12
1. Sumatera Barat Filosofi hidup masyarakat Minangkabau yaitu “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”. Artinya adat bersendikan agama, agama bersendikan Kitab Al- Quran. Merupakan landasan dari sistem nilai yang menjadikan Islam sebagai sumber utama dalam tata dan pola perilaku serta melembaga dalam masyarakat Minangkabau. Artinya, “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah” merupakan kerangka filosofis masyarakat Minangkabau dalam memahami dan memaknai eksistensinya sebagai makhluk Allah. Maksud dari “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah” adalah adat, budaya, aturan, hukum di Minangkabau diatur berdasarkan Syara’ atau agama. Dan Syara’ tersebut diambil atau berlandaskan Kitabullah atau Kitab Suci Al-Quran. Jadi, segala keputusan tentang adat, hukum, dan budaya harus sesuai dengan ajaran Agama Islam dan filosofi ini merupakan proses perpaduan antara Adat, Agama Islam, dan Ilmu Pengetahuan. Selain “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”, dalam bidang pendidikan, orang Minangkabau mempunyai filosofi “Alam Takambang Jadi Guru” yang artinya alam terkembang jadi guru. Maksud dari filosofi ini adalah segala

Falsafah Budaya

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Falsafah Budaya

Citation preview

Page 1: Falsafah Budaya

1. Sumatera Barat

Filosofi hidup masyarakat Minangkabau yaitu “Adat Basandi Syara’, Syara’

Basandi Kitabullah”. Artinya adat bersendikan agama, agama bersendikan Kitab

Al-Quran. Merupakan landasan dari sistem nilai yang menjadikan Islam sebagai

sumber utama dalam tata dan pola perilaku serta melembaga dalam masyarakat

Minangkabau. Artinya, “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”

merupakan kerangka filosofis masyarakat Minangkabau dalam memahami dan

memaknai eksistensinya sebagai makhluk Allah.

Maksud dari “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah” adalah adat,

budaya, aturan, hukum di Minangkabau diatur berdasarkan Syara’ atau agama.

Dan Syara’ tersebut diambil atau berlandaskan Kitabullah atau Kitab Suci Al-

Quran.

Jadi, segala keputusan tentang adat, hukum, dan budaya harus sesuai dengan

ajaran Agama Islam dan filosofi ini merupakan proses perpaduan antara Adat,

Agama Islam, dan Ilmu Pengetahuan.

Selain “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”, dalam bidang

pendidikan, orang Minangkabau mempunyai filosofi “Alam Takambang Jadi

Guru” yang artinya alam terkembang jadi guru. Maksud dari filosofi ini adalah

segala sesuatu yang ada di alam dapat dijadikan pelajaran dalam hidup.

Jadi, orang Minang haruslah dinamis dan bisa belajar dari alam. Orang Minang harus

bisa menyesuaikan dan mengembangkan dirinya dimanapun ia berada. Baik di kampung

atau pun di rantau, orang Minang dituntut bisa menjadi rahmat bagi seluruh alam.

2. Aceh

Di Aceh berlaku aturan “Adat Mengenal, Hukum Membaca” (adat

mengenal atau mencari, hukum menimbang). Segala keputusan adat, tidak

selamanya menjadi norma-norma agama. Keputusan-keputusan adat selalu

diinterpretasikan ke dalam hukum agama, apakah sejalan atau tidak. Bila

keduanya telah bergandengan, maka hal itu sudah dipandang sempurna.

Page 2: Falsafah Budaya

“Yoh na teuga taibadat, tahareukat yoh goh matee”

Artinya: Selagi kuat beribadatlah, berusahalah mencari rezeki sebelum mati.

Masa dan waktu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, untuk beribadat kepada

Allah, disamping dipergunakan pula untuk mencari kebutuhan hidup.

“Umur geutanyo hanya siuro simalam, oleh sebabnyan taubat teu

bakna”

Artinya: Umur kita tidak ada sehari semalam, oleh sebab itu, bertaubatlah

Umur manusia itu pendek sekali (sehari semalam). Untuk itu dianjurkan kepada

manusia, supaya selalu bertaubat kepada Tuhan (Allah).

“Adat meukoh reumbong, hukom meukoh pureh. Adat jeub

beurangho takong, hukom hanyeut talangeuh”

Artinya: Adat berporong rebung, hukum berpotong lidi. Adat bisa saja dihidari,

hukum tidak bisa dibantah.

Hukum Tuhan adalah hukum yang lebih sempurna daripada ciptaan manusia.

Oleh karena itu tak boleh diganggu gugat.

“Syeeruga nyan diyup gaki ma”

Artinya: surga itu dibawah telapak kaki ibu.

