21
TUGAS KELOMPOK FAMILY HEALTH AND ILLNESS PENGKAJIAN KELUARGA DAN ROLE PLAY Disusun Oleh: Nuril Laili F. 135070207113016 Hardika Aurum Pratiwi 135070207113013 Komang Sanisca N. 135070200131003 Insani Maulidiyah 135070201131009 Alif Fanharnita B. 135070207131010 Piping Eka D. 135070207131012 Alfrida Asyifani A. 135070207131001 Azka Qothrunnadaa 135070207131004 KELOMPOK 4 K3LN

family health, pengkajian keluarga

Embed Size (px)

DESCRIPTION

family health, pengkajian keluarga

Citation preview

Page 1: family health, pengkajian keluarga

TUGAS KELOMPOKFAMILY HEALTH AND ILLNESS

PENGKAJIAN KELUARGA DAN ROLE PLAY

Disusun Oleh:Nuril Laili F. 135070207113016Hardika Aurum Pratiwi 135070207113013Komang Sanisca N. 135070200131003Insani Maulidiyah 135070201131009Alif Fanharnita B. 135070207131010Piping Eka D. 135070207131012Alfrida Asyifani A. 135070207131001Azka Qothrunnadaa 135070207131004

KELOMPOK 4 K3LN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2015

Page 2: family health, pengkajian keluarga

RESUMEI. FUNGSI AFEKTIF KELUARGAA. Definisi

Menurut Friedman (1986), definisi fungsi afektif keluarga adalah fungsi internal

keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikosial, saling mengasah dan memberikan cinta

kasih, serta saling menerima dan mendukung. Fungsi afektif ini merupakan sumber

kebahagiaan dalam keluarga. Keluarga memberikan kasih sayang dan rasa aman.

Perhatian diantara anggota keluarga, membina kedewasaan kepribadian anggota keluarga

dan memberikan identitas keluarga.

Friedman (1986) juga mengidentifikasi fungsi afektif keluarga yaitu:

1. Memberikan perlindungan psikologis.

2. Menciptakan rasa aman.

3. Mengadakan interaksi.

4. Mengenal identitas individu

B. Masalah yang Muncul untuk Fungsi Afektif Keluarga yang Berubah

1. Gangguan proses keluarga

Yaitu keadaan dimana sebuah keluarga yang normalnya berfungsi secara efektif

mengalami disfungsi.

Contoh: Keluarga dalam keadaan stress dpt mengabaikan kebutuhan psikologis.

2. Gangguan menjadi orang tua.

Yaitu bila kemampuan dari figur pengasuhan untuk menciptakan lingkungan yang

meingkatkan pertumbuhan dan perkembangan manusia lain yang optimal menjadi

lemah.

Contoh: Keluarga dg ibu yang dominan, ayah yg pasif, tidak memperbolehkan anak LK

pisah dari keluarga.

3. Potensial gangguan menjadi orang tua.

Definisi sama seperti diatas, kecuali bahwa “potensial” ditambahkan pada menjadi

lemah.

Contoh: seorang anak LK kelas 5 yang selalu dikendalikan oleh ibunya, kemungkinan

mengalami masalah ketika mencapai masa remaja .

4. Berkabung yang disfungsional.

Yaitu proses maladaptif yang terjadi bila kesedihan bertambah dalam sehingga orang

tersebut tidak berdaya dan memperlihatkan respon emosional yang berlebihan.

Page 3: family health, pengkajian keluarga

Contoh: Penyangkalan terhadap kematian anggota keluarga.

5. Koping keluarga tidak efektif, melemah

Yaitu bila dukungan, bantuan, kenyamanan atau dorongan keluarga yang melemah bisa

mengubah kompetensi anggota keluarga dalam melakukan tugas adaptif.

Contoh: ibu (pengasuh utama) dirawat di RS selma seminggu karena menjalani operasi.

Suami (ayah) telah berupaya memberikan perhatian dan cinta pada anak-anak tetapi

mereka benci karena ibu jauh dari mereka.

