). Melihat apakah biaya
yang dikeluarkan masuk akal (reasonable).
30 Suharismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1990), Hlm. 187- 88.
21
f. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan
mengelola kegiatan program secara lebih baik.
g. Berbagi Pengalaman. Guna melindungi pihak lain yang
terjebak dalam kesalahan yang sama atau untuk megajak
seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa
bila metode yang dijalankan berhasil dengan baik.
h. Meningkatkan Keefektifan. Agar dapat memberikan
dampak yang lebih luas.
i. Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih
baik. Karena memberikan kesempatan untuk
mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas
fungsional dan komunitas lokal.
j. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif.
Guna melihat perbedaan apayang telah terjadi setelah
diterapkan suatu program.
4. Tujuan dan Pengertian Program
Menurut pengertian secara umum, “Program dapat
diartikan sebagai rencana. Pengertian program adalah suatu
unit atau kesatuan kegiatan maka program merupakan sebuah
sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya
satu kali melainkan berkesinambungan.”31
Program juga dapat
diartikan sebagai sederetan rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh seseorang atau kelompok organisasi,
lembaga bukan negara. “Program ialah segala sesuatu yang
coba dilakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan
31 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi
Program Pendidikan, Hlm.2.
22
hasil atau pengaruh.”32
Program dalam pandangan seorang ahli yakni
Suharsimi Arikunto adalah “Sederetan rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan untuk mencapai satu tujuan tertentu. Oleh
karena itu suatu program merupakan kegiatan yang
direncanakan maka tentu saja perencanaan program itu
bertujuan dan keberhasilannya dalam diukur.”33
Tujuan
program merupakan suatu yang pokok dan harus dijadikan
pusat perhatian. Jika suatu program tidak memiliki tujuan yang
bermanfaat, maka program itu tidak perlu dilaksanakan karena
tujuan menentukan apa yang akan diraih oleh suatu program.
Tujuan program menunjukan apa yang akan diraih, akibat atau
akhir dari kegiatan yang oleh pengembang program
diusahakan dicapai. Tujuan program dibagi dua yaitu, tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum biasanya menunjukan
output dari program jangka panjang. Sedangkan tujuan khusus
biasanya menunjukan output untuk program jangka pendek.34
5. Model Evaluasi Program
“Model evaluasi ialah model desain evaluasi yang dibuat
oleh ahli-ahli atau pakar-pakar evaluasi yang biasanya
dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap
pembuatannya. Model-model ini dianggap model standar atau
32 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen
Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian,(Jakarta: PT Rineka
Cipta,2008), Hlm.9. 33
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta:
Bina Aksara, 1998), Hlm.1
34
Suharsimi Arikunto,Penilaian Program Pendidikan, Hlm.35.
23
dapat dikatakan merek standar dari pembuatannya.”35
Model
evaluasi program yang akan peneliti gunakan dalam penelitian
ini adalah model evaluasi menurut Pietrzak, Ramler, Renner,
Ford, Gilbert. Mereka mengemukakan tiga tipe evaluasi guna
mengawasi program secara lebih seksama, yaitu:36
a. Evaluasi Input
Evaluasi ini memfokuskan pada berbagai unsur
yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Tiga unsur
utama yang trekait dengan evaluasi input adalah klien,
staf, program. Pietrzak dkk, menjelaskan bahwa variabel
klien meliputi karakteristik demografi klien, seperti
susunan keluarga dan beberapa anggota keluarga yang
ditanggung. Variabel staf meliputi aspek demografi dari
staf seperti: latar belakang pendidikan staf dan
pengalaman staf. Dalam kaitan dalam evaluasi input
program Pietrzak mengemukakan empat kriteria yang
dapat dikaji, baik sendiri-sendiri maupun secara
keseluruhan. Kriteria tersebut adalah:
a. Tujuan dan objektif
b. Penilaian terhadap kebutuhan komunitas
c. Standar dari suatu praktik yang terbaik
35
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen
Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian,(Jakarta: PT Rineka
Cipta,2008), Hlm.13.
36
Isbandi RukmintoAdi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat
dan IntervensiKomunitas (Penganta Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis),
(Jakarta: LPFEUI, 2001), Hlm. 128.
24
d. Biaya perunit layanan.37
b. Evaluasi Proses
Dalam evaluasi ini menurut Pietzak dkk,
memfokuskan diri pada aktifitas program antara klien
dengan staf terdepan yang merupakan pusat dari
pencapaian tujuan program. Tipe evaluasi ini diawali
dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari sutau
program. Dalam upaya mengkaji nilai kompenen
pemberian layanan, hasil analisis harus dikaji berdasarkan
kriteria yang relevan seperti standar praktik terbaik,
kebijakan lembaga, tujuan proses dan kepuasan klien,
serta sarana dan prasarana yang digunakan harus sesuai
dengna kebutuhan program.
c. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil menurut Pietrzak diarahkan kepada
evaluasi keseluruhan dampak dari suatu program terhadap
penerima layanan. Pertanyaan yang muncul dalam
evaluasi ini adalah bila suatu program telah berhasil
mencapai tujuannya, bagaimana penerima layanan akan
menjadi berbeda setelah menerima layanan tersebut. Pada
evaluasi hasil ini terbagi ke dalam lima bagian yaitu
evaluasi efisiensi, evaluasi efektivitas, evaluasi dampak,
evaluasi tujuan dan evaluasi kebijakan.38
Pada penelitian
37
Isbandi RukmintoAdi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat
dan IntervensiKomunitas (Penganta Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis,
Hlm. 129.
38
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: UIN
Jakarta Press), Hlm.125
25
ini yang digunakan ialah evaluasi tujuan karena evaluasi
ini melihat tingkat efisiensi dan efektivitas programuntuk
mencapai tujuan.
6. Indikator dalam Evaluasi
Dalam hubungan dengan kriteria keberhasilan yang
digunakan untuk suatu proses evaluasi, peneliti menggunakan
tiga indikator dari Sembilan indikator yang dikemukakan oleh
Feurstein. Indikator dibawah ini adalah indikator yang akan
peneliti gunakan dalam penelitian ini untuk mengevaluasi
kegiatan:
a. Indikator ketersediaan. Indikator ini melihat apakah unsur
yang seharusnya ada dalam suatu proses benar-benar ada.
b. Indikator relevansi. Indikator ini menunjukan seberapa
relevan atau tepatnya sesuatu layanan yang ditawarkan.
c. Indikator keterjangkauan. Indikator ini melihat layanan
yang ditawarkan masih berada dalam jangkauan pihak
yang membutuhkan.
d. Indikator efisiensi. Indikator ini menunjukan apakah
sumber daya dan aktifitas yang dilaksanakan guna
mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna atau
tidak memboroskan seumber daya yang ada dalam
mencapai tujuan.
e. Indikator pemanfaatan. Indikator ini melihat seberapa
banyak suatu layanan yang sudah disediakan oleh pemberi
26
layanan dipergunakan oleh kelompok sasaran.39
7. Pentingnya Evaluasi
Dalam Nurul Hidayati menyebutkan pentingnya
evaluasi praktek pekerjaan sosial:
a. Dapat memberikan pemahaman kepada pekerja sosial
tentang dampak dari praktek pertolongan yang telah
dilakukannya.
b. Dapat memberikan umpan balik kepada pekerja sosial
dalam meningkatkan keterampilannya dalam berkerja
sama dengan klien.
c. Dapat menunjukan kemanfaatan program-program yang
dilaksanakan yang berguna untuk perbaikan program di
masa yang akan datang.
d. Menjadi media untuk memahami kemajuan-kemajuan
yang telah dicapai klien.
e. Dapat menjadi media bagi klien untuk mengekspresikan
sikap, harapan, serta pandangan-pandangannya.
f. Dapat menjadi media untuk mengembangkan
pengetahuan yang bermanfaat bagi praktek orang lain.40
Sedangkan menurut Feurstein, beliau menyatakan
ada 10 alasan mengapa evaluasi perlu dilakukan, yaitu:
1) Pencapaian, guna apa yang sudah dicapai.
39 Isbandi RukmintoAdi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat
dan IntervensiKomunitas (Penganta Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis),
(Jakarta: LPFEUI, 2001), Hlm.130-132
40
Nurul Hidayati. Evaluasi Program, Hlm. 17
27
2) Mengukur kemajuan yakni melihat kemajuan dikaitkan
dengan objek program.
3) Meningkaytkan pemantauan agar tercapai manajemen
yang lebih baik.
4) Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan agar dapat
memperkuat program itu sendiri.
5) Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif
guna melihat perbedaan apa yang telah terjadi setelah
diterapkan suatu program.
6) Biaya dan manfaat melihat apakah biaya yang
dikeuluarkan cukup masuk akal.
7) Mengumpulkan informasi guna merencaakan dan
mengelola kegiatan program secara lebih baik.
8) Berbagi pengalaman, guna melindungi pihak lain
terjebak dalam kesalahan yang sama atau untuk
mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode
yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil
dengan baik.
9) Meningkatkan keefektifan, agar dapat memberikan
dampak yang lebih luas.
Memungkinkan terciptanya perencanaan yang
lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk
mendapatkan masukan dari masyrakat, komunitas
fungsional dan komunitas.
Peningkatan kualitas pendidik adalah salah satu
kunci menunjukan pendidikan yang ditunggu-tunggu oleh
anak didik dan masyarakat secara umum. Adanya
28
penghargaan dan sanksi bagi pendidik adalah salah satu
penunjang pengembangan potensi bagi pendidik. Disisi
lain, pendidik juga harus termotivasi untuk banyak
membaca, berlatih berkarya, serta menjadi figure
inspirator dan motivator bagi anak didik dan masyarakat
umum.
B. Pengertian Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan Karakter
“Berakar dari bahasa latin „educare‟, pendidikan
dapat diartikan sebagai pembimbingan secara berkelanjutan
(to lead forth).”41
Arti tersebut mencerminkan suatu
pengakuan bahwa manusia sepanjang hidupnya tidak pernah
berada pada kecukupan sehingga akan selalu membutuhkan
pembimbingan. Pendidikan adalah proses yang terus-menerus
dialami manusia sepanjang hayat.42
Pendidikan berlangsung
di segala tempat dimana saja, maupun di setiap waktu kapan
saja.
Pendidikan mempunyai definisi yang luas, yang
mencakup semua perbuatan atau semua usaha dari generasi tua
untuk mengalihkan nilai-nilai serta melimpahkan pengetahuan,
pengalaman, kecakapan serta keterampilan kepada generasi
selanjutnya sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar
dapat memenuhi fungsi hidup mereka, baik jasmani begitu
41Suparlan Suhartono, WAWASAN PENDIDIKAN Sebuah Pengantar
Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), Hlm.15.
42
Novan Andy Wiyani, Konsep, Praktik dan Strategi Membumikan
Pendidikan Karakter di SD, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), Hlm.5.
29
pula ruhani.43
Sedangkan menurut pendekatan dari sudut
sempit, pendidikan merupakan seluruh kegiatan yang
direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di
lembaga pendidikan sekolah.44
Pendidikan merupakan upaya menumbuhkan budi pekerti
(karakter), pikiran (intelect) dan tubuh anak. Ketiganya tidak
boleh dipisahkan, agar anak dapat tumbuh dengan sempurna.45
Dalam hal ini, pendidikan berarti menumbuh kembangkan
kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab sehingga
pendidikan terhadap diri manusia adalah laksana makanan
yang berfungsi memberi kekuatan, kesehatan, dan
pertumbuhan, untuk mempersiapkan generasi yang
menjalankan kehidupan guna memebuhi tujuan hidup secara
efektif dan efisien.46
Melihat definisi diatas pendidikan tidak dapat terlepas
dari penanaman karakter. Karakter menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari pendidikan. Oleh karena itu, perlu dipahami
pula apa itu sesungguhnya karakter.
43
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi dan
Implementasinya Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah,
Perguruan Tinggi, dan Masyarakat, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014),
Hlm. 26. 44
Suparlan Suhartono, WAWASAN PENDIDIKAN Sebuah
PengantarPendidikan, Hlm.46. 45
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan
Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Hlm. vii.
46
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi dan
Implementasinya secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah,
Perguruan Tinggi, dan Masyarakat, hlm. 8.
30
Secara harfiah, karakter artinya kualitas mental atau
moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Dalam kamus
psikologi, karakter adalah kepribadian yang ditinjau dari titik
tolak etis atau moral.47
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.48
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara
berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan
perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan.49
Istilah karakter yang dalam bahasa Inggris character,
berasal dari istilah Yunani, character dari kata charassein
yang berarti membuat tajam atau membuat dalam. Karakter
juga dapat berarti mengukir. Sifat utama ukiran adalah
melekat kuat diatas benda yang diukir.50
Maka, karakter
seseorang merupakan sesuatu yang khas pada diri seseorang
dan mendarah daging dalam dirinya. Menurut Fatchul Mu‟in
karakter memiliki ciri-ciri antara lain, karakter adalah
siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain sedang
melihat kamu, karakter merupakan hasil nilai-nilai dan
keyakinan-keyakinan, karakter adalah sebuah kebiasaan yang
menjadi sifat alamiah kedua, karakter bukanlah reputasi atau
47 Suparlan Suhartono, WAWASAN PENDIDIKAN Sebuah
Pengantar, Hlm.20.
48
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi dan
Implementasinya secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah,
Perguruan Tinggi, dan Masyaraka, Hlm. 28. 49
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan
Karakter, Hlm. 41. 50
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan
Karakter, Hlm. 41.
31
apa yang dipikirkan oleh orang lain terhadapmu, karakter
bukanlah seberapa baik kamu daripada orang lain, karakter
tidak relatif.51
Pendidikan karakter menjadi topik utama
akhir-akhir ini, maka perlu diketahui apa sebenarnya
pendidikan karakter itu.
Departemen Pendidikan Amerika Serikat mendefinisikan
pendidikan karakter sebagai berikut: “Pendidikan karakter
mengajarkan kebiasaan berpikir dan kebiasaan berbuat yang
dapat membantu orang-orang hidup dan bekerja bersama
sebagai keluarga, sahabat, tetangga, masyarakat, dan bangsa.”
Menjelaskan pengertian tersebut dalam brosur Pendidikan
Karakter (Character Education brochure) dinyatakan bahwa
Pendidikan karakter adalah suatu proses pembelajaran yang
memberdayakan siswa dan orang dewasa di dalam komunitas
sekolah untuk memahami, peduli, dan berbuat berlandaskan
nilai-nilai etik seperti respek, keadilan, kebajikan warga (civic
virtue) dan kewarganegaraan (citizenship), dan bertanggung
jawab terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain.52
Seorang Pendidik merupakan tenaga profesionnal yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.25
51
Fatchul Muin, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik dan
Praktik, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Hlm. 161.
52
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan
Karakter, Hlm. 44.
32
Salah satu faktor penting dalam pendidikan adalah guru
atau pendidik, karena itu, pendidik adalah orang yang
langsung berinteraksi dengan anak didik, memberikan
keteladanan, motivasi, dan inspirasi untuk terus bersemangat
dalam belajar, berkarya dan berprestasi
C. Penguatan Kapasitas
1. Pengertian Pengembangan Diri
Pengembangan diartikan sebagai rangkaian kegiatan
merencanakan, merancang (desain), membuat, mengevaluasi
dan merevisi sebuah program tertentu.53 Dalam hal ini
pengembangan berarti bentuk kegiatan yang telah
direncanakan dan dikembangkan yang mempunyai tujuan
untuk memperoleh hasil yang maksimal berdasarkan program
yang telah direncanakan. Pengembangan diri adalah kegiatan
konseling dan ekstrakulikuler yang bertujuan untuk
memberikan kesempatan peserta didik untuk mengembangkan
dan mengekspresikan diri sesuai dengan potensi, kebutuhan,
bakat dan minat, serta karakteristik peserta didik sesuai dengan
kondisi madrasah”.54
Jadi bisa disimpulkan bahwa kegiatan
pengembangan diri adalah kegiatan yang telah direncanakan
dengan merancang, membuat, mengevaluasi dari program
kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan bakat dan
minat peserta didik.
53
Abdul Muthalib, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab (Teori
dan Praktik), Buku Daros, STAIN Kudus, 2009. Hlm. 7.
54
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, (Alfabeta, Bandung, 2012), Hlm. 76
33
2. Kegiatan Pengembangan Diri
Pelaksanaan kegiatan pengembangan diri jelas berbeda
dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran.
Seperti pada umumnya, kegiatan belajar mengajar untuk setiap
mata pelajaran dilaksanakan dengan lebih mengutamakan pada
kegiatan tatap muka di kelas, sesuai dengan alokasi waktu
yang telah ditentukan berdasarkan kurikulum (pembelajaran
regular), dibawah tanggung jawab guru yang berkelayakan dan
memiliki kompetensi dibidangnya.
Kegiatan pengembangan diri dimungkinkan dan bahkan
sangat disarankan untuk mengembangkan kegiatan
pembelajaran diluar kelas guna memperdalam materi dan
kompetensi yang sedang dikaji dari setiap mata pelajaran.
Sementara itu, kegiatan pengembangan diri seyogyanya lebih
banyak dilakukan diluar jam regular (jam efektif) melalui
berbagai jenis kegiatan pengembangan diri.55
Dibawah bimbingan guru maupun orang lain yang
memiliki kompetensi di bidangnya. Kegiatan pengembangan
diri dapat pula dilakukan melalui kegiatan - kegiatan diluar
jam efektif yang bersifat temporer, seperti mengadakan diskusi
kelompok, permainan kelompok, bimbingan kelompok dan
kegiatan lainnya yang bersifat kelompok.
Pengembangan diri juga bisa dilakukan melalui kegiatan
yang bersifat kelompok maupun melalui kegiatan mandiri,
55 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, Hlm. 415
34
misalnya seorang siswa diberi tugas untuk mengkaji buku,
mengunjungi narasumber atau mengunjungi suatu tempat
tertentu untuk kepentingan pembelajaran dan pengembangan
diri siswa itu sendiri. Selain kegiatan diluar kelas, dalam hal-
hal tertentu kegiatan pegembangan diri bisa saja dilakukan
secara klasikal dalam jam efektif, namun seyogyanya hal ini
tidak dijadikan andalan, karena bagaimanapun dalam
pendekatan klasikal kesempatan siswa untuk dapat
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat dan minatnya relatif terbatasi.56
Kegiatan pengembangan diri dapat pula dilaksanakan
dalam bentuk pelayanan konseling (kehidupan pribadi, sosial,
kesulitan belajar, karir) dan juga pengembangan kreativitas
kepribadian.57
3. Tujuan dan Fungsi Kegiatan Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri merupakan kegiatan yang
sangat efektif dan efisien untuk diterapkan di sekolah. Oleh
karena itu setiap kegiatan yang dilakukan pasti mempunyai
tujuan dan fungsi tertentu. Kegunaan fungsi dan tujuan dari
pengembangan diri adalah supaya kegiatan pengembangan
diri itu mempunyai arah dan tujuan yang sesuai dengan
konsep dan tidak berjalan dengan asal-asalan.
56 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, Hlm. 416.
57
Muhammad Rohman, Kurikulum Berkarakter (Refleksi dan
Proposal Solusi Terhadap KBK dan KTSP), Prestasi Pustakaraya, Jakarta,
2012. Hlm, 128.
35
1. Tujuan Kegiatan Pengembangan Diri
a. Tujuan Umum
Pengembangan diri secara umum bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, kebutuhan peserta
didik dan pembelajaran, potensi, bakat, minat, kondisi
dan perkembangan peserta didik.
b. Tujuan Khusus
Pengembangan diri secara khusus bertujuan
menunjang pendidikan peserta didik dalam
mengembangkan bakat, minat, kreativitas,
kompetensi maupun kebiasaan dalam kehidupan,
kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan
sosial, kemampuan belajar, wawasan dan
perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah
dan juga kemandirian.58
2. Fungsi Kegiatan Pengembangan Diri
Setelah memahami dari tujuan pengembangan diri,
kegiatan pengembangan diri berfungsi untuk membantu
siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat
peserta didik melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik, dan atau tenaga pendidik.
58 Sofan Amri, Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan
Menengah dalam Teori Konsep dan Analisis, PT. Prestasi Pustakarya, Jakarta,
2013. Hlm, 211.
36
D. Pengertian Da’i
1. Pengertian Da’i
Kata da‟i berasal dari bahasa Arab bentuk mudzakar (laki-laki)
yang berarti orang yang mengajak, kalau muanas (perempuan)
disebut da‟iyah.59
Sedangkan dalam kamus besar bahasa
Indonesia, da‟i adalah orang yang pekerjaannya berdakwah,
pendakwah: Melalui kegiatan dakwah para da‟i
menyebarluaskan ajaran Islam. Dengan kata lain, da‟i adalah
orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung
atau tidak langsung, melalui lisan, tulisan, atau perbuatan
untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau menyebarluaskan
ajaran Islam, melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang
lebih baik menurut Islam.
Da‟i dapat diibaratkan sebagai seorang guide atau
pemandu terhadap orang-orang yang ingin mendapat
keselamatan hidup dunia dan akhirat. Dalam hal ini da‟i adalah
seorang petunjuk jalan yang harus mengerti dan memahami
terlebih dahulu mana jalan yang boleh dilalui dan yang tidak
boleh dilalui oleh seorang muslim, sebelum ia memberi
petunjuk jalan kepada orang lain. Ini yang menyebabkan
kedudukan seorang da‟i di tengah masyarakat menempati
posisi penting, ia adalah seorang pemuka (pelopor) yang selalu
diteladani oleh masyarakat di sekitarnya.