Pepatah ini menunjukkan bahwa ibu mendapat tempat yang teratas dalam

pandangan agama, sehingga seolah-olah surga itu ada di bawah telapak kaki ibu.

Begitu mulianya seorang ibu, sehingga apabila seseorang itu durhaka kepada

ibunya, maka Tuhan (Allah) tidak menyediakan surga kepada yang mendurhakai

ibunya.

“Lailah haillallah, kalimah taibah payong pagee. Sou yang afai kaliah

nyan, seulamat iman di dalam hatee”

Artinya: Lailah haillallah, kalimah taubah payung kiamat. Siapa yang hapal

kalimah itu, selamat iman di dalam hatinya.

Page 3: Falsafah Budaya

Seorang hamba Allah yang taat mengerjakan ibadah, kepadanya akan diberikan

balasan yang setimpal di hari kiamat sesuai dengan amal perbuatannya.

“Abeh nyawong Tuhan tung, abeh areuta hukom pajoh”

Artinya: Habis nyawa, Tuhan yang ambil. Habis harta, hukum yang makan.

Maksudnya kemana saja pergi pada suatu saat kita akan dipanggil menghadap

Tuhan.

“Raja ade, Raje geuseumah, Raja laleem, Raja geusanggah”

Artinya: raja adil, raja disembah, raja lalim, raja disanggah.

Setiap raja yang memerintah dengan adil, bijaksana, pemurah dan jujur perlu

disembah atau diikuti, tetapi kalau raja itu lalim dan bertindak sewenang-wenang

dalam memerintah maka ia perlu disanggah.

“Alah satatang bana urek same buku, alah sesuai au jo pinago, ibarat

pinang pulang ka tampuak, sirih baliek kaguyanggayo, pucuak dicinto ulam

tibo, kuah tatunggang diaten nasi, lak kuak lai makanan, diateh daluang

hidangan tiba”

Artinya: sudah tepat benar urat dengan buku, sudah sesuai aur dengan pinaga,

ibarat pinang pulang ketampuk, sirih berbalik ketampunya, pucuk dicinta ulam

tiba, kuah ditumpahkan di atas nasi, tambah kuah tambah makanan, diatas dulang

makanan tiba.

Makna dari pepatah di atas menyatakan bahwa suatu pekerjaan yang paling cocok,

sesuai dan paling harmonis bagi seseorang.

“Bia sutan kota di kampuang, rajo di nagari, kalau ke rantau dagang

juo”

Artinya: Biar bangsawan kita di kampung, raja di negeri, kalau ke rantau dagang

juga.

Walaupun kita keturunan baik-baik di kampung sendiri atau pun raja di negeri

sendiri, tetapi bila kita berada di tempat lain atau negeri orang lain, haruslah kita

Page 4: Falsafah Budaya

dengan kerendahan hati menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sehingga tidak

terjadi suatu pertentangan dengan penduduk setempat, baik langsung maupun

tidak langsung.

“Umong meuateung, ureng meupeutua. Rumoh meuadat, pukat

meukaja”

Artinya: sawah berpematang, orang berpemimpin, rumah beradat, pukat berkaja.

Setiap masyarakat harus ada pemimpin untuk mengatur hak dan kewajiban

anggota masyarakatnya, sehingga tujuan kerajaan tercapai sebagaimana mestinya.

Apabila masyarakat tidak mempunyai pemimpin yang baik, maka suatu waktu

akan rubuhlah masyarakat itu.

“Hukom nanggro keupakaian, hukom Tuhan keu kulahkama”

Artinya: hukum negara untuk pakaian, hukum Tuhan untuk Mahkota.

Hukum pada suatu wilayah atau negara harus dipergunakan dan dipatuhi, sebagai

tata cara dalam menjalani hidup. Hukum Tuhan adalah merupakan pedoman hidup

dan wajib dijunjung tinggi lebih dari hukum negara itu sendiri.

“Matee aneuk na jeurat, matee adat pat tamita”

Artinya: mati anak ada kuburan, hilang adat dimana kita harus mencarinya.

Seandainya seseorang itu tidak lagi mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku

dalam masyarakat, berarti seseorang atau anggota masyarakat tersebut tindak

tanduknya menjurus kepada pembasmian adat istiadat yang berlaku. Kalau hal itu

terjadi bagaimanakah mengembalikan adat istiadat tersebut pada tempatnya

semula.

“Tajak beutroh takalon beudeuh, beek rugo meuh saket hatee”

Artinya: pergi sampai ke batas, melihat harus jelas, jangan sampai rugi mas sakit

hati.

Apa yang kita dengarkan maupun yang kita kerjakan atau lakukan, haruslah kita

periksa atau pikir-pikir dulu, jangan sampai menyesal dikemudian hari.