6. koping keluarga tidak efektif, tidak mampu

Yaitu bila perilaku satu anggota keluarga atau lebih yang menjadikan keluarga tidak

mampu beradaptasi secara terapeutik terhadap masalah kesehatan yang ada.

Contoh: di keluarga, suami dan istri (keduanya menikah kembali) memiliki dua orang

anak (satu anak laki2 berumur 10 tahun hasil perkawinan pertama dari suami, seorang

anak perempuan berumur 5 tahun hasil perkawinan pertama dari istri). Anak laki2

tersebut diberi sebutan “pembuatan keributan” dalam keluarga dan diluar rumah

dinamakan demikian. Sedangkan anak perempuan mendapat sebutan “ anak manis”,

perbandingan perbedaan kepribadian anak ini dilakukan bila kedua orang tua marah

kepada anak laki2nya.

7. Potensial terjadinya kekerasan. Performa peran berubah. Harga diri rendah. Gangguan

pertumbuhan dan perkembangan.

Contoh: masalah ini bisa terjadi pada situasi tertentu dimana kebutuhan psikosossial

anggota keluarga tidak dipenuhi secara adekuat.

II. FUNGSI SOSIALISASI KELUARGAA. Peranan Keluarga Dalam Proses Sosialisasi Anak

Keluarga merupakan media awal dari suatu proses sosialisasi. Begitu seorang bayi

dilahirkan, ia sudah berhubungan dengan kedua orang tuanya, kakak-kakaknya, dan

mungkin dengan saudara dekat lainnya. Sebagai anggota keluarga yang baru dilahirkan, ia

sangat tergantung pada perlindungan dan bantuan anggota-anggota keluarganya. Proses

sosialisasi awal ini dimulai dengan proses belajar menyesuaikan diri dan mengikuti setiap

apa yang diajarkan oleh orang-orang dekat sekitar lingkungan keluarganya, seperti belajar

makan, berbicara, berjalan, hingga belajar bertindak dan berperilaku.

Khairuddin (2002), mengemukakan bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar,

yaitu proses akomodasi dengan mana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam

Page 4: family health, pengkajian keluarga

dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya. Dalam proses

sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai dan tingkah

laku dalam masyarakat di mana ia hidup. Markum (1983) juga mengungkapkan bahwa

proses sosialisasi adalah suatu proses di mana seseorang (anak) dituntut untuk bertingkah

laku sesuai dengan norma atau adat istiadat yang berlaku di lingkungan sosialnya.

Ahmadi (2004), keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenalkan

kepada anak. Dalam keluarga, orangtua mengenalkan nilai-nilai kebudayaan kepada anak

dan di sinilah dialami interaksi dan disiplin pertama yang dikenalkan kepadanya dalam

kehidupan sosial. Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain

menyebabkan seorang anak menyadari dirinya sebagai individu dan sebagai makhluk

sosial. Sebagai makhluk sosial, dalam keluarga anak akan menyesuaikan diri dengan

kehidupan bersama, yaitu saling tolong menolong dan mempelajari adat istiadat yang

berlaku dalam masyarakat. Hal tersebut akan diperkenalkan oleh orang tua yang akhirnya

dimiliki oleh anak. Perkembangan seorang anak di dalam keluarga sangat ditentukan oleh

kondisi situasi keluarga dan pengalaman-pengalaman yang dimiliki orangtuanya.

Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses

sosialisasi individu atau seseorang. Kondisi-kondisi yang menyebabkan pentingnya

peranan keluarga dalam proses sosialisasi anak, ialah:

a. Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggota-anggotanya berinteraksi face to face

secara tetap. Dalam kelompok yang demikian perkembangan anak dapat diikuti dengan

seksama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial

lebih mudah terjadi.

b. Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena merupakan buah

cinta kasih hubungan suami isteri. Anak merupakan perluasan biologis dan sosial orang

tuanya. Motivasi kuat ini melahirkan hubungan emosional antara orang tua dengan

anak. Penelitian-penelitian membuktikan bahwa hubungan emosional lebih berarti dan

efektif daripada hubungan intelektual dalam proses sosialisasi.

c. Oleh karena hubungan sosial di dalam keluarga itu bersifat relatif tetap, maka orang tua

memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak.