59 Enjang AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah: Pendekatan
Filosofis dan Praktis, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), Hlm. 73
37
Segala perbuatan dan tingkah laku dari seorang da‟i akan
dijadikan tolak ukur oleh masyarakatnya. Da‟i akan berperan
sebagai seorang pemimpin di tengah masyarakat walau tidak
pernah dinobatkan secara resmi sebagai pemimpin.
Kemunculan da‟i sebagai pemimpin adalah kemunculan atas
pengakuan masyarakat yang tumbuh secara bertahap. Oleh
karena itu, seorang da‟i harus selalu sadar bahwa segala
tingkah lakunya selalu dijadikkan tolak ukur oleh
masyarakatnya sehingga ia harus memiliki kepribadian yang
baik.
2. Kepribadian Seorang Da’i
Da‟i dalam prespektif ilmu komunikasi dapat
dikategorikan sebagai komunikator yang bertugas
menyebarkan dan menyampaikan informasi-informasi dari
sumber (source) melalui saluran yang sesuai (chanel) pada
komunikan (receiver). Untuk menjadi komunikator yang baik
dituntut adanya kredibilitas yang tinggi yaitu suatu tingkat
kepercayaan yang tinggi padanya dari komunikannya.
Komunikator yang baik adalah komunikator yanag mampu
menyampaikan informasi atau pesan (message) kepada
komunikan sesuai dengan yang diinginkan.60
Adapun kredibilitas yang dimilki da‟i tidaklah tumbuh
dengan sendirinya, melainkan harus dibina dan terus
dikembangkan. Seorang da‟i yang berkredibilitas tinggi adalah
seorang yang mempunyai kompetensi dibidang yang ingin dia
60
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: cv Gaya Media
Pratama,1997), Hlm.9
38
sebarkan, mempunyai jiwa yang tulus dalam beraktifitas,
senang terhadap pesan-pesan yang dia miliki, berbudi luhur
serta mempunyai setatus yang cukup walau tidak harus tinggi.
Dari sana berarti seorang da‟i yang ingin memiliki kredibilitas
tinggi harus berupaya membentuk dirinya dengan sungguh-
sungguh.61
Dari penjelasan diatas, menunjukkan bahwa
diantara aspek yang mampu membangun kredibilitas adalah
aspek yang berkaitan dengan kepribadian, sebuah sifat hakiki
pada seorang da‟i.62
Kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang da‟i terbagi
menjadi dua yaitu kepribadian yang bersifat rohaniah dan
jasmaniah. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:
1) Kepribadian Yang Bersifat Rohaniah
Kriteria kepribadian yang baik sangat menentukan
keberhasilan dakwah, karena pada hakikatnya berdakwah
tidak hanya menyampaikan teori, tapi juga harus
memberikan teladan bagi umat yang diseru. Keteladanan
jauh lebih besar pengaruhnya daripada kata-kata, hal ini
sejalan dengan ungkapan hikmah “kenyataan itu lebih
menjelaskan dari ucapan”. Klasifikasi kepribadian da„i
yang bersifat rohaniah mencangkup sifat, sikap, dan
kemampuan diri pribadi da‟i. Ketiga masalah tersebut
61 Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah,
(Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), Hlm. 68
62
Enjang AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah: Pendekatan
Filosofis Dan Praktis, Hlm. 76
39
mencangkup keseluruhan kepribadian yang harus
dimiliki.63
3. Sifat-Sifat Da’i
1. Beriman dan bertakwa kepada allah swt
Yaitu takwa dengan sebenar-benarnya taqwa, mengimani
dan mengikuti aturan-aturan-Nya, melaksanakan segala
perinta-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.
Sifat dasar da‟i ini dijelaskan Allah SWT dalam Al-Quran :
“Apakah kamu menyuruh manusia berbuat kebaikan
padahal kamu lupa terhadap dirimu sendiri
sedangkan kamu sendiri membaca kitab Tuhan.
Apakah kamu tidak berpikir.” (QS. Al-Baqarah,2 :44)
2. Ahli taubat
Sifat taubat dalam diri da‟i, berarti dia harus mampu untuk
lebih menjaga atau takut untuk berbuat maksiat atau dosa
dibandingkan orang-orang yang menjadi mad‟u-nya. Jika ia
merasa telah melakukan dosa atau maksiat hendaklah ia
bergegas untuk bertaubat dan menyesali atas perbuatannya
dengan mengikuti panggilan Ilahi.
3. Ahli Ibadah
Seorang da‟i adalah mereka yang selalu beribadah
kepada Allah dalam setiap gerakan, perbuatan atau
perkataan di mana pun dan kapan pun. Dan segala
ibadahnya ditujukan dan diperuntukkan hanya kepada
Allah, dan bukan karena manusia (riya‟).
4. Amanah dan Shidq
63 Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta:
Kencana, 2009, cet. II) Hlm. 90.
40
Amanah (terpercaya) dan Shidq (jujur) adalah sifat utama
yang harus dimilki seorang da‟i sebelum sifat-sifat yang
lain, karena ia merupakan sifat yang dimiliki oleh seluruh
para nabi dan rasul. Amanah dan shidq adalah dua sifat
yang selalu ada bersama, karena amanah selalu bersamaan
dengan shidq (kejujuran), maka tidak ada manusia jujur
yang tidak terpercaya, dan tidak ada manusia terpercaya
yang tidak jujur. Amanah dan shidq merupakan hiasan para
nabi dan orang-orang saleh, dan mestinya juga menjadi
hiasan dalam pribadi da‟i karena apabila seorang da‟i
memiliki sifat dapat dipercaya dan jujur maka mad‟u akan
cepat percaya dan menerima ajakan dakwahnya.
5. Pandai bersyukur
Orang-orang yang bersyukur adalah orang-orang yang
merasakan karunia Allah dalam dirinya, sehingga perbuatan
dan ungkapannya merupakan realisasi dari rasa kesyukuran
tersebut. Syukur dengan perbuatan berarti melakukan
kebaikan, syukur dengan lisan berarti selalu mengucapkan
ungkapan-ungkapan yang baik (kalimat thayyibat). Syukur
juga mempunyai dua dimensi, syukur kepada Allah dan
syukur kepada manusia. Seorang da‟i yang baik adalah da‟i
yang mampu menghargai nikmat-nikmat Allah dan
menghargai kebaikan orang lain.
6. Tulus ikhlas dan tidak mementingkan pribadi
Apa yang dilakukan seorang da‟i merupakan bagian dari
perhatiannya kepada umat, ia menginginkan umat beriman
dan selamat dunia akhirat.
41
7. Ramah dan penuh pengertian
Yaitu menunjukkan sikap hormat dan menghargai kepada
siapapun.
8. Tawaddu (rendah hati)
Rendah hati bukanlah rendah diri (merasa terhina dibanding
derajat dan martabat orang lain), tawaddu (rendah hati)
dalam hal ini adalah sopan dalam pergaulan, tidak
sombong, tidak suka menghina, dan mencela orang lain.
Da‟i yang mempunyai sifat tawaddu akan selalu disenangi
dan dihormati orang karena tidak sombong dan berbangga
diri yang dapat menyakiti perasaan orang lain.
9. Sederhana dan jujur
Kesederhanaan adalah merupakan pangkal keberhasilan
dakwah, dalam kehidupan sehari-hari selalu ekonomis
dalam memenuhi kebutuhan. Sederhana di sini adalah tidak
bermegah-megahan, angkuh dan sebagainya, sehingga
dengan sifat sederhana seorang ini orang tidak merasa
segan dan takut kepadanya.
10. Tidak memiliki sifat egois
Ego adalah suatu watak yang menonjolkan keakuan,
angkuh dalam pergaulan, merasa diri paling hebat,
terhormat, dan lain-lain. Sifat ini benar-benar harus dijauhi
oleh da‟i. Orang yang mempunyai sifat ego hanya akan
mementingkan dirinya sendiri, maka bagaimana mungkin
seorang da‟i akan dapat bergaul dan memengaruhi orang
lain jika ia sendiri tidak peduli dengan orang lain.
42
11. Sabar dan tawakal
Yaitu sikap pasrah dan menyerahkan segala sesuatu kepada
Allah setelah berusaha secara maksimal.
12. Memiliki jiwa toleran
Toleransi dapat dipahami sebagai suatu sikap pengertian
dan dapat mengadaptasi diri secara positif (menguntungkan
bagi diri sendiri maupun orang lain) bukan toleransi dalam
arti mengikuti jejak lingkungan. Salah satu contoh ayat
yang menunjukkan sifat toleransi dalam surat Al-Kafirun
ayat 6,
“Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.”
13. Sifat terbuka (demokratis)
Seorang da‟i adalah manusia biasa yang juga tidak luput
dari salah dan lupa. Karena itu agar dakwah dapat berhasil,
da‟i diharuskan memiliki sifat terbuka dalam arti bila ada
kritikan dan saran hendaklah diterima dengan gembira, bila
ia mendapat kesulitan sanggup bermusyawarah dan tidak
berpegang teguh pada pendapat (ide) nya yang kurang baik.
14. Tidak memiliki penyakit hati
Sombong, dengki, ujub, dan iri harus disingkirkan dari
sanubari seorang da‟i. Tanpa membersihkan sanubari dari
sifat-sifat tersebut, tidak mungkin tujuan dakwah akan
tercapai. Salah satu contoh penyakit hati bila seseorang
merasa iri bila temannya mendapat kebahagiaan dunia dan
akhirat, sifat tersebut membuat seseorang tidak mungkin
mengajak kepada kebaikan bila dirinya sendiri iri melihat
sasaran dakwah mendapat kebahagiaan.
43
15. Istiqamah
Sebuah sikap yang konsisten atau teguh pendirian dalam
menegakkan kebenaran. Sifat istiqamah dibangun dengan
memiliki sikap komitmen atas tugas seorang da‟i.
16. Raja‟ dan Hub
Yaitu penuh pengharapan dan optimisme kepada rahmat
Allah, yang melahirkan sikap percaya diri dan jauh dari
perasaan putus asa. Hub adalah mencintai Allah di atas
segala-galanya. Apa yang dilakukannya atas dasar
kecintaan kepada Allah.
17. Sifat antusias
Sikap semangat dan positif dengan apa yang dilakukannya.
Memiliki semangat dan ghirah dalam melaksanakan
dakwah Islam.
4. Sikap seorang da’i
Sikap dan tingkah laku da‟i merupakan salah satu faktor
penunjang keberhasilan dakwah, masyarakat sebagai suatu
komunitas sosial lebih cenderung menilai karakter dan
tabiat seseorang dari pola tingkah laku keseharian yang
dapat dilihat dan didengar. Memang benar ungkapan para
ulama bahwa “Lihatlah apa yang dikatakan dan janganlah
melihat siapa (orang) yang mengatakan”, namun alangkah
baiknya jika tingkah laku dan sikap da‟i juga merupakan
cerminan dari perkataannya.64
Di antara sikap-sikap ideal
yang harus dimilki oleh para da‟i adalah:
64 Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Hlm.97.
44
a. Berakhlak mulia
Dalam kata lain, memiliki budi pekerti yang mulia dalam
seluruh perkataan dan perbuatannya. Rasulullah SAW
sendiri diutus tidak lain untuk memperbaiki moralitas
umat manusia, beliau bersabda,
“Sesungguhnya aku (Rasulullah) diutus oleh Allah SWT
ke dunia ini tak lain hanyalah untuk menyempurnakan
akhlak (budi pekerti).”
b. Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut
wuri handayani Menjadi teladan atau figur, kreatif
inovatif, dan memotivasi secara positif
c. Disiplin dan bijaksana
Menepati seluruh norma agama dan masyarakat dan
melakukan sesuatu penuh pemikiran dan pertimbangan
yang matang.
d. Wara‟ dan berwibawa
Sikap wara‟ adalah menjauhkan perbuatan-perbuatan
yang kurang berguna dan mengindahkan amal shaleh,
sikap ini dapat menimbulkan kewibawaan seorang da‟i.
Sebab kewibawaan merupakan faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk percaya menerima suatu
ajakan.
e. Berpandangan luas
Artinya berwawasan luas dan menghindari sikap picik.
f. Berpengetahuan yang cukup
Dalam arti memiliki pengetahuan yang memadai
mengenai segala hal yang berhubungan dengan
45
dakwahnya. Untuk menjadikan pesan dakwah sampai
secara tepat kepada mad‟u, seorang da‟i juga harus
memiliki pengetahuan yang memadai tentang semua hal
yang berhubungan dengan mad‟u baik bahasa, tradisi,
psikologis, budaya, dan temperamen (emosional) mad‟u.
5. Kepribadian yang Bersifat Jasmani
a. Sehat jasmani
Segala aktifitas yang dilakukan manusia sudah
barang tentu akan optimal bila dikerjakan dalam keadaan
sehat, termasuk aktifitas dakwah. Berpakaian necis dan
pantas (estetis dan etis).65
Berpakaian yang dipandang baik menurut agama dan
masyarakat.
Dalam psikologi dakwah, Achmad Mubarok
menambahkan bahwa seorang da‟i juga harus memiliki
beberapa kemampuan diantaranya,
b. Kemampuan berkomunikasi
Dakwah adalah mengomunikasikan pesan kepada
mad‟u. Komunikasi dapat dilakukan dengan lisan, tulisan,
atau perbuatan, dengan kata-kata atau dengan bahasa
perbuatan. Komunikasi dapa berhasil manakala pesan
dakwah itu dipahami oleh mad‟u dan pesan dakwah
tersebutmudah dipahami bila disampaikan sesuai dengan
cara berpikir dan merasa mad‟u.
65 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-
Ikhlas, 1983), h. 35-48.
46
c. Pemberani
Dalam tingkatan tertentu seorang da‟i adalah
pemimpin masyarakat. Kapasitas kepemimpinan seorang
da‟i boleh sekurang-kurangnya hanya dalam bidang
keagamaan tapi tidak menutup kemungkinan untuk
menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan dalam bidang
sosial, ilmu pengetahuan, kebudayaan, ekonomi, bahkan
mungkin militer. Daya tarik kepemimpinan seseorang
antara lainterletak pada keberaniannya. Keberanian
diperlukan da‟i untuk menyuarakan kebenaran manakala
ia dihadapkan pada berbagai tantangan.
6. Da’i dalam Pengembangan Masyrakat Islam.
Peranan seorang da‟i dalam pengembangan masyrakat
sebgai berikut:66
Pertama. Enabler. Perananya ialah sebagai
pembantu masyrakat dalam mengunggkapkan kebutuhan-
kebutuhan mereka untuk menjelaskan dan mengidentifikasi
potensi, masalah dan mengembangkan kemampuan mereka.
Sehingga dapat menangani permasalahan yang mereka
hadapi dan bisa memanfaatkan peluang-peluang yang mereka
miliki secara efektif untuk menolong diri dan masyrakatnya.
Kedua. Broker, seorang broker adalah sebagai
penghubung diantara individu dan kelompok yang terkait
66 Muhtadi, Tantan Hermansyah, Management Pemgembangan
Masyrakat Islam, (Ciputat: UIN Jakarta Pers, 2013), Hal. 102-103.
47
atau membutuhkan pertolongan dengan pelayanan atau peng
embangan masyrakat.
Ketiga, expert, dia berperan menyediakan
informasi dan memberikan saran-saran serta nasihat-nasihat
dalam berbagai bidan dalam klonteks pengembangan
masurakat.
Keempat, social planer . Peranannya sebagai
pengumpul fakta-fakta tentang masalah sosial dan
menganalisa dan fakta tersebut serta menyusun alternatif
penyelesaian. Perta pola-pola kemitraan yang tepat dalam
menyelesaikan masalah dan mengelola potensi untuk
pengembangan masyrakat tersebut.
Kelima, advocate. Peranan ini dipinjam dari
profesi hukum. Merukan perana yang aktif dan terarah,
dimana seorang dai sebgai advocate yang mewakili
kelompok masyrakat yang memerlukan pelayanan dari
lembega atau instansi yang mengabaikan masyrakat.
Keenam, activist. Sebagai orang yang
memeperjuangkan masyrakat yang tidak beruntung dari
ketidakadilan, hak, diskriminasi dalam perubahan yang
mendasar.
48
BAB III
GAMBARAN UMUN YAYASAN IHYA’ QOLBUN SALIM
A. Sejarah Berdirinya Yayasan Ihya’ Qolbun Salim
Yayasan Qalbun Salim didirikan atas kegelisahan dan
kebutuhan Dr. H. Rusli Hasbi, M.A., yang melihat banyaknya
umat islam Indonesia, terkhususnya anak muda yang perlu di
kuatkan keilmuan agama, sehingga memicu semangatnya untuk
berkomitmen dalam mengkader para pemuda. Melihat keadaan
para lulusan pesantren dan para mahasiswa kurang mendalami
untuk mengkaji pelajaran agama, dengan memberikan fasilitas
tempat dan para pendidik yang ahli dalam bidangnya, bertujuan
untuk memudahkan dalam mengkaji pelajaran agama. Dengan itu
setelah selesai dari program pengkaderan mereka bisa langsung
terjun kemasyarakat mendakwahkan agama islam, dan bisa sesuai
dengan yang cicitakan pondok, mereka mampu dan ahli dalam
bidangnya.
Yayasan Ihya‟ Qolbun Salim ini, mengembangkan
pendidikan calon da‟i melalui program ma‟had Pengkaderan
imam dan da‟i. Program ini dimaksudkan untuk mencetak kader-
kader terbaik yang mampu menjalankan tugas imam dan da‟i
dengan benar. Materi yang diberikan terdiri dari penguasaan
terhadap Al-Quran dan Sunnah serta pemahaman terhadap ijtihad
dan perbedaan pendapat para ulama.67
67 Qalbu Salim, “Program Pendidikan”.Dapat Dilihat Di
Https://Yiqs.Wordpress.Com/Program/Pendidikan/ (Diakses Pada Tanggal 16
Januari 2018).
49
Pendirian Yayasan Ihya‟ Qalbun Salim dilakukan dihadapan
Ntaris Taufik Hidayat, SH pada 22 Januari 2008 dan mendapat
pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada 22
Mei 2008 dengan Surat Keputusan No. AHU-2059.AH.01.02
tahun 2008. Anggaran Dasar Yayasan telah dimuat dalam Berita
Negara RI sebagaimana mestinya pada 1 Juli 2008. Terdaftar di
Pemerintah Daerah DKI Jakarta dengan Tanda Daftar Yayasan
No. 08.31.74.06.1001-1294, Yayasan adalah wajib pajak No.
02.654.781.0-016.000.68
Ma‟had Qalbun Salim didirikan dan dibuka secara resmi
pada bulan November 2009 sebagai pesantren pengkaderan
ulama dan da‟i.69
Pada 3 September 2009 Penerimaan Mahasantri
Qalbun Salim Pesantren Qalbun Salim membuka pendaftaran
mahasantri baru (Angkatan I) tahun ajaran 2009/2010. Para
mahasantri dibimbing langsung oleh Dr. H. Rusli Hasbi, M.A.,
Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab, M.A., dan guru-guru
berpengalaman lainnya. Sebanyak 12 (dua belas) mahasiswa
perguruan tinggi islam akan direkrut untuk program ini, dengan
Keunggulan mencetak ulama yang da‟i.
Dengan diumumkanya penerimaan anak didik Pesantren
Qalbun Salim maka sudah selesai proses seleksi (ujian tertulis
dan wawancara) terhadap 29 calon mahasantri Ma‟had
Pengkaderan Da‟i Pesantren Qalbun Salim. Dengan penguji H.
Nasrussalam Zakaria, SE, M.S., (ketua Yayasan Ihya‟ Qalbun
68 Wawancara Langsung Dengan Pengurus Yayasan, Pada 23 Mei
2018 Pukul 20:15 Wib
69
Https://Yiqs.Wordpress.Com/; Internet; Di Unduh Pada 22
November 2010. (Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2018)
50
Salim), Hj. Rafiqah Ahmad, Lc, M.A., (pembina) dan Andi
Rahman, M.A., (pengasuh).
Dalam rangka memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya untuk memperdalam ilmu dakwah bersama Dr. H. Rusli
Hasbi, M.A., dan guru-guru lainnya, seluruh peserta yang sudah
mendaftar dinyatakan lulus dan diizinkan mengikuti program
yang akan dibuka (hari pertama belajar) pada 14 Oktober 2009.
Namun, karena terbatasnya tempat dan ruang di pemondokan,
hanya 10 (sepuluh) yang dapat ditampung di pondok pesantren
tersebut. Sisanya mengikuti pendidikan tanpa pemondokan
(tinggal di tempat sendiri).
Disamping adanya asrama sebagai tempat aktivitas
mahasantri, di Ma‟had Qalbun Salim ini juga terdapat sarana
dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar seperti
balai kajian, kamar mandi, dapur umum, serta lapangan olahraga.