Page 5: Falsafah Budaya

“Uleueu bak matee, ranteng beek patah. But beujeut, geutanyo beek

leumah”

Artinya: ular harus mati, ranting jangan patah. Pekerjaan harus jadi, kita jangan

nampak.

Menyelesaikan suatu perkara hendaklah dengan bijaksana, sehingga

menyenangkan bagi kedua belah pihak.

3. Medan

Di dalam dudaya Batak , setiap orang harus mempunyai 10 hal yang yang

dijadikan patokan hidup untuk dijalani.

a. Tetap semangat, dan memiliki motivasi yang tinggi serta harga diri.

“Tanda lagum asa hasea ho. Metmet si hapor punjung diujung do

simanjujungna.”

Artinya: Kenalilah akan diri sendiri supaya sukses.

b. Menunjukkan sikap rendah hati (low profile).

“Najagar dijolo dijolo, najagar dipudi pudi girgir manangi nangi

bakkol makkatahon jala serep marroha.”

Artinya: Jadikanlah dirimu sering untuk mendengar, tidak apatis, tetapi

perlu batasan untuk mengatakan menyampaikiannya dan tetap rendah hati

tidak pernah sombong.

c. Belajarlah tanpa batas karena suasana yang kompetitif.

“Ijuk dipara para, hotang diparlabian, nabisuk nampuna hata naoto

tupanggadisan.”

Artinya: Orang yang pintar atau pandai akan mendapat tempat yang lebih

baik dari yang tidak.

d. Tampillah dengan selalu sopan dan santun.

“Pantun dohangoluan tois do tuhamagoan/hamatean.”

Page 6: Falsafah Budaya

Artinya: Orang berperilaku sopan dan santun adalah cikal bakal kehidupan

yang baik tetapi berperilaku sombong dan anggkuh awal dari kehancuran.

e. Rajin bekerja dan kerja keras

“Pidong harijo, pidong harangan sitapi tapi pidong toba, nagogo

mangula do butong mangan, najugul marguru do dapotan poda.”

Artinya: Orang yang gigih bekerja adalah mendapat mudah rejeki dan

orang yang gigih belajar akan mendapat ilmu lebih.

f. Taat hukum dan peraturan.

“Baris baris ni gaja turura pangaloan molo marsuru raja naikkon do

oloan.”

Artinya: Setiap perintah atasan atau yang lebih tua haruslah dilaksanakan.

Dan taat pada atasan.

g. Mampu berintegrasi dan adaptasi yang tinggi.

“Muba dolok , muba duhutna, muba laut ,muba uhumna sidapot solup

do naro.”

Artinya: Lain daerah lain kebiasaannya, lain kelompok/organisasi lain juga

peraturannya, setiap pendatang baru wajib menghormatinya.

h. Rasa Solider yang tinggi dan Kesetia kawanan.

“Manuk ni pea langge hotek hotek laho marpira nasirang marale ale

lobian matean ina.”

Artinya: ini mengambarkan manusia batak suka bergaul dan mempunyai

banyak teman. Jika kita kehilangan seorang handai taulan sepertinya kita

merasa melebihi kehilangan seorang ibu yang kita cintai.

i. Miliki nilai Demokrasi tinggi.

“Rata pe bulung ni salak, rataan dope bulung ni sitorop, uli pe hata ni

sahalak, ulian dope hata torop.”

Page 7: Falsafah Budaya

Artinya: Menjungjung tinggi nilai nilai demokrasi.

Walaupun pendapat seseorang sudah baik tetapi keputusan bersama adalah

lebih baik

j. Pasrah dan penyerahan diri kepada Tuhan.

“dolok martimbang hatubuan ni siborot, debata na diginjang suhat

suhat ni jolama jala naparorot.”

Artinya: Tuhan Yang Maha Kuasa menjadi hakim manusia dan Dia-lah

yang melindungi.

Nilai falsafah Batak Asli jika diamalkan terbukti mampu mengatur

keseimbangan menjadi unggul dalam kehidupan terhadap lingkungan. Yang di

perkokoh dengan kuat oleh ajaran Agama yang menjadi prioritas utama.

Page 8: Falsafah Budaya

Daftar Pustaka

Syamsuddin, T. 1978. Adat Istiadat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Banda

Aceh: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

______. (2008) Filosofi, Falsafah Batak Mengandung Muatan Unggul [Internet Blog].

Available from: < http://lumbanpinasa.blogspot.com/2008/09/filosofi-falsafah-batak-

mengundung/>[Accesed 20 Oktober 2014].

______. (2012) Filosofi Hidup Masyarakat Minang "ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH" [Internet Blog]. Available

from: < http:// http://anakdilam.mywapblog.com/filosofi-hidup-masyarakat-minang-adat-ba.xhtml/>[Accesed 20 Oktober 2014].