Dalam keluarga, orang tua mencurahkan perhatian untuk mendidik anaknya agar anak

tersebut memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar melalui penanaman

disiplin sehingga membentuk kepribadian yang baik bagi si anak. Oleh karena itu, orang

tua sangat berperan untuk:

Page 5: family health, pengkajian keluarga

1. Selalu dekat dengan anak-anaknya,

2. Memberi pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa anak tidak merasa

tertekan,

3. Mendorong agar anak dapat membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk,

pantas dan tidak pantas dan sebagainya,

4. Ibu dan ayah dapat membawakan peran sebagai orang tua yang baik serta

menghindarkan perbuatan dan perlakuan buruk serta keliru di hadapan anak-anaknya,

dan

5. Menasihati anak-anaknya jika melakukan kesalahan serta menunjukkan dan

mengarahkan mereka ke jalan yang benar.

Apabila terjadi suatu kondisi yang berlainan dengan hal di atas, maka anak-anak akan

mengalami kekecewaan. kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

1. Orang tua kurang memperhatikan anak-anaknya, terlalu sibuk dengan kepentingan-

kepentingannya, sehingga anak merasa diabaikan, hubungan anak dengan orang tua

menjadi jauh, padahal anak sangat memerlukan kasih sayang mereka, dan

2. Orang tua terlalu memaksakan kehendak dan gagasannya kepada anak sehingga sang

anak menjadi tertekan jiwanya.

B. Pola Sosialisasi di Lingkungan KeluargaDalam lingkungan keluarga kita mengenal dua macam pola sosialisasi, yaitu pertama,

cara represif (repressive socialization) yang mengutamakan adanya ketaatan anak pada

orang tua, Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan

hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada

penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan

orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi

perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran

keluarga sebagai significant other.

Kedua, cara partisipasi (participatory socialization) yang mengutamakan adanya

partisipasi dari anak. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola

di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan

bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan

diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi

adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.

Page 6: family health, pengkajian keluarga

1. Sosialisasi represif (repressive socialization) antara lain:

a. Menghukum perilaku yang keliru,

b. Hukuman dan imbalan material

c. Kepatuhan anak.

2. Sosialisasi partisipasi (participatory socialization) antara lain:

a. Otonomi anak

b. Komunikasi sebagai interaksi

c. Komunikasi verbal.

Keseluruhan sistem belajar mengajar berbagai bentuk sosialisasi dalam keluarga bisa

disebut sistem pendidikan keluarga. Sistem pendidikan keluarga dilaksanakan melalui pola

asuh yaitu suatu pola untuk menjaga,merawat, dan membesarkan anak. Pola ini tentu saja

tidak dimaksudkan pola mengasuh anak yang dilakukan oleh perawat atau baby sitter,

seperti yang sering dilakukan oleh kalangan keluarga elit/kaya di kota-kota besar.

Pola mengasuh anak di dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh sistem nilai, norma,

dan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat tempat keluarga itu tinggal. Jadi,

kepribadian dan pola perilaku yang terdapat pada berbagai masyarakat suku bangsa

sangat beragam coraknya.