Kurang dari tiga tahun sejak didirikan pada 22 Januari
2008 dan lebih kurang dua tahun sejak penggalangan dana
dimulai dalam rangka pengadaan lahan Ma‟had Ihya‟ Qalbun
Salim yang representative, pada 22 November 2010 dihadapan
Notaris Udin Nasrudin, Ketua Yayasan Ihya‟ Qalbun Salim dan
pejabat Bank ICB Bumiputera menandatangani akta pengikatan
jual beli atas sebidang lahan seluas 4.550 m2 yang terletak di
Kelurahan Pisangan, Ciputat, Tangerang, Banten.70
Sejak penandatanganan itu, ma‟had dengan resmi telah
memiliki sebuah lahan milik sendiri yang representative. Lahan
70 Https://Mahadqs.Wordpress.Com/Category/Profil/; Internet;
Diunduh Pada 16 Maret 2017, (Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2018)
51
kosong tersebut diperoleh dengan harga Rp1.000.000.000 (satu
milyar Rupiah). Secara administrasi, lahan terdiri dari tiga persil
tanah kosong yang bersebelahan. Lahan baru ini berlokasi 5
menit dari rumah tinggal Dr. H. Rusli Hasbi, M.A., (pengasuh
pesantren). Lokasi juga bisa dicapai 5 menit dari Kampus UIN
Jakarta. Notaris sebelumnya telah mengecek ke Badan
Pertanahan Nasional tentang keabsahan surat-surat pemilikan
tanah dan Bank ICB Bumiputera selaku penjual telah menjamin
bahwa tanah tersebut bebas dari sengketa dan masalah hukum.
Donatur Daar el Hajj, grup jamaah haji bimbingan Dr. H.
Rusli Hasbi, M.A., yang diketuai Ir. H. Bambang Sutadi telah
memfasilitasi pengadaan lahan seluas 4.550 m2 tersebut. Para
jamaah Daar_el_hajj bahu-membahu dalam menggalang dana
hingga batas waktu terakhir yang diberikan Bank ICB
Bumiputera untuk pelunasan harganya, yaitu 19 November 2010.
Harus diapresiasi bahwa grup informal ini menyumbang sekitar
50% dari uang yang dibutuhkan Pesantren untuk membeli lahan
tersebut. Warga Indonesia di Qatar menyumbang sekitar 20%,
dan sisanya dari donatur lainnya yang tersebar didalam dan luar
negeri.
Perlu juga diketahui bahwa lahan tersebut sebelumnya
merupakan Aset Yang Diambil Alih (AYDA) Bank ICB
Bumiputera. Bank patungan lokal dan asing tersebut telah
memberikan kemudahan signifikan dengan menyatakan bahwa
harga yang dibayar Pesantren hanya 80% dari harga sebenarnya.
Sisa 20% (senilai Rp 250 juta) yang tidak perlu dibayarkan
merupakan partisipasi Bank dalam dalam Corporate Social
52
Responsibility-nya. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa harga
NJOP tanah tersebut lebih tinggi daripada nilai transaksi.
Menurut informasi yang belum dapat kami konfirmasi, NJOP
tanah tersebut setara dengan Rp 2,3 milyar (Rp500 ribu-an
dikalikan luas lahan.
B. Visi dan Misi Yayasan Ihya Qobun Salim
1. Visi
Visi utama dari didirikanya pesantren ini adalah
melakukan pengkaderan dan pembekalan bagi para calon ulama
dan pendakwah yang mampu mewarnai umat menuju
pengamalan ajaran islam yang benar. 71
2. Misi
a. Mengkader ulama yang bersifat da‟i.
b. Menghidupkan syiar Islam melalui kegiatan dakwah yang
berkasinambungan.
c. Memperkenalkan Islam melalui pendidikan yang berbasis
al-Qur`an dan Sunnah.
d. Mendukung kegiatan-kegiatan sosial dan kemasyarakatan
yang berpihak.
3. Alamat Pesantren dan Prospek Kedepan
Sekretariat Yayasan Ihya Qalbun Salim
Jl.H.Niman No.07 R.07/04, Cilandak Barat, Lebak Bulus II,
Jakarta Selatan, 12430, Tlp. 02196442205
71 Https://Mahadqs.Wordpress.Com/Category/Profil/; Internet;
Diunduh Pada 16 Maret 2017, (Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2018)
53
C. Struktur Organisasi
Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang
yayasan (sebagaimana telah diubah oleh Undang Undang No. 28
Tahun 2004), organ Yayasan terdiri dari Pembina, Pengurus, dan
Pengawas.
1. Pembina
Dr. H. Rusli Hasbi, Lc, M.A., Hj. Rafiqah Ahmad, Lc, M.A.
2. Pengawas
Drs. H. Rudy Chairul Lengkong (Ketua) Hj. Nurasiah
Abdullah Banta (Anggota) H. T. Nurdin Raja Itam (Anggota)
4. Pengurus
4.1. Ketua:
H. Nasrussalam Zakaria, SE, MS, CPA Amrizal AB, SE
(Direktur Eksekutif)
4.2. Sekretaris:
Ir. H. Nazief Sarkawi (Sekretaris) Ichsan Taufiq (Pjs.
Sekretaris)
4.3. Bendahara
Taufik M. Abubakar (Bendahara Umum) Ichsan Taufiq
(Bendahara Eksekutif)
4.4. Direktur
Amrizal AB, SE (Direktur Eksekutif) Andi Rachman,
MA (Direktur Ma‟had)
4.5. Koordinator Wilayah Dan Kepanitiaan
Ir. H. Bambang Sutadi (Ketua Panitia Pembangunan) H.
Mustafa Kamalullah (Koordinator Cabang Qatar)
54
5. Profil Pengurus Inti
1. Profil Dr. H. Rusli Hasbi, M.A.
Dr. H. Rusli Hasbi, M.A., meraih gelar Doktor di bidang
Ushul Fiqh di Sudan dan dosen Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah (“UIN”) Jakarta.
2. Profil Hj. Rafiqah, Lc, M.A.
Hj. Rafiqah, Lc. M.A., adalah lulusan Universitas Al-
Azhar, Kairo, dan lulusan program Pascasarjana UIN
Jakarta, dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta, dan
istri Dr. H. Rusli Hasbi, M.A.
3. H. Nasrussalam Zakaria, SE, MS, CPA
H. Nasrussalam Zakaria, SE, MS, CPA adalah manajer
dakwah Dr. H. Rusli Hasbi, M.A., dan University of
Houston, Amerika Serikat. Selain sebagai karyawan tetap,
dia berusaha dibidang restoran dan usaha penjualan
domain online.
4. Drs. H. Rudy Chairul Lengkong
Drs. H. Rudy Chairul Lengkong Adalah Ketua Asosiasi
Eksportir Dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI)
Dan Pernah Menjabat Kepala Badan Pengembangan
Ekspor Nasional (1987-1996) Dan Konsul Jenderal RI Di
New York (1982-1987).
D. Daftar Peserta Didik Ma’had Ihya Qolbun Salim
1. Persyaratan dan Peserta Didik Angkatan Pertama
Masa pendidikan: 3 tahun
55
Persyaratan:72
a. Laki-laki tidak merokok
b. Berstatus mahasiswa disalah satu perguruan tinggi agama
Islam
c. Memiliki komitmen terhadap dakwah
d. Energik dan tidak putus asa
e. Mengisi formulir pendaftaran dengan menyertakan:
f. Foto kopi ijazah MA atau SLTA;
g. Foto kopi KTP, dan
h. Pas foto 4×6 cm sebanyak 4 lembar.
2. Jadwal Pendaftaran Angkatan Pertama
Pendaftaran: 1 September – 1 Oktober 2009
Seleksi tulis (Bahasa Arab dasar) :6 Oktober 2009
Seleksi lisan ( Bahasa Arab dasar dan Wawancara): 9 Oktober
2009
Pengumuman hasil seleksi: 13 Oktober 2009
Mulai belajar: 14 Oktober 2009
Daftar ke-10 mahasantri (nama, tempat dan tanggal
lahir, universitas asal/fakultas) yang diterima untuk masuk
pondok Ma‟had Pengkaderan Da‟i Pesantren Qalbun Salim
angkatan I tahun 2009 adalah sebagai berikut:73
1) Ahmad Fauzi (Jakarta, 7 Februari 1989, UIN/Dirasat
Islam);
2) Amiruddin (Bali, 12 Desember 1985, LIPIA/Syariah);
72 Https://Yiqs.Wordpress.Com/Page/2/; Internet; Diunduh Pada 22
November 2010, (Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2018)
73
Https://Yiqs.Wordpress.Com/; Internet; Di Unduh Pada 22
November 2010, (Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2018)
56
3) Bustanul Firdaus (Lamongan, 12 September 1987,
LIPIA/Takmily).
4) Endi Ubaidillah (Pandeglang, 12 Juni 1983, UIN/Politik
Islam).
5) Idris (Dili, 23 April 1984, UIN/Dirasat Islam);
6) Khairuddin (Sampang, 15 Maret 1989, UIN/Dirasat
Islam).
7) Reza Aditya Azhari (Magetan, 8 Juli 1986,
LIPIA/Takmily).
8) Shohibul Hujjah (Pasuruan, 28 April 1988,
UIN/Komunikasi Penyiaran Islam).
9) Suhendi (Sukabumi, 10 Mei 1988, UIN/Dirasat Islam)
10) Zakaria Anshori (Cianjur, 19 Juni 1988, PTIQ/Tafsir
Hadits).
3. Daftar Peserta Didik dari Angkatan 2015-2017
1) Ma‟had Qalbun Salim Angkatan ke-8 (Mahasantri Baru
2016)74
No Nama Kampus Asal
1 Rifqi Ridhoi UIN Syarif
Hidayatullah
Kalimantan
74Https://Mahadqs.Wordpress.Com/2017/03/16/Daftar-Alumni-
Mahad-Qalbun-Salim-Jakarta/; Internet; Diunduh Pada 16 Maret 2017,
(Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2018)
57
2 Abdullah UIN Syarif
Hidayatullah
Madura
2) Mahasantri Ma‟had Qalbun Salim Angkatan Ke-7 (2015)
No Nama Kampus Asal
1 Baijuri IUN Syarif
Hidayatullah
Madura
2 Berril Amal UIN Syarif
Hidayatullah
Lamongan
3 Budianto Staiindo Riau
4 Toni Ahnaf UIN Syarif
Hidayatullah
Bekasi
5 Saihaq
Lahusaini
Staiindo Riau
3) Mahasantri Ma‟had Qalbun Salim Angkatan ke-6 (2014)
No Nama Kampus Asal
1 Akhyar Rosyadi PTIQ Sumbawa
2 Abdul Latif
Asyiqin
UIN Syarif
Hidayatullah
Bekasi
3 Ahmad Zaky UIN Syarif
Hidayatullah
Depok
4 Ibnu Hidayatullah PTIQ Banten
5 Fakhrur Razi UIN Syarif Madura
58
Hidayatullah
6 Faruq Abdul Aziz LIPIA Garut
7 Faturrochman LIPIA Banten
8 Syahrullah LIPIA Banten
4) Mahasantri Ma‟had Qalbun Salim Angkatan ke-5
(2013)75
No Nama Kampus Asal
1 Fadli Maskur LIPIA Madura
2 M Luqman Hakim LIPIA Grobongan
3 M Aminurrahman UIN syarif
hidayatullah
Madura
4 Mukhlisin LIPIA Seragen
5 Syafii M Noor LIPIA Klaten
6 Wawansyah PTIQ Sumbawa
75Https://Mahadqs.Wordpress.Com/2017/03/16/Daftar-Alumni-
Mahad-Qalbun-Salim-Jakarta/; Internet; Diunduh Pada 16 Maret 2017,
(Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2018)
59
E. Daftar Alumni Ma’had Qolbun Salim
1. Alumni Ma‟had Qalbun Salim Angkatan ke-4 (2012)76
No Nama Kampus Asal
1 Hasyim As‟ari UIN Syarif
Hidayatullah
Madura
2 M Tohir Salam UIN Syarif
Hidayatullah
Madura
3 Nanang Qosim UIN Syarif
Hidayatullah
Lumajang
4 Umar Mahmudi UIN Syarif
Hidayatullah
Madura
2. Alumni Ma‟had Qalbun Salim Angkatan ke-3 (2011)77
No Nama Kampus Asal
1 Abdul Basith PTIQ Jakarta
2 Alit Nur Hidayat PTIQ Bandung
3 Sani Abdul Malik PTIQ Bandung
76Https://Mahadqs.Wordpress.Com/2017/03/16/Daftar-Alumni-
Mahad-Qalbun-Salim-Jakarta/; Di Induh Pada 16/03/2016, (Diakses Pada
Tanggal 16 Januari 2018)
77
Https://Mahadqs.Wordpress.Com/2017/03/16/Daftar-Alumni-
Mahad-Qalbun-Salim-Jakarta/; Di Induh Pada 16/03/2016, (Diakses Pada
Tanggal 16 Januari 2018)
60
3. Alumni Ma‟had Qalbun Salim Angkatan ke-2 (2010)
No Nama Kampus Asal
1 Ahmad firdausi perdana LIPIA
2 Aidul fitriawan PTIQ
3 Nurul fajri UIN Syarif
Hidayatullah
4. Alumni Ma‟had Qalbun Salim Angkatan ke-1 (2009)78
No Nama Kampus Asal
1 Amirudin Marsan
Madinah
LIPIA Bali
2 Bustanun Firdaus LIPIA Lamongan
3 Endi Ubaidillah Aw UIN Syarif
Hidayatullah
Pandegelang
4 Idris Antonio UIN Syarif
Hidayatullah
Timor leste
5 Khoiruddin UIN Syarif Madura
78Https://Mahadqs.Wordpress.Com/2017/03/16/Daftar-Alumni-
Mahad-Qalbun-Salim-Jakarta/; Internet; Diunduh Pada 16 Maret 2017,
(Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2018)
61
Hidayatullah
6 Suhendi UIN Syarif
Hidayatullah
Sukabumi
7 Zakaria Ansori PTIQ Cianjur
5. Alumni Mahasantri Ma‟had Qalbun Salim Jakarta yang
berdomisili di Jakarta dan Jabodetabek
No Nama Angkatan Tempat
Tinggal
1 Amirudin Marsan
Madinah
1 Pasar
minggu
2 Endi Ubaidillah 1 Rempoa
3 Nurul Pajri 2 Pamulang
4 Aidul Firiawan 2 Pamulang
5 Alit Nur Hidayat 3 Grogol
6 Sani Abdul Malik 3 Ciputat
7 Abdul Basth 3 Jakarta
8 Umar Mahmudi 4 Ciputat
9 Hasyim As‟ari 4 Ma‟had Qs
10 Muhammad Tohir
Salam
4 Ma‟had
QS
F. Struktur Pengurus dan Jadwal Belajar 2018
1. Ketua yayasan
Nasru Salam Zakaria
2. Pimpinan Ma‟had Qolbun Salim/ pendiri
62
Dr. rusli Hasbi. Lc. M.A.
Daftar Pengajar dan Bidang yang Diajarkan
N
o
Nama Pelajaran Hari
Mengajar
1 Ustad Amirudin Usul Fiqh Malam
Senin
2 Ustad Aris Akidah Malam
Selasa
3 Ustad Rusli Hasbi Fiqih Muqorron Malam
Kamis
4 Ustad Zarkasi Fiqih Mazhab Malam
Jum‟at
5 Andi Rahman Hadist Malam
Sabtu
6 Ustad Sani Abdul
Malik
Tahfiz Sabtu
Pagi
63
Jadwal Belajar Subuh
No Kegiatan Pemateri Hari Waktu Jam
Blajar
1 Tausiah
Rutin
Santri
Semua Santri
Sesuia Jadwal
Senin-
Sambtu
05:00-0700
Jadwal Belajar Malam
N
o
Nama pengajar Pelajaran Hari Mengajar Jam
Balajar
1 Ustad Amirudin Usul Fiqh Malam Senin 19:00-
21:00
2 Ustad Aris Akidah Malam Selasa 19:00-
21:00
3 Ustad Rusli
Hasbi
Fiqih
Muqorron
Malam Kamis 19:00-
21:00
4 Ustad Zarkasi Fiqih
Mazhab
Malam Jum‟at 19:00-
21:00
5 Ustad Andi
Rahman
Hadist Malam Sabtu 19:00-
21:00
6 Ustad Sani
Abdul Malik
Tahfiz Sabtu Pagi 19:00-
21:00
7 Kajian
Umum
Malam Rabu 19:00-
23:00
64
BAB IV
A. TEMUAN
1. Evaluasi Input
Evaluasi ini memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk
dalam pelaksanaan suatu program. Tiga unsur utama yang terkait
dengan evaluasi input adalah klien, staf, program. Pietrzak dkk,
menjelaskan bahwa variabel klien meliputi karakteristik
demografi klien, seperti susunan keluarga dan beberapa anggota
keluarga yang ditanggung. Variabel staf meliputi aspek
demografi dari staf seperti: Latar belakang pendidikan staf dan
pengalaman staf. Dalam evaluasi input program Pietrzak
mengemukakan empat kriteria yang dapat dikaji, baik sendiri-
sendiri maupun secara keseluruhan. Kriteria tersebut adalah:
a. Sataf dan Pendidik
b. Tujuan dan objektif
c. Penilaian terhadap kebutuhan komunitas
d. Standar dari suatu praktik yang terbaik
e. Biaya perunit layanan.79
a. Syarat Pendidik
Ma‟had Qolbun Salim dalam proses pembelajaran memiliki
beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh pengajar yaitu:
79
Isbandi RukmintoAdi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat
dan IntervensiKomunitas (Penganta Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis,
Hlm. 129.
65
Kalau untuk pengajar disini Alhamdulillah dosen dua dari
Saudi, mesir, sudan. Yang penting memiliki kapasitas ilmu.
Pertama. Harus Dosen kalau ada selain dosen kami akan
coba dan lihat kapsitasnya sejauh mana.
Dalam penentuan kriteria pengajar telah ditentukan langsung
oleh pimpinan ma‟had yaitu Dr. Rusli Hasbi, M.A.,
Sebagaimana yang disampaikannya.
b. Syarat peserta
Persyaratan:80
1) Laki-laki tidak merokok
2) Berstatus mahasiswa disalah satu perguruan tinggi agama
Islam
3) Memiliki komitmen terhadap dakwah
4) Energik dan tidak putus asa
5) Mengisi formulir pendaftaran dengan menyertakan:
6) Foto kopi ijazah M.A atau S.L.T.A.
7) Foto kopi K.T.P.
8) Pas foto 4×6 cm sebanyak 4 lembar.
Dalam proses pendidikan setelah dinyatakan lulus dari
proses seleksi maka akan ada anggota baru yang menjadi
tanggung jawab Ma‟had Qolbun Salim untuk benar-benar
dididik sesuai dengan tujuan ma‟had dalam proses
pembinaanya. Adapun fasilitas yang diberkan kepada seluruh
anggota baru maupun lama sesuai dengan kebutuhan.
Fasilitas yang diberikan, asrama tempat tinggal,
balai belajar, makan dan minum, ada kendaraan
80 Https://Yiqs.Wordpress.Com/Page/2/; Internet; Diunduh Pada 22
November 2010, (Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2018)
66
inventaris untuk ma’had, dan fasilitas para
pengajar dan ustadz dalam membimbing para
santri, semua itu kami berikan secara gratis tidak
ada pungutan biaya apapun.81
Melihat fasilitas yang diberikan Ma‟had Qolbun Salim
dari kebutuhan pokok, tempat tinggal, dan fasilitas materi
keilmuan mereka berikan secara gratis tanpa membebankan
para santrinya, sehingga mereka difokuskan untuk belajar
dan mengikuti program sesuai dengan ketentuan.
c. Fasilitas Program
Dalam proses pendidikan setelah dinyatakan lulus dari
proses seleksi maka akan ada anggota baru yang menjadi
tanggung jawab Ma‟had Qolbun Salim untuk benar-benar
dididik sesuai dengan tujuan ma‟had dalam proses
pembinaanya. Adapun fasilitas yang diberkan kepada seluruh
anggota baru maupun lama sesuai dengan kebutuhan.
Fasilitas yang diberikan, asrama tempat tinggal,
balai belajar, makan dan minum, ada kendaraan
inventaris untuk ma’had, dan fasilitas para
pengajar dan ustadz dalam membimbing para
santri, semua itu kami berikan secara grat ada
pungutan biaya apapun.82
Melihat fasilitas yang diberikan Ma‟had Qolbun Salim
dari kebutuhan pokok, tempat tinggal, dan fasilitas materi
keilmuan mereka berikan secara gratis tampa membebankan
81 Wawancara Pribadi Dengan Sekertaris Ma‟had Qolbun Salim,
Amirudin Marsan Madinah .Lc. Pada Tanggal 7 Maret 2018, Pukul 19:40
Wib.(Lihat Lampiran)
82 Wawancara Pribadi Dengan Sekertaris Ma‟had Qolbun Salim,
Amirudin Marsan Madinah .Lc. Pada Tanggal 7 Maret 2018, Pukul 19:40
Wib.(Lihat Lampiran)
67
bagi para santrinya, sehingga mereka difokuskan untuk
belajar dan mengikuti program sesuai dengan ketentuan.
Dengan melihat beberapa hal dalam fasilitas yang diberikan
dapat dikatakan sesuai dengan yang telah dikatakan oleh
sekertaris ma‟had Amirudin Marsan Madinah.