C. Tujuan Sosialisasi Dalam KeluargaSecara mendasar terdapat tiga tujuan sosialisasi di dalam keluarga, yakni sebagai

berikut:

a. Penguasaan diri

Masyarakat menuntut penguasaan diri pada anggota-anggotanya. Proses mengajar

anak untuk menguasai diri ini dimulai pada waktu orang tua melatih anak untuk memelihara

kebersihan dirinya. Ini merupakan tuntutan sosial pertama yang dialami oleh anak untuk

latihan penguasaan diri. Tuntutan penguasaan diri ini berkembang, dari yang bersifat fisik

kepada penguasaan diri secara emosional. Anak harus belajar menahan kemarahannya

terhadap orang tua atau saudarasaudaranya. Tuntutan sosial yang menuntut agar anak

menguasai diri merupakan pelajaran yang berat bagi anak.

b. Nilai-nilai

Bersama-sama dengan proses berlatih penguasaan diri ini kepada anak diajarkan nilai-

nilai. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai dasar dalam diri seseorang

terbentuk pada usia enam tahun. Di dalam perkembangan usia tersebut keluarga

memegang peranan terpenting dalam menanamkan nilai-nilai. Sebagai contoh melatih

Page 7: family health, pengkajian keluarga

anak menguasai diri agar permainannya dapat dpinjamkan kepada temannya, maka di situ

dapat muncul suatu makna tentang arti dari kerja sama. Mengajarkan anak menguasai diri

agar tidak bermain-main dahulu sebelum menyelesaikan pekerjaan rumahnya, maka disitu

mengandung ajaran tentang nilai sukses dalam pekerjaan.

c. Peran-peran sosial

Mempelajari peran-peran sosial ini terjadi melalui interaksi sosial dalam keluarga.

Setelah dalam diri anak berkembang kesadaran diri sendiri yang membedakan dirinya

dengan orang lain, dia mulai mempelajari peranan-peranan sosial yang sesuai dengan

gambaran tentang dirinya. Dia mempelajari peranannya sebagai anak, sebagai saudara

(kakak/adik), sebagai laki-laki/perempuan, dan sebagainya. Proses mempelajari peran-

peran sosial ini kemudian dilanjutkan di lingkungan kelompok sebaya, sekolah,

perkumpulan-perkumpulan dan lain sebagainya.

III. FUNGSI REPRODUKSI KELUARGAReproduksi adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah

sumber daya manusia. Fungsi yang banyak diharapkan oleh orang dalam membentuk keluarga

adalah memiliki keturunan. Dari keluarga lahir anak-anak, individu-invidu baru. Dengan

demikian keluarga menjalankan fungsi reproduksi. Reproduksi akan menjamin kelangsungan

suatu kelompok sosial.  Mendapatkan keturunan dan meneruskan keturunan berkaitan dengan

fungsi reproduksi. Penyaluran aktivitas seksual yang sah diatur dalam lembaga sosial ini.

Namun , berkembangnya teknologi kedokteran saat ini , selain memberikan dampak positif

bagi keluarga berencana, dapat juga menimbulkan masalah yang terpisahnya kepuasan

seksual dengan pembiakan.kehadiran anggota baru dapat dipandang sebagai penunjang atau

malapetaka, bagi masyarakat tani dapat dikatakan menunjang , terutama dalam penyediaan

tenaga kerja. Bagi masyarakat yang kehidupannya baik seperti di Eropa, kehadiran anak

dikeluarga (jumlah anak) lebih dari dua dapat mempengaruhi status sosialnya. Hal ini berkaitan

dengan apa yang disebut teori kapilaritas dalam masalah kependudukan. 

Pandangan terhadap punya anak bermacam-macam, ada yang mengharapkan untuk

jaminan bagi orang tua dimasa depan, ada yang bermotivasi agama, ada yang alasan

kesehatan, dan sebagainya. Yang  jelas, disuatu negara bila alat kontraseptifnya mudah

Page 8: family health, pengkajian keluarga

diperoleh dan banyak digunakan, ada keengganan untuk memiliki anak, maka angka senggama

sebelum pernikahan menjadi meningkat (William J. Goode,1983).

Peranan dalam melanjutkan keturunan. Apabila fungsi seksualnya tidak berjalan, maka

tidak akan terbentuk keluarga yang normal, dalam arti tidak dapat meneruskan keturunan.

Meskipun dapat ditempuh dengan cara mengadopsi, namun makna yang sesungguhnya akan

tetap lain seperti halnya mereka yang dapat melanjutkan keturunan.

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak. Fungsi biologik orang tua ialah melahirkan

anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat. Namun fungsi ini

cenderung mengalami perubahan karena keluarga sekarang cenderung memiliki jumlah anak

yang sedikit. Kecenderungan kepad jumlah anak yang lebih sedikit ini dipengaruhi oleh faktor-

faktor :

Perubahan tempat tinggal keluarga dari desa ke kota.

Makin sulitnya fasilitas perumahan.

Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk tercapainya kemesraan keluarga.

Meningkatnya taraf pendidikan wanita berakibat berkurangnya fertilitanya.

Berubahnya dorongan dari agama agar keluarga mempunyai banyak anak.

Makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja di luar rumah.

Makin meluasnya pengetahuan dan penggunaan alat-alat kontrasepsi.

Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.

Keluarga yang dibangun melalui lembaga suci pernikahan, dimaksudkan untuk melahirkan

keturunan yang sah. Namun saat ini, makin banyak keluarga yang tidak mampu melaksanakan

fungsi ini. Faktor yang mempengaruhidiantaranya adalah gaya hidup tak sehat sehingga

memicu kegagalan pasangan suami-istri mendapatkan keturunan. Di sisi lain, keluarga makin

membatasi jumlah keturunan karena adanya kekhawatiran-kekhawatiran seperti: biaya

persalinan mahal, biaya pendidikan anak mahal, dan malu kalau banyak anak. Terlebih kaum

perempuan, makin banyak yang enggan hamil, melahirkan dan menyusui anak karena sibuk

berkarier atau takut merusak keindahan tubuhnya. Padahal, bila fungsi reproduksi ini diabaikan,

eksistensi keluarga dan bahkan manusia akan terancam. Keluarga merupakan tempat untuk

melegalisasi pengembangan keturunan. Keluarga menjadi institusi yang menjamin legalitas

seorang anak secara hukum dan agama.

Page 9: family health, pengkajian keluarga

DAFTAR PERTANYAAN (PENGKAJIAN)a. Fungsi Afektif

Pola Kebutuhan Keluarga – Respons

1. Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan-kebutuhan individu-individu lain dalam

keluarga?

2. Apakah orang tua (suami/istri) mampu menggambarkan kebutuhan-kebutuhan psikologis

anggota keluarganya?

3. Apakah setiap anggota keluarga memiliki orang yang dipercaya dalam keluarga untuk

memenuhi kebutuhan psikologisnya?

4. Apakah kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, perbedaan dihormati oleh anggota

keluarga yang lain?

5. Apakah dalam keluarga ada saling menghormati satu sama lain?

6. Apakah keluarga sensitif terhadap persoalan-persoalan setiap individu?

Saling Memperhatikan (Mutual Naturance), Keakraban, dan Identifikasi

1. Sejauh mana anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain?

2. Apakah mereka saling mendukung satu sama lain?

b. Fungsi Sosialisasi

1. Adakah otonom setiap anggota dalam keluarga?. Jelaskan.

2. Adakah saling ketergantungan dalam keluarga?

3. Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak atau fungsi

sosialisasi?

4. Apakah fungsi ini dipikul bersama?

5. Jika demikian, bagaimana hal ini diatur?

6. Apakah keluarga saat ini mempunyai masalah/resiko dalam mengasuh anak?.

Sebutkan.

c. Fungsi Reproduksi

1. Sebenarnya dari ibu dan bapak, berapa jumlah anak yang diinginkan?

2. Bagaimana merencanakan jumlah anggota keluarga?

3. Metode apa yang digunakan dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga? Seperti

penggunaaan kontrasepsi apa yang dulu pernah digunakan? Dan apakah sekarang

menggunakan kontrasepsi? Apa yang digunakan?