2. Evaluasi Proses
a. Proses Perencanaan dan Rekrutmen
Proses rekrutmen merupakan sebuah rutinitas tahunan
yang diadakan oleh pihak Ma‟had Qolbun Salim, bertujuan
untuk menjaring para anggota baru yang nantinya akan
melanjutkan regenerasi para pendahulunya. Dengan itu
sebuah proses regenerasi anggota tidak terputus ada generasi
yang melanjutkan sehingga tetap eksis. Proses rekrutmen
para calon imam dan da‟i, meliputi beberapa tahapan
panjang, karena setiap tahapan dari pendaftaran mereka
menyiapkan beberapa berkas yang harus dipenuhi sebagai
data penunjang, sebagai pihak ma‟had yang menjadi panitia
seleksi dan memeriksa berkas kelengkapan yang telah
disiapkan. Dari berkas tersebut bisa dilihat latar belakang
para peserta yang mengikuti. Dengan proses tersebut agar
para panitia bisa menggambarkan dari mana saja para
pendaftar sehingga bisa menentukan para pendaftar sudah
memenuhi syarat atau belum. Dalam seleksi berkas
merupakan sebuah langakah untuk mengidentifikasi kriteria
calon imam dan da‟i. Dengan adanya proses tersebut
prosedur prekrutan anggota baru sesuai dengan kriteria.
68
Prosesnya mereka mendaftarakan diri dan mengikuti
seleksi yang diuji oleh para panitia, yang memenuhi
kriteria dan mampu menjadi mematuhi praturan ma’had
ya kita teriama.83
Dalam tahapan rekrutmen kriteria merupakan salah satu
dari syarat yang harus dipenuhi. Dengan adanya kriteria
maka bisa dilihat seberapa selektifnya sebuah instansi
pendidikan untuk melakukan rekrutmen anggota baru.
Dengan menentukan syarat atau kriteria maka bisa kita lihat
apa saja yang menjadi kewajiban bagi para pendaftar yang
tertarik untuk mengikuti proses rekrutmen tersebut.
Sayaratnya, laki-laki tidak merokok, berstatus mahasiswa
disalah satu perguruan tinggi agama Islam, Memiliki
komitmen terhadap dakwah, energik dan tidak putus asa,
mengisi formulir pendaftaran dengan menyertakan, foto
kopi ijazah M.A atau S.L.T.A, Foto kopi K.T.P, dan Pas
foto 4×6 cm sebanyak 4 lembar.84
Dalam sebuah seleksi memiliki beberapa hal yang harus
diputuskan, terutama dalam keanggotaan yang diterima
dalam proses rekrutmen, sehingga bisa dilihat sebarapa
banyak penerimaan keanggotaan baru dalam setiap
diadakanya seleksi keanggotaan baru dalam setiap tahunnya.
83 Wawancara Pribadi Dengan Sekertaris Ma‟had Qolbun Salim,
Amirudin Marsan Madinah .Lc, Pada Tanggal 7 Maret 2018, Pukul 19:40
Wib.(Lihat Lampiran)
84 Wawancara Pribadi Dengan Sekertaris Ma‟had Qolbun Salim,
Amirudin Marsan Madinah. Lc. Pada Tanggal 7maret 2018, Pukul 19:40
Wib.(Lihat Lampiran)
69
Setiap angkatan biasanya ada yang 5 sampai 10 orang itu
kita sesuaikan dengan fasilitas ruangan pondoknya
mencukupi atau tidak, sesuai kebutuhan.85
Sebuah lembaga pendidikan idealnya melakukan
regenerasi agar setiap tahunnya memunculkan generasi-
generasi yang siap untuk terjuan langsung kemasyarakat
dalam menyiarkan Islam, karena dengan memberdayakan
masyarakat adalah sebagai kewajiban para lulusan Ma‟had
Qolbun Salim. Dengan alasan tersebut pentingnya sebuah
regenerasi dan dalam satu tahun bisa dua kali atau satu kali,
ini adalah idealnya dalam melakukan rekrutmen.
Kita melakukan rekrutmen satu tahun sekali setiap
angkatan, akan tetapi bisa ada rekrutmen tambahan di
pertengahan tahunya melihat kebutuhan santrinya.86
Melihat apa yang telah dilakukan oleh Ma‟had Qolbun
Salim mereka melakukan regenerasi dan perekrutan dalam
satu tahun sekali ini merupakan bentuk komitmen mereka
untuk memunculkan para imam dan da‟i, yang siap turun
kemasyrakat dengan bekal ilmu agama. Jadi setiap tahunnya
Ma‟had Qolbun Salim memunculkan para imam dan da‟i
yang telah siap berada ditengah-tengah masyarakat menjadi
tokoh-tokoh perubahan dalam bidang agama.
85 Wawancara Pribadi Dengan Sekertaris Ma‟had Qolbun Salim,
Amirudin Marsan Madinah .Lc. Pada Tanggal 7maret 2018, Pukul 19:40
Wib.(Lihat Lampiran)
86 Wawancara Pribadi Dengan Sekertaris Ma‟had Qolbun Salim,
Amirudin Marsan Madinah .Lc. Pada Tanggal 7 Maret 2018, Pukul 19:40
Wib.(Lihat Lampiran)
70
Setiap ma‟had yang memiliki sebuah tujuan besar untuk
memunculkan imam dan da‟i, maka akan melalui proses
yang dijalankan baik itu program pendidikan, pembentukan
keilmuan dan pembentukan mental dalam berdakwah
mensyiarkan Islam. Untuk mencapai tujuan besar tersebut
maka harus ada program pendidikan di Ma‟had Qolbun
Salim.
b. Proses Pelaksanaan Program Pendidikan Penguatan
Kapasitas Calon Da’i.
Yayasan Ihya Qolbun Salim, Merupakan salah satu
lembaga yang memiliki ma‟had pengkaderan imam dan da‟i
yang terletak di Cilandak Barat, Jakarta Selatan, berdiri
sejak tahun 2008. Yayasan ini bergerak dibidang dakwah
dan pengkaderan para da‟i yang bertujuan menguatkan
kapasitas diri para anak didiknya, sehingga nantinya bisa
terjun kemasyarakat langsung. Jadi para calon da‟i sebelum
mereka turun langsung kemasyrakat dan menjadi para tokoh
di masyarakat mereka harus memiliki karakter keislaman
yang kuat. Maka dari itu merupakan kewajiban bagi lembaga
pendidikan Ma‟had Qolbun Salim untuk membangun dan
menguatkan karakter mereka selama masa pendidikan di
ma‟had tersebut. Menurut Bapak Pendidikan Indonesia, Ki
Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan merupakan
upaya menumbuhkan budi pekerti (karakter), pikiran
(intelect) dan tubuh anak. Ketiganya tidak boleh dipisahkan,
71
agar anak dapat tumbuh dengan sempurna.87
Dalam hal ini,
pendidikan berarti menumbuh kembangkan kepribadian
serta menanamkan rasa tanggung jawab sehingga pendidikan
terhadap diri manusia adalah laksana makanan yang
berfungsi memberi kekuatan, kesehatan, dan pertumbuhan,
untuk mempersiapkan generasi yang menjalankan kehidupan
guna memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. 88
Melihat definisi diatas pendidikan tidak dapat terlepas
dari penanaman karakter. Karakter menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari pendidikan. Oleh karena itu, perlu
dipahami pula apa itu sesungguhnya karakter.
Secara harfiah, karakter artinya kualitas mental atau
moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Dalam kamus
psikologi, karakter adalah kepribadian yang ditinjau dari
titik tolak etis atau moral.89
Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.90
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun
secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan
87
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan
Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Hlm. vii.
88
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi dan
Implementasinya Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah,
Perguruan Tinggi, dan Masyarakat, Hlm. 8.
89
Suparlan Suhartono, WAWASAN PENDIDIKAN Sebuah Pengantar,
Hlm.20.
90
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi dan
Implementasinya secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah,
Perguruan Tinggi, dan Masyarakat, Hlm. 28.
72
perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan.91
Istilah karakter dalam bahasa Inggris character, berasal dari
istilah Yunani, character dari kata charassein yang berarti
membuat tajam atau membuat dalam. Karakter juga dapat
berarti mengukir. Sifat utama ukiran adalah melekat kuat
diatas benda yang diukir.92
Maka, karakter seseorang
merupakan sesuatu yang khas pada diri seseorang dan
mendarah daging dalam dirinya. Menurut Fatchul Mu‟in
karakter memiliki ciri-ciri antara lain, karakter adalah
siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain sedang
melihat kamu, karakter merupakan hasil nilai-nilai dan
keyakinan-keyakinan, karakter adalah sebuah kebiasaan
yang menjadi sifat alamiah kedua, karakter bukanlah
reputasi atau apa yang dipikirkan oleh orang lain
terhadapmu, karakter bukanlah seberapa baik kamu
daripada orang lain, karakter tidak relatif.93
Jadi bisa kita
lihat bahwa pendidikan untuk penguatan sebuah kapasitas
diri seseorang tidak bisa dipisahkan dengan lembaga
pendidikan, oleh sebab itu juga Ma‟had Qolbun Salim
dalam programnya untuk mengakader para calon imam dan
da‟i tidak bisa terlepas dari itu. Dalam proses pendidikan
tidak terlepas dari pembetukan sebuah karakter setiap
91
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan
Karakter, Hlm. 41. 92
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan
Karakter, Hlm. 41. 93
Fatchul Muin, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik
dan Praktik, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Hlm. 161.
73
individu maupun kelompok. Karakter pula dibentuk dan
diciptakan melalui sebuah proses yang panjang dari sebuah
kebiasaan dan pembiasaan diri. Melalui pembiasaan diri
dalam bidang dakwah dan para santri Ma‟had Qolbun Salim
dibekali keilmuan dasar agama islam dan pendalaman
agama islam, melalui materi agama seperti tafsir, hadis,
fiqih. Dalam pengamalan agama juga mereka dituntut untuk
mepraktikkan dikehidupan sehari-hari apa yang mereka
dapatkan bukan hanya sekedar teori, akan tetapi diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang da‟i bukan hanya mengamalkan pengetahuan
agama dan menerapkan untuk dirinya saja, tetapi lebih dari
itu untuk disampaikan kepada orang-orang yang lalai dan
lupa terhadap pengamalan agamanya. Da‟i dapat diibaratkan
sebagai seorang guide atau pemandu terhadap orang-orang
yang ingin mendapat keselamatan hidup dunia dan akhirat.
Dalam hal ini da‟i adalah seorang petunjuk jalan yang harus
mengerti dan memahami terlebih dahulu mana jalan yang
boleh dilalui dan yang tidak boleh dilalui oleh seorang
muslim, sebelum dia memberi petunjuk kepada orang lain.
Hal ini yang menyebabkan seorang da‟i memiliki kedudukan
penting ditengah masyarakat, dia disebut seorang pemuka
(pelopor) yang selalu diteladani oleh masyarakat
disekitarnya.
Segala perbuatan dan tingkah laku dari seorang da‟i akan
dijadikan tolak ukur oleh masyarakatnya. Da‟i akan berperan
sebagai seorang pemimpin ditengah masyarakat walau tidak
74
pernah dinobatkan secara resmi sebagai pemimpin.
Kemunculan da‟i sebagai pemimpin adalah atas pengakuan
masyarakat yang tumbuh secara bertahap. Oleh karena itu,
seorang da‟i harus selalu sadar bahwa segala tingkah lakunya
selalu dijadikan tolak ukur oleh masyarakatnya sehingga dia
harus memiliki kepribadian yang baik. Da‟i dalam prespektif
ilmu komunikasi dapat dikategorikan sebagai komunikator
yang bertugas menyebarkan dan menyampaikan informasi-
informasi dari sumber (source) melalui saluran yang sesuai
(chanel) pada komunikan (receiver). Untuk menjadi
komunikator yang baik dituntut adanya kredibilitas yang
tinggi yaitu suatu tingkat kepercayaan yang tinggi padanya
dari komunikannya. Komunikator yang baik adalah
komunikator yanag mampu menyampaikan informasi atau
pesan (message) kepada komunikan sesuai dengan yang
diinginkan.94
c. Program Ma’had Qolbun Salim dalam Penguatan
Kapasitas
Program Ma‟had (pendidikan Da‟i) dibuat karena
adanya kegelisahan dari Dr. Rusli Hasbi pimpinan Ma‟had
Qolbun Salim, yang melihat Indonesia memiliki populasi
terbesar di dunia. Namun, pada kenyataannya masih banyak
umat muslim Indonesia yang tidak memiliki keagamaan yang
kuat, akidah yang kuat, rasa memiliki agama yang kuat, dan
rata-rata bisa dibilang hanya Islam K.T.P saja.
94 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: cv Gaya Media
Pratama,1997), Hlm.9.
75
Dr. Rusli Hasbi berpendapat bahwa, landasan islam lebih
kuat terhadap orang-orang pesantren terutama pesantren
tradisional. Dr. Rusli Hasbi membandingkan dari segi
pemahaman agama antara lulusan pesantren dan lulusan
universitas tidaklah sama dimana lulusan pesantren lebih
mendalam dibandingkan lulusan univesitas, dengan alasan
bahwa orang pesantren itu mengkaji dan orang kuliah itu
memahami secara pintas saja tidak dikaji secara mendalam.
sedangkan orang pesantren dikaji, oleh sebab itu lulusan
pesantren dalam memahami persoalan dikaji berulang-ulang.
Oleh karena itu Indonesia perlu diperbanyak pesantren yang
khusus dalam pengkaderan ulama dan da‟i yang siap turun
kelapangan.
Karena umat muslim di Indonesia terbesar dunia,
dan masih banyak umat muslim Indonesia yang tidak
memiliki keagamaan yang kuat, akidah yang kuat,
rasa memiliki agama yang kuat, sehingga mereka
rata-rata seperti hanya islam ktp. Berbeda orang
pesantren tradisional itu kuat agamanya, dan orang
kuliahan itu tidak begitu kuat agamanya dibanding
dengan orang pesantren. Karena orang kuliah itu
memahami agama tidak sekuat orang pesantren,
orang pesantren itu mengkaji orang kuliah itu
memahami pahami secara pintas saja tidak dikaji
mendalam, islam begini ya sudah. Kalau orang
pesantren dikaji, makanya kalau orang pesantren itu
satu persoalan dikaji berulang-ulang. Oleh karena
demikian berdasarkan itu Indonesia perlu
diperbanyak pesantren. Khususnya di Jakarta yang
saya lihat banyak Universitas yang tidak mendalami
keagamaan, mungkin kamu bisa merasakan di
Fakultas Dakwah UIN hanya mengambang, Usuludin
hanya mengambang, apalagi dosenya itu liberal itu
76
lebih gawat lagi ,sedangkan yang tidak liberal saja
masih banyak mengambang, termasuk yang saya lihat
yang paling kuat itu di UIN Dirosah Islamiah, tetapi
menurut saya masih perlu di tingkatkan, jadi oleh
karena demikian latar belakang itulah yang saya buat,
saya bantu UIN, UMJ,PTIQ, LIPIA dan kampus
sekitar Jakarta untuk memahami keagamaan.
Makanya disini pelajarannya sesuai dengan
pesantren, pengkaderan ulama dan da’i jadi lebih
kepada mengkader menjadi da’i yang siap turun
kelapangan.95
Ma‟had Qolbun Salim memiliki program pendidikan
yang ada yaitu pembinaan dalam menguatkan kapasitas diri
para calon imam dan da‟i yang bertujuan bisa menjadi tokoh-
tokoh perubahan didalam masyarakat tempat mereka berada.
Dari beberapa tujuan ma‟had dalam pembinaan, menguatkan
kapasitas diri para calon da‟i.
Dasar pemikiran penyusunan kurikulum Ma‟had Qolbun
Salim terdiri dari beberapa bagian diantaranya ialah:
1. Mendalami agama
Para calon da‟i mereka diberikan materi tentang agama
untuk dikaji, sebelum mereka terjun langsung
kemasyarakat dituntut untuk menguasai materi pelajaran
yang menguatkan daya fikir mereka agar nantinya setelah
selesai dari program pendidikan tidak bingung dalam
berdakawah. Secara kemampuan ilmu pengetahuan sudah
dilatih sejak mereka mengikuti program pendidikan dalam
95 Wawancara pribadi dengan pimpinan yayasan Dr. Rusli hasbi, pada
tanggal 17 maret 2018, pukul 19:30 wib.(Lihat Lampiran)
77
penguatan kapasitas keilmuan setiap individu maupun
kelompok.
2. Penerapan ilmu agama
Dalam proses penerapan ilmu agama, para calon da‟i
bagaimana didik untuk menjadi orang yang menerapakan
pengetahuan ilmu agama yang diperoleh dalam kehidupan
sehari-hari sehingga antara pengetahuan dan pengamalan
sesuai dengan apa yang dilakukan.
3. Mengingatkan umat
Seseorang calon da‟i dituntut untuk selalu
menyampaikan sebuah kebaikan dalam mengajak para
masyarakat menuju jalan kebaikan, karena tugas seorang
da‟i, mendakwahkan ajaran agama agar tersebar luas.
Dasar pemikiran dari kepada hal yang menunjang
tercapainya tujuan tersebut, memperbanyak
keilmuan agama, fiqih, akidah dan usul fiqh,
akhlaknya dan metode dakwahnya.96
Tahapan dalam penyususnan kurikulum yang
disampaikan oleh Ustad Amirullah Marsan Madinah, Lc.
Tercapainya sebuah tujuan dengan memperbanyak
keilmuan agama meliputi fiqih, akidah, usul fiqh, ahlak
dan metode dakwah. Dari penjabaran diatas bahwa
sebagai ma‟had yang fokus dalam penguatan kapasitas
diri kepada santrianya harus memenuhi beberapa kriteria
tersebut.
96 Wawancara Pribadi Dengan Sekertaris Ma‟had Qolbun Salim,
Amirudin Marsan Madinah .Lc. Pada Tanggal 7 Maret 2018, Pukul 19:40
Wib.(Lihat Lampiran)
78
d. Materi dan Keterampilan Yang dilatih dalam Penguatan
Kapasitas
Ma‟had Qolbun Salim dalam mencapai subuah tujuan
besarnya, melakukan penguatan kapasitas calon iman dan da‟i
meiliki beberapa tujuan pembelajaran yang menjadi tolak
ukurnya. Adapapun tolak ukur tersebut terbagi dalam sebuah
kurikulum yang memacu kepada:
1. Keterampilan berdakwah.
Keterampilan dalam berdakwah merupakan bagian
dari seni yang harus dimiliki oleh setiap da‟i yang
langsung bersentuhan dengan masyarakat, oleh sebab itu
para calon da‟i benar-benar dilatih untuk memiliki
keterampilan tersebut. Keterampilan yang dilatih di
Ma‟had Qolbun Salim, mereka dibiasakan menyampaikan
ceramah didepan para santri lainya maupun langsung
kemasyarakat. Pelatihan yang diberikan kepada calon da‟i
melalui praktek langsung dengan kegiatan rutin yang
diwajibkan yaitu pada waktu pagi setelah melakukan solat
subuh. Mereka dituntut menyampaikan materi dakwah
didepan para teman-temannya sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan. Jadi setiap santri pasti mendapatkan
jadwal untuk menyamapaikan ceramah tanpa terkecuali.
Disinilah para calon da‟i melatih mental mereka untuk
berceramah.
Kalau yang saya rasakan lebih terbentuk selama
pondok ihya’ karna disini setiap sore dan pagi kita
dapat giliran ceramah menyampaikan materi
depan teman jadi secara tidak langsung saya
terbiasa, nah nanti ada program pondok juga
waktu diahir dakwah di daerah minoritas, jadi
sudah tidak takut lagi kan sudah terbiasa karna
setiap hari. Nah kalau dulu waktu diluar sih masih
kurang berani karena juga dulu waktu SMA di
pondok siapa saja yang mau ikut muhadoroh,
79
karena juga hanya orang tertentu saja yang
mau.97
Rifqi Ridhoi, yang sedang belajar selama kurang
lebih satu tahun, mental ceramah terbentuknya setelah di
Ma‟had Qolbun Salim, dengan alasan karena sebuah
kebiasaan yang selalu dilakukan setiap pagi dan sore
mereka dilatih terus mentalnya.
2. Keterampilan ilmu berdakwah, (wawasan, pengetahuan
dan materi berdakwah).
Dalam pelaksanaan program pendidikan untuk
penguatan wawasan para calon imam dan da‟i, Ma‟had
Qolbun Salim memberikan materi kepada santrinya sesuai
dengan yang mereka butuhkan, jadi selain mereka
dikuatkan mentalnya sebagai penceramah, mereka
dituntut agar pengetahuannya dalam bidang ilmu agama
islam harus sudah mereka dalami, dengan mengkaji dan
mebaca materi yang akan diplajari.
Dalam mencapai tujuan belajar untuk
memperdalam ilmu pengetahuan, maka sangat penting
bagi seorang tenaga pengajar yang profesional
dibidangnya agar nantinya apa yang disampaikan dan
diterima oleh para calon da‟i bisa dipertanggung
jawabkan kebenarannya.
Kalau untuk pengajar disini Alhamdulillah dosen-
dosen dari Saudi, Mesir, Sudan. Yang penting iya
meliki kapasitas ilmu. Pertama, harus dosen kalau
97 Wawancara Pribadi Dengan Santri Ma‟had Qolbun Salim, Rifqi
Ridhoi. Pada Tanggal 7 maret 2018, Pukul 20:00 Wib.(Lihat Lampiran)
80
ada selain dosen kami akan coba dan lihat
kapsitasnya sejauhmana.98
Dr. Rusli Hasbi sebagai pemimpin ma‟had bahwa,
standar seorang pengajar terpenting memiliki kapasitas
ilmu dibidangnya, terutama harus sorang dosen dan kalau
ada selain dosen dari pihak yayasan akan melihat
kompetensinya dalam mengajar sejauhmana kapasitasnya.
Dalam memberikan pengetahuan untuk para calon da‟i
yang dididik agar siap untuk menjadi tokoh-tokoh dalam
bidang agama yang bisa memberdayakan masyarakat dan
mapu menjadi contoh di masyarakat.