Page 10: family health, pengkajian keluarga

SCRIPT ROLE PLAYPada suatu hari hiduplah seorang istri bernama Nyonya Piping. Dia tinggal bersama tiga

orang anaknya, anak pertama bernama Azka usia 18 tahun, anak kedua bernama Aini usia 16 tahun, anak ketiga bernama Dyah usia 12 tahun. Saat ini Nyonya Piping tinggal juga bersama Ibu mertuanya yang bernama Ibu Sanisca. Suami nyonya piping sedang bekerja berlayar dan belum kembali selama satu tahun.

Saat ini ada mahasiswa keperawatan bernama Nuril yang mendapat tugas untuk melakukan bimbingan keluarga Nyonya piping didampingi perawat senior bernama Hardika. Mereka akan melakukan pengkajian kepada keluarga Nyonya Piping.

Mama : Kak Azka, tolong disapu teras dan halaman rumahnya ya ini sudah kotor, sekalian nanti disiram juga bunganya ya.

Azka : Kok kakak lagi sih ma, itu lho adik-adik sudah besar, Aini tuh ma.

Aini : Kok aku sih Kak? Dyah tuh kak.

Dyah : Kok aku sih, ma, kan aku masih kecil, mama aja mama kan lagi baca majalah.

Azka : Adek Dyah! Kok nyuruh-nyuruh mama sih, adek udah mulai besar, harus belajar bersih-bersih rumah.

Dyah : Yaudah kakak aja yang ngerjain.

Azka : Kamu nih ya Dek susah banget dibilangin.

Dyah : (menangis menghampiri mamanya) mama…………..

Aini : Aduh apa sih ini rame banget?

Mama : Sudah-sudah. Kakak dan adik-adik jangan berantem. Adik sama kakak harusnya rukun, jangan saling menyalahkan. Ingat, papa lagi kerja buat kalian disana.

Aini : Tapi ma, papa kok belum pulang-pulang?

Dyah : Iya ma, kok papa belum pulang-pulang? Kapan pulangnya, kangen….

Azka : Iya kakak juga kangen papa..

Mama : Sabar ya papa pasti pulang kok.

Dyah : Tapi kapan ma? Ini sudah satu tahun.

Mama : Sabar ya nak tunggu saja. Kalian harus saling melengkapi, membantu, dan jangan saling menyalahkan.

Semua anak : Iya ma.

Page 11: family health, pengkajian keluarga

Mama : Yasudah sekarang siapa yang mau bersih-bersih?

Dyah : Aku ma aku ma.

Azka : Yaudah kakak juga bersihin deh

Aini : iya aku juga.

Mama kemudian masuk ke dalam kamar dan mengambil foto papa, lalu duduk dan merenung.

Mama : Mas, kapan pulang? (sambil memegang foto papa)

Tiba-tiba dering handphone mama berbunyi.

Mama : Assalamualaikum, mas!

Papa : Walaikumsalam, ma. Gimana ma? Sehat?

Mama : (sambil menangis)

Papa : Pilek kah ma?

Mama hanya diam dan tersedu-sedu dan suasana menjadi hening

Papa : Kenapa sih, ma?

Mama : Kapan pulang sih mas? Barusan anak-anak nanyain lagi. Kapan pulang sih mas?

Papa : Iya ma, papa juga kangen. Tapi maaf, papa masih ada tugas dinas lima bulan lagi.

Tiba-tiba ada suara seorang wanita yang menanyakan ke pak x ’ “pak mau minum apa?”

Mama : lo mas, siapa itu? *tut tut tut tut tut (tiba tiba telepon mati)

Mama : mas, mas, mas.(dengan raut wajah kesal)

Mertua : masuk kamar “ kamu kenapa sih kok teriak teriak?”

Mama :barusan mas telepon bu, tapi ada suara wanita, dan teleponnya tiba tiba mati.

Mertua :oh jadi kamu nuduh anak saya selingkuh? (raut wajah tegang)

Mama : bukan seperti itu bu, tetapi tadi ada suara seorang wanita yang memanggil mas x

Mertua : kamu itu, suami lagi kerja jauh, kamu malah nuduh seenaknya. Yg percaya gitu lho, dia kerja itu buat kamu.

Mama : terdiam dan tersedu

Page 12: family health, pengkajian keluarga

Aini : ma, ada yang dateng ma. Nyariin mama

Mama : siapa sayang ? iya benar, suruh masuk aja ya.

Aini : loh, mama kenapa ?

Mama : nggak papa sayang, sana suruh masuk dulu ya..

Aini : iya maa..

Perawat :selamat siang ibu, ini benar dengan keluarga ibu x?

Mama : iya benar mbak, ada apa ya?

Perawat : perkenalkan saya dika perawat senior, dan saya nuril mahasiswa keperawatan dari rumah sakit ub, akan melakukan bimbingan keluarga yang meliputi pengkajian, Nanti kita akan melakukan pengkajian kurang lebih 10 menit. bagaimana ibu apakah ibu setuju?

Ibu : iya mbak silahkan.

Ketiga anak Nyonya piping beserta seluruh keluarga berkumpul di ruang tamu.

Perawat : ibu, adek, dan nenek bagaimana kabarnya hari ini?

Keluarga : iya ini keluarga kami alhamdulillah baik baik saja

Perawat : ibu ini jumlah anggota keluarganya ada berapa?

Ibu : ini ada saya dan 3 orang anak saya, beserta mertua saya, kebetulan ini suami saya masih merantau sudah 1 tahun yang lalu

Perawat : jadi ayahnya anak anak ini sudah lama merantau ya bu, nah bagaimana bu caranya mengatur kebutuhan kebutuhan anggota masing-masing keluarga agar seluruh kebutuhannya dapat terpenuhi?

Ibu :meskipun suami saya merantau, tetapi tiap bulan dia masih memberikan kewajibanya sebagai suami menafkahi saya dan anak anak saya.

Perawat :baik ibu, jadi suami tidak lepas tanggung jawab ya bu, namun bagaimana perasaan (psikologi) anak anak, ibu sendiri dan mertua di tinggal selama 1 tahun terakhir ini bu, bagaimana ibu sebagai penganti peran ayah dalam mengatasi keluhan keluhan dari anak anak yang terkadang merasa kangen, iri dengan teman teman sebaya atau mungkin kesepian?

Ibu :terkadang pasti mereka merasa kangen, saya juga terkadang kangen, namun kami coba untuk mengerti keadaan ini, saya berusaha menenangkan anak anak dan memberikan penjelasan kepada anak anak bahwa papa nya

Page 13: family health, pengkajian keluarga

mereka itu sedang bertugas untuk mencari nafkah, dan kembalinya untuk mereka juga, terkadang saya juga berperan sebagai pengambil keputusan jika terdapat masalah masalah tertentu.

Perawat :jika dalam kondisi jauh dengan suami, lalu adakah seseorang anggota keluarga yang dipercaya dalam memenuhi kebutuhan kasih sayang anak ( psikologi) anak ?

Ibu :ya, ada mbak, yaitu mertua saya sama orang tua saya yang selalu mendukung saya dan membimbing, menyanyangi anak anak saya.

Perawat :oh, iya ibu saya terkesan dengan anggota keluarga ini, tadi saya lihat di luar anak anak sedang menyapu ya bu? Mereka terlihat rukun satu sama lain, nah untuk itu bagaimana ibu menciptakan kerukunan, keharmonisan dan saling menghormati antara anggota keluaraga, apalagi kan ini ada 3 bersaudara cewek semua pula, biasanya kan sering berantem ya bu? Nah bagaimana cara ibu mengatasi perbedaan tersebut?

Ibu : sebagai seorag ibu dan bapak disini, saya menghadapi mereka dengan sabar dan penuh kasih sayang, saya ajak mereka dengan ngomong bak baik, menjelaskan supaya mereka lebih mengerti posisi keluarga kita mengerti, dan alhamdulilah anak anak mengerti, walaupun mereka sering berantem .

Perawat :jadi masih sering berantem ya bu diantara ketiga anak tersebut, lalu apakah ada yg masih suka ngambek ngembek gitu bu? untuk respon dari saudara yang lainnya apabila ngambek bagaimana ibu?