Dalam mencapai sebuah pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan yaitu penguatan kapasitas diri, setiap calon
imam dan da‟i tentunya seorang pengajar memiliki sebuah
metode dan strategi agar pencapain sesuia dengan
perencanaan yang telah disepakati oleh para tenaga
pengajar yang memberikan materi sesuai dengan bidang
yang ditekuni.
memakai dengan ceramah dan metode diskusi dan
cerita pengalaman99
Ustadz Aris Syamsudin, Lc. mengatakan metode
ceramah untuk memancing para santri agar dapat
pengetahuan yang disampaikan dan bisa memacu
pengetahuan mereka, untuk mendiskusikan materi yang
98 Wawancara Pribadi Dengan Pimpinan Ma‟had Ihya‟ Qolbun Salim,
Dr. Rusli Hasbi, Pada Tanggal 7 Maret 2018, Pukul 19:40 Wib.(Lihat
Lampiran)
99 Wawnacar Pribadi Dengan Pengajar Ma‟had Qolbun Salim, Ustad
Aris Syamsudi, Lc, Tanggal 3 Maret, Pukul 20:00 Wib. (Lihat Lampiran )
81
telah disampaikan. Dengan cerita pengalaman dengan
tujuan agar memotivasi, dengan itu para calon, da‟i bisa
mengambil kesimpulan dari cerita tersebut dan hikmahnya
untuk diterapkan dalam cara belajar mereka.
Strategi dalam mencapai sebuah tujuan pembelajar
sangat banyak metodenya akan tetapi strategi yang
dipakai oleh para pengajar di Ma‟had Qolbun Salim
sesuai dengan yang telah disampaikan oleh ustadz Haris
Syamsudin dengan ceramah dan metode diskusi dan cerita
pengalaman.
Mereka diajak betul-betul untuk berkomitmen
belajar, semua program yang dari pesantren itu
mereka harus memenuhi 80 % lebih. Jadi kami
terus menggenjot mengurangi bermain, mereka
harus serius dalam waktu 4 tahun.100
Dengan konsiten para dewan pengajar
berkomitmen untuk membentuk generasi muda para calon
imam dan da‟i mereka diajak untuk betul-betul serius
dalam mengikuti proses pembelajaran yang telah
disepakati bersama, dengan sebab itu selama empat tahun
mereka dimintak berkomitmen agar tercapainya proses
pembelajaran seperti yang diinginkan.
3. Materi dakwah yang dipelajari.
Setiap proses pembelajaran yang telah
diberlakukan dalam mencapai tujuan maka memiliki
100
Wawancara Pribadi Dengan Pimpinan Ma‟had Ihya‟ Qolbun
Salim, Dr. Rusli Hasbi, Pada Tanggal 7 Maret 2018, Pukul 19:40 Wib.(Lihat
Lampiran)
82
materi yang akan dipelajari, sehingga tolak ukur dalam
pembelajaran bisa diukur melalui porsi materi yang akan
dikaji dan pelajari. Melihat dari sebuah porsi materi yang
telah dipalajari, maka berapa bobot atau presentase setiap
pelajaran.
Sesuai dengan tujuan pesantren, kebutuhan
pengkaderan ulama dan da’i itu banyak sekali
kami ambil poin tertinggi, seorang da’i harus,
menguasai hukum fiqih, itu kami titik beratkan,
kemudian hukum fiqih berpengaruh dengan
usul fiqh kami tinggkatkan, kemudian ulama
dan da’i kuat akidah, dan harus memahami al-
Qur’an dan hadis itu kami tingkatkan kemudian
metodologi dakwah kami mantapkan, karena
ulama yang aktif agresif, yang memahami
kehendak masyrakat kalau susuai dengan
prinsip-prinsip agama dia dukung dan dia
bantu, dia benarkan kesitu arahnya. Karena itu
materi-materi pokok semua sama porsinya.
Kenapa itu semua materi-materi pokok karena
kami tidak mengajarkan materi tunjangan
karena yang dari kuliah itu materi tunjangan.101
Dalam materi dakwah seperti yang dikatakan oleh
pimpinan Ma‟had Qolbun Salim Dr. Rusli Hasbi, bahwa
materi atau poin tertinggi, seorang da‟i harus menguasai
hukum fiqih, jadi penekanannya pada materi hukum fiqih
untuk menunjang kebutuhan keilmuan para da‟i sehingga
setelah mereka menjalani sebuah proses pembelajaran,
mereka sudah menguasai materi tersebut. Kemudian
terfokus dari materi itu ada keterkaitannya dengan usul
fiqih, sehingga lebih ditingkatkan. Dengan akidah
seorang da‟i lebih yakin dengan pedoman islam, al-
Qur‟an dan hadis. Dari beberapa penekanan materi yang
101 Wawancara Pribadi Dengan Pimpinan Yayasan Ihya‟ Qolbun
Salim, Dr. Rusli Hasbi, Pada Tanggal 7maret 2018, Pukul 19:40 Wib.(Lihat
Lampiran)
83
dipelajari oleh para calon da‟i bertujuan agar nantinya
mereka terjun kemasyarakat sudah terbiasa dalam segi
keilmuan dengan materi-materi yang telah mereka
dapatkan dan dikaji secara mendalam. Materi dalam
pembelajaran untuk menguatkan kapasitas seorang da‟i
diharuskan oleh setiap individu maupun kelompok untuk
bisa memahaminya, karena dengan materi yang diajarkan
oleh para ustadz nantinya bisa menjadi acuan ketika
berada ditengah-tengah masyrakat. Dalam proses
pembelajaran seorang ustadz seharusnya memiliki
beberapa cara agar bisa memberi sebauh stimulus untuk
menguatkan nalar dan ketajaman rohani para anak
didiknya, dengan memeberikan contoh permasalahan
terkini ini merupakan sebuah strategi yang dilakukan oleh
dewan pengajar sehingga dengan metode itu mereka bisa
terpacu nalarnya.
Dengan memberikan contoh terkini tentang
permasalahan fiqih dan syar’i yang lain agar
mereka bisa memahami secara detail. Berkaitan
dengan Penguatan pemahaman secara tafsir dan
hadis dan ayat yang ada.102
Dengan penguatan rohani dan nalar dikuatkan
secara pemahaman tafsir dan hadisnya dan ayat-ayat yang
ada. Dari pemahaman tafsir yang secara mendalam maka
akan lebih mengerti apa yang terkandung dalam ayat dan
hadis yang dikaji.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi Hasil (outcames), diarahkan pada evaluasi
keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program
terhadap penerima layanan (recepients). Pertanyaan utama yang
102 Wawancara Pribadi DenganPengajar Ma‟had Ihya‟ Qolbun Salim,
Ustad Aris, Pada Tanggal 3 Maret 2018, Pukul 20:40 Wib.(Lihat Lampiran)
84
muncul dari evaluasi ini adalah: Bila suatu program telah
berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima layanan akan
menjadi berbeda setelah dia menerima layanan tersebut.
Berdasarkan pertanyaan ini seorang evaluator akan
mengkontruksikan kriteria keberhasilan dari suatu program.
Kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai
dengan kemajuan suatu program (berorientasi pada program =
program oriented) ataupun pada terjadinya perubahan prilaku
dari klien (berorientasi pada klien = client oriented.103
1. Visi dan Misi
Visi utama dari didirikanya pesantren ini adalah
melakukan pengkaderan dan pembekalan bagi para calon
ulama dan pendakwah yang mampu mewarnai umat menuju
pengamalan ajaran islam yang benar. 104
Misi
a. Mengkader ulama yang bersifat da‟i.
b. Menghidupkan syiar Islam melalui kegiatan dakwah yang
berkasinambungan.
c. Memperkenalkan Islam melalui pendidikan yang berbasis
al-Qur`an dan Sunnah.
d. Mendukung kegiatan-kegiatan sosial dan kemasyarakatan
yang berpihak.
103Isbandi Rukminto Adi. Pemberdayaan, Pengembangan
Masyarakat, Hlm.128-129.
104
Https://Mahadqs.Wordpress.Com/Category/Profil/; Internet;
Diunduh Pada 16 Maret 2017, (Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2018)
85
2. Indikator keberhasilan
a. Ada yang mengajar di pesantren
b. Ada yang mendirikan pesantren
c. Ada yang menjadi penceramah didaerahnya
d. Menjadi tokoh di masyrakatnya
Dalam beberapa indikator diatas bahwa setandar dari
keberhasilanya mengacu dari hal tersebut seperti yang telah
dikatakan oleh pimpinam Ma‟had Qolbun Salim.
Ada yang mengajar di pesantren ada yang mendirikan
pesantren, ada yang menjadi penceramah didaerahnya,
menjadi tokoh di masyrakatnya dan melanjutkan S2-S3 di
luar dan didalam negri. Dan kalau hanya menjadi pengisi
khutbah itu udah biasa karena keseharian mereka
diajarkan berceramah dan cirihas mereka kalau
menyamapaikan sesuatu dikaji mendalam misal seperti
rukun solat jumaat dikupas sejarah.
Dari hal yang disamapaiakan oleh pimpinan ma‟had bahwa
memeiliki beberapa ciri has dalam proses penyampaian materi
dakwah yang menjadi penceramah di masyarakat.
86
B. ANALISIS
1. Evaluasi Input
Dalam proses evaluasi ini tiga unsur utama yang trekait
dengan evaluasi input adalah klien, staf, program. Variabel
staf meliputi aspek demografi dari staf seperti: latar belakang
pendidikan staf dan pengalaman staf. Dalam evaluasi input
empat kriteria yang dapat diketahui, baik sendiri-sendiri
maupun secara keseluruhan.105
a. Evaluasi Syarat Pendidik
Ma‟had Qolbun Salim dalam proses pembelajaran memiliki
beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh pengajar yaitu:
Kalau untuk pengajar disini alhamdulillah dosen dua dari
Saudi, Mesir, Sudan. Yang penting iya memiliki kapasitas
ilmu. Harus dosen kalau ada selain dosen kami akan coba
dan lihat kapsitasnya sejauh mana.
Dalam penentuan kriteria pengajar telah ditentukan langsung
oleh pimpinan ma‟had yaitu Dr. Rusli Hasbi, M.A.
Sebagaimana yang disampaikannya. Melihat para pengajar
bisa dikatakan memenuhi syarat karena yang ditentukan oleh
pimpinan podok untuk minimalnya seorang dosen yang sudah
berpengalaman dalam mengajar dan sesuai dibidangya.
Seperti Ustadz Amirudin Madinah, Lc, dan Ustadz Aris
Syamsudin, Lc. Mereka merupakan lulusan Dari Timur Tengah
Mesir.
105
Isbandi RukmintoAdi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat
dan IntervensiKomunitas (Penganta Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis,
Hlm. 129.
87
b. Evaluasi Syarat peserta
Persyaratan:106
1. Laki-laki tidak merokok.
2. Berstatus mahasiswa disalah satu perguruan tinggi agama
Islam.
3. Memiliki komitmen terhadap dakwah.
4. Energik dan tidak putus asa.
5. Mengisi formulir pendaftaran.
6. Foto kopi ijazah MA atau SLTA.
7. Foto kopi KTP, dan Pas foto 4×6 cm sebanyak 4 lembar.
Dalam analisa proses input syarat peserta merupakan hal
yang terpenting karena dengan adanya syarat maka sebuah
proses rekrutmen sudah sesuai atau belum. Melihat dari
beberapa hal yang telah dilakukan oleh Ma‟had Qolbun
Salim untuk proses seleksi calon anggota baru, untuk proses
seleksi berkas telah dipenuhi. Sedangkan untuk syarat
pendaftar harus bersetatus mahasiswa telah terpenuhi bisa
dilihat dari beberapa Universitas yang berada Djabodetabek
seperti, UIN Syarif Hidayatullah, PTIQ, LIPIA yang menjadi
peserta didiknya. Dilihat dari beberapa mahasiswa
dibeberapa kampus yang ada maka proses evaluasi input
sudah memenuhi kriteria diatas.
c. Evaluasi Fasilitas Program
Dalam proses pendidikan setelah dinyatakan lulus dari
proses seleksi maka akan ada anggota baru yang menjadi
106 Https://Yiqs.Wordpress.Com/Page/2/; Internet; Diunduh Pada 22
November 2010, (Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2018)
88
tanggung jawab Ma‟had Qolbun Salim untuk benar-benar
dididik sesuai dengan tujuan ma‟had dalam proses
pembinaanya. Adapun fasilitas yang diberkan kepada seluruh
anggota baru maupun lama sesuai dengan kebutuhan.
Fasilitas yang diberikan, asrama tempat tinggal,
balai belajar, makan dan minum, ada kendaraan
inventaris untuk ma’had, dan fasilitas para
pengajar dan ustadz dalam membimbing para
santri, semua itu kami berikan secara gratis tidak
ada pungutan biaya apapun.107
Melihat fasilitas yang diberikan Ma‟had Qolbun Salim
dari kebutuhan pokok, tempat tinggal, dan fasilitas materi
keilmuan mereka berikan secara gratis tampa membebankan
bagi para santrinya, sehingga mereka difokuskan untuk
belajar dan mengikuti program sesuai dengan ketentuan.
Dengan melihat beberapa hal dalam fasilitas yang diberikan
dapat dikatakan sesuai dengan yang telah dikatakan oleh
sekertaris Ma‟had Amirudin Marsan Madinah. Untuk
fasilitas program telah terpenuhi sesuai dengan yang
ditentukan. Fasilitasnya bisa dilihat dari adanya balai
mengajar asrama temapattingaal dan fasilitas lainya yang
sudah ada.
2. Evaluasi Proses
Evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses
kegiatan yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan rencana
yang telah dirumuskan. Proses kegiatan program pendidikan
107 Wawancara Pribadi Dengan Sekertaris Ma‟had Qolbun Salim,
Amirudin Marsan Madinah .Lc. Pada Tanggal 7 Maret 2018, Pukul 19:40
Wib.(Lihat Lampiran)
89
pengutan kapasitas diri yang telah dilaksanakan Ma‟had
Qolbun Salim meliputi beberapa tahapan. Proses perencanaan
yang dilakukan dari mulai target rekrutmen, waktu, efesiensi
tempat, peraturan, prosedur sampai penerimaan mereka
lakukan dengan bertahap sehingga mereka melakukan
perencanaan melalui kesepakatan dan musyawarah yang telah
dilakukan bersama dengan para jajaran pendiri sampai
pengajar. Dari latar belakang tersebut bisa dilihat bahwa
proses perencanaan telah dilakukan dengan baik.
a. Evaluasi Proses Rekrutmen
Dalam proses rekrutmen Ma‟had Qolbun Salim cukup
selektif dan sesui dengan perencanaan apa yang menjadi
tujuan besarnya dalam merekrut sudah memenuhi
prosesnya yaitu:
Persyaratan dalam proses rekrutmen:108
1. Laki-laki tidak merokok
2. Berstatus mahasiswa disalah satu perguruan tinggi
agama Islam
3. Memiliki komitmen terhadap dakwah
4. Energik dan tidak putus asa
5. Mengisi formulir pendaftaran dengan menyertakan.
6. Foto kopi ijazah MA atau SLTA danfoto kopi KTP.
7. Pas foto 4×6 cm sebanyak 4 lembar
Proses rekrutmen merupakan sebuah rutinitas tahunan
yang diadakan oleh pihak Ma‟had Qolbun Salim,
bertujuan untuk menjaring para anggota baru yang
nantinya akan melanjutkan regenerasi para pendahulunya.
Dengan itu sebuah proses regenerasi anggota tidak
terputus ada generasi yang melanjutkan sehingga tetap
108 Https://Yiqs.Wordpress.Com/Page/2/; Internet; Diunduh Pada 22
November 2010, (Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2018)
90
eksis. Proses rekrutmen Para calon imam dan da‟i,
meliputi beberapa tahapan panjang, karena setiap tahapan
dari pendaftaran mereka menyiapkan beberapa berkas
yang harus dipenuhi sebagai data penunjang, sebagai
pihak ma‟had yang menjadi panitia seleksi dan memeriksa
berkas kelengkapan yang telah disiapkan. Dari berkas
tersebut bisa dilihat latar belakang para peserta yang
mengikuti. Dengan proses tersebut agar para panitia bisa
menggambarkan dari mana saja para pendaftar sehingga
bisa menentukan para pendaftar sudah memenuhi syarat
atau belum. Dalam seleksi berkas merupakan sebuah
langakah untuk mengidentifikasi kriteria calon imam dan
da‟i. Dengan adanya proses tersebut prosedur prekrutan
anggota baru sudah sesuai dengan kriteria.
b. Evaluasi Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan mereka
telah menyusun sebuah kurikulum belajar dan target
untuk mencapai pembelajaran. Dalam berjalannya proses
belajar yaitu sesuai dengan yang telah disepakati oleh para
dewan pengajar. Dengan itu berjalanya waktu belajar dan
para santri mengikuti sesuai dengan apa yang telah
ditentukan.
Dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan
kurang berjalan semestinya dengan apa yang telah
direncanakan. Sehingga secara keseluruhan program
materi dalam pengutan kapasitas, efesiensinya dan
91
efektivitas program pendidikan yang dilakukan dengan
adanya pengajar yang tinggal diluar sehingga tidak tepat
waktu dan terkadang ada kekosongan jam belajar.
Kekurangan mungkin dari segi pengajar banyak
yang tinggal diluar, mereka banyak juga
kesibukan lain, sering juga terkadang kosong,
akan tetapi ada inisiatif dari santri untuk mengisi
kekosongan dan mengkaji pelajaran seperti
biasa.109
Seperti yang dikatakan oleh fadli yang telah mengikuti
proses pembelajaran, kekurangannya dalam hal tersebut.
Akan tetapi dalam dampak yang dirasakan tebilang
adanya perubahan dalam diri mereka.
Ya dari sini si lebih karena wawasan ada ilmunya
ada dan wawasan sosial ada. Mungkin saya si ada
kemajuan disini pasti ada, ya lebih ini aja ni
belajar menyampaikan ya karena itu tadi secara
keilmuan perkembangan secara wawasan sosial
juga lebih banyak itu mempengaruhi mental
pastinya itu, dan belajar berdakwah
mempengaruhi.
Ketika di kampung halaman ada sebagian menjadi
penceramah atau jadi imam di kampung. Ada sebagian
juga yang jarang, sehingga tidak semua santri ketika di
kampung halaman menjadi penceramah dikegiatan
keagamaan.
Dikit si, mungkin teraweh, ceramah tapi jarang
waktu di kampung.110
109 Wawancara Pribdi Dengan Fadli Sebagai Alumni 2017 Yang
Telah Selesai Mengikuti Program. Pada 9 Maret 2018, pukul 20:00 Wib (lihat
Lampiran) 110
Wawancara Pribdi Dengan Beril Amal , Santri Yang Mengikuti
Program. Pada 9 Maret 2018, pukul 20:00 Wib (lihat Lampiran)
92
Seperti yang dirasakan oleh Beril Amal damapaknya
dalam keilmuan, wawasan sosial dan mental berdakwah.
Dari paparan diatas bahwa adanya damapak yang
dirasakan selama mengikuti proses pembelajar.
c. Evaluasi Program Penguatan Kapasitas
Yayasan Ihya Qolbun Salim memiliki program
pendidikan yang ada di ma‟had yaitu pembinaan dalam
menguatkan kapasitas diri para calon imam dan da‟i yang
bertujuan bisa menjadi tokoh-tokoh perubahan didalam
masyarakat tempat mereka berada. Dari beberapa tujuan
ma‟had dalam pembinaan, menguatkan kapasitas diri para
calon da‟i.
1. Mendalami Agama
2. Penerapan Ilmu Agama
3. Mengingatkan Umat.
Dari tiga program diatas bahwa untuk melihat
efektifitasnya maka dapat dinilai dengan.111
1. Tujuan dan Penilaian terhadap kebutuhan program,
untuk kebutuhannya bisa dinilai bahwa program
tersebut hal yang harus dikuasi karean itulah
pengutan yang diperluan.
2. Standar atau komposisi dari program
Dari ketiga program tersebut tentunya memiliki
presentasi bobot materi, sehingga dalam
111
Isbandi RukmintoAdi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat
dan IntervensiKomunitas (Penganta Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis,
Hlm. 129.
93
pencapaianya sudah memenuhi standar atau belum,
seperti yang telah diungkapkan oleh Ustadz Amir
bahwa presentasenya setiap materi.
Secara komposisi Ihya Qolbun Salim hampir
semua bermuatan dakwah dan materi dakwah
secara merata. sekitar 40 % pengetahuanya para
santi itu di kuatkan agar secara pemikiranya
mereka matang dalam pengetahuan agama.
Secara materi semua yang diberikan bermuatan
dakwah dan keilmuan para santri. Sekitar 30%
keterampilan mereka berceramah, karna setiap
dari santri mendapat giliran berceramah setip
harinya menyampaikan tausiah.
Kalau dilihat dari target pencapaian diatas bahwa untuk
muatan materi dan pembentukan mental para santri
terbilang memenuhi, karena melihat dari para santrinya
benar-benar didik sehingga dari yang awalnya yang masih
bingun untuk tampil di masyrakat mereka menjadi lebih
berani dan secara spontan bisa menyampaikan materi.
Dilihat dari evaluasi efisiensi, evaluasi efektivitas,
evaluasi dampak, evaluasi tujuan dan evaluasi
kebijakan.112
Dari kelima kriteria ini damapak dan
efektifitasnya terbilang terpenuhi, ini bisa dilahat
damapak yang dirasakan oleh Ridoni sebagai santrinya.
Mental dalam berdakwah baik itu ceramah atau
terjun langsung kemasyarakat saya rasakan lebih
terbentuk disini mentalnya karna dulu kalo diluar
belum terlalu berani mentalnya berlum terbangun
lah, kan saya juga dulu pernah pesantren di
112 Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: UIN
Jakarta Press), Hlm.125
94
Kalimantan, kalau mau ceramah itu harus cari
materi dulu agak lama lah, tapi selama disini saya
sudah terbiasa kalo ada yang minta jadi
penceramah si dadakan juga sudah bisa mau
bahas apa lebih santai tidak gugup tidak kaku
kaya dulu.
Dari hal tersebut bisa dinilai berdampak ketika mengikuti
proses belajar dengan adanya perubahan yang dirasakan
dalam setiap kegiatan dilakukan oleh Ma‟had Qolbun Salim.
d. Evaluasi Materi dan Keterampilan yang Dilatih dalam
Penguatan Kapasitas
Ma‟had Qolbun Salim dalam mencapai subuah tujuan
besarnya, melakukan penguatan kapasitas calon iman dan
da‟i memiliki beberapa tujuan pembelajaran yang menjadi
tolak ukurnya. Adapapun tolak ukur tersebut terbagi dalam
sebuah kurikulum yang memacu kepada:
1. Keterampilan berdakwah.
Keterampilan dalam berdakwah merupakan bagian
dari seni yang harus dimiliki oleh setiap da‟i yang
langsung bersentuhan dengan masyarakat, oleh sebab itu
para calon da‟i benar-benar dilatih untuk memiki
keterampilan tersebut. Keterampilan yang dilatih di
Ma‟had Qolbun Salim, mereka dibiasakan menyampaikan
ceramah didepan para santri lainya maupun langsung
kemasyarakat. Pelatihan yang diberikan kepada calon da‟i
melalui praktek langsung dengan kegiatan rutin yang
diwajibkan yaitu pada waktu pagi setelah melakukan solat
subuh. Mereka dituntut menyampaikan materi dakwah
didepan para teman-temannya sesuai dengan jadwal yang
95
telah ditentukan. Jadi setiap santri pasti mendapatkan
jadwal untuk menyamapaikan ceramah tanpa terkecuali.
Disinilah para calon da‟i melatih mental mereka untuk
berceramah.
Kalau yang saya rasakan lebih terbentuk selama
pondok ihya’ karna disini setiap sore dan pagi kita
dapat giliran ceramah menyampaikn materi depan
teman jadi secara tidak langsung saya terbiasa,
nah nanti ada program pondok juga waktu diahir
dakwah di daerah minoritas, jadi sudah tidak takut
lagi kan sudah terbiasa karna setiap hari. Nah
kalo dulu waktu diluar sih masih kurang berani
karena juga dulu waktu SMA di pondok siapa saja
yang mau ikut muhadoroh, karna juga hanya
orang tertentu saja yang mau.113
Sebagai calon iman dan da‟i yang sedang belajar
selama kurang lebih satu tahun, mental ceramah
terbentuknya setelah di Ma‟had Qolbun Salim, dengan
alasan karena sebuah kebiasaan yang selalu dilakukan
setiap pagi dan sore mereka dilatih terus mentalnya.
2. Keterampilan ilmu berdakwah, (wawasan, pengetahuan
dan materi berdakwah).
Dalam pelaksanaan program pendidikan untuk
penguatan wawasan para calon imam dan da‟i, Ma‟had
Qolbun Salim memberikan materi kepada santrianya
sesuai dengan yang mereka butuhkan, jadi selain mereka
dikuatkan mentalnya sebagai penceramah, mereka
dituntut agar pengetahuannya dalam bidang ilmu agama
113 Wawancara Pribadi Dengan Santri Ma‟had Qolbun Salim, Rifqi
Ridhoi. Pada Tanggal 7 maret 2018, Pukul 20:00 Wib.(Lihat Lampiran)
96
islam harus sudah mereka dalami, dengan mengkaji dan
mebaca materi yang akan diplajari.
Dalam mencapai tujuan belajar untuk
memperdalam ilmu pengetahuan, maka sangat penting
bagi seorang tenaga pengajar yang professional
dibidangnya agar nantinya apa yang disampaikan dan
diterima oleh para calon da‟i bisa dipertanggung
jawabkan kebenarannya.
Kalau untuk pengajar disini Alhamdulillah dosen-
dosen dari Saudi, Mesir, Sudan. Yang penting iya
meliki kapasitas ilmu. Pertama. harus dosen kalau
ada selain dosen kami akan coba dan lihat
kapsitasnya sejauhmana.114
Dalam mencapai sebuah pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan yaitu penguatan kapasitas diri, setiap calon
imam dan da‟i tentunya seorang pengajar memiliki sebuah
metode dan strategi agar pencapain sesuia dengan
perencanaan yang telah disepakati oleh para tenaga
pengajar yang memberikan materi sesuai dengan bidang
yang ditekuni.
Memakai dengan ceramah dan metode diskusi dan
cerita pengalaman115
Metode ceramah untuk memancing para santri
agar dapat pengetahuan yang disampaikan dan bisa
114 Wawancara Pribadi Dengan Pimpinan Ma‟had Ihya‟ Qolbun
Salim, Dr. Rusli Hasbi, Pada Tanggal 7 Maret 2018, Pukul 19:40 Wib.(Lihat
Lampiran)
115 Wawnacar Pribadi Dengan Pengajar Ma‟had Qolbun Salim, Ustad
Aris Syamsudi, Lc, Tanggal 3 Maret, Pukul 20:00 Wib. (Lihat Lampiran )
97
memacu pengetahuan mereka, untuk mendiskusikan
materi yang telah disampaikan. Dengan cerita pengalam
dengan tujuan agar memotivasi, dengan itu para calon,
da‟i bisa mengambil kesimpulan dari cerita tersebut dan
mengambil hikmahnya untuk diterapkan dalam cara
belajar mereka.
Strategi dalam mencapai sebuah tujuan pembelajar
sangat banyak metodenya akan tetapi strategi yang
dipakai oleh para pengajar di Ma‟had Qolbun Salim
sesuai dengan yang telah disampaikan oleh ustadz Haris
Syamsudin dengan ceramah dan metode diskusi dan cerita
pengalaman.
Mereka diajak betul-betul untuk berkomitmen
belajar, semua program yang dari pesantren itu
mereka harus memenuhi 80 % lebih jadi kami
terus menggenjot mengurangi bermain, mereka
harus serius dalam waktu 4 tahun.116
Dengan konsiten para dewan pengajar
berkomitmen untuk membetuk generasi muda para calon
imam dan da‟i mereka di ajak untuk betul-betul serius
dalam mengikuti proses pembelajaran yang telah
disepakati bersama, dengan sebab itu selama empat tahun
mereka dimintak berkomitmen agar tercapainya proses
pembelajaran seperti yang di inginkan.
3. Materi dakwah yang dipelajari.
116
Wawancara Pribadi Dengan Pimpinan Ma‟had Ihya‟ Qolbun Salim, Dr.
Rusli Hasbi, Pada Tanggal 7 Maret 2018, Pukul 19:40 Wib.(Lihat Lampiran)
98
Setiap proses pembelajaran yang telah
diberlakukan dalam mencapai tujuan maka memiliki
materi yang akan dipelajari, sehingga tolak ukur dalam
pembelajaran bisa diukur melalui porsi materi yang akan
dikaji dan pelajari. Melihat dari sebuah porsi materi yang
telah di palajari, maka berapa bobot atau presetase setiap
pelajaran.
Sesuai dengan tujuan pesantren, kebutuhan
pengkaderan ulama dan da’i itu banyak sekali
kami ambil poin tertinggi, seorang da’i harus,
menguasai hukum fiqih, itu kami titik beratkan,
kemudian hukum fiqih berpengaruh dengan
usul fiqh kami tinggkatkan, kemudian ulama
dan da’i kuat akidah, dan harus memahami al-
Qur’an dan hadis itu kami tingkatkan kemudian
metodologi dakwah kami mantapkan, karna
ulama yang aktif agresif, yang memahami
kehendak masyrakat kalau susuai dengan
prinsip-prinsip agama dia dukung dan dia
bantu, dia benarkankesitu arahnya. Karna itu
materi-materi pokok semua sama porsinya.
Kanpa itu semua materi-materi pokok karena
kami tidak mengajarkan materi tunjangan
karena yang dari kuliah itu materi tunjangan.117
Dalam materi dakwah seperti yang dikatakan oleh
pimpinan Ma‟had Qolbun Salim Dr. Rusli Hasbi, bahwa
materi atau poin tertinggi, seorang da‟i harus menguasai
hukum fiqih, jadi penekanannya pada materi hukum fiqih
untuk menunjang kebutuhan keilmuan para da‟i sehingga
117 Wawancara Pribadi Dengan Pimpinan Yayasan Ihya‟ Qolbun
Salim, Dr. Rusli Hasbi, Pada Tanggal 7maret 2018, Pukul 19:40 Wib.(Lihat
Lampiran)
99
setelah mereka menjalani sebuah proses pembelajaran,
mereka sudah menguasai materi tersebut. Kemudian
terfokus dari materi itu ada keterkaitannya dengan usul
fiqih, sehingga lebih ditingkatkan. Dengan akidah
seorang da‟i lebih yakin dengan pedoman islam, al-
Qur‟an dan hadis. Dari beberapa penekan materi yang di
pelajari oleh para calon da‟i yang bertujan agar nantinya
mereka terjun kemasyarakat sudah terbiasa dalam segi
keilmuan dengan materi-materi yang telah mereka
dapatkan dan dikaji secara mendalam.
Materi dalam pembelajaran untuk menguatkan
kapasitas seorang da‟i diharuskan oleh setiap individu
maupun kelompok bisa memahaminya, karena dengan
materi yang diajarkan oleh para ustadz nantinya bisa
menjadi acuan ketika berada ditengah-tengah masyrakat.
Dalam proses pembelajaran seorang ustad seharusnya
memiliki beberapa cara agar bisa memberi sebauh
stimulus untuk menguatkan nalar dan ketajamn rohani
para anak didiknya, dengan memeberikan contoh
permasalahna terkini ini merupakan sebuah strategi yang
dilakukan oleh dewan pengajar sehingga dengan metode
itu mereka bisa terpacu nalarnya.
Dengan memberikan contoh terkini tentang
permasalahan fiqih dan syar’i yang lain
agar mereka bisa memahami secara detail.
100
Berkaitan dengan Penguatan pemahaman secara
tafsir dari dan hadis dan ayat yang ada.118
Dengan penguatan rohani dan nalar yang dikuatkan
secara pemahaman tafsir, hadis dan ayat-ayat yang ada.
Dari pemahaman tafsir yang secara mendalam maka akan
lebih mengerti apa yang terkandung dalam ayat dan hadis
yang dikaji.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi Hasil (outcames), diarahkan pada evaluasi
keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program
terhadap penerima layanan (recepients). Pertanyaan utama
yang muncul dari evaluasi ini adalah: Bila suatu program
telah berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima
layanan akan menjadi berbeda setelah dia menerima
layanan tersebut. Berdasarkan pertanyaan ini seorang
evaluator akan mengkontruksikan kriteria keberhasilan dari
suatu program. Kriteria keberhasilan ini akan dapat
dikembangkan sesuai dengan kemajuan suatu program
(berorientasi pada program = program oriented) ataupun
pada terjadinya perubahan prilaku dari klien (berorientasi
pada klien = client oriented.119
118 Wawancara Pribadi DenganPengajar Ma‟had Ihya‟ Qolbun Salim,
Ustad Aris, Pada Tanggal 3 Maret 2018, Pukul 20:40 Wib.(Lihat Lampiran)
119
Isbandi Rukminto Adi. Pemberdayaan, Pengembangan
Masyarakat, Hlm.128-129.
101
Melihat Dari Visi maka dapa dinilai sudah berapa jauh
keberhasinyanya program ini.
Visi utama dari didirikanya pesantren ini adalah
melakukan pengkaderan dan pembekalan bagi para calon
ulama dan pendakwah yang mampu mewarnai umat menuju
pengamalan ajaran islam yang benar. 120
Misi
a. Mengkader ulama yang bersifat da‟i.
b. Menghidupkan syiar Islam melalui kegiatan dakwah
yang berkasinambungan.
c. Memperkenalkan Islam melalui pendidikan yang
berbasis al-Qur`an dan Sunnah.
d. Mendukung kegiatan-kegiatan sosial dan
kemasyarakatan yang berpihak.
Pada evaluasi hasil ini terbagi ke dalam lima bagian:
1. Evaluasi efisiensi yaitu analisis hubungan anatara
pencapaian output dengan input atau rasio pencapaian
output dengan populasi sasaran yang membutuhkan
pelayanan.
Dari segi efesiensi program terbilang sudah
cukup karena mereka memiliki perubahan dengan
adanya beberapa inisiatif yang mereka lakukan
ketika pengajar tidak bisa mengajar, ada beberapa
santri yang langsung menggantikan. Ini sesuai
dengan apa yang menjadi kewajiban seorang da‟i,
120 Https://Mahadqs.Wordpress.Com/Category/Profil/; Internet;
Diunduh Pada 16 Maret 2017, (Diakses Pada Tanggal 16 Januari 2018)
102
mampu memposisikan diri dalam keadaan apapun.
2. Evaluasi efektivitas yaitu analisis hubungan antara
outputs dengan outcomes.
Dalam segi efektivitas seperti yang
dirasakan oleh Fadli, sebagai alumi yang baru
selesai, hasil yang dirasakan pada dirinya banyak
perubahan dalam mental, keilmuan dan
pengalaman, jadi bisa dilihat bahwa programnya
tebilang efektif.
Alhamdulillhan , pesantren ini, dalam segi
keilmuan seperti membaca kitab dan
sebagainya , alhamdulillah ada perkembangan,
dan juga dalam organisasinya yaitu khususnya
pesantren ini, dan saya juga pernah menjadi
ketua disini dan mengiukuti kegiatan-kegiatan
dakwah disini.
Selama saya disini banyak sekali yang
saya dapat terutama dalam program
pengiriman da’i, dan dalam perogram dai, saya
banyak berlatih dalam berdakwah, dan juga
segi masyarakatnya, dan saya juga disini
terlibat dalam organisasi yang mana disini juga
ikatan mahasantri ihya’ saya terlibat menjadi
bagian bahasa, ibadah dan terahir jadi ketua
ikatan mahasantri, dan ahirnya juga saya
banyak belajar berorganisasi dalam sekala
kecil dan ikut terlibat beberapa pelatihan,
khutbah, penulisan, dan dari situ saya
mendapat pengalaman itu salah satu faktor
perkembangan dalam diri saya sendiri.121
121 Wawancara Pribdi Dengan Fadli Sebagai Alumni 2017 Yang
Telah Selesai Mengikuti Program. Pada 9 Maret 2018, pukul 20:00 Wib (lihat
Lampiran)
103
3. Evaluasi dampak dan keberlanjutan program
adalah analisis hubungan antara dampak pelayanan
yang positif dan negatif dibandingkan dengan
outcomes.
Dampak dari kegiatan program adalah dalam
pembentukan mental ceramah tampil di
masyarakat sebelum mengikuti program dan
selama mengikuti program adalah dari beberapa
para santri yang diwawancarai, yang dilakukan
oleh Ma‟had Qolbun Salim mereka lebih
menguasai dan terlihat ada beberapa perubahan
sehingga mereka lebih terpacu dalam
meningkatkan kapasitas diri mereka yang dulunya
belum terlalu menonjol, sekarang sudah terlihat.
Dengan beberapa alasan yang disampaikan santri
yang telah mengikuti program tersebut.
Dari dampak yang dirasakan oleh para
santri Ma‟had Qolnun Salim, dapat kita lihat dari
beberapa pemaparan yang telah mereka sampaikan
sesuai dengan hasil wawancara yang telah
dilakukan.
Kalau yang saya rasakan lebih terbentuk
selama pondok ihya, karna disini setiap sore dan
pagi kita dapat giliran ceramah menyampaikn
materi depan teman jadi secara tidak langsung
saya terbiasa, nah nanti ada program pondok juga
waktu di ahir dakwah di daerah minoritas, jadi
sudah tidak takut lagi kan sudah terbiasa karna
setiap hari. Nah kalo dulu waktu diluar sih masih
104
kurang berani karena juga dulu waktu SMA di
pondok siapa saja yang mau ikut muhadoroh,
karna juga hanya orang tertentu saja yang mau.
Itulah dampak langsung yang dirasakan oleh rifqi
sebagai santri yang mengikuti proses
pembelajarannya.
Mental dalam berdakwah baik itu ceramah atau
terjun langsung ke masyarakat saya rasakan lebih
terbentuk disini mentalnya karna dulu kalo di luar
belum terlalu berani mentalnya berlum terbangun
lah, kan saya juga dulu pernah pesantren di
Kalimantan, kalau mau ceramah itu harus cari
materi dulu agak lama lah, tapi selama di sini saya
sudah terbiasa kalau ada yang minta jadi
penceramah dadakan juga sudah bisa mau bahas
apa. Lebih santai tidak gugup tidak kaku seperti
dulu.
Akan tetapi terlepas dari hal diatas bahwasansanya
menurut salah satu santri Ma‟had Qolbun Salim
yang sudah lama mengikuti program pendidikan
yang dilakukan oleh ma‟had. Melihat jarak dan
waktu tempuh pengajar dengan jaraknya ada
beberapa jauh dari lokasi belajar sehingga membuat
mereka terhambat dan beberapa kali tidak bisa
masuk untuk mengajar. Dari sebab diatas sedikit
kekurangan yang ada.
Kekurangan mungkin dari segi pengajar
banyak yang tinggal diluar, mereka banyak
juga kesibukan lain, sering juga terkadang
kosong, akan tetapi ada inisiatif dari santri
105
untuk mengisi kekosongan dan mengkaji
pelajaran seperti biasa.122
Kalau dilihat efektivitas dan efesiensi tujuan sudah
tergambarkan dan terlihat beberapa perubahan dan
bisa dikatakan ada perubahan. Meski ada beberapa
yang menjadi kekurangan dari proses belajar.
Kekurangan mungkin dari segi pengajar
banyak yang tinggal di luar, mereka
banyak juga kesibukan lain, sering juga
terkadang kosong, akan tetapi ada inisiatif
dari santri untuk mengisi kekosongan dan
mengkaji pelajaran seperti biasa.123
Dilihat dari pelayanan terhadap santrinya
terkadang ada beberapa dewan pengajar yang
tidak bisa memberi materi sehingga harus absen
dari mengajar, dilihat dari itu efektifitas dalam
pelayanan untuk mendidik harus lebih
ditingkatkan.
Dalam penentuan standar kelulusan untuk
keberhasilan para santri setelah mengikuti program
penguatan kapsitas ada beberapa yang menjadi
catatan, secara standar yang telah dikatakan oleh
pimpinan Ma‟had.
122
Wawancara Pribdi Dengan Fadli Sebagai Alumni 2017 Yang
Telah Selesai Mengikuti Program. Pada 9 Maret 2018, pukul 20:00 Wib (lihat
Lampiran)
123
Wawancara Pribdi Dengan Fadli Sebagai Alumni 2017 Yang
Telah Selesai Mengikuti Program. Pada 9 Maret 2018, pukul 20:00 Wib (lihat
Lampiran)
106
Ada yang mengajar di pesantren ada yang
mendirikan pesantren, ada yang menjadi
penceramah didaerahnya, menjadi tokoh di
masyrakatnya dan melanjutkan di S2-S3 di luar
dan didalam negri. Dan kalau hanya menjadi
pengisi khutbah itu udah biasa karena
keseharian mereka diajarkan berceramah dan
cirihas mereka kalau mentyamapaikan sesuatu
dikaji mendalam missal seperti rukun solat
juma’at dikupas sejarah.124
Inilah beberapa standar keberhasialan para alumninya
yang nantinya selesai mengikuti program, jadi untuk
saat ini dari beberapa alumni, telah tersebar
diberbagai daerah tempat mereka tinggal menjadi
tokoh di masyrakatnya masing-masing menjadi
ustadz, dan ada sebagian yang telah mendirikan
lembaga pendidikan.
124
Wawancara Pribadi Dengan Pimpinan Ma‟had Qolbun Salin Dr.
Rusli Hasbi, (Lihat Lampiran)
107
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penguatan kapasitas diri, salah satu bentuk dari komitmen
untuk menjalankan Program pendidikan melalui Ma‟had
(pendidikan Da‟i) dibuat karena adanya kegelisahan dari Dr.
Rusli Hasbi pimpinan ma‟had Qolbun Salim, yang melihat
Indonesia memiliki populasi terbesar di dunia. Namun, pada
kenyataannya masih banyak umat muslim Indonesia yang tidak
memiliki keagamaan yang kuat, akidah yang kuat, rasa memiliki
agama yang kuat, dan rata-rata bisa dibilang hanya Islam KTP
saja.