Ibu :jadi berantemnya itu berantem jail. Nanti kalau semisalkan sudah sampai nangis nangis adiknya, saya yang jadi penengah.

Perawat : lalu sejauh mana anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain ibu?

Ibu :semuanya saling menyayangi dan tidak membedaan satu dengan yang lainnya.

Perawat :Apakah mereka saling mendukung satu sama lain

Ibu : iya mbak, semuanya saling mendukung. Isalkan adek ada masalah, biasanya curhat sama kakaknya, dan kakak nya memberikan nasehat yang mendukung dan membangun.

Perawat :Apakah terdapat perasaan akrab dan intim diantara lingkungan hubungan keluarga?

Page 14: family health, pengkajian keluarga

Ibu :iya mbak, kami sangat akrab, tetapi terkadang ada`masalah cekcok gara gara urusan kebersihan rumah]

Perawat :siapa bu yang biasanya mengambil keputusan? Misalkan pada saat anak sakit, siapakah yang memnentukan untuk membawa kerumah sakit?

Ibu : saya mbak, karena memang papanya jauh, mama mertua juga sudah tua. Jadi segala macam keperluan anak, saya yang memnuhi. Dan biasanya saja juga meminta persetujuan ke papanya.

Perawat :nah, ini kan papanya jauh dari anak anak, bagaimana ibu dalam megatur pergaulan anak ibu? Contohnya berinteraksi dengan teman sebaya nya dan menyaring mana mana saja teman teman yang tepat untuk anak ibu?

Ibu :saya berusaaha untuk mempercayai anak saya, saya menanmkan nasehat nasehat tentang apa apa saja yang patut di patuhi atau dilarang, jadi mereka tentunya sudah dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk untuk mereka

Perawat :jadi jika anak anda memiliki masalah dengan temanya seperti bertengkar rebutan pacar, atau apapun itu, apakah ibu memberitahukan pada papanya dan memikul bersama masalah ini? Atau apakah ibu memikul permasalahan itu sendiri?

Ibu :iya biasanya saya telfon papa jika ada masalah masalah yang berkaitan dengan anak anak dan mendiskusikanya dengan suami saya, sehingga kami mampu menentukan keputusan bersama

Perawat :ibu, kan komunikasi jarak jauh dengan suami ibu, nah apakah ibu mengalami masalah dalam mengasuh anak?

Ibu :iya mbak, apalagi kalau mengasuh anak , papanya kan jauh jadi terkadang saya sering merasa kesulitan dan kadang misskomunikasi.

Perawat : Sebenarnya dari ibu dan bapak, berapa jumlah anak yang diinginkan?

Ibu : Yang diinginkan 2 mbak. Cowok cewek tapi dikasihnya 3 cewek semua, ya saya bersyukur banget kok mbak alhamdulillah.

Perawat : Oh gitu, lalu bagaimana merencanakan jumlah anggota keluarga?

Ibu : kami merencanakan bersama-sama mbak, kami rundingkan dengan matang jumlah anggota keluarga.

Perawat : iya bu, lalu metode apa yang digunakan dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga? Seperti penggunaaan kontrasepsi apa yang dulu pernah digunakan? Dan apakah sekarang menggunakan kontrasepsi? Apa yang digunakan?

Page 15: family health, pengkajian keluarga

Ibu : Iya mbak kontrasepsi, dulu kb suntik, sekarang pil kb mbak.

Perawat :baik ibu, terimakasih banyak atas waktunya, mohon maaf telah mengganggu waktunya. Semoga ibu dan keluarga selalu bahagia dan dapat menyelesaikan masalah dengan penuh kekeluargaan ya bu. Terimakasih untuks eluruh keluarga yang bersedia menerima kami.

Ibu :Iya mbak terimakasih banyak.

Keluarga : iya mbak sama-sama terimakasih banyak.

Friedman, Marilyn. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.