Dr. Rusli Hasbi berpendapat bahwa, landasan islam lebih
kuat terhadap orang-orang pesantren terutama pesantren
tradisional. Dr. Rusli Hasbi membandingkan dari segi
pemahaman agama antara lulusan pesantren dan lulusan
universitas tidaklah sama dimana, lulusan pesantren lebih
mendalam dibandinkan lulusan univesitas, dengan alasan bahwa
orang pesantren itu mengkaji dan orang kuliah itu memahami
secara pintas saja tidak dikaji secara mendalam. sedangkan orang
pesantren dikaji, oleh sebab itu lulusan pesantren dalam
memahami persoalan dikaji berulang-ulang. Oleh karena itu
Indonesia perlu diperbanyak pesantren yang khusus dalam
pengkaderan ulama dan yang siap turun kelapangan.
108
Dalam proses berjalanya program pendidikan penguatan
kapasitas diri seorang da‟i, meliputi berbagai tahapan
diantaranya:
1. Mendalami agama
Para calon da‟i mereka diberikan materi tentang agama untuk
dikaji, sebelum mereka terjun langsung kemasyarakat dituntut
untuk menguasai materi pelajaran yang menguatkan daya fikir
mereka agar nantinya setelah selesai dari program pendidikan
tidak bingung dalam berdakawah. Secara kemampuan ilmu
pengetahuan sudah di latih sejak mereka mengikuti program
pendidikan dalam penguatan kapasitas keilmuan setiap
individu maupun kelompok.
2. Penerapan ilmu agama
Dalam proses penerapan ilmu agama, para calon da‟i
bagaimana didik untuk menjadi orang yang menerapakan
pengetahuan ilmu agama yang diproleh dalam kehidupan
sehari-hari sehingga antara pengetahuan dan pengamalan
sesuai dengan apa yang dilakukan.
3. Mengingatkan Umat
Seseorang calon dai dituntut untuk selalu meneyampaikan
sebuah kebaikan dalam mengajak para masyarakat menuju
jalan kebaikan, karena tugas seorang da‟i, mendakwahkan
ajaran agama agar tersebar luas.
Analisa penelitian ini mengunakan teori evaluasi
program, dengan melihat beberapa proses berjalanya program
yang dilakukan oleh Ma‟had Qolbun Salim. Dengan melihat
109
beberapa aspek yang diakaji sehingga bisa melihat bagaimana
efetivitas program tersebut.
Denagan beberapa analisa dalam sebuah teori yang
digunakan meliputi
a. Evaluasi Input
Evaluasi ini meliputi beberapa tahapan yang dianalisa sudah
memenuhi kriteria atau belum yaitu, pengejar,syarat peserta
didik, programnya dan fasilitas yang diberikan memenuhi
kriteria atau tidaknya. Selama proses berjalannya sudah
memenuhi kriteria.
b. Evaluasi Proses
Evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses
kegiatan yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan rencana
yang telah dirumuskan. Evaluasi ini memfokuskan pada
aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara
klien dengan staff. Tipe Evaluasi ini diawali dengan analisis
terhadap system pemberian bantuan atau kegiatan program.
e. Evaluasi Hasil
Evaluasi Hasil (outcames), diarahkan pada evaluasi
keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program
terhadap penerima layanan (recepients). Pertanyaan utama
yang muncul dari evaluasi ini adalah, bila suatu program telah
berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima layanan
akan menjadi berbeda setelah dia menerima layanan tersebut.
Berdasarkan pertanyaan ini seorang evaluator akan
mengkontruksikan kriteria keberhasilan dari suatu program.
110
Kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai
dengan kemajuan suatu program (berorientasi pada program =
program oriented) ataupun pada terjadinya perubahan prilaku
dari klien (berorientasi pada klien = client oriented).
Dari beberapa tipe evaluasi diatas maka bisa dilihat
secara efektivitas program pendidikan untuk penguatan
kapasita seorang da‟i dari prosesnya bisa dibilang berjalan
sesuai dengan perencanaan. Dalam evaluasi hasil juga
beberapa perubahan yang dirasakan oleh para santrinya baik
itu dalam bidang pembentukan mental ceramah dan
pengetahuan untuk menambah kapasitas keilmuan bisa
dibilang cukup menimbulkan hasil yang seperti diinginkan
oleh para dewan pengajar.
B. Saran
Dari berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi
dan penelitian langsung dengan wawancara penelitian dan anilis
data yang telah penulis lakukan dan telah terurai dalam bab
sebelumnya tentang proses pelaksanaan program penguatan
kapasitas calon da‟i, melalui Ma‟had Pengkaderan Qolbun Salim,
dengan tujuan untuk menjadikan para da‟i yang ahli dalam
bidang agama islam, dalm pengutan karakter, wawasan dan
keilmuan. Ada beberapa saran antara lain:
1. Proses pengajaran dan disiplin kepada seluruh para santri
perlu ditingkatkan. Karena melihat para santri banyak
yang tidak tepat waktu dalam mengikuti proses
pembelajaran rutin yang dilakukan.
111
2. Bagi pengurus memberikan beberapa sangsi bagi para
santri yang telat tampa terkecuali agar terbentuknya jiwa
disiplin bagi para santri dan bisa menghargai waktu.
3. Menjaga ketertiban dan kebersihan pondok agar proses
pembelajaran aman, nyaman dan bisa menjadi sebuah
kewajiban dalam menjaganya.
4. Masalah disiplin waktu para dewan guru dan santri dalam
menjalankan proses belajar, sehingga para guru dan santri
memiliki displin waktu yang baik.
5. Untuk para dewan guru yang mengajar karena jarak
tempuhnya yang jauh dari rumah ketempat mengajar
sehingga terlambat dan kurang tepat waktu. Untuk
kedepannya agar fasilitas tempat tinggal para dawan guru
disediakan.
6. Untuk fasilitas para santri kedepannya agar bisa ditambah
untuk asrama, sehingga dalam proses rekrutmen setiap
tahunnya bisa memiliki target yang jelas, tidak
menyesuaikan kapsitas asrama, jadi angka kelulusan dan
rekrutmen setiap tahunnya seimbang tidak tumpang
tindih.
112
Daftar Pustaka
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan
Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada
Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Jakarta: LPFEUI,
2001.
Amri, Sofan. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan
Menengah dalam Teori Konsep dan Analisis. Jakarta:
PT. Prestasi Pustakarya, 2013.
Andy Wiyani, Novan. Konsep, Praktik dan Strategi Membumikan
Pendidikan Karakter di SD, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2013.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendididkan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan.
Yogyakarta: Bina Aksara, 1998.
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safrudin Abdul Jabar. Evaluasi
Program Pendidikan. Yogyakarta: Bina Aksara, 1998.
AS, Enjang dan Aliyudin. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah:
Pendekatan Filosofis dan Praktis. Bandung: Widya
Padjadjaran, 2009.
113
Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Public, Dan Ilmu Sosial Lainnya, Edisi
Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2015.
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi. Psikologi Dakwah (cet. II).
Jakarta: Kencana, 2009.
Gunawan, Heri. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Bandung: Alfabeta, 2012.
Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah. Jakarta: UIN
Jakarta Press.
Kurniawan, Syamsul. Pendidikan Karakter: Konsepsi dan
Implementasinya Secara Terpadu di Lingkungan
Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
Muhaemin Abda, Slamet. Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah.
Surabaya: Al-Ikhlas, 1994.
Muhtadi & Tantan Hermansyah. Management Pemgembangan
Masyrakat Islam, Ciputat: UIN Jakarta Pers, 2013.
Muin, Fatchul. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik dan
Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
114
Muthalib, Abdul. Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab
(Teori dan Praktik). Kudus: Buku Daros STAIN, 2009.
Partanto, Pius A. dan M dahlan Al Bary. Kamus Ilmiah Popoler.
Surabaya: Arloka, 1994.
Qomar, Mujamil. Pesantren Dari Transpormasi Metodologi
Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga,
1993.
Rafi', Suryatna. Teknik Evaluasi cet-ke 10. Bandung: Angkasa,
1988.
Rohman, Muhammad. Kurikulum Berkarakter (Refleksi dan
Proposal Solusi Terhadap KBK dan KTSP). Jakarta:
Prestasi Pustakaraya, 2012.
Salam, Syamsir. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan
Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Cet: 5). Bandung:
Alfabeta, 2009.
115
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan
Masyarakat, Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung:
ReflikaAditama, 2005.
Suhartono, Suparlan. WAWASAN PENDIDIKAN Sebuah
Pengantar Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2008.
Surya Brata, Sumandi. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali,
1987.
Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah. Surabaya: Al-
Ikhlas, 1983.
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: cv Gaya Media
Pratama, 1997.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 1998.
Toha, M. Chatib. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Press, 1991.
116
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar.
Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
PT.Bumi Aksara, 2009.
Yusuf Tayibnapis, Farida. Evaluasi Program dan Instrumen
Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian.
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008.
- Wawancara:
Sujana, Aan. 2018. Wawancara Pribadi Dengan Pimpinan
Yayasan Dr. Rusli Hasbi. Pada Tanggal 17 Maret 2018,
Pukul 19:30 Wib.
Sujana, Aan. 2018. Wawancara Langsung Dengan Pengurus
Yayasan. Pada 23 Mei 2018 Pukul 20:15 Wib
- Jurnal:
Eko Putro Widoyoko. Evaluasi Program Pembelajaran
(Instructional Program Evaluation). Jurnal.
- Internet:
Yayasan Ihya‟ Qalbun Salim (2018). “YIQS Program
Pendidikan”. Diakses dari:
https://yiqs.wordpress.com/program/pendidikan/
Mahadqs (2017). “Profil Mahadqs”. Diakses dari:
https://Mahadqs.Wordpress.Com/Category/Profil/
117
Mahadqs (2017). “Daftar Alumni Mahadqs”. Diakses dari:
https://Mahadqs.Wordpress.Com/2017/03/16/Daftar-
Alumni-Mahad-Qalbun-Salim-Jakarta/
118
119
120
121
Lampiran: Ke 1
Panduan Wawancara
A. Pendiri Dan pimpinan
1. Apa dasar pemikiran penyusunan kurikulum calon
pemimpin dan da'i di Ma‟had Qolbun Salim ?
2. Bagaimana komposisi penyusunan kurikulum calon
pemimpin dan da'i di Ma‟had Qolbun Salim ?
3. Metode apa saja yang digunakan dalam proses
pembelajaran calon pemimpin dan da'i di Ma‟had
Qolbun Salim ?
4. Apa syrat dan kriteria yang diberlakukan untuk
menjadi seorang tenaga pengajar calon pemimpin dan
da'i di Ma‟had Qolbun Salim ?
5. Dalam bidang apa saja yang harus dikuasai oleh
tenaga pendidik calon pemimpin dan da'i di Ma‟had
Qolbun Salim ?
6. Apa strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan
pembelajaran calon pemimpin dan da'i di Ma‟had
Qolbun Salim ?
7. Apa tujuan utama dari pendidikan calon pemimpin
dan da'i di Ma‟had Qolbun Salim ?
8. Berapa jumlah pendidik yang ada di Ma‟had Qolbun
Salim ?
9. Berapa kali pertemua setiap pendidik dalam satu
minggu ?
122
10. Berapa jam dalam satu kali pertemuan setiap
pengajar?
11. Apa strategi pimpinan pondok dalam mewujutkan
tujuan besar di Ma‟had Qolbun Salim ?
12. Materi apa saja yang di pelajari di Ma‟had Qolbun
Salim ?
13. Apa saja indikator seorang calon dai bisa dikatakan
lulus dari program pengkaderan di Ma‟had Qolbun
Salim ?
B. Pengajar
1. Apa strategi pengajar dalam proses pendididkan calon
pemimpin dan da'i di Ma‟had Qolbun Salim ?
2. Metode apa saja yang digunakan oleh pengajar dalam
penyampaian materi yang diberikan kepada calon
pemimpin dan da'i di Ma‟had Qolbun Salim ?
3. Dalam bidang apa saja keilmuan yang dikuasai oleh
setiap pendidik?
4. Apa saja aktivitas sehari-hari pendidik selain mengajar
di di Ma‟had Qolbun Salim ?
5. Bagaimana cara menguatkan daya nalar setiap calon
pemimpin dan da'i di Ma‟had Qolbun Salim ?
6. Bagaimana menguatkan ketajaman rohani calon
pemimpin dan da'i di Ma‟had Qolbun Salim?
7. Bagaimna pengajar mengenali potensi calon
pemimpin dan da'i ihya' qolbun salim ?
123
C. Pengurus/ pembina
1. Apa saja tugas dan fungsi seorang pembina dalam
keseharian di Ma‟had Qolbun Salim ??
2. Apa saja keluhan yang dirasakan dalam membina para
calon pemimpin dan da'i di Ma‟had Qolbun Salim ?
3. bagaiaman cara pengurus melakukan pembinaan
kepada santri selama di asrama?
D. Santri
1. Sudah berapa lama anda mengikuti proses
pengkaderan ulama dan da‟i di Ma‟had Qolbun Salim.
2. Apa latar belakang pendidikan anda sebelum menjadi
mahasantri di pondok ihya qolbun salim?
3. Apa motivasi anda mengikuti program pengkaderan
ulama dan dai di Ma‟had Qolbun Salim ?.
4. Apa perbedaan metode pembelajaran di kampus dan
di pondok ihya qolbun Salim?
5. Kalau pembentukan mental untuk ceramah atau tampil
dalam masyrakat lebih terbetuknya dari mana sebelum
masuk di Ma‟had Qolbun Salim atau sudah terbentuk
sebelumnya?
6. Apa saja manfaat yang dirasakan selama mengikuti
proses pengkaderan di Ma‟had Qolbun Salim ?
7. Perubahan apa saja yang anda rasakan dalam diri anda
sebelum dan sesudah mengikuti proses pengkaderan di
diMa‟had Qolbun Salim ?
124
E. Alumni
1. Apa aktivitas sekarang setelah selesai mengikuti
program pendidikan di Ma‟had Qolbun Salim ?
2. Apa motivasi mengikuti program pendidikan da‟i di
Ma‟had Qolbun Salim ?
3. Apa latar belakang anda sebelum masuk disini
pendidikannya dimana?
4. Apa Perbedaan sebelum masuk di Ma‟had Qolbun
Salim ?
5. Apa perubahan dalam diri anda yang sangat dirasakan
Sebelum masuk dan setelah menjadi alumni dalam
bidang keilmuanya?
6. Apa saja menurut anda kekurang dalam proses
pembelajaran disini
125
Lampiran : Ke 2
Nama :Rifqi Ridhoi
Kampus :UIN Syarif Hidayatullah
Asal :Kalimantan
Tahun Masuk:2017
1. Sudah berapa lama anda mengikuti proses
pengkaderan ulama dan da’i di Ma’had Qolbun
Salim?
Jawab: Sudah satu tahun kurang lebih
2. Apa latar belakang pendidikan anda sebelum menjadi
mahasantri di Ma’had Qolbun Salim ?
Jawab: saya dulu pesantren
3. Apa motivasi dan tujuan anda mengikuti program
pengkaderan da’i di Ma’had Qolbun Salim ?
Jawab: Kalau saya pribadi itu mempunyai prinsip ingin
memanusiakan manusia, saya tuh disini ingin berbagi
dan bagaimana kedepannya, mengajak orang-orang
dalam kebaikan.
4. Apa perbedaan metode pembelajaran di kampus dan
di Ma’had Qolbun Salim ?
Jawab: Kalau perbedaanya yaitu terdapat dalam cara
pengajarnya dalam pembahasan dan penyamapainya
misal mengakaji tentang ayat, ya satu persatu kita bedah
sejarahnya, asal usul ayatnya pokoknya mendalam lah
kita kaji bersama. Kalau di kampus itu kita biasanya
126
dikasih suatu permasalhan oleh dosen dan suruh
mendidkusikan dan membuat tugas ya itu sebagai
pemantik saja dari dosen.
5. Kalau pembentukan mental untuk ceramah atau
tampil dalam masyrakat lebih terbetuknya dari mana
sebelum masuk di Ma’had Qolbun Salim atau sudah
terbentuk sebelumnya?
Jawab: Kalau yang saya rasakan lebih terbentuk selama
pondok ihya, karna disini setiap sore dan pagi kita dapat
giliran ceramah menyampaikan materi depan teman jadi
secara tidak langsung saya terbiasa, nah nanti ada
program pondok juga waktu di ahir dakwah di daerah
minoritas, jadi sudah tidak takut lagi kan sudah terbiasa
karna setiap hari. Nah kalo dulu waktu diluar sih masih
kurang berani karena juga dulu waktu SMA di pondok
siapa saja yang mau ikut muhadoroh, karna juga hanya
orang tertentu saja yang mau.
6. Apa saja manfaat yang dirasakan selama mengikuti
proses pengkaderan di Ma’had Qolbun Salim ?
Jawab: Pertama disiplin, di bentuk bagaimana dalam
solat berjamaah, belajar, dan pelatihan bagaimana
menyampaikan dakwah
7. Perubahan apa saja yang anda rasakan dalam diri
anda sebelum dan sesudah mengikuti proses
pengkaderan di Ma’had Qolbun Salim ?
127
Jawab: Saya sudah terbiasa dalam menyamapaikan
dakwah dan menjadi disiplin, lebih menjadi kesadaran
dalam waktu setiap belajar karena disini juga tidak ada
hukuman kaya di pondok waktu SMA lebih kesadaran
masing-masing.
8. Apa kekurangan yang dirasakan dalam peroses
pembelajaran yang harus di tingkatkan?
Jawab: Dalam keaktifan teman dalam kepekaannya dalam
menanggapi masalah agak lambat harus ada pancingan
dari ustadznya. Kalua untuk pengajar tidak ada karena
mumpuni di bidangnya dan fasilitas semuanya sudah
terpenuhi.
128
129
Lampiran : Ke 3
Nama : Ridoni
Kampus : UIN Syarif Hidayatullah
Asal : Kalimantan
Tahun Masuk: 2016
1. Sudah berapa lama anda mengikuti proses
pengkaderan ulama dan da’i di Ma’had Qolbun
Salim?
Jawab: sudah dua tahun
2. Apa latar belakang pendidikan anda sebelum menjadi
mahasantri di Ma’had Qolbun Salim ?
Jawab: pondok pesantren modern.
3. Apa motivasi anda mengikuti program pengkaderan
ulama dan dai di Ma’had Qolbun Salim ?
Jawab: Tujunnya untuk siar Islam, buat pengalaman
mengenai keislaman itu bagaimana agar kita tidak salah
arah dan kita peraktikkan . Motivasinya supaya kita bisa
mengajak orang banyak dan terutama diri kita sendiri,
jika sudah baik insyaallah bisa mengajak orang. Karna
ini pondok pengkaderan da’i dan ulama. Belajar agama
buat diri sendiri tidak buat orang sia-sia jadi harus
adalah manfaat orang lain bangsa Negara dan bagi
agama Islam.
4. Apa perbedaan metode pembelajaran di kampus dan
di Ma’had Qolbun Salim ?
130
Jawab: Saling berkesinambungan karna semua proses
pembentukanya kita dapat dari mana aja. Kalau di
kampus kita pelajaranya ada bahasa arabnya juga
diperdalamnya di pondok dalam segi keilmuan. Pondok
ihya’ lebih banyak dalam pembentukan ilmu dan
mentalnya.
5. Kalau pembentukan mental untuk ceramah atau
tampil dalam masyrakat lebih terbetuknya dari mana
sebelum masuk di Ma’had Qolbun Salim atau sudah
terbentuk sebelumnya?
Jawab: Mental dalam berdakwah baik itu ceramah atau
terjun langsung ke masyarakat saya rasakan lebih
terbentuk disini mentalnya karna dulu kalo di luar belum
terlalu berani mentalnya berlum terbangun lah, kan saya
juga dulu pernah pesantren di Kalimantan, kalau mau
ceramah itu harus cari materi dulu agak lama lah, tapi
selama disini saya sudah terbiasa kalo ada yang minta
jadi penceramah si dadakan juga sudah bisa mau bahas
apa. Lebih santai tidak gugup tidak kaku kaya dulu.
6. Apa saja manfaat yang dirasakan selama mengikuti
proses pengkaderan di Ma’had Qolbun Salim ?
Jawab: Kalau pulang kampung si biasanya kita sering
diundang jadi imam dan penceramah baca doa di
kampung.
131
Masyrakat mengudang karna alumni ihya atau pondok
lama, karna pondok lama juga termasuk tertua di
kampong saya. Tetapi secara mental dan keilmuan dalam
berceramah saya lebih banyak saya dapat disini.
7. Perubahan apa saja yang anda rasakan dalam diri
anda sebelum dan sesudah mengikuti proses
pengkaderan di Ma’had Qolbun Salim ?
Jawab: Mental dalam berdakwah baik itu ceramah atau
terjun langsung ke masyarakat saya rasakan lebih
terbentuk disini. Karena dulu kalau di luar belum terlalu
berani dan mentalnya berlum terbangun.
132
133
Lampiran : Ke 4
Nama : Beril Amal
Kampus : UIN Syarif Hidayatullah
Asal : Lamongan
Tahun Masuk : 2015
1. Sudah berapa lama anda mengikuti proses
pengkaderan ulama dan da’i di Ma’had Qolbun Salim.
Jawab: Tiga tahun
2. Apa latar belakang pendidikan anda sebelum menjadi
mahasantri di Ma’had Qolbun Salim ?
Jawab: pesantren salafi
3. Apa motivasi anda mengikuti program pengkaderan
ulama dan da’i di Ma’had Qolbun Salim ?
Jawab: Karna mungkin ini ya dari pada gak ada kerjaan
daripada ngekos doang,ya disini gratis juga, selain di
luar kuliah juga, ya mungkin menambah ilmu selain di
luar kuliah kan, karna masih, kurang juga kan.
4. Apa perbedaan metode pembelajaran pondok anda
dulu, dengan kampus dan di Ma’had Qolbun Salim ?
Jawab: Kalau disinikan lebih mendalam yang kalo dulu
belom nmendalam wawasan keagamaan, kalo modern
mah gak begitu mendalam, mungkin wawasan
keagamaan, dan baigronya di daerah.
5. Kalau pembentukan mental untuk ceramah atau
tampil dalam masyrakat lebih terbetuknya dari mana
134
sebelum masuk di Ma’had Qolbun Salim atau sudah
terbentuk sebelumnya?
Jawab: Ya dari sini lebih karna wawasan ada ilmunya
ada dan wawasan sosial ada. Mungkin saya ada
kemajuan disini pasti ada, ya lebih ini aja belajar
menyampaikan karena itu tadi secara keilmuan
perkembangan secara wawasan sosial juga lebih banyak
itu mempengaruhi mental pastinya itu, dan belajar
berdakwah mempengaruhi.
Ketika di kampung halaman apakah sering di suruh
ceramah atau jadi imam di kampung.
Dikit si, mungkin teraweh, ceramah tapi jarang waktu di
kampung.
6. Apa saja manfaat yang dirasakan selama mengikuti
proses pengkaderan di Ma’had Qolbun Salim ?
Jawab: Terutama keilmuan agama, wawasan agama
mungkin karna saya dari daerah belom pernah ke
Jakarta, ya banyak si wawasan kepribadian banyak si
nasehat-nasehat, dan kepribadian.
7. Perubahan apa saja yang anda rasakan dalam diri
anda sebelum dan sesudah mengikuti proses
pengkaderan di Ma’had Qolbun Salim ?
Jawab: Keilmuan mungkin, wawasan yang tentunya, dan
beberapa ustadz menerangkan pemahan agama itu
sejalan dengan kontek perkembangan jaman sehingga
kita tidak bisa melihat dalam satu sudut pandang.
135
136
Lampiran : Ke 5
Nama : Syahrullah
Kampus : Lipia
Asal : Banten
Tahun Masuk : 2014
1. Sudah berapa lama anda mengikuti proses
pengkaderan ulama dan da’i di Ma’had Qolbun
Salim?
Jawab: sudah sekitar 4 tahun
2. Apa latar belakang pendidikan anda sebelum menjadi
mahasantri di pondok ihya qolbun salim?
Jawab: Pondok pesantren modern
3. Apa motivasi anda mengikuti program pengkaderan
ulama dan da’i di Ma’had Qolbun Salim ?
Jawab: Waktu masuk kesini awalnya tertarik ya, karna
motonya disinikan mencetak ulama dan da’i, jadi pengen
coba belajar aja, kan disini ada program dakwah
kedaerah minoritas, kan dulukan cuma dikosan saja gak
teratur semau kita, masuk sini lebih teraratur dan tertib
ada penyeimbang cari pembanding lah supaya imbang.
4. Apa perbedaan metode pembelajaran formal sebelum
dan setelah di Ma’had Qolbun Salim?
Jawab: ya jauh beda lah karna dulu aliah tingkatanya dan
pelajaranya tidak begitu detail hanya tau saja, mnisal
137
kalo disini bahas tentang soalat dari berbagai pendapat
ulama.
5. Kalau pembentukan mental untuk ceramah atau
tampil dalam masyrakat lebih terbetuknya dari mana
sebelum masuk pondok ihya’ atau sudah terbentuk
sebelumnya?
Jawab: kalau pondok dulu ada muhadoroh cuma gimana
beda, kalau kita disini kita cari model yang sama dan pas
sama tipe kita, kalau di aliah ngapalin tek gitu aja di
sampein, disinikan kita bebas ekspresi, di aliah dulu
tegang, tapi disinikan enggak rilek aja, dan emang disini
juga ibaratnya ceramah didepan teman teman semua, dan
mungkin keilmuanya lebih tinggi di atas kita ya susah
juga agak-agak pede, apalagi yang diceramahin kaka
kelas, jadi ngomongya takut salah, jadi mental ceramah
terbentuk disini.
6. Apa saja manfaat yang dirasakan selama mengikuti
proses pengkaderan di Ma’had Qolbun Salim.?
Jawab: kalau disini si apa ya, mungkin lebih, sudah pede
ceramah, dibanding dulu, masih agak kaku dan gerogi,
kalo bidang keilmua banyak hal-hal pelajaran-pelajaran
di kampus belom di pelajari disini ada jadi di kampus
sudah tidak aneh.
138
7. Perubahan apa saja yang anda rasakan dalam diri
anda sebelum dan sesudah mengikuti proses
pengkaderan Ma’had Qolbun Salim ?
Jawab: Sudah pede ceramah, dibanding dulu, masih agak
kaku dan gerogi, kalau bidang keilmuan banyak hal-hal
pelajaran-pelajaran di kampus belom dipelajari disini
ada jadi di kampus sudah tidak aneh.
139
140
Lampiran : Ke 6
Nama : Fadli Maskur
Kampus : Lipia
Asal Madura : Madura
Tahun Masuk : 2013
1. Apa aktivitas sekarang setelah selesai mengikuti program
pendidikan Ma‟had Qolbun Salim?
Jawwab: Kegiatan sekarang mengajar di sekolah dan di
pesantren ini.
2. Apa motivasi mengikuti program pendidikan da’i
Ma’had Qolbun Salim ?
Jawab: Sebelum sini saya kan kos, setelah dapat info dari
brosur, memang sebelumnya saya kos, untuk kegiatan
diluar kuliah hampir tidak ada, ya itu yang memotifasi
saya untuk menembah waktu aktivitas keilmuan saya
diluar kuliah biar waktu kosong tidak terbuang sia-sia. ke
2 untuk mengembangkan atau ikut partisipasi kegiatan
dakwah pesantren ini, seperti yang saya ketahui
pesantren ini setiap tahunnya mengirim santrinya di
daerah minoritas setiap tahunnya, saya juga ingin ikut
berproses disitu, sebagai latihan juga buat saya,
disamping buat menambah keilmuan saya dalam kajian
dan diskusi.
3. Apa latar belakang anda sebelum masuk disini
pendidikannya dimana?
141
Jawab: Saya dulu pesantren, kurang lebih enam tahun dan
pengabdian 8 bulan.
4. Perbedaan apa saja sebelum danketika masuk
Ma’had Qolbun Salim?
Jawab: alhamdulillhan , pesantren ini, dalam segi
keilmuan seperti membaca kitab dan sebagainya ,
alhamdulillah ada perkembangan, dan juga dalam
organisasinya yaitu khususnya pesantren ini, dan saya
juga pernah menjadi ketua disini dan mengiukuti
kegiatan-kegiatan dakwah disini.
Selama saya disini banyak sekali yang saya dapat
terutama dalam progranm pengiriman da’i, dan dalam
perogram da’i saya banyak berlatih dalam berdakwah,
dan juga segi masyarakatnya, dan saya juga disini
terlibat dalam organisasi yang mana disini juga ikatan
mahasantri ihya saya terlibat menjadi bagian bahasa,
ibadah dan terahir jadi ketua ikatan mahasantri, dan
ahirnya juga saya banyak belajar berorganisasi dalam
sekala kecil dan ikut terlibat beberapa pelatihan, khutbah,
penulisan, dan dari situ saya mendapat pengalama. Itu
salah satu faktor perkembangan dalam diri saya sendiri.
5. Apa perubahan dalam diri anda yang sangat
dirasakan Sebelum masuk dan setelah menjadi alumni
dalam bidang keilmuanya?
142
Jawab: Seperti saya sampaikan sebelum masuk saya haya
dikampus saja, dalam keilmuan alhamdulillah disini juga
dulunya banyak dari pesantren juga saya banyak belajar
dari mereka, dalam segi penulisan juga bisa berkembang
karena disini juga ada tuntutan, dalam segi penyamapian
dakwah, itu sangat signifikan berubah. sebelumnya juga
saya pernah pesantren di Madura juga ada program
ceramah tapi setelah keluar jarang di asah mental
berkurang mulai hilang . setelah saya disini, setiap hari
dilatih dalam ceramah dan disini juga saya pernah
menjadi pengisi kajian umum disini, seperti dimalam
kamis ini.
Dan alhamdullah saya juga sering mengisi kajian-kajian
diluar juga banyak sekali perubahan dalam diri saya
setelah masuk pesantren ini.
6. Menurut anda apa kekurang dalam proses
pembelajaran disini ?
Jawab: Kekurangan mungkin dari segi pengajar banyak
yang tinggal diluar, mereka banyak juga kesibukan lain,
sering juga terkadang kosong, akan tetapi ada inisiatif
dari santri untuk mengisi kekosongan dan mengkaji
pelajaran seperti biasa.
143
144
Lampiran : Ke 7
Nama : Aris
Status : Ustadz Pengajar
1. Sudah berapa lama mengajar santi Ihya Qolbun
Salim?
Jawaban: Dari awal berdiri tahun 2009 nan lah.
2. Apa strategi mengajar dalam pengutan kapasitas ?
Jawaban: Dengan memberikan pemahaman tentang islam
sesuai dengan sumber hukum yang ada dan sesuai dengan
kapasitas mereka.
3. Metode penyampai materi ?
Jawaban: memakai dengan ceramah dan metode diskusi
dan sering pengalaman.
4. Bidang ilmu yang dikuasai ?
Jawaban: Syariah, dan fiqih.
5. Aktivitas sehari-hari ?
Jawaban: Sebagai da’i dan pengajar di Bekasi
6. Bagaimana cara menguatkan nalar mahasantri ?
Jawaban: Dengan memberikan contoh terkini tentang
permasalahan fiqih dan syariah yang lain agar mereka
bisa memahami secara detail.
145
7. Bagaiman cara menguatkan Ketajaman rohani para
mahasantri?
Jawaban: Berkaitan dengan Penguatan pemahaman
secara tafsir dari dan hadis dan ayat yang ada.
8. Bagaimana Cara memahi potensi para santri ?
Jawaban: Bisa dipahami dari sisi yang menonjol dari
mereka, ada santri menonjol dari segi tilawahnya
sehingga dia lebih pas sebagai iman ada juga yang
publik spiking sehingga lebih cocok sebagai penceramah
dan ada juga suka berpetualang sehingga mereka lebih
suka syafari dakwah, secara keseluruhan diharapkan
para santri memiliki potensi-potensi tersebut agar bisa
menjadi da’i dimanapun.
9. Kalau menurut ustadz potesi para santri yang dilihat
banyak dimana ?
Jawaban: Yang saya lihat yang banyak ya sebagi imam
atau da’i dan pendakwah atau juaga penceramah.
146
147
Lampiran : Ke 8
Nama : Amirudin Marsan Madina, Lc
Jenis kelamin : laki-laki
Jabatan : Sekertaris Ma‟had Ihya‟ Qolbun Salim?
Pekerjaan : pengajar
Pendidikan : Sarjana S1 Mesir
Alamat : lebak Bulus
1. Apa dasar dalam penyusunan kurikulum Pondok
Ihya’ Qolbun Salim?
Jawab: Dasar pemikiran dari kepada hal yang menunjang
tercapainya tujuan tersebut, memperbanyak keilmuan
agama, fiqih, akidah dan usul fiqh, ahlaknya dan metode
dakwahnya.
2. Bagaimana santri mendalami agama ?
Jawab: Dengan memberikan materi keilmuan tentang
agama kepada santri secara konsisten setiap hari.
3. Bagaimana para santri dalam pengamalan agama?
Jawab: Para santri penekananya kepada akhlaknya dan
karakternya terutama dalam beribadah juga sperti solat
berjamaah.
4. Bagaimana da’i mengingatkan umat lalai?
Jawab: Sebelum mereka terjun langsung kepada
masyrakat mereka diberikan keterampilan dalam
berceramah setiap harinya secara bergantian kepada
148
santri, agar terbiasa dalam pengusaan keterampilan
dakwahnya.
5. Bagaimana komposisi kurikulum pondok ihya qolbun
salim?
Jawab: Berapa persentase dalam keterampilan, ilmu,
ddan materi pokok ?
Secara komposisi Ihya Qolbun Salim hampir semua
bermuatan dakwah dan materi dakwah secara merata.
sekitar 40 % pengetahuanya para santi itu dikuatkan
agar secara pemikiranya mereka matang dalam
pengetahuan agama.
Secara materi semua yang dibrikan bermuatan dakwah
dan keilmuan para santri.
Sekita 30% keterampilan mereka berceramah, karna
setiap dari santri mendapat giliran berceramah setiap
harinya menyampaikan tausiah.
6. Apa tujuan utama pengkaderan ulama dan dai
Pondok Ihya’ Qolbun Salim ?
Jawab: Mereka bisa terjun ke masyarakat mereka sendiri
menjadi aktor dan pemimpin, yang menjadi panutan bagi
masyarakat yang berilmu, menjadi penyeru dan sebagai
contoh atau tauladan di masyarakatnya. Seperti yang
selalu wejangan yang diberika kepada santri dalam
berdakawah jangan takut ,miskin dan yang ditekankan
merka selalu diberikan wejang bahwasanya dakwah itu
bukan mencari uang, dan jujur terhadap diri sendirikarna
dalam berdakwah tampa pamrih dan pengamalan agama
149
7. Keterampilan apa saja yang dilatih dalam pendidikan
dai?
Jawab: Keterampilan dalam beceramah mendalami
agama.
8. Materi apa saja yang di plajari?
Jawab: Materi yang bermuatan keilmuan agama dan
dakwah, seperti usul fiqh, tauhid, fiqh mazhabi, hadish
ahkam, dan tahfiz quran.
9. Apa indikator keberhasilan dalam pendidikan calon
dai?
Jawab: Ketika para santri menjadi pemimmpin
dimasyarakatnya dan bisa menjadi contoh dalam
menyampaikan agama islam.
150
151
Lampiran : Ke 9
Nama : Rusli Hasbi. MA.
Jabatan : Pimpinan Ma‟had Qolbun Salim
1. Apa dasar pemikiran penyusunan kurikulum calon
pemimpin dan da'i pondok Ihya' Qolbun Salim.?
Jawaban: Karena umat muslim di Indonesia terbesar
dunia, dan masih banyak umat muslim Indonesia yang
tidak memiliki keagamaan yang kuat, akidah yang
kuat, rasa memiliki agama yang kuat, sehingga
mereka rata-rata seperti hanya islam ktp. Berbeda
orang pesantren tradisional itu kuat agamanya, dan
orang kuliahan itu tidak begitu kuat agamnya di
banding dengan orang pesantren. Karena orang
kuliah itu memahami agama tidak sekuat orang
pesantren, orang pesantren itu mengkaji orang kuliah
itu memahami pahami secara pintas saja tidak dikaji
mendalam, islam begini ya sudah. Ke satu( 1) Kalau
orang pesantren dikaji, makanya kalau orang
pesantren itu satu persoalan dikaji berulang-ulang.
Oleh karena demikian berdasarkan itu Indonesia
perlu diperbanyak pesantren dan yang ke dua (2)
khususnya di Jakarta yang saya lihat banyak
Universitas yang tidak mendalami keagamaan,
mungkin kamu bisa merasakan di Fakultas Dakwah
UIN hanya mengambang, Usuludin hanya
mengambang, apalagi dosenya itu liberal itu lebih
152
gawat lagi ,sedangkan yang tidak liberal saja masih
banyak mengambang, termasuk yang saya lihat yang
paling kuat itu di UIN Dirosah Islamiah, tetapi
menurut saya masih perlu di tingkatkan, jadi oleh
karena demikian latar belakang itulah yang saya buat,
saya bantu UIN, UMJ,PTIQ, LIPIA dan kampus
sekitar Jakarta untuk memahami keagamaan.
Makanya disini pelajarannya sesuai dengan
pesantren, pengkaderan ulama dan da’i jadi lebih
kepada mengkader menjadi da’i yang siap turun
kelapangan.
2. Komposisi kurikulum dalam pengakderan?
Jawab: Sesuai dengan tujuan pesantren , kebutuhan
pengkaderan ulama dan dai itu banyak sekali kami
ambil poin tertinggi, seorang dai harus, menguasai
hukum fiqih, itu kami titik beratkan, kemudian hukum
fiqih berpengaruh dengan usul fiqh kami tinggkatkan,
kemudian ulama dan da’i kuat akidah, dan harus
memahami al-Quran dan hadis itu kami tingkatkan
kemudian metodologi dakwah kami mantapkan, karna
ulama yang aktif agresif, yang memahami kehendak
masyrakat kalau susuai dengan prinsip-prinsip
agama dia dukung dan dia bantu, dia benarkan kesitu
arahnya. Karna itu materi-materi pokok semua sama
porsinya. Kanpa itu smua materi-materi pokok karena
kami tidak mengajarkan materi tunjangan karena
yang dari kuliah itu materi tunjangan.
153
3. Kalau keterampilanya ,
Jawab: wajib turun ke masyarakat untuk berdakwah,
samapat 1-2 bulan turun ke masyrakat di daerah
minoritas betul, dengan program-program yang telah
direncanakan.
4. Budaya menulis santri.
Jawab: Sangat dianjurkan karena ulama itu tidak
boleh pasif bias menjawab pertanyaan masyrakat
melalui tulisan apalagi jaman sekarang dunia tidak
lagi hanya menyampaikan melalui khutbah akan
tetapi melalui media juga.
Waktu khusus menulis itu ada dimasukkan dalam
pendididkan jadi setiap materi pengajaran mereka
diminta menulis, setiap materi diminta di jabarkan
tidak hanya memahami.
5. Syrat pengajar ihya.
Jawab: Kalau untuk pengajar disini Alhamdulillah
dosen 2 dari Saudi, mesir, sudan. Yang penting iya
meliki kapasitas ilmu. Pertama. Harus Dosen kalau
ada selain dosen kami akan coba dan lihat
kapsitasnya sejauhmana.
6. Strategi untuk mencapai tujuan:
Jawab: Mereka diajak betul2 untuk berkomitmen
belajar, semua program yang dari pesantren itu
mereka harus memenuhi 80 % lebih jadi kami terus
menggenjot mengurangi bermain, mereka harus serius
dalam waktu 4 tahun.
154
7. Indicator lulus dalam program,
Jawab: Ada yang mengajar di pesantren ada yang
mendirikan pesantren, ada yang menjadi penceramah
didaerahnya, menjadi tokoh di masyrakatnya dan
melanjutkan di S2_S3 di luar dan didalam negri. Dan
kalua hanya menjadi pengisi khutbah itu udah biasa
karena keseharian mereka diajarkan berceramah dan
cirihas mereka kalua mentyamapaikan sesuatu dikaji
mendalam misal seperti rukun solat jumaat dikupas
sejarah.
155
156
Observasi
Ma’had Qolbun Salim
N
O
MENGAM
ATI
OBJEK
OBSERVASI DESKRIPSI
1
.
Lokasi Tempat
Ma‟had
Qolbun Salim
Lingkungan
Pengutan
Kapasitas
Calon da‟i
Tempat penelitian yaitu
Yayasan Ihya‟ Qolbun
Salim, JL. H. Niman
No.7,Rt 07/04, Cilandak
Barat, Jakarta Selatan.
Tempat pendidikan
dalam penguatan kapasitas
calon da‟i.
2
.
Akses
Jalan
Akses jalan
menuju
ketempat
kerajinan
kaleng
Akses jalan dari ciputat
menuju tempat penelitian
tidak terlalu jauh, jarak
tempuhnya sekitar 5-10 KM
sekitar 30 menit dari ciputat.
157
3
.
Proses
penguatan
kapasitas
calon da‟i.
Persiapan
sebelum
memulai
pendidikan
Menentukan
waktu untuk
memulai
proses
pendidikan
dan waktu
istirahat,
waktu selesai
selesai
pembelajaran
Rata-rata
setiap calon
da‟i
memberikan
tausiah sesuai
jadwalnya
mterkecuali.
Memebentuk
karakter dalam
belajara dan
penguatan
keilmuan
dalam
menyampaika
n materi
Para calon da‟i diwajibkan
mengikuti semua proses
pembelajaran tamapa
terkecuali sesui denganwaktu
yang telah ditentukan.
Mengikuti jadwal untuk
menyampaikan materi
tausian setiap individu sesuai
dengan yang telah disepakati.
4
.
Pelajaran Beberapa
materi belajara
yang telah
ditentukan
Pengetahuan tentang agama
yang dikuatkan. Yaitu
meliputi fiqih dan usul fiqih
dan materi keagamaan lainya
.
5
.
Fasilitas Tempat
tinggal,
asrama, balai
Fasilitas belajar yang
digunkan para santri dalam
melakukan proses belajar
158
tempat
belajar,kendar
aan motor,
kamar mandi.
yang bentuknya fisik
bangunan maupun kendaraan
yang bisa digunakankan.
6
.
Bahasa Bahasa yang
digunakan
oleh para
calon da‟i dan
para pengajar
Bahasa yang digunakan yaitu
indonesia, karana para calon
da‟i terdiri dari berbagai
daerah.
7
.
Interaksi Interaksi calon
da‟i dan ustadz
yang mengajar
Interaksi
calon dai dan
da‟i lainnya
Percakapan (Interaksi) calon
da‟i dan ustadz sangat baik,
percakapan antara calon da‟i
sangat akrab dengan canda
tawa sesama dalam proses
pembelajaran.
159
LAMPIRAN FOTO
Bersama Pimpinan Ma’had Qolbun Salim
Kajian Umum Dengan Masyarakat
Kegiatan Belajar